Anda di halaman 1dari 11

BUDAYA ORGANISASI

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Perilaku Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan
Dosen pengampu: Dr. Hj. Lilik Untari, S.Pd., M.Hum.

Disusun oleh :

Yanto (214031008)

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENIDIKAN ISLAM


PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Para ahli pendidikan sepakat bahwa budaya adalah dasar terbentuknya
kepribadian manusia, dari budaya dapat terbentuk identitas seseorang, identitas
masyarakat bahkan identitas lembaga pendidikan. Di lembaga pendidikan secara
umum terlihat adanya budaya yang sangat melekat dalam tatanan pelaksanaannya,
serta memberikan inovasi pendidikan yang sangat cepat, budaya tersebut berupa
nilai-nilai religius, filsafat, etika dan estetika yang terus dilakukan.
Budaya organisasi terutama dalam suatu lembaga rasanya memegang
peranan penting. Sebab akan menjadikan lembaga tersebut lentur, fleksibel dan
elastis, sebagaimana budaya yang tidak akan pernah mengalami kemunduran dan
akan menjadi sangat sempurna jika dipadu dengan agama yang bersumber pada
wahyu ilahi. Pendidikan adalah sebuah proses humanisasi yang berusaha untuk
mengembangkan dan menginternalisasikan potensi dan nilai-nilai kemanusiaan
pada diri individu agar menjadi seorang yang dewasa yang mampu secara internal
mempersepsikan dirinya sendiri dan secara external mampu merespon dan
berkomunikasi dengan dunianya.
Antara pendidikan dan budaya organisasi terdapat hubungan yang sangat
erat dalam arti keduanya dengan suatu hal sama yaitu nilai-nilai. Pendidikan
selalu berkaitan dengan manusia, sedang manusia selalu menjadi anggota
masyarakat dan mendukung budaya tertentu. Konsep pendidikan mengangkat
derajat manusia sebagai makhluk budaya yaitu makhluk yang mempunyai
kemampuan untuk menciptakan nilai budaya dan fungsi budaya dan pendidikan
adalah kegiatan melontarkan nilai-nilai.
Dengan adanya budaya di dunia pendidikan, maka timbullah berbagai
organisasi, budaya organisasi banyak menimbulkan hal-hal yang masuk dalam
dunia pendidikan berbagai interaksi-interaksi dari luar, yang menjadi budaya baru
dalam pendidikan, terutama dalam upaya mengembangkan lembaga pendidikan.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
masalah pokok yang menjadi pembahasan untuk dibahas dalam makalah ini
adalah budaya organisasi pada lembaga pendidikan. Untuk terarahnya
pembahasan makalah ini, maka masalah pokok tersebut di atas akan dibahas
dalam bentuk sub-sub masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengertian budaya organisasi?
2. Bagaimana peranan budaya organisasi pada lembaga pendidikan?
3. Bagaimana peran serta organisasi dalam membangun dan membina budaya
pendidikan?

C. Tujuan Pembahasan
Dari uraian latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka dalam
makalah ini diarahkan pada beberapa tujuan, yaitu:
1. Mengetahui pengertian budaya organisasi.
2. Mengetahui peranan budaya organisasi pada lembaga pendidikan.
3. Mengetahui peran serta organisasi dalam membangun dan membina budaya
pendidikan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Budaya Organisasi


Kata budaya (Culture) sebagai suatu konsep berakar dari kajian atau
disiplin ilmu Antropologi; yang oleh Killman diartikan sebagai falsafah, ideologi,
nila-nilai, anggapan, keyakinan, harapan, sikap dan norma yang dimiliki bersama
dan mengikat suatu masyarakat.1
Sedangkan kata organisasi berasal dari bahasa Inggris yaitu organization,
yang berarti hal yang mengatur atau menyusun bagian-bagian yang berhubungan
satu sama lain, yang tiap-tiap bagian mempunyai fungsi tersendiri sesuai
kapasitasnya.2
Sulistyorini mengutip definisi organisasi dari beberapa tokoh, seperti
James D. Money, mengatakan organisasi adalah bentuk setiap perserikatan
manusia untuk mencapai satu tujuan bersama, sedangkan menurut Roolp Currier
Davis, organisasi adalah sesuatu kelompok orang-orang yang sedang bekerja
kearah tujuan bersama di bawah kepemimpinan. Dengan demikian, organisasi
dapat dipahami sebagai struktur hubungan antar pribadi.3
Menurut Robbins semua organsasi mempuyai budaya yang tidak tertulis
yang mendefinisikan standar-standar perilaku yang dapat diterima dengan baik
maupun tidak untuk para karyawan. Dan proses akan berjalan beberapa bulan,
kemudian setelah itu kebanyakan karyawan akan memahami budaya organiasi
mereka seperti, bagaimana berpakaian untuk kerja dan lain sebagainya.4
Gibson mendefinisikan budaya organisasi sebagai sistem yang menembus
nilai-nilai, keyakinan, dan norma yang ada disetiap organisasi. Kultur organisasi

1
Nirman Umar, Perilaku Organisasi, CV. Citra Media, Surabaya, 2004, Cet. III, hal. 134
2
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan islam, Jakarta : Kencana, 2008, h. 263
3
Sulistiyorini, Manajemen Pendidikan Islam: Konsep, Strategi, dan Aplikasi, Yogyakarta, Teras,
2009, hal. 178
4
P. Robbins, Stephen, Teori Organisasi (Struktur, Desain dan Aplikasi). Jakarta: Arcan, 1999,
hal. 282
3
dapat mendorong atau menurunkan efektifitas tergantung dari sifat nilai-nilai,
keyakinan dan norma-norma yang dianut.5
Dalam hal tersebut kebudayaan adalah keseluruhan dari hasil manusia
hidup bermasyarakat berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama manusia sebagai
anggota masyarakat yang merupakan kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat, dan lain kepandaian. Sedangkan Kneller mengatakan
kebudayaan adalah cara hidup yang telah dikembangkan oleh anggota-anggota
masyarakat.6
Budaya organisasi dapat dipandang sebagai sebuah sistem. Menurut Mc
Namara bahwa dilihat dari sisi input, budaya organisasi mencakup umpan balik
(feed back) dari masyarakat, profesi, hukum, kompetisi dan sebagainya.
Sedangkan dilihat dari proses, budaya organisasi mengacu kepada asumsi, nilai
dan norma, misalnya nilai tentang: uang, waktu, manusia, fasilitas dan ruang.
Sementara dilihat dari out-put, berhubungan dengan pengaruh budaya organisasi
terhadap perilaku organisasi, teknologi, strategi, image, produk dan sebagainya.
Budaya organisasi sebagai sistem, banyak terdapat dalam organisasi pendidikan.7
B. Peranan Budaya Organisasi Pada Lembaga Pendidikan
Purwanto dalam bukunya yang berjudul Budaya Perusahaan menyebutkan
bahwa secara spesifik budaya mempunyai lima peran, yaitu:8
1. Budaya memberikan rasa memiliki identitas dan kebanggaan bagi karyawan,
yaitu menciptakan perbedaan yang jelas antara organisasinya dengan yang lain.
2. Budaya mempermudah terbentuknya komitmen dan pemikiran yang lebih luas
daripada kepentingan seseorang.
3. Memperkuat standar perilaku organisasi dalam membagun pelayanan superior
pada pelanggan.
4. Budaya menciptakan pola adaptasi.
5
Gibson, James .L, Manajemen, (Alih bahasa Zuhad Ichyandin), Erlangga, Jakarta, Ed. IX, 1997,
hal. 372
6
Made Pidarta, Perencanaan Pendidikan Partisipatori dengan Pendekatan Sistem, 2000, Jakarta ;
Rineka Cipta, hal. 157
7
Sulistiyorini, Manajemen Pendidikan Islam: konsep, Strategi, dan Aplikasi, hal. 178.
8
Ngalim Purwanto, Budaya Perusahaan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hal.26
4
5. Membangun sistem kontrol organisasi secara menyeluruh.
Pada organisasi yang dikelola dengan baik, setiap orang dalam organisasi
menganut budaya mereka. Budaya yang kuat berperan dalam dua hal, yaitu:9
1. Mengarahkan perilaku. Karyawan mengerti bagaimana harus bertindak dan apa
yang diharapkan dari mereka.
2. Budaya yang kuat memberi karyawan pengertian akan tujuan, dan membuat
mereka berpikiran positif terhadap perusahaan. Mereka mengerti apa yang
ingin dicapai perusahaan mencapai sasaran tersebut. Budaya berfungsi sebagai
perekat yang menyatukan organisasi. Jika organisasi memiliki budaya yang
kuat, organisasi dan karyawannya akan memiliki perilaku yang seiring dan
sejalan.
Kebudayaan yang kuat merupakan perangkat yang kuat untuk menuntun
perilaku dan membantu para anggota organisasi untuk mengerjakan pekerjaan,
dengan sedikit lebih baik terutama dalam dua hal yaitu:10
1. Kebudayaan yang kuat adalah sistem aturan-aturan informasi yang
mengungkapkan bagaimana orang berperilaku dalam sebagian besar waktu
mereka.
2. Kebudayaan yang kuat memungkinkan orang merasa lebih baik tentang apa
yang mereka kerjakan, sehingga mereka mungkin bekerja lebih keras.
Dalam Islam, Rasulullah SAW sebagai panutan umat Muslimin,
memandang orang lain sebagai manusia yang utuh dan dianggap sebagai sahabat
atau kawan, termasuk kepada pembantunya sendiri. Rasulullah SAW tidak
menganggap pembantunya sebagai bawahan tetapi merupakan saudara bagi
beliau, sehingga apa yang beliau makan dan beliau pakai tidak berbeda dengan
apa yang dimakan dan dipakai oleh pembantunya. Jika pimpinan lembaga
penndidikan mampun meniru sikap yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW ini
tentu akan memberikan pengaruh yang berbeda di lembaga pendidikan Islam.
Iklim kerja akan terasa nyaman dan dapat memunculkan berbagai macam
kreativitas-kreativitas baru yang dimunculkan oleh anggota lembaga pendidikan

9
Ibid, hal.26
10
Wirawan, Budaya dan Iklim Organisasi, (Jakarta: Salemba Empat, 2007), hal. 37
5
Islam. Namun jika bawahan berada di bawah tekanan yang begitu kuat dari
pimpinan, maka seorang bawahan tidak akan berprestasi dan hanya akan
mengerjakan apa yang menjadi kewajibannya.
Begitu pentingnya budaya organisasi di lembaga pendidikan Islam, bisa
tercerminkan dari keberhasilan Rasulullah SAW dalam membentuk suasana kerja
yang nyaman kepada para sahabatnya, hal ini disebabkan oleh sikap beliau yang
sangat penyayang kepada seluruh umatnya, sebagaimana firman Allah SWT
dalam surat Ali Imran, ayat 159:
‫هّٰللا‬
‫ب اَل ْنفَضُّ وْ ا ِم ْن َحوْ لِكَ ۖ فَاعْفُ َع ْنهُ ْم‬ ِ ‫فَبِ َما َرحْ َم ٍة ِّمنَ ِ لِ ْنتَ لَهُ ْم ۚ َولَوْ ُك ْنتَ فَظًّا َغلِ ْيظَ ْالقَ ْل‬
َ‫م فِى ااْل َ ْم ۚ ِر فَاِ َذا َع َز ْمتَ فَت ََو َّكلْ َعلَى هّٰللا ِ ۗ اِ َّن هّٰللا َ ي ُِحبُّ ْال ُمت ََو ِّكلِ ْين‬rُْ‫اورْ ه‬
ِ ‫ر لَهُ ْم َو َش‬rْ ِ‫َوا ْستَ ْغف‬
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma›afkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam
urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya”
Pada awal kemunculannya, budaya organisasi yang dibentuk di lembaga
pendidikan Islam biasanya mengacu pada visi, misi, dan tujuan pendiriannya yang
dipengaruhi oleh cita-cita internal dan tuntutan eksternal yang melingkupinya,
sebagai sebuah fenomena kelompok, proses kemunculan budaya memakan waktu
yang cukup lama dan pada umumnya melibatkan seorang tokoh (pimpinan
puncak) yang mengintroduksikan visi dan misi kepada stafnya, kemudian
dijadikan acuan oleh seluruh anggota kelompok.29 Budaya organisasi yang
terbentuk di lembaga pendidikan Islam pada dasarnya memakan waktu yang tidak
sebentar dan tidak jarang yang naik turun dalam proses pembentukannya. Namun,
pada hakekatnya budaya organisasi yang terbentuk di lembaga pendidikan Islam
merupakan hasil pengalaman setiap elemen secara komulatif dari pendirinya dan
juga dari lingkungan masyarakat sejak lembaga tersebut berdiri hingga saat ini.
Dari semua uraian diatas, dapat dipahami bahwa pentingnya budaya dalam
organisasi dikarenakan budaya yang kuat akan mengantar sebuah organisasi

6
menjadi sukses dan menjadikan inovasi serta tercapainya sasaran-sasaran yang
diinginkan oleh organisasi tersebut. Dan lebih-lebih lagi anggota organisasi dapat
mempertahankan kesetiaan, ketekunan dan ulet dalam melaksanakan berbagai
macam tugas yang diberikan serta diamanatkan oleh lembaga/organisasi.
C. Peran Serta Organisasi Dalam Membangun dan Membina Budaya
Pendidikan
Kebiasaan pada saat ini, tradisi, dan cara-cara umum untuk melaksanakan
pekerjaan kebanyakan berasal dari apa yang telah dilaksanakan sebelumnya dan
tingkat keberhasilan dari usaha-usaha yang telah dilakukan. Ini membawa kita
kepada sumber utama dari budaya sebuah organisasi yaitu para pendirinya.
Para pendiri organisasi secara tradisional mempunyai dampak yang
penting dalam pembentukan budaya awal organisasi, karena para pendiri tersebut
adalah orang-orang yang mempunyai ide awal, mereka juga biasanya mempunyai
bias tentang bagaimana ide-ide tersebut harus dipenuhi. Tahapan-tahapan
pembangunan budaya organisasi dapat diidentifikasikan sebagai berikut:11
1. Seseorang (biasanya pendiri) datang dengan ide atau gagasan tentang sebuah
usaha baru.
2. Pendiri membawa orang-orang kunci yang merupakan para pemikir, dan
menciptakan kelompok inti yang mempunyai visi yang sama dengan pendiri.
3. Kelompok inti memulai serangkaian tindakan untuk menciptakan organisasi,
mengumpulkan dana, menentukan jenis dan tempat usaha dan lain sebagainya.
4. Orang-orang lain dibawa kedalam organisasi untuk berkarya bersama-sama
dengan pendiri dan kelompok inti, memulai sebuah sejarah bersama
Begitu juga pembinaan budaya organisasi dapat dilakukan dengan
serangkaian langkah sosialisasi berikut:12
1. Seleksi pegawai yang obyektif.
2. Penempatan orang dalam pekerjaannya yang sesuai dengan kemampuan dan
bidangnya (the right man on the place).
3. Perolehan dan peningkatan kemahiran melalui pengalaman.

11
Nirman Umar, Perilaku Organisasi, CV. Citra Media, Surabaya, 2004, Cet. III, hal. 137
12
Ibid, hal. 138
7
4. Pengukuran prestasi dan pemberian imbalan yang sesuai.
5. Penghayatan akan nilai-nilai kerja atau lainnya yang penting.
6. Cerita-cerita dan faktor organisasi yang menumbuhkan semangat dan
kebanggaan.
7. Pengakuan dan promosi bagi karyawan yang berprestasi.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Budaya organisasi adalah merupakan sistem yang menembus nilai-nilai,
keyakinan, dan norma yang ada disetiap organisasi. Kultur organisasi dapat
mendorong atau menurunkan efektifitas tergantung dari sifat nilai-nilai, keyakinan
dan norma-norma yang dianut.
Organisasi terbentuk akibat dari peran serta subjek dan objek budaya,
dalam arti perlu campur tangan dari pelaku-pelaku budaya, sehingga terbentuk
dan mempunyai karakteristik budaya sendiri (BO). Struktur Organisasi
pendidikan yang pokok ada dua macam yaitu Sentralisasi dan beberapa bagian
masih diselenggarakan secara Desentraisasi. Struktur Organisasi yang digunakan
dalam pendidikan atau pengajaran di negara Indonesia adalah sistem
Desentralisasi yang mana semua perarturan struktural maupun hal lain dalam
dunia pendidikan diatur oleh daerah masing-masing yang banyak pengaruh
positifnya bila dibandingkan dengan sistem sentralisasi yang berpusat disuatu
wilayah.
Organisasi berfungsi dengan berbagai struktur dan proses yang saling
bergantung. Struktur dan proses-proses organisasi adalah tidak tetap, atau statik,
tetapi lebih merupakan pola-pola hubungan yang berubah secara kontinyu dalam
suatu kegiatan sosial yang lebih luas.
Peran yang dijalankan dalam rangka mencapi fungsi dan tujuan
pendidikan nasional. Sebagaimana dinyatakan bahwa: “pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abi Daud Sulaiman bin al-Asy‟ats as-Sijistani, 1999, Sunan Abi Daud juz 3
(Beirut: Darulfikr)

Abuddin Nata, 2008, Manajemen Pendidikan islam, (Jakarta: Kencana)

Gibson, James .L, 1997, Manajemen, (Alih bahasa Zuhad Ichyandin), (Jakarta:


Erlangga)

Made Pidarta, 2000, Perencanaan Pendidikan Partisipatori dengan Pendekatan


Sistem, (Jakarta ; Rineka Cipta)

Ngalim Purwanto, 2008, Budaya Perusahaan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar)

Nirman Umar, 2004Perilaku Organisasi, Cet. III, (Surabaya: CV. Citra Media)

Robbins, Stephen P, 2007. Perilaku Organisasi Edisi Lengkap. (Jakarta: PT.


Indeks)

Sulistiyorini, 2009, Manajemen Pendidikan Islam: Konsep, Strategi, dan


Aplikasi, (Yogyakarta:Teras)

Wirawan, 2007, Budaya dan Iklim Organisasi, (Jakarta: Salemba Empat)

10

Anda mungkin juga menyukai