Anda di halaman 1dari 22

TUGAS MAKALAH

BUDAYA SEBGAI PERBAHAN DALAM PEMBANGUNAN


Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Filsafat Manajemen

Disusun oleh :
Lani Handayani
Nur Zakiah
Restu
Yogi Juansyah
Program Studi : Ilmu Administration Public 5 (Sore)

SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


STISIP WIDYAPURI MANDIRI
KABUPATEN SUKABUMI

(STATUS TERAKREDITASI BAN-PT)


Sekretariat :Komplek Gelanggang Pemuda Cisaat, Jl. Raya Cisaat No. 6 Telp/Fax. 0266-222867 Sukabumi (email :
stisip_wpm_smi69@yahoo.co.idwebsite : www.stisipwidyapuri.com)

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur mari kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis bisa menyusun makalah ini dengan judul BUDAYA
SEBAGAI PERUBAHAN UNTUK PEMBANGNAN.
Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, seorang pemimpin
sejati, suri tauladan yang baik bagi semua umat, yang telah membawa kita ke zaman modern yang penuh
dengan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti sekarang ini.
Penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat serta memberikan sumbangan pengetahuan bagi
semua pihak yang tertarik dan ingin mengetahui tentang materi Filsafat Manajemen secara lebih dalam
Makalah ini juga diharapkan bisa menjadi penambah literatur (daftar bacaan) khususnya bagi mahasiswa
STISIP WIDYAPURI MANDIRI yang mengambil Prodi ADMINISTRASI NEGARA.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada Dosen Mata Kuliah
Filsafat Manajemen yaitu Bapak Drs. Gema Narama Faddillah, DIPL.RLE, yang telah memberikan
arahan serta bimbingnnya kepada kami selaku penulis sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini
tepat pada waktunya. Namun demikian, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari semua pihak
demi penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, bersama ini penulis
mempersembahkan makalah dengan judul Budaya Sebagai Proses Untuk Perubahan kehadapan para
pembaca sekalian.
Sukabumi, 01 Desember 2016

Penyusun,

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1

Latar Belakang.........................................................................................................1

1.2

Rumusan Masalah....................................................................................................2

1.3

Maksud dan Tujuan..................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
2.1

Pengertian Kebudayaan...........................................................................................3

2.2

Pengertian Pembangunan Nasional.........................................................................4

2.3

Kebudayaan dan Proses Pembangunan..................................................................12

2.4

Transformasi Budaya Menjadi Syarat Pembangunan............................................14

2.5

Melestarikan Kebudayaan Asli Indonesia..............................................................16

2.6

Potensi Pariwisata dan Kearifan Lokal di Indonesia.............................................18

BAB III PENUTUP................................................................................................................19


3.1

Kesimpulan............................................................................................................19

3.2

Saran......................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia memiliki dua kekayaan yang membedakannnya dengan makhluk lain
yakni, akal dan budi yang memunculkan cipta, rasa, dan karsa. Akan tetapi manusia lebih
didomininasi oleh akal sehingga mereka kurang peka akan masalah masalah sosial yang
terjadi dilingkungannya, bangsanya dan negaranya. Budaya atau kebudayaan berasal
dari Bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi
(budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam Bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin
Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah
atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa
Indonesia.Indonesia adalah Negara dengan 17.000 pulau yang membentang dari sabang
sampai merauke dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta orang dalam 30 kesatuan
suku bangsa Indonesia.dengan ini dapat di ketahui memiliki potensi keberagaman budaya
yang sangat besar.
Pembangunan ekonomi merupakan bagian dari pembangunan nasional, pada
awalnya hanya berorientasi pada masalah pertumbuhan semata. tujuan utama
pembangunan ekonomi selain untuk menciptakan pertumbuhan yang setinggi-tingginya,
harus pula berupaya untuk menghapus atau mengurangi tingkat kemiskinan, ketimpangan
pendapatan dan tingkat pengangguran atau upaya menciptakan kesempatan kerja bagi
penduduk. karena dengan kesempatan kerja, masyarakat akan memperoleh pendapatan
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Todaro, 1997: 7-14).
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan
masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara
pemerintah dan sektor swasta untuk menciptakan lapangan kerja atau kesempatan kerja baru dan
merangsang pertumbuhan ekonomi. karena kesempatan kerja merupakan peluang bagi penduduk
untuk melaksanakan fungsinya sebagai sumber daya ekonomi dalam proses produksi untuk
memperoleh pendapatan.
Keberhasilan pelaksanaan pembangunan di satu daerah sangat berkaitan dengan
kualitas perencanaan pembangunan sosial budaya yang disusun oleh daerah tersebut.
perbedaan kondisi daerah akan membawa implikasi bahwa corak pembangunan yang
1

diterapkan berbeda pula. meniru pola kebijakan yang diterapkan dan berhasil di suatu
daerah belum tentu memberikan manfaat yang sama bagi daerah lainnya. perencanaan
tidak lagi harus ditentukan dan diturunkan semata dari pembangunan nasional. perbedaan
potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia antar daerah, serta perbedaan akses
setiap daerah mengharuskan perencanaan regional tersendiri pula bagi daerah tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Kebudayaan?
2. Apa pengertian Pembangunan?
3. Apa hubungan Kebudayaan dan Pembangunan?
4. Bagaimana Transpormasi Budaya menjadi Proses Pembangunan?
5. Bagaimana Melestraikan Budaya Asli Indonesia?
6. Bagaimana Potensi Pariswisata dan Kearifan Lokal di masa Pembangunan?

1.3 Maksud dan Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui apa Pengertian Kebudayaan.
2. Untuk mengetahui apa pengertian Pembangunan.
3. Untuk mengetahui apa hubungan Kebudayaan dan Pembangunan.
4. Untuk mengetahui bagaimana Transpormasi Budaya menjadi Proses Pembangunan.
5. Untuk mengetahui bagaimana Melestraikan Budaya Asli Indonesia.
6. Untuk mengetahui bagaimana Potensi Pariswisata dan Kearifan Lokal di masa
Pembangunan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kebudayaan
Menurut Prof. M.M. Djojodiguno dalam buku Asas-asas Sosiologi (1958),
kebudayaan/ budaya adalah daya dari budi, yang berupa cipta, rasa, dan karsa.
a) Cipta
b) Karsa
c) Rasa

: Ilmu pengetahuan, yang bersumber dari pengalaman lahir dan batin.


: Norma-norma keagamaan/ kepercayaan, yang bersumber dari sangkan (lahir)
dan paran (mati).
: Norma keindahan yang menghasilkan kesenian, yang bersumber dari
keindahan dan menolak keburukan atau kejelekan.

Jadi, kebudayaan adalah hasil dari buah budi (gagasan) manusia yang berupa cipta,
rasa dan karsa baik yang kongkrit ataupun abstrak yang bertujuan untuk mencapai
kesempurnaan hidup. Yang dalam pengaplikasianya di lakukan dengan pola pola
perilaku, bahasa, organisasi sosial, religi, seni, dan lainnya yang telah menjadi kebiasaan
yang turun temurun dari leluhur.
Ada tiga wujud kebudayaan menurut Koentjaraningrat (1979: 186-187). Pertama
wujud kebudayaan sebagai ide, gagasan, nilai, atau norma. Kedua wujud kebudayaan
sebagai aktifitas atau pola tindakan manusia dalam masyarakat. Ketiga adalah wujud
kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud pertama berbentuk abstrak,
sehingga tidak dapat dilihat dengan indera penglihatan. Wujud ini terdapat di dalam
pikiran masyarakat. Ide atau gagasan banyak hidup bersama dengan masyarakat. Gagasan
itu selalu berkaitan dan tidak bisa lepas antara yang satu dengan yang lainnya.
Keterkaitan antara setiap gagasan ini disebut sistem. Koentjaraningrat mengemukaan
bahwa kata adat dalam bahasa Indonesia adalah kata yang sepadan untuk
menggambarkan wujud kebudayaan pertama yang berupa ide atau gagasan ini.
Sedangkan untuk bentuk jamaknya disebut dengan adat istiadat (1979: 187). Wujud
kebudayaan yang kedua disebut dengan sistem sosial (Koentjaraningrat, 1979:187).
Sistem sosial dijelaskan Koentjaraningrat sebagai keseluruhan aktifitas manusia atau
segala bentuk tindakan manusia yang berinteraksi dengan manusia lainnya. Aktifitas ini
dilakukan setiap waktu dan membentuk pola-pola tertentu berdasarkan adat yang berlaku
dalam masyarakat tersebut. Tindakan-tindakan yang memiliki pola tersebut disebut
sebagai sistem sosial oleh Koentjaraningrat. Sistem sosial berbentuk kongkrit karena bisa
dilihat pola-pola tindakannya dengan indra penglihatan. Kemudian wujud ketiga
kebudayaan disebut dengan kebudayaan fisik (Koentjaraningrat, 1979: 188). Wujud
kebudayaan ini bersifat konkret karena merupakan benda-benda dari segala hasil ciptaan,
karya, tindakan, aktivitas, atau perbuatan manusia dalam masyarakat.
Koentjaraningrat juga mengemukakan bahwa ada tujuh unsur kebudayaan yaitu
bahasa, kesenian, sistem religi, sistem teknologi, sistem mata pencaharian, organisasi
sosial, dan sistem ilmu pengetahuan (Koentjaraningrat, 1979: 203-204). Ketujuh unsur
kebudayaan ini disebut Koentjaraningrat sebagai unsur kebudayaan universal karena
selalu ada pada setiap masyarakat. Koentjaraningrat menjelaskan bahwa ketujuh unsur
tersebut dapat diperinci lagi menjadi sub unsur hingga beberapa kali menjadi lebih kecil.
3

Unsur-unsur Kebudayaan
Clyde Kluckhohn menyebutkan terdapat 7 unsur kebudayaan, yakni sebagai berikut:
1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat rumah
tangga,senjata, alat-alat produksi, transportasi, dan sebagainya).
2. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian, perternakan, sistem
produksi, sistem distribusi, dan sebagainya).
3. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum, sistem
perkawinan, dan seterusnya).
4. Bahasa (lisan maupun tertulis).
5. Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak dan seebagainya).
6. Sistem pengetahuan
2.2

Pengertian Pembangunan Nasional


Pengertian Pembangunan Nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia
dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan
nasional dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memperhatikan tantangan
perkembangan

global

(Tap.

MPR

No.

IV/MPR/1999). Dalam

mengimplementasikan

Pembangunan Nasional senantiasa mengacu pada kepribadian bangsa dan nilai luhur yang
universal untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat, mandiri, berkeadilan, sejahtera,
maju, serta kokoh, baik kekuatan moral maupun etika bangsa Indonesia.
Pengalaman Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, antara lain mencakup tanggung jawab
bersama dari semua golongan beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
secara bersama-sama meletakkan landasan spiritual, moral, dan etik yang kukuh bagi

pembangunan nasional.
Pengalaman Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, antara lain mencakup
peningkatan martabat serta hak dan kewajiban asasi warga Negara serta penghapusan

penjajahan, kesengsaraan dan ketidakadilan dari muka bumi.


Pengalaman Sila Persatuan Indonesia antara lain mencakup peningkatan pembinaan
bangsa di semua bidang kehidupan manusia, masyarakat, bangsa dan Negara sehingga
rasa kesetiakawanan semakin kuat dalam rangka memperkukuh persatuan dan kesatuan

bangsa.
Pengalaman Sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan anatara lain mencakup upaya makin menumbuhkan dan

mengembangkan system politik Demokrasi Pancasila yang makin mampu memelihara

stabilitas nasional yang dinamis.


Pengalaman Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia antara lain mencakup
upaya untuk mengembangkan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi yang dikaitkan
dengan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya
kemakmuran yang berkeadilan. Berdasarkan pokok pikiran diatas, maka hakikat
pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan
pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya dengan Pancasila sebagai dasar, tujuan
dan pedoman pembangunan nasional. Pembangunan nasional dilaksanakan merata
diseluruh tanah air dan tidak hanya untuk satu golongan atau sebagian dari masyarakat,
tetapi untuk seluruh masyarakat.
Keseluruhan semangat arah dan gerak pembangunan dilaksanakan sebagai pengalaman

semua sila Pancasila secara serasi dan sebagai kesatuan yang utuh, yang meliputi : Pembangunan
nasional dilaksanakan secara berencana, menyeluruh, terpadu, terarah, bertahap dan berlanjut
untuk memacu peningkatan kemampuan nasional dalam rangka mewujudkan kehidupan yang
sejajar dan sederajat dengan bangsa lain yang telah maju. Pembangunan nasional adalah
pembangunan dari, oleh dan untuk rakyat dilaksanakan semua aspek kehidupan bangsa yang
meliputi aspek politik, ekonomi, social-budaya dan aspek pertahanan keamanan dengan
senantiasa harus merupakan perwujudan Wawasan Nusantara serta memperkukuh Ketahanan
Nasional yang diselenggarakan dengan sasaran jangka panjang yang ingin diwujudkan.
Hakikat Pembangunan Nasional
Hakikat Pembangunan Nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya
dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Ini berarti dalam pelaksanaan
pembangunan nasional diperlukan hal-hal sebagai berikut:
1. Ada keselarasan, keserasian, kesimbangan, dan kebulatan yang utuh dalam seluruh
kegiatan pembangunan. Pembangunan adalah untuk manusia dan bukan sebaliknya
manusia untuk pembangunan. Dalam pembangunan dewasa ini, unsur manusia, unsur
sosial-budaya, dan unsur lainnya harus mendapatkan perhatian yang seimbang.
2. Pembangunan harus merata untuk seluruh masyarakat dan di seluruh wilayah tanah air.
3. Subjek dan objek pembangunan adalah manusia dan masyarakat Indonesia, sehingga
pembangunan harus berkepribadian Indonesia pula.

4. Pembangunan dilaksanakan bersama oleh masyarakat dan pemerintah. Masyarakat adalah


pelaku utama pembangunan dan pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan,
membimbing, serta menciptakan suasana yang menunjang. Kegiatan masyarakat dan
kegiatan pemerintah mesti saling mendukung, saling mengisi, dan saling melengkapi
dalam satu kesatuan langkah menuju tercapainya tujuan pembangunan nasional.
Visi dan Misi Pembanguanan Nasional
Dalam mewujudkan visi Pembangunan Nasional tersebut ditempuh delapan misi
Pembangunan Nasional sebagai berikut :
1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab
berdasrkan falsafah Pancasila adalah memperkuat jati diri dan karakter bengsa melalui
pendidikan yang bertujuan membentuk manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, mematuhi aturan hukum, memelihara kerukunan internal dan antarumat beragama,
melaksanakan interaksi antarbudaya, mengembangkan modal sosial, menerapkan nilainilai luhur budaya bangsa, dan meiliki kebanggab sebagai bangsa Indonesia dalam rangka
memantapkan landasan spiritual, moral, dan etika pembangunan bangsa
2. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing adalah mengedepankan pembangunan sumber
daya manusia berkualitas dan berdaya saing; meningkatkan penguasaan dan pemanfaatan
IPTEK melalui penelitian, pengembangan , dan penerapan menuju inovasi secara
berkelanjutan; membangun infrastruktur yang maju serta reformasi dibidang hukum dan
aparatur negara; dan memperkuat perekonomian domestik berbasis keunggulan setiap
wilayah menuju keunggulan kompetitif dengan membangun keterkaitan sistem produksi,
distribusi, dan pelayanan termasuk pelayanan jasa dalam negeri
3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum adalah memantapkan
kelembagaan demokrasi yang lebih kokoh; memperkuat peran masyarakat sipil;
memperkuat kualitas desentralisasi dan otonomi daerah; menjamin pengembangan media
dan kebebasan media dalam mengomunikasikan kepentingan masyarakat; dan melakukan
pembenahan struktur hukum dan meningkatkan budaya hukum dan menegakkan hukum
secara adil, konsekuen, tidak diskriminatif, dan memihak pada rakyat kecil
4. Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu adalah membangun kekuatan TNI
hingga melampaui kekuatan esensial minimum serta disegani dikawasan regional dan
internasional; memantapkan kemampuan dan meningkatkan profesionalisme Polri agar
mampu melindungi dan mengayomi masyarakat; mencegah tindak kejahatan, dan

menuntaskan tindak kriminalitas; membangun kapabilitas lembaga intelejen dan kontra


intelejen negara dalam penciptaan kemanan nasional; serta meningkatkan kesiapan
komponen cadangan, komponen pendukung pertahanan dan kotribusi industri pertahanan
nasional dalam sistem pertahanann semesta
5. Mewujudkan pemerataan pembangunan

dan

berkeadilan

adalah

meningkatkan

pembangunan daerah; mengurangi kesenjangan sosial secara menyeluruh, keberpihakan


kepada masyarakat, kelompok dan wilayah/daerah yang masih lemah; menanggulangi
kemiskinan dan pengangguran secara drastis; menyediakan akses yang sama bagi
masyarakat terhadap berbagai pelayanan sosial serta sarana dan prasarana ekonomi; serta
menghilangkan diskriminasi dalam berbagai aspek termasuk gender
6. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari adalah memperbaiki pengelolaan pelaksanaan
pembangunan yang dapat menjaga keseimbangan antara pemanfaatan, keberlanjutan,
keberadaan, dan kegunaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan tetap
menjaga fungsi, daya dukung, dan kenyamanan dalam kehidupan pada masa kini dan
masa depan, melalui pemanfaatab ruang yang serasu antara penggunaan untuk
permukiman, kegiatan sosial ekonomi, dan upaya konservasi; meningkatkan pemanfaatan
ekonomi sumber daya alam dan lingkungan yang berkesinambungan; memperbaiki
pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk mendukung kualitas
kehidupan; memberikan keindahan dan kenyamanan kehidupan; serta meningkatkan
pemeliharaan dan pemanfaatan keanekargaman hayati sebagai modal dasar pembangunan
7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepualauan yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan

kepentingan nasional adalah menumbuhkan wawasan bahari bagi

masyarakat dan pemerintah agar pembangunana Indonesia berorientasi kelautan;


meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang berwawasan kelauatan melalui
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan; mengelola wilayah laut
nasional untuk mempertahankan kedaulatan dan kemakmuran; dan membangun ekonomi
kelautan secara terpadu dengan mengoptimalkan pemanfaatab sumber kekayaan laut
secara berkelanjutan
8. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional adalah
memantapkan diplomasi Indonesia dalam rangka memperjuangkan kepentinagn nasional;
melanjutkan komitmen Indonesia terhadap pembentukan identitas dan pemantapan

integrasi internasional dan regional; dan mendorong kerja sama internasional, regional
dan bilateral antarmasyarakat, antarkelompok, serta antarlembaga di berbagai bidang
Tujuan Pembangunan Nasional
Tujuan nasional, sebagaimana yang termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945, yaitu :
Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berlandaskan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan social.
Pernyataan di atas merupakan cerminan bahwa pada dasarnya tujuan Pembangunan
Nasional adalah untuk mewujudkan kehidupan masyarakat Indonesia yang sejahtera, lahiriah
maupun batiniah. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka pembangunan yang dilaksanakan oleh
bangsa Indonesia merupakan pembangunan yang berkesinambungan, yang meliputi seluruh
aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.
Agar pembangunan yang dilaksanakan lebih terarah dan memberikan hasil dan daya
guna yang efektif bagi kehidupan seluruh bangsa Indonesia maka pembangunan yang
dilaksanakan

mengacu

pada

perencanaan

yang

terprogram

secara

bertahap

dengan

memperhatikan perubahan dan perkembangan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Oleh
karena itu pemerintah merancang suatu perencanaan pembangunan yang tersusun dalam suatu
Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun), dan mulai Repelita VII diuraikan dalam suatu
Repeta (Rencana Pembangunan Tahunan), yang memuat uraian kebijakan secara rinci dan
terukur tentang beberapa Propenas (Program Pembangunan Nasional). Rancangan APBN tahun
2001 adalah Repeta pertama dari pelaksanaan Propenas yang merupakan penjabaran GBHN
1999-2004,

di samping merupakan tahun pertama pelaksanaan otonomi daerah dan

desentralisasi fiskal.
Sejak repelita pertama (tahun 1969) hingga repelita sekarang (tahun1999) telah
terealisasi beberapa program pembangunan yang hasilnya telah menyentuh seluruh aspek
kehidupan masyarakat, baik aspek politik, ekonomi, sosial dan budaya. Meskipun realisasi
pembangunan telah menyentuh dan dinikmati oleh hampir seluruh masyarakat, namun tidak
berarti terjadi secara demokratis. Dengan kata lain, hasil-hasil pembangunan tersebut belum
mampu menjangkau pemerataan kehidupan seluruh masyarakat. Masih banyak terjadi
ketimpangan atau kesenjangan pembangunan maupun hasil-hasilnya, baik antara pusat dan
daerah atau dalam lingkup yang luas adalah kesenjangan antara Kawasan Timur Indonesia (KTI)
dan Kawasan Barat Indonesia (KBI), khususnya pada sektor ekonomi. Salah satu kesenjangan di

sektor ekonomi tersebut diantaranya adalah tidak meratanya kekuatan ekonomi di setiap wilayah,
seperti tidak meratanya tingkat pendapatan (per kapita) penduduk, tingkat kemiskinan dan
kemakmuran, mekanisme pasar dan lain-lain.
Dampak dari kesenjangan tersebut telah menimbulkan beberapa gejolak dalam bentuk
tuntutan adanya pemerataan pembangunan maupun hasil-hasilnya, dari dan untuk setiap wilayah
di Indonesia. Untuk mengurangi bahkan menghilangkan kesenjangan tersebut pemerintah telah
menempuh beberapa kebijaksanaan pembangunan diantaranya dengan memberlakukan Undangundang Nomor 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang pada prinsipnya merupakan
pelimpahan wewenang pusat ke daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan
potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah.
Asas-Asas Pembangunan Nasional
Asas Pembangunan Nasional adalah prinsip pokok yang harus diterapkan dan
dipegang teguh dalam perencanan dan pelaksanaan Pembangunan Nasional :
1. Asas Keimanan dan Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
2. Asas

Manfaat Kegiatan

pembangunan

memberikan

manfaat

bagi

peningkatan

kesejahteraan
3. Asas Demokrasi Pancasila Kegiatan Pembangunan Nasional dilakukan berdasarkan
kekeluargaan
4. Asas Keseimbangan, Keserasian, dan Keselarasan dalam Perikehidupan Dalam
Pembangunan Nasional adanya keseimbangan, keserasian dan keselarasan antara dunia
dan akhirat, materil dan spiritual dan lain-lain
5. Asas Hukum Dalam penyelenggaraan Pembangunan Nasional, masyarakat harus taat dan
patuh kepada hukum
6. Asas Kemandirian Pembangunan Nasional berlandaskan kepercayaan akan kemampuan
diri sendiri
7. Asas Kejuangan Dalam penyelenggaraan Pembangunan Nasional masyarakata harus
memiliki mental, tekad, jiwa dan semangat
8. Asas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pembangunan Nasional dapat memberikan
kesejahteraan rakyat lahir dan batin yang setinggi-tingginya
Modal dasar Pembangunan Nasional adalah keseluruhan sumber kekuatan nasional
baik yang efektif maupun potensial yang dimiliki dan didayagunakan bangsa Indonesia dalam
pembangunan nasional, yaitu :

a. Kemerdekaan dan kedaulatan bangsa dan negara Indonesia sebagai hasil perjuangan seluruh
rakyat Indonesia.
b. Jiwa dan semangat persatuan dan kesatuan bangsa.
c. Wilayah nusantara yang luas dan berkedudukan di khatulistiwa pada posisi silang antara
dua benua dan dua samudera dengan kondisi alamiahnya yang memiliki berbagai
keunggulan komparatif.
d. Kekayaan alam yang beraneka ragam dan terdapat di darat, laut, udara,dan dirgantara yang
dapat didayagunakan secara bertanggung jawab demi kemakmuran rakyat.
e. Penduduk yang besar jumlahnya sebagai sumber daya manusia yang potensial dan produktif
bagi pembangunan nasional.
f. Rohaniah dan mental, yaitu keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
merupakan tenaga penggerak yang tak ternilai harganya bagi pengisian aspirasi bangsa. Juga
kepercayaan dan keyakinan bangsa atas kebenaran falsafah Pancasila sebagai satu- satunya
asas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, merupakan modal sikap
mental yang dapat membawa bangsa menuju cita- citanya.
g. Budaya bangsa Indonesia yang dinamis yang telah berkembang sepanjang sejarah bangsa
yang mencirikan kebhinekaan dan keekaan bangsa.
h. Potensi dan kekuatan efektif bangsa yakni segala sesuatu yang bersifat potensial dan
produktif yang telah menjadi milik bangsa, dan yang tumbuh dari rakyat termasuk kekuatan
sosial politik antara lain partai politik dan golongan karya.
i. Angkatan Bersenjata Republik Indonesia sebagi kekuatan pertahanan keamanan dan
kekuatan sosial politik yang tumbuh dari rakyat dan bersama rakyat menegakkan serta
mengisi kemerdekaan bangsa dan negara.
2.

Faktor Dominan
Faktor dominan adalah segala sesuatu yang harus diperhatikan dalam
penyelenggaraan pembangunan agar memperlancar pencapaian sasaran pembangunan
nasional, meliputi:

a. Kependudukan dan sosial budaya, termasuk pergeseran nilai dan perkembangan aspirasi
rakyat yang dinamis.
b. Wilayah yang bercirikan kepulauan dan kelautan dengan lingkungan dan alam tropiknya.
c. Sumber daya alam yang beraneka ragam dan tidak merata penyebarannya, termasuk flora dan
fauna.
d. Kualitas manusia Indonesia dan masyarakat Indonesia dan penguasaannya terhadap ilmu
pengetahuan dan teknologi.

10

e. Disiplin nasional yang merupakan perwujudan kepatuhan dan ketaatan kepada hukum dan
norma- norma yang berlaku dalam masyarakat.
f. Manajemen nasional sebagai mekanisme penyelenggaraan negara dan pemerintahan.
g. Perkembangan regional dan global serta tatanan internasional yang selalu berubah secara
dinamis.
h. Kemungkinan pengembangan.
2.3

Kebudayaan dan Proses Pembangunan


Secara historis industrialisasi mudah ditelusuri pada pembangunan di Negara sedang
berkembang karena industrialisasi dianggap sebagai suatu pilihan untuk memberikan
kesejahteraan dan kemakmuran untuk Negara sedang berkembang tersebut. Pada Negara
sedang berkembang industrialisasi berasal dari ekspansi Negara maju yang telah memiliki
industri di negara asalnya, walaupun masyarakat di Negara sedang berkembang
diperkenankan ikut serta dalam setiap proses industri yang meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan yang digunakan untuk menciptakan banyak barang yang beragam.
Negara sedang berkembang justru terjebak dalam hutang luar negeri yang melebihi
kemampuannya akibat ditempuhnya jalan pintas untuk melakukan industralisasi dengan
mengadopsi semua sistem dan pola industri dari Negara-Negara maju yang
mengakibatkan terciptanya monopoli, oligopoli, dan monopsoni, serta rusaknya sumber
daya alam dan pencemaran lingkungan juga kurangnya partisipasi masyarakat karena
tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan.
Dengan melihat berbagai kendala yang dimiliki oleh Negara sedang berkembang,
dampak negatif dan konsekuensi dari pola industrialisasi itu, maka pada industrialisasi itu
harus dilakukan secara historis dan bertahap. Secara historis dimaksudkan agar
mendasarkan diri pada tahap-tahap perkembangan masyarakat. Sedangkan secara
bertahap artinya dilakukan secara evolusioner sesuai dengan kemampuan masyarakat dan
pencapaian setiap perkembangan masyarakat. Pola pembangunan seperti itu dapat
dilakukan dengan dua cara:

1. Melaksanakan sistem perekonomian tertutup dan proses pembangunan berencana secara


sentral, dimana sektor Negara merupakan sokoguru dan pelaku ekonomi yang utama,
dengan mengendalikan konsumsi dan tabungan secara paksa untuk membentuk modal bagi
investasi.
2. Dengan terus membuka perekonomian dan membiarkan sistem bekerja secara kurang lebih
bebas. Secara sistem ini mempunyai beberapa variasi. Pada realitasnya Negara sedang
11

berkembang justru memiliki sistem ekonomi campuran yang melibatkan pemerintah sebagai
regulator dan pelaku ekonomi namun pada dasarnya perekonomian menggunakan
mekanisme pasar dengan keikutsertaan pemerintah secara langsung dan tidak langsung
dalam perekonomian.
Persoalan kebudayaan merupakan bagian penting dalam proses pembangunan.
Kebudayaan terkait dengan persoalan karakter dan mental bangsa yang menentukan
keberhasilan pembangunan di Indonesia. Apabila mental dan karakter bangsa yang
cenderung destruktif dan koruptif tentunya tujuan pembangunan akan sulit terlaksana,
begitu pula sebaliknya. Di sisi lain pembangunan multi sektor lainnya juga membutuhkan
peranan kebudayaan untuk mendukung suksesnya program-program yang akan
dijalankan. Seringkali timbul permasalahan, ketidak berhasilan sasaran program yang
dijalankan di daerah disebabkan oleh kurangnya dukungan dari faktor budaya masyarakat
tertentu.
Kebudayaan nasional bersifat dinamis dalam arti selalu mengalami perubahan, atau
perkembangan, baik disebabkan karena faktor intern maupun faktor ekstern. Menurut
Prof. Dr. Mattulada, bangsa Indonesia (dalam arti nation Indonesia) kini memiliki
kebudayaan nasional yang unsur-unsurnya berasal dari: kebudayaan bangsa atau
kebudayaan daerah (sesuai dengan pemahaman pada tahun 1945), kebudayaan asing, dan
kreasi atau hasil invention secara nasional.
Menurut Prof.Dr. S. Budhisantoso, kebudayaan-kebudayaan Indonesia dapat
dikelompokkan ke dalam tiga kategori: kebudayaan suku bangsa, kebudayaan daerah,
dan kebudayaan nasional. Masing-masing kebudayaan itu mempunyai fungsi dan
lingkungan penggunaannya yang efektif sebagai kerangka acuan yang memperlancar
pergaulan sesama kelompok anggota sosial.
Kebudayaan Indonesia berkaitan dengan keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan
hasil karya masyarakat yang tinggal mendiami wilayah Indonesia. Kebudayaan Indonesia
yang terbentuk dari ratusan budaya daerah memiliki karakteristik tersendiri dibandingkan
dengan negara lain. Di sini ditemukan ratusan adat istiadat, kesenian, dan bahasa
sukubangsa yang berbeda-beda, yang merupakan potensi untuk dikembangkan dalam

12

proses pembangunan ke depan terutama untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat


lahir dan batin.
Terkait dengan aspek peningkatan kesejahteraan masyarakat, ada dua model
pendekatan. Pertama dilihat dari sisi peningkatan kesejahteraan lahir, kebudayaan bisa
dikembangkan dalam rangka mendukung timbulnya pariwisata yang ujung-ujungnya
masyarakat akan memperoleh dampak ekonomi secara langsung. Selain itu pula dengan
munculnya industri kreatif yang berbasis budaya lokal juga mendorong Usaha Kecil
Masyarakat untuk tumbuh dan berkembang di wilayah pedesaan. Kedua dilihat dari segi
peningkatan kesejahteraan batin, pembangunan kebudayaan mampu menumbuhkan
nilai-nilai kesetiakawan sosial, nasionalisme, cinta terhadap budaya sendiri, toleransi,
ramah, sopan santun, dan toleransi tinggi. Dalam hal ini pembangunan kebudayaan
merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari pembangunan pendidikan. Gambaran
untuk membentuk manusia Indonesia yang kreatif, berkarakter, dan produktif merupakan
keterpaduan antara pembangunan di bidang pendidikan dan kebudayaan.
2.4

Transformasi Budaya Menjadi Syarat Pembangunan


Menurut Sodjatmoko (1983) pembangunan ekonomi bukanlah pembangunan ekonomi

semata akan tetapi suatu penjelamaan dari perubahan sosial dan kebudayaan. Pembangunan itu
merupakan perubahan persepsi dan sikap terhadap kehidupan manusia secara utuh, bukan
sebagian-sebagian. Pemahaman kebanyakan orang dalam pembangunan adalah dari aspek
kebendaaan seperti penggunaan bibit unggul, pestisida, traktor, mesin pengolah hasil pertanian,
generator , kendaraan bermotor, alat komunikasi, peralatan rumah tangga dan penggunaan
teknologi lainnya. Teknologi baru dapat berkelanjutan apabila diikuti dengan pemahaman
tentang organisasi kerja, meknisme kerja, disiplin kerja, waktu kerja, keterampilan kerja dan
perubahan sosial lainnya. Oleh karena itu setiap pembangunan menyangkut semua aspek
kehidupan. Penggunaan teknologi merupakan alat untuk mencapai kemudahan hidup dan hal
tersebut barulah permulaan dari transformasi sosial. Pembangunan tidak mungkin berhasil tanpa
perubahan sistem nilai yang mendukung pembangunan yang kemudian diikuti oleh transformasi
sosial untuk menjadi pondasi dalam persiapan penerimaan teknologi baru. Menurut pandangan
Soedjatmoko, terdapat tiga pokok fikiran merubah masyarakat dalam mempersiapkan
pembangunan. Pertama, proses pembangunan suatu masyarakat membutuhkan suatu
transformasi sosial dalam persiapan penerimaan teknologi baru maupun sistem nilai baru. Fase

13

ini merupakan titik awal dalam pencapaian penerimaan teknologi baru. Kedua, transformasi
sosial merupakan proses yang berkesinambungan yang membangun basis kekuatan yang
mendukung proses pembangunan. Ketiga, teknologi merupakan alat untuk mempermudah
pekerjaan manusia dan oleh karena itu tidak boleh memperalat manusia. Transformasi akan
berjalan dan diterima dengan baik apabila memenuhi tiga aspek yaitu partisipasi masyarakat,
berkeadilan sosial, dan ramah terhadap lingkungan dari transformasi sosial.Untuk mempercepat
transformasi, setiap daerah memiliki kekhasan masing-masing yang menentukan pola
pembangunan masyarakat. Sistem nilai progresif yang telah tumbuh dalam masyarakat perlu
dikembangkan. Budaya lokal yang mendorong sistem manajemen yang akuntabel dan transparan
dihidupkan. Rekayasa organisasi yang sehaluan dengan kearifan lokal perlu dimerjerkan. Di
Bengkulu, transformasi yang kita lakukan disesuaikan dengan kondisi Bengkulu yang
kebanyakan merupakan petani. Selama ini dalam implementasi pembangunan, kita hanya
memperhatikan teknologi secara parsial dan menganggap teknologi hanya menjadi persoalan
teknis semata. Saatnya kita merubah paradigma pembangunan yang berorientasi teknis ke
penerapan teknologi dengan persiapan secara menyeluruh yaitu menyangkut persiapan bidang
sosial dan budaya. Persiapan dimaksud terutama menyangkut transformasi sosial dan budaya
yang akan menjadi prasyarat keberhasilan pembangunan.
Fungsi Budaya Dalam Pembangunan
Pembangunan ekonomi yang berkesinambungan meliputi pembangunan yang bersifat
fisik (tangible) dan non fisik (intangible). Pembangunan fisik berupa pembangunan yang
berwujud benda atau materi seperti pembangunan sarana pelayanan publik (jalan, gedung,
tempat hiburan, IT). Pembangunan non fisik berupa pembangunan yang tidak berwujud seperti
caracter building, social capital dan culture capital. Pembangunan non fisik sering kali terabaikan
karena sifatnya yang tidak mudah diukur. Tidak dapat dipungkiri, baik para ekonom maupun
masyarakat awam sering kali menilai keberhasilan pembangunan ekonomi dari sudut pandang
sektoral (variabel endogen) seperti tingkat output atau tingkat produksi sebagai dampak dari
perubahan variabel eksogen seperti pengeluaran pemerintah, investasi dan konsumsi.
Pembangunan ekonomi tidak dapat terlepas dari faktor budaya. Budaya pada masyarakat pra
industri berpegang pada nilai-nilai religius dengan perubahan yang lambat. Budaya pada
masyarakat moderen lebih sekuler, rasional dan terbuka terhadap perubahan. Budaya yang
berpegang pada nilai-nilai religius sering dipandang sebagai penghambat pembangunan ekonomi

14

yang lebih mengedepankan nilai-nilai materialis. Pada kenyataanya tidak ada nilai-nilai religius
yang bertentangan dengan pembangunan ekonomi. Apa yang sebenarnya terjadi adalah
bagaimana sistem norma yang menjadi pegangan masyarakat tidak berkembang. Sistem norma
sosial menentukan anggota masyarakat tertentu menempati posisi tertentu. Adanya keuntungan
sepihak mendorong terjadinya mekanisme sosial politik masyarakat untuk mempertahankan
sistem norma tertentu walaupun sudah tidak sesuai dengan perkembangan jaman. Perubahan
sistem norma masyarakat yang mengubah strata sosial tidak harus mengubah karakter yang
menjadi ciri khas masyarakat yang tercermin dari tata cara atau adat istiadat. Walaupun budaya
tidak termasuk kedalam variabel yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, pada kenyataannya
budaya menjadi faktor intangible yang berpengaruh pada variabel edogen dan eksogen.
Bagaimana menempatkan budaya dalam pembangunan ekonomi adalah langkah strategis untuk
memecahkan polemik keterkaitan ekonomi-budaya.
Sebagai negara yang terdiri dari berbagai suku bangsa, Indonesia memiliki keragaman
budaya yang dapat dijadikan sebagai modal pembangunan ekonomi. Keragaman budaya yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia seharusnya bukan menjadi penghalang bagi pembanguan
ekonomi. Keragaman budaya dapat dikonversi menjadi sumber daya yang mendukung
pembangunan ekonomi. Budaya sebagai sumber daya ekonomi adalah budaya sebagai intangible
asset yang menjadi modal dasar (culture capital) pembangunan ekonomi. Modal budaya
memiliki dimenasi jamak. Budaya dapat dipandang sebagai aset atau sebagai modal yang dapat
dikembangkan menjadi produk yang mempunyai nilai ekonomi.

2.5

Melestarikan Kebudayaan Asli Indonesia


Kita patut berbangga tinggal di negeri yang terkenal dengan keanekaragamannya.

Terdapat ratusan lebih suku yang tersebar dari sabang sampai merauke. Budaya Indonesia
memang sangat kaya dan beragam, namun kita sebagai generasi penerus bangsa ini seperti
amnesia di rumah sendiri, kita lebih pede dengan budaya barat yang ketimbang budaya dari
mana kita berasal ketidak pedulian kita terhadap budaya sendiri memudahkan pihak lain atau
Negara tetangga mengklaim budaya kita seperti kasus Reog Ponorogo, tari pendet, lagu rasa
sayange dll. Tentu kita akan geram dengan tingkah laku negara tetangga, Malaysia. Tapi jangan
serta merta menyalahkan negara tetangga jadikan kasus ini sebagai pelajaran buat kita untuk
15

lebih peduli dengan budaya sendiri dengan menjadikan budaya sebagai pondasi pembangunan
secara tidak langsung kita telah melestarikan budaya itu sendiri ke sendi-sendi kehidupan
berbangsa dan bernegara sehingga kita menjadi bangsa yang berkarakter dan memiliki identitas
sebagai bangsa yang kaya akan keanekaragaman budaya dan tidak mudah diremeh oleh bangsa
lain.
Peranan pemerintah dan dan masyarakat dalam menjaga keselarasan antar budaya
Peranan Pemerintah
Didalam UUD 1945 pasal 32 ayat 1 dinyatakan : Negara memajukan kebudayaan nasional
Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam
memeliharaa dan mengembangkan nilai nilai budaya. Maka dari itu pengembangan budaya
menjadi salah satu program pembangunan nasional. Upaya yang dilakukan pemerintah antara
lain :
1. Pemerintah harus mampu melaksanakan sebuah sistem politik nasional yang dapat
mengakomodasikan aspirasi masyarakat yang memiliki kebudayaan yang berbeda- beda.
2. Kemampuan desentralisasi pemerintah yang diwujudkan dalam agenda otonomi daerah.
Hal ini untuk memperbesar kesadaran dan kreatifitas masyarakat sebagai salah satu pilar
integrasi nasional.
3. Keterbukaan dan demokratisasi yang bertumpu pada kesamaan hak dan kewajiban warga
Negara.
4. Meningkatkan usaha pembinaan dan pemeliharaan kebudayaan nasional.
5. Membina dan memelihara tradisi tradisi serta peninggalan sejarah yang mempunyai
nilai perjuangan.
Peranan Masyarakat
1. Meminimalkan perbedaan yang ada dan berpijak pada kesamaan yang dimiliki oleh
setiap budaya daerah.
2. Meminimalkan setiap potensi konflik yang ada. Misalnya primordialisme dan fanatisme
yang berlebihan.
3. Menerima dan menghargai suku, agama, dan adat istiadat orang lain.
4. Memelihara dan melestarikan dan mengembangkan tradisi dan budaya.
5. Melakukan dialog antar suku dan golongan.
2.6 Potensi Pariwisata Dan Kearifan Lokal Di Masa Pembangunan
Di Indonesia, Negara yang kaya akan kebudayaan dan sumber daya alam tersebar dari
sabang sampai merauke memiliki potensi yang sangat besar dan dapat di manfaatkan untuk
kesejahteraan masyarakat. Tapi sayang Masyarakat dan Pemerintah masih belum mampu
mengoptimalkan potensi tersebut di masa pembangunan ini, dari sisi kebudayaan bisa dijadikan
andalan, melalui kepariwisataan dan industri kreatif masyarakat lokal, kita bisa mampu bersaing
16

di dunia luar tanpa menghilangkan identitas dari kebudayaan itu sendiri. Sebagai contoh kota
Surakarta, nama lain dari Solo, sungguh memang memberikan buat pelajaran kita. Daerah ini
tidak punya Sumber Daya Alam (SDA) seperti minyak dan gas bumi. Namun, nampaknya
Daerah minus SDA ini lebih baik daripada minus SDM (sumber daya manusia-nya).
Surakarta atau lebih dikenal dengan panggilan Solo (Sala) bukan hanya salah satu kota
Besar di Jawa Tengah, tapi juga salah satu kota yang besar karena kekayaan budaya dan adat
istiadatnya. sebuah kota yang bisa hidup dengan mengandalkan industri kreatifnya. Batik, salah
satunya. Batik kini menjadi trend dunia. Dan, hebatnya dengan kebijakan yang lebih
mengedepankan pasar tradisional, yang menikmati boomin batik ini adalah rakyat banyak.
Sebagai contoh Kota Solo, peran pemerintah daerah sangat penting dalam mengawal dinamika
pembangunan budaya ini untuk terus bergerak dalam rel kerakyatan. Yang berpihak. Yang
mensejahterakan dan mengangkat marwah daerah dan penduduknya. gerakan horizontal dari
masyarakat budaya dengan mengikhtiarkan budaya lokal masuk harus diiringi dengan
perlindungan secara vertikal dari pemerintah. Butuh banyak akselerasi yang harus dilakukan.
Butuh banyak intervensi untuk menstimulasi budaya lokal lebih sakti melawan mandraguna
modern dan asing.

BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1 Simpulan
Harus di sadari bahwa kebudayaan kearifan lokal mempunyai aspek penting dalam
kehidupan sehari-hari. Kita tidak bisa melepas aspek kebudayaan sekitar begitu saja karena
kebudayaan adalah hasil dari pemikiran manusia dan terbentuk melalui proses-proses dalam
waktu yang cukup lama. Begitu pula dengan pembangunan tidak bisa dilakukan dengan
seenaknya. Perlu mempelajari aspek sosial budaya itu sendiri karena di dalamnya ada nilai-nilai
kehidupan manusia sehingga menjadi pembangunan jangka panjang tak ada lagi yang di rugikan,
17

tak ada lagi kerusakan alam dan pembangunan benar-benar terasa manfaatnya untuk khalayak
banyak. Negara Indonesia sebagai Negara berkembang mempunyai beraneka ragam budaya yang
dapat dijadikan modal untuk pembangunan Negara ini menjadi lebih baik lagi, meskipun belum
sepenuhnya difasilitasi oleh kebijakan pemerintahnya namun dengan budaya yang ada di
Indonesia ini dapat dijadikan potensi dalam mencapai pembangunan seperti memanfaatkan
tempat pariwisata yang banyak ditemukan hampir diseluruh daerah di Indonesia ini

dapat

memberikan lapangan pekerjaan dan potensi usaha bagi masyarakat yang ada disekitarnya.
Serta Budaya yang bersifat dinamis harus terus dikembangkan untuk meningkatkan
kapasitas sosial sesuai dengan pertumbuhan ekonomi dan dengan memperhatikan kearifan lokal
(local wisdom). Peningkatakn kapasitas sosial dapat meningkatkan pemahaman masyarakat
dalam pemanfaatan teknologi secara tepat, dan mengembakan kreatifitas yang mendorong
masyarakat inovatif sehingga pada akhirnya dapat mentadi faktor pendongkrak (laverage)
pertumbuhan ekonomi.
3.2 Saran
Indonesia memang sebagai bangsa yang besar, tapi selama ini seperti sedang hibernasi.
Kita sebagai pemuda generasi penerus bangsa kita harus bersatu padu untuk bisa membangunkan
bangsa ini dari tidur panjang melalui pembangunan berbasis kebudayaan diharapkan bangsa ini
mempunyai karakter yang kuat dan mampu ikut ambil peranan penting di era globalisasi ini.

DAFTAR PUSTAKA

http://2frameit.blogspot.com/2011/10/latar-belakang-pembangunan-ekonomi.html
http://www.satudunia.net/content/transformasi-sosial-budaya-jadi-prasyarat-keberhasilanpembangunan
http://bangka.tribunnews.com/2014/02/07/revitalisasi-budaya-menuju-pembangunanberkelanjutan
http://bloggerbekasi.com/2013/05/18/asean-blogger-belajar-pembangunan-berbasisbudaya.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya

18

Anda mungkin juga menyukai