Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PERKEMBANGAN ILMU ADMINISTRASI DI INDONESIA


Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu
Administrasi

Disusun oleh :
NIM
Nama
Program Studi

: 6320116018
: Restu Adtyawarman
: Ilmu Administratisi Publik 1 (Pagi)

SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


STISIP WIDYAPURI MANDIRI
KABUPATEN SUKABUMI
(STATUS TERAKREDITASI BAN-PT)
Sekretariat :Komplek Gelanggang Pemuda Cisaat, Jl. Raya Cisaat No. 6 Telp/Fax. 0266-222867
Sukabumi (email : stisip_wpm_smi69@yahoo.co.idwebsite : www.stisipwidyapuri.com)

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur mari kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis bisa menyusun
makalah ini dengan judul

PERKEMBANGAN ILMU ADMINISTRASI DI

INDONESIA. Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad
SAW, seorang pemimpin sejati, suri tauladan yang baik bagi semua umat, yang telah
membawa kita ke zaman modern yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan teknologi
seperti sekarang ini.
Penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat serta memberikan sumbangan
pengetahuan bagi semua pihak yang tertarik dan ingin mengetahui tentang materi
Pengantar Ilmu Administrasi secara lebih dalam. Makalah ini juga diharapkan bisa
menjadi penambah literatur (daftar bacaan) khususnya bagi mahasiswa STISIP
WIDYAPURI MANDIRI yang mengambil Prodi ADMINISTRASI NEGARA.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada Dosen
Mata Kuliah Pengantar Ilmu Administrasi yaitu Bapak Rd. H. Muslihat Bratadiredja.
S.Sos, yang telah memberikan arahan serta bimbingnnya kepada penulis sehingga kami
dapat

menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya. Namun demikian, penulis

menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis
mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari semua pihak demi
penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, bersama ini penulis
mempersembahkan makalah dengan judul Perkembangan Ilmu Administrasi di
Indonesia kehadapan para pembaca sekalian.
Sukabumi, Januari 2017

Penulis,

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................Error! Bookmark not defined.


DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................Error! Bookmark not defined.
1.1

Latar Belakang........................Error! Bookmark not defined.

1.2

Rumusan Masalah....................Error! Bookmark not defined.

1.3

Maksud dan Tujuan..................Error! Bookmark not defined.

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1

Sejarah Perkembangan Administrasi.............................................. 3

2.2

Perubahan Administrasi Negara Menjadi Administrasi Publik...........6

2.3

Pengertian Pelayanan Publik........................................................ 9

2.4

Usaha Dalam Hubungan Administrasi.......................................... 12

BAB III PENUTUP..............................................................................................14


3.1

Kesimpulan dan Saran............Error! Bookmark not defined.4

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tuntutan akan pemenuhan kebutuhan manusia yang semakin
meningkat dan kompleks serta sulit dipenuhi secara individual dan
keterbatasan sumber daya mewarnai perkembangan kehidupan manusia
dewasa ini. Hal ini mendorong manusia melakukan kerjasama, baik secara
individual maupun secara organisasi. Itu sebabnya dikatakan bahwa dunia
modern adalah dunianya kerjasama sebab tanpa melakukan kerjasama
setiap individu, organisasi bahkan negara dan pemerintahan tidak akan
dapat mempertahankan negara ini. Meskipun aktivitas kerjasama sudah
ada sejak adanya peradapan manusia namun, pada zaman sekarang ini
bentuk kerjasama tersebut semakin menunjukan kompleksivitas dan
menyangkut hampir semua aspek kehidupan dan memerlukan sistem
administrasian yang kompleks pula.
Ada kecenderungan dalam masyarakat luas di Indonesia, bahwa
administrasi dipersepsikan dalam pengertian yang sempit sebagai
aktivitas-aktivitas kantor, urusan surat-menyurat yang sering juga di sebut
dengan tata usaha. Tetapi pada kajian ilmiah menunjukkan bahwa
administrasi memiliki cakupan arti yang luas, yaitu sebagai proses, sebagai
fungsi dan sebagai institusi dari tiap kegiatan kerjasama. Secara definitif
juga dengan tegas dinyatakan bahwa administrasi adalah organisasi dan
manajemen dari setiap kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan.
Demikian

pula

dalam

penyelenggaran

suatu

negara

dan

pemerintahan tentu saja diperlukan suatu sistem administrasi yang sangat


kompleks yang sering disebut dengan Administrasi Negara. Sejalan
dengan perkembangannya istilah Negara digantikan dengan Publik
untuk menekankan bahwa administrasi tersebut bertujuan untuk pelayanan
publik. Untuk itu komunikasi antara pemerintah negara dengan
masyarakat harus terjalin dengan baik agar nantinya bisa membangun
negara ini untuk lebih baik ke depanya.

1.2 Rumusan Masalah


Ada beberapa maslah yang akan di jabarkan dalam makalah ini
antara lain sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

Bagaimana sejarah perkembangan administrasi di Indonesia ?


Mengapa administrasi negara berubah menjadi administrasi publik ?
Bagaimana pelayanan publik yang ada di Indonesia ini ?
Apa usaha yang harus di lakukan agar hubungan administrasi dapat
berjalan dengan lancar ?

1.3 Maksud dan Tujuan Penulisan


Sebagaimana telah kita ketahui bahwa administrasi sangat kita
butuhkan dalam kelancaran hubungan ketatanegaraan. Melihat masalahmasalah dari administrasi publik itu maka dapa di ambil beberapa manfaat
antara lain sebagai berikut :
1. Mengetahui seperti apa administrasi itu berkembang di negara kita ini.
2. Melihat perbedaan antara administrasi negara dan administrasi publik.
3. Membandingkan bagaimana pelayanan publik yang di rasakan oleh
masyarakat.
4. Supaya kita lebih berfikir kritis dalam memahami administrasi di
negara ini.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.

Sejarah Perkembangan Administrasi


Sistem

politik

yang

demokratis

menghasilkan

perubahan

pemerintahan yang sangat sering dan dalam administrasi terjadi


penyalahgunaan wewenang. Ini disadari oleh politisi manapun karena itu,
melawan praktik mereka sendiri. Berbagai pemerintahan dari partai
manapun berusaha melakukan perbaikan sistem adminstrasi dari tahun ke
tahun yang salah satu bernilai rasional. Penyimpangan praktik administrasi
ditandai

dengan

menurunnya

kedisiplinan,

ketekunan,

ketelitian,

kecermatan dan semangat kerja yang dengan mudah tertumpangi oleh


korupsi disebabkan oleh beberapa sebab.
Pertama, situasi transisi menciptakan ketidaknyamanan dan
ketidakamanan kerja, sehingga kebanyakan pegawai menyelamatkan diri
sendiri. kedua, pejabat yang duduk di dalam birokrasi kebanyakan adalah
pejabat lama yang sebelumnya merupakan pegawai Hindia Belanda, yang
berorientasi bukan kepada prestasi melainkan askripsi. Dan ketiga, masih
sangat sedikitnya jumlah profesional modern yang dapat ditarik ke dalam
birokrasi. Memang praktik administrasi kolonial Belanda sejak Daendels
(sekitar

1810)

telah

dapat

disebut

sebagai

administrasi

negara

modern.Tetapi tidak banyak orang Indonesia yang bekerja di dalamnya


apalagi memegang jabatan pimpinan dan lebih dari itu mereka cenderung
mempertahankan gaya patrimonial yang askriptif. Sementara itu organisasi
pergerakan nasional yang pertama pada awal abad ke-20 seperti Boedi
Oetomo dan Muhammadiyah serta organisasi pergerakan berikutnya
seperti Syarekat Dagang Islam dan Partai Komunis Indonesia tentunya
juga sudah mengenal adminstrasi modern itu, tetapi ketika negara
Indonesia terbentuk tidak dijumpai tenaga terdidik dalam jumlah yang
memadai di bidang ini.
Hal itu disadari sepenuhnya oleh pemerintah sehingga setelah RI
dalam

kondisi

relatif

normal

sukses

memenankan

pengakuan

internasional.Pemerintah mulai berusaha memecahkan penyebab yang

ketiga, yakni kelangkaan tenaga profesional di bidang administrasi negara.


Sejak 1951 hingga 1955 diperkenalkanlah ilmu administrasi negara
modern jauh lebih belakangan dibanding pengenalan ilmu hukum dan
ekonomi serta teknik dan kedokteran yang telah dimulai sejak 1900. Ilmu
administrasi yang diintrodusir pada paruh pertama tahun 1950 ini
berorientasi ke Amerika Serikat, yang dipandang lebih praktis dan
pragmatis dibanding sistem administrasi kolonial Belanda yang bersifat
legalistik. Pengenalan di bidang akademik itu berlangsung berbarengan
dengan usaha rasionalisasi organisasi pemerintah Pusat oleh Kabinet
Wilopo yang berumur sekitar 15 bulan.
Kabinet berikutnya yang dipimpin Ali Sastroamidjojo (berumur
dua tahun, 1 Agustus 1953 hingga 12 Agustus 1955) mempunyai program
yang antara lain menyusun aparatur pemerintah yang efisien serta
pembagian tenaga yang rasional dengan mengusahakan perbaikan taraf
kehidupan pegawai dan memberantas korupsi dan birokrasi. Terlihat dari
visi kedua kabinet di awal RI yang baru ini, bahwa sistem administrasi
hendaklah

disusun

secara

rasional,sederhana,mudah

dan

tidak

birokratis.Dimana para pegawainya yang sejahtera dapat bekerja secara


efisien dan tidak memungkinkan terjadinya korupsi. Visi seperti ini terus
dibawa pada masa-masa berikutnya, ditambah dengan peningkatan
kemampuan pegawai.
Instabilitas politik dan ketidaknetralan birokrasi merupakan dua isu
penting yang hendak dikoreksi oleh Presiden RI ke-dua, Soeharto, yang
memerintah sejak Juli 1966 dan resmi mulai Maret 1968. Sekalipun
sesungguhnya Indonesia di era Soekarno telah mencoba mempraktikkan
dua sistem ekonomi politik yang saling bertolak-belakang dengan liberal
pada awalnya dan etatis pada akhirnya. pemerintahan Soeharto dalam
diskurs publiknya selalu menonjolkan buruknya liberalisme era Soekarno
tentu saja untuk melegitimasi etatisme dalam modelnya. Pada tahun 1967
dibentuklah secara berturut-turut tiga buah tim yaitu tim penyusun daftar
susunan pegawai dan peralatan, tim pembantu Ketua Presidium Kabinet
Ampera dan tim Penertiban Aparatur Administrasi Pemerintah (Tim
PAAP). Menyederhanakan prosedur administrasi dengan menggolongkan

perusahaan negara ke dalam tiga bentuk sesuai dengan besarnya


kapitalpemerintah di dalamnya dan mengurangi kontrol negara terhadap
perusahaan negara.Selanjutnya, dibentuk pula Tim Pemberantasan
Korupsi.
Terlihat pada visi administrasi baik pemerintahan Soekarno-Hatta
maupun Soeharto di atas bahwa pemerintah Indonesia sejak awal telah
meyakini ide-ide administrasi yang rasional, tidak nepotis, tidak berbelitbelit dan tidak korup. Namun berbeda dengan visi fase bernegara yang
masih sangat muda pada era Soekarno terbukti tidak mampu menahan
nepotisme yang berakibat pada korupsi. Bahkan usaha rasionalisasi militer
yang dirancang oleh AH Nasution dan Hatta menghasilkan resistensi yang
meletus sebagai pemberontakan di beberapa daerah. Pada era Soeharto
selama

32

tahun

pemerintahannya

penyempurnaan

administrasi

sesungguhnya menjadi salah satu program yang dipertahankannya. Tetapi


stabilitas

politik

yang

cenderung

monolitik

memungkinkan

berlangsungnya pemekaran birokrasi yang hampir tak terkontrol.


Akibatnya sama saja dengan era sebelumnya terjadilah korupsi.
Pada tahun ketiga pemerintahan-transisionalnya
mengangkat

seorang

menteri

negara

untuk

Soeharto

penyempurnaan

dan

pembersihan aparatur negara (MENPAN) yang sekaligus menjadi ketua


dari

Proyek

Efisiensi Aparatur

Ekonomi

Negara

dan Aparatur

Pemerintahan. Proyek ini, yang dikenal dengan nama Proyek 13.Pada


1969 diganti menjadi Sektor Aparatur Pemerintah (Sektor P) yang
bertugas

menyempurnakan

aparatur

pemerintah

agar

mampu

melaksanakan rencana pembangunan lima tahun (Repelita) dengan baik


suatu sistem perencanaan negara yang diterapkan sejak 1969 hingga
setidaknya 1999. Melihat program-programnya, visi dari MENPAN sangat
menyeluruh.Mencakup dua program besar yakni organisasi dan personalia
dengan sasaran baik pemerintah Pusat, pemerintah Daerah, perusahaan
negara maupun perwakilan RI di luar negeri.
Kemudian pada lima tahun berikutnya, tepatnya sejak 1977
diberlakukan apa yang operasi tertib untuk menindak mereka yang
melakukan korupsi khususnya pemerasan dan pungutan liar. Sama dengan

sebelumnya, kebijakan Menpan diarahkan pada semua aspek administrasi


baik

kelembagaan,

kepegawaian,ketatalaksanaan

dan

pengawasan.Reformasi administrasi dapat terwujud dalam lima bentuk


yaitu munculnya inisiatif, proses administrasi yang menjadi sederhana,
berkurangnya pengaturan,berkurangnya prosedur yang berlebihan, dan
hubungan birokrasi kepada publik sebagai pelayan dan bukan sebaliknya.
Dari sudut pandang lain istilah reformasi administrasi menunjuk pada
peristiwa perubahan struktur dan prosedur dan akibatnya teknik dan
budaya administrasi guna menyesuaikan diri dengan perkembangan
lingkungannya.
Perubahan administrasi yang dipilih pemerintah-pemerintah di
nusantara merespon perkembangan lingkungan sosial, politik dan
ekonominya. Perubahan administrasi dapat dikatakan dimulai pada awal
abad ke-19, ketika pemerintahan Raffles berusaha memodernisasikan
administrasinya sesuai dengan zaman.Munculnya negara bangsa dan
terjadinya revoluasi industri di Eropa dengan segenap nilainya rasional,
analitik, serba tertulis dan efisien. Ketika kemerdekaan melepaskan
keterkekangan yang lama, mekarlah demokrasi politik yang ironisnya
melahirkan nepotisme lalu direspons dengan rasionalisasi administrasi.
Ketika kemudian pemerintah berhasil menguasai sistem politik, mereka
mengundang

masuknya

modal

asing

dan

melancarkan

program

pengurangan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan. Untuk itu


digunakanlah model administrasi pembangunan. Namun ketika dana
pemerintah berkurang, mereka mengurangi perannya melalui proses
deregulasi dan debirokratisasi. Ini berlanjut terus hingga ketika dirasakan
perlunya mempersiapkan diri menghadapi globalisasi perdagangan dan
melesatnya

teknologi

informasi

dirasakan

perlunya

mempertegas

modernisasi administrasi lagi. Terakhir, ketika demokrasi terbatas


selama pemerintahan pembangunan mulai dirasakan terlalu pengap,
diusulkanlah

perubahan

administrasi

dalam

bentuknya

reformasi

administrasi.
2.2.

Perubahan Administrasi Negara Menjadi Administrasi Publik

Sejarah tentang perubahan Ilmu Administrasi Negara masih terus


berulang. Upaya mendefinisikan diri Ilmu Administrasi Negara sebagai
ilmu administrasi pemerintahan ternyata tidak berlangsung lama.
Dinamika lingkungan administrasi negara yang sangat tinggi kemudian
menimbulkan banyak pertanyaan tentang relevansi keberadaan Ilmu
Administrasi Negara sebagai administrasi pemerintahan. Gugatan tersebut
terutama ditujukan pada lokus Ilmu Administrasi Negara yang dirasa tidak
memadai lagi.
Menurut Dwiyanto (2007) lembaga pemerintah dirasa terlalu
sempit untuk menjadi lokus Ilmu Administrasi Negara. Kenyataan yang
ada menunjukkan bahwa lembaga pemerintahan tidak lagi memonopoli
peran yang selama ini secara tradisional menjadi otoritas pemerintah. Saat
ini semakin mudah ditemui berbagai lembaga non-pemerintah yang
menjalankan misi dan fungsi yang dulu menjadi monopoli pemerintah
saja. Di sisi yang lain, organisasi birokrasi juga tidak semata-mata
memproduksi barang dan jasa publik, tetapi juga barang dan jasa privat.
Pratikno (2007) juga memberikan konstatasi yang sama.
Saat ini negara banyak menghadapi pesaing-pesaing baru yang siap
menjalankan fungsi negara, terutama pelayanan publik, secara lebih
efektif. Selain pelayanan publik, dalam bidang pembangunan ekonomi dan
sosial, negara juga harus menegosiasikan kepentingannya dengan aktoraktor yang lain, yaitu pelaku bisnis dan kalangan civil society (masyarakat
sipil). Secara lebih tegas di katakana bahwa telah terjadi perubahan
paradigma dari orientasi manajemen pemerintahan yang serba negara
menjadi berorientasi ke pasar (market). Menurut Thoha, pasar di sini
secara politik bisa dimaknai sebagai rakyat atau masyarakat (public).
Fenomena menurunnya peran negara ini merupakan arus balik dari apa
yang disebut Grindle sebagai too much state, di mana negara pada
pertengahan 1980-an terlalu banyak melakukan intervensi yang berujung
pada jeratan hutang luar negeri, krisis fiskal, dan pemerintah yang terlalu
sentralistis dan otoriter.
Dwiyanto (2007) menyebut setidaknya ada empat faktor yang
menjadi sebab semakin menurunnya dominasi peran negara, yaitu:

1. Dinamika ekonomi, politik dan budaya yang membuat kemampuan


pemerintah semakin terbatas untuk dapat memenuhi semua tuntutan
masyarakat.
2. Globalisasi yang membutuhkan daya saing yang tinggi di berbagai
sektor

menuntut

makin

dikuranginya

debirokratisasi dan deregulasi.


3. Tuntutan demokratis mendorong

peran

semakin

negara

banyak

melalui

munculnya

organisasi kemasyarakatan yang menuntut untuk dilibatkan dalam


proses perumusan kebijakan dan implementasinya.
4. Munculnya fenomena hybrid organization yang merupakan perpaduan
antara pemerintah dan bisnis.
Berbagai fenomena tersebut menimbulkan gugatan di antara para
mahasiswa maupun ilmuwan Ilmu Administrasi Negara.
Pemaparan di atas menunjukkan bahwa kata negara dalam Ilmu
Administrasi Negara menjadi terlalu sempit dan kurang relevan lagi untuk
mewadahi dinamika Ilmu Administrasi Negara di awal abad ke-21 yang
semakin kompleks dan dinamis. Utomo menyebutkan bahwa dalam
perkembangan konsep Ilmu Administrasi Negara telah terjadi pergeseran
titik tekan dari negara yang semula diposisikan sebagai agen tunggal yang
memiliki otoritas untuk mengimplementasikan berbagai kebijakan publik
menjadi hanya sebagai fasilitator bagi masyarakat. Dengan demikian
istilah public administration tidak tepat lagi untuk diterjemahkan sebagai
administrasi negara, melainkan lebih tepat jika diterjemahkan menjadi
administrasi publik. Sebab makna kata publik di sini jauh lebih luas
daripada kata negara. Publik di sini menunjukkan keterlibatan institusiinstitusi non-negara baik di sektor bisnis maupun civil society di dalam
pengadministrasian pemerintahan.
Konsekuensi dari perubahan makna public administration sebagai
administrasi publik di sini adalah terjadinya pergeseran lokus Ilmu
Administrasi Negara dari yang sebelumnya berlokus pada birokrasi
pemerintah menjadi berlokus pada organisasi publik, yaitu birokrasi
pemerintah dan juga organisasi-organisasi non-pemerintah yang terlibat
menjalankan fungsi pemerintahan, baik dalam hal penyelenggaraan

pelayanan publik maupun pembangunan ekomomi sosial maupun bidangbidang pembangunan yang lain.

10

2.3.

Pelayanan Publik di Indoneisa


Pelayanan publik yang berkualitas dan pantas, telah menjadi
tuntutan masyarakat seiring dengan berkembangnya kesadaran masyarakat
yang lebih demokratis. Peran pemerintah sebagai governor dan regulator
harus memberikan peluang kepada warga masyarakat untuk ikut
berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Regulasi
pelayanan publik yang masih tersebar dalam banyak peraturan yang
sifatnya sektoral, menjadikan pelayanan publik di Indonesia berada pada
kondisi yang belum managable. Kondisi ini menggugah kita untuk
mengkaji lebih dalam dengan tujuan membentuk suatu hukum regulasi
yang lebih memenuhi harapan, yang lebih responsif dan partisipatif.
Standar Pelayanan Publik yang bervariasi sehubungan dengan
kondisi sosial, budaya dan kebutuhan masyarakat di masing-masing
wilayah penelitian yang berbeda.Hukum administrasi negara bidang
pelayanan

publik

diselenggarakan

berdasar

komitmenbersama

penyelenggara dan masyarakat dalam model partisipasi. Hukum


administrasinegara bidang pelayanan publik dikonstruksi oleh masyarakat
dan penyelenggarapelayanan publik dalam forum partisipasi dan pelibatan
para pihak.Berdasarkan pada analisa diatas, disertasi ini menyarankan
perlunya mengatur pelayanan publik dengan suatu regulasi yang tanggap
pada tuntutan masyarakat daerah.
Konstruksi hukum dan standar pelayanan yang disusun secara
konstruktif

dan

lebihresponsif,

dengan

mengundang

partisipasi

masyarakat, dipandang perlu untuk diproseslebih lanjut, sehingga tidak


lagi berwujud penetapan normatif yang sentral, melainkansudah berupa
kontrak

pelayanan

antara

pemerintah

daerah

dan

masyarakat

setempat.Kontrak Pelayanan untuk kepentingan publik seperti itu amat


mendesak untuk segeradiwacanakan, dan disimpulkan, sehingga dapat
dipakai sebagai sumber hukum yang materiil dalam mengkonstruksi
hukum untuk pelayanan publik.Model kontrak pelayanan secara teoretik
dan konseptual mencerminkan adanya hukumyang tidak hanya responsif
akan tetapi juga progresif dan demokratik.

11

Menurut undang-undang nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan


Publik adalah undang-undang yang mengatur tentang prinsip-prinsip
pemerintahan yang baik yang merupakan efektifitas fungsi-fungsi
pemerintahan itu sendiri. Perlayanan publik yang dilakukan oleh
pemerintahan atau koporasi yang efektif dapat memperkuat demokrasi dan
hak asasi manusia, mempromosikan kemakmuran ekonomi, kohesi sosial,
mengurangi kemiskinan, meningkatkan perlindungan lingkungan, bijak
dalam pemanfaatan sumber daya alam, memperdalam kepercayaan pada
pemerintahan dan administrasi publik.
Negara berkewajiban melayani setiap warga negara dan penduduk
untuk memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya dalam kerangka pelayanan
publik yang merupakan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, membangun kepercayaan masyarakat atas
pelayanan publik yang dilakukan penyelenggara pelayanan publik
merupakan kegiatan yang harus dilakukan seiring dengan harapan dan
tuntutan seluruh warga negara dan penduduk tentang peningkatan
pelayanan publik, sebagai upaya untuk mempertegas hak dan kewajiban
setiap warga negara dan penduduk serta terwujudnya tanggung jawab
negara dan korporasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik, diperlukan
norma hukum yang memberi pengaturan secara jelas, sebagai upaya untuk
meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan pelayanan publik sesuai
dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang baik serta untuk
memberi perlindungan bagi setiap warga negara dan penduduk dari
penyalahgunaan wewenang di dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
Dalam Undang-Undang Pelayanan Publik terdapat pengertian
pelayanan publik merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang
dan jasa atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik.Penyelenggara pelayanan publik atau Penyelenggara
merupakan setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga
independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan
pelayanan publik dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk

12

kegiatan pelayanan publik.Atasan satuan kerja Penyelenggara merupakan


pimpinan satuan kerja yang membawahi secara langsung satu atau lebih
satuan kerja yang melaksanakan pelayanan publik.
Masyarakat merupakan seluruh pihak baik warga negara maupun
penduduk sebagai orang-perseorangan, kelompok, maupun badan hukum
yang berkedudukan sebagai penerima manfaat pelayanan publik baik
secara langsung maupun tidak langsung. Standar pelayanan merupakan
tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan
janji Penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang
berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur. Maklumat pelayanan
merupakan pernyataan tertulis yang berisi keseluruhan rincian kewajiban
dan janji yang terdapat dalam standar pelayanan.
Sistem informasi pelayanan publik atau sistem informasi
merupakan

rangkaian

kegiatan

yang

meliputi

penyimpanan

dan

pengelolaan informasi. Di lanjutkan dengan mekanisme penyampaian


informasi dari penyelenggara kepada masyarakat dan sebaliknya dalam
bentuk lisan, tulisan Latin, tulisan dalam huruf braile, bahasa gambar, dan
bahasa lokal serta disajikan secara manual ataupun elektronik. Mediasi
merupakan penyelesaian sengketa pelayanan publik antarpara pihak
melalui bantuan, baik oleh ombudsman sendiri maupun melalui mediator
yang dibentuk oleh ombudsman. Ajudikasi merupakan proses penyelesaian
sengketa pelayanan publik antarpara pihak yang diputus oleh ombudsman.
Menteri merupakan menteri dimana kementerian berada yang
bertanggung jawab pada bidang pendayagunaan aparatur negara.
Ombudsman merupakan sebuah lembaga negara yang mempunyai
kewenangan mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik, baik yang
diselenggarakan oleh penyelenggara negara dan pemerintahan termasuk
yang diselenggarakan oleh badan usaha milik negara, badan usaha milik
daerah, dan badan hukum milik negara serta badan swasta, maupun
perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik
tertentu yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran
pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja.

13

14

2.4.

Usaha Dalam Hubungan Administrasi


Kondisi administrasi negara Indonesia saat ini, belum sepenuhnya
berorientasi pada kepentingan publik. Hal ini dapat kita nilai dari
banyaknya kritik yang dialamatkan pada instansi pemerintah, entah itu
mengenai manajemennya, pelayanannya, ataupun organisasinya. Semua
kritik dan keluhan yang disampaikan kebanyakan bermuara pada aparatur
yang bertugas, mulai dari tingkat atas sampai bawah.
Di tengah era keterbukaan, arus informasi yang beredar dan masuk
dalam arena publik, akan begitu cepat mendapat respon dari masyarakat,
baik positif atau pun negatif. Respon positif, merupakan ukuran
keberhasilan administrasi publik dalam menjalankan kinerjanya, respon
negatif melambangkan ketidakberhasilan administrasi publik dalam
menjalankan amanat yang diembannya. Respon-respon yang disampaikan
oleh publik, dalam sekejap dapat beredar di mana-mana, entah di surat
kabar, televisi, radio, atau pun alat komunikasi lain seperti handphone
misalnya. Sehingga kesalahan ataupun ketidaknyamanan yang dirasakan
rakyat akibat kinerja yang buruk dari intansi pemerintah.
Selanjutnya Arie Soelendro mengatakan, ada dua faktor penting
yang terkait dengan kondisi administrasi negara saat ini. Pertama, faktor
sistem pemerintahan. Sistem pemerintahan menyangkut tatanan, elemenelemen dari system administrasi, prosedur atau mekanisme kerja,
peralatan, sarana dan prasarana pelayanan publik. Pengembangan sistem
administrasi perlu mendapat perhatian yang besar. Hal ini disebabkan
begitu pentingnya pembangunan dan pengembangan sistem, baik dari segi
kelembagaannya, prosedur, mekanisme koordinasi dan sinkronisasi, yang
harus ditujukan pada pembangunan tata kepemerintahan yang baik.
Oleh karena itu, pembangunan sistem administrasi baik dalam
skala mikro maupun makro perlu diarahkan pada terciptanya good
governance. Sejalan dengan itu, perbaikan administrasi negara tidak lepas
dari perbaikan di bidang politik, ekonomi, dan sosial budaya. Semua
prasyarat yang harus dipenuhi untuk menciptakan kepemerintahan yang
baik harus diwujudkan. Prasyarat itu antara lain, penciptaan iklim yang
memprioritaskan mekanisme pasar yang berkeadilan, kepastian hukum,

15

pemakaian

praktek-praktek

yang

terbaik

di

bidang

administrasi,

menyediakan sistem insentif yang sepadan agar mekanisme pasar dapat


berjalan dengan sehat, serta membuka partisipasi publik dalam
merumuskan kebijakan publik.
Kedua, faktor manusianya sebagai pelaku yang menjalankan sistem
administrasi tersebut. Bertahun-tahun lamanya pendekatan yang dipakai
dalam sistem administrasi pemerintahan adalah command and control,
perencanaan terpusat, kewenangan dan pembagian kekuasaan yang juga
terpusat, serta budaya pelaku pejabat pemerintah yang lebih superior
terhadap masyarakat yang dilayani. Walaupun sudah banyak anjuran dan
himbauan dari ara pejabat tinggi pemerintahan bahwa pejabat pemerintah
dan pegawai negeri adalah abdi negara, namun demikian ternyata tidak
mudah untuk mengubah dengan cepat pejabat pemerintah dan pegawai
negeri untuk supaya benar-benar berorientasi melayani masyarakat. Jika
mungkin bahkan lebih jauh lagi instansi pemerintah bukan hanya melayani
saja tetapi lebih memberi kewenangan kepada masyarakat untuk mengatur
dan menolong dirinya sendiri.
Usaha-usaha dalam menciptakan salah satu fungsi administrasi
publik sebagai suatu jenis jasa pelayanan yang berorientasikan kepada
pasar perlu diperkenalkan. Iklim yang memungkinkan pelayanan yang
dilakukan oleh suatu instansi pemerintah bersaing dengan pelayanan yang
dilakukan swasta juga perlu diciptakan. Usaha-usaha ini memang masih
dianggap sebagai ancaman bagi para pegawai negeri dan pejabat
pemerintahan, dari pada sebagai peluang perbaikan kondisi administrasi
pemerintahan saat ini. Kebijakan yang telah digariskan oleh Presiden
dalam berbagai kesempatan bahwa diperlukan peran masyarakat yang
lebih besar dalam melakukan pembangunan perlu didukung oleh semua
pihak. Kebijakan realokasi sumber daya manusia dan sumber daya
lainnnya untuk menciptakan kondisi pasar yang sehat agaknya perlu
mendapat dukungan dari semua pihak.

16

BAB III
SIMPULAN
3.1

Simpulan
Administrasi

publik

merupakan

pertanggungjawaban

suatu

kebijakan dan program pemerintahan kepada masyarakat. Pembina dalam


penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan oleh pimpinan lembaga
negara,

pimpinan

kementerian,

pimpinan

lembaga

pemerintah

nonkementerian, pimpinan lembaga komisi negara atau yang sejenis, dan


pimpinan lembaga lainnya terhadap pimpinan lembaga negara dan
pimpinan lembaga komisi negara atau yang sejenis yang dibentuk
berdasarkan undang-undang. Untuk mencapai efektifitas dan efisiensi
yang tinggi, segala kegiatan dan tindakan harus dilaksanakan dengan
pertimbangan dan perhitungan yang rasional. Administrator publik
memainkan peranan yang terbatas dalam perumusan kebijakan publik dan
pemerintahan mereka hanya bertanggung-jawab mengimplementasikan
kebijakan publik.

17

DAFTAR PUSTAKA

Pamudji, S., Tanpa Tahun, Ekologi Administrasi Negara, MPA Bumi Aksara.
Thoha, Miftah, 2008, Ilmu Administrasi Publik Kontenporer, Kencana.
Henry, Nicholas, Administrasi Negara, PT Raja Grafindo Persada: Jakarta,
1995.
Utomo,

Warsito,

Dinamika

Administrasi

Publik,

Pustaka

Pelajar:

Yogyakarta,2003
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2178743-fungsi-fungsiadministrasi
https://id.scribd.com/doc/150995470/

18

Anda mungkin juga menyukai