PEMBAHASAN
1
Organisasi dipandang pula sebagai satuan sosial yang dikoordinasi secara
sadar, yang tersusun atas dua orang atau lebih, yang berfungsi atas dasar yang relative
terus menerus untuk mencapai suatu tujuan atau seperangkat bersama (Robbins, 1996:
5).
Berbagai pengertian organisasi di atas menunjukkan bahwa organisasi
mengandung unsur-unsur yang membentuk keberadaan organisasi, seperti yang
dikemukakan oleh Malayu SP Hasibuan (melalui TIM Dosen AP UNY, 2011: 20-21)
sebagai berikut:
1. Manusia (human factor), artinya organisasi baru ada jika ada unsur manusia
yang bekerja sama, ada pemimpin dan ada yang dipimpin
2. Tempat kedudukan, artinya organisasi baru ada jika ada tempat kedudukannya
3. Tujuan, artinya organisasi baru ada jika ada tujuan yang ingin dicapai
4. Pekerjaan, artinya organisasi baru ada jika pekerjaan yagn akan dikerjakan serta
adanya pembagian kerja
5. Struktur, artinya organisasi baru ada jika hubungan dan kerja sama antara
manusia yang satu dengan yang lainnya
6. Teknologi, artinya organisasi baru ada jika terdapat unsur teknis
7. Lingkungan (environtmental external social sistem), artinya organisasi baru
ada jika ada lingkungan yang saling mempengaruhi seperti adanya sistem kerja
sama sosial.
Dari berbagai definisi para ahli mengenai organisasi, pada intinya dapat
disimpulkan bahwa organisasi adalah koordinasi/secara rasional kegiatan sejumlah
orang untuk mencapai tujuan bersama yang dirumuskan secara eksplisit, melalui
peraturan dan pembagian kerja serta melalui hierarkhi kekuasaan dan tanggung jawab.
Suatu lembaga adalah sistem hubungan sosial yang terorganisir yang
mewujudkan nilai-nilai dan tata cara umum tertentu dan memenuhi kebutuhan dasar
masyarakat tertentu. Lembaga termasuk diantara norma norma masyarakat yang paling
resmi dan bersifat memaksa.
Kalau kebiasaan dan tata kelakuan disekitar suatu kegiatan yang penting
menjadi terorganisir ke dalam sistem keyakinan dan perilaku yang sangat formal dan
mengikat, maka suatu lembaga telah berkembang. Oleh karena itu suatu lembaga
mencakup:
1. Seperangkat perilaku yang telah distandarisasi dengan baik
2. Serangkaian tata kelakuan, sikap, nilai- nilai yang mendukung dan
3. Sebentuk tradisi, ritual, upacara dan perlengkapan-perlengkapan lainnya.
Lembaga pendidikan merupakan suatu badan atau instansi baik itu negeri
maupun swasta yang melaksanakan kegiatan mendidik atau penyelenggara usaha
pendidikan. Lembaga pendidikan di Indonesia tidak hanya lembaga formal sekolah,
namun juga mencakup lembaga pendidikan seperti kursus privat maupun kursus
pelatihan yang mengadakan kegiatan pendidikan karena setiap lemabaga pendidikan di
Indonesia memiliki tujuan, kurikulum dan lulusan yang berbeda-beda. Meskipun
demikian, lembaga pendidikan ini memiliki komponen yang sama di dalamnya.
Komponen-komponen tersebut adalah:
1. Komponen siswa
Siswa di sini merupakan subjek dari belajar yang menurut jenis dan sifatnya
disebut sebagai siswa, mahasiswa dan peserta kursus.
2. Komponen guru
Guru sendiri merupakan subjek yang memberikan pelajaran, yang dapat disebut
ssebagai guru, dosen maupun penyaji atau penatar.
3. Komponen kurikulum
Kurikulum merupakan materi yang diajarkan yang memberikan ciri pada
lembaga pendidikan tersebut dan mencerminkan kualitas lulusan.
4. Komponen sarana dan prasarana
Untuk menunjang proses pembelajaran diperlukan sarana dan prasarana yang
mendukung.
5. Komponen pengelola
Pengelolan merupakan orang-orang yang mengurus penyelenggaraan lembaga
pendidikan yang menyangkut pengelolaan dalam memimpin,
mengorganisasikan, mengarahkan, membina dan mengurus tatalaksana
lembaga.
Dari pengertian masing-masing kata tersebut dapat diketahui definisi
Organisasi Lembaga Pendidikan adalah koordinasi secara rasional sejumlah orang
dalam membentuk institusi pendidikan. Tujuannya antara lain adalah menyiapkan
peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik
dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan, memperkaya
khanazah ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian, serta mengupayakan penggunaannya
untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan
nasional. Demikian kompleksnya organisasi tersebut, maka dalam memberikan
layanan pendidikan kepada siswa khususnya dan masyarakat pada umumnya organisasi
perlu dikelola dengan baik. Oleh sebab itu lembaga pendidikan perlu menyadari adanya
pergeseran dinamika internal (perkembangan dan perubahan peran) dan tuntutan
eksternal yang semakin berkembang.
2. Struktur Desentralisasi
Di negara-negara yang organisasi pendidikannya di-desentralisasi, pendidikan
bukan urusan pemerintah pusat, melainkan menjadi tanggung jawab pemerintah
daerah dan rakyat setempat. Penyelenggaraan dan pengawasan sekolah-sekolah
pun berada sepenuhnya dalam tangan penguasa daerah.
Kemudian pemerintah daerah membagi-bagikan lagi kekuasaannya kepada
daerah yang lebih kecil lagi, seperti kabupaten/kotapraja, distrik, kecamatan
dan seterusnya dalam penyelengaraan dan pembangunan sekolah, sesuai
dengan kemampuan, kondisi-kondisi, dan kebutuhan masing-msing. Tiap
daerah atau wilayah diberi otonomi yang sangat luas yang meliputi penentuan
anggaran biaya, rencana-rencana pendidikan, penentuan personel/guru, gaji
guru-guru pegawai sekolah, buku-buku pelajaran, juga tentang pembangunan,
pemakaian serta pemeliharaan gedung sekolah.
Dengan struktur organisasi pendidikan yang dijalankan secara desentralisasi
seperti ini, kepala sekolah tidak semata-mata merupakan seorang guru kepala,
tetapi seorang pemimpin, profesional dengan tanggung jawab yang luas dan
langsung terhadap hasil-hasil yang dicapai oleh sekolahnya. Ia bertanggung
jawab langsung terhadap pemerintahan dan masyarakat awasan dan sosial-
control yang langsung dari pemerintahan dan masyarakat setempat. Hal ini
disebabkan karena kepala sekolah dan guru-guru adalah petugas-petugas atau
karyawan-karyawan pendidik yang dipilih, diangkat, dan diberhentikan oleh
pemerintah daerah setempat.
2. Pendidikan menengah
Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan
dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan
pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk sekolah
menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan
(SMK), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang
sederajat. (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 18.
Sekolah menengah atas merupakan sekolah yang memberikan pendidikan
umum, bukan sekolah kejuruan. Tipe sekolah sendiri dari sekolah
menengah atas adalah:
Tipe A, memiliki daya tampung maksimal 33 kelompok belajar masing-
masing 35 siswa dengan jumlah minimal 850 siswa.
Tipe B, memiliki daya tampung maksimal 24 kelompok belajar masing-
masing 35 siswa dengan jumlah minimal 400 siswa.
Tipe C, memiliki daya tampung maksimal 33 kelompok belajar masing-
masing 35 siswa dengan jumlah minimal 200 siswa.
3. Pendidikan tinggi
Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah
yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, doktor,
dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Perguruan tinggi
berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat.
Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program akademik, profesi,
dan/atau vokasi. (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 20)
Jenis Pendidikan
Jenis pendidikan merupakan kelompok yang didasarkan pada
kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan. Dalam UU nomor 20
tahun 2003 pasal 13 mengatur tentang jalur pendidikan terdiri atas pendidikan
formal, non formal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan
memperkaya. Pasal 15 tentang jenis pendidikan mencakup pendidikan umum,
kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus. Pasal 14 tentang
jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidilan dasar, pendidikan menengah,
dan pendidikan tinggi.
1. Pendidikan umum
Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang
mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bentuknya:
Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah
Menengah Atas (SMA).
2. Pendidikan kejuruan
Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang
mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.
Bentuk satuan pendidikannya adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
3. Pendidikan akademik
Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan
pascasarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu
pengetahuan tertentu.
4. Pendidikan profesi
Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana
yang mempersiapkan peserta didik untuk memasuki suatu profesi atau
menjadi seorang profesional. Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan
profesi yang diselenggarakan oleh departemen atau lembaga pemerintah
nondepartemen. Pendidikan kedinasan berfungsi meningkatkan
kemampuan dan keterampilan dalam pelaksanaan tugas kedinasan bagi
pegawai dan calon pegawai negeri suatu departemen atau lembaga
pemerintah nondepartemen. Pendidikan kedinasan diselenggarakan melalui
jalur pendidikan formal dan nonformal.
5. Pendidikan vokasi
Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan
peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu
maksimal dalam jenjang diploma 4 setara dengan program sarjana (strata
1).
6. Pendidikan keagamaan
Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi
yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang
menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama dan/atau menjadi
ahli ilmu agama.
Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren,
pasraman, pabhaja samanera, dan bentuk lain yang sejenis. (Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 30)
7. Pendidikan khusus
Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki
tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan
fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan
bakat istimewa.
Peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan
luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif (bergabung dengan sekolah
biasa) atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar
dan menengah (dalam bentuk sekolah luar biasa/SLB).
A. KESIMPULAN
Organisasi Lembaga Pendidikan adalah koordinasi secara rasional sejumlah
orang dalam membentuk institusi pendidikan. Tujuannya antara lain adalah
menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan
akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan, memperkya
khanazah ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian, serta mengupayakan penggunaannya
untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan
nasional.
Struktur Organisasi pendidikan yang pokok ada dua macam yaitu sentralisasi
dan desentralisasi. Di antara kedua struktur tersebut terdapat beberapa struktur
campuran yakni yang lebih cenderung ke arah sentralisasi mutlak dan yang lebih
mendekati disentralisasi tetapi beberapa bagian masih diselenggarakan secara sentral.
Komponen yang ada dalam organisasi sekolah meliputi kepala sekolah, wakil
kepala sekolah, komite sekolah, bimbingan dan konseling, guru kelas, wali kelas, tata
usaha, siswa, dan security.
Kriteria keberhasilan berfungsi untuk menentukan nilai suatu aspek dalam
suatu komponen tertentu. Pengelolaan suatu lembaga pendidikan yang efektif dan
efisien merupakan syarat mutlak keberhasilan organisasi tersebut.
Kualitas sebuah lembaga pendidikan juga hakikatnya diukur dari kualitas
proses pembelajarannya, disamping output dan outcome yang dihasilkan. Oleh karena
itu kriteria mutu dan keberhasilan pembelajaran seharusnya dibuat secara rinci,
sehingga benar-benar measurable and observable (dapat diukur dan diamati).