Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ETIKA BISNIS

DOSEN PENGAMPU : DINA SARAH SYAHREZA, SE.,M.SI

DISUSUN OLEH :

ENDA PERNANDA TUMANGGER (7193510057)

PRODI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala Tuhan Yang Maha Esa yang selalu
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ETIKA
BISNIS ini.
Makalah ini dibuat dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah kepemimpinan di
Kelas Manajemen A sesuai dengan tuntutan RPS (Rencana Pembelajaran Semester) dan
kurikulum KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) Universitas Negeri Medan.
Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Dr. Dina Sarah Syahreza, SE., M.Si. sebagai dosen
pengampu mata kuliah etika bisnis Kelas Manajemen A di Universitas Negeri Medan tahun
ajaran 2020-2021 yang telah membantu secara moral maupun materi. Juga teman-teman
seperjuangan yang terus mendukung kami agar makalah ini terselesaikan tepat waktu.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga kedepannya kami akan
semakin baik. Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan wawasan yang berguna
untuk pembaca.

Medan 8 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................2

DAFTAR ISI ..............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................4

Latar Belakang .....................................................................................................................4

Rumusan Masalah ...............................................................................................................4

Tujuan .................................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................5

A. Budaya Masyarakat............................................................................................................5

B. Budaya Oeganisasi.............................................................................................................13

C. Etika Pekerja.....................................................................................................................19

BAB III PENUTUP ...................................................................................................................23

A. Kesimpulan...................................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................24


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Universitas adalah sumur ilmu pengetahuan yang bisa menjadi tempat untuk menjadikan
mahasiswa atau bahkan orang luar untuk meningkatkan kualitas intelektualnya. Di
universitas seseorang bisa menimba ilmu secara formal dan dinaungi oleh negara dalam hal
ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Oleh karena itu, sejalan dengan hal di atas,
universitas di bawah Kemendikbud menjalankan program berupa kurikulum yang berisi
banyak ketentuan, termasuk tugas. Membuat makalah dinilai dapat meningkatkan
kemampuan intelektual sehingga menjadi salah satu tugas dan kewajiban bagi mahasiswa
yang sedang menimba ilmu.
Kebutuhan dalam memahami materi “Budaya Masyarakat,Budaya Organisasi, dan Etika
Pekerja” pada mata kuliah Etika Bisnis bagi kami dan mahasiswa lain yang juga mempelajari
mata kuliah ini. Sekaligus untuk menambah wawasan baru bagi pembaca lain yang tidak
memiliki kepentingan khusus di dunia perkuliahan. Hal ini membuat kami tertarik untuk
membahas topik ini dengan harapan dapat membantu pemahaman para pembaca terutama
diri kami sendiri.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana pengertian dari Budaya Masyarakat
Bagaimana ruang lingkup dari Budaya Organisasi
Bagaimana konsep dari Etika Pekerja

C. Tujuan
Untuk mengetahui ruang lingkup dari budaya masyarakat
Untuk mengetahui ruang lingkup dari budaya organisasi
Untuk mengetahui konsep dari etika pekerja
BAB II
PEMBAHASAN
A. BUDAYA MASYARAKAT

Masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Tak ada
masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan dan sebaliknya tak ada kebudayaan tanpa
masyarakat sebagai wadah dan penduduknya.
    Kata “kebudayaan” bersal dari (bahasa sansekerta) buddhayah yang merupakan bentuk
jamak dari kata “buddhi”yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai hal-hal
yang bersangkutan dengan akal atau budi.
Adapun istilah culture yang merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya dengan
kebudayaan, berasal dari kata latin colere. Artinya mengolah atau mengerjakan, yaitu
mengolah tanah atau bertani. Dari asal arti tersebut yaitu colere kemudian culture, diartikan
sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
Pengertian kebudayaan menurut beberapa ahli :
-Menurut Bronislaw Malinowski (Antropolog), kebudayaan adalah segala sesuatu yang
terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu
sendiri. Istilah pendapat ini disebut Cultural-Determinism.
-Menurut Herskovits, kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari suatu generasi ke
generasi yang lain yang kemudian disebut superorganic
-Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,
ilmu sosial keseluruhan struktur-struktur sosial, religious, dan lain-laintambahan lagi segala
pernyataan intelektual dan artistic yang menjadi ciri khas masyarakat
-Menurut Edward B. Tylor, menurut merupakan keseluruhan yang kompleks, yang
didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Seseorang sosiolog lebih menaruh perhatianya pada perilaku sosial. Selo Soemardjan dan
Soelaeman Soemardi merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta
masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau
kebendaan jasmaniah yang diperlukan oleh manusia untuk menguasi alam sekitarnya, agar
kekuatan serta hasilnya dapat diabadikan untuk keperluan masyarakat.
Rasa yang meliputi jiwa manusia, mewujudkan segala kaidah-kaidah dan nilai-nilai sosial
yang perlu untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakaan dalam arti luas. Cipta
merupakan kemampuan mental, kemampuan berpikir orang-orang yang hidup bermasyarakat
dan yang antara lain menghasilkan filsafat serta ilmu pengetahuan. Semua karya, rasa, dan
cipta dikuasai oleh karsa orang-orang yang menetukan kegunaanya agar sesuai dengan
kepentingan sebagian besar atau dengan seluruh masyarakat.
 
 UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN
Kebudayaan setiap bangsa masyarakat terdiri dari unsur-unsur besar maupun unsur-unsur
kecil yang merupakan bagian dari suatu kebulatan yang bersifat kesatuan. Beberapa orang
sarjana, telah mencoba merumuskan unsur-unsur pokok kebudayaan tadi, misalnya, Melville
J. Herskovits mengajukan 4 unsur pokok kebudayaan, yaitu :
1.Alat-alat teknologi
2. Sistem ekonomi
3. Keluarga
4. Kekuasaan politik
 Bronislaw Malinowski yang terkenal sebagi salah seorang pelopor teori fungsional dan
antropologi, menyebutkan unsur-unsur pokok kebudayan sebagai berikut,
1. Sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat di
dalam upaya menguasai alam sekelilingnya
2. Organisasi ekonomi
3. Alat-alat dan lembaga atau petugas pendidikan; perlu diingat bahwa keluarga
merupakan lembaga pendidikan yang utama
4. Organisasi kekuatan.

Antropolog C. Kluckhohn di salam sebuah karyanya yang berjudul Universal Categoris of


Culture menguraikan ulasan para sarjana mengenai pendapat-pendapat sarjana mengenai
kebudayaan. Inti pendapat-pendapat para sarjana itu menunjuk pada adanya tujuh unsur
kebudayaan yang dianggap sebagai Cultural Universal, yaitu :
1.Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat produksi,
transport,dsb)
2.Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi
3.Sistem kemasyarakatan
4.Bahasa
5.Kesenian
6.Sistem Pengetahuan
7.Religi (sistem kepercayaan)

 FUNGSI KEBUDAYAN BAGI MASYARAKAT


Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dam masyarakat. Bemacam
kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggota-anggotanya seperti kekuatan alam,
maupun kekuatan-kekuatan lainnya di dalam masyarakat itu sendiri yang tidak selalu baik
baginya. Manusia dan masyarakat memerlukan pula kepuasan, baik dalam bidang spiritual
maupun materiil. Kebutuhan-kebutuhan masyarakat diatas, sebagian besar dipenuhi oleh
kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri. Hasil karya masyarakat melahirkan
teknologi atau kebudayaan kebendaan yang mempunyai kegunaan utama di dalam
melindungi masyarakat tehadap lingkungan dalamnya. Teknologi pada hakikatnya meliputi
paling sedikit tujuh unsur, yaitu :
-Alat-alat produktif
-Senjata
-Wadah
-Makanan dan minuman
-Pakian dan perhiasan
-Tempat berlindung
-Alat-alat transport
 
Dalam tidakan-tindakannya untuk melindungi diri terhadap lingkungan alam, pada taraf
permulaan, manusia bersikap menyerah dan semata-mata bertindak di dalam batas-batas
untuk melindungi dirinya. Taraf tersebut masih banyak di jumpai pada masyarakat yang
masih rendah tahap kebudayaanya. Misalnya suku bangsa Kubu yang tinggal di pedalaman
daerah Jambi yang masih sangat tergantung oleh alam dan tidak memiliki teknologi yang
canggih. Keadaanya berbeda dengan masyarakat yang sudah kompleks, di mana taraf
kebudayaanya tinggi. Hasil karya manusia tersebut, yaitu teknologi, memberikan kesempatan
seluas-luasnya untuk memanfaatkan hasil-hasil alam dan apabila memungkinkan menguasai
alam.
 Kebudayaan mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak,
berbuat, menentukan sikapnya kalau mereka berhubungan dengan orang lain. Apabila
manusia hidup sendiri, maka tak aka nada manusia lain yang merasa terganggu oleh tindakan-
tindakanya. Akan tetapi setiap orang, bagaimanapun hidupnya, ia akan selalu meciptakan
kebiasaan bagi dirinya sendiri. Kebiasaan (habbit) merupakan suatu pola perilaku pribadi.
Menurut Ferdinand Tonnies, kebiasaan mempunyai tiga arti, yaitu :
1.Dalam arti yang menunjuk pada suatu kenyataan yang bersifat obyektif. Misalnya, kebiasan
untuk bangun pagi. Artinya adalah, bahwa seseorang biasa melakukan perbuatan itu dalam
tata cara hidupnya.
2.Dalam arti bahwa kebiasaan tersebut dijadikan kaidah bagi seseorang, norma mana
diciptakannya untuk dirinya sendiri.
3.Sebagai perwujudan kemauan atau keinginan seseorang untuk berbuat sesuatu.
Jadi kebiasaan tersebut merujuk pada sesuatu gejala bahwa seseorang di dalam tindakan-
tindakannya selalu ingin melakukan hal-hal yang teratur baginya.
Di dalam setiap masyarakat terdapat apa yang dinamakan pola-pola perilaku atau Patterns of
behavior. Pola-pola perilaku merupakan cara-cara masyarakat bertindak atau berkelakuan
yang sama dan  harus diikuti oleh semua anggota masyarakat tersebut. Pola-pola perilaku
berbeda dengan kebiasaan. Kebiasaan merupakan cara bertindak seseorang anggota
masyarakat yang kemudian diakui dan mungkin diikuti oleh orang lain.
Dalam mengatur hubungan antar manusia, kebudayaan dinamakan pola struktur normatif atau
menurut istilah Ralph Linton design for living . unsur-unsur normatif yang merupakan bagian
dari kebudayaan adalah sebagai berikut :
1. Unsur-unsur yang menyangkut penilaian ( valuational elements) misalnya baik apa
buruk,dsb.
2. Unsur-unsur yang berhubungan dengan apa yang seharusnya seperti bagaimana orang
harus berlaku.
3. Unsur-unsur yang menyangkut kepercayaan (cognitive elements) seperti misalnya
harus mengadakan upacara adat pada saat kelahiran.
 Kaidah-kaidah kebudayaan berarti peraturan tentang tingkah laku atau tindakan yang harus
dilakukan dalam suatu keadaan tertentu. Kaidah-kaidah kebudayaan mencakup peraturan-
peraturan yang beraneka warna yang mencakup bidang yang luas sekali. Akan tetapi
penelitian masyarakat, maka secara sosiologis dapat dibatasi pada empat hal, yaitu :
-Kaidah-kaidah yang dipergunakan secara luas dalam suatu kelompok menusia tertentu
-Kekuasaan yang memperlakukan kaidah-kaidah tersebut
-Unsur-unsur formal kaidah iturhubungan dengan ketentuan-ketentuan lainnya.
Belakunya kaidah dalam suatu kelompok manusia tergantung pada kekuatan kaidah
tersebut sebagi petunjuk tentang bagaimana seorang harus berlaku. Artinya sampai berapa
jauh kaidah-kaidah itu diterima oleh anggota kelompok, sebagai petunjuk perilaku yang
pantas.

 SIFAT HAKIKAT KEBUDAYAAN


Walaupun setiap masyarakat memiliki kebudayaan yang saling berbeda satu dengan yang
lainnya, namun setiap kebudayaan mempunyai sifat hakikat yang berlaku bagi umum bagi
semua kebudayaan di manapun juga. Sifat hakikat kebudayaan tadi adalah sebagai berikut.
1. Kebudayaan terwujud dan tersalurkan lewat perilaku manusia.
2. Kebudayaan telah ada terlebih dahulu mendahului lahirnya suatu generasi tertentu,
dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan.
3. Kebudayaan-kebudayaan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah-lakunya.
4. Kebudayaan mncakup hal-hal yang berisikan kewajiban-kewajiban, tindakan-tindakan
yang dilarang dan tindakan-tindakan yang diizinkan.
 
Sifat hakikat kebudayaan adalah ciri setiap kebudayaan, akan tetapi bila sesorang hendak
memahami sifat hakikatnya yang esensial, terlebih dahulu harus memecahkan pertentangan-
pertentangan yang ada di dalamnya, yaitu :
1. Di dalam pengalaman manusia, kebudayaan bersiat universal. Akan tetapi perwujudan
kebudayaan mempunyai ciri-ciri khusus yang sesuai dengan situasi maupun
lokasinya.  Sifat universal kebudayaan memungkinkan terwujudnya kebudayaan yang
berbeda, yang mana tergantung pada pengalaman pendukungnya, yaitu masyarakat.
Contoh : Bangsa Indonesia, Bangsa Malaysia, Bangsa Amerika. Akan tetapi masing-
masing kebudayaan mempunyai ciri-ciri khusus yang berbeda dengan lainnya, karena
masing-masing bangsa mempunyai latar belakang sendiri-sendiri.
2. Kebudayan bersifat stabil di samping juga dinamis, dan setiap kebudayaan mengalami
perubahan yang kontinu. Setiap kebudayaan pasti mengalami perubahan dalam
perkembangannya, hanya kebudayaan yang mati saja yang bersifat statis.
3. Kebudayaan mengisi serta menentukan jalannya kehidupan manusia, walaupun hal itu
jarang disadari oleh manusia itu sendiri. Gejala tersebut data diterangkan dengan
penjelasan bahwa walaupun kebudayaan merupakan atribut manusia. Namun tak
mungkin seseorang mengetahui dan meyakini seluruh kebudayaannya. Contoh :
jarang bagi seseorang asal Indonesia untuk mengetahui kebudayaan Indonesia samapi
pada unsur-unsur yang sekecil-kecilnya, padahal kebudayaan itu menentukan arah
serta perjalan hidupnya.
 
 KEPRIBADIAN DAN KEBUDAYAAN
Masyarakat dan kebudayaan sebenarnya merupakan perwujudan abstraksi perilaku manusia.
kepribadian merupakan perwujudan perlaku manusia. perilaku manusia dapat dibedakan
dengan kepribadiannya, karena kepribadian merupakan latar belakang prilaku yang ada
dalam diri seseorang individu. Kekuatan kepribadian bukanlah terletak pada jawaban atau
tangapan manusia terhadap keadaan, akan tetapi justru pada kesigapannya di dalam
memberikan jawaban dan tangapan. Sebenarnya kepribadian adalah organisasi faktor-faktor
biologis, psikologis dan sosiologis yang mendasari perilaku individu. Kepribadian mencakup
kebiasaan-kebiasaan, sikap dan lain-lain sifat khas yang dimiliki seseorang yang berkembang
apabila orang tadi berhubungan dengan orang lain.
Dasar-dasar pokok perilaku seseorang adalah faktor-faktor biologis dan psikologis. Faktor-
faktor biologis dapat mempengaruhi kepribadian secara langsung. Misalnya, seseorang yang
mempunyai badan yang lemah (secara fisik), dapat mempunyai sifat rendah diri yang tebal.
Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi kepribadian adalah unsur tempramen,
kemampuan belajar,perasaan, keterampilan, keinginan dan lain sebagainya.
Dalam setiap masyarakat, akan dijumpai suatu proses,di mana seseorang anggota masyarakat
yang baru (misalnya seorang bayi) akan mempelajari norma-norma dan kebudayaan
masyarakat di mana dia menjadi anggota. Proses tersebut dinamakan juga
proses socialization. Ia merupakan suatu proses di pandang dalam suatu masyarakat.
Sebaiknya bila hal itu ditinjau dari sudut pandang seorang individu
maka socialization merupakan suatu proses mendapatkan pembentukan sikap untuk
berprilaku yang sesuai dengan kelompoknya. Secara sosiologis, kepribadian seseorang
didapat melalui proses diatas yang dimulai sejak kehadirannya.
Tipe-tipe kebudayaan khususnya yang nyata mempengaruhi bentuk kepribadian yakni :
1. Kebudayaan-kebudayaan khusus  atas dasar faktor kedaerahan.
Disini dijumpai kepribadian yang saling berbeda antara individu yang merupakan anggota
suatu masyarakat tertentu, karena masing-masing tinggal di daerah yang tidak sama dan
dengan kebudayaan khusus yang tidak sama juga. Contoh :  di Indonesia ini, adat istiadat
melamar mempelai di Minangkabau adalah berbeda dengan adat istiadat melamar di
Lampung.
1. Cara hidup di kota dan di desa yang berbeda (urban and the rural ways of life).
Contoh : perbedaan antara seorang anak yang dibesarkan di kota dengan seorang anak
yang dibesarkan di desa. Anak kota terlihat lebih berani untuk menonjolkan diri di
antara teman-temannya dan sikapnya lebih terbuka untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan sosial dan kebudayaan tertentu. Sedangkan seorang anak yang dibesarkan
di desa lebih mempunyai sikap percaya pada diri dan lebih banyak mempunyai sikap
menilai (sense of value).
2. Kebudayaan khusus kelas sosial. Di dalam setiap masyarakat akan dijumpai lapisan
sosial karena setiap masyarakat mempunyai sikap menghargai yang tertentu tehadap
bidang-bidang kehidupan yang tertentu pula. Dengan demikian kita mengenal lapisan
sosial yang tinggi, rendah dan menengah. Himpunan orang-orang yang merasa dirinya
tergolong pada lapisan sosial tertentu, hal mana diakui masyarakat, itu dinamakan
kelas sosial. Masing-masing kelas sosial punya kebudayaan masing-masing,
menghasilkan kepribadian yang tersendiri pula pada setiap diri anggota-anggotanya.
Contohnya kehidupan di Jakarta dilihat dari cara berpakaian, etika dalam pergaulan,
cara mengisi waktu senggang, dll.
3. Kebudayaan khusus atas dasar agama. Agama juga mempunyai pengaruh besar di
dalam membentuk kepribadian seorang individu. Bahkan ada berbagai mazhab di
dalam satu agamapun melahirkan pula kepribadian yang berbeda-beda di kalangan
umatnya.
4. Kebudayaan berdasarkan profesi. Pekerjaan atau keahlian juga memberi pengaruh
besar pada kepribadian seorang. Kepribadian seorang dokter, misalnya, berbeda
dengan kepribadian seorang pengacara dan itu semua berpengaruh pada suasana
kekeluargaan dan cara-cara mereka bergaul.
 
Inti kebudayaan setiap masyarakat adalah sistem nilai yang dianut oleh masyarakat
pendukung kebudayaan bersangkutan. Sistem nilai tersebut mencakup konsepsi-konsepsi
abstrak tentang apa yang dianggap buruk dan apa yang dianggap baik. Dengan demikian,
dikenal pembedaan antara nilai-nilai yang positif dengan nilai-nilai yang negatif.
Oleh karena sistem nilai tersebut bersifat abstrak, maka perlu diketengahkan beberapa
indikator nilai-nilai tersebut.
1. Konsepsi mengenai hakikat  hidup
2. Konsepsi mengenai hakikat karya
3. Konsepsi mengenai hakikat waktu
4. Konsepsi mengenai lingkungan awal
5. Konsepsi mengenai hakikat lingkungan sosial
 
 GERAK KEBUDAYAAN
Gerak kebudayaan sebenarnya adalah gerak manusia yang hidup di dalam masyarakat yang
menjadi wadah kebudayaan. Gerak manusia terjadi oleh sebab dia mengadakan hubungan-
hubungan dengan manusia lainnya. Artinya, karena terjadinya hubungan antar kelompok
manusia dalam masyarakat.
Akulturasi terjadi bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan yang tertentu
dihadapkan pada unsur-unsur suatu kebudayaan asing yang berbeda sedemikian rupa,
sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu dengan lambat-laun diterima dan diolah ke dalam
kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
Proses akulturasi dalam sejarah kebudayaan manusia telah terjadi dalam masa-masa yang
silam. Beberapa masalah yang menyangkut akulturasi adalah :
1. Unsur-unsur kebudayaan asing manakah yang mudah untuk diterima,
2. Unsur-unsur kebudayaan asing manakah yang sulit untuk diterima,
3. Individu-individu manakah yang yang cepat menerima unsur-unsur yang baru,
4. Ketegangan-ketegangan apakah yang timbul sebagi akibat akulturasi tersebut.
 
 Pada umumnya unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah diterima adalah :
 Unsure kebudayaan kebendaan seperti alat peralatan yang terutama sangat mudah
dipakai dan dirasakan sangat bermanfaat bagi masyarakat yang menerimanya. Sebagai
contoh adalah alat-alat tulis-menulis yang banyak dipergunakan orang Indonesia yang
diambil dari unsure-unsur kebudayaan barat.
 Unsure-unsur yang terbukti membawa manfaat besar misalnya radio transistor yang
banyak membawa kegunaan terutama sebagai alat media massa
 Unsure-unsur yang dengan mudah disesuaikan dengan keadaan masyarakat yang
menerima unsure-unsur tersebut, seperti mesin penggiling padi yang dengan biaya
murta serta pengetahuan teknis yang sederhana, dapat digunakan untuk
memperlengkapi pabrik-pabrik penggilingan
 Unsur-unsur kebudayaan yang sulit diterima oleh sesuatu masyarakat adalah misalnya
:
 Unsur-unsur yang menyangkut sistem kepercayaan seperti ideologi, falsafah hidup
dan lain-lain
 Unsur-unsur yang dipelajari pada taraf pertama proses sosialisasi. Contoh yang paling
mudah adalah soal makanan pokok suatu masyarakat. Nasi sebagai makanan pokok
sebagian besar masyarakat Indonesia sukar sekali diubah dengan makanan pokok lain.
 Pada umumnya generasi muda dianggap sebagai individu. Individu yang cepat
menerima unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk melalui proses akulturasi.
Sebaliknya generasi tua, dianggap sebagai orang-orang yang kolot yang sukar
menerima unsur baru. Hal ini disebabkan karena norma-norma yang tradisional sudah
mendarah daging dan menjiwai sehingga sukar sekali mengubah norma-norma yang
sudah sedemikianmeresapnya dalam jiwa generasi tua. Sebaliknya belum menetapnya
unsur-unsur atau norma-norma tradisional dalam jiwa generasi muda, menyebabkan
bahwa mereka lebih mudah menerima unsur-unsur baru yang kemungkinan besar
dapat mengubah kehidupan mereka.
Suatu masyarakat yang terkena proses akulturasi, selalu ada kelompok individu-
individu yang suka sekali atau bahkan tak dapat menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan yang terjadi. Perubahan-perubahan dalam masyarakat dianggap
oleh golongan tersebut sebagai keadaan krisis yang membahayakan keutuhan
masyarakat. Apabila mereka menggunakan golongan yang kuat, maka mungkin
proses perubahan dapat ditahannya. Sebaliknya bila mereka berada dipihak yang
lemah, maka mereka hanya akan dapat menunjukan sikap yang tidak puas.

KESIMPULAN :

Masyarakat dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan, karena masyarakat merupakan wadah
dari kebudayaan itu sendiri. Sehingga manusia melahirkan kebudayaan yang dianggap
sebagai nilai- nilai yang hidup bagi masyarakat. Dengan adanya suatu kebudayaan
disebabkan oleh keberadaan manusia itu sendiri, akan tetapi kebudayaan hanya aakan tumbuh
berkembang pada masyarakat yang berjumlah banyak atau manusia yang hidup secara
berkelompok dan beragam suku bangsa. Adanya nilai- nilai sosial dan budaya yang
berkembang dalam masyarakat merupakan suatu hal yang menegaskan bahwa masyarakat
dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan. Begitu juga dengan nilai- nilai sosial dan budaya
yang terbentuk atas penggabungan unsur- unsur budaya yang ada dalam masyarakat. Individu
adalah kesatuan utuh antara jasmani dan  rohani. Setiap individu mempunyai cirri khas dan
kebutuhan yang tersendiri. Dalam memenuhi kebutuhan tersebut, setiap individu
membutuhkan individu lain. Karena itulah individu selalu hidup berkelompok membentuk
masyarakat. Masyarakat adalah sejumlah orang yang hidup dalam suatu daerah saling
berhubungan dan terikat satu sama lain sehingga memiliki rasa soidaritas dan menghasikan
kebudayaan. Setiap individu dalam masyarakat mempunyai peran dan kedudukan yang
berbeda. Setiap individu diharapkan dapat berperan sesuai dengan kedudukannya sehingga
tercipta ketertiban, kanyamanan, kestabilan hidup bermasyarakat, yang akhirnya tujuan
bersama dapat tercapai.
B. BUDAYA ORGANISASI
1. Asal muasal budaya organisasi

Ingvar Kamprad, pendiri IKEA. Sumber dari budaya organisasi yang tumbuh di IKEA adalah
pendirinya yaitu Ingvar Kamprad.

Kebiasaan, tradisi, dan cara umum dalam melakukan segala sesuatu yang ada di sebuah
organisasi saat ini merupakan hasil atau akibat dari yang telah dilakukan sebelumnya dan
seberapa besar kesuksesan yang telah diraihnya di masa lalu. Hal ini mengarah pada sumber
tertinggi budaya sebuah organisasi: para pendirinya. Secara tradisional, pendiri organisasi
memiliki pengaruh besar terhadap budaya awal organisasi tersebut. Pendiri organisasi tidak
memiliki kendala karena kebiasaan atau ideologi sebelumnya. Ukuran kecil yang biasanya
mencirikan organisasi baru lebih jauh memudahkan pendiri memaksakan visi mereka pada
seluruh anggota organisasi. Proses penyiptaan budaya terjadi dalam tiga cara. Pertama,
pendiri hanya merekrut dan mempertahankan karyawan yang sepikiran dan seperasaan
dengan mereka. Kedua, pendiri melakukan indoktrinasi dan menyosialisasikan cara pikir dan
berperilakunya kepada karyawan. Terakhir, perilaku pendiri sendiri bertindak sebagai model
peran yang mendorong karyawan untuk mengidentifikasi diri dan, dengan demikian,
menginternalisasi keyakinan, nilai, dan asumsi pendiri tersebut. Apabila organisasi mencapai
kesuksesan, visi pendiri lalu dipandang sebagai faktor penentu utama keberhasilan itu. Di
titik ini, seluruh kepribadian para pendiri jadi melekat dalam budaya organisasi.

2. Pengertian Budaya Organisasi


a. Arti Kata Budaya Secara Etimologis

Menurut kamus Bahasa Indonesia, kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta

Bodhya yang berarti akal budi, sinonimnya adalah kultur yang berasal dari bahasa Inggris
Culture atau Cultuur dalam Bahasa Belanda. Kata Culture sendiri berasal dari bahasa Latin
Colere (dengan akar kata “Calo” yang berarti mengerjakan tanah, mengolah tanah atau
memelihara ladang dan memelihara hewan ternak.

b. Arti Kata Budaya Secara Terminologis

Budaya adalah suatu hasil dari budi dan atau daya, cipta, karya, karsa, pikiran dan adat
istiadat manusia yang secara sadar maupun tidak, dapat diterima sebagai suatu perilaku yang
beradab. Dikatakan membudaya bila kontinu, konvergen

c. Arti Kata Organisasi Secara Etimologis

Tubuh atau alat tubuh, aturan, susunan, perkumpulan dari kelompok tertentu dengan dasar
ideologi yang sama.

d. Arti Kata Organisasi Secara Terminologis

Organisasi adalah kesatuan (Entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar dengan
sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasikan, yang bekerja atas dasar yang relatif terus-
menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.

Pengertian Budaya Organisasi

Robbins (1998: 572) menyatakan :

organizational culture refers to a system of shared meaning held by members that


distinguishes the organization from other organizations. This system of shared meaning
is, on closer analysis, a set of key characteristich that the organization value.

Lebih lanjut Robbins yang diterjemahkan oleh Jusuf Udaya (1994: 479) mengemukakan
bahwa: “Budaya organisasi sebagai nilai-nilai dominan yang disebarluaskan dalam organisasi
yang dijadikan filosofi kerja karyawan yang menjadi panduan bagi kebijakan organisasi
dalam mengelola karyawan dan konsumen”.

Para teoritikus juga menjelaskan bahwa budaya bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh
organisasi; budaya adalah sesuatu yang merupakan organisasi itu sendiri. Bagi teoritikus,
memahami organisasi lebih penting daripada menggeneralisasi sekelompok perilaku atau
nilai nilai dari banyak organisasi dan pemikiran ini lah yang mendasai lahirnya teori ini.

Pacanowsky dan O’Donnell Trujillo (1982) menerapkan prinsip-prinsip antropologi untuk


mengonstruksi teori. Mereka percaya bahwa budaya organisasi “mengindikasikan apa yang
menyusun dunia nyata yang masih ingin diselidiki”
Menurut Wood, Wallace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, Osborn (2001:391), budaya
organisasi adalah sistem yang dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh organisasi
dimana hal itu menuntun perilaku dari anggota organisasi itu sendiri

Secara umum Budaya organisasi adalah sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para
anggota yang membedakan suatu organisasi dari organisasi-organisasi lainnya. Sistem makna
bersama ini adalah sekumpulan karakteristik kunci yang dijunjung tinggi oleh organisasi.

3. Asumsi Teori Budaya Organisasi

Menurut Smircich (1983), ada empat fungsi penting budaya organisasi, yaitu:

1) memberikan suatu identitas organisasi kepada para anggota organisasi.,

2) memfasilitasi atau memudahkan komitmen kolektif,

3) meningkatkan stabilitas sistem sosial, dan

4)membentuk perilaku dengan membantu anggota organisasi memilih sense terhadap


sekitarnya.

Kemudian, ada tiga asumsi yang mengarahkan teori budaya organisasi menurut Pacanowsky
dan O’Donnel, yaitu :

a. Anggota – anggota organisasi menciptakan dan mempertahankan perasaan yang dimiliki


bersama mengenai realitas organisasi, yang berakibat pada pemahaman yang lebih baik
mengenai nilai - nilai sebuah organisasi.

b. Penggunaan dan interpretasi symbol sangat penting dalam budaya organisasi.

c. Budaya bervariasi dalam organisasi – organisasi yang berbeda, dan interpretasi tindakan
dalam budaya ini juga beragam.

Asumsi pertama berhubungan dengan pentingnya orang didalam kehidupan organisasi.


Secara khusus individu saling berbagi dalam menciptakan dan mempertahankan realitas.
Individu – individu ini mencakup karyawan, supervisor, dan atasan. Pada inti dari asumsi ini,
adalah nilai yang dimiliki oleh organisasi. Nilai atau value adalah standar dan prinsip –
prinsip dalam sebuah budaya yang memilki nilai intrisik dari sebuah budaya. Nilai
menunjukan kepada anggota organisasi mengenai apa yang penting. Pacanowsky melihat
nilai berasal dari “pengetahuan moral” dan orang menunjukan pengetahuan moral mereka
melalui narasi atau kisah. Realitas ( dan budaya ) organisasi juga sebagian ditentukan oleh
simbol – simbol dan ini merupakan asumsi kedua dari teori budaya organisasi. Simbol –
simbol mencakup komunikasi verbal dan non verbal didalam organisasi. Seringkali, simbol –
simbol ini mengkomunikasikan nilai – nilai organisasi. Simbol dapat berupa slogan yang
berupa makna. Asumsi yang ketiga mengenai teori organisasi yang berkaitan dengan
keberagaman budaya organisasi. Sederhananya, budaya organisasi sangat bervariasi. Persepsi
mengenai tindakan dan aktifitas didalam budaya – budaya ini seberagam dengan budaya itu
sendiri.
Tiga asumsi dari teori budaya organisasi ini didasari oleh keyakinan bahwa ketika para
peneliti mempelajari budaya organisasi, mereka akan menemukan jaring yang kompleks dan
rumit. Pacanowsky dan O’Donnel Trujillo yakin bahwa perspektif interpretasi simbolik
memberikan gambaran realistis mengenai budaya tentang sebuah perusahaan. Metode yang
digunakan dalam penelitian teori budaya organisasi ini, dari Clifford Geertz yaitu
pemahaman etnografi.

Geertz ( 1973 ) beragumen bahwa untuk memahami budaya, seseorang harus melihat dari
sudut pandang anggota budaya tersebut. Untuk melakukan hal ini Geertz percaya bahwa para
peneliti harus menjadi etnograf. Para etnograf sering kali menyertakan kajian mereka yang
merupakan penelitian naturalistik dimana mereka yakin bahwa cara yang mereka gunukan
dalam mempelajari budaya lebih natural dibandingkan dengan cara yang digunakan oleh para
peneliti kuantitatif.

Dengan mengingat hal ini, Geertz menyatakan bahwa etnografi bukan ilmu eksperimental
melainkan sebuah metode yang menguak makna. Menemukan makna merupakan hal yang
paling penting etnografi. Dalam tulisannya, Geertz ( 1973 ) menhimpulkan bahwa etnografi
sejenis deskripsi tebal ( Thick Description ) atau penjelasan mengenai lapisa – lapisan rumit

dari makna yang mendasari sumber budaya. Karena itu para etnograf berusaha memahami
deskripsi tebal dari budaya untuk “menyelediki makna yang tidak tampak dari sesuatu”.
Geertz percaya tidak ada analisis budaya yang lengkap karena semakin dalam seseorang
berusaha masuk, semakin kompleks budaya tersebut. Oleh karena itu sangat tidak mungkin
untuk sepenuhnya pasti mengenai sebuah budaya dan norma atau nilainya.

Teori budaya organisasi berakar pada etnografi, dan budaya organisasi hanya dapat dilihat
dengan mengadopsi prinsip – prinsip etnografi. Ada komponen yang penting dalam Teori
Budaya Organisasi, yaitu Performa Komunikatif

Pacanowsky dan O’Donnel Trujilo (1982) menyatakan bahwa anggota organisasi melakukan
performa komunikasi tertentu yang berakibat pada munculnya budaya organisasi yang unik.
Performa adalah metafora yang menggambarkarkan proses simbolik dari pemahaman akan
perilaku manusia dalam sebuah organisasi.

Performa ini terbagi atas :

1. Performa ritual

Semua performa komunikasi yang terjadi secara teratur dan berulang disebut performa ritual.
Ritual terdiri atas empat jenis, yaitu personal,tugas, sosial dan organisasi. Ritual Personal
mencakup semua hal yang anda lakukan secara rutin ditempat kerja. Misalnya, banyak
anggota organisasi secara teratur mengecek pesan sura atau e-mail mereka ketika mereka
bekerja setiap hari. Ritual Tugas adalah perilaku rutin yang dikaitkan dengan pekerjaan
seseorang. Ritual tugas membantu menyelesaikan pekerjaan. Misalnya, ritual tugas seorang
karyawan di Departemen Kendaraan Bermotor termasuk mengeluarkan ujian mata dan
tertulis, mengambil foto dari calon pengemudi, dan melaksanakan ujian mengemudi,
memverifikasi asuransi mobil, dan menerima pembayaran. Ritual Sosial adalah rutinitas
verbal dan nonverbal yang biasanya mempertimbangkan interaksi dengan orang lain.
Misalnya, beberapa anggota organisasi berkumpul bersama untuk menghabiskan waktu
bersama pada hari jumat untuk merayakan akhir pekan. Ritual sosial juga dapat mencakup
perilaku nonverbal didalam organisasi. Ritual Organisasi adalah kegiatan perusahaan yang
sering dilakukan seperti rapat divisi, rapat fakultas dan bahkan piknik perusahaan.

2. Performa Hasrat

Performa hasrat merupakan kisah – kisah mengenai organisasi yang sering kali diceritakan
secara antusias oleh para anggota organisasi dengan orang lain.

3. Performa sosial

Perfoma sosial merupakan perpanjangan sikap santun dan kesopanan untuk mendorong kerja
sama diantara anggota organisasi. Pepatah mengatakan “hal kecil memulai hal yang besar”
bererhubungan langsung dengan performa ini. baik dengan senyuman maupun sapaan
“selamat pagi”, menciptakan suatu rasa kekeluargaan seringkali merupakan bagian dari
budaya organisasi.

4. Performa politik

Budaya ini menjalakan kekuasaan atau kontrol. Walaupun demikian banyak organisasi
bersifat hararki: harus ada seseorang dengan kekuasaan untuk mencapai sesuatu dan memiliki
kontrol yang cukup untuk mempertahankan dasar – dasar yang ada. Ketika anggota
organisasi terlibat dalam performa politis, mereka mengkomunikasikan keinginan untuk
mempengaruhi orang lain.

5. Performa enkulturasi

Performa ini merujuk pada bagaimana anggota mendapatkan pengetahuan dan keahlian untuk
dapat menjadi anggota organisasi yang mampu mengkontribusi. Performa ini berupa sesuatu
yang berani maupun yang hati – hati, dan performa ini mendemonstrasikan kompetensi
seorang anggota dalam sebuah organisasi.

4. Perkembangan Budaya Organisasi

Teori Organisasi berkembang melalui 3 pendekatan yang munculnya berurutan, yaitu:

· Pendekatan Klasik yang memperkenalkan cara membagi kegiatan kepada anggota


organisasi sehingga setiap orang mendapat beban kerja yang merata dan sesuai kapasitasnya.
· Pendekatan Neoklasik menemukan bahwa iklim organisasi juga perlu dijaga agar selain
ditugasi beban kerja yang merata dan sesuai kapasitasnya, anggota organisasi juga bisa
bekerja dengan nyaman karena dalam organisasi terdapat suasana kerja yang baik.

· Pendekatan Modern menemukan bahwa setelah beban kerja terdistribusi dengan baik dan
suasana kerja juga nyaman, organisasi juga perlu disesuaikan dengan kondisi luar
(lingkungannya) agar bisa hidup dan berkembang dengan baik.

Organisasi dipengaruhi oleh lingkungannya sehingga perlu dipahami cara untuk


menginventarisasi dan mempelajari elemen-elemen lingkungan secara lengkap. Tetapi , sifat
lingkungan ini yang paling berbahaya bagi suatu organisasi adalah ketidakpastiannya.

5. Pengaruh Budaya Organisasi

Robbins (1994) berpendapat bahwa Budaya Organisasi yang kuat akan meningkatkan
perilaku yang konsisten dari anggota suatu organisasi. Oleh karena itu, budaya organisasi
dapat dijadikan sebagai sarana yang kuat untuk mengontrol dan dapat bertindak sebagai
sebuah substitusi bagi formalisasi. Budaya Organisasi ini sangat berpengaruh, karena
semakin kuat budaya suatu organisasi maka semakin lemah atau rendah formalisasi yang
berlaku di organisasi tersebut. Maka dapat kita tarik suatu kesimpulan bahwa budaya
organisasi berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja organisasi, kemudian kinerja
organisasi juga berpengaruh signifikan dan positif terhadap kepuasan kerja anggota
organisasi. Disini terjadi hubungan timbal balik antara budaya organisasi dan kinerja
organisasi karena budaya organisasi juga berpengaruh signifikan dan positif terhadap
kepuasan kerja anggota organisasi tersebut.

KESIMPULAN

Budaya organisasi adalah sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota yang
membedakan suatu organisasi dari organisasi-organisasi lainnya. Sistem makna bersama ini
adalah sekumpulan karakteristik kunci yang dijunjung tinggi oleh organisasi. Teori Budaya
Organisasi ini, dicetuskan oleh Pacanowsky dan O'Donnell Trujillo. Maka dari pembahasan
ini dapat kita disimpulkan bahwa teori budaya organisasi ini merupakan teori yang memiliki
pengaruh penting dalam teori dan penelitian di bidang komunikasi organisasi. Dengan kata
lain, budaya organisasi adalah esensi dari kehidupan organisasi. Orang-orang memegang
peranan penting dalam organisasi dan karena itu, sangat penting untuk mempelajari perilaku
dalam organisasi. Pacanowsky dan O’donnel Trujillo menyatakan bahwa anggota-anggota
dari organisasi terlibat didalam banyak perilaku komunikasi yang memberikan kontribusi
bagi budaya organisasi tersebut, budaya organisasi ini dapat diuraikan dalam berbagai cara
salah satunya melalui metode yang digunakan Clifford Geertz yaitu pemahaman etnografi.
Oleh karena itu, budaya organisasi disimpulkan pula sebagai “ruh” organisasi karena
bersemayam filosofi, misi dan visi organisasi yang akan menjadi kekuatan penting untuk
berkompetisi didalam organisasi itu sendiri.

C. ETIKA PEKERJA

A. Konsep Etika Kerja

Etika kerja merupakan rumusan penerapan nilai-nilai etika yang berlaku di lingkungannya,
dengan tujuan untuk mengatur tata krama aktivitas para karyawan agar mencapai tingkat
efisiensi dan produktivitas yang maksimal. Terdapat 3 faktor yang memungkinkan
terciptanya iklim etika
di dalam perusahaan, yaitu:
1. Terciptanya budaya perusahaan yang sangat baik
2. Terbangunnya suatu kondisi organisasi berdasarkan saling percaya
3. Terbentuknya manajemen hubungan antar pegawai

Hal-hal yang bisa mendorong agar karyawan berlaku etis dalam pekerjaannya, yaitu:
o Komunikasi yang baik
o Ketentuan/standar
o Keteladanan

Untuk memiliki SDM yang berkualitas, diperlukan adanya pemberdayaan karyawan


seoptimal mungkin, dengan menciptakan lingkungan kerja dimana orang-orang akan merasa
dihargai. Pemberdayaan karyawan yang terintegrasi dengan etika bisnis diharapkan akan
menimbulkan rasa percaya antara manajer atau karyawan atau antara atasan dan bawahan,
setiap karyawan akan melakukan setiap pekerjaan dengan penuh rasa tanggung jawab dan
jujur.

Dari hasil penelitian Lee dan Yoshihara (1997) bahwa terdapat 3 alasan yang mendorong
mereka melakukan tindakan tidak etis dalam dunia bisnis, walaupun bertentangan dengan
nilai
pribadinya, yaitu:

1. Untuk mencapai keuntungan perusahaan


2. Sudah belaku umum di masyarakat
3. Karena keinginan masyarakat

Menurut Dave Urick (1996) menyebutkan bahwa terdapat 4 aspek untuk meraih keunggulan
yang harus dilakukan oleh SDM, yaitu:
1.Strategic partner (bagaimana manajemen mengelola SDM sehingga dapat menjadi mitra)
2. Administratif expert (bagaimana manajemen menciptakan efisiensi administrasi)
3. Employee (bagaimana manajemen dapat meningkatkan kontribusi karyawan)
4. Agent of change (bagaimana manajemen mendorong karyawannya untuk berubah ke arah
yang lebih baik)

Ada beberapa cara yang dapat ditempuh manajemen dalam meningkatkan moral tenaga kerja,
yaitu:
1. Memberikan porsi kerja yang wajar kepada tenaga kerja dan tidak memaksa kemampuan
karyawan
2. Menciptakan kondisi kerja yang aman dan menyenangkan
3. Memperhatikan masa depan pekerja
4. Mengomunikasikan segala informasi secara jujur

B Hak-hak Pekerja

Di era yang semakin global ini, perusahaan semakin menyadari bahwa penghargaan atas
jaminan hak karyawan merupakan faktor yang menentukan keberlangsungan dan
keberhasilan bisnis suatu perusahaan.
Hak hak pekerja itu dapat berupa:

A. Hak atas upah yang adil dan layak, adil di sini bukan berarti pekerja mendapat upah yang
merata semuanya, namun juga didasarkan pada tingkat pengalaman kerja, lamanya bekerja,
tingkat pendidikan, serta perusahaan harus mematuhi UMR yang telah diterapkan
pemerintah.

B. Hak atas kesejahteraan, perusahaan diwajibkan memberikan kesejahteraan bagi karyawan,


seperti tunjangan hari raya.
C. Hak untuk berserikat dan berkumpul, para pekerja seharusnya disediakan wadah untuk
menampung aspirasi mereka.
D.Hak untuk mendapatkan perlindungan dan jaminan kesehatan. Setiap perusahaan wajib
menyediakan jaminan kesehatan dan pelindungan bagi karyawan, terutama pada perusahaan
yang menanggung resiko yang cukup tinggi.
E. Hak untuk diproses secara hukum dan PHK tanpa sebab. Proses hukum secara sah dapat
diberlakukan pada karyawan yang dianggap melakukan pelanggaran.
F. Hak atas rahasia pribadi, hak individu untuk menyampaikan seberapa banyak informasi
mengenai dirinya yang boleh diungkapkan kepada pihak lain.

Sebaliknya karyawan juga mempunyai kewajiban terhadap perusahaan yang berupa:


A. Kewajiban ketaatan, karyawan harus taat kepada atasannya karena ada ikatan pekerjaan
antara keduanya.
B. Kewajiban konfidensialitas, kewajiban untuk menyimpan informasi yang bersifat rahasia,
karena berkaitan dengan profesinya.
C. Kewajiban loyalitas, karyawan harus mendukung dan merealisasikan tujuan yang telah
ditetapkan dan tidak melakukan hal yang merugikan perusahaan.

C. Prinsip Etis dalam Bekerja

• Bekerja dengan ikhlas. Setiap pekerja harus menyadari bahwa pekerjaan yang
dilaksanakannya adalah kemauan sendiri bukan karena paksaan.
• Bekerja dengan tekun dan bertanggung jawab. Dengan ketekunan, serumit apapun
pekerjaan
akan selesai dengan baik. Bertanggung jawab lah atas hasil kerja, tindakan dan keputusan
yang dibuat.
• Bekerja dengan semangat dan disiplin. Bersemangat, berarti memiliki dorongan yang tinggi
untuk senantiasa meningkatkan prestasi dan bersedia menerima nasihat atau teguran.
• Bekerja dengan kejujuran dan dapat dipercaya. Memenuhi janji dan secara tetap memenuhi
patokan kejujuran dan ketulusan atas segala tindakan dan penyataan kita.
• Berkemampuan dan bijaksana. Meningkatkan keterampilan untuk diri sendiri mapupun
orang lain. Bijaksana dalam arti terbuka dan responsif kepada perubahan, membuat
pertimbangan yang teliti sebelum memutuskan suatu tindakan.
.Bekerja dengan berpasangan. Sifat kerjasama juga mengeratkan hubungan antara anggota
organisasi dan mewujudkan sinergi yang amat penting terhadap peningkatan kualitas dan
produktivitas.
• Bekerja dengan memperhatikan kepentingan umum, maksudnya kita mendukung peraturan
hukum dan memenuhi tanggung jawab kita kepada masyarakat, kita tidak boleh merugikan
kepentingan umum.

Masalah-masalah yang timbul yang berhubungan dengan etika dalam bekerja, yaitu:
1. Diskriminasi, terjadi bila pekerja merasa diperlakukan tidak sama. Diskriminasi dapat
terjadi
pada saat rekrutmen, seleksi, kenaikan pangkat, kondisi pekerjaan, pemutusan hubungan.
2. Konflik kepentingan, dapat timbul bila pekerja mempunyai secara langsung maupun tidak
langsung kepentingan pribadi di dalam pengambilan suatu keputusan, dimana keputusan
tersebut diambil secara subjektif.
3. Penggunaan sumber-sumber perusahaan, beberapa aktivitas mungkin akan memberikan
keuntungan karyawan secara perorangan, yang tidak diketahui atau disetujui oleh atasan
anda.

D. Whistle Blowing
Whistle blowing adalah tindakan atau perbuatan yang dilakukan seseorang atau beberapa
orang bekerja untuk memberitahukan kecurangan yang dilakukan oleh perusahaan ataupun
atasan secara pribadi kepada pihak lain, baik khalayak umum maupun instansi atau atasan
yang berkaitan langsung dengan yang melakukan kecurangan tersebut. Tujuan Whistle
blowing adalah untuk memperbaiki atau mencegah suatu kegiatan yang merugikan.
Velasques (2005) menjelaskan bahwa seseorang memiliki kewajiban melakukan whistle
blowing apabila:
A. Orang tersebut memiliki kewajiban untuk mencegah terjadinya pelanggaran, baik itu
merupakan bagian tanggung jawab ataupun tidak ada orang lain yang mampu mencegahnya.
B.Pelanggaran tersebut bisa mengakibatkan kerugian serius terhadap kesejahteraan
masyarakat, mengakibatkan ketidak adilan pada seseorang atau suatu kelompok, atau
melakukan pelanggaran serius terhadap hak-hak moral seseorang atau banyak orang.
Ada dua macam whistle blowing, yaitu:
1. Whistle blowing internal. Ini terjadi dalam lingkungan internal perusahaan, dimana yang
melakukan kecurangan adalah individu di dalam perusahaan, kemudian dilaporkan ke
perusahaan yang bersangkutan, karena tindakannya dapat merugikan perusahaan.
2. Whistle blowing eksternal. Ini terjadi jika yang melakukan kecurangannya adalah
perusahaannya, dimana akibat yang ditimbulkannya berdampak negatif bagi masyarakat,
sehingga pekerja mengungkapkan kecurangan tersebut kepada khalayak umum.

Kesimpulan
Kerja merupakan kekhasan manusia, dimana melalui kerja manusia dapat mengekspresikan
dirinya agar lebih dikenal orang lain. Dunia kerja atau profesi merupakan sarana bagi
perwujudan dan sekaligus pelatihan diri untuk menjadi lebih baik.
Dalam pelaksanaannya profesi merupakan suatu pekerjaan tertentu yang dilakukan sebagai
kegiatan pokok, dengan mengandalkan keterampilan khusus, dilaksanakan sebagai sumber
utama nafkah hidup dan dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang mendalam. Karena
itulah seorang profesional pada suatu bidang kerja tertentu adalah orang yang benar-benar
terampil dengan bidang kerjanya, lebih terampil dibandingkan dengan masyarakat umum.
Untuk menyeimbangkan serta sebagai penunjuk arah bagi para profesional itu diperlukan
adanya suatu kode etik profesi yang dibuat dalam suatu kelompok profesi dan diharapkan
akan dipegang teguh oleh setiap profesional yang tergabung di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/document/375224510/Etika-Dan-Pekerja
https://www.scribd.com/document/389754880/makalah-etika-kerja

Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012.
Goode, William Josiah. Principles of Sociologi. United Stateso f Amerika: McGraw-Hill,
1977.
Dresseler, David. Sociology : The Study of Human Interaction. New York: Alfred A
Knop,1969

Anda mungkin juga menyukai