Anda di halaman 1dari 8

PENDAHULUAN Sebagai manusia pada dasarnya kita mempunyai dua fungsi pokok, yakni fungsi sebagai mahluk individu

dan sebagai mahluk social. Sebagai mahluk individu yaitu kita sebagai entitas mahluk yang senantiasa mempunyai kebutuhan kita secara pribadi, dan secara social yaitu jika kita memenuhi kebutuhan kita secara individu tidak akan pernah bisa memenuhinya dengan sendiri dan dapat dipastikan memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan tersebut, oleh karena itu walaupun kita menpunyai sisi individual namun juga tidak akan lepas dari social kolektivitas masyarakat dilingkungan kita. Jika kita cermati dalam bermasyarakat kita mengenal pergaulan antar individu yang mempunyai kebutuhan yang ingin dipenuhi secara kolektif, maka mulai dari hal tersebut perlu adanya arah yang jelas kebutuhan yang ingin dipenuhi, bagaimana cara memenuhinya dan perlu adanya koordinasi antar anggota masyarakat supaya tidak terjadi kesalahan dalam rangka mencapai tujuan kolektif. Beranjak dari permasalahan tersebut maka diperlukan sosok yang dapat menjawab permasalahan tersebut, oleh karena itu seorang pemimpin diperlukan, sosok pemimpin yang mampu mengidentifikasi kebutuhan yang diperlukan oleh para anggota yang dipimpinnya juga mampu untuk mengarahkan yang dipimpinnya dengan cara-cara tertentu serta mampu mengkoordinasikan orang orang yang dipimpinnya supaya tidak terjadi over lapping sehingga dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Secara sederhana, apabila berkumpul tiga orang atau lebih kemudian salah seorang di antara mereka mengajak teman-temannya untuk melakukan sesuatu, apakah: nonton film, bermain sepak bola, dan lain-lain. Pada pengertian yang sederhana orang tersebut telah melakukan kegiatan memimpin, karena ada unsur mengajak dan mengkoordinasi, ada teman dan ada kegiatan dan sasarannya. Tetapi, dalam merumuskan batasan atau definisi kepemimpinan ternyata bukan merupakan hal yang mudah dan banyak definisi yang dikemukakan para ahli tentang kepemimpinan yang tentu saja menurut sudut pandangnya masing-masing. Beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut : 1] Koontz & Odonnel, mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses

mempengaruhisekelompok orang sehingga mau bekerja dengan sungguh-sungguh untuk meraih tujuan kelompoknya.

2]

Wexley & Yuki [1977], kepemimpinan mengandung arti mempengaruhi orang lain untuk lebih berusaha mengarahkan tenaga, dalam tugasnya atau merubah tingkah laku mereka.

3]

Georger R. Terry, kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang untuk bersedia berusaha mencapai tujuan bersama.

4]

Pendapat lain, kepemimpinan merupakan suatu proses dengan berbagai cara mempengaruhi orang atau sekelompok orang. Dalam berbagai konsep mengenai kepemimpinan tentu saja akan sangat

berpengaruh dengan paradigma yang berlaku pada masanya, jika hal ini kita kaitkan dengan kepemimpinan publik sebagai analis kebijakan publik maka juga akan sangat mempengaruhi gaya kepemimpinan yang lebih demokratis. Analisis kebijakan publik adalah proses penciptaan pengetahuan dari dan dalam proses penciptaan kebijakan. Maka dari itu analisis kebijakan publik menurunkan beberapa ciri yakni: (1) analisis kebijakan publik merupakan kegiatan kognitif, yang terkait dengan proses pembelajaran dan pemikiran. (2) analisis kebijakan publik merupakan hasil kegiatan kolektif, karena keberadaan sebuah kebijakan pasti melibatkan banyak pihak, dan didasarkan pada pengetahuan kolektif dan terorganisir mengenai masalah-masalah yang ada. (3) Analisis kebijakan merupakan disiplin intelektual terapan yang bersifat reflektif, kreatif, imajinatif dan eksploratori. (4) analisis kebijakan publik berkaitan dengan masalahmasalah publik, bukan masalah pribadi walaupun masalah tersebut melibatkan banyak orang. Pada saat ini, perkembangan masalah terhadap keamanan nasional semakin mengkhawatirkan bahkan cenderung meningkat dan sulit diatasi oleh negara. Ancaman keamanan berskala kecil dan bersifat lokal bisa menjadi pemicu ancaman keamanan berskala nasional.Beberapa kali kita telah mengalami peristiwa demi peristiwa semacam itu. Kasus-kasus konflik horizontal yang bermula dari perselisihan kecil menjadi kerusuhan besar seperti kasus konflik ambon 2004 yang lalu. Beberapa kerusuhan yang terjadi di ibukota dan beberapa daerah lainnya bermula dari perselisihan sepele dari beberapa oknum preman di masyarakat. Masalah keamanan lainnya adalah terorisme yang selama ini menjadi primadona akan tetap menjadi perhatian para pelaku keamanan, selain itu juga permasalahan

keamanan nasional seperti human trafficking, penyelundupan senjata dan barang, illegal loging and fishing, jaringan narkotika, premanisme radikalisme, konflik komunal diperkirakan masih akan terjadi dimasa yang akan datang. Oleh sebab itu diperlukan suatu perangkat Undang-Undang yang mampu meredam ancaman yang lebih besar terhadap keamanan nasional. Salah satu perangkat Undang-Undang itu adalah Undang-Undang Intelijen yang saat ini Rancangan Undang-Undangnya masih diproses di DPR. Beranjak dari problematika tersebut maka kelompok kami mencoba untuk mencari gambaran dan sekaligus jawaban yang mampu menjawab gaya kepemimpinan yang bagaimana yang tepat untuk di implementasikan dalam menganalisis kebijakan publik.

TEORI KEPEMIMPINAN Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai kemampuan pemimpin dalam

mempengaruhi orang lain dalam melakukan kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pada dasarnya teori kepemimpinan dibagi dalam tiga aliran/pendekatan, yaitu: teori sifat (thrait theory), teori perilaku (behavior theory) dan teori situasional kontingensi. 1. Teori Sifat Seseorang yang dilahirkan sebagai pemimpin karena memiliki sifat-sifat sebagai pemimpin (bakat bawaan turunan). Teori ini berusaha mengeneralisasi sifat-sifat yang dimiliki oleh pemimpin seperti : fisik, mental dan kepribadian. 2. Teori Perilaku Kepemimpinan merupakan interaksi pemimpin dengan pengikut, dan dalam interaksi tersebut pengikutlah yang menganalisis dan mempersepsikan apakah menerima atau menolak pengaruh dari pimpinannya. 3. Teori Situasi Kontingensi Kepemimpinan berkembang sesuai situasi dan keperluan.Hanya pemimpin yang mengetahui situasi dan keperluan organisasilah yang dapat menjadi pemimpin yang efektiv.

TIPE KEPEMIMPINAN
y

Tipe Kepemimpinan Otokrasi Dalam mengambil keputusan dipusatkan pada pemimpin.Seorang pemimpin yang

otokratis memerlukan penyesuaian para bawahan, dan mempertimbangkan berbagai keputusan agar yang menjadi paling unggul terhadap bawahan.
y

Tipe Demokratik Bawahan diikutsertakan dalam pengambilan keputusan.Mengakui kecakapan para

bawahan dalam mengajukan usul-usul dan ketegasan yang didasarkan pada latihan dan pengalaman mereka.

Tipe Karismatik Memiliki daya tarik yang tinggi, sehingga ia mempunyai pengikut tanpa dimobilisasi.

Tipe Laissez Faire Pemimpin memberikan kebebasan pada bawahannya untuk bertindak tanpa

diperintahkan.
y

Tipe Paternalistik Umumnya terdapat pada masyarakat yang masih tradisional dan agraris.Pemimpin

yang bertipe paternalistic dapat dilihat dari hubungan famili dan atau ikatan primodial.

KEAMANAN NASIONAL DAN UU INTELIJEN Keamanan Nasional Indonesia Definisi keamanan nasional (National Security) belum memiliki definisi yang baku, namun banyak pakar yang mencoba memberikan definisi keamanan nasional ini. IDSPS (Institute Defence and Security Peace Studies) dalam bulletin bulanannya menyebutkan pengertian keamanan nasional adalah kemampuan negara dalam melindungi integritas wilayahnya dari gangguan dalam dan luar negeri. Pendapat senada juga diutarakan oleh

Bantarto dalam perspektif baru keamanan nasional bahwa keamanan n asional adalah kebijakan pemerintah untuk menjamin kelangsungan hidup (survival) dan keamanan negara bangsanya (nation-state), tetapi tidak dibatasi pada pelaksanaan kekuatan diplomatik, ekonomi dan militer baik dalam situasi damai maupun perang. Dari dua pendapat diatas dapat disimpulkan keamanan nasional ada 2 hal yang esensial dalam mengartikan keamanan nasional yaitu pertama adanya usaha atau aktifitas dalam rangka memberikan perlindungan kepada rakyat Indonesia dan yang kedua adalah adanya rasa aman bagi masyarakat yang dilindungi. Rasa aman yang dimaksud tentunya adalah rasa aman dalam semua sendi kehidupan bernegara baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat.Keamanan nasional yang dimaksud tentunya adalah bagi seluruh rakyat Indonesia. Oleh karena itu keamanan nasional seringkali digunakan sebagai baromete r untuk menentukan tingkat stabilitas suatu negara Keamanan nasional merupakan kebutuhan mutlak suatu negara, baik dari ancaman yang datang dari luar maupun dari dalam negeri sendiri.Upaya untuk memperoleh dan mempertahankan keamanan nasional tersebut merupakan tugas utama militer, terutama yang berkaitan dengan ancaman dari luar. Pada saat ini, konsep bela negara menjadi permasalahan tersendiri.Sampai hari ini Rancangan Undang-Undang tentang bela negara belum kelihatan kemajuannya. Padahal bila konsep ini dapat diterapkan maka akan menghemat jutaan dolar anggaran belanja militer. Karena untuk mengamankan wilayah-wilayah NKRI yang tersebar luas dari sabang sampai ke merauke dapat di back up oleh para kadet bela Negara. Dalam masalah penggunaan intelijen untuk melakukan deteksi dini terhadap ancaman dan tindakan kontra intelijen untuk melindungi negara memerlukan penanganan tindakan secara professional dan memegang teguh supremasi hukum.Ruang lingkup keamanan nasional meliputi semua sendi kehidupan, ekonomi, sosial politik dan budaya serta hankam.Semua terintegrasi menjadi satu kanal besar menuju cita-cita nasional.Dalam pengertian seperti ini bahwa setiap bidang kehidupan harus mendapat jaminan keamanan agar masing-masing dapat mencapai hasil yang maksimal.

Undang-Undang Intelijen Undang-Undang Intelijen merupakan perangkat hukum yang akan dibuat dalam rangka mengantisipasi permasalahan yang sering muncul pada keamanan nasional. Undang -

Undang ini diharapkan mampu memberikan ketegasan dan kejelasan serta keleluasaan aktor keamanan dalam melaksanakan tugasnya.Dalam permasalahan ini intelijen menjadi pelaksana dilapangan. Intelijen adalah sebuah fungsi yang berjalan dalam kegelapan dan beda dengan fungsi negara atau pemerintah lain yang bekerja di permukaan. Secara alamiah intelijen adalah fungsi yang penuh misteri, ditandai sifatnya yang tertutup dan rahasia dalam keseluruhan metode , anggota, prinsip kerja dan sumber informasi. Lebih dari itu, produk intelijen pun bersifat rahasia dan tertutup yang menyebabkan publik tidak akan pernah memiliki pengetahuan atasnya. Pada dasarnya fungsi intelijen menerapkan 4 fungsi pokok intelijen yaitu pengumpulan (collection), analisa (analysis), kegiatan terselubung (covert action) dan kontra intelijen (counter intelligence).Dalam draft RUU intelijen yang sedang digodok DPR disebutkan bahwaVisi intelijen adalah terwujudnya integritas nasional, tetap tegaknya

Negara Kesatuan Republik Indonesia, terhindarnya Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dari berbagai ancaman baik yang datang dari dalam maupun luar negeri dalam kerangka tercapainya tujuan nasional. Selanjutnya disebutkan untuk mewujudkan visi intelijen, penyelenggara intelijen melakukan upaya deteksi dini untuk peringatan dini, sebagai langkah pencegahan dini dari situasi pendadakan yang tidak diperhitungkan. Selanjutnya tugas pokok dan fungsi intelijen disebut dalam draft RUU tersebut bahwa dalam pelaksanaan penyelenggaraan intelijen : a. Intelijen negara mempunyai tugas pokok menyediakan intelijen dalam semua aspek kehidupan. b. Intelijen departemental mempunyai tugas pokok, menyediakan intelijen dengan penekanan sesuai misi masing-masing instansinya. Dalam melaksanakan tugas pokok, penyelenggara intelijen melakukan aktivitas intelijen positif maupun intelijen negatif, dilakukan di dalam maupun di luar negeri; dapat berupa kegiatan dan atau operasi intelijen. Penyelenggara intelijen mempunyai fungsi penyelidikan, pengamanan dan penggalangan. Agar kegiatan intelijen dapat dipertanggungjawabkan akuntabilitasnya, terutama untuk menghindari penyalahgunaan wewenang.Perlu adanya payung hukum berupa UndangUndang Intelijen yang mengatur ruang lingkup kegiatan intelijen, prosedur kerjasama dengan

intelijen lainnya, dan definisi tentang objek atau target operasi (TO) serta tentang kewenangan aparat intelijen dalam melakukan penangkapan. Dimana isu terakhir ini yang menjadi perdebatan dalam proses legislasi. Apakah perlu tugas dan wewenang aparat intelijen sampai kepada penangkapan.Pada intinya bagaiamana payung hukum intelijen ini dapat efektif mencegah ancaman keamanan nasional dan sekaligus dapat menegakan supremasi sipil.

IMPLIKASI KEBIJAKAN PUBLIK

Dinamika proses kepemimpinan dalam hal berbangsa dan bernegara, khususnya dalam hal pengambilan suatu kebijakan publik, baik melalui analisis maupun penelitian, masih banyak masalah besar yang menghadang. Mengimplementasikan suatu kebijakan publik dengan baik sesuai dengan keinginan masyarakat dalam suatu negara demokrasi seperti Indonesia masih terhadang sifat feodalisme, pemusatan birokrasi yang sentralistis, dan kebodohan. Pengambilan kebijakan dalam suatu negara demokrasi menjadi sangat penting, karena dipengaruhi oleh factor leadership (kepemimpinan).Kepemimpinan atau jabatan itu adalah hubungan (relationship) antara yang memimpin dengan yang dipimpin dapat ditemukan dengan adanya kepercayaan dan percaya diri. Tanpa kepercayaan dan percaya diri, seseorang biasanya tidak mau mengambil risiko, tanpa satu risiko tidak ada namanya perubahan. Tanpa yang namanya perubahan, maka organisasi pemerintahan dan pembangunan itu akan mati. Jadi kepemimpinan itu juga keberanian mengambil risiko yang diwujudkan dalam suatu kebijakan publik (public policy) untuk kepentingan masyarakat yang dipimpin.Oleh sebab itu, kita diwajibkan mengimplementasikan kepemimpinan yang berfokus pada pelayanan (services) dan menempatkan rakyat di atas segala-galanya dalam suatu proses pembuatan kebijakan publik.

KEPEMIMPINAN PUBLIK SEBAGAI ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK

OLEH :
1. NICO HANDANI 2. RATNA WULAN KUSUMARINI D2A007037 D2A007049

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2011

Anda mungkin juga menyukai