Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Sosial Dasar
Disusun Oleh:
Alpi husna
12220723732
1
Kondisi masyarakat sekarang ini sangat memprihatinkan. Hal ini
mendorong perlu diadakan pembinaan karakter kejujuran yang di mulai dari
hal sederhana terlebih dahulu. Orang mau mengamalkan kejujuran dengan
konsisten jika kondisi yang sedang dialami sedang baik, namun pada saat
sebuah nilai kejujuran yang dipegang bertolak belakang dengan perasaan dan
kondisi yang tidak menguntungkan akan menyebabkan orang untuk berbuat
tidak jujur. Hal yang demikian perlu dihindari, maka perlu bimbingan baik di
lingkungan keluarga, masyarakat maupun di sekolah. Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang di dalamnya
menekankan pada pembinaan karakter seseorang untuk mewujudkan manusia
yang mampu hidup bermasyarakat. Banyak sekali cara pencapaian untuk
membina karakter kejujuran selain menyampaikannya di dalam pembelajaran
dan bimbingan orang tua ada cara lain yaitu dengan cara mengamati sebuah
sinetron. Sinetron mengandung pesan-pesan moral yang baik untuk dijadikan
teladan. Selain menampilkan sikap yang baik, sebuah sinetron juga
menampilkan sikap kurang baik yang tidak pantut untuk di contoh. Hal ini
dikarenakan dalam sebuah sinetron terdapat peran antagonis (peran jahat) dan
peran protagonis (peran baik).
1.3 Tujuan
Adapun tujuannya yaitu:
1. Untuk mengetahui tentang kejujuran
2. Untuk mengetahui konsep agama tentang kejujuran
2
3. Untuk mengetahui tentang pandangan islam tentang kejujuran
4. Untuk mengetahui tentang pentingnya kejujuran dalam kehidupan
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kejujuran
Kejujuran adalah sifat yang melekat dalam diri seseorang dan
merupakan hal penting untuk dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Tabrani Rusyan, arti jujur dalam bahasa Arab merupakan terjemahan
dari kata shidiq yang artinya benar, dapat dipercaya. Dengan kata lain, jujur
adalah perkataan dan perbuatan sesuai dengan kebenaran. Jujur merupakan
induk dari sifat-sifat terpuji (mahmudah). Jujur juga disebut dengan benar,
memberikan sesuatu yang benar atau sesuai dengan kenyataan.Kejujuran
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata” jujur” yang
mendapat imbuhan ke-an, yang artinya “lurus hati, tidak berbohong, tidak
curang, tulus atau ikhlas”. Dapat disimpulkan bahwa kejujuran adalah suatu
pernyataan atau tindakan yang sesuai dengan faktanya sehingga dapat
dipercaya dan memberikan pengaruh bagi kesuksesan seseorang. Kejujuran
itu ada pada ucapan, juga ada pada perbuatan, sebagaimana seorang yang
melakukan suatu perbuatan, tentu sesuai dengan yang ada pada batinnya.
Seorang yang berbuat riya‟ tidaklah dikatakan sebagai orang yang
jujur karena dia telah menampakkan sesuatu yang berbeda dengan apa yang
dia sembunyikan (di dalam batinnya). Begitu pula orang munafik tidaklah
dikatakan sebagai seorang yang jujur karena dia menampakkan dirinya
sebagai seorang yang bertauhid, padahal sebaliknya. Jujur adalah sifat penting
bagi Islam. Salah satu pilar Aqidah Islam adalah Jujur. Kejujuran adalah
perhiasan orang berbudi mulia dan orang yang berilmu. Berikut adalah
penjelasan masing-masing bentuk kejujuran menurut Imam Al-Ghazali.
1. Jujur dalam ucapan, artinya adalah semua kata atau pun kalimat yang
keluar dari mulut seseorang hendaklah mengandung kebenaran. Bukan
kebohongan apalagi fitnah.
4
2. Jujur dalam niat. Niat adalah awal dari segalanya termasuk perbuatan.
Oleh sebab itu perlu adanya kejujuran dimulai dari niat yang selaras dengan
apa yang diperbuat.
3. Jujur dalam kemauan. Artinya adalah bahwa jujur dalam niat tidak saja
cukup, harus ditopang dengan kemauan untuk untuk berbuat jujur dalam
perbuatan, ucapan dan sebagainya.
4. Jujur menepati janji. Ini terkait dengan sifat amanah. Mereka yang jujur
akan menunaikan amanah yang dibebankan kepadanya dengan segenap usaha.
5. Jujur dalam perbuatan. Jujur bukan sekedar di hati (niat) atau di mulut
(ucapa) tetapi juga pada perbuatan, pada apa-apa yang kita lakukan
hendaknya selaras dengan apa kita niatkan dan ucapkan.
5
Berdasarkan nilai-nilai teologis, maka produk budaya lokal
masyarakat muslim, utamanya di Kota Parepare dan sekitarnya memiliki
relevansi yang sistemik dan mengakar dalam nilai-nilai agama, yang sudah
barang tentu selama dianggap tidak bertentangan. Dalam hal ini terdapat
delapan aspek nilai, yakni nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai
kehidupan, nilai spiritual, nilai ritual, nilai moral, nilai sosial, dan nilai
intelektual. (sebagaimana dalam hasil peneitian dalam disertasi saya), sebagai
berikut:
1. Nilai ketuhanan. Kesepadanan antara konsep budaya lokal dengan teologi
keagamaan bagi masyarakat merupakan impelementasi nlai-nilai ketuhanan
yang termanifestasi ke dalam pola penghambaan atau pemujaan secara tulus
disertai rasa cinta kepada yang satu/tunggal. Memandang realitas alam
sebagai produk yang bersumber dari Allah yang dijadikan sandaran dalam
memantapkan keyakinan atau keimanan mereka. Dengan demikian, wujud
ilahiyyah, baik dari sudut pandang uluhiyyah maupun rububiyyah
memberikan konstruksi terhadap sikap dan perilaku manusia dalam
menjalankan aktivitas ritual keagamaan.
2. Nilai kemanusiaan. Implementasi nilai-nilai kemanusiaan terhadap budaya
lokal masyarakat muslim yang memiliki relevansi dengan ritual keagamaan
mengindikasikan adanya hubungan yang harmonis dalam memanfaatkan
segala bentuk produk-produk budaya lokal mereka, memberikan kesadaran
akan pentingnya nilai-nila tasamuh (toleransi) dalam hidup secara individu
maupun dalam bermasyarakat. Secara teologis, manusia tersusun dari dua
unsur, yaitu materi (jasad) dan immateri (ruh). Unsur materi memiliki
hubungan yang jauh dari Allah, sedangkan unsur immateri memiliki
hubungan yang dekat dengan Allah.
3. Nilai kehidupan. Naluri beragama dimiliki oleh setiap manusia, namun
sebagian di antaranya tidak mampu melaksanakan naluri tersebut dengan baik
sehingga hidupnya sengsara, namun hidup sengsara dalam pandangan teologis
adalah bersifat relatif dalam memandang kehidupan dunia penuh hikmah yang
mendalam untuk dijalani. Nilai kehidupan bagi manusia, ada yang bersifat
6
duniawi dan ukhrawi. Kehidupan duniawi diakui sebagai tempat menitih jalan
ke akhirat. Dua macam kehidupan menjadi patron nilai-nilai masyarakat
berdasarkan peradaban mereka dan pemahamannya terhadap ajaran agama.
4. Nilai spiritual. Segala macam perbuatan harus dimulai dengan niat suci
untuk mendapatkan ridha dari tuhan yang maha kuasa. Seseorang yang
mempunyai pembawaan hati yang baik berupa fitrah yang suci tidak akan
pernah goyah dalam pendiriannya yang benar, karena yang dijadikan patron
penilaian adalah kesucian jiwa, sebagaimana halnya masyarakat setiap akan
melakukan ritual didasari dengan niat suci untuk keberkahan dalam
kehidupannya. Kendatipun, nilai spiritual ditemukan dalam setiap aspek ritual
yang dijalani sebagai motivasi untuk hidup bahagia jangka panjang, namun
mereka tidak melaksanakan syariat Islam maka nilai spiritual tersebut akan
sirna. Karena itu, prosesi ritual yang bagaimanapun bentuknya, dalam
pandangan saya sangat kontekstual pada masa sekarang ini.
7
yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan
perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara
kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama)
Allah, Allah Telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang
besar”.
Kejujuran merupakan jalan yang lurus dan penuh keselamatan dari
azab di akhirat yang keras. Bahkan, tidak hanya untuk bersikap jujur, Allah
juga memerintahkan kita untuk bersama orang-orang yang jujur. Dalam surat
at Taubah ayat 119, Allah berfirman, ““Hai orang-orang yang beriman
bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang
sidiqin”. Bersama dengan orang-orang yang jujur diharapkan akan membuat
kita untuk terbiasa menjaga kejujuran juga dalam diri kita. Kebalikan dari
sifat jujur adalah sifat khianat atau berbohong. Sifat ini amat dibenci oleh
Allah dan termasuk dalam ciri-ciri orang yang munafik. Hal ini diungkapkan
oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bersabda, “Tanda-
tanda orang munafik itu ada tiga, apabila bebicara selalu bohong, jika berjanji
menyelisihi, dan jika dipercaya khianat” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Telah kita bahas sejak awal bahwa kejujuran bisa membawa kita ke
dalam ampunan Allah subhanahu wa ta’ala. Tentu hal ini merupakan
keinginan semua manusia. namun, apakah hanya itu saja balasan bagi orang-
orang yang bersifat jujur? Berikut ini akan dibahas janji yang diberi oleh
Allah untuk orang-orang yang menjunjung tinggi kejujuran:
1. Masuk surga
Hal ini tercermin dalam hadis riwayat Muslim, dimana Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hendaklah kalian (berbuat) jujur!
Sesungguhnya jujur menunjukkan kepada kebaikan, dan kebaikan
menunjukkannya ke Surga. Dan senantiasa seorang (berbuat) jujur dan
menjaga kejujurannya hingga ditulis di sisi Allah sebagai Ash-Shiddiq (orang
yang jujur)”.
2. Dekat dengan para Nabi
8
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam al Quran surat an Nisaa’ ayat 69,
“Dan barangsiapa yang mentaati Alloh dan Rosul(Nya), mereka itu akan
bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Alloh,
yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-
orang sholeh, mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya”. Hal ini pasti
merupakan impian setiap muslim, untuk bisa bersama dengan para nabi, para
sahabat dan orang-orang sholeh. Ganjaran ini merupakan kenikmatan karena
kita digolongkan sama derajatnya dengan orang-orang yang mulia di sisi
Allah subhanahu wa ta’ala.
3. Membuat hati tenang
Tidak hanya ganjaran di akhirat, berbuat jujur ternyata juga akan membawa
kenikmatan di dunia. Dengan berbuat jujur, kita akan merasakan hati yang
tenang, bebas dari kekhawatiran dan rasa was-was yang tidak perlu.
Hasan bin Ali radhiallahu ‘anhu berkata, “Aku hafal dari Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Tinggalkanlah perkara yang meragukanmu
kepada perkara yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran adalah
ketenangan dan bohong adalah kecemasan”. Sungguh Allah Maha Pengasih
yang telah menganugerahkan ganjaran mulia langsung di dunia untuk orang-
orang yang jujur.
4. Menaikkan derajat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa meminta
kepada Allah mati syahid dengan jujur, Allah angkat dia ke tingkatan orang-
orang yang syahid”.
5. Mendatangkan berkah
Dalam hadis riwayat Bukhari, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Penjual dan pembeli (memiliki) pilihan sebelum mereka berdua
berpisah, jika berdua berkata jujur dan menjelaskan (kekurangannya) maka
diberkahi jual beli mereka. Dan jika berdua menyembunyikan (kekurangan)
dan berbohong maka dihapus keberkahan jual beli mereka berdua”.
9
Kejujuran seseorang terpancar atau tercermin pada perbuatan-
perbuatan baik lainnya. Perbuatan yang tidak jujur akan memunculkan
ketidakadilan. Berikut 5 alasan mengapa kita harus jujur dalam kehidupan ini.
Kejujuran yang dimaksud adalah jujur dalam berkata dan juga bertindak.
1. Tidak ada seorang pun ingin ditipu atau dibohongi.
2. Kejujuran adalah dasar dari perbuatan-perbuatan baik lainnya. Jujur adalah
induk dari sikap terpuji karena membawa pada kebaikan yang satu ke
kebaikan yang lain.
3. Sikap jujur akan melahirkan ketenangan. Jujur menjadikan hidup lebih
tenang, tentram dan damai. Hal ini bertolak belakang dengan sikap tidak jujur
atau gemar berdusta, hidupnya tidak akan bisa tenang karena selalu
memikirkan kebohongannya.
4. Selain tentu saja kerja keras, usaha, dan nasib baik, kejujuran sangat
diperlukan untuk mencapai keberhasilan dalam segala kehidupan.
5. Jujur adalah dasar dari sebuah kepercayaan. Bila kita sekali dapat
dipercaya, orang lain akan mempercayai kita untuk seterusnya.
Dalam buku Aku Berani Jujur: Serial Buku Cerita Pembangun
Karakter Anak, Kak Yudi (2015), diterangkan bahwa sebagai manusia,
cobalah untuk bersikap jujur mulai dari dalam niat, kemudian berlanjut dalam
batin, dalam pikiran, dalam ucapan, hingga jujur dalam tindakan atau
perilaku.
Kejujuran itu seperti rantai yang tak boleh putus, jadi harus kuat di semua
mata rantainya. Bila kita tidak jujur di salah satunya, menjadikan
keseluruhannya tidak jujur. Lantaran itulah, kita harus meyakini bahwa
kejujuran sangatlah penting dalam kehidupan kita. Kejujuran harus menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan yang kita jalani, karena
pada dasarnya ia merupakan sumber segala kebaikan. (DNR)
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ucapan yang baik dan niat tulus akan menjadi semakin indah jika ada
wujud amal dalam kenyataan. Jujur dalam perbuatan artinya memperlihatkan
sesuatu apa-adanya, tidak berbuat basa basi , tidak membuat-buat, tidak
menambah atau mengurangi. Apa yang ia yakini sebagai kejujuran dan
kebenaran, ia jalan dengan keyakinan kuat dan Allah selalu membalas
perbuatan dengan ganjaran yang setimpal.
3.2 Saran
Adapun sarannya yaitu, mari mulai jujur untuk diri sendiri, kejujuran
membuat hati menjadi tenang. Kami sangat berharap untuk memberikan kritik
dan saran yang membangun . Kami ucapkan terimakasi pada pembaca
sekalian, kemampuan kami tidak apa-apa tanpa dukungan sekitar, guru, dan
ridha Allah Swt.
11
DAFTAR REFERENSI
Tim Pikiran Rakyat, “Membaca Tren Korupsi Tahun 2019, Akankah Rekor OTT
Pecah?”, dalam Pikiran Rakyat, Rabu 2 Januari 2019.
Wibowo, Agus, Pendidikan Karakter: Strategi Membangun karakter Bangsa
Berperadaban (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012).
Wijaya, Albert Hendra, “Kejujuran dalam Pendidikan”, Jurnal Innovatio, Vol. X,
No. 1, Januari-Juni, 2011.
Rahayu, Aprianti Yofita, Menumbuhkan Kepercayaan Diri Melalui Kegiatan
Bercerita (Jakarta: PT. Indeks, 2013).
Rochmawati, Nikmah, “Peran Guru dan Orangtua Membentuk Karakter Jujur
pada Anak”, dalam al-Fikr: Jurnal Studi dan Penelitian Agama Islam, Vol.
1, No. 2, Agustus 2018, h. 10.
12