Anda di halaman 1dari 22

SISTEM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN BUDAYA

ORGANISASI MADRASAH/SEKOLAH

DosenPenggampu:
Prof. Dr. Fachruddin, MA
Dr. Makmur Syukri, M.Pd

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Pendekatan Sistem Dalam Pendidikan

OLEH
ELIN SURYANI (0332223019)

PROGRAM MAGISTER

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
T.A 2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii


KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... iv
B. Rumusan Masalah ................................................................................... v
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................... v
D. Manfaat Penulisan .................................................................................... v

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Budaya Organisasi Madrasah/Sekolah ...................................... 1
B. Fungsi Budaya Organisasi ........................................................................ 3
C. Karakteristik atau Ciri-ciri Budaya Organisasi .......................................... 4
D. Alur Pembentukan Budaya Organisasi ...................................................... 5
E. Proses Terbentuknya Budaya Madrasah .................................................... 10
F. Pelaksanaan dan Pengimplementasian Upaya Pembentukan Budaya
Organisasi dengan Pendekatan Sistem ...................................................... 10
G. Strategi Implementasi Budaya Organsasi .................................................. 13
H. Strategi Membangun Budaya Madrasah .................................................... 14

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan…... …................................................................................. 15
B. Saran ..................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 16

ii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan kebaikan dan kebenaran di
dunia dan akhirat kepada umat manusia. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata
kuliah Pendekatan Sistem dalam Pendidikan dan juga untuk khalayak ramai sebagai
bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang semoga bermanfaat. Di dalam
makalah ini kami menguraikan mengenai Upaya pembentukan budaya organisasi yang
disasarkan kepada aspek pendidikan seperti kepala sekolah, guru, siswa, kurikulum,
fasilitas dan lingkungan sosial masyarakat.
Dengan adanya makalah ini, penyusun mengucapkan terimakasih kepada
1. Prof. Dr. Fachruddin, M.A dan Dr. Makmur Syukri, M.Pd selaku dosen
pembimbing mata kuliah Pendekatan Sistem Dalam Pendidikan
2. Orang tua yang selalu memberikan nasihat dan motivasi agar selalu semangat.
3. Dan semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Sudah sepantasnya mereka mendapatkan ucapan terimakasih, dan penyusun
mendoakan semoga semua amal baik mereka akan mendapat balasan pahala dari Allah
Subhannawataala.
Peribahasa “Tidak ada gading yang tak retak”. Dengan hati terbuka penyusun akan
menerima kritik dan saran untuk perbaikan atas kekurangan dalam menyusun makalah
ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Amin

Wa’alaikumsalam Wr.Wb

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Budaya memungkinkan orang untuk melihat keselarasan tujuan dan memotivasi
mereka untuk tingkat yang lebih tinggi, sebagai nilai-nilai bersama membuat orang
merasa baik tentang organisasi dan potensi kemampuan mereka tulus bagi
perusahaan.1Dari beberapa hasil penelitian, menyimpulkan bahwa budaya ternyata
memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap motivasi anggota organisasi dan motivasi
itu sendiri sangat berpengaruh terhadap produktivitas dan keberhasilan sebuah organisasi.
Edward Redalen membuat pernyataan bahwa jika seorang pimpinan ingin melakukan
perubahan maka starting poinnya adalah melalui budaya. Jika tidak, sebaik apapun upaya
perubahan yang dilakukan itu tidak akan pernah membawa hasil yang maksimal. Dan
Donahoe menyatakan bahwa if culture changes, everything is change.2
Diungkapkan oleh Barth dalam jurnal Listiani3, pemberdayaan, ketegasan, sikap
belajar, dan tim kerja adalah beberapa atribut budaya organisasi yang kuat. Budaya pada
tingkat ini adalah driver nyata untuk produktivitas kerja karyawan yang unggul dan
sumber pasti keunggulan kompetitif yang sangat sulit bagi pesaing untuk meniru. Dalam
lingkup organisasi pendidikan pentingnya kedudukan budaya organisi sekolah tampaknya
belum begitu menarik perhatian kalangan pendidikan di Indoneia. Salah satu buktinya
adalah begitu minimnya literature di Indonesia yang berbicara tentang budaya sekolah.
Bahkan mungkin ada beberapa kalangan yang memandang budaya sekolah bukanlah
sesuatu yang penting sehingga tidak perlu diberi perhatian yang berlebihan. Perhatian
kalangan pendidikan lebih banyak dicurahkan pada peroalan kebijakan dan kurikulum
pendidikan serta disibukkan pada upaya pencapaian target-target prestasi akademis
semata. Sekolah dipandang berhasil hanya dilihat dari dimensi yang tampak, bsa diukur
dan dikuantifikasikan, terutama perolehan nilai ujian nasional dan kondisi fisik sekolah.

1
Ismail, Iriani. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kepemimpinan dan Kinerja
Karyawan Pemerintah Kabupaten-Kabupaten di Madura. Jurnal Ekuitas. Vol. 12 No. 1. Hal. 37
2
Nurtjahjani, et al. Analisa Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kepusan Kerja dan
Pengaruhnya pada Kinerja Karyaan. Jurnal Arthavidya. Vol. 8. No. 1. Hal. 127
3
Listiani, Teni. Pengaruh Kuat-Lemahnya Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Guru
(Suatu Kajian Terhadap Teori Budaya Organisasi Robbins). Jurnal Ilmu Administrasi. Vol. 2.
No. 2. Hal. 321

iv
Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk membahas upaya pembentukan budaya
organisasi madrasah/sekolah.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan budaya organisasi?
2. Bagaimana fungsi budaya organisasi?
3. Bagaimana karakteristik atau ciri-ciri budaya organisasi?
4. Bagaimana alur pembentukan budaya organisasi?
5. Bagaimana Proses terbentuknya budaya madrasah ?
6. Bagaimana pelaksanaan dan pengimplementasian upaya pembentukan budaya
organisasi dengan pendekatan sistem ?
7. Bagaimana strategi implementasi budaya organisasi ?
8. Bagaimana Strategi membangun Budaya Madrasah ?

B. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, adapun yang menjadi tujuan dari penulisan makalah
ini adalah untuk mengetahui
1. Budaya organisasi
3. Fungsi budaya organisasi
4. Karakteristik atau ciri-ciri budaya organisasi
5. Alur pembentukan budaya organisasi
6. Proses terbentuknya budaya madrasah
7. Pelaksanaan dan pengimplementasian upaya pembentukan budaya organisasi
dengan pendekatan sistem
8. Strategi implementasi budaya organisasi
9. Strategi membangun Budaya Madrasah

D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah menambah pengetahuan kita mengenai
Sistem pengembangan dan pemberdayaan budaya organisasi madrasah/sekolah yang
ditujukan pada komponen-komponen pembelajaran yakni kepala sekolah, guru, siswa,
dan segala masyarakat yang memiliki keterkaitan dengan sekolah.

v
BAB II
KAJIAN TEORITIS

A. Pengertian Budaya Organisasi Madrasah/Sekolah


Secara etimologis budaya (culture) berasal dari kata Latin, yaitu colere, yang berarti
membajak atau mengolah tanah, sedangkan secara terminologis pengertian budaya
merupakan cara hidup yang memancarkan identitas tertentu dari suatu bangsa. Budaya
merupakan pandangan hidup yang diakui bersama oleh suatu kelompok masyarakat yang
mencakup cara berpikir, perilaku, sikap, nilai yang tercermin baik dalam wujud fisik
maupun abstrak Budaya organisasi merupakan suatu sistem yang dimiliki bersama oleh
suatu organisasi yang membedakannya dengan organisasi lain. Artinya, bahwa budaya
organisasi berupa suatu pengalaman, sejarah, keyakinan dan norma-norma bersama yang
menjadi ciri organisasi madarasah/sekolah tersebut.4 Andrew D Brawn berpendapat
bahwa budaya organisasi merupakan suatu konstelasi dari keyakinan-keyakinan,
kebiasaan-kebiasaan, sistem nilai-nilai, norma-norma, perilaku, dan merupakan suatu
cara unik pada setiap organisasi, kemudian budaya organisasi tersebut menjadi pola
dalam melakukan kegiatan dan tindakan di dalam organisasi. Sependapat dengan defenisi
para ahli di atas, Michael Amstrong mengatakan bahwa budaya organisasi adalah “pola
sikap, keyakinan, asumsi dan harapan yang dimiliki bersama, yang mungkin tidak dicatat,
tetapi membentuk cara bagaimana oran-orang bertindak dan berinteraksi dalam
organisasi dan mendukung bagaimana hal-hal dilakukan. 5 Sementara Wibowo
mengungkapkan budaya organisasi adalah nilai-nilai dan kebiasaan yang diterima sebagai
acuan bersama yang diikuti dan dihormati, dalam organisasi, kebiasaan ini menjadi
budaya kerja sumber daya manusia. 6
Beberapa pengertian di atas menunjukkan bahwa budaya organisasi merupakan nilai,
norma, peraturan-peraturan, keyakinan bersama, falsafah yang dianut organisasi. Dan
tindakan dari hal-hal tersebut adalah diyakini, diikuti, dihormati, dan disampaikan kepada
yang lain sehingga menjadi pedoman dalam pemecahan masalah organisasinya dan

4
Hasnun Jauhari Ritonga. Manajemen Organisasi Pengantar Teori dan Praktek. (Medan:
Perdana Publishing. 2015), hal. 140
5
Imam Machali dan Noor Hamid. Pengantar Manajemen Pendidikan Islam:
Perencanaan, Pengorgansasian, dan Pengawasann dalam Pengelolaan Pendidikan Islam.
(Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2017) hal. 159
6
Widodo. Manajemen Perubahan. (Jakarta: Rajawali Pers. 2008) hal. 371

1
menjadi pembeda antara satu organisasi dengan organisasi yang lainnya. 7 Objek dari
budaya organisasi adalah hal-hal yang nampak dan hal-hal yang tidak nampak. Hal-hal
yang tampak tersebut adalah seperti ritual-ritual, simbol-simbol, cerita, pola berpakaian,
dan bahasa. Sedangkan hal yang tidak tampak adalah seperti nilai-nilai, keyakinan,
falsafah, dan asumsi dasar. Budaya organisasi menjadi perekat antar warga organisasi
madrasah. Manusia cenderung berkelompok dengan mereka yang memiliki kesamaan
nilai, norma, adat, kepercayaan, dan asumsi-sumsi lainnya. Kesamaan tersebut membawa
individu-inndividu yang berbeda untuk menjalin kerjasama dalam mencapai tujuan
organisasi. Jika hilang kebersamaan, dampaknya adalah terpecahnya suatu organisasi.
Sebagaimana dalam Al- Qurán Surah Yunus ayat 47-49:
ْ ‫ُظلَ ُم ْونَ َويَقُ ْولُ ْونَ َم ٰتى ٰهذَا ْال َو‬
‫عد ُ ا ِْن‬ ْ ‫ي بَ ْينَ ُه ْم بِ ْال ِقس ِْط َوهُ ْم ََل ي‬ َ ‫ض‬ ِ ُ‫َو ِلكُ ِل ا ُ َّم ٍة َّرسُ ْو ٌل ۚفَ ِاذَا َج ۤا َء َرسُ ْولُ ُه ْم ق‬
َ‫ّٰللا ۗ ِلكُ ِل ا ُ َّم ٍة ا َ َج ٌل ۚاِذَا َج ۤا َء ا َ َجلُ ُه ْم فَ ََل يَ ْست َأ ْ ِخ ُر ْون‬
ُ ‫ض ًّرا َّو ََل نَ ْفعًا ا ََِّل َما ش َۤا َء ه‬
َ ‫ي‬ ٓ َّ ‫كُ ْنت ُ ْم صٰ ِدقِيْنَ قُ ْل‬
ْ ‫َل ا َ ْم ِلكُ ِلنَ ْف ِس‬
َ‫عةً َّو ََل يَ ْست َ ْق ِد ُم ْون‬
َ ‫سا‬
َ
Artinya:
Setiap umat mempunyai rasul. Apabila rasul mereka telah datang (di akhirat kelak),
diputuskanlah (oleh Allah) di antara mereka dengan adil, sedangkan mereka tidak
dizalimi (sedikit pun). Mereka mengatakan, “Kapankah (datangnya) janji (azab) ini jika
kamu (Nabi Muhammad dan para pengikutmu) adalah orang-orang benar?” Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Aku tidak kuasa (menolak) mudarat dan tidak pula (mendatangkan)
manfaat kepada diriku, kecuali apa yang Allah kehendaki.” Setiap umat mempunyai ajal
(batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan sesaat pun
dan tidak (pula) dapat meminta percepatan.
Dari ayat di atas, penulis memahami bahwa setiap umat atau organisasi akan
datang batas waktu tertentu dalam keberhasilan terlaksananya budaya organisasi apabila
masyarakat yang tergabung dalam organisasi tidak mengikuti pimpinannya dalam
mengembangkan organisasi. Budaya kini mempunyai pengaruh terhadap kehidupan
organisasi. Budaya dapat dipikirkan sebagai persepsi yang tidak terwujudkan dimana
secara umum hal tersebut diterima oleh suatu kelompok tertentu. Konsep dari budaya
organisasi ini adalah sebuah persepsi bawah sadar bagi para anggota organisasi. Persepsi

7
Prof. Dr. H. Edy Sutrisno, M. Si. Budaya Organisasi. (Jakarta: Prenadamedia Group.
2010), hal. 1

2
ini meliputi kata, tindakan, rasa, keyakinan, dan nilai-nilai yng dapat berpengaruh
terhadap kinerja organisasi.
Budaya merupakan pandangan hidup yang diakui bersama oleh suatu kelompok
masyarakatm yang mencakup cara berpikir, perilaku, sikap, nilai yang tercermin baik
dalam wujud fisik maupun abstrak. Budaya sekolah/madrasah merupakan sesuatu yang
dibangun dari hasil pertemuan Antara nilai-nilai (values) yang dianut oleh guru-guru dan
para karyawan yang ada dalam sekolah/madrasah tersebut. Nilai-nilai tersebut dibangun
oleh pikiran-pikiran manusia yang ada dalam sekolah/madrasah. Pertemuan pikiran-
pikiran manusia tersebut kemudian menghsilkan apa yang disebut dengan “pikiran
organisasi”. Muhaimin menjelaskan, bahwa budaya madrasah dapat terbentuk dengan
membentuk sebuah values yang sama-sama dilakukan oleh guru, pegawai, serta peserta
didik d madrasah. Nilai-nilai yang dibentuk adalah hasil dari buah pikir manusia-manusia
yang ada di dalam madrasah. 8 Prioritas nilai-nilai utama tersebut dapat disesuaikan
dengan kondisi dari setiap madrasah, sehingga budaya madrasah menjadi penting, karena
budaya madrasah merupakan salah satu media dalam meningkatkan prestasi peserta didik
dalam proses pembelajaran yang efektif di madrasah. 9 Budaya madrasah sebagai system
memiliki tiga aspek pokok yang sangat berkaitan erat dengan mutu madrasah, yakni:
proses belajar mengajar, kepemimpinan dan manajemen sekolah, serta budaya madrasah.

B. Fungsi Budaya Organisasi


Stephen P. Robbins mengemukakan fungsi budaya organisasi. Sebagai berikut,
1. Pembeda antara satu organisasi dengan organisasi lainnya.
2. Membangun rasa identitas bai anggota orgnisasi
3. Mempermudah tumbuhnya komitmen
4. Meningkatkan kemantapan sistm sosial, sebagai perekat sosial, menuju integrasi
organisasi.
5. Menetapkan batasan/menegaskan posisi organisasi secara berkesinambungan.

8
Muhaimin, dkk. Manajemen Pendidikan. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group).
2011. Hal. 48
9
George A. Marcoulides. Student Perceptions Of School Culture And Achievement:
Testing The Invariance Of A Model, International Journal of Educational Management. Vol. 19.
No. 2. 2005

3
6. Mencetuskan atau menunjukkan identitas diri para anggota organisasi, mewakili
kepentingan orng banyak.
7. Mempermudah timbulnya komitmen yang lebih luas daripada kepentingan
individual seseorang.
8. Meningkatkann stabilitas sosial
9. Menyediakan mekanisme pengawasan yang dapat menuntun, membentuk tingkah
laku anggota organisasi dan sekaligus menunjukkan hal-hal apa saja yang dilarang
dan diperbolehkan untuk dilakukan dalam organisasi. 10

C. Karakteristik atau Ciri-Ciri Budaya Organisasi


Susanto menjelaskan tentang karakteristik budaya organisasi meliputi inisiatif
individual, toleransi terhadap risiko, penghargaan, integrasi, dukungan manajemen,
pengawasan, identitas, penghargaan, toleransi terhadap konflik dan pola komunikasi.
Robbins memberikan karakteristik budaya organisasi sebagai berikut:
1. Inovasi dan keberanian mengambil risiko (inovation and risk taking), adalah
sejauh mana organisasi mendorong para karyawan bersikap inovatif dan berani
mengambil resiko. Selain itu bagaimana organisasi menghargai tindakan
pengambilan resiko oleh anggota organisasi dan membangkitkan ide anggota
2. Perhatian terhadap detil (attention to detail), adalah sejauh mana organisasi
mengharapkan karyawan memperlihatkan kecermatan, analisis dan perhatian
kepada rincian.
3. Beroreintasi kepada hasil (Outcome orientation), adalah sejauh mana manajemen
memusatkan perhatian pada hasil dibandingkan perhatian pada teknik dan proses
yang digunakan untuk meraih hal tersebut
4. Berorientasi kepada manusia (People Oriented), adalah sejauh mana keputusan
manajemen memperhitungkan efek hasil-hasil pada orang-orang di dalam
organisasi
5. Berorientasi tim (Team Oriented), adalah sejauh mana kegiatan kerja
diorganisasikan sekitar tim-tim tidak hanya pada individu-individu untuk
mendukung kerjasama

10
Prof. DR. M.H.Matondang. S.E., M.A. Kepemimpinan : Budaya organisasi dan
Manajemen Strategik Edisi ke-2. (Yogyakarta: Expert. 2018) hal. 53

4
6. Agresifitas (Aggressiveness), adalah sejauh mana orang-orang dalam organisasi itu
agresifd dan kompetitif untuk menjalankan budaya orgnisasi sebaik-baiknya.
7. Stabilitas (stability), adalah sejauh mana kegiatan organisasi menekankan status
quo sebagai kontras dari pertumbuhan.11
Kreitner dan Kinicki, menyebutkan ada tiga karakteristik budaya organisasi yang
penting, yaitu (1) budaya organisasi diberikan kepada para karyawan baru melalui proses
sosialisasi, (2) budaya organisasi mempengaruhi perilaku seseorang di tempat kerja, (3)
budaya organisasi berlaku pada dua tingkat yang berbeda. 12

D. Alur Pembentukan Budaya Organisasi


Budaya organisasi hakekatnya adalah fenomena kelompok, oleh karenanya
terbentuknya budaya organisasi tidak dapat lepas dari dukungan kelompok dan
terbentuk dalam waktu yang lama. Pembentukan budaya organisasi juga melibatkan
leader yng secara ketat menerapkan visi, misi dan nilai-nilai organisasi kepada para
bawahannya, sehingga dalam waktu tertentu menjadi kebiasaan dan dijadikan acuan
oleh seluruh anggotanya untuk bertindak dan berperilaku. 13
1. Stephen P. Robbins membuat sebuah alur pembentukan budaya organisasi melalui
model berikut:14

Top
Management

Philosophy Of Selection Organization


Criteria Culture
11
Rojuaniah. Perubahann Budaya Organisasi. Forum Ilmiah. Mei 2012. Vol. 9. No. 2.hal.
121-122
12
Robert dan Angelo. Perilaku Organisasi. (Jakarta: Salemba Empat). Hal. 60
14
Melisa Bunga Almira dan Effy Rusfian. Komunikasi Organisasi Dalam Proses
Pembentukan Budaya Organisasi (Studi Nilai Budaya Organisasi I’ve Care Pada Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia). Jurnal Sosial Humaniora Terapan. 2019. Vol. 2. No. 1. H.
53

5
Organization’s Founder

Socialitation

Gambar 1. Alur Pembentukan Budaya Organisasi oleh Stephen P. Robbins


Dari gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa
Pertama, budaya organisasi dibentuk oleh filosofi dari pendiri organisasi dan
melalui kriteria yang dianut, kemudian diterapkan oleh manajemen puncak (top
management). Adapun hadist nabi mengenai epistimologi budaya organisasi adalah :

Artinya : Barangsiapa yang menunjukkan pada kebaikan, maka baginya adalah pahala
sebagaimana orang yang mengerjakannya. (H.R.Muslim) 15

Artinya : Barang siapa yang mentradisikan dalam Islam, tradisi yang baik, kemudian
dikerjakannya pada waktu berikutnya, maka baginya pahala sebagaimana
orang yang melakukannya, dan tidak dikurangi pahala-pahalanya
sedikitpun. Dan barangsiapa yang mentradisikan dalam Islam, tradisi yang
buruk, maka kemudian dikerjakannya pada waktu berikutnya, baginya
adalah dosa sebagaiman berat dosa orang yang mengerjakannya, dan tidak
dikuranginya beban tersebut sedikitpun. (H.R.Bukhori)16
Hadist di atas, menjelaskan bahwa budaya organisasi yang baik yang dibawa
pemimpin ditujukan untuk mencapai visi dan misi suatu organsasi dalam pandangan
islam akan mendaapatkan pahala sebagai ganjaran dari tingkah laku atau nilai-nilai
yang diterapkan.

15
Muslim bin Hujjaz Abu Al-Husain al-Qusyairy-Naysyabury. Shohih Muslim. Beirut:
Daru Ihyai Turats Al-Arabi. Juz.3. h. 133
16
Ibid. h. 61

6
Kedua, implementasinya dilakukan dengan cara disosialisasikan ke seluruh
elemen organisasi (proses transformasi budaya ke seluruh anggota organisasi), setelah
diseleksi dengan kriteria tertentu yang telah disepakati bersama berdasarkan nilai,
norma, dan asumsi yang bersumber dari filosofi pendiri organisasi, maka dapat
menghasilkan budaya organisasi.17 Adapun mengenai metode sosialisasi dan seleksi
terdapat dalam Al-Quran dalam surah An-Nahl ayat 125

َ ‫س ۗنُ ا َِّن َربَّكَ ه َُو ا َ ْع َل ُم ِب َم ْن‬


َّ‫ضل‬ َ ْ‫ي اَح‬ ْ ِ‫سنَ ِة َو َجاد ِْل ُه ْم ِبالَّت‬
َ ‫ي ِه‬ َ ‫ظ ِة ْال َح‬
َ ‫س ِب ْي ِل َر ِبكَ ِب ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َم ْو ِع‬ َ ‫اُدْعُ ا ِٰلى‬
َ‫س ِب ْي ِل ٖه َوه َُو ا َ ْعلَ ُم ِب ْال ُم ْهت َ ِديْن‬
َ ‫ع ْن‬
َ
Artinya:
Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah424) dan pengajaran yang baik
serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah
yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu
siapa yang mendapat petunjuk.

2. James L Gibson
James L Gibson mengilustrasikan evolusi budaya dan keluaran yang diharapkan
melalui model “The Core of a Positive Culture”. Model ini mengembangkan
kesatuan metode dan prosedur yang digunakan oleh para pimpinan untuk
membantu perkembangan budaya organisasi yang kuat.

1. Pengkisahan
2. Komunikasi
3. Penyelesaian masalah Sejarah
yang positi Organisasi
4. Pengkisahan mengenai
pendiri dan pemimpin

1. Kepemimpinan
17 2. Contoh role model Pemahaman
Alifulahtin Utaminingsih. 2014. Perilaku Organisasi. Malang: Uiversitas Brawijaya
3. Norma-norma
Press (UB Press). H. 31 mengenai
4. Pengharapan/ekspektasi pengharapan/
5. Nilai-nilai ekspektasi
7
1. Sistem penghargaan Budaya
2. Manajemen karir dan organisasi
keamanan dalam yang
pekerjaan Menjadi terpadu/kuat
3. Rekrutmen dan bagian
penematan staf dari grup
4. Sosialisasi kepada staf
baru
5. Pelatihan dan
pengembangan

1. Nomor kontak organisasi Mendorong


2. Partisipasi dalam hubungan
pengambilan keputusan interpersonal
3. Koordinasi antar grup dan antar grup
4. Perubahan personal

Gambar 2. The Core Of Positive Culture

3. Sondang Siagian
Sondang siagian menggambarkan proses terbentuknya budaya organisasi sebagai
berikut:
Umpan Balik

8
Aspek Manajerial
1. Filosofi
Aspek Operasional
2. Sistem Nilai Kultur Organisasi
1. Bahasa
3. Tindakan
2. Jargon
4. Visi
3. Kebiasaan
Aspek Organisasi 4. Seremoni
1. Strategi 5. Tindakan
2. Struktur
3. Sistem
4. Teknologi

Gambar 3. Terbentuknya budaya organisasi menurut Sondang Siagian


Dari bagan terebut dapat terlihat hal-hal sebagai berikut: Pertama, kultur
organisasi pada mulanya terbentuk berdasarkan filosofi yang dianut oleh para pendiri
organisasi. Filosofi seseorang dipengaruhi oleh banyak factor seperti berorientasi
hidupnya, latar belakang sosialnya, lingkungan dimana ia dibesarkan serta jenis dan
tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuhnya. Kedua, berhasil tidaknya organisasi
memppertahankan dan melanjutkan eksistensinya sangat tergantung pada tepat tidaknya
strategi organisasi tersebut. Ketiga, pada gilirannya strategi organisasi ditambah dengan
pertimbangan-pertimbangan lain seperti besarnya organisasi, teknologi yang digunakan,
sifat lingkungan, pandangan tentang pola pengambilan keputusan dan sifat pekerjaan.
Keempat, kiranya masih relevan untuk menekankan bahwa karena pesatnya
perkembangan teknologi yang berdampak kuat terhadap berbagai bidang kehidupan.
Kebijaksanaan manajemen tetang bentuk dan jenis teknologi yang akan dimanfaatkan
mempunyai arti penting dan kultur organisasi. Kelima, aspek manajerial dan
organisasional kultur organisasi ditumbuhkan dan dipelihara sedemikian rupa sehingga
menjadi operasional mekanisme untuk penumbuh suburan adalah melalui proses
sosialisasi.

E. Proses Terbentuknya Budaya Madrasah

9
Budaya madrasah secara umum terbentuk dengan berdasarkan visi dan misi
seseorang yang dikembangkan untuk menghadapi tuntutan lingkungan sekitar. Jika
melihat dari sudut pandang yang lain, terbentuknya budaya merupakan sebuah program
sebagai learning process atau sebuah solusi dari sebuah masalah. Jika seperti itu,
langkah-langkah dalam membentuk budaya dapat dilakukan dengan peniruan,
pembiasaan, penganutan dan penataan dalam budaya suatu organisasi. Dengan
mengikuti peraturan atau kebijakan dari pimpinan sebuah budaya dapat terbentuk dengan
baik, dan dapat menjadi acuan oleh seluruh anggotanya untuk bertindak dan berperilaku.
Selanjutnya budaya sebagai lerning process merupakan upaya yang dimulai dari perilaku
budaya terlebih dahulu, baik berupa keyakinan, kebenaran, atau landasan yang
mendasari untuk dipegang teguh menjadi sebuah pendirian yang kemudian
diaktulisasikan dengan perilaku dan sikapnya. Upaya ini dapat diperoleh melalui
pengalaman langsung dan percobaan tril and eror, dan dibuktikan dengan penerapan
dalam kehidupannya. 18

F. Pelaksanaan dan Pengimplementasian Upaya Pembentukan Budaya Organisasi


Dengan Pendekatan Sistem
Terciptanya budaya organisasi melalui suatu proses yang panjang dan secara bertahap
dan berkelanjutan:
1. Tahap pertama: Nilai budaya dibawa pendiri
Pada organisasi yang baru terbentuk, para pendirinya akan membawa serta nilai
dan norma yang melekat pada dirinya. (kepribadian, kepemimpinan, pandangan
dan falsafah hidupnya maupun pendektan gaya hidupnya). Pada tahap awal ini,
pegaruh kebenaran, waktu, ruang, hakekat manusia, aktifitas dan hubungan antar
manusia yang pernah dialami dan diresapi oleh para pendiri, sangat kuat dan
dominan dalam mempengaruhi setiap kebijakannya.
Contoh :
Pembentukan suatu institusi baru seperti pada perusahaan PT. Toyota Astra
Motors oleh keluarga William Suryajaya pada puluhan tahun yang lalu, yang

18
Muhammad Nur Hakim. Upaya Kepala Madrasah Dalam Membina Budaya Religius.
Jurnal Improvement : Jurnal Ilmiah untuk peninkatan Mutu Pendidikan. Vol. 5. No. 1. 2018.
Hal. 79

10
membawa nilai-nilai pribadi di pendiri seperti keturunan etnisnya, keluarga,
agamanya, pendidikan dan pengalaman mereka dalam bekerja.
2. Tahap kedua: Nilai diperkenalkan
Nila atau norma yang melekat pada diri si pemimpin mulai diperkenalkan kepada
para anggotanya.
Contoh :
Nilai-nilai dna norma-norma yang melekat pada diri si pendiri (Williamm
Suryadjaya) diperkenalkan di lingkungan organisasi barunya (pimpinan,
bawahan dan staf) tentang bagaimana melakukan hubungan dengan klien,
mencari peluang besar, merekrut staf, melakukan koordinasi, dan bagaimana
menjalin hubungan dengan pejabat pemerintah.
3. Tahap ketiga: Nilai divalidasi
Oleh para anggota organisasi, nilai dan norma ini kemudian dielajari, dihayati
dan diaplikasikan untuk menghadapi “persoalan”internal dan eksternal
organisasi. Pada tahap ini terjadi seleksi dari fenomena sosial yang ada dalam
organisasi, menjadi fenomena yang bukan budaya dan yang akan menjadi
budaya. Apabila divalidasi sukses dan dipelajari bersama dan dilaksanakan
bersama, itulah yang akan lolos menjadi budaya organisasi.
Contoh :
Melalui suatu proses, seluruh anggota organisasi mulai merasakan apa yang
dilakukan oleh William Suryadjaya adalah benar sehingga ditiru dan dicontoh
oleh mereka sebagai sesuatu yang benar, dan perlu dijadikan pegangan dan
pedoman operasional perusahaan.
4. Tahap keempat, Nilai menjadi budaya
Nilai dan norma yang sudah membuahkan hasil dan terbukti dapat menjadi solusi
dan menjadi pegangan bagi seluruh anggotanya. Nilai dan norma kemudian
berubah menjadi asumsi-asumsi dasar bersama, maka budaya organisasi berarti
telah diterapkan. Di sini terjadi proses perubahan dan nilai-nilai pendukung
menjadai asumsi-asumsi dasar bersama, sebagai bentuk budaya organisasi.
Contoh :
Apabila seluruh anggota organisasi merasa sepakat bahwa tata cara prosedur dan
pedoman kerja dan usaha telah berhasil dan sukses untuk menjadi solusi bagi

11
perusahaan (Toyota Astra Motors) dan perlu dipelajari bersama, seperti saling
menghormati, jujur, menghargai, prestasi individu dan memberikan reward bagi
mereka yang berhasil melakukn deal yang menguntungkan perusahaan, dan
memilih staf melalui uatu seleksi yang ketat.
5. Tahap kelima: Budaya Ditanamkan
Pada tahap ini bila budaya telah eksis, maka budaya mulai dijarkan dan dipelajari
oleh para anggota baru (pimpinan dan staf pendatang baru) melalui suatu proses
interaksi sosialisasi, perilaku pimpinan dan kelompok.
Contoh :
Perusahaan akan mulai melakukan proses sosialisasi perilaku pimpinan dan staf
dan dinamika kelompok dalam rangka lebih menanamkan pola budaya yang
sudah terbentuk dalam organisasi.
6. Tahap keenam: Budaya diperkuat
Guna menghadapi persoalan internal dan eksternal organisasi,budaya organisasi
harus selalu diperkuat dan dipertahankan, melalui upaya pengelolaan integrasi
internal, dipertahankan dan beradaptasi dengan lingkungan luarnya.
Contoh :
Apa yang sudah dianggap baku dan standar perlu dipertahankan dan diperkuat
agar perusahaan menjadi lebih kuat dan solid. Program pelatihan keterampilan
teknis, diberi penekanan kepada masalah manajerial, visi dan misi, prosedur dan
peraturan yang berlaku (tertulis dan tidak tertulis)
7. Tahap ketujuh: Budaya Dipersoalkan
Suatu saat budaya organisasi tidak lagi dapat menjadi solusi tepat, karena
lingkungan luar telah berubah cepat. Adanya needs untuk melakukann adaptasi,
penyesuaian, perubahan dan solusi yang sudah ada. Jika perlu dilakukan riset aksi
untuk mengetahui kelemahan, kekurangan dan hambatannya.
Contoh :
PT. Toyota Astra Motors (TAM) dalam perkembangannya ternyata menghadapi
persaingan usaha yang ketat dengan munculnya merek-merek mobil baru, jenis
produk lebih inovatif dengan harga yang relatif murah. Untuk itu PT. TAM mulai
melakukan ekspansif, bahkan mencari sumber dana pinjaman luar negeri dan

12
melakukan diferensiasi usaha besar-besaran di luar bisnis utamanya. Sehingga
beberapa elemen budaya PT. TAM mengalami tantangan dan needs yang baru.
8. Tahap kedelapan : Budaya Dirubah
Perubahan budaya organisasi pada akhirnya harus terjadi, bila solusi yang ada
tidak lagi dapat menjawab persoalan organisasi yang timbul kemudian.
Perubahan dapat terjadi melalui proses evolusi baik yang direncanakan mupun
mendadak sesuai dengan proses pertumbuhan organisasi, namun perubahan
terbaik adalah melalui suatu proses yng disebut unfreezing-refreeezing.
9. Tahap kesembilan :Budaya Baru Divalidasi Ulang
Perubahan demi perubahan kemudian memunculkan solusi baru, bentuk baru,
budaya baru, apakah itu asimilas, akulturasi dan difusi dari dua atau lebih budaya
(etnis, sub budaya, religius, bangsa, kelompok, organisasi, desa dan kota, partai,
militer dan kepolisian). Perubahan-perubahan fenomena budaya, harus melalui
suatu proses validasi ulang, dibuktikan keberhasilannya, kemudian dipelajari. 19

G. Strategi Implementasi Budaya Organisasi


Strategi implementasi budaya yang homogeny dapat dilakukan melalui sosialisasi
budaya organisasi. Dalam strategi ini, madrasah/sekolah melakukan tindakan
manipulasi budaya/persepsi. Hal-hal yang dianggap memberi pengaruh buruk pada
masyarakat organisasi akan diarahkan agar memberikan pengaruh baik, sehingga hasil
dari tindakan ini akan memberikan kondisi yang paling ideal yang harus dilakukan
oleh seluruh anggota organisasi. Sosialisasi mencakup suatu kegiatan di mana anggota
organisasi mempelajari seluk-beluk organisasi dan bagaimana mereka harus
berinteraksi dan berkomunikasi di anatara anggota orgnisasi untuk menjalankan semua
aktivitas organisasi. Dalam proses sosialisasi, peran pemimpin sangat diperlukan
untuk memberikan dukungan dan koordinasi yang tepat bagi masyarakat organisasi.
Seorang pemimpin harus dapat memotivasi bawahannya dan memberikan kebebasan
kepada karyawan untuk lebih banyak terlibat dalam berbagai kegiatan. Pemimpin juga
harus dapat memelihara budaya yang ada di organisasi. Bagi organisasi, sosialisasi
juga dapat digunakan untuk mengkomunikasikan semua hal yang berhubungan dengan
aktivitas orgnisasi dan budaya organisasi sehingga apa yang dihasilkan dapat

19
Ibid. hal. 37-41

13
dmanfaatkan oleh anggota untuk memahami segala sesuatunya mengenai organisasi.
Proses sosialisasi juga dapat digunakan untuk mendapatkan sumber daya manusia
yang sesuai dengan organisasi dan mempunyai potensi tinggi untuk lebih bekembang.
Pemilihan karyawan yang sesuai dengan organisasi akan mempermudah pemahaman
nilai-nilai budaya organisasi, sehingga akan memberikan dampak pada upaya untuk
memperkuat budaya organisasi. 20

H. Strategi Membangun Budaya Madrasah


Beberapa strategi yang dapat dilakukan dalam menciptakan budaya madrasah
yang kondusif di antaranya adalah:
a. Merencanakan program kegiatan dan indicator pencapaian yang jelas
Dengan perencanaan yang baik dan matang, maka madrasah akan mampu memberi
kepastian target yang akan dicapai bagi peserta didik. Pembiasaan nilai positif dapat
dilakukan semenjak siswa-siswi memasuki lingkungan madrasah, program 5S
(Salam, Sapa, Sopan, Santun, Senyum). Membaca doa ketika sebelum memulai
pelajaran dan mengakhiri pelajaran. Tidak melakukan bully baik fisik maupun non
fisik. Pembiasaan bersih diri, kelas dan madrasah. Pembiasaan kreatif dengan
menghasilkan karya-karya baru baik gambar, tulisan motivasi, puisi ataupun pantun
yang ditempel di madding di kelas ehingga bisa dilihat oleh semua siswa. Dalam
rentang waktu yang panjang lingkugan tersebut bisa membentuk suatu pola budaya
madrasah.21
b. Keikutsertaan seluruh warga madrasah dalam menjaga lingkungan madrasah
Dalam menciptakan budaya madrasah yang efektif, seluruh warga madrasah
diharapkan mampu menjaga seluruh sarana dan prasarana yang ada dilingkungan
madrasah.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

20
Dr. R. Agoes Kamaroellah, MSi. Pengantar Budaya Organisasi (Surabaya: Pustaka
Radja), 2014. Hal. 40-41
21
Abdullah Alam and Mushtaq Ahmad,The Role Of Teacher’s Emotional Intelligence In
Enhancing Student Achievement. Journal Of Asia Business Studies Vol. 12. No. 1. 2018

14
Setelah dilakukan telaah pada makalah ini, maka dapat disimpulkan sebagai

berikut yaitu : Budaya sekolah/madrasah merupakan sesuatu yang dibangun dari hasil

pertemuan Antara nilai-nilai (values) yang dianut oleh guru-guru dan para karyawan yang

ada dalam sekolah/madrasah tersebut. Nilai-nilai tersebut dibangun oleh pikiran-pikiran

manusia yang ada dalam sekolah/madrasah. Pertemuan pikiran-pikiran manusia tersebut

kemudian menghasilkan apa yang disebut dengan “pikiran organisasi”. Selanjutnya

budaya tersebut disosialisasikan kepada masyarakat sekolah melalui tahap per tahap,

sehingga menjadi kebiasaan dan ciri khas dari madrasah tersebut yang digunakan untuk

mencapai tujuan madrasah.

B. Saran

Demikian makalah yang telah diselesaikan oleh penulis. Semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi semua kalangan khususnya para leader, guru, siswa dan stakeholder
dalam rangka memajukan dan meningkatkan kualitas sekolah melalui budaya yang akan
diterapkan. Untuk memperbaiki kualitas,maka penulis mengharapkan kritik dan saran
agar makalah ini menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

15
Alam Abdullah and Mushtaq Ahmad,The Role Of Teacher’s Emotional Intelligence
In Enhancing Student Achievement. Journal Of Asia Business Studies Vol. 12. No. 1.
2018
Prof. Dr. H. Edy Sutrisno, M. Si. Budaya Organisasi. (Jakarta: Prenadamedia Group.
2010),
George A. Marcoulides. Student Perceptions Of School Culture And Achievement:
Testing The Invariance Of A Model, International Journal of Educational Management.
Vol. 19. No. 2. 2005
Hasnun Jauhari Ritonga. Manajemen Organisasi Pengantar Teori dan Praktek.
(Medan: Perdana Publishing. 2015),
Imam Machali dan Noor Hamid. Pengantar Manajemen Pendidikan Islam:
Perencanaan, Pengorgansasian, dan Pengawasann dalam Pengelolaan Pendidikan
Islam. (Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2017)
Ismail, Iriani. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kepemimpinan dan Kinerja
Karyawan Pemerintah Kabupaten-Kabupaten di Madura. Jurnal Ekuitas. Vol. 12 No. 1.
Listiani, Teni. Pengaruh Kuat-Lemahnya Budaya Organisasi Terhadap Kinerja
Guru (Suatu Kajian Terhadap Teori Budaya Organisasi Robbins). Jurnal Ilmu
Administrasi. Vol. 2. No. 2.
Prof. DR. M.H.Matondang. S.E., M.A. Kepemimpinan : Budaya organisasi dan
Manajemen Strategik Edisi ke-2. (Yogyakarta: Expert. 2018)
Melisa Bunga Almira dan Effy Rusfian. Komunikasi Organisasi Dalam Proses
Pembentukan Budaya Organisasi (Studi Nilai Budaya Organisasi I’ve Care Pada Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia). Jurnal Sosial Humaniora Terapan. 2019. Vol. 2. No.
1.
Muhaimin, dkk. Manajemen Pendidikan. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group).
2011.
Muhammad Nur Hakim. Upaya Kepala Madrasah Dalam Membina Buday Religius.
Jurnal Improvement : Jurnal Ilmiah untuk peninkatan Mutu Pendidikan. Vol. 5. No. 1.
2018.
Muslim bin Hujjaz Abu Al-Husain al-Qusyairy-Naysyabury. Shohih Muslim. Beirut:
Daru Ihyai Turats Al-Arabi. Juz.3.

16
Nurtjahjani, et al. Analisa Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kepusan Kerja
dan Pengaruhnya pada Kinerja Karyaan. Jurnal Arthavidya. Vol. 8. No. 1.
Dr. R. Agoes Kamaroellah, MSi. Pengantar Budaya Organisasi (Surabaya: Pustaka
Radja), 2014.
Robert dan Angelo. Perilaku Organisasi. (Jakarta: Salemba Empat).
Rojuaniah. Perubahann Budaya Organisasi. Forum Ilmiah. Mei 2012. Vol. 9. No. 2.
Utaminingsih Alifulahtin. 2014. Perilaku Organisasi. Malang: Uiversitas Brawijaya
Press (UB Press).
Widodo. Manajemen Perubahan. (Jakarta: Rajawali Pers. 2008)

17

Anda mungkin juga menyukai