ETIKA BISNIS
DISUSUN OLEH :
PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala Tuhan Yang Maha Esa yang selalu
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ETIKA
BISNIS ini.
Makalah ini dibuat dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah kepemimpinan di
Kelas Manajemen A sesuai dengan tuntutan RPS (Rencana Pembelajaran Semester) dan
kurikulum KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) Universitas Negeri Medan.
Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Dr. Dina Sarah Syahreza, SE., M.Si. sebagai dosen
pengampu mata kuliah etika bisnis Kelas Manajemen A di Universitas Negeri Medan tahun
ajaran 2020-2021 yang telah membantu secara moral maupun materi. Juga teman-teman
seperjuangan yang terus mendukung kami agar makalah ini terselesaikan tepat waktu.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga kedepannya kami akan
semakin baik. Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan wawasan yang berguna
untuk pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Tujuan .................................................................................................................................4
A. Budaya Masyarakat............................................................................................................5
B. Budaya Oeganisasi.............................................................................................................13
C. Etika Pekerja.....................................................................................................................19
A. Kesimpulan...................................................................................................................... 23
A. Latar Belakang
Universitas adalah sumur ilmu pengetahuan yang bisa menjadi tempat untuk menjadikan
mahasiswa atau bahkan orang luar untuk meningkatkan kualitas intelektualnya. Di
universitas seseorang bisa menimba ilmu secara formal dan dinaungi oleh negara dalam hal
ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Oleh karena itu, sejalan dengan hal di atas,
universitas di bawah Kemendikbud menjalankan program berupa kurikulum yang berisi
banyak ketentuan, termasuk tugas. Membuat makalah dinilai dapat meningkatkan
kemampuan intelektual sehingga menjadi salah satu tugas dan kewajiban bagi mahasiswa
yang sedang menimba ilmu.
Kebutuhan dalam memahami materi “Budaya Masyarakat,Budaya Organisasi, dan Etika
Pekerja” pada mata kuliah Etika Bisnis bagi kami dan mahasiswa lain yang juga mempelajari
mata kuliah ini. Sekaligus untuk menambah wawasan baru bagi pembaca lain yang tidak
memiliki kepentingan khusus di dunia perkuliahan. Hal ini membuat kami tertarik untuk
membahas topik ini dengan harapan dapat membantu pemahaman para pembaca terutama
diri kami sendiri.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana pengertian dari Budaya Masyarakat
Bagaimana ruang lingkup dari Budaya Organisasi
Bagaimana konsep dari Etika Pekerja
C. Tujuan
Untuk mengetahui ruang lingkup dari budaya masyarakat
Untuk mengetahui ruang lingkup dari budaya organisasi
Untuk mengetahui konsep dari etika pekerja
BAB II
PEMBAHASAN
A. BUDAYA MASYARAKAT
Masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Tak ada
masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan dan sebaliknya tak ada kebudayaan tanpa
masyarakat sebagai wadah dan penduduknya.
Kata “kebudayaan” bersal dari (bahasa sansekerta) buddhayah yang merupakan bentuk
jamak dari kata “buddhi”yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai hal-hal
yang bersangkutan dengan akal atau budi.
Adapun istilah culture yang merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya dengan
kebudayaan, berasal dari kata latin colere. Artinya mengolah atau mengerjakan, yaitu
mengolah tanah atau bertani. Dari asal arti tersebut yaitu colere kemudian culture, diartikan
sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
Pengertian kebudayaan menurut beberapa ahli :
-Menurut Bronislaw Malinowski (Antropolog), kebudayaan adalah segala sesuatu yang
terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu
sendiri. Istilah pendapat ini disebut Cultural-Determinism.
-Menurut Herskovits, kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari suatu generasi ke
generasi yang lain yang kemudian disebut superorganic
-Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,
ilmu sosial keseluruhan struktur-struktur sosial, religious, dan lain-laintambahan lagi segala
pernyataan intelektual dan artistic yang menjadi ciri khas masyarakat
-Menurut Edward B. Tylor, menurut merupakan keseluruhan yang kompleks, yang
didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Seseorang sosiolog lebih menaruh perhatianya pada perilaku sosial. Selo Soemardjan dan
Soelaeman Soemardi merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta
masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau
kebendaan jasmaniah yang diperlukan oleh manusia untuk menguasi alam sekitarnya, agar
kekuatan serta hasilnya dapat diabadikan untuk keperluan masyarakat.
Rasa yang meliputi jiwa manusia, mewujudkan segala kaidah-kaidah dan nilai-nilai sosial
yang perlu untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakaan dalam arti luas. Cipta
merupakan kemampuan mental, kemampuan berpikir orang-orang yang hidup bermasyarakat
dan yang antara lain menghasilkan filsafat serta ilmu pengetahuan. Semua karya, rasa, dan
cipta dikuasai oleh karsa orang-orang yang menetukan kegunaanya agar sesuai dengan
kepentingan sebagian besar atau dengan seluruh masyarakat.
UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN
Kebudayaan setiap bangsa masyarakat terdiri dari unsur-unsur besar maupun unsur-unsur
kecil yang merupakan bagian dari suatu kebulatan yang bersifat kesatuan. Beberapa orang
sarjana, telah mencoba merumuskan unsur-unsur pokok kebudayaan tadi, misalnya, Melville
J. Herskovits mengajukan 4 unsur pokok kebudayaan, yaitu :
1.Alat-alat teknologi
2. Sistem ekonomi
3. Keluarga
4. Kekuasaan politik
Bronislaw Malinowski yang terkenal sebagi salah seorang pelopor teori fungsional dan
antropologi, menyebutkan unsur-unsur pokok kebudayan sebagai berikut,
1. Sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat di
dalam upaya menguasai alam sekelilingnya
2. Organisasi ekonomi
3. Alat-alat dan lembaga atau petugas pendidikan; perlu diingat bahwa keluarga
merupakan lembaga pendidikan yang utama
4. Organisasi kekuatan.
KESIMPULAN :
Masyarakat dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan, karena masyarakat merupakan wadah
dari kebudayaan itu sendiri. Sehingga manusia melahirkan kebudayaan yang dianggap
sebagai nilai- nilai yang hidup bagi masyarakat. Dengan adanya suatu kebudayaan
disebabkan oleh keberadaan manusia itu sendiri, akan tetapi kebudayaan hanya aakan tumbuh
berkembang pada masyarakat yang berjumlah banyak atau manusia yang hidup secara
berkelompok dan beragam suku bangsa. Adanya nilai- nilai sosial dan budaya yang
berkembang dalam masyarakat merupakan suatu hal yang menegaskan bahwa masyarakat
dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan. Begitu juga dengan nilai- nilai sosial dan budaya
yang terbentuk atas penggabungan unsur- unsur budaya yang ada dalam masyarakat. Individu
adalah kesatuan utuh antara jasmani dan rohani. Setiap individu mempunyai cirri khas dan
kebutuhan yang tersendiri. Dalam memenuhi kebutuhan tersebut, setiap individu
membutuhkan individu lain. Karena itulah individu selalu hidup berkelompok membentuk
masyarakat. Masyarakat adalah sejumlah orang yang hidup dalam suatu daerah saling
berhubungan dan terikat satu sama lain sehingga memiliki rasa soidaritas dan menghasikan
kebudayaan. Setiap individu dalam masyarakat mempunyai peran dan kedudukan yang
berbeda. Setiap individu diharapkan dapat berperan sesuai dengan kedudukannya sehingga
tercipta ketertiban, kanyamanan, kestabilan hidup bermasyarakat, yang akhirnya tujuan
bersama dapat tercapai.
B. BUDAYA ORGANISASI
1. Asal muasal budaya organisasi
Ingvar Kamprad, pendiri IKEA. Sumber dari budaya organisasi yang tumbuh di IKEA adalah
pendirinya yaitu Ingvar Kamprad.
Kebiasaan, tradisi, dan cara umum dalam melakukan segala sesuatu yang ada di sebuah
organisasi saat ini merupakan hasil atau akibat dari yang telah dilakukan sebelumnya dan
seberapa besar kesuksesan yang telah diraihnya di masa lalu. Hal ini mengarah pada sumber
tertinggi budaya sebuah organisasi: para pendirinya. Secara tradisional, pendiri organisasi
memiliki pengaruh besar terhadap budaya awal organisasi tersebut. Pendiri organisasi tidak
memiliki kendala karena kebiasaan atau ideologi sebelumnya. Ukuran kecil yang biasanya
mencirikan organisasi baru lebih jauh memudahkan pendiri memaksakan visi mereka pada
seluruh anggota organisasi. Proses penyiptaan budaya terjadi dalam tiga cara. Pertama,
pendiri hanya merekrut dan mempertahankan karyawan yang sepikiran dan seperasaan
dengan mereka. Kedua, pendiri melakukan indoktrinasi dan menyosialisasikan cara pikir dan
berperilakunya kepada karyawan. Terakhir, perilaku pendiri sendiri bertindak sebagai model
peran yang mendorong karyawan untuk mengidentifikasi diri dan, dengan demikian,
menginternalisasi keyakinan, nilai, dan asumsi pendiri tersebut. Apabila organisasi mencapai
kesuksesan, visi pendiri lalu dipandang sebagai faktor penentu utama keberhasilan itu. Di
titik ini, seluruh kepribadian para pendiri jadi melekat dalam budaya organisasi.
Menurut kamus Bahasa Indonesia, kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta
Bodhya yang berarti akal budi, sinonimnya adalah kultur yang berasal dari bahasa Inggris
Culture atau Cultuur dalam Bahasa Belanda. Kata Culture sendiri berasal dari bahasa Latin
Colere (dengan akar kata “Calo” yang berarti mengerjakan tanah, mengolah tanah atau
memelihara ladang dan memelihara hewan ternak.
Budaya adalah suatu hasil dari budi dan atau daya, cipta, karya, karsa, pikiran dan adat
istiadat manusia yang secara sadar maupun tidak, dapat diterima sebagai suatu perilaku yang
beradab. Dikatakan membudaya bila kontinu, konvergen
Tubuh atau alat tubuh, aturan, susunan, perkumpulan dari kelompok tertentu dengan dasar
ideologi yang sama.
Organisasi adalah kesatuan (Entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar dengan
sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasikan, yang bekerja atas dasar yang relatif terus-
menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.
Lebih lanjut Robbins yang diterjemahkan oleh Jusuf Udaya (1994: 479) mengemukakan
bahwa: “Budaya organisasi sebagai nilai-nilai dominan yang disebarluaskan dalam organisasi
yang dijadikan filosofi kerja karyawan yang menjadi panduan bagi kebijakan organisasi
dalam mengelola karyawan dan konsumen”.
Para teoritikus juga menjelaskan bahwa budaya bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh
organisasi; budaya adalah sesuatu yang merupakan organisasi itu sendiri. Bagi teoritikus,
memahami organisasi lebih penting daripada menggeneralisasi sekelompok perilaku atau
nilai nilai dari banyak organisasi dan pemikiran ini lah yang mendasai lahirnya teori ini.
Secara umum Budaya organisasi adalah sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para
anggota yang membedakan suatu organisasi dari organisasi-organisasi lainnya. Sistem makna
bersama ini adalah sekumpulan karakteristik kunci yang dijunjung tinggi oleh organisasi.
Menurut Smircich (1983), ada empat fungsi penting budaya organisasi, yaitu:
Kemudian, ada tiga asumsi yang mengarahkan teori budaya organisasi menurut Pacanowsky
dan O’Donnel, yaitu :
c. Budaya bervariasi dalam organisasi – organisasi yang berbeda, dan interpretasi tindakan
dalam budaya ini juga beragam.
Geertz ( 1973 ) beragumen bahwa untuk memahami budaya, seseorang harus melihat dari
sudut pandang anggota budaya tersebut. Untuk melakukan hal ini Geertz percaya bahwa para
peneliti harus menjadi etnograf. Para etnograf sering kali menyertakan kajian mereka yang
merupakan penelitian naturalistik dimana mereka yakin bahwa cara yang mereka gunukan
dalam mempelajari budaya lebih natural dibandingkan dengan cara yang digunakan oleh para
peneliti kuantitatif.
Dengan mengingat hal ini, Geertz menyatakan bahwa etnografi bukan ilmu eksperimental
melainkan sebuah metode yang menguak makna. Menemukan makna merupakan hal yang
paling penting etnografi. Dalam tulisannya, Geertz ( 1973 ) menhimpulkan bahwa etnografi
sejenis deskripsi tebal ( Thick Description ) atau penjelasan mengenai lapisa – lapisan rumit
dari makna yang mendasari sumber budaya. Karena itu para etnograf berusaha memahami
deskripsi tebal dari budaya untuk “menyelediki makna yang tidak tampak dari sesuatu”.
Geertz percaya tidak ada analisis budaya yang lengkap karena semakin dalam seseorang
berusaha masuk, semakin kompleks budaya tersebut. Oleh karena itu sangat tidak mungkin
untuk sepenuhnya pasti mengenai sebuah budaya dan norma atau nilainya.
Teori budaya organisasi berakar pada etnografi, dan budaya organisasi hanya dapat dilihat
dengan mengadopsi prinsip – prinsip etnografi. Ada komponen yang penting dalam Teori
Budaya Organisasi, yaitu Performa Komunikatif
Pacanowsky dan O’Donnel Trujilo (1982) menyatakan bahwa anggota organisasi melakukan
performa komunikasi tertentu yang berakibat pada munculnya budaya organisasi yang unik.
Performa adalah metafora yang menggambarkarkan proses simbolik dari pemahaman akan
perilaku manusia dalam sebuah organisasi.
1. Performa ritual
Semua performa komunikasi yang terjadi secara teratur dan berulang disebut performa ritual.
Ritual terdiri atas empat jenis, yaitu personal,tugas, sosial dan organisasi. Ritual Personal
mencakup semua hal yang anda lakukan secara rutin ditempat kerja. Misalnya, banyak
anggota organisasi secara teratur mengecek pesan sura atau e-mail mereka ketika mereka
bekerja setiap hari. Ritual Tugas adalah perilaku rutin yang dikaitkan dengan pekerjaan
seseorang. Ritual tugas membantu menyelesaikan pekerjaan. Misalnya, ritual tugas seorang
karyawan di Departemen Kendaraan Bermotor termasuk mengeluarkan ujian mata dan
tertulis, mengambil foto dari calon pengemudi, dan melaksanakan ujian mengemudi,
memverifikasi asuransi mobil, dan menerima pembayaran. Ritual Sosial adalah rutinitas
verbal dan nonverbal yang biasanya mempertimbangkan interaksi dengan orang lain.
Misalnya, beberapa anggota organisasi berkumpul bersama untuk menghabiskan waktu
bersama pada hari jumat untuk merayakan akhir pekan. Ritual sosial juga dapat mencakup
perilaku nonverbal didalam organisasi. Ritual Organisasi adalah kegiatan perusahaan yang
sering dilakukan seperti rapat divisi, rapat fakultas dan bahkan piknik perusahaan.
2. Performa Hasrat
Performa hasrat merupakan kisah – kisah mengenai organisasi yang sering kali diceritakan
secara antusias oleh para anggota organisasi dengan orang lain.
3. Performa sosial
Perfoma sosial merupakan perpanjangan sikap santun dan kesopanan untuk mendorong kerja
sama diantara anggota organisasi. Pepatah mengatakan “hal kecil memulai hal yang besar”
bererhubungan langsung dengan performa ini. baik dengan senyuman maupun sapaan
“selamat pagi”, menciptakan suatu rasa kekeluargaan seringkali merupakan bagian dari
budaya organisasi.
4. Performa politik
Budaya ini menjalakan kekuasaan atau kontrol. Walaupun demikian banyak organisasi
bersifat hararki: harus ada seseorang dengan kekuasaan untuk mencapai sesuatu dan memiliki
kontrol yang cukup untuk mempertahankan dasar – dasar yang ada. Ketika anggota
organisasi terlibat dalam performa politis, mereka mengkomunikasikan keinginan untuk
mempengaruhi orang lain.
5. Performa enkulturasi
Performa ini merujuk pada bagaimana anggota mendapatkan pengetahuan dan keahlian untuk
dapat menjadi anggota organisasi yang mampu mengkontribusi. Performa ini berupa sesuatu
yang berani maupun yang hati – hati, dan performa ini mendemonstrasikan kompetensi
seorang anggota dalam sebuah organisasi.
· Pendekatan Modern menemukan bahwa setelah beban kerja terdistribusi dengan baik dan
suasana kerja juga nyaman, organisasi juga perlu disesuaikan dengan kondisi luar
(lingkungannya) agar bisa hidup dan berkembang dengan baik.
Robbins (1994) berpendapat bahwa Budaya Organisasi yang kuat akan meningkatkan
perilaku yang konsisten dari anggota suatu organisasi. Oleh karena itu, budaya organisasi
dapat dijadikan sebagai sarana yang kuat untuk mengontrol dan dapat bertindak sebagai
sebuah substitusi bagi formalisasi. Budaya Organisasi ini sangat berpengaruh, karena
semakin kuat budaya suatu organisasi maka semakin lemah atau rendah formalisasi yang
berlaku di organisasi tersebut. Maka dapat kita tarik suatu kesimpulan bahwa budaya
organisasi berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja organisasi, kemudian kinerja
organisasi juga berpengaruh signifikan dan positif terhadap kepuasan kerja anggota
organisasi. Disini terjadi hubungan timbal balik antara budaya organisasi dan kinerja
organisasi karena budaya organisasi juga berpengaruh signifikan dan positif terhadap
kepuasan kerja anggota organisasi tersebut.
KESIMPULAN
Budaya organisasi adalah sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota yang
membedakan suatu organisasi dari organisasi-organisasi lainnya. Sistem makna bersama ini
adalah sekumpulan karakteristik kunci yang dijunjung tinggi oleh organisasi. Teori Budaya
Organisasi ini, dicetuskan oleh Pacanowsky dan O'Donnell Trujillo. Maka dari pembahasan
ini dapat kita disimpulkan bahwa teori budaya organisasi ini merupakan teori yang memiliki
pengaruh penting dalam teori dan penelitian di bidang komunikasi organisasi. Dengan kata
lain, budaya organisasi adalah esensi dari kehidupan organisasi. Orang-orang memegang
peranan penting dalam organisasi dan karena itu, sangat penting untuk mempelajari perilaku
dalam organisasi. Pacanowsky dan O’donnel Trujillo menyatakan bahwa anggota-anggota
dari organisasi terlibat didalam banyak perilaku komunikasi yang memberikan kontribusi
bagi budaya organisasi tersebut, budaya organisasi ini dapat diuraikan dalam berbagai cara
salah satunya melalui metode yang digunakan Clifford Geertz yaitu pemahaman etnografi.
Oleh karena itu, budaya organisasi disimpulkan pula sebagai “ruh” organisasi karena
bersemayam filosofi, misi dan visi organisasi yang akan menjadi kekuatan penting untuk
berkompetisi didalam organisasi itu sendiri.
C. ETIKA PEKERJA
Etika kerja merupakan rumusan penerapan nilai-nilai etika yang berlaku di lingkungannya,
dengan tujuan untuk mengatur tata krama aktivitas para karyawan agar mencapai tingkat
efisiensi dan produktivitas yang maksimal. Terdapat 3 faktor yang memungkinkan
terciptanya iklim etika
di dalam perusahaan, yaitu:
1. Terciptanya budaya perusahaan yang sangat baik
2. Terbangunnya suatu kondisi organisasi berdasarkan saling percaya
3. Terbentuknya manajemen hubungan antar pegawai
Hal-hal yang bisa mendorong agar karyawan berlaku etis dalam pekerjaannya, yaitu:
o Komunikasi yang baik
o Ketentuan/standar
o Keteladanan
Dari hasil penelitian Lee dan Yoshihara (1997) bahwa terdapat 3 alasan yang mendorong
mereka melakukan tindakan tidak etis dalam dunia bisnis, walaupun bertentangan dengan
nilai
pribadinya, yaitu:
Menurut Dave Urick (1996) menyebutkan bahwa terdapat 4 aspek untuk meraih keunggulan
yang harus dilakukan oleh SDM, yaitu:
1.Strategic partner (bagaimana manajemen mengelola SDM sehingga dapat menjadi mitra)
2. Administratif expert (bagaimana manajemen menciptakan efisiensi administrasi)
3. Employee (bagaimana manajemen dapat meningkatkan kontribusi karyawan)
4. Agent of change (bagaimana manajemen mendorong karyawannya untuk berubah ke arah
yang lebih baik)
Ada beberapa cara yang dapat ditempuh manajemen dalam meningkatkan moral tenaga kerja,
yaitu:
1. Memberikan porsi kerja yang wajar kepada tenaga kerja dan tidak memaksa kemampuan
karyawan
2. Menciptakan kondisi kerja yang aman dan menyenangkan
3. Memperhatikan masa depan pekerja
4. Mengomunikasikan segala informasi secara jujur
B Hak-hak Pekerja
Di era yang semakin global ini, perusahaan semakin menyadari bahwa penghargaan atas
jaminan hak karyawan merupakan faktor yang menentukan keberlangsungan dan
keberhasilan bisnis suatu perusahaan.
Hak hak pekerja itu dapat berupa:
A. Hak atas upah yang adil dan layak, adil di sini bukan berarti pekerja mendapat upah yang
merata semuanya, namun juga didasarkan pada tingkat pengalaman kerja, lamanya bekerja,
tingkat pendidikan, serta perusahaan harus mematuhi UMR yang telah diterapkan
pemerintah.
• Bekerja dengan ikhlas. Setiap pekerja harus menyadari bahwa pekerjaan yang
dilaksanakannya adalah kemauan sendiri bukan karena paksaan.
• Bekerja dengan tekun dan bertanggung jawab. Dengan ketekunan, serumit apapun
pekerjaan
akan selesai dengan baik. Bertanggung jawab lah atas hasil kerja, tindakan dan keputusan
yang dibuat.
• Bekerja dengan semangat dan disiplin. Bersemangat, berarti memiliki dorongan yang tinggi
untuk senantiasa meningkatkan prestasi dan bersedia menerima nasihat atau teguran.
• Bekerja dengan kejujuran dan dapat dipercaya. Memenuhi janji dan secara tetap memenuhi
patokan kejujuran dan ketulusan atas segala tindakan dan penyataan kita.
• Berkemampuan dan bijaksana. Meningkatkan keterampilan untuk diri sendiri mapupun
orang lain. Bijaksana dalam arti terbuka dan responsif kepada perubahan, membuat
pertimbangan yang teliti sebelum memutuskan suatu tindakan.
.Bekerja dengan berpasangan. Sifat kerjasama juga mengeratkan hubungan antara anggota
organisasi dan mewujudkan sinergi yang amat penting terhadap peningkatan kualitas dan
produktivitas.
• Bekerja dengan memperhatikan kepentingan umum, maksudnya kita mendukung peraturan
hukum dan memenuhi tanggung jawab kita kepada masyarakat, kita tidak boleh merugikan
kepentingan umum.
Masalah-masalah yang timbul yang berhubungan dengan etika dalam bekerja, yaitu:
1. Diskriminasi, terjadi bila pekerja merasa diperlakukan tidak sama. Diskriminasi dapat
terjadi
pada saat rekrutmen, seleksi, kenaikan pangkat, kondisi pekerjaan, pemutusan hubungan.
2. Konflik kepentingan, dapat timbul bila pekerja mempunyai secara langsung maupun tidak
langsung kepentingan pribadi di dalam pengambilan suatu keputusan, dimana keputusan
tersebut diambil secara subjektif.
3. Penggunaan sumber-sumber perusahaan, beberapa aktivitas mungkin akan memberikan
keuntungan karyawan secara perorangan, yang tidak diketahui atau disetujui oleh atasan
anda.
D. Whistle Blowing
Whistle blowing adalah tindakan atau perbuatan yang dilakukan seseorang atau beberapa
orang bekerja untuk memberitahukan kecurangan yang dilakukan oleh perusahaan ataupun
atasan secara pribadi kepada pihak lain, baik khalayak umum maupun instansi atau atasan
yang berkaitan langsung dengan yang melakukan kecurangan tersebut. Tujuan Whistle
blowing adalah untuk memperbaiki atau mencegah suatu kegiatan yang merugikan.
Velasques (2005) menjelaskan bahwa seseorang memiliki kewajiban melakukan whistle
blowing apabila:
A. Orang tersebut memiliki kewajiban untuk mencegah terjadinya pelanggaran, baik itu
merupakan bagian tanggung jawab ataupun tidak ada orang lain yang mampu mencegahnya.
B.Pelanggaran tersebut bisa mengakibatkan kerugian serius terhadap kesejahteraan
masyarakat, mengakibatkan ketidak adilan pada seseorang atau suatu kelompok, atau
melakukan pelanggaran serius terhadap hak-hak moral seseorang atau banyak orang.
Ada dua macam whistle blowing, yaitu:
1. Whistle blowing internal. Ini terjadi dalam lingkungan internal perusahaan, dimana yang
melakukan kecurangan adalah individu di dalam perusahaan, kemudian dilaporkan ke
perusahaan yang bersangkutan, karena tindakannya dapat merugikan perusahaan.
2. Whistle blowing eksternal. Ini terjadi jika yang melakukan kecurangannya adalah
perusahaannya, dimana akibat yang ditimbulkannya berdampak negatif bagi masyarakat,
sehingga pekerja mengungkapkan kecurangan tersebut kepada khalayak umum.
Kesimpulan
Kerja merupakan kekhasan manusia, dimana melalui kerja manusia dapat mengekspresikan
dirinya agar lebih dikenal orang lain. Dunia kerja atau profesi merupakan sarana bagi
perwujudan dan sekaligus pelatihan diri untuk menjadi lebih baik.
Dalam pelaksanaannya profesi merupakan suatu pekerjaan tertentu yang dilakukan sebagai
kegiatan pokok, dengan mengandalkan keterampilan khusus, dilaksanakan sebagai sumber
utama nafkah hidup dan dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang mendalam. Karena
itulah seorang profesional pada suatu bidang kerja tertentu adalah orang yang benar-benar
terampil dengan bidang kerjanya, lebih terampil dibandingkan dengan masyarakat umum.
Untuk menyeimbangkan serta sebagai penunjuk arah bagi para profesional itu diperlukan
adanya suatu kode etik profesi yang dibuat dalam suatu kelompok profesi dan diharapkan
akan dipegang teguh oleh setiap profesional yang tergabung di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/document/375224510/Etika-Dan-Pekerja
https://www.scribd.com/document/389754880/makalah-etika-kerja
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012.
Goode, William Josiah. Principles of Sociologi. United Stateso f Amerika: McGraw-Hill,
1977.
Dresseler, David. Sociology : The Study of Human Interaction. New York: Alfred A
Knop,1969