a. Integritas (Integrity)
John C. Maxwell dalam bukunya Mengembangkan Kepemimpinan di Dalam
Diri Anda, meletakkan integritas sebagai faktor kepemimpinan yang paling penting.
Integritas meneguhkan adanya konsistensi antara apa yang kita katakan dengan apa
yang kita perbuat. Integritas sepintas terlihat sepele, namun kegagalan para pejabat
pemerintah dan negara dalam menjalankan roda organisasi/instansi karena kurangnya
integritas yang berujung pada KKN, meskipun pemimpinnya cakap dalam berpolitik
dan bernegara.
b. Pengetahuan (Cognizance)
Pemimpin harus memiliki pengetahuan tentang tujuan, asas organisasi yang
dipimpinnya, serta cara-cara untuk menjalankannya secara efisien, serta mampu
memberikan keyakinan kepada orang-orang yang dipimpin dalam mencapai tujuan-
tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Sebagai pemimpin, seseorang harus berperan
mendorong anggotanya untuk beraktivitas sambil memberi sugesti dan semangat agar
tujuan dapat tercapai.
c. Keberanian (Courage)
“Keberanian sejati adalah kebajikan tertinggi,” sebagaimana diungkapkan oleh
Sir Winston Churchill. Keberanian adalah karakter utama dari seorang pemimpin
sejati. Hal itu tercermin dan terlihat dalam perkataan, perbuatan dan tindakan seorang
pemimpin. Tidak akan ada terobosan signifikan tanpa keberanian mengambil risiko.
Keberanian berarti memiliki kepastian dan keteguhan dalam mengambil keputusan
atau bertindak. Namun, keberanian berbeda dengan tindakan sesaat yang tidak
terfokus dan tanpa perhitungan. Keberanian ditunjukkan oleh seorang pemimpin
setelah melakukan analisis atas suatu situasi, dan mengambil keputusan berdasarkan
analisis tersebut. Setelah itu, baru lah seorang pemimpin melaksanakan dengan
sepenuh hati keputusan yang telah dibuatnya, apapun risiko yang harus dihadapinya.
d. Inisiatif (Initiative)
Mengimplementasikan sifat inisiatif (ide untuk menggerakkan). Pemimpin
harus mempunyai kemampuan melihat apa yang seharusnya dikerjakan, kemampuan
menghadapi situasi tanpa adanya sarana/alat-alat atau cara-cara yang biasa dipakai.
Dengan demikian, mereka yang dipimpin benar-benar merasakan bahwa sifat
kepemimpinan hadir dalam diri pemimpinnya, yaitu pemimpin yang telah menjadi
penggerak bagi mereka. Kualitas inisiatif atau prakarsa biasanya berkaitan erat
dengan kreativitas. Seorang pemimpin yang kreatif dan penuh ide, serta berani
mengambil keputusan dan melaksanakan keputusan itu, akan menjadi pemimpin yang
mampu menggerakkan seluruh anggota organisasi yang dipimpinnya.
e. Kebijaksanaan/kebajikan (Wisdom)
Kebijaksanaan (wisdom), atau disebut pula sebagai kebajikan, merupakan
kearifan seorang pemimpin dalam memutuskan sesuatu sehingga keputusannya adil
dan bijaksana. Adalah penting untuk mengimplementasikan sifat kebijaksanaan dalam
kepemimpinan, karena berdampak pada hubungan-hubungan maupun pengaruh dalam
sebuah organisasi yang dipimpin. Kebijaksanaan menjadi suri teladan bagi bawahan
dan orang lainnya. Pemimpin yang bijaksana akan dihormati oleh bawahan bukan
karena jabatan atau kedudukannya, melainkan karena kualitas kepemimpinannya.
Faktor yang penting dalam kebijaksanaan adalah kesopanan. Pengaruh
kepemimpinan secara spesifik beranjak dari kepribadian pemimpin. Apabila karakter
pemimpin positif, maka akan menularkan pengaruh positif, dan sebaliknya, bila
karakternya didominasi oleh unsur negatif, maka pengaruhnya tentu akan negatif.
Oleh karena itu, dalam praktek kepemimpinan sehari-hari, pemimpin yang memimpin
dengan penuh kesopanan, selalu tersenyum, dan mampu mengendalikan diri dari
sikap marah yang berlebihan, akan lebih diterima dan diikuti serta perintahnya
dijalankan daripada pemimpin yang perilakunya kasar, jarang tersenyum, dan
kerapkali bertindak tidak sopan.
f. Keadilan
Bagaikan bentangan layar, sifat dan sikap adil seorang pemimpin akan
menggerakkan seluruh potensi kapal kepemimpinan seseorang menuju arah yang
diinginkan. Tanpa berlaku adil, kapal kepemimpinan hanya terombang-ambing di
samudera masalah yang begitu luas. Tujuan organisasi akan sulit tercapai karena
seorang pemimpin yang tidak adil tidak akan dapat menjadi panutan dan arahan serta
perintah-perintahnya tidak akan dilaksanakan oleh anggota organisasi. Padahal,
lingkungan internal maupun eksternal organisasi seringkali menghadirkan masalah
yang sangat kompleks.
Sifat adil akan selalu menjadi takaran dalam kepemimpinan. Oleh karena itu,
dalam kepemimpinan, sifat adil harus senantiasa terwujud dan diimplementasikan
dalam menjalankan roda organisasi. Sifat adil berarti tidak memihak dalam suatu
situasi konflik, baik atas alasan demi kepentingan pribadi maupun kelompok. Sifat
adil juga tampak dari pemberian imbalan (reward) dan sanksi (punishment) terhadap
bawahan. Pemimpin harus mampu menempatkan kepentingan yang lebih besar dar
kepentingan yang sempit. Kualitas pribadi dari sifat adil dan tindakan yang adil ini
tampaknya mudah diucapkan, tetapi tidak gampang dipraktekkan.
g. Kepercayaan (Trust)
Kepercayaan merupakan landasan kepemimpinan. Kepercayaan orang adalah
hal yang sangat penting, dan merupakan suatu modal dasar bagi seorang pemimpin.
Kepercayaan orang terletak pada karakter, dan karakter adalah modal sang pemimpin.
Jenderal H. Norman Schwarzkoff menekankan pentingnya karakter.
Schwarzkoff mengungkapkan, bahwa Kepemimpinan adalah kombinasi antara
strategi dan karakter, namun jika anda harus kehilangan salah satunya, lebih baik anda
tidak punya strategi. Mengapa? Setiap karakter memungkinkan terciptanya
kepercayaan. Dan kepercayaan memungkinkan terciptanya kepemimpinan. Jika orang
mempercayai kita, mereka akan mendukung kita untuk berhasil. Kepercayaan dapat
menuntun pada kesuksesan. Jika orang tidak percaya kepada pemimpinnya, maka
akan ditinggalkan oleh anggotanya. Hasilnya adalah kegagalan.
Jadi, implementasi sifat-sifat kepemimpinan dalam praktek kepemimpinan
nasional tersebut mencakup butir-butir sebagai berikut:
1) Integritas;
2) Pengetahuan;
3) Keberanian;
4) Inisiatif;
5) Kebijaksanaan;
6) Keadilan;
7) Dapat dipercaya;
8) Sikap tidak mementingkan diri sendiri.
Disamping itu pula harus memiliki kegembiraan, tahan menderita,
kemampuan memutuskan, memiliki loyalitas dan kemampuan untuk
mempertimbangkan.