Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak dahulu manusia sudah diberi nama julukan Zoon Politicon (makhluk

yang hidup berkelompok). Hal itu mengandung makna bahwa manusia senantiasa

menginginkan hubungan-hubungan dengan orang lain.

Herbert G. Hicks menyajikan sejumlah alasan mengapa manusia menciptakan

organisasi-organisasi di antaranya:

1. Alasan Sosial
Banyak organisasi dibentuk untuk memenuhi kebutuhan manusia dan
untuk pergaulan. Hal yang sama terlihat pada organisasi-organisasi yang
memiliki sasaran intelektual atau ekonami. Adakalanya kebutuhan-kebutuhan
sosial seseorang demikian sempurna terpenuhi oleh organisasi tempat dia
bekerja, sehingga orang melontarkan kata-kata “pekerjaan adalah
kehidupannya”.
2. Alasan Material
Manusia juga melaksanakan kegiatan perorganisasian karena alasan
material. Melalui bantuan organisasi, manusia dapat melakukan tiga macam
hal yang tidak mungkin dilakukan sendiri, yakni (1) memperbesar
kemampuannya; (2) menghemat waktu yang diperlukan untuk mencapai
sesuatu sasaran, melalui bantuan sebuah organisasi; dan (3) menarik manfaat
dari pengetahuan generasi-generasi sebelumnya yang telah dihimpun.1
Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal berbagai jenis organisasi yang

mempengaruhi semua tindakan kehidupan. Fakta menunjukan bahwa kebanyakan

diantara kita menjalani sebagian besar dari kehidupan dalam organisasi-organisasi

(atau sedikitnya, dipengaruhi oleh pelbagai macam organisasi). Kita merupakan

1
J. Winardi, Teori Organisasi dan Pengorganisasian, (Ed. 1-4; Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2007), h. 3.

1
2

anggota dari organisasi yang dinamakan keluarga; menjadi anggota dari

organisasi tempat bekerja; berpartisipasi aktif sebagai anggota organisasi pendidikan

sebagai murid, sebagai mahasiswa; kita merupakan anggota organisasi yang

dinamakan masyarakat. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa organisasi-organisasi

dibentuk oleh manusia, tujuannya untuk melaksanakan atau mencapai hal-hal tertentu

yang tidak mungkin dilaksanakan secara individu.

Organisasi merupakan elemen yang amat diperlukan didalam kehidupan

manusia (apalagi dalam kehidupan modern). Organisasi membantu kita melaksanakan

hal-hal atau kegiatan-kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan dengan baik sebagai

individu. Disamping itu, dapat dikatakan lagi bahwa organisasi-organisasi merupakan

bagian dari lingkungan tempat kita bekerja, tempat kita bermain. Pendek kata,

organisasi adalah tempat seseorang melakukan apa saja. Organisasi-organisasi dapat

mempengaruhi kehidupan. Sebaliknya, kita dapat pula mempengaruhi organisasi.

Beberapa penulis mengemukakan bahwa ciri dari suatu organisasi yaitu,

memiliki tujuan bersama, memiliki tugasnya masing-masing, saling kerja sama satu

sama lain, peraturan yang jelas, memiliki anggota yang jelas, dan adanya struktur

organisasi yang jelas dan terarah. Dengan ciri-ciri yang dikemukakan, jelas apa yang

dimaksud dengan pengertian organisasi.

Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa organisasi itu dapat di

artikan:
3

a. Struktur tata pembagian kinerja dan struktur tata hubungan kerja antara
sekelompok orang pemegang posisi yang bekerja sama secara tertentu untuk
bersama-sama mencapai tujuan tertentu.2
b. Organisasi dalam arti bangan atau struktur adalah gambaran secara skematis
tentang hubungan-hubungan, kerja sama dari orang-orang yang terdapat
dalam rangka usaha mencapai suatu tujuan.3
Suatu organisasi dibangun untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Oleh karena

itu, dari pendirinya dan kemudian dilanjutkan oleh para pemimpin berikutnya. Tujuan

tersebut hanya akan dapat dicapai apabila organisasi mempunyai kinerja baik dan

mempunyai daya saing.

Kinerja organisasi hanya akan dapat dipertahankan dan ditingkatkan apabila

organisasi mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan lingkungan yang terjadi

disekitarnya. Bahkan apabila mampu justru harus mempengaruhi perkembangan

lingkungan. Kinerja organisasi adalah masalah perubahan, organisasi harus siap

bergerak secara dinamis. Namun, kinerja organisasi sangat ditentukan oleh budaya

organisasi dan budaya dari segenap sumber daya manusia dalam organisasi.

Budaya organisasi sangat diperlukan dalam setiap lembaga pendidikan yang

perlu selalu dikembangkan dan disesuaikan dengan perubahan lingkungan organisasi.

Lingkungan organisasi terdiri dari sumber daya manusia dengan latar belakang dan

tingkatan yang berbeda. Dengan demikian, perubahan budaya organisasi dilakukan

terlebih dahulu melalui pengubahan pola pikir segenap sumber daya manusia didalam

organisasi tersebut.

2
H. Malayu, Organisasi dan Motivasi (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1996), h. 26.
3
M. Manulang, Dasar-Dasar Manajemen (Cet. 17; Bulaksumur, Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 2004), h. 60.
4

Budaya dikembangkan dan mengekspresikan dirinya sendiri dalam cara yang

berbeda dalam organisasi yang berbeda pula, oleh karena itu budaya organisasi

terdapat ketidaksamaan dalam beberapa hal. Tidak ada budaya yang ideal, hanya ada

budaya yang sesuai.

Seperti halnya budaya organisasi yang ada di SMA Negeri 1 Walea

kepulauan, walaupun terhitung masih dalam pembenahan, namun sudah banyak

menorehkan sejarah yang sudah cukup membanggakan dan membawa nama baik

sekolah tersebut. Untuk itu penulis tertarik melakukan pengkajian secara ilmiah

dalam sebuah karya ilmiah berbentuk proposal dengan judul “ IMPLEMENTASI

BUDAYA ORGANISASI DALAM MENINGKATKAN KINERJA TENAGA

KEPENDIDIKAN DI SMA NEGERI 1 WALEA KEPULAUAN”

B. Rumusan dan Batasan Masalah

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada diatas, yang menjadi pokok

permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana implementasi budaya

organisasi dalam meningkatkan kinerja tenaga kependidikan di SMA Negeri 1

Walea Kepulauan.

Adapun rumusan tersebut dapat dijabarkan dalam sub masalah sebagai

berikut:

a. Bagaimana budaya organisasi di sekolah SMA Negeri 1 Walea kepulauan?


5

b. Apakah budaya organisasi dapat meningkatkan kinerja tenaga kependidikan di

SMA Negeri 1 Walea Kepulauan?

2. Batasan Masalah

Karena adanya keterbatasan baik tenaga, dana dan waktu, dan supaya

penelitian lebih terfokus, maka penulis tidak akan melakukan penelitian terhadap

keseluruhan yang ada pada objek atau sesuatu sosial tertentu, tetapi perlu

menentukan fokus. Dalam penelitian ini maka penulis akan memfokuskan

penelitian seputar “Budaya Organisasi Dalam Meningkatkan Kineja Tenaga

Kependidikan di SMA Negeri 1 Walea Kepulauan”

Mengacu pada permasalahan tersebut di atas, maka penulis membatasi

pembahasan ini pada beberapa hal:

a. Penulis hanya meneliti pada proses penerapan Budaya Organisasi Tenaga

Kependidikan di SMA Negeri 1 Walea Kepulauan.

b. Objek penelitian Proposal Skripsi ini adalah Implementasi Budaya Organisasi

dalam Meningkatkan Kinerja Tenaga Kependidikan dalam hal ini (Kepala

sekolah dan Staff Tenaga Kependidikan) di SMA Negeri 1 Walea Kepulauan.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah penulis rumuskan di atas, maka

penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mengetahui Implementasi Budaya Organisasi di SMA Negeri 1 Walea

Kepulauan.
6

b. Mengetahui apakah Budaya Organisasi tersebut dapat meningkatkan Kinerja

Tenaga Kependidikan.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini dapat dilihat dari dua aspek, yaitu:

a. Manfaat penelitian secara teoritis

Dari segi pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan

dapat memberikan kontribusi atau manfaat bagi pengembangan pengetahuan

khususnya Manajemen Pendidikan Islam, tentang Budaya dalam Organisasi.

b. Kegunaan praktis

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi sekolah SMA

Negeri 1 Walea Kepulauan dalam meningkatkan Budaya Organisasi kinerja

tenega kependidikan.

D. Penegasan Istilah

Skripsi ini berjudul Implementasi Budaya Organisasi dalam Meningkatkan

Kinerja Tenaga Kependidikan di SMA Negeri 1 Walea Kepulauan. Untuk

menghindari pengertian yang keliru dalam memahami proposal ini, penulis akan

menjelaskan beberapa kata kunci yang ada di dalamnya. Hal ini dimaksud dapat

memberikan pengertian yang mendasar dari pembahasan skripsi ini, sebab tanpa

diuraikan pengertiannya akan mengalami keputusan antara makna atau pengertian

yang akan penulis bahas dalam skripsi ini.

Adapun istilah yang akan penulis jelaskan sebagai berikut :

a. Implementasi
7

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa “Implementasi” adalah

pelaksanaan.4 Pertemuan kedua ini, bermaksud mencapai bentuk dari apa yang telah

disepakati.

b. Budaya

Budaya sebagai pola terintegrasi dari perilaku manusia termaksud pikiran,

pembicaraan, tindakan, dan artifak serta tergantung pada kapasitas orang untuk

menyimak, dan meneruskan pengetahuan kepada generasi penerus.5

c. Organisasi

Bentuk setiap perserikatan manusia mencapai suatu tujuan bersama.6

d. Kinerja

Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari

pekerjaan tersebut.7

e. Tenaga Kependidikan

Anggota masyarakat yang mampu mengabdikan diri dalam menyelenggarakan

pendidikan sesuai dengan keahliannya, yang bertugas sebagai pembimbing, pengajar,

peneliti, pengelola, atau administrator pendidikan.8

E. Garis-Garis Besar Isi

4
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2003), h. 441.
5
Wibowo, Budaya Organisasi, (Cet.3; Jakarta: Rajawali Pers, 2003), h. 15.
6
M. Manulang, Dasar-Dasar Manajemen (Cet. 17; Bulaksumur, Yogyakarta, Gajah Mada
University Press, 2004), h. 59.
7
Wibowo, Manajemen Kinerja, (Ed. -4; Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 7.
8
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kependidikan (Kbbi.kata.web.id > tenaga-kependidikan)
8

Skripsi ini berjudul “Implementasi Budaya Organisasi Dalam Meningkatkan

Kinerja Tenaga Kependidikan (Studi kasus pada SMA Negeri 1 Walea Kepulauan)”.

Sistematika penulisan Skripsi ini terdiri dari tiga Bab, setiap babnya dijabarkan

kedalam sub Bab. Agar lebih jelasnya, penulis akan menguraikan sub pokok isi

pembahasan dari Skripsi ini atau garis besar Skripsi ini sebagaimana berikut:

Bab 1, sebagai pendahuluan yang mana akan diuraikan beberapa hal yang

terkait dengan latar belakang, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, penegasan istilah, serta garis-garis besar isi.

Bab II, berisikan kerangka teoritis atau landasan tentang Implementasi

Budaya Organisasi, dalam pembahasan di Bab Dua, penulis akan mendeskripsikan

tinjauan pustaka yang mencakup pengertian Implementasi Budaya Organisasi Dalam

Meningkatkan Kinerja Tenaga Kependidikan.

Bab III, berisi metode penelitian, jenis metode yang digunakan dalam

penyusunan skripsi ini berupa jenis penelitian Kualitatif, Lokasi Penelitian,

Kehadiran Peneliti,, Data dan Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Teknik

Analisis Data dan Pengecekan Keabsahan Data.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Implementasi Budaya Organisasi

a. Implementasi

Implementasi adalah peleaksanaan, penerapan. Sedangkan menurut

Muhammad Joko Susila bahwa implementasi merupakan suatu penerapan ide konsep,

kebijakan atau inovasi dalam suatu lingkungan praktis sehingga mendatkan dampak

baik berupa perubahan pengetahuan, ketrampilan, mampu nilai dan sikap.9

Berdasarkan hal di atas, maka dapat dikemukakan bahwa pelaksanaan

merupakan proses oprasional yang mengelola sumber daya selama tindakan,

memerlukan ketrampilan, memotivasi dan kepemimpinan yang khusus serta

memerlukan koordinasi diantara banyak orang.

Dalam proses ini terkandung usaha bagaimana memotivasi orang agar bekerja

dengan baik, bagaimana proses kepemimpinan yang memungkinkan pencapaian

tujuan serta dapat memberikan suasana hubungan kerja yang baik, dan bagaimana

mengkoordinasi orang-orang dan kegiatan-kegiatan dalam suatu organisasi, sehingga

dapat menghasilkan tim kerja yang harmonis.10

b. Organisasi

9
Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini, Implementasi Manajemen Peningkatan Mutu
Pendidikan Islam Peningkatan Lembaga Pendidikan Islam Secara Holistic, (Yogyakarta: Teras,
2012), h. 24.
10
Ibid, h. 189-191.

9
10

Sering seseorang mendengar kata organisasi dalam kehidupan

dilingkungan masyarakat maupun dunia pekerjaan atau kampus, namun

terkadang kita sering dibingungkan oleh pengertian organisasi dengan segala

aspek dan istilah yang menyertainya. Perkataan organisasi berasal dari Yunani

yakni organon dan istilah Latin organum yang berarti alat, bagian, anggota

atau badan.11

Ada beberapa definisi organisasi seperti yang dikemukakan oleh Chester I

Benhard bahwa Organisasi adalah suatu sistem dari aktivitas kerja sama yang

dilakukan oleh dua orang atau lebih.12

Sedangkan pengertian organisasi menurut Stephen P. Robbins adalah :

Suatu bidang ilmu yang menyelididki dampak dari individu, kelompok dan struktur
atas perilakunya di dalam organisasi, dengan tujuan untuk menerapkan ilmu
tersebutguna meningkatkan efektivitas organisasi13.
Sedangkan menurut Griffin (2002), organisasi adalah sekelompok orang yang

bekerja sama dalam struktur dan koordinasi tertentu dalam mencapai serangkaian

tujuan tertentu.14 Atau dengan bahasa lain penulis mendefinisikan organisasi sebagai

sekumpulan orang atau kelompok yang memiliki tujuan tertentu dan berupaya untuk

mewujudkan tujuannya tersebut melalui kerja sama.

11
M. Manulang, Dasar-Dasar Manajemen (Cet. 17; Bulaksumur, Yogyakarta, Gajah Mada
University Press, 2004), h. 59.
12
Ibid, h. 59.
13
H. Malayu, Organisasi dan Motivasi (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1996), h. 25.
14
Ernie Tisnawati Sule, Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen (Cet.10; Jakarta: PT
Fajar Interpratama Mandiri, 2017), h. 4.
11

Banyak referensi dan pendapat dari para pakar manajemen dan organisasi di

dunia, namun secara umum dapat didefinisikan pengertian organisasi sebagai suatu

kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang

relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk

mencapai suatu tujuan bersama (sekelompok tujuan). Istilah Struktur Organisasi

menunjukan bagaimana tugas akan dibagi, siapa melapor kepada siapa, dan

mekanisme koordinasi yang formal serta pola interaksi yang akan diikuti.

Organisasi juga merupakan alat untuk memusyawarakan segala sesuatu agar

mendapatkan solusi atau jalan keluar dari program maupun kendala-kendala yang

didapatkan. Sesuai dengan firman Allah Swt. Dalam Q.S Ali ‘Imran (3) ayat 159:

Terjemahnya:
Maka disebabkan rahmat dari Allahlah, engkau bersikap lemah lembut
terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap kasar dan berhati keras, niscaya
mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu, maafkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan
mereka dalam urusan (tertentu). Kemudian apabila engkau telah membulatkan
tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang bertawakal kepada-Nya.15
Dari segi redaksional, ayat ini ditunjukan kepada nabi Muhammad SAW,

memusyawarakan persoalan-persoalan tertentu dengan sahabat atau anggota


15
Kementrian Agama Ri, Al-Qur’an dan Terjemahan Untuk Wanita (Jakarta Selatan: WALI
Oasis Terrace Recident), h. 71.
12

masyarakatnya. Tetapi seperti yang akan dijelaskan lebih jauh, ayat ini juga

merupakan petunjuk kepada semua manusia, khususnya kepada setiap pemimpin dan

orang yang memiliki satu perkumulan atau organisasi, agar bermusyawarah dengan

anggota-anggotanya untuk lebih maksimal dalam pencapaian satu tujuan.

Organisasi bukanlah sekedar kumpulan dan bukan sekedar pembagian kerja,

karena pembagian kerja hanyalah salah satu asas organisasi. Salah satu asas tidaklah

menjadi pengertian umum atau dengan perkataan lain, arti sebagian tidak dapat

menjadi arti keseluruhan. Untuk pengertian organisasi, yang berarti pembagian kerja

lebih tepat dinamakan pengorganisasian.

Adapun struktur organisasi memiliki tiga komponen, berupa:

1. Kompleksitas

Mempertimbangkan tingkat diferensiasi yang ada, termaksud tingkat

spesialisasi atau tingkat pembagian kerja, jumlah tingkatan dalam hirarki, serta

tingkat penyebaran secara geografis.

2. Formalisasi

Menunjukkan tingkat sejauh mana organisasi menyandarkan diri pada

peraturan dan prosedur untuk mengatur perilaku anggotanya.

3. Sentralisasi

Mempertimbangkan dimana letak dari pusat pengambilan keputusan.

Sedangkan pengertian Desain Organisasi lebih menekankan sisi manajemennya


13

dengan mempertimbangkan konstruksi dan mengubah struktur untuk mencapai

tujuan organisasi.

Organisasi-organisasi dicirikan oleh perilaku yang diarahkan kearah

pencapaian tujuan. Mengupayakan pencapaian tujuan dan sasaran, yang dapat

dilaksanakan secara lebih efektif dan efisien. Hal itu melalui tindakan-tindakan

individu-individu serta kelompok-kelompok secara terpadu. Akan tetapi, perlu diingat

(menurut L.F Urwick) bahwa organisasi lebih dari hanya alat untuk menciptakan

barang-barang dan menyelenggarakan jasa saja.16

Organisasi menciptakan kerangka (setting), yaitu banyak diantara kita yang

melaksanakan proses kehidupan. Sehubung dengan itu dapat dikatakan bahwa

organisasi dapat menimbulkan pengaruh besar atas perilaku kiat.

Dikatakan bahwa organisasi ada untuk mencapai suatu hal. Sesuatu tersebut

merupakan tujuan dan biasanya tujuan tersebut tidak mungkin dicapai oleh individu

yang bekerja sendiri. Andaikata hal itu dapat dicapai secara individual, lebih evisien

dapat dicapai melalui upaya kelompok.

Dapat dikemukakan adanya berbagai faktor yang dapat menimbulkan

organisasi, yaitu orang-orang yang bekerja sama dalam tujuan tertentu. Berbagai

faktor tersebut tidak dapat berdiri sendiri melainkan adanya suatu kerja sama untuk

suatu kebulatan tekad.

16
J Winardi, Teori Organisasi dan Pengorganisasian (Ed. 1-4; Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2007), h. 13.
14

Maka dalam pengertian organisasi digunakan sebutan sistem yang berarti

kebulatan dari berbagai faktor yang terkait oleh berbagai asas tertentu. Harus diakui

bahwa banyak hal yang ingin dikerjakan oleh manusia, hanya dimungkinkan melalui

upaya-upaya berorganisasi.

c. Budaya Organisasi

Dalam perkembangannya, pertama kali Budaya Organisasi dikenal di

Amerika dan Eropa pada era 1970-an. Salah satu tokohnya : Edward H. Shein

seorang profesor Manajemen dari Sloan School of Management, Massachusetts

Institute of Technology dan juga seorang Ketua kelompok Studi Organisasi 1972-

1981, serta Konsultan Budaya Organisasi pada berbagai perusahaan di Amerika dan

Eropa. Salah satu karya Ilmiahnya: Organizational Culture And Leadership.

Di Indonesia budaya organisasi mulai dikenal pada tahun 80-90-an, saat

banyak dibicarakan tentang konflik budaya, bagaimana mempertahankan Budaya

Indonesia serta pembudayaan nilai-nilai baru.

Bersamaan dengan itu, para akademis mulai mengkajinya dan memasukannya

kedalam kurikulum sebagai pendidikan formal dan informal. Salah satu pakar yang

cukup gigih mengembangkan budaya organisasi adalah Prof. Dr. Taliziduhu Ndraha,

seorang pakar Ilmuan Pemerintahan.

Beberapa pakar mengemukakan pengertian Budaya Organisasi sebagai

berikut:
15

1. Robert P. Vecchio: Budaya organisasi adalah sebagai nilai-nilai dan


norma-norma bersama yang terdapat dalam suatu organisasi dan
mengajarkan kepada pekerja yang datang.17
2. Robbins dan Judge: Budaya organisasi merupakan sistem makna bersama
terhadap nilai-nilai primer yang dianut bersama dan dihargai organisasi,
yang berfungsi menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi
dengan organisasi lainnya, menciptakan rasa indentitas bagi para anggota
organisasi, mempermudah timbulnya komitmen kolektif terhadap
organisasi, meningkatkan kemantapan sistem sosial, serta menciptakan
pembuat makna dan kendali yang memandu membentuk sikap dan
perilaku para anggota organisasi.18
Budaya organisasi adalah norma, nilai-nilai, asumsi filsafat dari organisasi

yang dikembangkan oleh pimpinan organisasi dan diterapkan dalam perilaku

organisasi para anggota organisasi. Secara umum budaya organisasi dirumuskan

sebagai visi, misi, tujuan trategik, dan nilai-nilai strategik. Budaya organisasi

diajarkan kepada para anggota organisasi dan diawasi pelaksanaannya secara

sistematis (Wirawan, 2007).19

Edgar Schein mendevinisikan budaya organisasi sebagai berikut:

Suatu pola dari asumsi dasar-yang diciptakan, ditemukan, atau dikembangkan

oleh kelompok tertentu saat belajar menghadapi masalah adaptasi eksternal dan

integrasi internal-yang telah belajar cukup baik untuk dianggap valid dan oleh karena

itu, untuk diajarkan kepada anggota baru sebagai cara yang benar untuk berpersepsi,

berpikir, dan berperasaan sehubungan dengan masalah yang dihadapi.20


17
Wibowo, Budaya Organisasi, (Ed. 1-Cet.3; Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 17.
18
Juliansyah, Penelitian Ilmu Manajemen, (Ed. 1; Jakarta: Prenadamedia Group, 2013),
h.151.
19
Wirawan, Kepemimpinan: Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi, Aplikasi dan Penelitian,
(Cet. 2; Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 68.
20
John, Robert, Michael, Perilaku dan Manajemen Organisasi, (Jakarta: Erlangga, 2006). h.
44.
16

Dalam budaya organisasi khususnya di Indonesia, sifatnya berfariasi antara

daerah yang satu dan daerah yang lain sesuai dengan pengaruh lingkungan sosial

budaya daerah tertentu. Organisasi dalam hal ini merupakan ajang berkumpul

sekelompok orang yang didalamnya terdapat kerja sama antara individu yang satu

dengan yang lain.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa budaya dapat diamati, ditelaah,

dipelajari dan dikembangkan untuk kepentingan kemajuan suatu organisasi melalui

berbagai manifestasi budaya dan unsur-unsur yang terkandung didalamnya. Caldwell

dan Spink (1993; 69), menyebutkan beberapa unsur budaya organisasi sekolah yaitu:

Perwujudan konseptual/verbal 1. Tujuan sekolah

2. Kurikulum

3. Bahasa

4. Perumpamaan

5. Kisah organisasi

6. Tokoh-tokoh organisasi

7. Struktur organisasi
Perwujudan dan simbolis visual/material 1. Fasilitas dan perlengkapan

2. Benda-benda dan momen

3. Hiasan dan semboyan

4. Seragam
Perwujudan perilaku 1. Ritual

2. Upacara
17

3. Belajar mengajar

4. Prosedur operasional

5. Peraturan, tata tertib, hadiah, sanksi

6. Dukungan sosial dan psikologis21


Sangatlah wajar didalam berorganisasi perlu adanya pengorbanan, baik waktu,

biaya, dan pikiran guna mencapai tujuan yang diinginkan, dan hal uang paling prinsip

yang selalu menjadi kendala dalam budaya berorganisasi adalah persoalan pengaturan

waktu. Namun ini tidak bisa dijadikan sebagai sebuah alasan dalam proses

pencapaian suatu tujuan.

Dinamika budaya organisasi selalu bersumber sesuai dengan kebutuhan dan

target yang akan dicapai. Pada budaya organisasi yang bernaung dalam lingkungan

sekolah, dirancang untuk mengenal dunia organisasi secara sederhana, program-

programnyapun lebih banyak mengikuti program-program sekolah, baik sosial,

budaya, dan keagamaan sesuai dengan kemampuan siswa.

Budaya organisasi tumbuh melalui proses evolusi dari gagasan yang

diciptakan oleh pendiri organisasi dan kemudian ditanamkan kepada para

pengikutnya. Budaya organisasi tumbuh, dan berkembang dilakukan dengan

menanamkan melalui proses pembelajaran dan pengalaman.

Budaya organisasi mencerminkan persepsi umum yang dilakukan seluruh

anggota organisasi. Karenanya dapat diharapkan bahwa individu dengan latar

21
Jejen Musfah, Manajemen Pendidikan (Cet.1; Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), h. 37.
18

belakang berbeda atau pada tingkat yang berbeda dalam organisasi akan cenderung

menjelaskan budaya organisasi dengan terminology yang sama. Namun, hal tersebut

tidak berarti bahwa dalam suatu organisasi hanya terdapat satu budaya tunggal.

Didalam budaya organisasi masih terbuka kemungkinan adanya satu atau lebih

subkultur.

Budaya organisasi menunjukan adanya atau budaya yang dominan. Jika

organisasi tidak mempunyai budaya yang dominan maka pengaruh dari budaya

terhadap kinerja anggota menjadi tidak jelas. Budaya yang kuat dicirikan oleh nilai

dari organisasi yang dianut dengan kuat, dan diatur dengan baik. Maka banyak

anggota yang menerima nilai-nilai ini, menyetujui jajaran tingkat kepentingannya,

dan merasa sangat terikat kepada budaya organisasi, maka makin kuat budaya

tersebut.

Amstrong (2009:10) mengutip pendapat Briscoe dan Claus (2008) bahwa

“kinerja sebagai suatu sistem melalui mana organisasi menetapkan tujuan kerja,

mempertimbangkan standar kinerja, memberikan dan mengevaluasi kerja,

menyediakan umpan balik kinerja, mempertimbangkan kebutuhan pelatihan dan

pengembangan dan membagikan penghargaan.”22 Oleh karena itu, untuk menunjang

kinerja para anggota maka diperlukan budaya pada organisasi tersebut.

B. Tipe dan Karakteristik Budaya Organisasi

1. Tipe Budaya Organisasi


22
Wibowo, Manajemen Kinerja, (Ed. -4; Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 8.
19

Budaya organisasi merupakan filosofi dasar organisasi yang membuat

keyakinan, norma-norma dan nilai-nilai bersama yang menjadi karakteristik inti

tentang bagaimana cara melakukan sesuatu dalam organisasi. Jeff Cartwright (1999:

11) menyatakan adanya empat tipe budaya, yaitu:

1) The monoculture
Monoculture merupakan program mental tunggal, orang berpikir sama dan
sesuai dengan norma budaya yang sama. Orangnya mempunyai satu pikiran.
Merupakan model “ras murni” yang menyebabkan banyak konflik dalam dunia
dimana terdapat banyak etnis dan kelompok rasial berbeda. Monoculture sangat
kuat karena sangat terfokus tajam. Sebagai ekstrim, orangnya fanatik dan
fundamentalis.
2) The superordinate culture
Terdiri dari subkultur terkoordinasi, masing-masing dengan keyakinan dan
nilai-nilai, gagasan dan sudut pandang sendiri, tetapi semua bekerja dalam satu
organisasi dan semua termotivasi mencapai sasaran organisasi.
The superordinate culture merupakan tipe ideal budaya organisasi.
Keberagaman budaya dapat menjadi penyebab pemisahan dan konflik atau
sumber vitalitas, kreativitas, dan energi. Good leadership membawa orang dari
berbagai budaya bekerja bersama dalam harmoni. Orang mempunyai komitmen
untuk mencapai tujuan organisasi. Pikiran difokuskan pada kebersamaan daripada
perbedaan.
3) The divisive culture
The divisive culture bersifat memecah belah. Dalam budaya ini sub-kultur
dalam organisasi secara individual mempunyai agenda dan tujuan sendiri. Dalam
model ini, organisasi ditarik kearah yang berbeda. Tidak ada pemisahan dan
konflik antara “kita dan mereka”. Tidak terdapat arah yang jelas dan kekurangan
kepemimpinan.
Dalam kasus ekstrem, orang yang berada dalam divisive multiculture
merasa bukan bagian darinya dan melakukan pemberontakan terhadapnya.
Vandalisme, kejahatan, inefisiensi dan kekacauan merupakan gejala budaya ini.
Divisive culture adalah budaya yang paling umum dalam masyarakat atau
pekerjaan.
4) The disjunctive culture.
20

Budaya ini ditandai oleh seringnya pemecahan organisasi secara eksplosif atau
bahkan menjadi unit budaya individual. Sebagai contohnya adalah Yugoslavia,
Bosnia, dan perang sipil di Afrika yang berkepanjangan.23
Budaya organisasi perlu dikembangkan sesuai dengan perkembangan

lingkungan dan kebutuhan organisasi. Perkembangan organisasi harus diarahkan pada

terciptanya achievement culture, yaitu tipe budaya yang mendorong dan menghargai

kinerja orang. achievement culture menekankan pada pekerjaan yang dilakukan

daripada sekedar peran. Orang akan menyilangkan peran untuk membuat pekerjaan

berjalan dan menukar tanggungg jawab apabila diperlukan.

2. Karakteristik Budaya Organisasi

Budaya organisasi dalam suatu organisasi yang satu dapat berbeda dengan

yang ada dalam organisasi yang lain. Namun, budaya organisasi menunjukan ciri-ciri,

sifat, atau karakteristik tertentu yang menunjukan kesamaannya. Istilah yang

dipergunakan para ahli untuk menunjukan karakteristik budaya oranisasi sangat

bervariasi. Hal tersebut menunjukan beragamnya ciri, sifat, dan elemen yang terdapat

dalam budaya organisasi.

Setiap organisasi akan menampakan sifat dan cirinya berdasarkan

karakteristik budaya organisasi yang dimilikinya. Stephen P Robbins membagi

karakteristik budaya organisasi dalam lima dimensi, yaitu :

1. Power distance.

23
Wibowo, Budaya Organisasi, (Ed. 1-Cet.3; Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 23.
21

Suatu tingkatan dimana pembagian kekuasaan yang tidak sama, diterima


orang dalam budaya (high power distance) atau ditolak oleh mereka (low pewer
distance).
2. Individualism versus collectivism.
Individualisme adalah suatu karakteristik budaya dimana orang lebih
memperhatikan dirinya dan anggota keluarga dekatnya. Adapun pada
kolektivisme menunjukan suatu karakteristik budaya yang berorientasi pada orang
dan demi kebaikan kelompok.
3. Quantity of life versus quality of life.
Quantity of life merupakan atribut budaya nasional yang menjelaskan
tingkatan dimana nilai sosial ditandai oleh ketegasan dan materealisme. Pada
quality of life lebih menekankan pada hubungan dan mempunyai perhatian
terhadap orang lain.
4. Uncertainty avoidance.
Merupakan suatu tingkatan dimana orang dalam suatu budaya merasa
diperlakukan oleh, dan berusaha menghindar dari situasi membinggungkan.
5. Long-term versus short-term orientation.
Orientasi jangka panjang merupakan atribut budaya nasional yang
menekankan pada masa depan, sifat hemat, dan ketekunan. Adapun orientasi
jangka pendek menekankan pada masalalu dan sekarang, menghormati tradisi,
dan memenuhi kewajiban sosial.24
C. Fungsi dan Peranan Budaya Organisasi

1. Fungsi Budaya Organisasi

Fungsi budaya organisasi menunjukan peranan atau kegunaan dari budaya

organisasi. Fungsi budaya organisasi menurut Robert Kreitner dan Angelo Kinicki

(2001: 73) adalah:

a. Memberi anggota identitas organisasional, menjadikan organisasi diakui


sebagai organisasi yang inovatif dengan mengembangkan produk baru.
Identitas organisasi menunjukan ciri khas yang membedakan dengan
organisasi lain yang mempunyai sifat khas yang berbeda.
b. Memfasilitasi komitmen kolektif, organisasi mampu membuat anggota
organisasi bangga menjadi bagian daripadanya. Anggota organisasi
mempunyai komitmen bersama tentang norma-norma dalam organisasi yang
harus diikuti dan tujuan bersama yang harus dicapai.

24
Ibid, h. 35.
22

c. Meningkatkan stabilitas sistem sosial sehingga mencerminkan bahwa


lingkungan kerja dirasakan positif dan diperkuat, konflik dan perbuatan dapat
dikelola secara efektif. Dengan kedepakatan bersama tentang budaya
organisasi yang harus dijalani mampu membuat lingkungan dan interaksi
sosial berjalan dengan stabil dan tanpa gejolak.
d. Membentuk perilaku dengan membantu anggota menyadari atas
lingkungannya. Budaya organisasi dapat membuat orang berpikir sehat dan
masuk akal.25
2. Peranan Budaya Organisasi

Sementara itu, peranan budaya organisasi menurut pandangan Jerald

Greenberg dan Robert A. Baron (2003: 518) adalah

1. Budaya memberikan rasa identitas


Semakin jelas persepsi dan nilai-nilai bersama organisasi didefinisikan,
semakin kuat orang dapat disatukan dengan misi organisasi dan merasa menjadi
bagian penting darinya.
2. Budaya membangkitkan komitmen pada misi organisasi
Kadang-kadang sulit bagi orang untuk berpikir diluar kepentingannya
sendiri, seberapa besar akan memengaruhi dirinya. Tetapi apabila terdapat strong
culture, orang merasa bahwa mereka menjadi bagian dari yang besar, dan terlibat
dalam keseluruhan kerja organissi. Lebih besar dari setiap kepentingan individu,
budaya mengingatkan orang tentang apa makna sebenarnya organisasi itu.
3. Budaya memperjelas dan memperkuat standar perilaku
Budaya membimbing kata dan memperkuat pekerja, membuat jelas apa
yang harus dilakukan dan kata-kata dalam situasi tertentu, terutama berguna bagi
pendatang baru. Budaya mengusahakan stabilitas bagi perilaku, keduanya dengan
harapan apa yang harus dilakukan pada waktu yang berbeda dan juga apa yang
harus dilakukan individu yang berbeda disaat yang sama.26
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa fungsi budaya organisasi adalah:

(1) menunjukan identitas, (2) menunjukan batasan peran yang jelas, (3) menunjukan

komitmen kolektif, (4) membangun stabilitas sistem sosial, (5) membangun pikiran

sehat dan masuk akal, dan (6) memperjelas standar perilaku.

D. Kesamaan dan Perbedaan Budaya Organisasi


25
Ibid, h. 49.
26
Ibid, h 51.
23

1. Kesamaan

Pembentukan budaya memungkinkan makhluk hidup menyesuaikan pada

lingkungan karena memperoleh atribut budaya seperti bahasa dan organisasi

kelompok. Meskipun budaya individu sering sangat berbeda karena perbedaan iklim

dan geografis, semua budaya mempunyai prinsip yang sama. Jeff Carwright (1999:

20) Kesamaan budaya dapat disimpulkan dalam bentuk sebagai berikut.

a. Distinctive, mempunyai ciri tersendiri. Tim membedakan nama, tempat kerja

khusus dan/atau tampilan yang membedakan yang memberi identitas jelas.

Anggota tim bangga dengan identitas tim. Anggota kelompok membagi

keyakinan, nilai-nilai, dan kebiasaan yang menciptakan consensus kelompok.

b. Satisfying, senang menjadi bagian tim. Anggota menikmati menjadi bagian

tim dan merasa memiliki. Anggota percaya pada kemampuan tim untuk

mencapai sasaran. Anggota menikmati pekerjaannya dan mendapatkan

kepuasan kerja.

c. Protective, berbagi dan saling memperhatikan. Kesehatan, keselamatan, dan

keamanan anggota individu menjadi kepentingan bersama. Terdapat

kebersamaan dan kepedulian kuat dalam tim.

d. Inclusive/exclusive, setiap anggota tim dihargai. Setiap anggota tim dihormati

dan dihargai sebagai individu tanpa melihat status. Terdapat kesetiaan yang

kuat dan semangat kompetitif dengan tim lain. Rasa bangga dalam tim

dipengaruhi oleh kepedulian menjadi bagian dari seluruh organisasi.


24

e. Objective/subjective. Anggota tim individu memiliki sasaran tim sendiri dan

bekerja terbaik untuk mencapainya. Anggota tim individu dikenal karena

kontribusi secara pribadi pada usaha bersama tim. Anggota memiliki nilai-

nilai dan perilaku tim.

f. Instructive, mendorong keterampilan pribadi dan kinerja. Anggota tim

individu memiliki sasaran tim sendiri dan bekerja terbaik untuk mencapainya.

g. Continuous, kebijakan dan tindakan konsisten. Terdapata keberlanjutan yang

baik dan konsistensi kebijakan dan tindakan dalam masalah yang

memengaruhi tim. Anggota tim tetap loyal pada tim dan pergantian

keanggotaan rendah. Pengalaman bersama dalam tim membangun sejarah dan

harapan tim untuk member kontinuitas.27

2. Perbedaan

Variasi budaya dapat menyebabkan perbenturan budaya dari: kepribadian,

metode, perilaku, sikap, dan gaya manajemen. Ketika budaya yang berbeda

berinteraksi, terutama bilamana orang hidup dan bekerja bersama, saling

pengertian dan toleransi perbedaan budaya adalah penting untuk harmoni budaya.

Namun, harmoni budaya memerlukan saling pengertian, toleransi, dan

fleksibilitas.

Variasi budaya merupakan model untuk mengembangkan gaya budaya


baru. Dimensi yang membuat budaya bervariasi adalah management style, bias,
values, individualism, change, constituency, identity dan strategy (jeff Carteright,
1999: 15).28

27
Ibid, h. 52.
28
Wibowo, Budaya Organisasi, (Cet.3; Jakarta: Rajawali Pers, 2013.), h. 54.
25

a. Management style (Gaya Manajemen)

Gaya manajemen individu berbeda-beda dan gaya tertentu mungkin cocok

mungkin tidak dengan situasi atau bawahan. Sebagian orang perlu arahan dan

supervisi kuat, tanpa tanggung jawab. Lainnya ingin bekerja atas inisiatif sendiri.

Pemimpin dalam situasi krisis perlu berbeda dengan kondisi normal.

Idealnya, seorang pemimpin harus mampu mengubah gaya manajemen

sesuai dengan orang bawahannya dan situasi yang dihadapi. Gaya manajemen

yang bersifat tradisonal atau traditional style adalah: autocratic (otokratis),

remote (terpencil), aggressive (agresif), ruthless (kejam), high profile (tinggi

hati), dan secretive (berahasia).

Adapun yang bersifat new quality style adalah: democratic (demokratis),

participative (partisipatif), friendly (bersahabat), sympathetic (simpatik), low

profile (rendah hati), dan open (terbuka).

b. Bias (Bias)

Dalam organisasi yang didominasi pria, terdapat bias antara pimpinan pria

dan wanita, homoseksual, dan etnis minoritas. Bias terhadap agama, pandangan

politik, dan keanggotaan organisasi pekerja.

Dalam new quality culture, pekerja mendapat pengakuan peluang sama

tanpa bias disebabkan prasangka. Tanpa bias menunjukan kedewasaan budaya.

Bias terjadi dalam bidang pelatihan, menghargai orang, promosi kondisi kerja,

tunjangan dalam bentuk natura, dan kesempatan untuk pengembangan pribadi.


26

c. Values (Nilai-nilai)

Nilai-nilai memayungi semua sikap dan perilaku. Nilai-nilai yang harus

dikenal adalah rationality (rasionalitas), logical problem solving (pengambilan

keputusan masuk akal), creativity (kreativitas), organizing ability (mengorganisasi

kemampuan), relation skills (keterampilan melakukan hubungan), caring

(perhatian), dan sensitivity (sensitivitas).

d. Individualism (Individualisme)

Pada budaya timur umumnya terdapat tekanan kuat pada teamwork seperti

dalam persetujuan kolektif, tanggung jawab kolektif, birokrasi, dan solidaritas

perserikatan. Pengembangan individualism, keinginan kebebasan pribadi, dan

pemberdayaan individu menjadi kecenderungan dibarat.

Pada organisasi modern menyeimbangkan kebutuhan akan effective team

action dengan perlunya mendorong dan melatih setiap individu untuk melakukan

yang terbaik untuk tim dan organisasi sebagai superordinate team. Campuran

sifat individu dan tim dalam proporsi yang berbeda akan memberikan campuran

optimum untuk menyesuaikan dengan kebutuhan tertentu.

Sifat individual adalah fleksibilitas, tanggung jawab individual, otonomi,

inisiatif pribadi, pengembangan pribadi, penghargaan pribadi. Adapun sifat tim

adalah kecocokan, tanggung jawab kolektif, pelatihan tim, dan pengakuan tim.

e. Change (Perubahan)
27

Organisasi dengan gaya manajemen tradisional sangat resisten terhadap

perubahan. Masalah timbul apabila terjadi perubahan situasi eksternal sehingga

memerlukan perubahan internal.

Karakteristik organisasi yang tidak fleksibel dan resisten terhadap

perubahan adalah: tahan, fanatik, menolak, gugup, mengancam, reaktif, daya

khayal. Adapun karakteristik yang bersifat fleksibel adalah: dapat menyesuaikan

diri, berpandangan terbuka, optimistis, oportunis, proaktif, inovatif.

f. Constituency (Unsur Pokok)

Budaya tradisional biasanya monoculture, bersikap tidak toleran terhadap

orang luar. Budaya barat lebih cosmopolitan, terbuka dan biasanya lebih toleran

pada minoritas dalam semua bentuk.

Kedewasaan budaya menunjukan aspek: (1) Toleran terhadap kepentingan

kelompok organisasi, (2) Hubungan baik antar orang dengan perbedaan sosial dan

latar belakang pendidikan, (3) Menghilangkan konflik “kami dan mereka” dan

perbedaan kelompok organisasi, dan (4) Langkah aktif memelopori saling

pengertian antara orang dari latar belakang berbeda.

g. Identity (Identitas)

Identitas budaya merupakan fokus pemikiran dan tindakan yang secara

unik membedakan organisasi dari lainnya. Pekerja mempunyai kontak pribadi

dengan dunia luar kedalam proyeksi terhadap citra organisasi: (a) organisasi

mempunyai citra atau identitas yang jelas, (b) pekerja mempunyai kebanggaan

dan komitmen terhadap organisasi, (c) organisasi membangun citranya melalui


28

kualitas produk dan jasa, (d) komitmen manajemen terhadap standar kualitas

tinggi.

h. Strategy (Strategi)

Organisasi perlu mempertimbangkan penyeimbangan antara kontinuitas

dan perubahan, antara stabilitas dan fleksibilitas, antara jangka panjang dan

jangka pendek, seperti dalam: kebijakan, investasi, riset dan pengembangan,

pengembangan sumber daya manusia, kebijakan rekrutmen dan marketing selaras

dengan strategi jangka panjang, hubungan yang seimbang antara taktik dan

strategi.

E. Pengertian Kinerja

Sebagian orang mengatakan bahwa kata kinerja merupakan singkatan dari

“kinetic energy kerja”. Kebenarannya belum bisa dikonfirmasi. Namun dalam

lingkup kajian manajemen dan organisasi kata “kinerja” bukan kata yang sama sekali

baru dan dewasa ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan

organisasi dan semua orang yang terlibat didalamnya.

Bisa dikatakan istilah kinerja sudah dikenal sejak zaman pra modern.

Beberapa sumber menyatakan bahwa istilah kinerja sudah dikenal pada masa

kekaisaran dinasti Wei tahu 221-265 Masehi (Amstrong, 2009). 29 Meskipun sudah

dikenal cukup lama, baru sekitar tahun 1950-an paska Perang Dunia II isu tentang

kinerja terutama yang terkait tentang masalah penelitian, pengukuran, dan evaluasi

kinerja mulai memperoleh perhatian serius dari berbagai kalangan: akademis,


29
Achmad Sobirin, Konsep Dasar Kinerja Dan Manajemen Kinerja, h. 5.
29

konsultan dan para praktisi khususnya mereka yang terlibat dalam kegiatan

organisasi.

Jika kinerja memang merupakan sesuatu yang teramat penting bagi kehidupan

organisasi, pertanyaannya adalah apa sesungguhnya kenerja itu ? pertanyaan ini

menjadi sangat penting karena seperti dikatan Amstrong & Baron (2005) “jika kita

tidak mampu mendefinisikan kinerja sama halnya kita tidak mampu mengukur dan

memanaj kinerja.30

Dari pengertian diatas, maka secara sederhana kinerja merupakan hasil kerja

yang dapat dicapai oleh karyawan atau angota karyawan dalam sebuah organisasi

baik secara kuantitatif maupun kualitatif, yang disebabkan oleh motivasi dan

kemampuanya.

F. Pengertian Tenaga Kependidikan

Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan

diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.31 Yang termasuk dalam

tenaga kependidikan adalah:

1. Kepala Satuan Pendidikan

Kepala satuan pendidikan yaitu orang yang diberi wewenang dan bertanggung

jawab untuk memimpin satuan pendidikan tersebut. Kepala satuan pendidikan harus

mampu melaksanakan peran dan tugasnya sebagai edukator, manajer, administrator,

30
Ibid, h. 7.
31
Wikipedia bahasa Indonesia, tenaga kependidikan (on-line), (https://id.m.wikipedia.org),
diakses pada tanggal 10 desember 2017, jam 14:02.
30

supervisor, leader, inivator, motivator, figure dan mediator. Istilah lainnya kepala

satuan pendidikan adalah Kepala sekolah, Rektor, dan Direktur.

2. Tenaga Kependidikan

Tenaga kependidikan yaitu orang yang berpartisipasi dalam penyelenggaraan

pendidikan disatuan pendidikan, walaupun secara tidak langsung terlibat dalam

proses pendidikan, di antaranya:

a. Wakil-wakil kepala urusan umumnya pendidik yang mempunyai tugas

tambahan dalam bidang yang khusus, untuk membantu Kepala Satuan

Pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan pada instansi tersebut.

Contoh: kepala urusan kurikulum.

b. Tata usaha, adalah tenaga kependidikan yang bertugas dalam bidang

administrasi instansi tersebut. Bidang administrasi yang dikelola di antaranya:

1. Administrasi surat menyurat adalah suatu sarana untuk menyampaikan

informasi atau pernyataan secara tertulis kepada pihak lain.

2. Administrasi kearsipan adalah suatu proses kegiatan pengaturan arsip

dengan menggunakan suatu sistem tertentu.

3. Administrasi kepegawaian adalah seluruh aktivitas atau kegiatan dengan

masalah penggunaan tenaga kerja.

4. Administrasi peserta didik adalah proses pengurusan serta layanan yang

berkaitan dengan murid disuatu sekolah.

5. Administrasi keuangan adalah pengelolaan yang meliputi seluruh aktifitas

yang berkaitan dengan keuangan.


31

6. Administrasi inventaris adalah pencatatan atau pendaftaran barang-barang

sekolah kedalah suatu daftar inventaris barang.

c. Laboran adalah petugas khusus yang bertanggung jawab terhadap alat dan

bahan di laboratorium.

d. Pustakawan adalah seseorang yang bekerja di perpustakaan dan membantu

orang menemukan buku, majalah dan informasi lain.

e. Pelatih ekstrakulikuler adalah orang yang melatih kegiatan pengembangan

diri.

f. Petugas keamanan (penjaga sekolah) adalah satuan kelompok petugas yang

dibentuk oleh instansi/proyek badan usaha untuk melakukan keamanan fisik

dalam rangka penyelenggaraan keamanan swakarsa dilingkungan sekolah.

Sedangkan petugas kebersihan adalah petugas yang setiap hari membersihkan

lingkungan sekolah.

3. Pendidik

Pendidik atau dikenal dengan pengajar adalah tenaga kependidikan yang

berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan dengan tugas khusus sebagai

profesi pendidik. Pendidik mempunyai sebutan lain sesuai kekhusussannya yaitu:

guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktor, fasilitator, dan

ustadz/ustazah.
32
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis merupakan asumsi fundamental dalam suatu penelitian guna memahami

gejala dan masalah dari suatu objek tertentu. Dalam penelitian ini, penulis

menggunakan jenis deskriptif kualitatif, yakni memaparkan secara praktis tentang

objek yang diteliti beserta hasil penelitian penulis dengan terlebih dahulu melakukan

analisis dan penetapan nilai, sesuai dengan standar-standar buku dalam jenis

deskriptif kualitatif.32

Penulis melakukan analisis data dengan memberi pemaparan gambaran

mengenai situasi yang diteliti, hakikat pemaparan adalah seperti orang yang merajut,

setiap bagian ditelaah satu demi satu, dengan menjawab pertanyaan apa, mengapa dan

bagaimana suatu fenomena itu terjadi dalam konteks lingkungannya. Objektivitas

pemaparan harus dijaga agar subjektivitas penentu dalam membuat interpretasi pada

fenomena-fenomena atau gejala-gejala yang bersifat alami dan dilakukan untuk

menghasilkan data yang efektif sesuai dengan kejadian-kejadian yang terjadi dilokasi

penelitian serta tidak melakukan hipotesis yang sifatnya menduga-duga.

Seluruh data yang dikumpulkan akan diolah dan diseleksi berdasarkan prinsip

pendekatan kualitatif. Berdasarkan hal tersebut, menurut Bogdan dan Taylor seperti

dikutip oleh Tohirin dalam bukunya bahwa metode kualitatif adalah sebagai prosedur

32
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Ilmiah, Suatu Pendekatan Praktek, (Cet.9; Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 1993), h. 209.

33
34

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Lebih jauh lagi penelitian

kualitatif diartikan sebagai penelitian yang berupaya membangun pandangan orang-

orang yang diteliti secara rinci serta dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistik

(menyeluruh dan mendalam) dan rumit.33

Adapun pertimbangan-pertimbangan yang digunakan yang digunakan dalam

pendekatan kualitatif ini adalah:

1. Penyesuaian pendekatan kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan

kenyataan ganda

2. Bersifat langsung antara peneliti dan responden

3. Lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak perjamaan

pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.34

Alasan utama penulis memilih pendekatan kualitatif, disamping sebagai

metode yang cocok dengan arah penelitian ini, juga karena penulis menganggap

bahwa metode ini merupakan cara yang bertatapan langsung dengan para informan

yang tidak terumuskan dalam bentuk angka cukup dengan cara observasi, dengan

mengumpulkan data atau intisari dokumen.

B. Lokasi Penelitian

33
Tohirin, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling (Cet.3;
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), h.2.
34
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Ilmiah, Suatu Pendekatan Praktek, (Cet.9; Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 1993), h. 3.
35

Adapun yang menjadi objek atau sasaran lokasi penelitian proposal ini adalah

Implementasi Budaya Organisasi dalam meningkatkan Kinerja Tenaga Kependidikan

di SMA Negeri 1 Walea Kepulauan. Alasan penulis memilih lokasi penelitian karena

lokasi penelitian dianggap sangat representatif terhadap judul yang ingin diteliti

karena objek dianggap tepat juga penulis sangat berharap dapat memperoleh nilai

tambah dalam melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Walea Kepulauan, sebagai

langkah awal bentuk pengapdian pada daerah sendiri.

C. Kehadiran Peneliti

Dengan melihat ciri-ciri penelitian kualitatif, maka tentunya kehadiran peneliti

sangat diharapkan demi menyusuaikan terhadap kenyataan-kenyataan yang terjadi

dilapangan. Selain itu, hanya peneliti sebagai instrumen sajalah yang dapat

berhubungan dengan responden atau objek lainnya.

S. Margono mengemukakan bahwa kehadiran Penulis dilokasi sebagai

instrumen utama adalah sebagai berikut:

Manusia merupakan instrument alat (intrumen) terutama mengumpulkan data.


Penelitian kualitatif menghendaki peneliti atau dengan bantuan orang lain sebagai alat
utama mengumpulkan data. Hal ini dimaksudkan agar lebih mengadakan penyesuaian
terhadap kenyataan-kenyataan yang ada.35
Penelitian kualitatif menuntut kehadiran peneliti dilokasi penelitian harus

maksimal, sehingga upaya untuk mengumpulkan data yang akurat dapat tercapai.

Sebelum penelitian dilakukan terlebih dahulu peneliti meminta izin kepada kepala

35
S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan, (Cet.2; Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 38.
36

sekolah dengan memperlihatkan surat izin melakukan penelitian disekolah tersebut.

Hal ini dimaksudkan agar kehadiran peneliti dilokasi penelitian dapat diterima

dengan resmi, sehingga pelaksanaan penelitian dapat berjalan dengan lancar dan data

yang diperoleh lebih akurat dan valid.

D. Data dan Sumber Data

Data dan sumber data merupakan faktor penentu keberhasilan suatu

penelitian. Tidak dapat dikatakan suatu penelitian bersifat ilmiah, bila tidak ada data

dan sumber data yang dapat dipercaya. Menurut S. Nasution, sumber data dalam

penelitian ini dikategorikan dalam dua bentuk yaitu: “Data primer dan sekunder”.36

1. Data primer

Data primer adalah “jenis data yang diperoleh lewat pengamatan langsung

dilapangan”.37 Wawancara langsung dengan informan dan narasumber yang dipilih.

Sumber data yang dimaksud adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah serta staff

tenaga kependidikan yang ada di SMA Negeri 1 Walea Kepulauan.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah “Data penunjang yang merupakan data pelengkap yang

diperoleh melaui literature-literatur, dokumen-dokumen dan pengumpulan data

melalui dokumentasi dan catatan-catatan yang berkaitan dengan objek penelitian yang

36
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif Kualitatif Dan R & D
(Bandung: Alfabeta, 2008), H. 22.
37
Ibid, H.122.
37

menunjukan gambaran umum tentang Implementasi Budaya Organisasi dalam

meningkatkan Kinerja Tenaga Kependidikan di SMA Negeri 1 Walea Kepulauan.

E. Tehnik Pengumpulan Data

Dalam penelitian penggunaan metode yang tepat amat diperlukan untuk

menentukan teknik dan alat pengumpulan data yang akurat dan relevan. Untuk

memperoleh data yang betul-betul valid dan dapat dipertanggung jawabkan secara

ilmiah, penulis menggunakan:

1. Observasi (pengamatan)

Tehnik observasi merupakan metode pengumpulan data dengan melakukan

pengamatan dan pencatatan terhadap objek yang diteliti. Pengamatan dan pencatatan

yang dilakukan terhadap objek ditempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa,

sehingga obeservasi berada sama dengan objek yang diselidiki. Untuk memperoleh

data yang akurat peneliti melakukan peneliti menggunakan observasi langsung

ditempat yang dijadikan objek penelitian di SMA Negeri 1 Walea Kepulauan.

Sebagai mana yang dikemukakan oleh Wirano surakhman:

Yaitu tehnik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan

secara langsung (tanpa alat) terhadap gejala-gejala subjek yang diselidiki, baik

pengamat itu dilakukan di dalam situasi sebenarnya maupun dilakukan dalam situasi

buatan yang khusus di adakan.38

2. Interview (wawancara)

38
Winarno Surakhman, Dasar dan Tehnik Research Pengantar Meteologi Ilmiah, (Ed.VI;
Bandung, 1997), H.155.
38

Tehnik wawancara yaitu “cara mengumpulkan data melalui kontak atau

hubungan pribadi antara pengumpulan data dan sumber data.39 Interview atau

wawancara dilakukan kepada beberapa informan yang berhubungan dengan

penelitian ini. Berdasarkan pengertian diatas maka dalam pelaksanaan pengumpulan

data, penggunaan metode wawancara juga mengarah kepada pencapaian sasaran yang

diperoleh dari para informan. Sehingga diharapkan penelitian dapat dilakukan dengan

efektif dan efisien dalam memperoleh data yang diperlukan tentang Implementasi

Budaya Organisasi dalam meningkatkan Kinerja Tenaga Kependidikan di SMA

Negeri 1 Walea Kepulauan. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini

adalah Kepela Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, serta Staf Tenaga Kependidikan

lainnya.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan berupa gambar –

gambar tentang keadaan objek yang diteliti sehingga mendukung kelengkapan data

peneliti.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu dengan melakukan

penelitian secara sistematis faktual dan akurat mengenai fakta-fakta yang diperoleh

dilapangan sehingga selanjutnya menganalisis data. Adapun tenik analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini, terdiri dari tiga tahap yaitu:

1. Reduksi data
39
S. Nasution, Metode Research (Cet.IV; Jakarta: Bumi Aksara), H.143.
39

Reduksi data merupakan bentuk analisis yang bertujuan menajamkan,

menggolongkan, membuang yang tidak perlu. Mattew B. Milles dan A. Michael

Huberman mengemukakan yang dierjemahkan oleh Tjeptjep Rohendi menjelaskan:

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada


penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yeng muncul dari
catatan-catatan tertulis dilapangan, sebagaimana kita ketahui reduksi data
berlangsung terus menerus selama proyek berorientasi kualitatif langsung.40
2. Penyajian data

Penyajian data yaitu penyajian data yang telah penulis reduksi dalam model-

model tertentu untuk menghindari adanya kesalahan penafsiran terhadap data

tersebut.

3. Verifikasi data

Verivikasi data yaitu suatu pengambilan kesimpulan yang dilakukan oleh

penelitian terhadap data tersebut. Disamping itu pula, dalam menganalisis data

penulis juga menggunakan teknis analisis secara:

a. Dedukatif yaitu analisis yang berangkat dari data yang bersifat umum untuk

mendapat kesimpulan yang bersifat khusus

b. Induktif yaitu analisis yang berangkat dari data yang bersifat khusus untuk

mendapat data yang umum.

c. Komperatif yaitu analisis dengan membandingkan beberapa data untuk

mendapat kesimpulan tentang persamaan dan perbedaannya.

G. Pengecekan Keabsahan Data

40
Mattew B. Milles, A. Michael Huberman, Quantitative Data Analisis. Diterjemahkan oleh
Tjeptjep Rohendi, Analisis Data Kualitatif, (cet.1; Jakarta: UI-Pres, 1992), h.16.
40

Pengecekan keabsahan data diterapkan dalam penelitian ini agar data yang

diperoleh terjamin validitas dan kredibilitasnya. Selanjutnya, untuk pengecekan

keabsahan data yang diperoleh maka dilakukan secara triangulasi. Yaitu tehnik

pengecekan data terhadap sumber data dengan mengecek kesesuaian sumber data

yang diperoleh dengan karakteristik sumber data yang sudah ditentukan penulis,

kesesuaian metode yang digunakan, serta kesesuaian teori yang dipaparkan dalam

tinjauan pustaka dengan hasil penelitian.

Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan.

Selanjutnya untuk mengecek keabsahan data yang diperoleh maka dilakukan secara

triangulasi. Triangulasi yaitu: tehnik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain, diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau

sebagai pembanding terhadap data itu

Anda mungkin juga menyukai