Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEJUJURAN DALAM ISLAM

DISUSUN OLEH :
Aidila Fitria Syafa
Afifah Aristawidya
Amatullah Hanif L.
Erica Novita Sari
Indriyani
Lita Anggraini
Putri Hana Pratiwi
Qurratul Ain Farahiyah

X MIA 1
SMAN 1 TENGGARONG

2018
Kata Pengantar

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, puji syukur kami panjatkan kepada Allah


Subhanahu wa Ta’ala karena karunia dan rahmat-Nya, kami bisa menyusun
makalah ini dengan sebaik-baiknya tanpa ada halangan yang berarti. Makalah yang
berjudul “Kejujuran dalam Islam” ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu
tugas mata pelajaran Pendidikan Islam yang dibina oleh ibu Nur Afifah, S.Pd.I

Makalah ini menjabarkan makna dan pentingnya kejujuran dalam Islam serta
hikmah dan penerapannya dalam kehidupan bermasyarakat. Semoga dengan
adanya penulisan makalah ini, penulis dan seluruh rekan sejawatnya dapat
memperluas lingkup pengetahuannya di bidang yang bersangkutan dan
menerapkannya dalam kehidupan.

Meski telah disusun secara maksimal, namun penulis tetaplah manusia yang penuh
dengan kesalahan maupun kekhilafan sehingga penulis menyadari bahwa makalah
ini jauh dari sempurna. Karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca makalah ini, terutama pengajar mata pelajaran
Pendidikan Islam agar penulis bisa memperbaiki segala kesalahannya dalam
pembuatan makalah ini untuk ke depannya.

Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga pembaca dapat mengambil manfaat
dan ilmu dari makalah ini.

Tenggarong, 13 September 2018

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 1

1.3 Tujuan Makalah .............................................................................. 1

BAB 2 PEMBAHASAN ................................................................................... 2

2.1 Pengertian Jujur .............................................................................. 2

2.2 Sifat Jujur ....................................................................................... 2

2.3 Dalil Perintah Jujur ........................................................................ 5

2.4 Alasan Manusia Membutuhkan Sikap Jujur .................................. 7

2.5 Perilaku Jujur dalam Kehidupan Sehari-hari yang Berkembang

di Masyarakat ................................................................................. 12

2.6 Keterkaitan Jujur dengan Keimanan ........................................... 14

2.7 Kaitan antara Perilaku Jujur dalam Kehidupan Sehari-hari dengan

Keimanan ..................................................................................... 15

BAB 3 PENUTUP .......................................................................................... 15

3.1 Kesimpulan ................................................................................... 15

3.2 Penutup .......................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk Allah wajib tunduk kepada-Nya dengan cara menaati
segala perintah dan mejauhi larangan-Nya. Dengan menaati segala perintah-Nya
dan menjauhi larangan-Nya, suatu umat manusia akan hidup dengan nyaman dan
tentram. Salah satu caranya adalah dengan menjaga sikap dan perilaku kita dalam
menjalani hidup sesuai dengan kalam Allah dan sunnah Nabi Muhammad saw.,
termasuk bersikap jujur dalam kehidupan sehari-hari.

Sikap jujur sangatlah diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan


bernegara. Dengan sikap jujur inilah, tidak akan ada kepalsuan di dalam hidup
seseorang sehingga hal tersebut akan membawa kebenaran, kedamaian, dan
ketentraman dalam hidupnya. Sikap jujur ini sangat perlu diterapkan oleh seluruh
umat manusia dan seluruh kalangan, baik muda maupun tua, baik miskin maupun
kaya, baik pengangguran maupun pejabat. Dengan bersikap jujur, hal tersebut akan
membawa dampak positif, tak hanya kepada diri sendiri, namun orang lain, bahkan
nasib orang banyak.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah konsep dasar kejujuran dalam Islam?

2. Apa saja hikmah dari kejujuran dalam Islam?

1.3 Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui dan memahami konsep dasar kejujuran dalam Islam.

2. Untuk mengetahui dan memahami hikmah dari kejujuran dalam Islam.

1
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Jujur

Dalam bahasa Arab, jujur semakna dengan “ash-Shidqu” atau “Shiddiq” yang
berarti benar, nyata, atau berkata benar. Sedangkan lawan kata dari dari jujur adalah
dusta atau dalam bahasa Arab disebut “al-Kadzibu”. Secara istilah, jujur bermakna
: (1) Kesesuaian antara ucapan dan perbuatan; (2) kesesuaian antara informasi dan
kenyataan; (3) ketegasan dan kemantapan hati; (4) sesuatu yang baik yang tidak
dicampuri kedustaan. Sementara itu, KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
mendefinisikan jujur sebagai lurus hati, tidak berbohong, tidak curang, tulus, dan
ikhlas.
Sehingga dapat diartikan secara lengkap, bahwa jujur merupakan sikap seseorang
ketika berhadapan dengan sesuatu atau fenomena tertentu dan menceritakan
kejadian tersebut tanpa ada perubahan/modifikasi sedikitpun atau benar-benar
sesuai dengan realita yang terjadi. Sikap jujur merupakan apa yang keluar dari
dalam hati nurani setiap manusia dan bukan merupakan apa yang keluar dari hasil
pemikiran yang melibatkan otak dan hawa nafsu.

2.2 Sifat Jujur

Dalam Agama Islam, setidaknya dikenal lima jenis sifat jujur yang harus dimiliki
oleh penganutnya, yaitu :

1. Shidq Al – Qalbi
Shidq Al – Qalbi merupakan sifat jujur yang penerapannya ada pada niat
seorang manusia. Salah satu tanda bahwa niat itu benar adalah niat tersebut
berbanding lurus dengan perbuatan di lapangan kehidupan. Karena niat saja
belum cukup jika tidak diiringi dengan kemauan dan kejujuran bahwa dirinya
akan berupaya sekuat tenaga mewujudkan niatnya tersebut.

2
Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits : Dari Abu Hurairah, Nabi saw.
bersama Allah swt. berfirman: Apabila hamba-Ku berniat akan melakukan
satu kebaikan, maka Aku mencatat untuknya satu kebaikan walaupun ia
belum melakukannya. Jika ia melakukannya, maka Aku mencatat untuknya
sepuluh kali lipat kebaikan... (HR. Muslim)

2. Shidq Al – Hadits
Shidq Al – Hadits merupakan sifat jujur yang penerapannya ada pada
perkataan yang diucapkan oleh manusia. Setiap kata yang terucap dari bibir
dan lisan seseorang wajib memuat dan mengandung kebenaran. Sebagaimana
disebutkan dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw. bersabda: “Seorang hamba
yang berbicara dengan pembicaraan yang belum jelas baginya (hakikatnya
dan akibatnya), maka dia akan terlempar ke neraka sejauh antara timur dan
barat.”
Tak hanya itu, ucapan dari seorang muslim juga tidak boleh mengandung
gunjingan, gosip, fitnah, maupun hal yang bukan wewenangnya.
Sebagaimana yang disebut dari Jundab r.a., Rasullah saw. bercerita bahwa
seorang laki-laki pernah berkata : ‘Demi Allah! Allah Ta’Ala tidak akan
mengampuni dosa si Fulan.” Maka sesungguhnya Allah Ta’Ala berfirman,
“Siapa itu yang bersumpah atas nama-Ku, bahwa aku tidak akan mengampuni
dosa si Fulan? Sesungguhnya Aku mengampuninya. Maka hapuslah amalmu
(karena ucapanmu itu).”

3. Shidq Al – Amal

Shidq Al – Amal merupakan sifat jujur yang penerapannya ada pada aktivitas
dan perbuatan manusia. Jujur dalam perbuatan berarti memperlihatkan sesuai
apa adanya, tidak dibuat-buat, dan sesuai dengan aturan Allah swt. Karena
seluruh perbuatan yang kita lakukan saat ini akan dipertanggung jawabkan
kelak di dunia maupun di akhirat, sehingga dengan perbuatan yang jujur dan

3
benar ini diharapkan akan mendatangkan berkah bagi seseorang yang
melakukannya.

Umat manusia juga harus tetap berusaha agar perbuatannya sesuai dengan
perkataan baik yang telah diucapkannya. Karena berdosa besar bagi orang-
orang yang perkataannya tidak sesuai dengan perbuatannya. Sesuai dengan
firman Allah swt. dalam Q.S. As-Saff/61:2-3

Artinya : Wahai orang-orang yang beriman. Mengapa kamu mengatakan


sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika
kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan (Q.S. As-Saff/61:2-3)

4. Shidq Al – Wa’d

Shidq Al – Wa’d merupakan sifat jujur yang penerapannya ada pada janji
yang diucapkan oleh manusia. Janji adalah hutang, demikian kalimat yang
sering didengar di telinga kita. Karena hutang, maka wajib untuk dibayar
sesuai dengan nilainya. Menepati janji bukan sembarang sikap, menepati janji
berarti mempertaruhkan harkat dan martabat dirinya di hadapan orang lain
demi memberi keyakinan pada orang tersebut bahwa ia sanggup untuk
membayarnya. Dengan sikap jujur, janji akan tertunai dan amanah akan
dijalankan. Serta dengan sikap jujur, predikat sebagai orang munafik akan
terhindarkan dari diri seseorang, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits
: Dari Abu Hurairah, Nabi saw. bersabda: Tanda orang munafik ada tiga. Jika
bicara berdusta, jika diberi amanah berkhianat, dan jika berjanji
mengingkarinya. (HR. Bukhari dan Muslim)

4
5. Shidq Al – Hall
Shidq Al – Hall merupakan sifat jujur yang penerapannya ada pada kenyataan
yang terjadi dalam hidup manusia. Seseorang yang jujur akan senantiasa
menampilkan diri apa adanya sesuai kenyataan yang sebenarnya. Ia tidak
memakai topeng kepalsuan, tidak mengada-ada, dan menampilkan diri secara
bersahaja. Sebagaimana Rasulullah saw. bersabda: “Seorang perempuan
bertanya, : Ya Rasulullah, aku mempunyai kebutuhan. Maka apakah aku
berdosa jika aku berpura-pura telah dicukupi kebutuhanku oleh suamiku
dengan apa yang tidak diberikan kepadaku? Rasulullah saw.bersabda : orang
yang berpura-pura tercukupi dengan apa yang tidak diterimanya sama dengan
orang yang memakai dua pakaian palsu” (HR. Bukhari)
Maksud hadits ini adalah orang yang berhias dengan sesuatu yang bukan
miliknya supaya terlihat kaya, ia sama saja seperti orang yang memakai dua
kepribadian.

2.3 Dalil Perintah Jujur

1. Dalil Al-Quran

a.

Artinya : Wahai orang-orang yang beriman. Bertaqwalah kepada


Allah. Dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar (Q.S.
At-Taubah/9:119)
Makna : Pada Q.S. At-Taubah ayat 119 Allah Swt. menunjukkan
seruan-Nya dan memberikan bimbingan kepada orang-orang yang
beriman agar tetap dalam ketakwaan serta mengharapkan ridha-Nya,
dan hendaklah senantiasa bersama orang-orang yang benar dan jujur,
mengikuti ketakwaan, kebenaran, dan kejujuran mereka.

5
b.

Artinya : Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan


dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada
mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berkhianat. (Q.S. Al-Anfal/8:58)
Makna : Pada Q.S. Al-Anfal/8:58, Allah Swt. memperbolehkan
umatnya untuk mengembalikan sebuah perjanjian dari kaum yang
dikhawatirkan akan melakukan perbuatan khianat, tetapi
mengembalikan perjanjian tersebut secara jujur dan adil.

c.

Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan


amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu)
apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran
yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat (Q.S. AN-Nisa’/4:58)

Makna : Pada Q.S. An-Nisa’/4:58 Allah memerintahkan kita untuk


selalu menyampaikan segala amanat, baik amanat Allah maupun
amanat orang lain kepada yang berhak secara adil dan jujur. Serta
jangan berlaku curang dalam menentukan suatu keputusan hukum
karena Allah selalu Maha Mendengar apa yang diucapkan manusia
dan Maha Melihat apa yang dilakukan manusia. Allah mengetahui

6
orang yang jujur dalam melaksanakan amanat dan yang tidak jujur
dalam melaksanakannya.

2. Dalil Hadits
a. Dari ‘Abdullah r.a., Rasulullah saw. bersabda: “Hendaklah kamu selalu
berlaku jujur, karena berlaku jujur membimbing kepada kebajikan. Dan
kebajikan itu akan membimbing ke surga. Seseorang yang senantiasa
berlaku jujur dan memelihara kejujuran, maka ia akan dicatat sebagai
orang yang jujur di sisi Allah. Dan hindarilah olehmu dusta, karena
sesungguhnya dusta itu menggiring kepada kejahatan dan kejahatan itu
akan menjerumuskan ke neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta
dan memelihara kedustaan, maka ia akan dicatat sebagai pendusta di
sisi Allah”.

b. Dari Hakim bin Hizam r.a., Rasullah saw. bersabda: “Dua orang yang
berjual beli, masing-maing mempunyai hak pilih (untuk meneruskan
jual beli atau tidak) selama keduanya belum berpisah. Jika keduanya
berlaku jujur dan terus terang menjelaskan (keadaan barang yang
diperjual belikan, maka mereka diberi berkat dengan jual beli mereka...

2.4 Alasan Manusia Membutuhkan Sikap Jujur


1. Manusia membutuhkan ketentraman dan kenyamanan
Manusia dan peradabannya selalu mendambakan terbangunnya perdamaian
dan kedamaian sejati, bukan perdamaian yang dibuat-buat (semu) karena
berbagai motif yang terselubung dan tidak bertanggung jawab. Perdamaian
yang diharapkan adalah perdamaian yang didasarkan cinta kasih sesama
sebagai hamba Allah, yang mempunyai beban dan tanggung jawab yang
sama di muka bumi, serta yang menimbulkan rasa aman, nyaman, dan
tentram.
Islam sangat menganjurkan umatnya untuk mewujudkan perdamaian di
dunia ini. Iman sebagai inti dari agama mengandung tiga pengertian, yakni

7
(1) al-iman, yaitu percaya kepada keesaan Allah, (2) al-amanah, yaitu sikap
jujur dan dapat dipercaya, dan (3) al-aiman, yaitu menghadirkan keamanan
dan kedamaian. Seorang manusia dapat dinyatakan beriman jika mampu
melaksanakan ketiga makna tersebut. Orang yang hanya percaya kepada
Allah namun tidak bersikap jujur, bahkan berbuat kerusakan dan kekerasan
belum dapat dikatakan sempurna keimanannya.

2. Kejujuran sebagai pembuka segala pintu kebaikan


Rasulullah selalu berpesan agar setiap muslim untuk berperilaku jujur, baik
jujur kepada Allah, dirinya, dan orang lain. Salah satunya adalah dengan
mengatakan apa adanya meskipun harus menanggung akibatnya.
sebagaimana hadits Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Ibn Hibban,
“Katakan kebenaran walau pahit” (HR. Ibnu Hibban)
Ketidakjujuran di awal akan menimbulkan terus ketidakjujuran lainnya.
Sehingga hal itu menjadi hal biasa dan pada akhirnya dengan alasan apapun,
ketidakjujuran hanya akan menjadi bumerang yang menyerang kembali
sang pelaku pada saatnya.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Luqman Hakim, menceritakan
pada suatu hari ada seseorang datang berjumpa dengan Rasulullah saw.
karena hendak memeluk agama Islam. Sesudah mengucapkan dua kalimat
syahadat, lelaki itu lalu berkata : “Ya Rasulullah. Sebenarnya hamba ini
selalu berbuat dosa dan sulit meninggalkannya.” Maka Rasulullah saw.
menjawab “Maukah engkau berjanji untuk berkata jujur?”,
“Ya, saya berjanji” jawab lelaki itu singkat. Setelah itu, dia pun pulang ke
rumahnya. Menurut riwayat, sebelum lelaki itu memeluk agama Islam, dia
sangat terkenal sebagai seorang yang jahat. Kegemarannya hanyalah
mencuri, berjudi, dan meminum minuman keras. Maka setelah dia memeluk
agama Islam, dia berupaya untuk meninggalkan segala keburukannya itu.
Karena itu dia meminta nasihat dari Rasulullah saw.

8
Dalam perjalanan pulang dari menemui Rasulullah, lelaki itu berkata di
dalam hatinya : “Berat juga aku hendak melakukan apa yang dikehendaki
oleh Rasulullah itu.”
Maka setiap kali hatinya terdorong untk berbuat jahat, suara hatinya selalu
berkata. “Beraninya engkau berbuat jahat. Apakah jawabanmu nanti apabila
ditanya oleh Rasulullah? Sanggupkah engkau berbohong kepadanya?” bisik
suara hatinya tersebut. Setiap kali dia hendak berbuat jahat, maka dia
teringat segala pesan Rasulullah dan setiap kali itu pula hatinya berkata :
“Kalau aku berbohong kepada Rasulullah saw. berarti aku telah
mengkhianati janjiku pada Rasulullah.
Setelah dia berjuang dengan melawan hawa nafsunya itu, akhirnya lelaki itu
sukses dalam menentang kehendak nalurinya. Menurut hadis itu lagi, sejak
hari itu mulailah babak baru dalam hidupnya. Dia telah berhijrah dari
kejahatan kepada kemuliaan hidup hingga akhirnya dia telah berubah
menjadi mukmin yang soleh dan mulia.

3. Cara Membudayakan Jujur


a. Pembiasaan sejak dini
Sikap jujur harus dibiasakan sejak kanak-kanak agar sikap jujur tersebut
melekat pada diri anak tersebut. Karena dasarnya sikap jujur itu tumbuh
dengan membiasakan diri yang dibekali rasa percaya tanpa ada keraguan
sedikitpun dari dalam diri. Apabila anak-anak sudah dibiasakan untuk
bersikap jujur dan bertanggung jawab sejak dini, hal itu akan sangat
berpengaruh terhadap perkembangannya dan membangun karakternya agar
menjadi manusia yang bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat.

b. Memperdalam dan mengamalkan ajaran Islam


Melalui proses pendidikan Islam, umat Islam akan paham dan mengamalkan
kejujuran dengan segala konsekuensinya dalam menjalani kehidupan
sehari-hari. Konsekuensi yang dimaksud adalah dampak positif atau
manfaat dari kejujuran itu sendiri. Dengan demikian, umat Islam layaknya

9
bersikap jujur, baik kepada diri sendiri maupun orang lain dalam kehidupan
bermasyarakat.

c. Membuat lingkungan kejujuran


Lingkungan memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam membentuk
perilaku seseorang. Apabila lingkungan itu baik, maka orang-orang yang
berada di dalamnya akan baik, dan begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu
kita harus cerdas dalam memilih lingkungan pergaulan agar tidak terjebak
dalam kesesatan dunia ini. Sebagaimana sabda Rasulullah saw. : Dari Abu
Musa r.a. Nabi saw. bersabda: Permisalan teman yang baik dan teman yang
buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi.
Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau
engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau
tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi
(percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap
mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan
Muslim 2628)

d. Menghayati dan memahami betapa besar manfaat kejujuran dan akibat


tidak jujur
Sebagai umat Islam yang dibekali akal sehat dan iman oleh Allah, tentunya
kita perlu memilah hal yang patut dikerjakan dan dijauhi dalam menjalani
kehidupan, termasuk dalam hal kejujuran. Kejujuran mendatangkan
manfaat yang luar biasa bagi umat manusia, baik dengan cara yang terduga
maupun tak terduga kedatangannya. Sedangkan ketidakjujuran akan
memberikan kerugian besar kepada umat manusia sehingga umat manusia
perlu menjauhi sikap tidak jujur ini.

10
e. Hikmah Perilaku Jujur dalam Kehidupan Sehari-hari di Masyarakat
1) Semakin dipercaya oleh orang lain
Dengan sikap dan sifat jujur yang dimiliki oleh seseorang, hal itu akan
meningkatkan rasa kepercayaan orang lain kepadanya.. Layaknya
ungkapan siapa yang jujur akan makmur, siapa tidak jujur pasti
hancur, hal itu berarti apabila seseorang bersikap jujur, orang lain akan
semakin percaya kepadanya, sedangkan apabila seseorang tidak
bersikap jujur, orang lain tidak lagi percaya kepadanya. Sebagai
makhluk sosial, sudah seharusnya umat manusia menjaga
kepercayaan orang lain dengan bersikap jujur, karena kepercayaan itu
hanya datang sekali saja.

2) Meningkatkan harga diri


Dengan besarnya kepercayaan orang lain kepada seseorang, hal
tersebut secara tidak langsung akan meningkatkan harga dirinya,
begitu pula sebaliknya. Sehingga umat manusia juga harus menjaga
kepercayaan orang lain kepadanya dalam rangka menjaga harga
dirinya di mata orang lain.

3) Dicintai oleh Allah swt.


Tak hanya bermanfaat dalam masalah keduniaan, namun sang
Pencipta juga akan cinta kepada sesorang yang mengikuti perintah-
Nya, termasuk dalam hal kejujuran. Allah pasti menyukai orang yang
bersikap jujur, sehingga dengan kejujurannya tersebut ia tak hanya
disenangi oleh masyarakat sekitar maupun kerabat, namun juga Allah
yang Maha Besar.

4) Menumbuhkan perasaan aman dan nyaman


Seseorang yang jujur akan memberikan rasa aman dan nyaman
terhadap orang lain. Sehingga orang lain tidak akan menaruh perasaan
curiga dan hati-hati sedikitpun terhadap seseorang yang jujur tersebut.

11
Sebaliknya orang yang tidak jujur akan selalu dicurigai serta orang
akan merasa tidak nyaman apabila berada di sekitarnya.

5) Terlindungi hak-haknya dengan selamat


Dengan sikap jujur, seseorang akan menjaga hak-hak orang lain
dengan adil. Sehingga akan terjadi hubungan timbal balik, yaitu hak-
haknya juga akan dijaga oleh orang lain. Sebaliknya, orang yang tidak
jujur akan hilang hak-haknya karena perilakunya sendiri.

6) Mendukung tercapainya tujuan bangsa dan negara


Dengan sikap jujur, bangsa Indonesia akan semakin cepat dan mudah
dalam mencapai tujuan bangsa dan negara. Apabila suatu negara
dipenuhi oleh orang-orang yang tidak berperilaku jujur, baik
rakyatnya maupun pejabat negaranya, maka negara tersebut tidak akan
bisa berkembang dengan baik sesuai dengan tujuan bangsa dan
negaranya.

2.5 Perilaku Jujur dalam Kehidupan Sehari-hari yang Berkembang di


Masyarakat

Contoh-contoh perilaku jujur, antara lain :

1. Seperti kisah Abdullah bin Masud seorang yang punya sifat jujur.
Abdullah bin Masud merupakan seorang penggembala kambing. Dia
menggembala kambing milik seorang petinggi Quraisy Uqbah bin Abi
Muaith. Dari pagi hingga sore dia menggembala. Pada suatu hari saat
menjaga ternaknya, ada dua orang laki-laki paruh baya menghampirinya.
Kedua laki-laki itu nampak haus dan kelelahan. Mereka kemudian
memberi salam kepada Abdullah bin Masud dan memintanya untuk
memerahkan susu kambing tersebut. Akan tetapi, Abdullah bin Masud
menolak memberikan susu itu karena bukan miliknya. "Kambing-kambing

12
ini bukan milik saya. Saya hanya memeliharanya," katanya jujur.
Mendengar jawaban itu, dua laki-laki tersebut tak memberikan bantahan.
Walaupun sangat kehausan, mereka sangat senang dengan jawaban jujur
si penggembala. Kegembiraan ini sangat jelas di wajag mereka. Ternyata
kedua orang itu adalah Rasulullah SAW dan sahabatnya Abu Bakar Ash
Shiddiq. Hari itu, keduanya pergi ke pegunungan Makkah untuk
menghindari perlakuan kejam kaum Quraisy.
"Apakah kau mempunyai kambing betina yang belum dikawinkan?," tanya
Rasulullah. "Ada," jawab Abdullah.
Lalu Abdullah mengajak Rasulullah dan sahabatnya melihat seekor
kambing betina yang masih muda. Kemudian, kaki kambing itu diikat.
Rasulullah menyuapkan tangannya ke tubuh kambing tersebut sambil
berdoa kepada Allah.
Saat itulah turun rizki dari Allah. Tiba-tiba saja susu kambing itu mengalir
sangat banyak. Abu Bakar segera mengambil sebuah batu cekung yang
digunakan untuk menampung air susu hasil perahan. Ketiganya pun
meminumnya bersama-sama. Setalah itu, Rasulullah berkata "kempislah".
Seketika susu kambing menjadi kempis dan tidak mengeluarkan susu lagi.
Abullah pun takjub dan terkejut menyaksikan hal tersebut. Sebab kambing
tersebut sebelumnya belum pernah mengeluarkan air susu. Tapi di depan
matanya saat itu kambing malah mengeluarkan air susu yang banyak dan
dinikmati bersama. Itu adalah karunia Allah. Muncul kekaguman Abullah
kepada tamunya. Tak lama usai peristiwa itu, Abdullah memeluk agama
Islam dan kelak menjadi salah satu penghafal Alquran terbaik.

2. Contoh perilaku jujur di rumah, antara lain :


a. Tidak berbohong kepada ayah dan ibu;
b. Mengakui kesalahan dan meminta maaf;
c. Meminta izin kepada ayah dan ibu jika keluar rumah.

13
3. Contoh perilaku jujur di sekolah, antara lain :
a. Tidak menyontek saat ulangan;
b. Meminta izin jika memakai barang milik teman;
c. Tidak berbohong kepada guru dan teman.

4. Contoh perilaku jujur di masyarakat, antara lain :


a. Mengembalikan barang temuan kepada pemiliknya;
b. Jika berjanji harus ditepati;
c. Tidak mencuri barang milik tetangga.

2.6 Keterkaitan Jujur dengan Keimanan


Jika kita ingin mengkaitkan atau menghubungkan antara iman dan kejujuran,
kita akan menemukan beberapa hal yang saling terkait. Pertama, iman menjadi
landasan seseorang dalam beramal shalih, termasuk kejujuran. Dengan didasari
oleh iman kepada Allah, kejujuran ini akan bernilai ibadah dan memberikan
balasan surga kepada seseorang yang mengerjakannya. Sebagaimana firman
Allah swt.

Artinya : Sungguh orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, untuk


mereka disediakan surga Firdaus sebagai tempat tinggal. (Q.S. Al-
Kahfi/18:107)

Tak hanya itu, iman juga memiliki makna tashdiq, yaitu benar atau jujur.
Maksud tashdiq di sini adalah membenarkan ajaran-ajaran yang datang dari
Allah, bukan hanya menetapkannya dalam hati, tetapi juga
mengekspresikannya dalam perkataan, serta mengaplikasikannya dalam
perbuatan sehari-hari.

Bahkan dalam sebuah riwayat, Rasulullah saw. bersabda: dari Abu Hurairah
bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Iman dan kekufuran tidak akan
berkumpul dalam hati seseorang , kebenaran dan kebohongan tidak akan

14
berkumpul bersama-sama, dan khianat dan amanah tidak akan berkumpul
bersama-sama.” (HR. Ahmad)

Ditegaskan dalam hadits tersebut bahwa hubungan antara iman dan kejujuran
adalah sangat erat. Iman berkaitan erat dengan kebenaran (kejujuran), serta
amanah merupakan sesuatu yang sangat bertentangan dengan kekufuran,
kebohongan, dan khianat, sehingga tidak akan pernah saling bertemu atau
bercampur. Kekufuran, kebohongan, dan khianat itulah yang perlu dijauhi oleh
umat manusia dalam rangka menjaga perdamaian serta keimanan di dalam
dirinya kepada Allah swt.

2.7 Kaitan antara Perilaku Jujur dalam Kehidupan Sehari-hari dengan


Keimanan

Semakin kuat keimanan seseorang, maka akan semakin kuat pula kejujurannya
dalalam menjalani kehidupan sehari-hari. Karena orang yang beriman akan
percaya bahwa setiap perbuatan yang dilakukannya berada dalam pengawasan
Allah yang Maha Melihat, setiap perkataan yang diucapkannya berada dalam
pengawasan Allah yang Maha Mendengar, dan ia percaya bahwa setiap
perbuatan dan perkatannya tersebut akan dipertanggungjawabkan kelak di
hadapan Allah swt., sehingga ia akan selalu menjaga apa yang dilakukannnya
dan apa yang diucapkannya. Contohnya adalah seorang pedagang yang
beriman tidak akan berbuat kecurangan dengan mengurangi timbangan, karena
perilaku tersebut termasuk perilaku curang yang diancam akan masuk ke dalam
neraka Wail.

15
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Dari penjelasan di atas, maka dapat kita ketahui betapa pentingnya kejujuran dalam
kehidupan umat manusia, baik karena perintah Allah swt. maupun karena hikmah
yang dapat kita ambil dari perilaku jujur. Dengan bersikap jujur, hidup seseorang
akan damai, tentram, disukai orang lain bahkan Allah swt., dan akan menambah
tingkat keimanan seseorang kepada sang Pencipta alam semesta, yaitu Allah swt.
Jujur pun tidak hanya dalam perbuatan, namun juga dalam berniat, berbicara,
berjanji, dan melihat kenyataan yang ada. Serta menanamkan sikap jujur dalam diri
seseorang pun tidak sulit dan dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya
adalah menjaga pergaulan agar tidak tersesat dalam kekafiran yang menjauhkan diri
kepada Allah swt. Dan yang paling penting adalah Allah sudah memerintahkan
umatnya untuk selalu bersikap jujur dan untuk meneladani sikap Rasullah saw.
beserta sahabatnya yang memiliki kejujuran yang luar biasa, salah satunya ada Abu
Bakar. Sehingga hamba Allah wajib hukumnya menaati aturan Allah yang akan
membawa manfaat besar bagi kehidupan, baik kehidupan sendiri maupun orang
lain.

3.2 Penutup
Demikianlah isi makalah kami, atas segala kekurangan dan kesalahan dalam
penulisan makalah ini, kami mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Atas segala bantuan teman-teman dan guru pengajar pelajaran Pendidikan Agama
Islam kami ucapkan terima kasih.

16
DAFTAR PUSTAKA
Daud, Ma’Mur. 2007. Terjemah Hadis Shahih Muslim Jilid III. Jakarta: Klang
Book Centre
Daud, Ma’Mur. 2007. Terjemah Hadis Shahih Muslim Jilid IV. Jakarta: Klang
Book Centre
El Mahallawy, Mohamed. “Al-Quran dan terjemahannya”. 2016
https://quran.com
Mukaromah, Kholila. “Artikel Islami, Iman, dan Kejujuran”. 2012
https://www.tongkronganislami.net/makalah-islami-pengertian-korelasi-iman/
Ningrum, Desi Aditia. “Kisah si Penggembala Kambing yang jujur”. 11 Juni 2016
https://www.merdeka.com/peristiwa/kisah-si-penggembala-kambing-yang-
jujur.html
Mianoki, Adika. “Pengaruh Teman Bergaul”. 9 April 2012
https://muslim.or.id/8879-pengaruh-teman-bergaul.html
Ibrahim, Adzikra. “Pengertian Jujur dan Macam-macam Sifat Jujur dalam Agama
Islam”.
https://pengertiandefinisi.com/pengertian-jujur-dan-macam-macam-sifat-jujur-
dalam-agama-islam/

17

Anda mungkin juga menyukai