PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lembaga pendidikan adalah suatu lembaga yang bertujuan
mengembangkan potensi manusiawi yang dimiliki anak-anak agar mampu
menjalankan tugas-tugas kehidupan sebagai manuasia, baik secara individual
maupun sebagai anggota masyarakat. Kegiatan untuk mengembangkan potensi itu
harus dilakukan secara berencana, terarah dan sistematik guna mencapai tujuan
tertentu. Untuk mencapai tujuan di atas diperlukan suatu organisasi lembaga
pendidikan. Keberhasilan suatu lembaga pendidikan dapat ditentukan berdasarkan
suatu kriteria-kriteria tertentu. Pengorganisasian suatu lembaga pendidikan
tergantung pada beberapa aspek antara lain: jalur, jenjang, dan jenis organisasi
lembaga pendidikan yang bersangkutan.
1
dimasa datang juga diharapkan dapat memandang manusia bukansebagai pekerja
tetapi sebagai mitra kerja dengan keunggulan yang berbeda. Dengan demikian,
seorang leader yang keluar dari persaingan global, harus dapat memandang
manusia sebagai manusia, bukan pekerja
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian Organisasi Lembaga Pendidikan ?
2. Apa saja yang dimaksud dengan jalur, jenjang, dan jenis Lembaga
Pendidikan?
3. Bagaimana riteria keberhasilan Lembaga Pendidikan ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Sutarto (1998)
Organisasi adalah sistem saling berpengaruh antar orang dalam kelompok
yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.
Dari berbagai definisi para ahli mengenai organisasi, Pada intinya dapat
disimpulkan bahwa organisasi adalah koordinasi /secara rasional kegiatan
sejumlah orang untuk mencapai tujuan bersama yang dirumuskan secara
eksplisit, melalui peraturan dan pembagian kerja serta melalui hierarkhi
kekuasaan dan tanggung jawab. Organisasi dapat didefinisikan dengan
bermacam cara yang pada intinya mencakup berbagai faktor yang menimbulkan
organisasi yaitu kumpulan orang, ada kerjasama, dan tujuan yang telah ditetapkan
yang merupakan sistem yang saling berkaitan dalam kebulatan.
Cara. Yang dimaksud dengan cara disisni adalah mengacu pada suatu keadaan
dalam masyarakat yang menggunakan symbol-simbol tertentuk untuk memaknai
sebuah hal atau peristiwa.
4
Kebisaan. Yang dimaksud dengan kebiasan adalah prilaku masyaralat berulang
secaar terus-menerus dalam jangka waktu tertentu, sehingga perilaku tersebut
sudah menjadi kebisaan yang dsulit untuk dilupkan.
Adat Istiadat. Adalah suatu cara dan prilaku masyarakat dalam memakanai
kehidupan dalam bentuk upacara ritual, makan adat istiada disini lebih mengacu
pada nilai-nilai budaya yang dipegang oleh masyarakat dan menjadi nilai-nilai
yang dianut oleh masyarakat.
Ada berbagai definisi mengenai pendidikan menurut para ahli, antara lain:
a) Driyarkara (1980)
Pendidikan adalah memanusiakan manusia.
b) Dictionary of education
Pendidikan adalah (a) Proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan
tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat mereka hidup, (b) proses sosial
yang terjadi pada seseorang yang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang
terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga mereka
dapat memperoleh perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu
yang optimum. Dengan kata lain pendidikan dipengaruhi oleh lingkungan atas
individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang sifatnya permanen
(tetap) dalam tingkah laku, pikiran, dan sikapnya.
5
Dari berbagai definisi pendidikan menurut para ahli tersebut, dapat diidentifikasi
beberapa ciri pendidikan, antara lain yaitu :
– Untuk mencapai tujuan itu, pendidikan melakukan usaha yang terencana dalam
memilih isi (materi), strategi, dan teknik penilaiannya yang yang sesuai.
Selain itu, dari berbagai definisi pendidikan menurut para ahli tersebut dapat
disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
6
(perkembangan dan perubahan peran) dan tuntutan eksternal yang semakin
berkembang.
1. Struktur Organisasi lembaga Pendidikan
Menurut E. Kast dan James E. Rosenzweig (1974) struktur diartikan sebagai
pola hubungan komponen atau bagian suatu organisasi. Struktur merupakan
sistem formal hubungan kerja yang membagi dan mengkoordinasi tugas orang dan
kelompok agar tercapai tujuan.
Menurut Stoner (1986), struktur organisasi dibangun oleh lima unsur, yaitu:
Spesialisasi aktivitas
Spesialisasi aktivitas mengacu pada spesifikasi tugas perorangan dan kelompok di
seluruh organisasi atau pembagian kerja dan penyatuan tugas tersebut ke dalam
unit kerja.
Standardisasi aktivitas
Standardisasi aktivitas adalah prosedur yang digunakan organisasi untuk
menjamin kelayakan kegunaan aktivitas. Menstandardisasi artinya menjadikan
seragam dan konsisten pekerjaan yang harus dilakukan bawahan, biasanya dengan
menggunakan peraturan, uraian jabatan, dan program seleksi, orientasi kerja,
keterampilan kerja.
7
Koordinasi aktivitas
koordinasi aktivitas adalah prosedur yang memadukan fungsi-fungsi dalam
organisasi, seperti fungsi primer dalam suatu badan usaha, pemasaran, produksi
dan penjualan merupakan faktor-faktor yang secara langsung menunjang
pencapaian tujuan organisasi.
Struktur organisasi akan menjadi lebih jelas apabila digambarkan dalam bagan
atau skema organisasi. Pada struktur organisasi terdapat gambaran posisi kerja,
pembagian kerja, jenis kerja yang harus dilakukan, hubungan atasan dan bawahan,
kelompok, komponen atau bagian, tingkat manajemen dan saluran komunikasi.
Struktur organisasi menspesifikkan pembagian kegiatan kerja dan menunjukkan
bagaimana fungsi atau bagaimana kegiatan yang berbeda-beda itu
dihubungkan.Struktur juga menunjukkan hierarki dan struktur wewenang
organisasi serta memperlihatkan hubungan pelapornya.
8
Bagan organisasi menunjukkan struktur organisasi dengan kotak-kotak atau garis-
garis yang disusun menurut kedudukannya yang masing-masing mempunyai
fungsi tertentu, yang satu sama lain dihubungkan dengan garis-garis saluran
wewenang (Sutarto, 1998:217).
Struktur organisasi lembaga pendidikan adalah susunan skema atau bagan yang
menggambarkan hubungan kerja yang membagi dan mengkoordinasikan tugas
orang dan kelompok agar menjadi suatu kesatuan dari berbagai segmen dan fungsi
lembaga pendidikan dengan tujuan untuk mencapai tujuan dari proses
pembelajaran.
pendidikan.
9
1. Jalur pendidikan
Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk
mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai
dengan tujuan pendidikan. (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV pasal 31 ayat 1, 2,
dan 3) Ada tiga jalur pendidkan yang berperanan dalam pembentukan kualitas
sumber daya manuasia, yaitu terdiri atas: pendidikan formal, nonformal, dan
informal.
a. Jalur Pendidikan formal
Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di
sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang
pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah,
sampai pendidikan tinggi. Pendidikan formal dapat diwujudkan dalam bentuk
satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah (pusat), pemerintah
daerah dan masyarakat.
10
pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.
Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik
dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan
fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.
11
persamaan melalui PKBM atau lembaga nonformal sejenis yang
menyelenggrakan ujian kesetaraan. Hal paling khas yang menjadi nilai lebih
pendidikan informal dibandingkan model pendidikan lainnya adalah,
kemungkinan yang lebih besar akan tergali dan terkelolanya potensi setiap
anak secara maksimal.
2. Jenjang pendidikan
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai,
dan kemampuan yang dikembangkan.
a. Pendidikan dasar
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama 9
(sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi
jenjang pendidikan menengah.
12
Sebelum memasuki jenjang pendidikan dasar, bagi anak usia 0-
6 tahun diselenggarakan pendidikan anak usia dini, tetapi bukan
merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar. Menurut
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional Bab IV pasal 28 disebutkan bahwa :
Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan
dasar, dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal,
nonformal, dan/atau informal.Pendidikan anak usia dini pada jalur
pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak (TK), raudatul athfal
(RA), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan anak usia dini pada
jalur pendidikan nonformal berbentuk kelompok bermain (KB), taman
penitipan anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan
anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan
keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
b. Pendidikan menengah
Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan
pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan
menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan
menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah
(MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah
kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. (Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab IV Pasal 18.
c. Pendidikan tinggi
Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan
menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana,
magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan
tinggi. Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
13
Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program akademik,
profesi, dan/atau vokasi. (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 20)
3. Jenis pendidikan
Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada
kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan. Jenis pendidikan
mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi,
keagamaan, dan khusus. (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 15)
a. Pendidikan umum
Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah
yang mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta
didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Bentuknya: Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan
Sekolah Menengah Atas (SMA).
b. Pendidikan kejuruan
Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang
mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.
Bentuk satuan pendidikannya adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
c. Pendidikan akademik
Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana
dan pascasarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu
pengetahuan tertentu.
d. Pendidikan profesi
Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program
sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memasuki suatu profesi atau
menjadi seorang profesional. Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan
14
profesi yang diselenggarakan oleh departemen atau lembaga pemerintah
nondepartemen. Pendidikan kedinasan berfungsi meningkatkan kemampuan
dan keterampilan dalam pelaksanaan tugas kedinasan bagi pegawai dan calon
pegawai negeri suatu departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen.
Pendidikan kedinasan diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dan
nonformal.
e. Pendidikan vokasi
Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan
peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu
maksimal dalam jenjang diploma 4 setara dengan program sarjana (strata 1).
f. Pendidikan keagamaan
Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah, dan
tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan
yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama dan/atau
menjadi ahli ilmu agama.
15
C. Kriteria Keberhasilan Organisasi Lembaga Pendidikan
Kemandirian sebagai tuntuan desentralisasi pendidikan (Tim Dosen AP,
2010 : 25) pada daerah kabupaten dan kota lebih menekankan pada kemandirian
dalam mengelola dan memberdayakan berbagai sumber daya yang dimiliki untuk
mengimplementasikan kebijakan yang sudah ditetapkan oleh otoritas pusat dan
propinsi. Melihat sumber daya yang tersedia didaerah, maka setiap daerah
berbeda-beda dalam menangani urusan pendidikan. Perbedaan ini terlihat dalam
mengorganisasikan instansi pengelola pendidikan, sedangkan untuk
mengorganisasikan lembaga penyelenggaraan pendidikan tetap menganut
ketentuan nasional tentang jenis dan jenjang pendidikan.
16
maintenance). Dengan pendekatan ini, keberhasilan seorang pemimpin dapat
dikaji dengan langkah-langkah atau cara:
Kriteria Keberhasilan
17
1. Obyektivitas absolut memang diyakini tidak akan diperoleh dalam kehidupan
sehari-hari, yang diperoleh hanyalah tertekannya unsur subyektivitas
seminimal mungkin. Hal itu juga dipastikan terjadi dalam penyelenggaraan
supervisi keterlaksanaan Kurikulum 2004 di 40 SMA
2. Dalam rangka menekan unsur subyektivitas sekaligus mengoptimalkan nilai-
nilai obyektivitas dalam proses dan hasil supervisi keterlaksanaan Kurikulum
di 40 SMA, maka disiapkan kriteria kinerja/performansi/ keberhasilan semua
aspek pada semua komponen;
3. Kriteria keberhasilan berfungsi untuk menentukan nilai suatu aspek dalam
suatu komponen tertentu. Kriteria unjuk kerja langsung menentukan nilai
komponen;
4. Kriteria keberhasilan disiapkan untuk setiap aspek pada semua komponen.
Formulasi semua kriteria kinerja/kriteria performansi/indikator keberhasilan
ditentukan sesuai dengan karakteristik aspek yang dinilai
5. Kriteria keberhasilan suatu aspek dalam suatu komponen tidak sama, baik
dalam jumlah, substansi, maupun karakteristiknya
18
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Organisasi lembaga pendidikan adalah suatu organisasi yang unik dan
kompleks karena lembaga pendidikan tersebut merupakan suatu lembaga
penyelenggara pendidikan. Tujuannya antara lain adalah menyiapkan peserta
didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik
dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan, memperkya
khanazah ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian, serta mengupayakan
penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan
memperkaya kebudayaan nasional. Mulyani A Nurhadi membedakan menjadi
dua yaitu organisasi macro dan mikro.
19
Kriteria keberhasilan berfungsi untuk menentukan nilai suatu aspek dalam suatu
komponen tertentu. Pengelolaan suatu lembaga pendidikan yang efektif dan
efisien merupakan syarat mutlak keberhasilan organisasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Dosen, Tim AP. 2010. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press
Fattah, Nanang. 1996. Landasan Manajemen Pendidikan. Cibeureum : PT Remaja
Rosdakarya Bandung
(http://kangsaviking.wordpress.com/lembaga-pendidikan-sebagai-agen-
perubahan/).
(http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_nonformal)
(http://pendidikan-rumah.blogspot.com/2009/06/pendidikan-informal.html)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
20