Anda di halaman 1dari 9

TUGAS

MANAJEMEN SEKOLAH

“OBSERVASI ORGANISASI LEMBAGA PENDIDIKAN DI SMA KATOLIK DON


BOSCO BITUNG”

DI SUSUN:

MONICA LUNTUNGAN 20 507 007


DEYSI RANSUN 20 507 029
FEIBI BALANSA 20 507 045
JUMADI 20 507 049
JESSIKA SIMBAR 20 507 055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA, ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN KEBUMIAN

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

2023
BAB I
LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Organisasi Lembaga Pendidikan

Suatu lembaga adalah sistem hubungan sosial yang terorganisir yang


mewujudkan nilai – nilai dan tata cara umum tertentu dan memenuhi kebutuhan dasar
masyarakat tertentu. Lembaga termasuk diantara norma – norma masyarakat yang
paling resmi dan bersifat memaksa. Kalau kebiasaan dan tata kelakuan disekitar suatu
kegiatan yang penting menjadi terorganisir ke dalam sistem keyakinan dan perilaku
yang sangat formal dan mengikat, maka suatu lembaga telah berkembang. Oleh karena
itu suatu lembaga mencakup :

1. Seperangkat perilaku yang telah distandarisasi dengan baik.


2. Serangkaian tata kelakuan, sikap, nilai – nilai yang mendukung.
3. Sebentuk tradisi, ritual, upacara dan perlengkapan – perlengkapan lainnya.

Lembaga pendidikan merupakan suatu badan atau instansi baik itu negeri maupun
swasta yang melaksanakan kegiatan mendidik atau penyelenggara usaha pendidikan.
Lembaga pendidikan di Indonesia tidak hanya lembaga formal sekolah, namun juga
mencakup lembaga pendidikan seperti kursus privat maupun kursus pelatihan yang
mengadakan kegiatan pendidikan karena setiap lembaga pendidikan di Indonesia
memiliki tujuan, kurikulum dan lulusan yang berbeda – beda. Meskipun demikian,
lembaga pendidikan ini memiliki komponen yang sama di dalamnya. Komponen –
komponen tersebut adalah :

1. Komponen siswa.
Siswa di sini merupakan subjek dari belajar yang menurut jenis dan sifatnya
disebut sebagai siswa, mahasiswa dan peserta kursus.
2. Komponen guru
Guru sendiri merupakan subjek yang memberikan pelajaran, yang dapat disebut
sebagai guru, dosen maupun penyaji atau penatar.
3. Komponen kurikulum
Kurikulum merupakan materi yang diajarkan yang memberikan ciri pada
lembaga pendidikan tersebut dan mencerminkan kualitas lulusan.
4. Komponen sarana dan prasarana
Untuk menunjang proses pembelajaran diperlukan sarana dan prasarana yang
mendukung.
5. Komponen pengelola
Pengelolan merupakan orang – orang yang mengurus penyelenggaraan lembaga
pendidikan yang menyangkut pengelolaan dalam memimpin,
mengorganisasikan, mengarahkan, membina dan mengurus tata laksana
lembaga.
Dari pengertian masing – masing kata tersebut dapat diketahui definisi
Organisasi Lembaga Pendidikan adalah koordinasi secara rasional sejumlah orang
dalam membentuk institusi pendidikan. Tujuannya antara lain adalah menyiapkan
peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik
dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan, memperkaya khanazah
ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian, serta mengupayakan penggunaannya untuk
meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.
Demikian kompleksnya organisasi tersebut, maka dalam memberikan layanan
pendidikan kepada siswa khususnya dan masyarakat pada umumnya organisasi perlu
dikelola dengan baik. Oleh sebab itu lembaga pendidikan perlu menyadari adanya
pergeseran dinamika internal (perkembangan dan perubahan peran) dan tuntutan
eksternal yang semakin berkembang.

B. Struktur Organisasi Pendidikan.

Struktur Organisasi pendidikan yang pokok ada dua macam yaitu sentralisasi dan
desentralisasi. Di antara kedua struktur tersebut terdapat beberapa struktur campuran
yakni yang lebih cenderung ke arah sentralisasi mutlak dan yang lebih mendekati
disentralisasi tetapi beberapa bagian masih diselenggarakan secara sentral. Pada
umumnya, struktur campuran inilah yang berlaku dikebanyakan negara dalam
menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran bagi bangsanya.
1) Struktur Sentralisasi
Di negara – negara yang organisasi pendidikannya dijalankan secara sentral,
yakni yang kekuasaan dan tanggung jawabnya dipusatkan pada suatu badan di pusat
pemerintahan maka pemerintah daerah kurang sekali atau sama sekali tidak
mengambil bagian dalam administrasi apapun.
Segala sesuatu yang mengenai urusan – urusan pendidikan, dari menentukan
kebijakan dan syarat – syarat personal, urusan kepegawaian, sampai kepada
penyelenggaraan bangunan – bangunan sekolah, penentuan kurikulum, alat – alat
pelajaran, soal – soal dan penyelenggaraan ujian – ujian, dan sebagainya. Semuanya
ditentukan dan ditetapkan oleh dan dari pusat. Sedangkan bawahan dan sekolah –
sekolah hanya merupakan pelaksana – pelaksana pasif dan tradisional semata –
mata.
Sesuai dengan sistem sentralisasi dalam organisasi pendidikan ini, kepala
sekolah dan guru – guru dalam kekuasaan dan tanggung jawabnya, serta dalam
prosedur – prosedur pelaksanaan tugasnya sangat dibatasi oleh peraturan –
peraturan dan instruksi – instruksi dari pusat yang diterimanya melalui hierarkhi
atasannya.
Dalam sistem sentralisasi semacam ini, ciri – ciri pokok yang sangat menonjol
adalah keharusan adanya uniformitas (keseragaman) yang sempurna bagi seluruh
daerah di lingkungan negara itu. Keseragaman itu meliputi hampir semua kegiatan
pendidikan, teutama di sekolah – sekolah yang setingkat dan sejenis.

2) Struktur Desentralisasi
Di negara – negara yang organisasi pendidikannya di-desentralisasi, pendidikan
bukan urusan pemerintah pusat, melainkan menjadi tanggung jawab pemerintah daerah
dan rakyat setempat. Penyelenggaraan dan pengawasan sekolah – sekolah pun berada
sepenuhnya dalam tangan penguasa daerah.

Kemudian pemerintah daerah membagi – bagikan lagi kekuasaannya kepada


daerah yang lebih kecil lagi, seperti kabupaten/kotapraja, distrik, kecamatan dan
seterusnya dalam penyelengaraan dan pembangunan sekolah, sesuai dengan
kemampuan, kondisi – kondisi, dan kebutuhan masing – masing. Tiap daerah atau
wilayah diberi otonomi yang sangat luas yang meliputi penentuan anggaran biaya,
rencana – rencana pendidikan, penentuan personel/guru, gaji guru – guru pegawai
sekolah, buku – buku pelajaran, juga tentang pembangunan, pemakaian serta
pemeliharaan gedung sekolah.

Dengan struktur organisasi pendidikan yang dijalankan secara desentralisasi


seperti ini, kepala sekolah tidak semata – mata merupakan seorang guru kepala, tetapi
seorang pemimpin, profesional dengan tanggung jawab yang luas dan langsung
terhadap hasil – hasil yang dicapai oleh sekolahnya. Ia bertanggung jawab langsung
terhadap pemerintahan dan masyarakat awasan dan social – control yang langsung dari
pemerintahan dan masyarakat setempat. Hal ini disebabkan karena kepala sekolah dan
guru – guru adalah petugas – petugas atau karyawan – karyawan pendidik yang dipilih,
diangkat, dan diberhentikan oleh pemerintah daerah setempat.

C. Kriteria Keberhasilan Lembaga Pendidikan

Pengorganisasian sebagai proses membagi kerja ke dalam tugas – tugas yang


lebih kecil, membebankan tugas – tugas itu kepada orang yang sesuai dengan
kemampuannya, dan mengalokasikan sumberdaya, serta mengkoordinasikannya dalam
rangka efektivitas pencapaian tujuan organisasi. Oleh sebab itu, untuk mencapai tujuan
sebuah organisasi maka diperlukan kriteria keberhasilan organisasi lembaga pendidikan
(Nanang Fattah, 1996).

Kriteria keberhasilan berfungsi untuk menentukan nilai suatu aspek dalam suatu
komponen tertentu. Pengelolaan suatu lembaga pendidikan yang efektif dan efisien
merupakan syarat mutlak keberhasilan organisasi tersebut. Tidak terkecuali lembaga
pendidikan yang juga akan semakin dituntut menjadi suatu organisasi yang tepat
sasaran dan berdayaguna. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memerlukan
suatu sistem pengelolaan yang profesional. Sebagai salah satu komponen utama dalam
sistem pendidikan, selayaknya sekolah memberikan kontribusi yang nyata dalam
meningkatkan kualitas SDM. Hal ini tidak terlepas dari seberapa baik sekolah tersebut
dikelola. Apabila sekolah dianalogikan sebagai mesin produksi, maka kualitas output
akan relevan dengan kualitas mesinnya. Keberhasilan suatu lembaga pendidikan
(sekolah) merupakan keberhasilan kepala sekolah. Kepala sekolah yang berhasil
apabila mereka memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi yang kompleks dan
unik, serta mampu melaksanakan peranan kepala sekolah sebagai seseorang yang diberi
tanggung jawab untuk memimpin sekolah.

Kualitas sebuah lembaga pendidikan juga hakikatnya diukur dari kualitas proses
pembelajarannya, disamping output dan outcome yang dihasilkan. Oleh karena itu
kriteria mutu dan keberhasilan pembelajaran seharusnya dibuat secara rinci, sehingga
benar – benar measurable and observable (dapat diukur dan diamati)
Menurut Rahmania Utari, kriteria keberhasilan lembaga pendidikan adalah sebagai
berikut :
• Input : tingkat ketersediaan dan pendayagunaan masukan instrumental dan
lingkungan
• Proses : tingkat efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pembelajaran
• Output : tingkat pencapaian lembaga dan hasil belajar
• Outcome : dampak langsung dan tidak langsung.
BAB II

DISKUSI / WAWANCARA

• Lokasi : SMA Katolik Don Bosco Bitung


• Wawancara dilakukan oleh : Mahasiswa Biologi
• Guru yang diwawancarai : Wakasek Kurikulum dan Wakasek Sarana dan Prasarana.
• Waktu : Senin, 13 November 2023

A. PERTANYAAN
1. Pembagian tugas apa saja yang dilakukan sekolah dalam pengorganisasian lembaga
pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA)?
2. Apakah dalam pelaksanaannya dilakukan kontroling dan evaluasi? kalau ada,
kapan?
3. Permasalahan atau kendala apa saja yang dihadapi dalam pengorganisasian lembaga
pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA)? Serta upaya apa yang dilakukan
dalam menghadapi permasalahan atau mengatasi kendala tersebut?
4. Apakah dalam tugas dan tanggungjawab sebagai kepala sekolah dan guru sudah
diterapkan dengan baik? Untuk struktur organisasi disekolah. Apakah berjalan
dengan baik?
5. Bagaimana manajemen pendidikan di SMA Katholik Don Bosco Bitung?
6. Manajemen kurikulum dan sarana prasarana, apakah ada tips atau cara agar
manajemen kurikulum dan sarana prasarana di SMA Katholik Don Bosco Bitung
berjalan dengan baik?

B. HASIL WAWANCARA
1. Narasumber mengatakan bahwa pengorganisasian lembaga pendidikan di tingkat
Sekolah Menengah Atas (SMA) pada umumnya sudah bagus, dikarenakan adanya
pembagian tugas yang jelas sehingga pelayanan dalam satuan lembaga pendidikan
bisa lebih maksimal. Adapun pembagian tugas dan tupoksi kerja yang dimaksudkan
ialah sebagai berikut:
a. Kepala sekolah, bertugas untuk memimpin serta mengontrol kinerja
wakasek sampai dengan guru mata pelajaran.
b. Wakil kepala sekolah bidang kurikulum, membantu kepala sekolah dalam
hal mengumpulkan dan menyimpan dokumen kurikulum nasional dan
kurikulum ciri khusus, menyusun perencanaan program pembelajaran
semesteran dan atau tahunan, menyusun program remedial dan pengayaan,
menyusun dan menjabarkan kalender pendidikan, menyusun pembagian
tugas guru, menyusun jadwal pembelajaran dan lain sebagainya yang
berhubungan dengan penerapan suatu kurikulum yang telah disepakati
untuk diberlakukan dalam suatu sekolah.
c. Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, bertugas untuk menyusun program
pembinaan kesiswaan/OSIS, melaksanakan bimbingan, pengarahan,
pengendalian kegiatan siswa/OSIS dalam rangka menegakkan disiplin dan
tata tertib sekolah serta pemilihan pengurus OSIS.
d. Wakil kepala sekolah bidang sarana dan prasarana, bertugas untuk
memimpin, merencanakan, mengembangkan, mengarahkan,
mengkoordinasikan, mengawasi, dan mengendalikan kegiatan sekolah
dalam melaksanakan program sarana dan prasarana.
e. Wakil kepala sekolah bidang hubungan masyarakat, bertugas untuk
mengkoordinasikan segala aspek dari urusan /bidang yang akan
diinformasikan kepada orang tua/wali atau instansi lain baik negeri maupun
swasta.
f. Wali kelas, bertugas untuk mewakili orang tua dan kepala sekolah dalam
lingkungan kelasnya, membina kepribadian dan budi pekerti siswa di
kelasnya, dan membantu pengembangan kecerdasan siswa di kelas.
g. Pembina osis, bertugas untuk memberi nasihat dan saran pada perwakilan
kelas dan OSIS.
h. Pembina pramuka, bertanggungjawab atas pengembangan mental, moral,
sirituan, fisik, intelektual, emosional, dan sosial peserta didik.
i. Guru mata pelajaran, bertugas untuk melaksanakan kegiatan proses belajar
mengajar secara efektif dan efisien berdasarkan kurikulum yang diterapkan.
j. Guru Bimbingan Konseling (BK), sebagai pembimbing siswa dalam
mengenal diri, memfasilitasi perkembangan dan pertumbuhan, penyesuaian
diri, serta pengembangan potensi dan minat secara optimal.
k. Tata Usaha, membina dan mengembangkan ketatausahaan di sekolah.
l. Kepala Perpustakaan, mengelola perpustakan dalam rangka
memaksimalkan fungsi perpustakaan di lingkup satuan pendidikan.
2. Ya dalam pelaksanaan pembagian tugas tentunya diperlukan evaluasi dan
kontroling untuk menilai sejauh mana keberhasilan suatu sekolah dalam
memberikan pelayanan berdasarkan pembagian tugas. Kontroling dilakukan
dengan cara guru piket ataupun kepala sekolah turun dalam mengamati situasi yang
terjadi dalam pelaksanaan tugas sesuai pembagian kerja pendidik dan tenaga
kependidikan, sedangkan evaluasi dilakukan dengan cara mengadakan rapat
evaluasi mingguan, bulanan dan bahkan semester untuk mengumpulkan
permasalahan yang dialami oleh pendidik dan tenaga kependidikan dalam
pelaksanaan tugasnya serta akan dilakukan analisa untuk mencari solusi dari
permasalahan yang didapati.
3. Berdasarkan rapat evaluasi minggunan dan bulanan didapati bahwa kurangnya rasa
tanggungjawab dari tenaga pendidik dan tenaga kependidikan dalam mengerjakan
tugasnya sesuai dengan pembagian tugas dan juga adanya kebingungan dalam
penyesuaian pelayanan dikarenakan kurikulum yang diterapkan sering berganti-
ganti.
4. Kepala sekolah bertanggungjawab dalam menjalankan tugas dan
tanggungjawabnya, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan juga mampu dalam
mengerjakan setiap tugas dan tanggungjawabnya ketika terus mau belajar melalui
evaluasi dan solusi yang telah diberikan. Namun didapati permasalahan baru bahwa
guru-guru yang pensiun membuat suatu struktur menjadi kosong dan perlu waktu
untuk mengisi kekosongan tersebut sebab diperlukan tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan yang sesuai.
5. Manajemen sekolah, untuk kurikulum SMA Katholik Don Bosco Bitung
menerapkan kurikulum merdeka. Dalam pelaksanaan kurikulum merdeka,
kehadiran guru berpengaruh dalam proses pembelajaran jika guru terlambat atau
tidak masuk otomatis pembelajaran tertinggal, dari siswa jika tidak masuk
berminggu-minggu wali kelas biasa tidak menghubungi hingga pembelajarannya
tertinggal.
6. Langkah pertama, misalnya guru tidak hadir-hadir, dapat panggilan dan pembinaan,
dilakukan bersama wakil-wakil kepala sekolah lainnya. Untuk sarana dan
prasarana, pengadaan, tindak lanjut berusaha untuk melengkapi dan tetap akan
mengadakan pengadaan secara bertahap dan perlahan.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Lembaga pendidikan merupakan suatu badan atau instansi baik itu negeri maupun
swasta yang melaksanakan kegiatan mendidik atau penyelenggara usaha pendidikan.
Lembaga pendidikan di Indonesia tidak hanya lembaga formal sekolah, namun juga
mencakup lembaga pendidikan seperti kursus privat maupun kursus pelatihan yang
mengadakan kegiatan pendidikan karena setiap lembaga pendidikan di Indonesia
memiliki tujuan, kurikulum dan lulusan yang berbeda – beda. Meskipun demikian,
lembaga pendidikan ini memiliki komponen yang sama di dalamnya. Komponen –
komponen tersebut adalah komponen guru, siswa, kurikulum, sarana dan prasarana
serta pengelola.

Dari hasil wawancara dan juga pertanyaan yang kami ajukan kepada pihak
sekolah, telah dijawab dan direspon dengan baik. Masih terdapat banyak tantangan dan
masalah namun dari solusi yang dijawab oleh pihak sekolah, masih membutuhkan
evaluasi serta monitoring setiap harinya dan pada tiap minggu telah dilakukan rapat
mingguan. Tanggung jawab dari komponen-komponen organisasi lembaga pendidkan
sendiri sudah cukup baik. Namun masih mengharapkan yang terbaik lagi buat sekolah
SMA Katolik Don Bosco Bitung. Karena dapat disadari lewat ketidaksempurnaan dan
tidak dapat dipungkiri masih banyak lagi yang harus diperhatikan dan ditambahkan.
Baik dari segi komponen dasar yang ada.

Hasilnya-pun dapat kami simpulkan bahwa sekali lagi, data-data yang diperoleh
dari sekolah ini tidak menutup kemungkinan sekolah lainnya ada hal-hal yang berbeda.
Jadi perlu diketahui bersama yang disajikan adalah data yang kita peroleh dari SMA
Katolik Don Bosco Bitung.

Anda mungkin juga menyukai