Disusun Oleh :
NAMA : SITI AULIA RASYA
KELAS : XI IPS2
MATA PELAJARAN : SOSIOLOGI
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
pertolongan-Nya saya dapat menyelesaiakan makalah. Dalam makalah ini saya memaparkan
tentang Perilaku Menyimpang Korupsi. Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang saya
alami dalam proses pengerjaannya, tapi saya berhasil menyelesaikannya dengan baik.
Tentunya ada hal-hal yang ingin saya berikan kepada pembaca dari makalah ini.
Karena itu saya berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita
semua .
Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun sangat saya harapkan.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2 Pembatasan Makalah............................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................................5
1.4 Manfaat.......................................................................................................................................6
1.5 Permasalahan........................................................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................................................7
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................7
2.1 Pengertian Korupsi......................................................................................................................7
2.2 Korupsi dan Desentralisasi...........................................................................................................8
2.3 Sebab-sebab Korupsi...................................................................................................................8
2.4 Tuduhan Korupsi Sebagai Alat Politik..........................................................................................9
2.5 Bentuk-bentuk Penyalahgunaan..................................................................................................9
2.6 Dampak Negatif Korupsi............................................................................................................10
2.7 Upaya Penangulangan Korupsi..................................................................................................11
2.8 Mengukur Korupsi.....................................................................................................................11
2.9 Undang-undang Tindak Pidana Korupsi.....................................................................................12
BAB III..................................................................................................................................................17
PENUTUP.............................................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam prakteknya, korupsi sangat sukar bahkan hamper tidak mungkin dapat
diberantas, oleh karena sangat sulit memberikan pembuktian-pembuktian yang eksak.
Disamping itu sangat sulit mendeteksinya dengan dasar-dasar hukum yang pasti. Namun
akses perbuatan korupsi merupakan bahaya latent yang harus diwaspadai baik oleh
pemerintah maupun oleh masyarakat itu sendiri.
Korupsi adalah produk dari sikap hidup satu kelompok masyarakat yang memakai
uang sebagai standard kebenaran dan sebagai kekuasaan mutlak. Sebagai akibatnya, kaum
koruptor yang kaya raya dan para politisi korup yang berkelebihan uang bisa masuk kedalam
golongan elit yang berkuasa dan sangat dihormati. Mereka ini juga akan menduduki status
sosial yang tinggi dimata masyarakat. Korupsi sudah berlangsung lama, sejak zaman Mesir
Kuno, Babilonia, Roma sampai abad pertengahan dan sampai sekarang. Korupsi terjadi
diberbagai negara, tak terkecuali di negara-negara maju sekalipun. Di negara Amerika Serikat
sendiri yang sudah begitu maju masih ada praktek-praktek korupsi. Sebaliknya, pada
masyarakat yang premitif dimana ikatan-ikatan sosial masih sangat kuat dan kontrol sosial
yang efektif, korupsi relative jarang terjadi. Tetapi dengan semakin berkembangnya sector
ekonomi dan politik serta semakin majunya usaha-usaha pembangunan dengan pembukaan-
pembukaan sumber alam yang baru, maka semakin dorongan individu terutama dikalangan
pegawai negari untuk melakukan praktek korupsi dan usaha-usaha penggelapan.
Korupsi dimulai dengan semakin mendesaknya usaha-usaha pembangunan yang
diinginkan, sedangkan proses birokrasi relative lambat, sehingga setiap orang atau badan
menginginkan jalan pintas yang cepat dengan memberikan imbalan-imbalan dengan cara
memberikan uang pelican (uang sogok). Praktek ini akan berlangsung terus menerus
sepanjang tidak adanya control dari pemerintah dan masyarakat, sehingga timbul golongan
pegawai yang termasuk OKB-OKB (orang kaya baru) yang memperkaya diri sendiri (ambisi
material). Agar tercapai tujuan pembangunan nasionalm maka mau tidak mau korupsi harus
diberantas. Ada beberapa cara penanggulangan korupsi, dimulai yang sifatnya preventif
maupun yang represif.
Selain tuhuan diatas, tujuan lain disusun makalah ini adalah untuk menarik para
pembaca umumnya dan para orang-orang khususnya agar lebih mengenal perilaku
menyimpang “Korupsi”. Karena banyaknya dampak negative yang disebabkan oleh Tindakan
korupsi. Harapan kami mempelajari ini supaya tidak ada lagi korupsi di Negara ini dan bersih
seutuhnya, agar kehidupan kita sejahtera.
1.4 Manfaat
1.5 Permasalahan
PEMBAHASAN
Korupsi (Bahasa Latin: Corrupptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak,
menggoyahkan, memutarbalik, menyogok). Secara harfiah, korupsi adalah perilaku pejabat public,
baik politikus, politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya
diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan public
yang dipercaya kepada mereka.
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar mencakup unsur-unsur sebagai
berikut:
Selain itu terdapat beberapa jenis tindak pidana korupsi yang lain, di antaranya :
Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi p[olitisi adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk
keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah-pemerintahan rentan korupsi dalam prakteknya.
Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh
dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang
diresmikan, dan sebagainya. Titi untujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya
pemerintahan oleh para pencuri, dimana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.
Korupsi yang muncul dibidang politik dan birokrasi bisa berbentuk spele atau berat,
terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering memudahkan kegiatan criminal seperti penjualan
narkotika, pencucian uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini saja.
Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya, sangan penting untuk membedakan
antara korupsi dan kriminalitas kejahatan.
Tergantung dari negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan antara yang dianggap
korupsi atau tidak. Sebagi contoh, pendanaan partai politik ada yang legal di satu tempat namun
ada juga yang tidak legal di tempat lain.
Sering terjadi dimana politisi mencari cara untuk mencoreng lawan mereka dengan
tuduhan korupsi. Sebagai contoh di Republik Rakyat Cina, fenomena ini digunakan oleh Zhu
Rongji, dan yang terakhir, oleh Hu Jintaountuk melemahkan lawan-lawan politik mereka.
Korupsi memerlukan dua pihak yang korup: pemberi sogokan (penyogok) dan penerima
sogokan. Di beberapa negara, budaya penyogokan mencakup semua aspek hidup sehari-hari,
meniadakan kemungkinan untuk berniaga tanpa terlibat penyogokan.
Di arena politik, sangatlah sulit untuk membuktikan korupsi, namun lebih sulit lagi untuk
membuktikan ketidakadaannya. Maka dari itu, sering banyak ada gosip menyangkut politisi.
Politisi terjebak di posisi lemah karena keperluan mereka untuk meminta sumbangan
keuangan untuk kampanye mereka. Sering mereka terlihat untuk bertindak hanya demi
keuntungan mereka yang telah menyumbangkan uang, yang akhirnya menyebabkan
munculnya tuduhan korupsi politis.
a. Demokrasi
b. Ekonomi
Korupsi juga mempersulit pembangunanekonomi dan mengurangi kualitas pelayanan
pemerintahan. Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dengan membuat distorsi
dan ketidak efisienan yang tinggi. Dalam sektor private, korupsi meningkatkan ongkos niaga
karena kerugian dari pembayaran ilegal, ongkos manajemen dalam negosiasi dengan pejabat
korup, dan risiko pembatalan perjanjian atau karena penyelidikan. Walaupun ada yang
menyatakan bahwa korupsi mengurangi ongkos (niaga) dengan mempermudah birokrasi,
konsensus yang baru muncul berkesimpulan bahwa ketersediaan sogokan menyebabkan
pejabat untuk membuat aturan-aturan baru dan hambatan baru. Dimana korupsi menyebabkan
inflasi ongkos niaga, korupsi juga mengacaukan "lapangan perniagaan". Perusahaan yang
memiliki koneksi dilindungi dari persaingan dan sebagai hasilnya mempertahankan
perusahaan-perusahaan yang tidak efisien.
a. Preventif.
1) Membangun dan menyebarkan etos pejabat dan pegawai baik di instansi pemerintah
maupun swasta tentang pemisahan yang jelas dan tajam antara milik pribadi dan milik
perusahaan atau milik negara.
2) Mmengusahakan perbaikan penghasilan (gaji) bagi pejabat dan pegawai negeri sesuai
dengan kemajuan ekonomi dan kemajuan swasta, agar pejabat dan pegawai saling menegakan
wibawa dan integritas jabatannya dan tidak terbawa oleh godaan dan kesempatan yang
diberikan oleh wewenangnya.
3) Menumbuhkan kebanggaan-kebanggaan dan atribut kehormatan diri setiap jabatan dan
pekerjaan. Kebijakan pejabat dan pegawai bukanlah bahwa mereka kaya dan melimpah, akan
tetapi mereka terhormat karena jasa pelayanannya kepada masyarakat dan negara.
4) Bahwa teladan dan pelaku pimpinan dan atasan lebih efektif dalam memasyarakatkan
pandangan, penilaian dan kebijakan.
5) Menumbuhkan pemahaman dan kebudayaan politik yang terbuka untuk kontrol, koreksi
dan peringatan, sebab wewenang dan kekuasaan itu cenderung disalahgunakan.
6) Hal yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana menumbuhkan “sense of
belongingness” dikalangan pejabat dan pegawai, sehingga mereka merasa peruasahaan
tersebut adalah milik sendiri dan tidak perlu korupsi, dan selalu berusaha berbuat yang
terbaik.
b. Represif.
1. KUHP
BUKU II BAB XXVIII
TENTANG KEJAHATAN JABATAN
PASAL 413 – 437
KORUPSI SEBAGAI DELIK JABATAN
PASAL 415 – 425 2.
2. Peraturan Penguasa Perang Pusat Kepala Staf Angkatan Darat 16 April 1958
no.Prt/Peperpu/013/1958 (BN No. 40 Tahun 1958)(staf AL No. Prt/Z.1/I/7)
Pegawai Negeri
Pegawai Negeri adalah meliputi :
a. pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang tentang Kepegawaian;
b. pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana;
c. orang yang menerima gaji atau upah dari keuangan negara atau daerah;
d. orang yang menerima gaji atau upah dari suatu korporasi yang menerima bantuan dari
keuangan negara atau daerah; atau
e. orang yang menerima gaji atau upah dari korporasi lain yang mempergunakan modal atau
fasilitas dari negara atau masyarakat.
Contoh:
“Yang dimaksud dengan secara melawan hukum dalam Pasal ini mencakup perbuatan
melawan hukum dalam arti formil maupun dalam arti materiil, yakni meskipun perbuatan
tersebut tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan, namun apabila perbuatan tersebut
dianggap tercela karena tidak sesuai dengan rasa keadilan atau norma-norma kehidupan
sosial dalam masyarakat, maka perbuatan tersebut dapat dipidana tidak mempunyai kekuatan
hukum mengikat”.
Perbuatan “memperkaya”
Pasal 3
Sesuai hasil Survey tahunan yang dilakukan oleh organisasi : Berlin-based organization
Transparency International, negara paling korup di dunia adalah : Somalia, Myanmar,
Afghanistan, dan Irak. Indonesia Tidak ada dalam Daftar ? Skor Indeks bernilai dari 0 sampai
10. Semakin kecil indeksnya semakin korup negaranya. Indeks 5.0 adalah pertengahan,
artinya tidak memiliki masalah korupsi yang serius.
1. Somalia 1.1
2. Myanmar 1.4
3 Afghanistan 1.4
4. Iraq 1.5
5. Turkmenistan 1.6
6 Uzbekistan 1.6
7 Sudan 1.6
8. Chad 1.7
9. Burundi 1.8
10. Equatorial Guinea 1.9
11 Angola 1.9
13 Venezuela 2.0
1. Korupsi adalah penyalahgunaan wewenang yang ada pada pejabat atau pegawai demi
keuntungan pribadi, keluarga dan teman atau kelompoknya.
3. Cara penaggulangan korupsi adalah bersifat Preventif dan Represif. Pencegahan (preventif)
yang perlu dilakukan adalah dengan menumbuhkan dan membangun etos kerja pejabat
maupun pegawai tentang pemisahan yang jelas antara milik negara atau perusahaan dengan
milik pribadi, mengusahakan perbaikan penghasilan (gaji), menumbuhkan kebanggaan-
kebanggaan dan atribut kehormatan diri setiap jabatan dan pekerjaan, teladan dan pelaku
pimpinan atau atasan lebih efektif dalam memasyarakatkan pandangan, penilaian dan
kebijakan, terbuka untuk kontrol, adanya kontrol sosial dan sanksi sosial, menumbuhkan rasa
“sense of belongingness” diantara para pejabat dan pegawai. Sedangkan tindakan yang
bersifat Represif adalah menegakan hukum yang berlaku pada koruptor dan penayangan
wajah koruptor di layar televisi dan herregistrasi (pencatatan ulang) kekayaan pejabat dan
pegawai.
DAFTAR PUSTAKA
United States Of America.Allyn and Bacon, Inc. Boston/ London Sydney/ Toronto.
LP3ES. Cetakan Pertama. Kartono, Kartini. 2001. Pathologi Sosial. Jakarta. Edisi Baru. CV.
Rajawali Press.
Lubis, Mochtar. 2006. Bunga Rampai Etika Pegawai Negeri. Jakarta. Bhratara. Karya
Aksara.
Saleh, Wantjik. 2008. Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia. Jakarta. Penerbit Ghalia
Indonesia.
PT. Bina Aksara. Harian Kompas, 13 Juni 2006 Kompas. Surat Kabar Harian. Jakarta. Bulan
Oktober sampai Desember 2010.
Suara Pembaharuan. Surat Kabar Harian. Jakarta. Bulan Oktober sampai Desember 2010.