Anda di halaman 1dari 18

NILAI KEJUJURAN KEBENARAN DAN KEADILAN

PEDIDIKAN AGAMA ISLAM


Dosen Pengampu:

AJANG SAEPUL ANWAR M.A

Disusun Oleh:
SETIA SUDRAJAT NPM. ...
MOCH RIDWAN NPM. …
MARIA ULFA SABILA NPM. …

KELAS EP 04

PROGRAM STUDI EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI PEMBANGUNAN
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI BUDI PERTIWI KARAWANG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas limpahan
rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa adanya halangan
dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Ajang saepul anwar
sebagai dosen pendidikan agama islam yang telah membantu memberikan arahan dan
pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang kami tulis
dan kami susun dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

ii
DAFTAR ISI

COVER……………………………………………………………………
KATA PENGANTAR…………………………………………………….
DAFTAR ISI………………………………………………………………
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………….
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………
1.3 Tujuan Penulisan ………………………………………………………
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Nilai penting kejujuran…………..............................................................
2.2 Kebenaran….……………………………………………………………
2.3 Keadilan……....…….…………………………………………………..
BAB III: PENUTUP
3.1 kesimpulan………………………………………………………………
3.2 Saran……..……………………………………………………………...

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan seseorang, setiap
orang berhak untuk mengharapkan dan mendapatkan pendidikan, serta diharapkan
selalu berkembang di dalamnya. Pendidikan itu tidak akan ada habisnya, sepanjang
manusia masih ada di muka bumi ini maka sepanjang itu pula pendidikan akan terus
ada. Tidak ada batasan usia dalam menuntut ilmu, kita diwajibkan menuntut ilmu dari
kita lahir sampai akhir hayat. Pendidikan pertama yang kita dapat yaitu dari
lingkungan keluarga, kemudian lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Dalam rangka mengembangkan dan membangun potensi manusia seutuhnya,
diperlukan adanya pelaksanaan pendidikan agama sebagai mata pelajaran wajib di
sekolah pada semua jalur jenis dan jenjang pendidikan.
Pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia. Mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diajarkan di sekolah secara keseluruhannya
mencakup dalam ruang lingkup al-Qur’an hadits, Keimanan, Akhlak, Fiqh ibadah dan
Sejarah, sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup Pendidikan Agama Islam
mencakup perwujudan keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia
dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun
lingkungannya (hablun minallah wa hablun minannas). Jadi, Pendidikan Agama
Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan
peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Manusia sebagai makhluk yang diberi kelebihan oleh

iv
Allah SWT dengan suatu bentuk akal pada diri manusia yang tidak dimiliki oleh
makhluk Allah yang lain dalam kehidupannya. Untuk mengolah akal pikirnya
diperlukan suatu pola pendidikan melalui suatu proses pembelajaran. Proses
pembelajaran bisa disebut interaksi edukatif yang sadar akan tujuan, artinya interaksi
yang telah dicanangkan untuk suatu tujuan tertentu, setidaknya tercapai tujuan
instruksional atau tujuan pembelajaran yang dirumuskan dalam satuan pelajaran
Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib
diajarkan pada semua jenis dan jenjang pendidikan di Indonesia. Pendidikan Islam
merupakan sistem pendidikan nasional yang termasuk di dalamnya materi tentang
mengutamakan kejujuran kebenaran dan menegakkan keadilan yang merupakan
materi disemester awal ini. Di dalam materi tersebut telah dijelaskan bagaimana cara
berperilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari, baik di rumah, di sekolah maupun di
masyarakat. Jadi, diharapkan dengan materi yang telah dipelajarinya, mahasiswa/i
akan menghasilkan perubahan perilaku, dengan cara menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari dengan cara berperilaku jujur.
Kejujuran kebenaran dan keadilan merupakan sifat mulia yang harus dimiliki
setiap mukmin. Ketiganya harus ditanamkan dan dibiasakan sejak usia dini. Di
rumah, di sekolah, di masyarakat dan di manapun harus terbiasa berperilaku jujur
benar dan adil. Penanaman nilai kejujuran dapat dilakukan melalui kegiatan
keseharian yang sederhana dan sebagai suatu kebiasaan, yaitu perilaku yang dapat
membedakan milik pribadi dan milik orang lain. Kemampuan dasar untuk
membedakan merupakan dasar untuk bersikap jujur.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang diambil dari isi pemabahasan ini adalah: “pentingnya
nilai kejujuran kebenaran dan keadilan yang bisa kita terapkan dikehidupan
sehari-hari baik didalam keluarga, lingkungan kampus, maupun didalam
lingkungan masyarakat.

v
1.3 Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui point penting tentang nilai kejujuran kebenaran dan keadilan
b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kejujuran kebenaran dan
keadilan bagi setiap mahasiswa/i
c. Menerapkan sikap jujur benar dan adil bagi kehidupan mahasiswa/i sehari-hari baik
dilingkungan keluarga, dilingkungan kampus dan juga dilingkungan masyarakat.

vi
BAB II
PEMBAHASAN

1. Nilai Penting Kejujuran


Kejujuran dapat diartikan dengan menyampaikan segala sesuatu sesuai dengan
kenyataan yang ada, baik dalam perkataan, perbuatan, tulisan atau pun isyarat, dalam
arti meliputi seluruh aktifitas sebagai muslim, dimulai dari niat sampai kepada
pelaksanaannya.
1 Setiap orang harus menjaga perkataannya, tidak berkata kecuali yang benar dan
secara jujur. Jujur dalam perkataan merupakan jenis jujur yang paling terkenal dan
jelas. Dia juga harus menghindari perkataan yang dibuat-buat, karena hal ini termasuk
jenis dusta, kecuali jika ada keperluan yang mendorongnya berbuat begitu dan dalam
kondisi-kondisi tertentu bisa mendatangkan kemaslahatan. Dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia, kata al-sidq diartikan dengan makna jujur, yaitu ketulusan hati atau
kelurusan hati.
2 Yang dimaksud dengan benar ialah betul, tidak salah, lurus, adil atau
sungguhsungguh sah, tidak bohong, sejati. Menurut bahasa Arab ‫ صديق‬yang benar
perkataannya dan amalnya.
3 Jujur juga termasuk dari bagian sifat Rasul yaitu siddiq, orang yang bersifat
siddiq selalu benar dalam bersikap, ucapan dan perbuatan. Salah satunya terdapat
dalam QS. Maryam [19] ayat 50 ‫ا ٍق َعلِي نَا لَهُ ْم لِ َسا َن ِص ْد ْ ل َو َج َع َو َوهَ ْبنَا لَهُ ْم ِم ْن َر ْح َمتِنَا‬
Dan Kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat Kami dan Kami
jadikan mereka buah tutur yang baik lagi tinggi.
Dan dengan ungkapan lisa>na s}idiqin (buah tutur yang baik). Dalam QS. al-
Syu’ara>’ [26] ayat 84, ْ‫ ل ِخ ِري َن ٍق فِي ا ْل لِي لِ َسا َن ِص ْد َوا ْج َع‬Dan jadikanlah aku buah
tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian. Rasulullah Saw juga
bersabda mengenai pentingnya kejujuran sebagaimana diriwayatkan oleh Hakim bin

vii
Hizam: “Senantiasa kalian jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu membawa
kepada kebajikan, dan kebajikan kepada surga. Seseorang yang senantiasa jujur dan
berusaha selalu jujur, akhirnya ditulis Allah Swt sebagai seseorang yang selalu jujur.
Dan jauhilah kedustaan karena kedustaan itu membawa kepada kemaksiatan, dan
kemaksiatan membawa ke neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta dan selalu
berdusta, hingga akhirnya ditulis di sisi Allah Swt sebagai seorang pendusta.4
Rasulullah Saw juga selalu menganjurkan umatnya untuk selalu jujur, karena
kejujuran merupakan akhlak mulia yang akan membawa manusia kepada kebajikan
dan kemanfaatan dunia dan akhirat. Jujur menjanjikan balasan yang berlimpah baik di
dunia maupun akhirat. Setiap umat diharapkan untuk jujur kepada Allah Swt, jujur
kepada sesama manusia dan jujur kepada diri sendiri.

2. Kebenaran
“Kebenaran” dapat digunakan sebagai suatu kata benda yang konkret maupun
abstrak. Dalam bahasa Inggris “Kebenaran” disebut “truth”, Anglo-Saxon “Treowth”
(kesetiaan). Istilah latin “varitas”, dan Yunani “eletheid”, dipandang sebagai lawan
kata
“kesalahan”, “kesesatan”, “kepalsuan”, dan kadang juga “opini”.Dalam
bahasa „Arab “Kebenaran” disebut “al-haq” yang diartikan dengan “naqid al-
batil”.Sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia kata “Kebenaran”, menunjukkan
kepada keadaan yang cocok dengan keadaan yang sesungguhnya, sesuatu yang
sungguh-sungguh adanya.
Menurut „Abbas Hamami, jika subyek hendak menuturkan kebenaran artinya
adalah proposisi yang benar. Proposisi maksudnya adalah makna yang dikandung
dalam suatu pernyataan atau statement. Dan, jika subyek menyatakan kebenaran
bahwa proposisi yang diuji itu pasti memiliki kualitas, sifat atau karakteristik,
hubungan dan nilai. Hal yang demikian itu karena kebenaran tidak dapat begitu saja

viii
terlepas dari kualitas, sifat, hubungan dan nilai itu sendiri.28 Dengan adanya berbagai
macam katagori sebagaimana tersebut di atas, maka tidaklah berlebihan jika pada
saatnya setiap subjektif yang memiliki pengetahuan akan memiliki persepsi dan
pengertian yang amat berbeda satu dengan yang lainnya. Selanjutnya, setelah melalui
pembicaraan tentang berbagai “model” kerangka kebenaran, Harold H. Tutis sampai
kepada kesimpulan yang terjemahannya kurang lebih sebagai berikut: “Kebenaran”
adalah kesetiaan putusan-putusan dan ide-ide kita pada fakta pengalaman atau pada
alam sebagaimana apa adanya: akan tetapi sementara kita tidak senantiasa dapat
membandingkan putusan kita itu dengan situasi aktual, maka ujilah putusan kita itu
dengan putusan-putusan lain yang kita percaya sah dan benar, atau kita ujilah
putusan-putusan itu dengan kegunaannya dan dengan akibat-akibat praktis.29 Tidak
jauh berbeda dengan apa yang telah disimpulkan oleh Titus di atas mengenai arti
“kebenaran”. Patrick juga mencoba menawarkan alternatif sikap terhadap atau
mengenai “kebenaran” itu dengan menyatakan, yang terjemahnya kurang lebih
sebagai berikut: Agaknya pandangan yang terbaik mengenai ini (kebenaran) adalah
bahwa kebenaran itu merupakan kesetiaan kepada kenyataan. Namun sementara
dalam beberapa kasus kita tidak dapat membandingkan idea-idea dan putusan-
putusan kita dengan kenyataan, maka yang terbaik yang dapat kita lakukan adalah
melihat jika idea-idea dan putusanputusan itu konsisten dengan idea-idea dan
putusan-putusan lain, maka kita dapat menerimanya sebagai benar.30 Kebenaran
jenis pengetahuan keempat yaitu: Pengetahuan Agama. Pengetahuan jenis ini
memiliki sifat dogmatis, yakni pernyataan dalam suatu agama selalu dihampiri oleh
keyakinan yang telah ditentukan, sehingga pernyataan-pernyataan dalam ayat-ayat
kitab suci agama memiliki nilai kebenaran sesuai dengan keyakinan yang digunakan
untuk memahaminya itu. Implikasi makna dari kandungan kitab suci itu dapat
berkembang secara dinamik sesuai dengan perkembangan zaman, akan tetapi
kandungan maksud dari kitab suci itu tidak dapat dirubah dan sifatnya absolut.

ix
3. keadilan
 Defenisi Makna Keadilan Dalam Al-Qur’an
Makna adil berasal dari kata masdar dari kata kerja yakni ‫يعدل – عدل‬
‫ – عدالة – َ الَعد – َ عدال‬yang mana ketiga huruf dasar adil bermakna
keadaan menyimpang yang bertolak belakang yakni lurus atau sama dan
bengkok atau berbeda. Dalam menetapkan suatu hukum kata adil yakni
menetapkan hukum dengan benar. Maka dikatakan seorang yang adil
adalah seseorang yang berjalan lurus dan sikapnya selalu menggunakan
ukuran yang sama bukan double atau ganda. Sehingga persamaan tersebut
yang menjadikan makna adil adalah tidak keterpihakan kepada pihak mana
pun yang berselisih. Yang mana hanya berpihak kepada segala sesuatu
yang benar. Dengan sikap yang tidak berpihak sehingga segala sesuatunya
akan patut dan tidak sewenang-wenang kehendaknya tanpa keadilan.1
Adil dimaknai seimbang, tidak berpihak, dan memberikan hak
kepada orang yang berhak menerimanya tanpa sedikitpun dikurangi, dan
menempatkan segala sesuatu pada tempatnya. Dan mengucapkan kalimat
yang benar tanpa ditakuti kecuali Allah SWT. Kemudian ia menetapkan
suatu kebenaran terhadap masalah-maslaah untuk dipecahkan sesuai
dengan aturan yang ditetapkan agama. Sehingga perbuatan adil adalah
suatu tindakan yang berdasar pada kebenaran. Dalam Q.S Al-Madinah
ayat: 8 Allah SWT menjelaskan:
ُ‫رب‬tَ ‫ َو َأ ْق‬tُ‫ ِدلُوا ه‬t‫ ِدلُوا ۚ ا ْع‬tْ‫وْ ٍم َعلَ ٰى َأاَّل تَع‬tَ‫نَآنُ ق‬t‫ ِر َمنَّ ُك ْم َش‬tْ‫ ِط ۖ َواَل يَج‬t‫هَدَا َء بِ ْالقِ ْس‬t‫وَّا ِمينَ هَّلِل ِ ُش‬tَ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ُكونُوا ق‬
َ‫لِلتَّ ْق َو ٰى ۖ َواتَّقُواهَّللا َ ِۚإنَّاللَّهَخَ بِي ٌربِ َماتَ ْع َملُون‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-
orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi
dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu
kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena

x
adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Sedangkan dalam Q.S. Ar-Rahman ayat: 7-9 Allah SWT menjelaskan
dalam firmanNya:
٩ َ‫ َواَقِ ۡي ُموا ۡال َو ۡزنَ بِ ۡالقِ ۡس ِط َواَل تُ ۡخ ِسرُوا ۡال ِم ۡي َزان‬٨ ‫ اَاَّل ت َۡطغ َۡوا فِى ۡال ِم ۡي َزا ِن‬٧ َ‫ض َع ۡال ِم ۡي َز ۙان‬
َ ‫َوال َّس َمٓا َء َرفَ َعهَا َو َو‬
Artinya : “Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca
(keadilan). Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. Dan
Tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi
neraca itu.”
Yang mana ayat di atas menjelaskan bahwa makna adil adalah
keseimbangan dan persamaan memberikan hak seseorang tanpa harus
mengurangi atau melebihi takaran
Adapun makna adil menurut para ulama‟ adalah sebagai berikut:
 Adil diartikan seimbang
Dalam firman Allah SWT yakni Q.S. Al-Infithar ayat 6 dan 7
disebutkan:
‫ك ْال َك ِري ۙ ِْم‬َ ِّ‫ٰيٓاَيُّهَا ااْل ِ ْن َسانُ َما َغرَّكَ بِ َرب‬
َ‫ك فَ َع َدلَ ۙك‬ َ ‫الَّ ِذيْ َخلَقَكَ فَ َس ٰ ّوى‬
Artinya: “Hai manusia, Apakah yang telah memperdayakan kamu
(berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu yang Maha Pemurah. Yang
telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan
menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang,”
Maknanya adalah suatu keseimbangan dimana hal ini sangat
dibutuhkan dengan melihat keberagaman kebutuhan setiap manusia
yang berbeda. Sehingga dapat seimbang antara satu dengan yang
lainnya dan tercapainya tujuan masing-masing.
M.Quraish Shihab menjelaskan bahwa dalam makana
keseimbangan ditemukan pada suatu kelompok yang di dalamnya

xi
terdapat macam-macam bagian guna menuju satu tujuan tertentu.
Hal tersebut selama syarat dan kadar tertentu dapat terpenuhi.
Sehingga kelompok tersebut dapat menuju tujuan tersebut.
 Adil diartikan sama
Dalam Firman Allah SWT Q.S. An-Nisa ayat: 58 dijelaskan:
 َ ‫ه ۗ اِ َّن هّٰللا‬tt ‫هّٰللا‬ ۙ ٓ ‫ا َّن هّٰللا يْأم ُر ُكم اَ ْن تَُؤ ُّدوا ااْل َمٰ ٰن‬
ِ َّ‫ت اِ ٰلى اَ ْهلِهَا َواِ َذا َح َك ْمتُ ْم بَ ْينَ الن‬
ٖ ِ‫اس اَ ْن تَحْ ُك ُموْ ا بِ ْال َع ْد ِل ۗ اِ َّن َ نِ ِع َّما يَ ِعظُ ُك ْم ب‬ ِ ْ ُ َ َ ِ
‫ص ْيرًا‬ ِ َ‫َكانَ َس ِم ْيع ًۢا ب‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu)
apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran
yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
mendengar lagi Maha melihat.”
Maksudnya yang mana bahwa adil diartikan sama dalam sikap
meperlakukan setiap orang. Adil dengan definisi persamaan prilaku
terhadap semua orang dan tidak membeda-bedakkan hak-haknya.
 Adil diartikan sebagai perhatian terhadap hak-hak individu dan
memberikan hak-hak tersebut sesuai dengan yang berhak
Maksudnya adalah menempatkan segala sesuatunya pada
tempatnya atau memberi pihak lain haknya melalui jalan yang
dekat.
 Adil dinisbatkan milik Allah SWT
Maksudnya adalah keadilan yang mutlak dalam setiap keadaan
yang dihadapi oleh setiap manusia. Sehingga keadilan ilahi
dimaknai sebagai rahmat dan kebaikanNya yang sejauh ini setiap
manusia dapat meraihnya.
 Macam-Macam Keadilan
Adapun beberapa macam keadilan yang secara

xii
pengklasifikasiannya dapat dibagi menjadi empat bagian, yakni:
 Berlaku adil kepada Allah SWT
Berlaku adil kepada Allah SWT adalah dengan menjadikan
Allah SWT sebai Tuhan yang benar-benar memiliki
kesempurnaan. Manusia sebagai makhluk ciptaannya harus
senantiasa tunduk dan taat atas segala perintahNya. Jadi
bagaimana manusia mampu memperlakukan Allah SWT
sebagai Tuhannya yang berkewajiban untuk menyembahNya.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. Adz- Dzariat
َ ‫ت ْال ِج َّن َوااْل ِ ْن‬
ayat: 56 disebutkan: ‫ن‬tِ ْ‫س ِااَّل ِليَ ْعبُ ُدو‬ ُ ‫َو َما خَ لَ ْق‬
Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
Ayat di atas menjelaskan bahwa hak yang harus dimiliki Allah
SWT adalah disembah dan kewajiban ummatNya adalah
menyembahNya.
 Berlaku adil kepada dirinya sendiri
Berlaku adil kepada dirinya sendiri adalah dimana diri kita
memiliki hak untuk ditepatkan ditempat yang baik dan benar.
Sehingga sangatlah diperlukan pemenuhan hak secara jasmani
dan rohani pada setiap diri manusia. Sehingga dalam konteks
adil pada diri sendiri adalah dengan tidak berbuat hal-hal yang
menyakitkan dan merugikan diri kita sendiri. Karena pada
hakekatnya bukanlah jalan yang baik ketika manusia yang
dilahirkan dalam keadaan suci sebagaimana fitrahnya lalu
dinodai dengan mengikuti segala hawa nafsu yang ada.
 Berlaku adil terhadap orang lain
Adil terhadap orang lain adalah bagaimana sesama manusia
dapat saling menempatkan diri pada tempat yang layak, benar,

xiii
dan sesuai dengan hak yang harus ia dapatkan. Tentunya
memberikan hak yang selayaknya didapat tidak dengan cara
yang tidak jujur maupun kebohongan. Sehingga perilaku adil
ini diperlakukan kepada setiap insan tanpa memandang apakah
orang lain menyakiti kita. Dalam firman Allah SWT sebutkan
Q.S. Al-Maidah ayat: 8 yakni:
َ ‫ َو َأ ْق‬tُ‫ ِدلُوا ه‬t‫ ِدلُوا ۚ ا ْع‬tْ‫وْ ٍم َعلَ ٰى َأاَّل تَع‬tَ‫نَآنُ ق‬t‫ ِر َمنَّ ُك ْم َش‬tْ‫ ِط ۖ َواَل يَج‬t‫هَدَا َء بِ ْالقِ ْس‬t‫وَّا ِمينَ هَّلِل ِ ُش‬tَ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ُكونُوا ق‬
ُ‫رب‬t
َ‫اتَ ْع َملُون‬ttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt‫و ٰى ۖ َواتَّقُواهَّللا َ ِۚإنَّاللَّهَ َخبِي ٌربِ َم‬ttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt
َ ‫لِلتَّ ْق‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi
orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena
Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk
Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat
kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
 Berlaku adil terhadap makhluk lain
Memaknai makhluk lain adalah segala macam bentuk ciptaan
Allah SWT. Dimana dalam bersikap adil tentunya harus
berlandaskan ajaran Islam yang ada. Dimana adanya sifat kasih
sayang yang menjadi hak dari seluruh ciptaan Allah SWT, baik
itu hewan maupun tumbuhan. Sehingga adanya hak yang
diperoleh oleh setiap makhluk lain tersebut.
Sedangkan kriteria keadilan dalam Islam dibagi menjadi 3 yakni:
 Keadilan dalam tatanan Pemerintahan.
Untuk mewujudkan masyarakat yang seimbang dan tumbuhnya
kesejahteraan dan kemakmuran dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan tentunya pemerintah di sini sangat penting artinya,
karena berlaku adil dalam melaksanakan kekuasaan menjamin

xiv
kemantapan hukum yaitu menetapkan hukum di antara manusia
sesuai dengan ketentuan yang telah disahkan dan disepakati bersama.
 Keadilan dalam Peradilan.
Seorang hakim wajib berlaku adil dan tidak boleh berat sebelah
dalam masalah-masalah persengketaan yang terjadi antara dua orang
atau golongan dengan memberikan :
 Kesempatan yang sama untuk menemuinya;
 perhatian yang sama;
 tempat yang sama;
 penetapan keputusan yang tidak berat sebelah.
 Keadilan terhadap Semua Manusia
Berlaku adil terhadap semua orang tanpa membeda-bedakan antara
yang kuat dan yang lemah, kulit putih dan hitam, Arab dan „ajam,
Muslim dan non Muslim serta berkuasa dan rakyat. Keadilan dalam
al-Qur‟an memperlakukan manusia seluruhnya secara sama, baik
dalam urusan pertanggung jawaban, pembahasan dan hak-hak sosial
lainnya. Keadilan yang didasarkan pada kebebasan, kesadaran
mutlak, persamaan sepenuhnya seluruh manusia dan tanggung jawab
timbal balik antara masyarakat dan individu

xv
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya mengenai
pengaruh kejujuran kebenaran dan keadilan, maka dapat diberikan kesimpulan
sebagai berikut:
1. Penguatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah memberikan
motivasi kepada mahasiswa/i, memperlihatkan contoh yang baik,
mengajarkan mahasiswa/i pentingnya menerapkan nilai kejujuran kebenaran
dan keadilan dikehidupan sehari-hari baik dikampus, dikeluarga maupun
dilingkungan masyarakat.
2. Ada juga 3 faktor penghambatnya nilai kejujuran kebenaran dan juga
keadilan: lingkungan, pergaulan di rumah dan di luar rumah, dan faktor
keluarga.

3.2 Saran
1. Untuk Ilmu Pengetahuan
Dengan adanya hasil penelitian ini kiranya sebagai rujukan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan dan mampu memberhentikan problem yang
terjadi dalam pendidikan. Sehingga dalam implementasinya bukan bersifat
teroriti saja.
2. Untuk Lembaga
Penelitian ini untuk menjadikan sebagi ilmu pengetahuan bagi semua pihak
yang berkorelasi dengan dunia pendidikan, terkhususnya dapat menjadikan
acuan disekolah pada umumnya, dan untuk guru agar menjadi acuan
terpenting dalam upaya meningkatkan kinerja dalam kompetensi pedagogik

xvi
guru. Sehingga dalam proses pembelajaran berlangsung dengan efektif dan
efisien serta bisa mencapai tujuan bersama yang kita harapkan.
3. Untuk Peneliti
Untuk memperluas wawasan dalam bidang pendidikan terkhususnya dalam
meningkatkan kinerja kompetensi mahasiwa/i serta menjadikan rujukan
sebagai sarjana pendidikan untuk menuntut siap bekerja dalam pendidikan.
4. Untuk mahasiswa/i
Dalam penelitian ini diharapkan sebagai acuan siswa dapat menjadikan
sebagai bagaimana cara berfikir serta bersikap dengan orang lain. Kemudian
berperilaku kejujuran bisa berdampak positif pada kehidupan mahasiswa/i itu
sendiri karena pendidikan karakter akan menjadikan siswa yang terpelajar, cerdas,
bersikap sopan santun di dalam kehidupan sehari-hari.

xvii
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal 1
Zulmaizarna, ed. Akhlak Mulia Bagi Para Pemimpin, (Bandung: Pustaka Al-Firiis,
2009), 100.
WJS Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Perpustakaan
Perguruan Kementerian PP dan K, 1964), 188.
Muhammad Idris Abdul Rauf Al-Marbawi, Qamus Idris al-Marbawi, (Surabaya: al-
Hidayah, 1931).
.Jurnal 2
Hamdan akhrumullah (2018). Pengetahuan ilmu filsafat tentang kebenaran
Padang : Lembaga Penerbit Institut Seni Indonesia Padang Panjang.
Jurnal/Buku 3
Siti Aisyah (2019) Jurnal Penelitian Pendidikan & Pembelajaran
Samarinda : Lembaga Institut Agama Islam Negeri Samarinda
Jurnal/Buku 4
Lingua Rima (2018) Jurnal Pendidikan Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia
Bumiayu : Universitas Peradaban Bumiayu
Jurnal/Buku 5
Rendra Widyakso, SH Konsep keadilan menurut al-qur’an Semarang : Pengadilan
Agama Semarang

xviii

Anda mungkin juga menyukai