Anda di halaman 1dari 41

Contoh makalah Administrasi Negara dan setiap Permasalahannya

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehidupan dalam masyarakat tentunya tidak terlepas dari kontak sosial, di mana
masyarakat yang satu saling berhubungan dengan yang lainnya. Sehingga akibat dari
adanya kontak sosial tersebut muncul juga apa yang sering disebut dengan gejala-gejala
sosial. Gejala-gejala tersebeut terjadi seiring dengan perkembangan yang ada di
lingkungan. Sehingga masyarakat kota dapat merasakan langsung akibat dari gejala-
gejala sosial yang ada tapi, bukan berarti di daerah pedesaan tidak ada gejala-gejala
sosial yang muncul tentu ada, hanya saja tidak sebanyak yang di alami oleh masyarakat
perkotaan.
Maka dari itu, setiap negara memiliki hukum yang diberlakukan di negaranya
masing-masing. Untuk mengatur negaranya agar mencapai tujuan dari masing-masing
negara tersebut. Setiap negara pasti memiliki hukum yang dipatuhi, yang mereka patuhi.
Mengawali pengantar hukum administrasi Negara berupaya untuk memahami
konsep tertentu, pertama-tama kita batasi pada term ‘hukum administrasi negara’ (Apa
isi bagian hukum itu?) Kita dapat menempatkan bahwa hukum administrasi Negara
merupakan bagian dari hukum public. Hukum administrasi Negara dapat dijelaskan
sebagai peraturan-peraturan (dari hukum publik) yang berkenaan dengan pemerintahan
umum.(Untuk menemukan definisi yang baik mengenai istilah ‘hukum adminisrasi
negara’, pertama-tama harus ditetapkan bahwa hukum administrasi Negara merupakan
bagian dari hukum publik, yakni hukum yang mengatur tindakan pemerintah dan
mengatur hubungan antara pemerintah dan mengatur hubungan antara pemerintah
dengan warga Negara atau hubungan antar organ pemerintahan.
Hukum administrasi Negara memuat keseluruhan peraturan yang berkenaan
dengan cara bagaimana organ pemerintahan melaksanakan tugasnya. Jadi hukum
administrasi Negara berisi aturan main yang berkenaan dengan fungsi organ-organ
pemerintahan). Hukum administrasi Negara atau hukum tata pemerintahan pada
dasarnya dapat dibedakan berdasarkan tujuanya dari hukum tata Negara memuat
peraturan-peraturan hukum yang menentukan {tugas-tugas yang dipercayakan} kepada
organ-organ pemerintahan itu, menentukan tempatnya pada Negara, menentukan
kedudukan terhadap warga Negara, dan peraturan-peraturan hukum yang mengatur
tindakan-tindakan organ pemerintahan itu).
Hukum Administrasi Negara adalah seperangkat peraturan yang memungkinkan
administrasi Negara menjalankan fungsinya, yang sekaligus juga melindungi warga
terhadap sikap tindak administrasi , dan melindungi administrasi Negara itu sendiri
Hukum administrasi Negara, hukum tata pemerintahan adalah keseluruhan hukum
yang berkaitan dengan {mengatur} administrasi, pemerintah, dan pemerintah. Secara
global dikatakan,hukum administrasi Negara merupakan instrument yuridis yang
digunakan oleh pemrintah untuk secara aktif terlibat dalam kehidupan kemasyarakatan,
dan disisi lain HAN merupakan hukum yang dapat digunakan oleh anggota masyarakat
untuk mempengaruhi dan memperolah perlindungan dari pemerintah. Jadi HAN memuat
peraturan mengenai aktivitas pemerintahan).
Hukum administrasi meliputi peraturan-peraturan yang berkenaan dengan
administrasi. Administrasi berarti sama dengan pemerintahan. Oleh karena itu, HAN
disebut juga hukum tata pemerintahan. Perkataan pemerintahan dapat disamakan
dengan kekuasaan eksekutif, artinya pemerintahan merupakan bagian dari organ dan
fungsi dari pemerintahan, yang bukan organ dan fungsi pembuat undang-undang dan
peradilan). Hukum administrasi Negara atau hukum tata pemerintahan berisi peraturan-
peraturan yang berkenaan dengan pemerintahan umum.
Berdasarkan perspektif ilmu hukum administrasi, ada dua jenis hukum
administrasi, yaitu pertama, hukum administrasi umum (allgemeem deel) , Yakni
berkenaan dengan teori-teori dan prinsip-prinsip yang berlaku untuk semua bidang
hukum administrasi,tidak terikat pada bidang-bidang tertentu , kedua hukum
administrasi khusus (bijzonder deel) , yakni hukum-hukum yang terkait dengan bidang-
bidang pemerintahan tertentu seperti hukum lingkungan, hukum tata ruang , hukum
kesehatan dan sebagainya.
Sekilas Pemikiran atau konsepsi manusia tentang Negara hukum juga lahir dan
berkembang dalam situasi kesejarahan. Oleh karena itu , meskipun konsep Negara
hukum dianggap sebagai konsep universal. Secara embrionik, gagasan Negara hukum
telah dikemukakan oleh plato.
Telah disebutkan bahwa pada dataran implementasi Negara hukum itu memiliki
karakteristik dan model yang beragam. Terlepas dari berbagai model Negara hukum
tersebut , Budiono mencatat bahwa sejarah pemikiran manusia mengenai politik dan
hukum secara bertahap menuju kearah kesimpulan, yaitu Negara merupakan Negara
yang akan mewujudkan harapan pada warga Negara akan kehidupan yang tertib, adil,
dan sejahtera jika Negara itu bdiselenggarakan berdasarkan hukum sebagai aturan main
Dalam Negara hukum, hukum menjadi aturan permainan untuk mencapai cita-cita.
Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia (SANRI) secara luas memiliki arti
Sistem Penyelenggaraan Negara Indonesia menurut UUD 1945, yang merupakan sistem
penyelenggaraan kehidupan negara dan bangsa dalam segala aspeknya, sedangkan
dalam arti sempit, SANRI adalah idiil Pancasila, Konstitusional – UUD 1945, operasional
RPMJ Nasional serta kebijakan-kebijakan lainnya.
Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia secara simultan berinteraksi
dengan faktor-faktor fisik, geografis, demografi, kekayaan alam, idiologi, politik,
ekonomi, sosial budaya dan hankam. Dalam setiap hal yang kita lakukan pasti terjadi
konflik ataupun masalah. Salah satunya masalah dalam hukum administrasi. Oleh sebab
itu, masalah hukum administrasi perlu kita pelajari dan perlu dibahas dalam makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana masalah hukum administrasi di Indonesia ?
2. Apa saja permasalahan baru yang berkaitan dengan hukum administrasi negara ?
3.Apa saja ciri-ciri hukum administrasi negara yang diharapkan ?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Masalah Hukum Administrasi di Indonesia


Berbicara hukum administrasi, maka tidak bisa berbicara dalam tataran parsial
atau terpisah, karena ilmu ini merupakan ilmu yang sangat luas, dan melibatkan unsur
manusia sebagai pokok dalam rangka menata dan mengatur hubungan manusia itu
sendiri. Administrasi dalam pengertian yaitu setiap kegiatan kerjasama antara dua orang
atau lebih, berdasarkan rasionalitas tertentu, untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. (Prof. Dr. Sondang P. Siagian). Dari pengertian tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa setiap kegiatan manusia dalam hubungan sosialnya pastilah
merupakan kegiatan administrasi, karena manusia itu merupakan makhluk sosial dan
tidak bisa hidup sendiri, pasti membutuhkan bantuan, selalu berhubungan dan
membutuhkan keterlibatan dari manusia yang lainnya. Hanya saja setiap daerah atau
wilayah mempunyai akar sejarahnya masing-masing, sehingga dalam perkembangannya,
pelaksanaan administrasi yang berlaku baik di wilayah atau negara tertentu tidak bisa
serta merta akan baik apabila di terapkan di wilayah yang berbeda, karena pasti setiap
wilayah/negara/daerah pasti mempunyai hukum-hukum dan akar historis budaya yang
berbeda.
2.1.1 Akar Budaya Administrasi di Indonesia
Dalam sejarahnya Indonesia merupakan negara yang berdiri dari berbagai macam
suku bangsa, dengan latar belakang budaya, geografis, yang berbeda, walaupun secara
umum dalam penerapan ilmu administrasi pemerintahan berdasarkan sejarahnya
Indonesia merupakan produk dari bentuk pemerintahan yang bercorak kerajaan, itu
terbukti dengan banyak bukti sejarah yang menyebutkan hampir di seluruh nusantara
mempunyai pemerintahan atau rajanya masing-masing, meskipun yang kita kenal hingga
saat ini hanya beberapa kerajaan besar seperti Majapahit, Sriwijaya, Mataram, Gowa dan
sebagainya. Yang menjadi permasalahan adalah akar budaya administrasi di Indonesia
pada sejarahnya (berbentuk kerajaan) merupakan administrasi yang bersifat feodal, dan
masyarakat kita yang mempunyai kepatuhan buta, karena kepatuhan kepada raja adalah
merupakan bentuk pengabdian tertinggi dari rakyatnya. Pada masa itu raja merupakan
hukum yang tertinggi, serta seluruh kekuasaan pemerintahan di zamannya di pegang
secara mutlak oleh raja sendiri. Struktur pemerintahan pada zaman itu merupakan
perpanjangan tangan dari sang raja dan pastilah merupakan orang-orang yang sangat
loyal kepadanya. Karena doktrin zaman kerajaan, yang berkuasa adalah raja, dan rakyat
mengabdi tulus pada penguasanya. Maka watak dan sikap kritis masyarakat tidak lah
akan ditemukan pada masa itu, kalaupun ada maka dia pastilah dianggap penghianat dan
mendapat hukuman yang amat berat kalau tidak dihukum mati. Maka dalam sejarahnya
tidaklah heran kalau Penjajah belanda bisa dengan leluasa menguasai Indonesia dengan
mudah, dan bisa bertahan sampai dengan ratusan tahun, karena belanda bisa
memanfaatkan para penguasa kerajaan di zaman itu dengan sogokan-sogokan kepada
rajanya, dan rakyat tunduk patuh atas penindasan yang dilakukan oleh penjajah. Dapat
kita lihat dari sejarah Indonesia tidak ada perlawanan dari raja-raja di Jawa khususnya
terhadap penjajahan yang dilakukan Belanda, hanya Pangeran Diponegoro yang
melakukan perlawanan, itupun berlatar belakang pemakaman keluarga raja akan digusur
oleh belanda untuk dibuat jalan, dan yang menentang pun hanya Pangeran Diponegoro
yang merupakan anak selir kerajaan, bukan Pangeran pewaris tahta kerajaan. Kerajaan di
Aceh saja yang mempunyai watak melakukan perlawanan terhadap Agresi penjajah,
karena dilatarbelakangi Doktrin agama Islam yang radikal. Penjajahan yang berlangsung
di Indonesia selama 350 tahun, didukung oleh budaya di Indonesia (sistem kerajaan)
dapat bertahan lama dan memberikan pengaruh pada sistem pelaksanaan administrsasi
ala Belanda, yang tetap berwatak feodal walaupun lebih maju. Pada zaman penjajahan
belanda telah dikenal sistem administrasi yang lebih modern dibanding pada masa
kerajaan, karena telah memakai konsep paradigma administrasi yang kita kenal dengan
nama Old Publik administration.
2.1.2 Perkembangan Paradigma Hukum Administrasi
Dalam ilmu hukum administrasi terdapat tiga paradigma yang hampir disepakati
oleh para ahli hukum administrasi seperti menurut, Denhardt & Denhardt
mengungkapkan bahwa terdapat tiga perspektif atau paradigma dalam hukum
administrasi. Perspektif tersebut adalah old public administration, new public
management, dan new public service yang dapat dikelompokkan menjadi tiga orde/masa
yaitu : 1. Old Publik Administration (Birokrasi Pra 1970), 2. New Publik Manajemen (pasca
1970), 3. New Public Service (Post 2003). Dalam pembagian orde/masa tersebut dapat di
jelaskan sebagai berikut :
1. Old Public Administration (Pra 1970)
Pada era ini menganut falsafah political teori dimana politik dan administrasi
merupakan hal yang tidak dapat terpisahkan bagai sekeping mata uang, terdapat banyak
pendukung pemikiran filsafat pada era ini seperti; Confusius, Plato, Aristoteles, Niccolo
Machiavelli, Montesqueiu, JJ. Rousseau, John Stuart Mill, dimana prinsip-prinsipnya
adalah :
· Pelayanan publik harus memiliki moral yang baik
· Pihak yang memerintah dan anak buahnya harus memiliki hubungan paternalistik
yang baik, dan memberi tauladan yang baik pada bawahannya.
· Menekankan pada loyalitas bawahan yang mampu membantu penguasa.
· Pembatasan campur tangan pemerintah dalam urusan-urusan lokal dan pribadi
· Mengutamakan prosedur birokrasi formal dalam manajemen dan pelayanan publik
· Dikotomi antara politik dan administrasi
· Perlunya Efisiensi dalam organisasi publik.
Hanya dalam prakteknya bisa dikatakan masih berjalan di negara-negara
berkembang yang menganut faham kerajaan (Brunai Darussalam, Arab Saudi, dll) dan
juga termasuk di Indonesia dimana prinsip ini berlaku pada masa penjajahan belanda,
atau mungkin sampai saat ini.
2. New Publik Manajemen (Pasca 1970)
Pada Era ini menganut falsafah Economic Theory, Run Government like a
business (Menjalankan Pemerintahan seperti Bisnis), atau mengelola pemerintahan
dengan pendekatan bisnis dan memanfaatkan sektor private/swasta, Dengan prinsip-
prnsipnya antara lain :
· Menggunakan sektor ‘private’ dan pendekatan bisnis dalam sektor publik (run
government like a business).
· Penerapan prinsip “good governance”.
· Kegiatan-kegiatan yg tidak bisa dilakukan secara efisien dan efektif oleh pemerintah
ditangani oleh sektor swasta.
· Dalam sistem managemen dilakukan sistem pelayanan sipil, yaitu manajer
diperkenankan menegosiasikan kontrak mereka dengan para pekerja.
· Fokus sistem anggaran pada kinerja dan hasil.
· Manajemen berorientasi pada hasil (managing for result).
· Menggagas konsep “citizens charter”.
· Mengenalkan konsep Reinventing Government.
· Menciptakan pemerintahan “works better & costs less”
Penerapan New Public Manajemen banyak diterapkan di negara-negara “anglo
saxon” seperti Australia, Kanada, New Zealand, Inggris dan USA. Dimana dinegara-
negara tersebut sektor swasta memegang peranan penting dalam pengelolaan
masyarakat serta merupakan partner pemerintah dalam rangka Work Better dan Cost
Less, Seperti yang dilakukan di New Zealand : kegiatan-kegiatan yang tidak bisa
dilakukan oleh pemerintah secara efisien dan efektif oleh pemerintah, ditangani oleh
sektor swasta, di Inggris tahun 1983, dibawah kepemimpinan Perdana Menteri Robert
Hawk mempelopori gagasan managing for result, dan puncaknya adalah penerapan
Good Governance (Pemerintahan yang baik). Di Indonesia pun Good Governance mulai
di gaungkan pasca reformasi tahun 1998 bahwa pemerintahan kita akan menjalankan
good Governance, yang menjadi permasalahan adalah apakah sudah bisa berjalan
dengan baik bangsa kita mengadopsi sistem tersebut secara utuh.
3. New Public Service (Post 2003)
Pada Era ini Falsafahnya Democracy Theory (Teori Demokrasi) run goverment like
a democracy (menjalankan pemerintahan seperti Demokrasi) dengan penekanan pada
Serve Citizens, not Customer (Melayani warga masyarakat, bukan pelangggan), Seek the
Public Interest (mengutamakan kepentingan public), dan Value Citizenship over
Enterpreneurship (lebih menghargai warganegara daripada kewirausahaan). Sehingga
peran pemerintah dalam menjalankan administrasi memegang prinsip-prinsip sebagai
berikut :
· Administrator Publik lebih banyak mendengar daripada berkata (More listening than
telling) dan lebih banyak melayani daripada mengarahkan (More serving than steering).
· Kerjasama melalui jaringan kerja (networking).
· Akuntabilitas dan transparansi mengiringi responsibilitas pemerintah dalam pelayanan
publik.
· Keterlibatan masyarakat sebagai warga negara secara aktif dalam perumusan,
pelaksanaan, dan pengawasan kebijakan publik.
· Pola pikir bahwa pelayanan kepada masyarakat adalah hal yang wajib bagi
Pemerintah. Perspektif new public service membawa angin perubahan dalam hukum
administrasi. Perubahan ini pada dasarnya menyangkut perubahan dalam cara
memandang masyarakat dalam proses pemerintahan, perubahan dalam memandang apa
yang dimaksud dengan kepentingan masyarakat, perubahan dalam cara bagaimana
kepentingan tersebut diselenggarakan, dan perubahan dalam bagaimana administrator
publik menjalankan tugas memenuhi kepentingan publik. Perspektif ini mengedepankan
posisi masyarakat sebagai warga negara dalam konteks penyelenggaraan pemerintahan.
Perspektif ini membawa upaya demokratisasi hukum administrasi. Pelayanan kepada
masyarakat merupakan tugas utama bagi administrator publik sekaligus sebagai
fasilitator bagi perumusan kepentingan publik dan partisipasi masyarakat dalam
pemerintahan. Perspektif ini juga mengakui bahkan menuntut adanya partisipasi
masyarakat dalam berbagai jenjang pemerintahan, termasuk daerah.
Hukum administrasi dalam perkembangannya di Indonesia telah melalui beberapa
tahap, mulai dari masa pra kemerdekaan, pasca kemerdekaan, orde baru, dan masa
reformasi tahun 1998 sampai dengan sekarang. Sebagai salah satu negara yang ada di
dunia tentunya Indonesia juga merupakan bagian sistem pelaksanaan administrasi
global, yang selalu berkembang sesuai dengan perkembangan kontradiksi dan saling
hubungan antar sesama bangsa di dunia. Tak pelak lagi Indonesia pun saat ini mulai
mengadopsi sistem administrasi dengan paradigma yang palig baru yaitu New Publik
Service. Hanya saja banyak permasalahan administrasi yang terjadi di Indonesia antara
lain :
A. Pengaruh budaya lama (budaya feodal)
Dalam mengadopsi sistem administrasi, maka tidak bisa dengan utuh langsung
diterapkan di sebuah negara atau daerah, karena pasti budaya setempat mempengaruhi
dengan kuat ketika akan mempraktekkannya. New Publik Service atau good governance
sulit untuk di terapkan di Indonesia, karena budaya masyarakat Indonesia yang biasa
melayani kepentingan penguasa, maka aparatur yang seharusnya melayani warga
masyarakat, malah berbalik arah untuk minta dilayani, dan masyarakatpun dengan
senang hati melayani kepentingan atau kemauan penguasa dalam hal pengurusan
permasalahan administrasi pemerintahan. Budaya asal bapak senang, budaya
kroonisme/nepotisme, tidak bisa di pisahkan dalam pelaksanaan administrasi, Rasa
kekeluargaan di Indonesia sangat kuat, apabila ada saudara, famili, atau tetangga yang
mempunyai wewenang untuk melakukan proses pengurusan administrasi pemerintahan,
pastilah kita minta bantuannya dan otomatis famili atau keluarga tersebut akan
mendahulukan kita tanpa proses antri, dan masih banyak contoh yang lainnya.
B. Politisasi Administrator Daerah
Tuntutan otonomi daerah pada saat reformasi tahun 1998, merupakan bentuk dari
ketidakpuasan daerah dalam rangka pembagian kekayaan daerah dengan pusat,
walaupun hanya daerah-daerah tertentu (daerah yang kaya, seperti Riau, Aceh, Kaltim,
dsb) yang menuntut ruang yang lebih besar dalam pengelolaan kekayaannya, atau
mereka akan melepaskan diri dari NKRI. Dalam perkembangannya otonomi daerah
dengan sistem pemilihan kepala daerah (Pilkada) secara langsung, dimana kepala daerah
merupakan jabatan politis yang dicalonkan oleh partai, sehingga unsur politis tidak akan
pernah lepas dari corak dan gaya kepemimpinannya. Administrator daerah dalam hal ini
kepala daerah sebagai jabatan politis maka akan banyak kepentingan politis yang lebih
mempengaruhi dalam pelaksanaan administrasi pemerintahan. Ini bisa terlihat setiap ada
pergantian kepala daerah, maka pasti akan diikuti oleh pergantian pejabat eselon yang
ada, tanpa alasan yang jelas hampir semua pejabat diganti, dengan alasan menempatkan
orang yang loyal, dan ini menyebabkan pejabat eselon juga menjadi mandul, tidak kritis
terhadap kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat, karena takut jabatannya di copot.
Kemudian bisa di pastikan ada kesepakatan-kesepakatan politik antara kepala daerah
terpilih dengan partai yang mencalonkannya, minimal pada pembagian proyek-proyek
daerah. Dan masih banyak yang lainnya.
Dapat kita simpulkan bahwa permasalahan yang ada di Indonesia dalam
pelaksanaan hukum administrasi, secara garis besar adalah pengaruh budaya lokal yang
tidak bisa bertransformasi langsung dengan baik terhadap konsep-konsep yang kita
ambil dari luar, oleh karena itu, kita masih membutuhkan waktu yang lama untuk
melakukan perubahan budaya ke arah yang lebih baik. Kemudian yang kedua adalah
politisasi dalam pelaksanaan hukum administrasi yang sangat kental dan pengaruh
politik ini bisa menjadi dominan, dalam menentukan kebijakan publik. Selagi hukum
administrasi belum bisa melepaskan diri dari ranah politik maka kebijakan publik pun
tidak akan pernah lepas dari kepentingan politik.
2.2 Beberapa Permasalahan Baru Yang Berkaitan Dengan Hukum Administrasi Negara
1. Belum adanya Peraturan Payung sistem administrasi Negara.
2. Munculnya pola administrasi negara yang tidak standar.
3. Munculnya lembaga -lembaga baru non departemen (bersifat adhoc) yang
mempunyai tugas-tugas reguler dari lembaga-lembaga yang sudah ada,
sehingga mengurangi luas kewenangannya, dan cenderung menimbulkan saling
tindih kewenangan tersebut.
4. Masih adanya urusan pemerintahan yang seharusnya diserahkan kepada
daerah, akan tetapi justru masih ditangani oleh pemerintah pusat.
5. Akibat adanya pemaknaan yang keliru terhadap otonomi daerah , arogansi
daerah dalam bentuk munculnya berbagai peraturan daerah yang bertentangan
dengan ketentuan pusat, atau menghambat kebijakan-kebijakan utama
pemerintah pusat.
6. Pembangkangan daerah terhadap beberapa kebijakan dan peraturan di
tingkat menengah, dengan alsasan telah menginduk dengan ketentuan yang
lebih tinggi.

7. Terjadinya tumpang tindih kebijakan administrasi untuk penanganan


pengaturan suatu masalah.
8. Malfungsi peradilan administrasi maupun akses-akses penyelesaian
sengketa di bidang administrasi negara, sehingga tidak mampu melindungi
warga Negara.
9. Sistem Hukum Administrasi keuangan. Tidak/kurang mendukung
progresivitas pencapaian pembangunan.
10. Penalisasi hukum administrasi.
11. Lebih menitikberatkan kepada procedure daripada outcome.
12. Pengembangan Hukum administrasi negara lebih mengedepankan
sisisuspect di banding trust.
13. Hukum administrasi negara yang lebih banyak sebagai pengaturan, dan
bukan yang memotivasi peran masyarakat.
2.3 Ciri-Ciri Hukum Administrasi Negara Yang Diharapkan
 Berorientasi kepada kesejahteraan masyarakat bukan kepada kekuasaan atau
kewenangan semata.
 Dibangun berdasar paradigma hukum yang mengabdi kepada kepentingan
masyarakat dan bukan masyarakat yang harus mengabdi kepada hokum.
 Dibangun berdasarkan kepercayaan (based on trust) dan bukan kecurigaan
(based on suspect), serta
 Pemahaman hukum sebagai satu kesatuan nilai kemanfatan (utility) dan bukan
sekadar norma positif (legality).
 Berorientasi kepada hasil (outcome) dan bukan hanya kepada pemenuhan
prosedur.
 Bersifat tidak hanya responsif tapi harus progresif.
 Membuka lebih besar pintu dan ruang partisipasi masyarakat.
 Hukum yang mampu mendukung dinamika administrasi negara dan kalau perlu
justru menjadi motivator penggerak pengembangan, dan bukan hukum yang
menghalangi.
 Mampu memberikan rasa aman baik kepada masyarakat maupun administrator.
 Pertanggungjawaban administratur yang jelas.
 Peradilan yang berwibawa.

2.3.1 Pembangunan Hukum Administrasi Negara


 Harus dimulai dari kebutuhan masyarakat (prinsip hukum mengabdi kepada
masyarakat) untuk membentuk satu sistem hukum administrasi negara nasional
 Perlu keberanian untuk peninjauan kembali dan bahkan menfalsifikasi atas
segala prinsip, paradigma dan azas-azas hukum administrasi negara, yang dirasakan
sudah tidak cocok
2.3.2 Pilihan dalam Pola Administrasi Negara dan Hukum Administrasi Negara, di dalam
Menghadapi Perkembangan Negara di Masa Mendatang
 Pola pengembangan Administrasi negara dan hukum administrasi negara yang
lebih mengedepankan sisi normatif dan formalitas.
 Pola pengembangan Administrasi negara dan hukum administrasi negara yang
lebih mengedepankan sisi progresivitas dalam pemecahan permasalahan yang
dihadapi.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bahwa sebenarnya Indonesia adalah Negara hukum Negara yang
memprioritaskan berbagai hukum yang berlaku dijaman modern guna terciptanya suatu
hukum yang dapat ditaati, dipatuhi, dan dilaksanakan secara menyeluruh oleh
masyarakat,dan diantara hukum-hukum yang ada dalam hukum administrasi Negara
meliputi: Hukum Tata Negara, Hukum tata pemerintah, Hukum tata usaha pemerintah,
Hukum tata usaha Negara, Hukum tata usaha pemerintah Indonesia, dan lain sebagainya.
Tujuan dari Negara hukum adalah agar terciptanya keamanan, yang dapat memberikan
ketentraman bagi setiap warga Negaranya. (Hukum administrasi Negara merupakan
bagian-bagian dari hukum publik, hukum administrasi Negara dapat dijelaskan sebagai
peraturan-peraturan dari hukum publik), yang berkenaan dengan pemerintahan umum
untuk menemukan definisi yang baik mengenai istilah hukum administrasi Negara, agar
dapat terlaksananya hukum harus mengatur tindakan pemerintah dan mengatur
hubungan antara pemerintah dengan warga Negara atau hubungan antar organ
pemerintah.Oleh karena itu, sebenarnya semua Negara modern mengenal Hukum
Administrasi Negara hanya saja Hukum Administrasi Negara itu berbeda-beda antara
satu Negara dengan yang lainnya, yang disebabkan oleh perbedaan persoalan
kemasyarakatan dan pemerintahan yang dihadapi penguasa, perbedaan sistem politik,
perbedaan bentuk Negara dan bentuk pemerintahan. Pemerintah dapat diartikan secara
luas dan dalam arti sempit, pemerintah dalam arti luas adalah mencangkup semua alat
kelengkapan Negara yang pada pokoknya terdiri dari cabang kekuasaan eksekutif,
legislative, yudisial atau alat-alat kelengkapan Negara lain yang bertindak untuk dan atas
nama Negara, sedangkan dalam pengertian pemerintah dalam arti sempit adalah cabang
kekuasaan eksekutif. Berdasarkan keterangan tersebut, tampak bahwa bidang hukum
administrasi Negara itu sangat luas sehingga tidak dapt ditentukan secara tegas ruang
lingkupnya, disamping itu khusus bagi Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi,
terdapat pula hukum administrasi daerah, yaitu peraturan-peraturan yang berkenaan
dengan administrasi daerah atau pemerintah daerah.

3.2 Saran

Sebagai Negara hukum sudah sepatutnya hukum itu harus dipatuhi dan ditaati agar
tercipta masyarakat tertib Hukum, agar masyarakat yang ada didalam dapat terlindungi
hukum dari hal-hal yang meresahkan dan tidak merugikan, sebagai Negara hukum
Indonesia adalah salah satu Negara yang menjunjung hukum agar ketentraman di negara
Indonesia senantiasa terjaga dan terpelihara agar tercipta kesejahteraan dan
ketentraman dalam bermasyarakat, oleh karena itu sudah seharusnya pemerintah juga
turut turun langsung meninjau apakah seluruh masyarakat sudah mendapatkan hak-nya
dilindungi oleh hukum tanpa pandang bulu apa dia masyarakat yang mampu atau,kah
tidak mampu. Karena hukum itu adalah bagian dari masyarakat juga dan masyarakatlah
yang berhak dijamin atas hukum.

DAFTAR PUSTAKA

Syafi’i, Inu Kencana, dkk. 1999. Ilmu Administrasi Publik. Rineka Cipta : Jakarta.
Mustafa, Bachsan. 2001. Sistem Hukum Administrasi Negara. Citra Aditya Bakti :
Bandung.
Hadjon, Philipus M, dkk. 2002. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia. Gadjah Mada
University Press : Yogyakarta.
HR, Ridwan. 2003. Hukum Administrasi Negara : Yogyakarta.
Marbun, dkk. 2002. Dimensi-Dimensi Pemikiran Hukum Admnistrasi Negara. UII Press :
Yogyakarta.
SUMBER LAIN

https://studihukum.wordpress.com/category/10-hukum-administrasi-negara/
http://birokrasi.kompasiana.com/2012/05/11/masalah-dari-administrasi-publik-di-
indonesia.http://ezadblakkan.blogspot.com/2012/12/hukum-administrasi-negara-han.html
2/16/2015 01:09:00 AM
Dilarang Mengambil atau mengakui hak cipta Orang Lain. Tema Perjalanan. Diberdayakan olehBlogger.
SELASA, 18 DESEMBER 2012
Hukum Administrasi Negara (HAN)
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya aturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunia-Nyalah saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu bahan penunjang materi
pembelajaran “Pengantar Hukum Indonesia”. Melalui makalah ini saya mencoba memberikan
gambaran mengenai “Hukum Administrasi Negara (HAN)” dari beberapa sumber yang ada.
Ucapan terimakasih saya ucapkan kepada Ibu IStiqomah,S.H. Atas kesedian beliau untuk
menjadi Dosen Pembimbing saya, dan kepada teman-teman sekalian yang selalu membantu
dalam proses pembuatan makalah ini. Saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat pada para pembaca semua. Sebagai manusia biasa, saya meminta maaf atas
ketidaksempurnaan makalah ini. Oleh karena itu pula, kritik dan saran dari para pakar, senior,
teman, dan pembaca lainnya akan saya terima dengan senang hati.

Hormat saya,

(penulis)

BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG MASALAH
Kehidupan dalam masyarakat tentunya tidak terlepas dari kontak sosial, di mana masyarakat
yang satu saling berhubungan dengan yang lainnya. Sehingga akibat dari adanya kontak sosial
tersebut muncul juga apa yang sering disebut dengan gejala-gejala sosial. Gejala-gejala
tersebeut terjadi seiring dengan perkembangan yang ada di lingkungan. Sehingga masyarakat
kota dapat merasakan langsung akibat dari gejala-gejala sosial yang ada tapi, bukan berarti di
daerah pedesaan tidak ada gejala-gejala sosial yang muncul tentu ada, hanya saja tidak
sebanyak yang di alami oleh masyarakat perkotaan.
Maka dari itu, setiap negara memiliki hukum yang diberlakukan di negaranya masing-masing.
Untuk mengatur negaranya agar mencapai tujuan dari masing-masing negara tersebut. Setiap
negara pasti memiliki hukum yang dipatuhi, yang mereka patuhi.
Di dunia Indonesia terdapat beberapa pembagian hukum. Oleh karna itu, dalam makalah ini
kami akan membahas dan menjelaskan tentang Hukum Administrasi Negara. Disaming itu,
makalah ini kami tujuankan untuk melengkapi mata kuliah Pengantar Hukum Indonesia (PHI).
RUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan judul yang akan dibahas, maka timbul permasalahan diantaranya:
Apa pengertian Hukum Administrasi Negara?
Apa sajakah pembagian dari Hukum Administrasi Negara?
Apa sajakah hakekat dan cakupan Hukum Administrasi Negara?
Apa perebdaan Hukum Administrasi Negara dan Hukum Tata Negara?
Apa tujuan dari Hukum Administrasi Negara?
Apa sajakah obyek dari Hukum Administrasi Negara?
Apakah fungsi dari Hukum Administrasi Negara?
Apa sajakah sumber-sumber dari Hukum Administrasi Negara?
Apa sanksi dalam Hukum Administrasi Negara?

METODE PENULISAN
Pada makalah ini saya menggunakan metode eksposisi, yaitu menjelaskan tentang pengertian-
pengertian yang terdapat dalam makalah.

TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN


Untuk mngetahui pengertian Hukum Administrasi Negara.
Untuk mengetahui pembagian dari Hukum Administrasi Negara.
Untuk mengetahui hakekat dan cakupan Hukum Administrasi Negara.
Untuk mengetahui perebdaan Hukum Administrasi Negara dan Hukum Tata Negara.
Untuk mengetahui tujuan dari Hukum Administrasi Negara.
Untuk mengetahui obyek dari Hukum Administrasi Negara.
Untuk mengetahui fungsi dari Hukum Administrasi Negara.
Untuk mengetahui sumber-sumber dari Hukum Administrasi Negara.
Untuk mengetahui sanksi dalam Hukum Administrasi Negara.

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGRTIAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
Keputusan / kesepakatan pengasuh mata kuliah Hukum Administrasi Negara di Cibulan tanggal
26 – 28 Maret 1973 sebelumnya istilahnya Hukum Tata Pemerintahan dengan alasan :
HAN dapat menjangkau Hukum Tata Pemerintahan, Hukum Tata Usaha Negara
Pengertian HAN lebih luas
Istilah administrasi berasal dari bahasa latin administrare lebih mencerminkan fungsi daripada
negara modern sesuadah PD II daripada istilah Tata Pemerintahan
Administrasi dalam bahasa Inggris administer adalah kombinasi kata-kata bahasa Latin ad dan
ministrare yang berarti to serve / melayani. Jadi to administer adalah to manage / to direct
mengelola atau memerintah.
Hukum Administrasi Negara adalah seperangkat peraturan yang memungkinkan administrasi
Negara menjalankan fungsinya, yang sekaligus juga melindungi warga terhadap sikap tindak
administrasi , dan melindungi administrasi Negara itu sendiri.
Berikut berbagai pendapat terkait dengan pengertian Hukum Administrasi:
1) E. Utrecht mengetengahkan “HAN (hukum pemerintahan) adalah men-guji hubungan
hukum istimewa yang diadakan akan memungkinkan para pejabat (Ambsdrager) administrasi
negara melakukan tugas mereka yang khusus”. Selanjutnya E, Utrecht men-jelaskan bahwa
“HAN adalah yang mengatur sebagian lapagan pekerja-an administrasi negara.
2) Cornelis Van Vollenhouven : HAN ialah kesemua kaidah-kaidah hukum yang bukan
hukum tata negara mate-riil, bukan hukum perdata materiil dan bukan hukum pidana materiil
(Teori residu).
3) J.M Baron de Gerando : hukum administrasi adalah peraturan-pera-turan yang mengatur
hubungan timbal balik antara pemerintah dan rakyat (Le droit administratif a pour object le
regles qui regissent les rapports recip-roques de I’administration avec les administres).
4) Prof. Mr.J. Oppenheim : Hukum ad-ministrasi negara adalah keseluruhan aturan-aturan
hukum yang harus menjalankan kekuasaannya. Jadi pa-da asasnya mengatur negara dalam
keadaan bergerak (staat in beweging).
5) Dr.Mr.H.J Romijn : Hukum admini-strasi negara adalah keseluruhan aturan-aturan hukum
yang mengatur negara dalam keadaan bergerak.
6) Prajudi Atmosudirdjo : HAN adalah hukum mengenai seluk beluk adminis-trasi negara
(HAN heteronom) dan hukum yang dicipta atau merupakan hasil buatan administrasi negara
(HAN otonom).

Dapatlah disebutkan bahwa hukum administrasi adalah hukum yang berkenaan dengan
pemerintahan dalam arti sempit. Secara garis besar mengatur hal-hal antara lain :
a. perbuatan pemerintah (pusat dan daerah) dalam bidang publik,
b. kewenangan pemerintah (dalam melakukan perbuatan dibidang public tersebut), didalamnya
diatur mengenai dari mana, dengan cara apa, dan bagaimana pemerintah menggunakan
kewenangannya;penggunaan kewenangan ini dituangkan dalam bentuk instrument hukum
sehingga diatur pula tentang pembuatan dan penggunaan instrument hukum,
c. Akibat-akibat hukum yang lahir dari perbuatan atas penggunaan kewenangan pemerintah itu.
d. penegakan hukun dan penerapan sanki-sanki dalam bidang pemerintahan.

B. PEMBAGIAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA


Prajudi Atmosudirdjo membagi HAN dalam dua bagian, yaitu :
HAN heteronom
HAN yang bersumber pada UUD,TAP MPR, dan UU adalah hukum yang mengatur seluk beluk
organisasi dan fungsi administrasi Negara.
HAN otonom
HAN otonom adalah hukum operasional yang diciptakan pemerintah dan administrasi Negara.
Dan juga ada yang menyebutkan bahwa HAN, ada HAN umum dan ada HAN khusus. HAN
umum berkenaan dengan peraturan-peraturan umum mengenai tindakan hukum dan hubungan
hukum administrasi atau peraturan-peraturan dan prinsip-prinsip yang berlaku untuk semua
bidang hukum administrasi, dalam arti tidak terikat pada bidang-bidang tertentu. Sementara itu,
HAN khusus adalah peraturan-peraturan yang berkaitan dengan bidang-bidang tertentu seperti
peraturan tata ruang, peraturan tentang kepegawaian, peraturan tentang pertanahan, peraturan
tentang kesehatan, peraturan tentang perpajakan, peraturan bidang pendidikan, peraturan
pertambangan, dan sebagainya.
Adanya perbedaan bidang hukum Administrasi khusus merupakan suatu hal yang logis dan
wajar mengingat masing-masing Negara dihadapkan pada perbedaan sosio kultural, politik,
sistem pemerintahan, kebijakan pemerintah, dan sebagainya, Artinya, munculnya pembedaan
antara hukum administrasi umum dan hukum administrasi khusus merupakan suatu yang tidak
dapat dihindari dan suatu yang alamiah. Munculnya hukum administrasi ini semakin penting
artinya seiring dengan lahirnya berbagai bidang tugas-tugas pemerintahan yang baru dan
sejalan dengan perkembangan dan penemuan-penemuan baru berbagai bidang kehidupan
ditengah masyarakat, yang harus diatur melalui hukum administrasi. Dalam konteks ini tampak
bahwa hukum administrasi itu tumbuh dan berkembang secara Dinamis.

C. HAKEKAT DAN CAKUPAN HAN


Hakekat HAN mengatur hubungan hukum antara Pemerintah dengan war-ganya serta
memberikan perlindungan hukum kepada masyarakat atau warga negaranya dari tindakan
sewenang-wewenang aparatur Pemerintah.

Cakupan HAN (Prajudi Atmo-sudirdjo) : adalah HAN mengatur we-wenang, tugas, fungsi, dan
tingkah laku para Pejabat Administrasi Negara.

Menurut Van Wijk-Konjnenbelt dan P. de Haan Cs. HAN meliputi :


a) Mengatur sarana bagi penguasa untuk mengatur dan mengendali-kan masyarakat;
b) Mengatur cara – cara partisipasi warga negara dalam proses pen-gaturan dan
pengendalian tersebut;
c) Perlindungan hukum (rechtsbe-sherming);
d) Menetapkan norma-norma fundamental bagi penguasa untuk pemerintahan yang baik
(algemene beginselen van behoorlijk bestuur).

D. PERBEDAAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA DENGAN HUKUM TATA NEGARA


Pengertian Hukum Tata Negara menurut para ahli:
Prof. Mr.J. Oppenheim :
Hukum Tata Negara ialah keseluruh-an aturan-aturan hukum yang meng-adakan alat-alat
perlengkapan dan mengatur kekuasaannya.
Fritz Flener :
Hukum Tata Negara mengatur negara dalam keadaan pasif, sedangkan HAN mengatur negara
dalam keada-an aktif.
Dr.Mr.H.J.Romijn:
Hukum Tata Negara ialah keseluruh-an aturan – aturan hukum yang meng-atur negara dalam
keadaan sedang-kan Hukum Administrasi negara ialah aturan-aturan hukum yang mengatur
negara dalam keadaan dinamis.

Van Vollenhouven :
Hukum Tata Negara adalah sekumpulan peraturan – peraturan hukum yang menentukan
badan-badan kenegaraan serta mem-beri wewenang itu kepada badan – badan tersebut dari
yang tertinggi sampai yang terendah kedudukannya.
Djokosutono :
Hukun Tata Negara sebagai hukum mengenai organisasi jabatan-jabatan di dalam rangka pan-
dangan mereka terhadap “Negara sebagai organisasi”.

E.TUJUAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA:


Memberikan batasan dan ke-wenangan terhadap Pejabat Administrasi Negara;
Memberikan perlindungan terhadap rakyat atau badan hukum perdata dari tindakan sewenang-
wenang Pejabat Administrasi Negara.

F. OBJEK STUDI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA


Objek Material
Yang dimaksud adalah manusia yaitu aparat pemerintah atau aparat administrasi Negara
sebagai pihak yang memerintah dan warga masyarakat atau badan hokum privat sebagai pihak
yang diperintah. Antara kedua belah pihak ada hubungan hukum publik.
2. Objek Formal
Adalah perilaku atau kegiatan atau keputusan hokum badan pemerintah, baik yang bersifat
peraturan maupun yang bersifat ketetapan.

G. FUNGSI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA


Menjamin Kepastian Hukum
2. Menjamin kepastian hokum yang menyangkut masalah bentuk dari hukum.
3. Menjamin Keadilan Hukum
4.Keadilan hukum yang dimaksud adalah keadilan yang telah ditentukan oleh undang-undang
dan peraturan tertulis.
5.Hukum Administrasi Berfungsi Sebagai Pedoman dan Ukuran

H. SUMBER-SUMBER HUKUM ADMINISRASI NEGARA


Pengertian Sumber hukum adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan yang
mengikat dan memaksa, sehingga apabila aturan-aturan tersebut dilanggar akan menimbulkan
sanksi yang tegas dan nyata bagi pelanggarnya.
Sumber hukum sendiri menurut Prof. Dr. Sudikno, SH sering dipergunakan dalam beberapa arti
seperti berikut ini:
Sebagai asas hukum, yaitu sesuatu yang merupakan permulaan hukum, misalnya kehendak
Tuhan, akal manusia, jiwa bangsa.
Menunjukan sumber hukum ter-dahulu yang memberikan bahan-bahan kepada hukum yang
sekarang berlaku. Sebagai sumber berlakunya yang memberikan kekuatan penguasa,
masyarakat.
Sebagai sumber dari mana hukum dapat diketahui misalnya dokumen dokumen, undang-
undang, batu bertulis.
Sebagai sumber terbentuknya hukum atau sumber yang menimbulkan hukum.
Sumber hukum pada hakekatnya dapat dibedakan menjadi 2, yaitu
Sumber hukum materiil dan Sumber hukum formal.
Termasuk dalam sumber hukum formal adalah :
Undang-undang
Kebiasaan
Yurisprodensi
Traktat (perjanjian antar negara)
Perjanjian
Doktrin
Undang-Undang
Undang-undang adalah peraturan negara yang dibentuk oleh alat perlengkapan negara yang
berwenang dan mengikat masyarakat. Undang-undang dibedakan menjadi dua, yaitu :
Undang-undang dalam arti materiil Adalah setiap peraturan perundang-undangan yang isinya
mengikat langsung kepada masyarakat umum.
Undang-undang dalam arti formal Adalah setiap peraturan perundang yang dibentuk oleh alat
perlengkap-an negara yang berwenang melalui tata cara dan prosedur yang ber-laku. Undang-
undang dalam arti formal pada hakikatnya adalah keputusan alat perlengkapan negara yang
karena cara pem-bentukannya disebut undang-undang.
Asas berlakunya undang-undang:
Undang-undang tidak boleh berlaku surut;
Undang-undang yang berlaku kemudian membatalkan undang-undang terdahulu sejauh
undang-undang itu mengatur hal yang sama (lex posterior derogat legi priori).
Undang-undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi mem-punyai derajat yang lebih
tinggi, sehingga apabila ada dua macam undang-undang yang tidak se-derajat mengatur obyek
yang sama dan saling bertentangan maka hakim harus menerapkan undang-undang yang lebih
tinggi dan me-nyatakan undang-undang yang lebih rendah tidak mengikat (lex superior derogat
legi inferiori).
Undang-undang yang khusus menge-sampingkan undang-undang yang bersifat umum (lex
specialis derogat legi generali)
Undang-undang tidak dapat diganggu gugat.
KEBIASAAN
Kebiasaan adalah perbuatan manusia yang dilakukan berulang-ulang. Ke-biasaan tersebut
diterima oleh masya-rakat sehingga masyarakat ber-anggapan memang harus berlaku
demikian kalau tidak berbuat demikian merasa berlawanan dengan kebiasa-an dan merasa
melakukan pelang-garaan terhadap hukum. Beberapa syarat tertentu, yaitu :
Adanyan perbuatan tertentu yang dilakukan secara berulang-ulang dalam masyarakat tertentu.
Adanya keyakinan hukum dari masyarakat yang bersangkutan.
Contoh : kebiasaan perjanjian bagi hasil antara pemilik sawah dengan penggarapnya.

YURISPRUDENSI
Menurut ketentuan pasal 22 AB jo pasal 14 Undang-undang Nomor 14 tahun 1970 bahwa
seorang hakim tidak boleh menolak jika diminta memutuskan suatu perkara dengan alasan
karena belum ada aturan hukumnya.
Dari kenyataan yang demikian dapat dimengerti dalam praktek peradilan bahwa hakim adalah
pembentuk undang-undang.
Ada dua macam yurisprodensi yaitu :
Yurisprudensi tetap ialah keputusan hakim yang terjadi karena rangkai-an keputusan serupa
dan dijadikan dasar atau patokan untuk memutuskan suatu perkara (standar arresten);
Yurisprudensi tidak tetap ialah ke-putusan hakim terdahulu yang bukan standar arresten.

TRAKTAT
Traktat sebagai hukum formal harus disetujui oleh DPR kemudian baru diratifikasi oelh Presiden
dan setelah itu baru mengikat terhadap negara peserta dan warga negaranya.
Traktat yang memerlukan persetujuan DPR adalah traktat yang mengandung materi sebagai
berikut :
Soal-soal politik atau soal-soal yang dapat mempengaruhi haluan politik luar negeri misalnya
perubahan wilayah.
Perjanjian kerjasama ekonomi,pinjaman.
Soal-soal yang menurut UUD dan sistem perundang-undangan kita harus diatur dengan bentuk
undang-undang misalnya soal kewarganegaraan,kehakiman.

PERJANJIAN
Perjanjian (overeenkomst) adalah suatu peristiwa dimana dua orang atau lebih saling berjanji
untuk mela-kukan atau tidak melakukan perbuatan tertentu.
Perjanjian adalah sah apabila meme-nuhi syarat-syarat sebagaimana ditetapkan dalam pasal
1320 KUH Perdata, yaitu :
Orang yang mengadakan perjanjian garus cakap dalam arti mampu membuat perjanjian (orang
dewasa, tidak sakit ingatan);
Ada kata sepakat atau persesuaian kehendak antara para pihak yang bersangkutan;
Mengenai obyek tertentu;
Dasar yang halal atau kausa.
Disamping unsur-unsur yang harus dipenuhi ada juga asas-asas dalam perjanjian, yaitu :
Asas konsensualisme adalah perjanji-an itu telah terjadi apabila telah ada konsensus antara
pihak-pihak yang mengadakan perjanjian.
Asas kebebasan berkontrak artinya seseorang bebas untuk mengadakan perjanjian bebas
mengenai apa yang diperjanjikan bebas pula menentukan bentuk perjanjiannya.
Asas pacta sunt servanda maksudnya adalah bila perjanjian telah disepakati berlaku mengikat
para pihak yang bersangkutan sebagai undang-undang.

DOKTRIN
Pendapat para sarjana hukum yang merupakan doktrin adalah sumber hukum, tempat hakim
dapat menemuk-an hukumnya. Ilmu hukum adalah sum-ber hukum tetapi ilmu hukum bukan
hukum karena tidak mempunyai kekuat-an mengikat sebagai hukum seperti undang-undang.
Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 perihal sistem Pem-erintahan Negara
ditegaskan bahwa Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (Rechtsstaat), tidak
berdasarkan kekuasaan belaka (Machtsstaat).
Pancasila sebagai sumber hukum
Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum.
Maksudnya adalah sebagai pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita hukum serta cita-cita
kemerdekaan individu, kemerdekaan bangsa, perikemanusiaan, keadilan sosial, perdamaian
nasional dan mondial, cita-cita politik mengenai sifat, bentuk dan tujuan negara, cita-cita moral
mengenai kehidupan kemasyarakatan dan keagamaan sebagai pengejewantahan dari budi
nurani manusia.
Pancasila mewujudkan dirinya dalam:
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agst 1945
Dekrit 5 Juli 1959
UUD
Supersemar
Sumber hukum dalam arti formal:
Bentuk tempat hukum itu dibuat menjadi positip oleh instansi pemerintah yang berwenang.
Antara lain:
UUD, Ketetapan MPR, Undang-Undang, Perpu, PP, Kepres, Instruksi Menteri, Surat Menteri.

I. SANKSI DALAM HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

A. PAKSAAN PEMERINTAH (BESTUUSDWANG)


Paksaan tidak selalu dalam bentuk fisik melainkan pemaksaan terlatak pada
kenyataan bahwa warga yang dipandang lalai oleh kekuasaan pemerintah yang sah menurut
hukum dipaksa memenuhi undang-undang.
Paksaan pemerintah berbeda dengan pengenaan pidana. Bestuusdwang lebih menekankan
pada pelaksaan undang-undang bukan pada pelanggarnya. Dengan pertimbangan sebagai
berikut:
Kepentingan umum yang dirugikan dengan keadaan illegal misalnya pencmaran lingkungan.
Kepentingan pencegahan pengauh preseden.
Kepentingan pihak ketiga
B. PENARIKAN KEMBALI KEPUTUSAN-KEPUTUSAN
Terhadap dua hal suatu keputusan yang menguntungkan dapat ditarik kembali dengan
pertimbangan:
Yang berkepentingan tidak memenuhi pembatasan-pembatasan, syarat-syarat atau ketentuan
peraturan perundang-undangan yang dikaitkan dengan subsidi atau pembayaran.
Yang berkepentingan pada waktu mengajukan permohonan untuk mendapatkan izin, subsidi
atau pembayaran telah memberikan data yang tidak benar atau tidak lengkap jika data tersebut
diberikan secara benar atau lengkap berindikasi keputusan akan berlainan.

C. PENGENAAN DENDA ADMINISTRATIF


Undang-undang memberikan wewenang membebankan biaya-biaya yang berhubungan
langsung dengan pelaksanaan bestuursdwang pada pelanggar. Undang-undang member
kemungkinan menagih biaya dengan surat paksa (dwangbewel).

D. PENGENAAN UNG PAKSA OLEH BADAN TATA USAHA NEGARA


Pembuat undang-undang member alternative kepada badan yang berwenang melakukan
bestuurdwang untuk mengenakan uang paksa kepada yang berkepentingan sebagai pengganti
bestuursdwang. Uang akan hilang untuk setiap kali pelanggaran diulangi atau untuk tiap hari
masih berlanjut.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Bahwa sebenarnya Indonesia adalah Negara hukum Negara yang memprioritaskan berbagai
hukum yang berlaku dijaman modern guna terciptanya suatu hukum yang dapat ditaati,
dipatuhi, dan dilaksanakan secara menyeluruh oleh masyarakat,dan diantara hukum-hukum
yang ada dalam hukum administrasi Negara meliputi: Hukum Tata Negara, Hukum tata
pemerintah, Hukum tata usaha pemerintah, Hukum tata usaha Negara, Hukum tata usaha
pemerintah Indonesia, dan lain sebagainya. Tujuan dari Negara hukum adalah agar terciptanya
keamanan, yang dapat memberikan ketentraman bagi setiap warga Negaranya. (Hukum
administrasi Negara merupakan bagian-bagian dari hukum publik, hukum administrasi Negara
dapat dijelaskan sebagai peraturan-peraturan dari hukum publik), yang berkenaan dengan
pemerintahan umum untuk menemukan definisi yang baik mengenai istilah hukum administrasi
Negara, agar dapat terlaksananya hukum harus mengatur tindakan pemerintah dan mengatur
hubungan antara pemerintah dengan warga Negara atau hubungan antar organ
pemerintah.Oleh karena itu, sebenarnya semua Negara modern mengenal Hukum Administrasi
Negara hanya saja Hukum Administrasi Negara itu berbeda-beda antara satu Negara dengan
yang lainnya, yang disebabkan oleh perbedaan persoalan kemasyarakatan dan pemerintahan
yang dihadapi penguasa, perbedaan sistem politik, perbedaan bentuk Negara dan bentuk
pemerintahan. Pemerintah dapat diartikan secara luas dan dalam arti sempit, pemerintah dalam
arti luas adalah mencangkup semua alat kelengkapan Negara yang pada pokoknya terdiri dari
cabang kekuasaan eksekutif, legislative, yudisial atau alat-alat kelengkapan Negara lain yang
bertindak untuk dan atas nama Negara, sedangkan dalam pengertian pemerintah dalam arti
sempit adalah cabang kekuasaan eksekutif. Berdasarkan keterangan tersebut, tampak bahwa
bidang hukum administrasi Negara itu sangat luas sehingga tidak dapt ditentukan secara tegas
ruang lingkupnya, disamping itu khusus bagi Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi,
terdapat pula hukum administrasi daerah, yaitu peraturan-peraturan yang berkenaan dengan
administrasi daerah atau pemerintah daerah.

SARAN

Sebagai Negara hukum sudah sepatutnya hukum itu harus dipatuhi dan ditaati agar tercipta
masyarakat tertib Hukum, agar masyarakat yang ada didalam dapat terlindungi hukum dari hal-
hal yang meresahkan dan tidak merugikan, sebagai Negara hukum Indonesia adalah salah satu
Negara yang menjunjung hukum agar ketentraman di negara Indonesia senantiasa terjaga dan
terpelihara agar tercipta kesejahteraan dan ketentraman dalam bermasyarakat, oleh karena itu
sudah seharusnya pemerintah juga turut turun langsung meninjau apakah seluruh masyarakat
sudah mendapatkan hak-nya dilindungi oleh hukum tanpa pandang bulu apa dia masyarakat
yang mampu atau,kah tidak mampu. Karena hukum itu adalah bagian dari masyarakat juga dan
masyarakatlah yang berhak dijamin atas hukum.

DAFTAR PUSTAKA
Philipus M. Hadjon, dkk, 2002, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta

Bachsan Mustafa, 2001, Sistem Hukum Administrasi Negara, Citra Aditya Bakti, Bandung

Inu Kencana Syafii, dkk, 1999, Ilmu Administrasi Publik, Rineka Cipta, Jakarta
Philipus M. Hadjon, dkk, 2002, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta

Ridwan HR, 2003, Hukum Administrasi Negara, UII Press, Yogyakarta


SF. Marbun, dkk, 2002, Dimensi-Dimensi Pemikiran Hukum Admnistrasi Negara, UII Press,
Yogyakarta

Kedudukan Hukum Administrasi Negara


Kedudukan Hukum Administrasi Negara

Keberadaan Hukum Administrasi Negara dalam suatu Negara sangatlah penting,


baik bagi administrasi Negara maupun masyarakat luas. Dengan adanya Hukum
Administrasi Negara, pihak administrasi Negara diharapkan dapat mengetahui
batas-batas dan hakekat kekuasaanya, tujuan dan sifat daripada kewajiban-
kewajiban, juga bagaiman bentuk-bentuk sanksinya bilamana mereka melakukan
pelanggaran hukum.

Sedangkan dibagian yang lain, yakni bagi masyarakat, Hukum Administrasi Negara
merupakan perangkat norma-norma yang dapat digunakan untuk melindungi
kepentingan serta hak-hak mereka.

Seperti diketahui dalam ilmu hukum terdapat dua pembagian hukum, yaitu
Hukum Privat (Sipil) dan Hukum Publik. Penggolongan ke dalam hukum privat dan
publik itu tidak lepas dari isi dan sifat hubungan yang diatur dan bersumber dari
kepentingan-kepentingan yang hendak dilindungi. Adakalanya kepentingan itu
bersifat perorangan tetapi ada pula yang bersifat umum. Hubungan hukum
tersebut memerlukan pembatasan yang jelas dan tegas yang melingkupi hak-hak
dan kewajiban dari dan terhadap siapa orang tersebut berhubungan.

Hukum publik adalah hukum yang mengatur hubungan antara penguasa dengan
warganya yang didalamnya termasuk Pidana, Hukum Tata Negara dan Hukum
Tata Pemerintahan (HAN). Pada mulanya, Hukum Administrasi Negara menjadi
bagian dari Hukum Tata Negara, tetapi karena perkembangan masyarakat dan
studi hukum dimana ada tuntutan akan munculnya kaidah-kaidah hukum baru
dalam studi Hukum Administrasi Negara maka lama kelamaan HAN menjadi
lapangan studi sendiri, terpisah bahkan mencakup masalah-masalah yang jauh
lebih luas dari HTN. Kecenderungan seperti ini tampak pula pada bagian-bagian
tertentu dari HAN itu sendiri, seperti kecenderungan Hukum Pajak yang
cenderung untuk menjadi ilmu yang mandiri, terlepas dari HAN.

Dengan demikian, HAN merupakan bagian dari hukum publik karena berisi
peraturan yang berkaitan dengan masalah-masalah umum. Kepentingan umum
yang dimaksud adalah kepentingan nasional, masyarakat dna negara.
Kepentingan umum harus lebih didahulukan daripada kepentingan individu,
golongan dan kepentingan daerah dengan pengertian bahwa kepentingan
perseorangan harus dilindungi secara seimbang, sehingga pada akhirnya akan
tercapai tujuan negara dan pemerintahan seperti tertera dengan jelas dalam
pembukaan UUD 1945 yang berbunyi:

“…… melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial…”
Hukum administrasi berisi peraturan-peraturan yang menyangkut “administrasi”.
Administrasi sendiri berarti “bestuur” (pemerintah). Dengan demikian, hukum
administrasi (administratief recht) dapat juga disebut dengan hukum tata
pemerintahan (bestuursrecht). Pemerintah (bestuur) juga dipandang sebagai
fungsi pemerintahan (bestuursfunctie) yang merupakan penguasa yang tidak
termasuk pembentukan UU dan peradilan.

Hukum Administrasi Negara merupakan salah satu cabang atau bagian dari
hukum yang khusus. Dalam studi Ilmu Administrasi, mata kuliah Hukum
Administrasi Negara merupakan bahasan khusus tentang salah satu aspek dari
administrasi, yakni bahasan mengenai aspek hukum dari administrasi Negara.
Sedangkan dikalangan PBB dan kesarjanaan internasional, Hukum Administrasi
Negara diklasifikasi baik dalam golongan ilmu-ilmu hukum maupun dalam ilmu-
ilmu administrasi.

Hukum administrasi materiil terletak diantara hukum privat dan hukum pidana.
Hukum administrasi dapat dikatakan sebagai “hukum antara” (Poly-Juridisch
Zakboekje h. B3/4). Sebagai contoh Izin Bangunan. Dalam memberikan izin
penguasa memperhatikan segi-segi keamanan dari bangunan yang direncanakan.
Dalam hal demikian, pemerintah menentukan syarat-syarat keamanan. Disamping
itu bagi yang tidak mematuhi ketentuan-ketentuan tentang izin bangunan dapat
ditegakkan sanksi pidana. W.F. Prins mengemukakan bahwa “hampir setiap
peraturan berdasarkan hukum administrasi diakhiri in cauda venenum dengan
sejumlah ketentuan pidana (in cauda venenum secara harfiah berarti ada racun di
ekor/buntut).
Menurut isinya hukum dapat dibagi dalam Hukum Privat dan Hukum
Publik. Hukum Privat (hukum sipil), yaitu hukum yang mengatur hubungan-
hubungan antara orang yang satu dengan orang yang lain, dengan
menitikberatkan kepada kepentingan perseorangan. Sedangkan Hukum Publik
(Hukum Negara), yaitu hukum yang mengatur hubungan antara negara dengan
alat-alat perlengkapan atau hubungan antara negara dengan perseorangan
(warga negara), yang termasuk dalam hukum publik ini salah satunya adalah
Hukum Administrasi Negara..

Hukum yang mengatur sebagian lapangan pekerjaan administrasi negara. Bagian


lain lapangan pekerjaan administrasi negara diatur dalam HTN, Hukum Privat
dsbnya. Pengertian HAN tidak identik dengan pengertian “hukum yang mengatur
pekerjaan administrasi negara”. Maka dapat dikatakan bahwa HAN adalah suatu
sb sistem dari Administrasi negara.

BAHAN KULIAH LENGKAP


Fungsi-Fungsi Hukum Administrasi Negara
Fungsi-Fungsi Hukum Administrasi Negara

Dalam pengertian umum, menurut Budiono fungsi hukum adalah untuk


tercapainya ketertiban umum dan keadilan. Ketertiban umum adalah suatu
keadaan yang menyangkut penyelenggaraan kehidupan manusia sebagai
kehidupan bersama. Keadaan tertib yang umum menyiratkan suatu keteraturan
yang diterima secara umum sebagai suatu kepantasan minimal yang diperlukan,
supaya kehidupan bersama tidak berubah menjadi anarki. Menurut Sjachran
Basah ada lima fungsi hukum dalam kaitannya dengan kehidupan masyarakat,
yaitu sebagai berikut :
 Direktif, sebagai pengarah dalam membangun untuk membentuk masyarakat yang
hendak dicapai sesuai dengan tujuan kehidupan bernegara.
 Integratif, sebagai pembina kesatuan bangsa.
 Stabilitatif, sebagai pemelihara (termasuk ke dalamnya hasil-hasil pembangunan) dan
penjaga keselarasan, keserasian, dan keseimbangan dalam kehidupan bernegara dan
bermasyarakat.
 Perfektif, sebagai penyempurna terhadap tindakan-tindakan administrasi negara,
maupun sikap tindak warga negara dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.
 Korektif, baik terhadap warga negara maupun administrasi negara dalam mendapatkan
keadilan.
Secara spesifik, fungsi HAN dikemukakan oleh Philipus M. Hadjon, yakni fungsi
normatif, fungsi instrumental, dan fungsi jaminan. Ketiga fungsi ini saling
berkaitan satu sama lain. Fungsi normatif yang menyangkut penormaan
kekuasaan memerintah jelas berkaitan erat dengan fungsi instrumental yang
menetapkan instrumen yang digunakan oleh pemerintah untuk menggunakan
kekuasaan memerintah dan pada akhirnya norma pemerintahan dan instrumen
pemerintahan yang digunakan harus menjamin perlindungan hukum bagi rakyat.

1. Fungsi Normatif Hukum Administrasi Negara


Penentuan norma HAN dilakukan melalui tahap-tahap. Untuk dapat menemukan
normanya kita harus meneliti dan melacak melalui serangkaian peraturan
perundang-undangan. Artinya, peraturan hukum yang harus diterapkan tidak
begitu saja kita temukan dalam undang-undang, tetapi dalam kombinasi
peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan TUN yang satu dengan yang lain
saling berkaitan. Pada umumnya ketentuan undang-undang yang berkaitan
dengan HAN hanya memuat norma-norma pokok atau umum, sementara
periciannya diserahkan pada peraturan pelaksanaan. Penyerahan ini dikenal
dengan istilah terugtred atau sikap mundur dari pembuat undang-undang. Hal ini
terjadi karena tiga sebab, yaitu :
Karena keseluruhan hukum TUN itu demikian luasnya, sehingga tidak mungkin
bagi pembuat UU untuk mengatur seluruhnya dalam UU formal;

Norma-norma hukum TUN itu harus selalu disesuaikan de-ngan tiap perubahan-
perubahan keadaan yang terjadi sehubungan dengan kemajuan dan
perkembangan teknologi yang tidak mungkin selalu diikuti oleh pembuat UU
dengan mengaturnya dalam suatu UU formal;

Di samping itu tiap kali diperlukan pengaturan lebih lanjut hal itu selalu berkaitan
dengan penilaian-penilaian dari segi teknis yang sangat mendetail, sehingga tidak
sewajarnya harus diminta pembuat UU yang harus mengaturnya. Akan lebih cepat
dilakukan dengan pengeluaran peraturan-peraturan atau keputusan-keputusan
TUN yang lebih rendah tingkatannya, seperti Keppres, Peraturan Menteri, dan
sebagainya.

Seperti disebutkan di atas bahwa setiap tindakan pemerintah dalam negara


hukum harus didasarkan pada asas legalitas. Hal ini berarti ketika pemerintah
akan melakukan tindakan, terlebih dahulu mencari apakah legalitas tindakan
tersebut ditemukan dalam undang-undang. Jika tidak terdapat dalam UU,
pemerintah mencari dalam berbagai peraturan perundang-undangan terkait.
Ketika pemerintah tidak menemukan dasar legalitas dari tindakan yang akan
diambil, sementara pemerintah harus segera mengambil tindakan, maka
pemerintah menggunakan kewenangan bebas yaitu dengan menggunakan freies
Ermessen. Meskipun penggunaan freies Ermessen dibenarkan, akan tetapi harus
dalam batas-batas tertentu. Menurut Sjachran Basah pelaksanaan freies
Ermessen harus dapat dipertanggung jawabkan, secara moral kepada Tuhan Yang
Maha Esa, dan secara hukum berdasarkan batas-atas dan batas-bawah. Batas-
atas yaitu peraturan yang tingkat derajatnya lebih rendah tidak boleh
bertentangan dengan peraturan yang tingkat derajatnya lebih tinggi. Sedangkan
batas-bawah ialah peraturan yang dibuat atau sikap-tindak administrasi negara
(baik aktif maupun pasif), tidak boleh melanggar hak dan kewajiban asasi warga.
Di samping itu, pelaksanaan freies Ermessen juga harus memperhatikan asas-asas
umum pemerintahan yang baik. Berdasarkan keterangan singkat ini dapat
dikatakan bahwa fungsi normatif HAN adalah mengatur dan menentukan
penyelenggaraan pemerintahan agar sesuai dengan gagasan negara hukum yang
melatarbelakanginya, yakni negara hukum Pancasila.

2. Fungsi Instrumental Hukum Administrasi Negara


Pemerintah dalam melakukan berbagai kegiatannya menggunakan instrumen
yuridis seperti peraturan, keputusan, peraturan kebijaksanaan, dan sebagainya.
Sebagaimana telah disebutkan bahwa dalam negara sekarang ini khususnya yang
mengaut type welfare state, pemberian kewenangan yang luas bagi pemerintah
merupakan konsekuensi logis, termasuk memberikan kewenangan kepada
pemerintah untuk menciptakan berbagai instrumen yuridis sebagai sarana untuk
kelancaran penyelenggaraan pemerintahan.

3. Fungsi Jaminan Hukum Administrasi Negara


Menurut Sjachran Basah, perlindungan terhadap warga diberikan bilamana sikap
tindak administrasi negara itu menimbulkan kerugian terhadapnya. Sedangkan
perlindungan terhadap administrasi negara itu sendiri, dilakukan terhadap sikap
tindaknya dengan baik dan benar menurut hukum, baik yang tertulis maupun
yang tidak tertulis. Dengan perkataan lain, melindungi administrasi negara dari
melakukan perbuatan yang salah menurut hokum. Di dalam negara hukum
Pancasila, perlindungan hukum bagi rakyat diarahkan kepada usaha-usaha untuk
mencegah terjadinya sengketa antara pemerintah dan rakyat, menyelesaikan
sengketa antara pemerintah dan rakyat secara musayawarah serta peradilan
merupakan sarana terakhir dalam usaha menyelesaikan sengketa antara
pemerintah dengan rakyat.

Berdasarkan pemaparan fungsi-fungsi HAN ini, dapatlah disebutkan bahwa


dengan menerapkan fungsi-fungsi HAN ini akan tercipta pemerintahan yang
bersih, sesuai dengan prinsip-prinsip negara hukum. Pemerintah menjalankan
aktifitas sesuai dengan ketentuan yang berlaku atau berdasarkan asas legalitas,
dan ketika menggunakan freies Ermessen, pemerintah memperhatikan asas-asas
umum yang berlaku sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan
hukum. Ketika pemerintah menciptakan dan menggunakan instrumen yuridis,
maka dengan mengikuti ketentuan formal dan material penggunaan instrumen
tersebut tidak akan menyebabkan kerugian terhadap masyarakat. Dengan
demikian, jaminan perlindungan terhadap warga negarapun akan terjamin
dengan baik.

Pengertian Hukum Administrasi Negara


Pengertian Hukum Administrasi Negara

Mengenai pengertian Hukum Administrasi Negara hingga saat ini masih belum
ada kesepakatan atau kesatuan pendapat diantara para sarjana. Oleh karena itu
untuk mendapatkan pemahaman yang cukup memadai maka dikemukakan
batasan-batasan pengertian Hukum Administrasi Negara.

a. Van Vollenhoven mengemukakan bahwa, “Hukum Administrasi Negara adalah


suatu gabungan ketentuan-ketentuan yang mengikat badan-badan yang tinggi
maupun yang rendah apabila badan-badan itu menggunakan wewenangnya yang
telah diberikan kepadanya oleh Hukum Tata Negara”.
b. J.H Logemann mengatakan bahwa, “Hukum Administrasi Negara adalah hukum
mengenai hubungan-hubungan antara jabatan-jabatan satu dengan yang lainnya
serta hubungan hukum antara jabatan-jabatan Negara itu dengan warga
masyarakat”.

c. Menutut Muchsan, “Hukum Administrasi Negara adalah hukum mengenai


struktur dan kefungsian administrasi Negara”.

d. Prajudi Atmosudirjo, dalam SF. Marbun (2001:22) berpendapat bahwa “Hukum


Administrasi Negara adalah hukum mengenai pemerintah beserta aparaturnya
yang terpenting yakni administrasi Negara”.

Dari berbagai batasan pengertian Hukum Administrasi Negara tersebut, maka


dapat disimpulakan bahwa Hukum Administrasi Negara adalah hukum tentang
pengadministrasian Negara yaitu mengenai pemerintahan dan segala peraturan-
peraturan di dalamnya serta bagaiman menjalankan fungsi dan tugas
pemerintahan tersebut dalam bidang kehidupan masyarakat dengan tujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan umum.

Hubungan Hukum Administrasi Negara dengan


Hukum yang lainnya.
Hubungan Hukum Administrasi Negara dengan Hukum yang lainnya
Pada mulanya antara HTN dan HAN merupakan satu cabang ilmu yang bernama
Staats en Administratief recht, kemudian pada tahun 1946 diadakan pemisahan,
dan kedua cabang ilmu tersebut berdiri sendiri.

Hubungan antara HTN dengan HAN diantara para sarjana ternyata terdapat
perbedaan pandangan yaitu ada sarjana yang menganggap bahwa antara HTN
dengan HAN mempunyai perbedaan prinsip, namun ada sarjana lian yang
menganggap tidak ada perbedaan prinsip.

Kelompok sarjana yang membedakan secara prinsip diantaranya: Oppenmeim,


Van Vollenhoven, Logemen dan Van Praag

Menurut Oppenheim HTN adalah sekumpulan peraturan hukum yang


membentuk alat-alat perlengkapan negara dan aturan yang memberi wewenang
kepada alat-alat perlengkapan negara dan membagi-bagikan tugas pekerjaan
pemmerintahan modern antara beberapa alat perlengkapan negara di tingkat
tinggi dan tingkat rendah. Artinya negara dalam keadaan diam.

HAN adalah sekumpulan peraturan hukum yang mengikat alat-alat perlengkapan


negara yang tinggi dan yang rendah dalam rangka alat perlengkapan negara
mengunakan wewenang yang telah ditetapkan oleh HTN. Dengan demikian HAN
merupakan aturan-aturan mengenai negara dalam keadaan bergerak. Menurut
Logeman HTN adalah mempelajari hubungan kompetensi sedangkan HAN adalah
mempelajari hubungan istimewa.

HTN mempelajari tentang:

1. Jabatan-jabatan yang ada dalam suatu negara.

2. Siapakah yang mengadakan jabatan

3. Dengan cara bagimana jabatan itu ditempati oleh pejabat.

4. Fungsi jabatan-jabatan,

5. Kekuasaan hukum jabatan-jabatan.

6. Hubungan antar masing-masing jabatan.

7. Dalam batas-batas manakah oran negara dapat melaksanakan tugasnya.

Sedangkan HAN merupakan pelajaran tentang hubungan istimewa, yang


mempelajari bentuk, sifat, dan akibat hukum yang ditimbulkan karena perbuatan-
perbuatan hukum istimewa yang dilakukan pejabat dalam melaksanakan
tugasnya.

Kelompok yang tidak membedakan secara prinsip antara lain: Kranenburg, Prins,
Vigting, dan Van der Pot.

Menurut Kranenbur hubungan antara HTN dengan HAN seperti hubungan BW


(KUH perdata) dengan WvK (Hukum dagang) yakni hubungan umum dan khusus.
HTN adalah peraturan-peraturan hukum yang mengandung struktur umum,
misalnya UUD, UU organik mengenai desentralisasi, sedangkan HAN merupakan
peraturan-peraturan khusus, UU kepegawaian, pajak, perburuhan dsb.

1. Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Tata Negara


Baron de Gerando adalah seorang ilmuwan Perancis yang pertama kali
mempekenalkan ilmu hukum administrasi Negara sebagai ilmu hukum yang
tumbuh langsung berdasarkan keputusan-keputusan alat perlengkapan Negara
berdasarkan praktik kenegaraan sehari-hari. Maksudnya, keputusan raja dalam
menyelesaikan sengketa antara pejabat dengan rakyat merupakan kaidah Hukum
Administrasi Negara.

Mr. W.F. Prins menyatakan bahwa Hukum Administrasi Negara merupakan


aanhangsel (embel-embel atau tambahan) dari hukum tata negara. Sementara
Mr. Dr. Romeyn menyatakan bahwa Hukum Tata Negara menyinggung dasar-
dasar dari pada negara dan Hukum Administrasi Negara adalah mengenai
pelaksanaan tekniknya. Pendapat Romeyn ini dapat diartikan bahwa Hukum
Administrasi Negara adalah sejenis hukum yang melaksanakan apa yang telah
ditentukan oleh Hukum Tata Negara, dan sejalan dengan teori Dwi Praja dari
Donner, maka Hukum Tata Negara itu menetapkan tugas (taakstelling) sedangkan
Hukum Administrasi Negara itu melaksanakan apa yang telah ditentukan oleh
Hukum Tata Negara (taakverwezenlijking).

Menurut Van Vollenhoven, secara teoretis Hukum Tata Negara adalah


keseluruhan peraturan hukum yang membentuk alat perlengkapan Negara dan
menentukan kewenangan alat-alat perlengkapan Negara tersebut, sedangkan
Hukum Administrasi Negara adalah keseluruhan ketentuan yang mengikat alat-
alat perlengkapan Negara, baik tinggi maupun rendah ketika alat-alat itu akan
menggunakan kewenangan ketatanegaraan. Pada pihak yang satu terdapatlah
hukum tata negara sebagai suatu kelompok peraturan hukum yang mengadakan
badan-badan kenegaraan, yang memberi wewenang kepada badan-badan itu,
yang membagi pekerjaan pemerintah serta memberi bagian-bagian itu kepada
masing-masing badan tersebut yang tinggi maupun yang rendah. Hukum Tata
Negara menurut Oppenheim yaitu memperhatikan negara dalam keadaan tidak
bergerak (staat in rust).

Pada pihak lain terdapat Hukum Administrasi negara sebagai suatu kelompok
ketentuan-ketentuan yang mengikat badan-badan yang tinggi maupun rendah
bila badan-badan itu menggunakan wewenangnya yang telah diberi kepadanya
oleh hukum tata negara itu. Hukum Administrasi negara itu menurut Oppenheim
memperhatikan negara dalam keadaan bergerak (staat in beweging). Tidak ada
pemisahan tegas antara hukum tata Negara dan hukum administrasi. Terhadap
hukum tata Negara, hukum administrasi merupakan perpanjangan dari hukum
tata Negara. Hukum administrasi melengkapi hukum tata Negara, disamping
sebagai hukum instrumental (instrumenteel recht) juga menetapkan perlindungan
hukum terhadap keputusan –keputusan penguasa.

2. Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Pidana


Romeyn berpendapat bahwa hukum Pidana dapat dipandang sebagai bahan
pembantu atau “hulprecht” bagi hukum tata pemerintahan, karena penetapan
sanksi pidana merupakan satu sarana untuk menegakkan hukum tata
pemerintahan, dan sebaliknya peraturan-peraturan hukum di dalam perundang-
undangan administratif dapat dimasukkan dalam lingkungan hukum Pidana.
Sedangkan E. Utrecht mengatakan bahwa Hukum Pidana memberi sanksi
istimewa baik atas pelanggaran kaidah hukum privat, maupun atas pelanggaran
kaidah hukum publik yang telah ada. Pendapat lain dikemukakan oleh Victor
Situmorang bahwa “apabila ada kaidah Hukum Administrasi negara yang diulang
kembali menjadi kaidah hukum pidana, atau dengan perkataan lain apabila ada
pelanggaran kaidah hukum Administrasi negara, maka sanksinya terdapat dalam
hukum pidana”.
3. Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Perdata
Menurut Paul Scholten sebagaimana dikutip oleh Victor Situmorang bahwa
Hukum Administrasi Negara itu merupakan hukum khusus hukum tentang
organisasi negara dan hukum perdata sebagai hukum umum. Pandangan ini
mempunyai dua asas yaitu pertama, negara dan badan hukum publik lainnya
dapat menggunakan peraturan-peraturan dari hukum perdata, seperti peraturan-
peraturan dari hukum perjanjian. Kedua, adalah asas Lex Specialis derogaat Lex
generalis, artinya bahwa hukum khusus mengesampingkan hukum umum, yaitu
bahwa apabila suatu peristiwa hukum diatur baik oleh Hukum Administrasi
Negara maupun oleh hukum Perdata, maka peristiwa itu diselesaikan berdasarkan
Hukum Administrasi negara sebagai hukum khusus, tidak diselesaikan
berdasarkan hukum perdata sebagai hukum umum.

Jadi terjadinya hubungan antara Hukum Administrasi Negara dengan Hukum


Perdata apabila 1) saat atau waktu terjadinya adopsi atau pengangkatan kaidah
hukum perdata menjadi kaidah hukum Administrasi Negara, 2) Badan
Administrasi negara melakukan perbuatan-perbuatan yang dikuasasi oleh hukum
perdata, 3) Suatu kasus dikuasai oleh hukum perdata dan hukum administrasi
negara maka kasus itu diselesaikan berdasarkan ketentuan-ketentuan Hukum
Administrasi Negara.

4. Hukum Administrasi Negara dengan Ilmu Administrasi Negara


Sebagaimana istilah administrasi, administrasi negara juga mempunyai berbagai
macam pengertian dan makna. Dimock dan Dimock, menyatakan bahwa sebagai
suatu studi, administrasi negara membahas setiap aspek kegiatan pemerintah
yang dimaksudkan untuk melaksanakan hukum dan memberikan pengaruh pada
kebijakan publik (public policy); sebagai suatu proses, administrasi negara adalah
seluruh langkah-langkah yang diambil dalam penyelesaian pekerjaan; dan sebagai
suatu bidang kemampuan, administrasi negara mengorganisasikan dan
mengarahkan semua aktivitas yang dikerjakan orang-orang dalam lembaga-
lembaga publik.
Kegiatan administrasi negra tidak dapat dipisahkan dari kegiatan politik
pemerintah, dengan kata lain kegiatan-kegiatan administrasi negara bukanlah
hanya melaksanakan keputusan-keputusan politik pemerintah saja, melainkan
juga mempersiapkan segala sesuatu guna penentuan kebijaksanaan pemerintah,
dan juga menentukan keputusan-keputusan politik.

Asas-Asas Hukum Pidana


Asas-Asas Hukum Pidana

Asas Legalitas, tidak ada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali atas kekuatan
aturan pidana dalam Peraturan Perundang-Undangan yang telah ada sebelum
perbuatan itu dilakukan (Pasal 1 Ayat (1) KUHP) Jika sesudah perbuatan dilakukan
ada perubahan dalam Peraturan Perundang-Undangan, maka yang dipakai adalah
aturan yang paling ringan sanksinya bagi terdakwa (Pasal 1 Ayat (2) KUHP)

Asas Tiada Pidana Tanpa Kesalahan, Untuk menjatuhkan pidana kepada orang
yang telah melakukan tindak pidana, harus dilakukan bilamana ada unsur
kesalahan pada diri orang tersebut.

Asas teritorial, artinya ketentuan hukum pidana Indonesia berlaku atas semua
peristiwa pidana yang terjadi di daerah yang menjadi wilayah teritorial Negara
Kesatuan Republik Indonesia, termasuk pula kapal berbendera Indonesia,
pesawat terbang Indonesia, dan gedung kedutaan dan konsul Indonesia di negara
asing.
Asas nasionalitas aktif, artinya ketentuan hukum pidana Indonesia berlaku bagi
semua WNI yang melakukan tindak pidana dimana pun ia berada

Asas nasionalitas pasif, artinya ketentuan hukum pidana Indonesia berlaku bagi
semua tindak pidana yang merugikan kepentingan negara

Asas-Asas Hukum Acara Pidana


Asas-Asas Hukum Acara Pidana

Pandangan mengenai asas-asas umum hukum acara pidana yang berkembang


pada masa sekarang, banyak diungkapkan dari hasil pendekatan integratif
pemikiran barbagai budaya hukum yang berbeda satu sama lain namun karena
pengaruh hubungan antar bangsa-bangsa dan kerjasama regional antar negara
membawa konsekuensi terjadinya adaptasi hukum dalam setiap pembaharuan
hukum disuatu negara.

Perkembangan asas-asas hukum acara pidana yang diuraikan dipilih dari beberapa
asas-asas hukum yang mengandung unsur-unsur universal dan dapat dikaitkan
dengn penyesuaian keadaan budaya hukum indonesia. Landasan berpijak budaya
hukum indonesia adalah hukum berasaskan pancasila yang memberikan
pengayoman terhadap individu, masyarakat dan negara serta memandang
manusia sebagai makhluk tuhan, individu dan anggota masyarakat sekaligus.
Dengan demikian landasan asas umum budaya hukum di indonesia mengandung
sifat majemuk dan berorientasi terbuka terhadap kebutuhan perubahan hukum
serta kehidupan masyarakat indonesia sesuai dengan dinamika filsafah pancasila
dan pokok pikiran pembukaan UUD 1945.

Dalil yang dipegang teguh pada masa silam tentang ekstensi hukum adalah hukum
sebagai perintah dari penguasa atau setidak-tidaknya yng disahkan penguasa
ditegakkan diatas wewang yang absolut, sehingga hukum dilaksanakn sebagai
pendukung kekuasaan belaka dan tidak dapat diukur oleh akal. Subtansi dan
deskripsi tentang hukum mengandung dimensi.

Salah seorang tokoh yang mengajarkan absolutisme hukum cenderung pada


pendekatan kekuasaan penguas adalah Demosthenes. Ajaran demosthenes ialah
filosof yang meletakkan dasar pandangan tentang hukum bahwa “manusia harus
mematuhi hukum”.

Hukum diajarkan oleh orang yang bijaksana, hukum sebagai janji dalam kewajiban
moral dan kaidah kesusilaan yang abadi tanpa berubah-ubah. Peraturan hukum
yang ada harus tidak mengandung fiksi dalam arti “ Fetisyisme” dan politeisme.

Makna asas-asas hukum adalah merupakan ungkapan hukum yang bersifat


umum, pada sebagian berasal dari kesadaran hukum serta keyakinan kesusilaan
atau etis kelompok manusia dan pada sebagian yang lain berasal dari dasar
pemikiran dibalik peraturan undang-undang serta yurisprudensi.

Perkembangan idealisme hukum mendorong para ahli hukum untuk terus maju
dalam mempelajari hukum. Tugas ahli hukum hendaknya selalu meninjau aspek
hukum yang berlaku, jika mengutamakan orientasi kepada asas-asas hukum untuk
menempatkan hukum dalam konteks yang modern sebagai ukuran legitimitas
bagi pembenrukan atau penemuan atau pelaksanaan hukum, dikembangkan oleh
ajaran hukum yang fungsional untuk tujuan kemanfaatan sosial.

Aliran sociological jurisprudence yang memandang hukum tidak terlepas dari


kenyataan masyarakat itu, kemudian berkembang lagi kearah fungsi masyarakat
yang tidak terlepas dari aspek-aspek lain dalam masyarkat yakni faktor politik
sosial, politik ekonomi dan dimensi politik lainnya dalam sistem sosial,
menumbuhkan pandangan hukum baru kearah “political jurispodence” hasil
pemikiran dengan cara lain juga telah dikembangkan untuk menentang paham
hukum yang fiksi dan absolut.

Kelemahan tentang fiksi hukum yang mendapat kritik tersebut, menunjukkan


betapa sempitnya pandangan hukum yang fiksi itu jauh dari realita sosial dan
betapa nilai absolutnya penguasa yang membuat undang-undang serta
memberlakukan peraturan terhadap rakyat biasa yang ternyata tidak dapat
konsekuen dengan aturannya sendiri. John Austin adalahseorang pendiri
pandangan hukum sebagai konkritisasi dan sistem perintah pemegang kedaulatan
yang harus dilaksanakan oleh pejabat hukum dan hakim-hakim dengan sistem
tertutup yang menganggap hukum semata-mata dari undang-undang.
Substansi hukum acara pidana banyak dipengaruhi oleh pandangan hukum
formalisme seperti tersebut diatas. Dilapangan hukum pidana atau hukum acara
pidana menurut pendapat penulis terdapat kecenderungan untuk mengadakan
pendekatan ganda baik melalui ajaran legisten maupun ajaran yang fungsional
ataupun kritis.

Pada hakikatnya kedua golongan aliran hukum itu bukan merupakan ajaran yang
satu menggantikan ajaran yang lain, akan tetapi berpangkal tolak dari ketidak
puasan pada kelemahan hukum yang fiksi dan absolut. disatu pihak menyoroti
kelemahan undang-undang melalui logika hukum dengan memperluas pengertian
secara sistematis agar sesuai dengan tujuan hukum, sedangkan pihak yang lain
menyoroti kelemahan undang-undang melalui pendekatan faktor
kemasyarakatan agar sesuai dengan tujuan hukum dalam masyarakat.

Dalam keadaan masyarakat banyak menghadapi problema sasial maka relevansi


hukumnya akan lebih dapat terjawab oleh pandangan yang kedua, sebaliknya jika
kondisi masyarakat tidak banyak problema sosial maka cara berpikir status quo
yang yuridis sistematis akan dapat terjawab oleh pandangan yang kesatu. Kondisi
masyarakat yang resah akibat gangguan kejahatan yang makin meningkat atau
masyarakat yang membangun membutuhkan pemotongan tanah dan bagian
bangunan rumah penduduk, adalah sebagian contoh kebutuhan hukum untuk
memilih salah satu pandangan hukum yang paling dapat menjawab masalah
hukum.

Anda mungkin juga menyukai