Disusun Oleh :
NAMA KELOMPOK
-RIDHO HENDIKA
-RIKI HAFIDZPRASETYO
-RIKI RIVALDO
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “JUJUR” ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
pelajaran pendidikan anti korupsi. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang bersikap jujur di kehidupan sehari-hari bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Terlebih dahulu, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Siti Muwahidah,S.Th.i,M.Ag,
selaku guru Pendidikan Anti Korupsi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan
semua, terima kasih atas bantuannya sehingga sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
ini.
Kemudian, kami menyadari bahwa tugas yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan demi kesempurnaan
laporan ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian jujur ............................................................................... 2
B. Pentingnya memiliki sifat jujur ........................................................ 4
C. Contoh kejujuran Nabi Muhammad SAW........................................ 6
D. Menerapkan Perilaku Jujur .............................................................. 6
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jujur adalah sifat terpuji yang merupakan faktor terbesar tegaknya agama dan dunia.
Kehidupan dunia tidak akan baik, dan agama juga tidak bisa tegak diatas kebohongan,
penghianatan serta perbuatan curang.Jujur dan mempercayai kejujuran, merupakan ikatan
yang amat erat dengan para rosul dan orang-orang yang beriman. Sebagaimana telah
dijelaskan dalam firman Allah SWT bahwasannya jujur mempunyai kedudukan yang amat
tinggi dimata Allah SWT, juga dalam pandangan islam juga dalam pandangan islam serta dalam
pandangan orang-orang beradab dan juga akibatnya yang baik, serta betapa bahayanya
berbohong dan mendustakan kebenaran.Akan tetapi jikalau kita lihat dan perhatikan tentang
kehidupan sosial sekarang bahwa kejujuran sudah jarang ditanamkan pada jiwa dan karakter
seseorang, sudah jarang kejujuran diaplikasikan danditerapkan pada kehidupan keseharian
seseorang. Bahkan sekarang kebohongan, lawan dari kejujuran malah secara tidak langsung
diajarkan kepada anak-anak. Seorang guru disekolah dengan terang-terangan mengajarkan
anak didiknya untuk bebohong, membiarkan anak didiknya mencontekketika ujian, bahkan
yang sangat memprihatinkan adalah sekarang banyak sekolah-sekolah yang mengkoordinasi
pembelian kunci jawaban atas para siswanya sebagai jalan pintas dan sebagai
bahanmencontek untuk menjawab soal ujian negara. Karena itu dalam makalah ini saya akan
mencoba membahs tentang kejujuran
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Jujur
Dalam bahasa Arab, kata jujur semakna dengan “aś-śidqu” atau “śiddiq” yang berarti
benar, nyata, atau berkata benar. Lawan kata ini adalah dusta, atau dalam bahasa
Arab “al-kazibu”. Secara istilah, jujur atau aś-śidqu bermakna (1) kesesuaian antara
ucapan dan perbuatan; (2) kesesuaian antara informasi dan kenyataan; (3) ketegasan
dan kemantapan hati; dan (4) sesuatu yang baik yang tidak dicampuri kedustaan.
Imam al-Gazali membagi sifat jujur atau benar (śiddiq) sebagai berikut.
Jujur dalam niat atau berkehendak, yaitu tiada dorongan bagi seseorang dalam
segala tindakan dan gerakannya selain dorongan karena Allah Swt.
Jujur dalam perkataan (lisan), yaitu sesuainya berita yang diterima dengan yang
disampaikan. Setiap orang harus dapat memelihara perkataannya. Ia tidak berkata
kecuali dengan jujur. Barangsiapa yang menjaga lidahnya dengan cara selalu
menyampaikan berita yang sesuai dengan fakta yang sebenarnya, ia termasuk jujur
jenis ini. Menepati janji termasuk jujur jenis ini.
Kejujuran merupakan fondasi atas tegaknya suatu nilai-nilai kebenaran, karena jujur
identik dengan kebenaran. Allah Swt. berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman!
Bertakwalah kamu kepada Allah Swt. dan ucapkanlah perkataan yang benar.” (Q.S.
al-Ahzāb/33:70) 2
Orang yang beriman perkataannya harus sesuai dengan perbuatannya karena sangat
berdosa besar bagi orang-orang yang tidak mampu menyesuaikan perkataannya
dengan perbuatan, atau berbeda apa yang di lidah dan apa yang diperbuat. Allah
Swt. berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu
mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (Q.S. aś-Śaff/61:2-3)
Pesan moral ayat tersebut tidak lain memerintahkan satunya perkataan dengan
perbuatan. Dosa besar di sisi Allah Swt., mengucapkan sesuatu yang tidak disertai
dengan perbuatannya. Perilaku jujur dapat menghantarkan pelakunya menuju
kesuksesan dunia dan akhirat. Bahkan, sifat jujur adalah sifat yang wajib dimiliki oleh
setiap nabi dan rasul. Artinya, orang-orang yang selalu istikamah atau konsisten
mempertahankan kejujuran, sesungguhnya ia telah memiliki separuh dari sifat
kenabian.
Jujur adalah sikap yang tulus dalam melaksanakan sesuatu yang diamanatkan, baik
berupa harta maupun tanggung jawab. Orang yang melaksanakan amanat disebut al-
Amin, yakni orang yang terpercaya, jujur, dan setia. Dinamakan demikian karena
segala sesuatu yang diamanatkan kepadanya menjadi aman dan terjamin dari segala
bentuk gangguan, baik yang datang dari dirinya sendiri maupun dari orang lain. Sifat
jujur dan terpercaya merupakan sesuatu yang sangat penting dalam segala aspek
kehidupan, seperti dalam kehidupan rumah tangga, perniagaan, perusahaan, dan
hidup bermasyarakat.
Nabi menganjurkan kita sebagai umatnya untuk selalu jujur. Kejujuran merupakan
akhlak mulia yang akan mengarahkan pemiliknya kepada kebajikan, sebagaimana
dijelaskan oleh Nabi Muhammad saw., Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu,
ia berkata: Telah bersabda Rasulullah: “Sesungguhnya jujur itu membawa kepada
kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga….” (H.R. Muslim)
Sifat jujur merupakan tanda keislaman seseorang dan juga tanda kesempurnaan bagi
si pemilik sifat tersebut. Pemilik kejujuran memiliki kedudukan yang tinggi di dunia
dan akhirat. Dengan kejujurannya, seorang hamba akan mencapai derajat orang-
orang yang mulia dan selamat dari segala keburukan.
Dapat kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari bahwa orang yang jujur akan
dipermudah rezeki dan segala urusannya. Contoh yang perlu diteladani adalah
kejujuran, Nabi Muhammad saw. ketika beliau dipercaya oleh Siti Khadijah untuk
membawa barang dagangan lebih banyak lagi. Selama membawa barang dengan
tersebut, beliau selalu menerapkan kejujuran. Kepada para pembelinya, beliau selalu
berkata jujur tentang kondisi barang dengan yang dijualnya. Sifat jujur yang
dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. selama berdagang mendatangkan kemudahan
dan keuntungan yang lebih besar. Apa yang dilakukan Nabi Muhammad saw. adalah
contoh dalam kehidupan sehari-hari tentang hikmah perilaku jujur.
4
Sebaliknya, orang yang tidak jujur atau bohong akan dipersulit rezeki dan segala
urusannya. Orang yang pernah berbohong akan terus berbohong karena untuk
menutupi kebohongan yang diperbuat, dia harus berbuat kebohongan lagi.
Bersyukurlah bagi orang yang pernah berbohong kemudian sadar dan mengakui
kebohongannya itu sehingga terputusnya mata rantai kebohongan.
Menurut tempatnya, jujur itu ada beberapa macam, yaitu jujur dalam hati atau
niat, jujur dalam perkataan atau ucapan, dan jujur dalam perbuatan.
1. Jujur dalam Niat dan Kehendak
Jujur dalam niat dan kehendak yaitu motivasi bagi setiap gerak dan langkah
seseorang dalam rangka menaati perintah Allah Swt. dan ingin mencapai rida-Nya.
Jujur sesungguhnya berbeda dengan pura-pura jujur. Orang yang pura-pura jujur
berarti tidak ikhlas dalam berbuat.
2. Jujur dalam Ucapan
Jujur dalam ucapan yaitu memberitakan sesuatu sesuai dengan realitas yang
terjadi. Untuk kemaslahatan yang dibenarkan oleh syariat seperti dalam kondisi
perang atau mendamaikan dua orang yang bersengketa atau perkataan suami yang
ingin menyenangkan istrinya, diperbolehkan untuk tidak mengatakan hal yang
sebenarnya. Setiap hamba berkewajiban menjaga lisannya, yakni berbicara jujur dan
dianjurkan menghindari kata-kata sindiran karena hal itu sepadan dengan
kebohongan. Benar/jujur dalam ucapan merupakan jenis kejujuran yang paling
tampak dan terang di antara macam-macam kejujuran.
3. Jujur dalam Perbuatan
Jujur dalam perbuatan yaitu seimbang antara lahiriah dan batiniah hingga
tidaklah berbeda antara amal lahir dan amal batin. Jujur dalam perbuatan ini juga
berarti melaksanakan suatu pekerjaan sesuai dengan yang diridai Allah Swt. dan
5
melaksanakannya secara terus-menerus dan ikhlas.
Merealisasikan kejujuran, baik jujur dalam hati, jujur dalam perkataan, maupun
jujur dalam perbuatan membutuhkan kesungguhan. Adakalanya kehendak untuk jujur
itu lemah, adakalanya pula menjadi kuat.
Ketika Nabi Muhammad saw. hendak memulai dakwah secara terbuka dan terang-
terangan, langkah pertama yang dilakukan, Rasulullah saw. berdiri di atas bukit, kemudian
memanggil-manggil kaum Quraisy untuk berkumpul, “Wahai kaum Quraisy, kemarilah
kalian semua. Aku akan memberikan sebuah berita kepada kalian semua!”
Jujur adalah perilaku yang sangat mulia. Jujur adalah sifat yang wajib dimiliki oleh para
nabi dan rasul Allah Swt. sehingga separuh gelar kenabian akan disandangkan kepada orang-
orang yang senantiasa menerapkan perilaku jujur. Penerapan perilaku jujur dalam
kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat misalnya
seperti berikut.
1. Meminta izin atau berpamitan kepada orang tua ketika akan pergi ke mana pun.
A. Kesimpulan
Diperbolehkan dusta hanya untuk tiga hal saja, yaitu ketika seorang istri memuji
suaminya atau sebaliknya. Ketika seseorang yang akan mencelakai orang yang tidak bersalah
dengan mengatakan bahwa orang yang dicari tidak ada. Ketika ucapan dusta untuk
mendamaikan dua orang yang sedang bertikai agar damai dan rukun kembali.
B. Saran
Segala sesuatu bila dibiasakan, niscaya akan menjadi sebuah kebiasaan. Entah itu
yang baik atau pun yang buruk. Membiasakan diri untuk selalu jujur, walaupun dalam hal
yang dalam pandangan kita kecil, akan membuat kejujuran menjadi kebiasaan kita. Jangan
meremehkan hal yang kecil, sebab sesuatu yang besar bermula dari yang kecil.
8
DAFTAR PUSTAKA
As Suyuthi, Jalaludin. 2008. Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’ān. Jakarta: Gema Insani Press.
Kementerian Agama RI. 2011. Islam Rahmatan Lil’alamin. Jakarta: Kementerian Agama RI.
Kementerian Agama RI. 2012. Tafsir al-Qur’ān Tematik. Jakarta: Kementerian Agama RI.
Kementerian Agama RI. 2011. Al-Qur’ān dan Tafsirnya. Jakarta: Kementerian Agama RI.
Masan AF. 2009. Aqidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah kelas VIII. Semarang: Toha Putra.