Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN SEKOLAH

ORGANISASI DAN STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH

Disusun oleh :

Nama : 1. Alza Octomiora (06111281924025)


2. Dian Meilynnia Anggraini (06111381924046)
3. Ning Intan Lestari Apriliza (06111381924037)
4. Putri Nadiya Pratiwi (06111181924004)
5. Silfiyana Fitria (06111281924027)

Kelompok : 3 (Tiga)

Dosen Pengampu : 1. Leni Marlina, S.Pd., M.Si.

2. Saparini, S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan adalah mengembangkan
potensi manusiawi yang dimiliki anak-anak agar mampu menjalankan tugas-tugas
kehidupan sebagai manuasia, baik secara individual maupun sebagai anggota
masyarakat. Kegiatan untuk mengembangkan potensi itu harus dilakukan secara
berencana, terarah dan sistematik guna mencapai tujuan tertentu.
Pengorganisasian suatu sekolah tergantung pada beberapa aspek antara lain:
jenis, tingkat dan sifat sekolah yang bersangkutan. Susunan organisasi sekolah
tertuang dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan kebudayaan tentang susunan
organisasi dan tata kerja jenis sekolah tersebut (Depdikbud, 1983:2). Dalam
struktur organisasi terlihat hubungan dan mekanisme kerja antara kepala
sekolah, guru, murid dan pegawai tata usaha sekolah serta pihak lain di luar
sekolah.
Kepala sekolah sebagai pengelola sekolah mempunyai peranan yang
sangat strategis dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Ia
diharapkan mampu meningkatkan iklim sekolah yang kondusif bagi terlaksanannya
proses belajar mengajar yang efektif, dan mengaktuaklisasikan sumber daya yang
ada di sekolah seoptimal mungkin dalam menunjang proses belajar mengajar. Oleh
karena itu, setiap kepala sekolah harus menguasai kemampuan organizational
pendidikan yang efektif.
Sebagai seorang manajer, kepala sekolah perlu melakukan pendekatan
terhadap strategi global sebagai suatu tuntutan untuk dapat mengelola sebuah
organisasi sekolah secara berhasil. Memimpin sebuah organisasi sekolah yang
produktif berarti mengetahui dan memahami perilaku individu di dalam organisasi
sekolah tempat kerja para guru dan seluruh staf yang terlibat, dan
menjadikannya sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan organisasi sekolah.
Peranan utama kepala sekolah sebagai pemimpin organisasi ( organizational
leader ) adalah mengerahkan seluruh staf sekolah untuk bekerja sama sebagai sebuah
tim dalam rangka melaksanakan program pertumbuhan dan peningkatan bagi seluruh
siswa agar secara akademik berhasil. Sehubungan dengan itu, tantangan utama
kepala sekolah sebagai pemimpin organisasi adalah bagaimana dia dapat memadukan
antara kepentingan organisasi sekolah dan berbagai potensi, minat dan bakat
para anggotanya sebagai asset demi kemajuan sekolah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian dan bentuk dari organisasi sekolah ?
2. Apa sajakah tujuan dan ciri-ciri organisasi sekolah ?
3. Bagaimanakah struktur,wewenang dan tanggung jawab organisasi sekolah?
4. Bagaimanakah partisipasi dan pendekatan organisasi sekolah?
5. Apa pentingnya organisasi sekolah dan faktor untuk menyusun organisasi sekolah
6. Bagaimana peranan masing-masing organisasi sekolah?

1.3 Tujuan
1. Memahami pengertian dan bentuk dari organisasi sekolah
2. Mengetahui tujuan dan ciri ciri organisasi sekolah
3. Memahami bagaimana struktur,wewenang dan tanggung jawab organisasi sekolah
4. Mengetahui partisipasi dan pendekatan organisasi sekolah
5. Memahami pentingnya organisasi sekolah
6. Memamhami peranan masing-masing organisasi sekolah
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Organisasi

Organisasi secara umum dapat diartikan memberi struktur atau susunan yakni dalam
penyusunan penempatan orang-orang dalam suatu kelompok kerja sama, dengan maksud
menempatkan hubungan antara orang-orang dalam kewajiban-kewajiban, hakhak dan tanggung
jawab masing-masing. Dalam suatu susunan atau struktur organisasi dapat dilihat bidang, tugas
dan fungsi masing-masing kesatuan serta hubungan vertikal horizontal antara kesatuan-kestuan
tersebut.

Dalam penyelenggaraan pendidikan lembaga pendidikan tidak dapat lepas dari organisasi
negara. Untuk organisasi ini Mulyani A. Nurhadi membedakan menjadi dua yaitu organisasi
makro dan mikro. Organisasi pendidikan makro adalah organisasi pendidikan dilihat dari segi
organisasi secara luas. Dalam struktur organisasi, organisasi pendidikan pada tingkat makro
dibedakan atas: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tingkat Pusat, Kantor Wilayah
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kantor Pendidikan Dan Kebudayaan di
Kabupaten/Kotamadya dan Kantor Pendidikan dan Kebudayaan tingkat Kecamatan. Organisasi
pendidikan mikro adalah organisasi pendidikan dilihat dengan titik tolak dengan unit-unit yang
ada pada suatu sekolah atau lembaga pendidikan penyelenggara langsung proses belajar
mengajar. Struktur disetiap sekolah atau lembaga tidak seluruhnya sama. Mungkin disuatu
sekolah terdapat sesuatu unit sekolah yang disekolah lain tidak terdapat karena disebabkan
kekurangan tenaga atau sarana lain.

Organisasi sekolah adalah sistem yang bergerak dan berperan dalam merumuskan tujuan
pendewasaan manusia sebagai mahluk sosial agar mampu berinteraksi dengan lingkungan.
Dengan begitu disana kita bisa belajar bagaimana cara menyikapi diri kita ketika berhadapan
dengan suatu masalah sehingga kita bisa menyelesaikannya. Dengan pendewasaan maka kita
dapat menyikapi masalah kita dengan baik dan kita juga mampu berinteraksi sebagai mana peran
kita didalam suatu lingkungan.
Definisi organisasi sekolah dari para ahli: Organization is the form of every human
association for the attainment of comon purpose (James D. Oony). An organization as a system
of cooperative activities of two or more persons (Chester I. Barnard)

Dari definisi tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa organisasi adalah sebuah bentuk
atau sistem yang terdiri dari sekelompok manusia yang berkerjasama untuk mencapai tujuan
bersama. Oleh sebab itu sekolah dikatakan sebagai sebuah organisasi karena sekolah didirikan
untuk mencapai tujuan bersama khususnya di bidang pendidikan.

2.2 Bentuk Organisasi Sekolah

Setiap unit kerja dipimpin oleh seorang kepala/pimpinan yang menduduki posisi menurut
tingkat unit kerjanya di dalam keseluruhan organisasi. Posisi, tanggung jawab dan wewenang di
dalam suatu kelompok formal terikat pada struktur dan dibatasi oleh peraturan-peraturan yang
mendasari pembentukan organisasi kerja tersebut. Hubungan kerja yang didasari wewenang dan
tanggung jawab, baik secara vertikal maupun horizontal dan diagonal akan menunjukan pola
tertentu sebagai mekanisme kerja. Dengan kata lain pembagian tugas, pelimpahan wewenang
dan tanggung jawab serta arus perwujudan tugas, akan menggambarkan tipe atau bentuk
organisasi kerja. Tipetipe organisasi itu antara lain:

1. Organisasi Lini (Line Organization)

Dalam tipe ini semua hak dan kekuasaan berada pada pimpinan tertinggi. Personal
yang lain disebut bawahan tidak mempunyai hak dan kekuasaan sekecil apa pun karena
hanya berkedudukan sebagai pelaksana tugas dari atasan. Tidak dibenarkan adanya inisiatif
dan kreativitas, semua tugas harus dilaksanakan sebagaimana diperintahkan. Saluran
perintah dan penyampaian tanggung jawab dalam organisasi tipe ini dilakukan melalui
prosedur dari atas ke bawah dan sebaliknya.

2. Organisasi Staf (Staff Organization)


Dalam tipe ini semua hak, kekuasaan dan tanggung jawab dibagi habis pada unit
kerja yang ada secara bertingkat. Setiap unit memperoleh sebagian hak dalam menentukan
kebijakan sepanjang tidak bertentangan dengan kebijaksanaan umum dari pimpinan
tertinggi. Wewenang dan tanggung jawab dilimpahkan secara luas, sehingga pimpinan
berkedudukan sebagai koordinator. Tanggung jawab disampaikan secara bertingkat sesuai
dengan hak dan kekuasaan yang dilimpahkan.

3. Bentuk Gabungan (Line and Staff Organization)

Tipe ini sebagai gabungan dari kedua tipe di atas, menempatkan pimpinan tertinggi
sebagai pemegang hak dan kekuasaan tertinggi dan terakhir. Tidak semua hak, kekuasaan
dan tanggung jawab dibagi habis pada unit kerja yang ada, tugas yang bersifat prinsipil tetap
berada pada atasan/pimpinan tetinggi. Pimpinan unit kerja sebagai staf memperoleh
wewenang dalam bidang kerja masing-masing sepanjang tidak berhubungan dengan tugas
yang menjadi wewenang atau kekuasaan pimpinan tertinggi.

4. Organisasi Fungsional (Fungsional Organization)

Dalam tipe ini pembagian hak dan kekuasaan dilakukan berdasar fungsi yang
diemban oleh unit kerja dan terbatas pada tugas-tugas yang memerlukan keahlian khusus.
Sehingga personal yang diangkat dan menerima wewenang untuk menjalankan kekuasaan
diserahkan pada orang yang mempunyai keahlian dalam bidang kerja masing-masing.
Wewenang yang dilimpahkan dibatasi mengenai bidang teknis yang memerlukan keahlian
tertentu secara khusus.

2.3 Tujuan Organisasi

Setiap orang di dalam organisasi secara alamiah memiliki tujuan pribadi yang tidaklah
sama persis. Tujuan akhir dari sebagian besar orang adalah memperoleh penghasilan. Para
anggota organisasi memiliki tujuan mengerjakan pekerjaan dengan baik, naik pangkat,
berinteraksi dengan anggota organisasi lain dalam suasana yang menyenangkan atau menjalin
hubungan persahabatan.

Tujuan organisasi dan karyawan sering kali seiring.Yaitu melakukan pekerjaan dengan
baik dan naik pangkat. Langkah anggota organisasi berupa konsisten si mendukung tujuan
organisasi yaitu meningkatkan tujuan akhir secara bertahap lebih jelas dan dapat diukur
keberhasilannya. Pada umumnya tujuan akhir organisasi tercantum dalam visi dan misi
organisasi sedangkan sasaran atau tujuan tujuan kecil dibahas dalam rapat organisasi.

Menurut Simon (1997) bahwa tugas mewujudkan sasaran organisasi berada pada orang
orang di tingkat paling bawah dari organisasi. Demikian juga pada seseorang paling dibawah dari
struktur organisasi tidak boleh diabaikan karena mereka para anggota level bawahlah yang
menentukan keberlangsungan dan tercapainya tujuan organisasi.

2.4 Ciri-ciri Organisasi

Berdasarkan tujuan dan pengertian organisasi diatas, dapat diambil beberapa ciri ciri yang
merupakan batasan yang jelas dan gambaran tentang bagaimana organisasi itu dan apa yang
membuat dikatakan sesuatu itu sebuah organisasi.

a. Kumpulan manusia

Organisasi sudah tentulah bercirikan beranggotakan oleh lebih dari dua manusia
dikarenakan hanya manusia yang mampu membuat secara sadar tujuannya sendiri. Ciri ini
juga sama halnya dengan ciri kelompok.

b. Tujuan bersama

Tujuan bersama merupakan ciri utama organisasi yang membedakan dengan


kelompok. Bahkan salah satu pengertian organisasi diatas menjelaskan bahwa tujuan
organisasi harusnya diumumkan dan disuarakan oleh pemimpin atau yang diakui sebagai
orang yang pantas didengar. Akan tetapi tidak bisa disangkal bahwa tiap anggota pasti
memiliki tujuan tujuan pribadi yang tidak persis sama dengan anggota lainnya, akan tetapi
mereka berkumpul dikarenakan tujuan organisasi tersebut merupakan bagian dari tujuan
tujuan mereka dala hidup dan bahkan saat tujuan organisasi belum tercapai, pencapaian
mereka terhadap tujuan pribadi sudah hampir terpenuhi. Organisasi yang sangat kompak dan
erat adalah yang memiliki tujuan yang sama dengan tiap anggotanya apalagi anggota mereka
yang berada di tataran bawah. Contohnya organisasi seperti perusahaan bisnis yang
menghasilkan keuntungan untuk memperkaya diri mereka dan memberi makan dan hidup
kepada para anggota. Semua anggota jelas memiliki tujuan yang sama sehingga akan terus
mendorong mereka untuk bekerja sama dengan keras dan kokoh. Contoh yang lain adalah
organisasi minat dan bakat seperti Klub Catur atau Pers Mahasiswa.

c. Kerja sama

Tentu saja, organisasi memiliki ciri ini, kerja sama. Tidaklah pantas bila sebuah
kumpulan manusia yang memiliki tujuan yang sama tidak bekerja sama. Ini tak ada bedanya
dengan kelompok apabila tidak adanya kerja sama.

d. Aturan-aturan

Aturan aturan biasanya dibuat setelah organisasi terbentuk. Aturan aturan ini
merupakan ciri organisasi formal yang bertujuan mengatur setiap anggota agar tujuan dan
kerja sama terjalin dengan kapasitas yang efisien, efektif dan bertanggung jawab. Dengan
adanya aturan aturan, tidak akan anggota yang merasa tercederai karena aturan aturan tersebut
dibahas bersama.

e. Pembagian tugas

Dalam sebuah organisasi yang formal, pembagian tugas sesuai kapasitas dan
kemampuan anggota sangatlah penting untuk mencapai tujuan organisasi dan mempermudah
pencapaian tujuan para anggota organisasi secara pribadi. Dengan adanya pembagian tugas
yang diatur oleh aturan aturan akan tercipta kerja sama yang epik dan solid dalam nuansa
profesionalisme demi mencapai tujuan bersama dan tujuan pribadi demi keberlangsungan dan
kejayaan organisasi.

2.5 Struktur Organisasi

Umumnya, organisasi formal memiliki struktur yang nyata dan jelas yang tersusun atas
ketua atau pemimpin, bendahara, sekertaris serta anggota. Untuk organisasi yang lebih kompleks
lagi, akan ada wakil ketua dan wakil sekertaris serta bendahara serta banyak koordinator dalam
tiap anggota yang terbagi menjadi beberapa divisi sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi.

Kemudian, dalam organisasi yang bersifat lebih kompleks sesuai dengan teori
manajemen yang ada, terbagi atas beberapa tugas sesuai dengan fungsi fungsi manajerial seperti
pemimpin, supervisor manajer, manajer, anggota dan seterusnya.

Struktur organisasi dapat juga memiliki hubungan koordinasi kesamping dengan


beberapa badan yang setingkat dengan mereka yang berfungsi sebagai pengawas kerja kerja
organisasi. Dalam organisasi mahasiswa, ada namanya Dewan atau Majelis Permusyawaratan
yang mengawasi kerja kerja mereka dan mewadahi kebutuhkan anggota yang tidak masuk dalam
struktural pengurus badan eksekutif.

Elemen struktur organisasi

Ada enam elemen kunci yang perlu diperhatikan oleh para manajer ketika hendak
mendesain struktur, antara lain:

 Spesialisasi pekerjaan. Sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi dibagi-bagi ke dalam


beberapa pekerjaan tersendiri.
 Departementalisasi. Dasar yang dipakai untuk mengelompokkan pekerjaan secara
bersama-sama. Departementalisasi dapat berupa proses, produk, geografi, dan pelanggan.
 Rantai komando. Garis wewenang yang tanpa putus yang membentang dari puncak
organisasi ke eselon paling bawah dan menjelaskan siapa bertanggung jawab kepada
siapa.
 Rentang kendali. Jumlah bawahan yang dapat diarahkan oleh seorang manajer secara
efisien dan efektif.
 Sentralisasi dan Desentralisasi. Sentralisasi mengacu pada sejauh mana tingkat
pengambilan keputusan terkonsentrasi pada satu titik di dalam organisasi. Desentralisasi
adalah lawan dari sentralisasi.
 Formalisasi. Sejauh mana pekerjaan-pekerjaan di dalam organisasi dibakukan.

2.6 Wewenang dan Tanggung Jawab Organisasi Sekolah

Setelah mengetahui struktur sekolah seperti apa, maka sebaiknya kita juga harus tahu apa
saja wewenang dan tanggung jawab sekolah. Sebelum itu kita lihat pengertian dari wewenang
dan tanggung jawab itu sendiri.

Wewenang ( Authority ) merupakan syaraf yang berfungsi sebagai penggerak dari pada
kegiatan-kegiatan. Wewenang yang bersifat informal, untuk mendapatkan kerjasama yang baik
dengan bawahan. Disamping itu wewenang juga tergantung pada kemampuan ilmu pengetahuan,
pengalaman dan kepemimpinan. Wewenang berfungsi untuk menjalankan kegiatan-kegiatan
yang ada dalam organisasi. Wewenang dapat diartikan sebagai hak untuk memerintah orang lain
untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tujuan dapat tercapai.

T. Hani Handoko membagi wewenang dalam dua sumber, yaitu teori formal ( pandangan
klasik ) dan teori penerimaan. Wewenang formal merupakan wewenang pemberian atau
pelimpahan dari orang lain. Wewenang ini berasal dari tingkat masyarakat yang sangat tinggi
dan secara hukum diturunkan dari tingkat ke tingkat. Berdasarkan teori penerimaan ( acceptance
theory of authority ) wewenang timbul hanya bila hal diterima oleh kelompok atau individu
kepada siapa wewenang tersebut dijalankan dan ini tidak tergantung pada penerima ( reciver ).

Chester Barnard mengatakan bahwa seseorang bersedia menerima komunikasi yang


bersifat kewenangan bila memenuhi:
a. Memahami komunikasi tersebut
b. Tidak menyimpang dari tujuan organisasi
c. Mampu secara mental dan phisik untuk mengikutinya.

Agar wewenang yang dimiliki oleh seseorang dapat ditaati oleh bawahan maka
diperlukan adanya Kekuasaan (power). Kekuasaan (power) yaitu kemampuan untuk melakukan
hak tersebut, dengan cara mempengaruhi individu, kelompok, keputusan. Menurut jenisnya
kekuasaan dibagi menjadi dua yaitu:

a. Kekuasaan posisi (position power) yang didapat dari wewenang formal, besarnya ini
tergantung pada besarnya pendelegasian orang yang menduduki posisi tersebut.
b. Kekuasaan pribadi (personal power) berasal dari para pengikut dan didasarkan pada
seberapa besar para pengikut mengagumi, respek dan merasa terikat pada pimpinan.

Macam-macam kekuasaan:

a. Kekuasaan balas jasa (reward power) berupa uang, suaka, perkembangan karier dan
sebagainya yang diberikan untuk melaksanakan perintah atau persyaratan lainnya.
b. Kekuasaan paksaan (coercive power) berasal dari apa yang dirasakan oleh seseorang
bahwa hukuman (dipecat, ditegur, dan sebagainya) akan diterima bila tidak melakukan
perintah,
c. Kekuasaan sah (legitimate power) Berkembang dari nilai-nilai intern karena seseorang
tersebut telah diangkat sebagai pemimpinnya.
d. Kekuasaan pengendalian informasi (control of information power) berasal dari
pengetahuan yang tidak dipercaya orang lain, ini dilakukan dengan pemberian atau
penahanan informasi yang dibutuhkan.
e. Kekuasaan panutan (referent power) didasarkan atas identifikasi orang dengan pimpinan
dan menjadikannya sebagai panutan.
f. Kekuasaan ahli (expert power) yaitu keahlian atau ilmu pengetahuan seseorang dalam
bidangnya.

Tanggung jawab dan akuntabilitas tanggung jawab (responsibility) yaitu kewajiban untuk
melakukan sesuatu yang timbul bila seorang bawahan menerima wewenang dari atasannya.
Akuntability yaitu permintaan pertanggung jawaban atas pemenuhan tanggung jawab yang
dilimpahkan kepadanya. Yang penting untuk diperhatikan bahwa wewenang yang diberikan
harus sama dengan besarnya tanggung jawab yang akan diberikan dan diberikan kebebasan
dalam menentukan keputusan-keputusan yang akan diambil. Pengaruh (influence) yaitu transaksi
dimana seseorang dibujuk oleh orang lain untuk melaksanakan suatu kegiatan sesuai dengan
harapan orang yang mempengaruhi. Pengaruh dapat timbul karena status jabatan, kekuasaan dan
menghukum, pemilikan informasi lengkap juga penguasaan saluran komunikasi yang lebih baik.

Setelah melihat pengertian wewenang dan tanggung jawab di atas, dapat disimpulkan
bahwa wewenang dan tanggung jawab sekolah adalah hak dari organisasi sekolah untuk
memerintah orang lain untuk melakukan sesuatu di sertai pertanggung jawaban dari organisasi
sekolah dalam mengambil keputusan agar tujuan dapat tercapai.

Berikut ini adalah pembagian wewenang dan tanggung jawab dalam organisasi sekolah:

Kepala sekolah

 Menjaga terlaksananya dan ketercapaian program kerja sekolah


 Menjabarkan, melaksanakan dan mengembangkan Pembelajaran Kurikulum/ Program
 Mengembangkan SDM
 Melakukan pengawasan dan supervisi tenaga pendidik dan kependidikan
 Melakukan hubungan kerjasama dengan pihak luar
 Merencanakan, mengelola dan mempertanggung jawabkan keuangan
 Mengangkat dan menetapkan personal struktur organisasi
 Menetapkan Program Kerja Sekolah
 Mengesahkan perubahan kebijakan mutu organisasi
 Melegalisasi dokumen organisasi
 Memutuskan mutasi siswa
 Mengusulkan promosi dan mutasi pendidik dan tenaga kependidikan
 Menerbitkan dokumen yang dikeluarkan sekolah
 Memberi pembinaan warga sekolah
 Memberi penghargaan dan sanksi
 Memberi penilaian kinerja pendidik dan tenaga kependidikan

Komite sekolah
 Memberikan masukan terhadap kebijakan mutu pendidikan di sekolah.
 Mengawasi kebijakan sekolah.

Kepala Tata usaha

 Menyusun dan melaksanakan program tata usaha sekolah.


 Menyusun dan melaksanakan kegiatan keuangan sekolah.
 Mengurus administrasi kepegawaian.
 Mengurus administrasi kesiswaan.
 Menyusun administrasi perlengkapan sekolah.
 Menyusun dan menyajikan data statistik sekolah.
 Menyusun administrasi lainnya.
 Melaporkan semua tugas dan tanggung jawabnya kepada kepala sekolah secara berkala.

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum

 Menyusun program kerja bidang Kurikulum/Program


 Mengkoordinasikan pelaksanaan dan pengembangan Kurikulum/Program
 Memantau pelaksanaan Pembelajaran
 Menyelenggarakan rapat koordinasi Kurikulum
 Mengkoordinasikan pengelolaan perpustakaan
 Mengkoordinasikan pelaksanaan evaluasi pembelajaran
 Menyusun kalender pendidikan dan jadwal pembelajaran
 Melaporkan hasil pelaksanaan Pembelajaran
 Mengusulkan tugas mengajar pada masing-masing guru
 Menghitung dan melaporkan jam mengajar guru
 Merencanakan kebutuhan tenaga pendidik dan kependidikan
 Memeriksa, menyetujui rencana pembelajaran tiap program Pembelajaran
 Memverifikasi Kurikulum
 Merencanakan dan melaksanakan bimbingan belajar dan try out kelas 3

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan

 Mengkoordinasikan PSB ( Penerimaan Siswa Baru )


 Mengkoordinasikan pelaksanaan Masa Orientasi peserta didik (MOS)
 Mengkoordinasikan pemilihan kepengurusan dan diklat OSIS
 Mengkoordinasikan penjaringan dan pendistribusian semua bentuk beasiswa
 Mengkoordinasikan pelaksanaan 4 K (ketertiban, kedisiplinan, keamanan, dan
kekeluargaan)
 Membina program kegiatan OSIS
 Memeriksa dan menyetujui rencana kerja pengurus Osis
 Melakukan tindakan terhadap siswa terkait pelanggaran tata tertib siswa
 Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan lomba
 Mengkoordinasikan ekstrakurikuler
 Mengkoordinasikan peringatan hari-hari besar

Ketua program keahlian

 Mengkoordinasikan tugas guru dalam pembelajaran


 Mengkoordinasikan pengembangan bahan ajar
 Memetakan kebutuhan sumber daya untuk pembelajaran
 Memetakan dunia industri yang relevan
 Mengkoordinasikan program praktik kerja industri
 Melaksanakan ujian produktif
 Menginventarisasi fasilitas pembelajaran program keahlian
 Melaporkan ketercapaian program kerja
 Melakukan langkah-langkah efisien dan efektif guna kelancaran pembelajaran di program
keahlian
 Memberi masukan penilaian kinerja pendidik
 Memberi sanksi kepada siswa yang melanggar tata tertib.
 Mengusulkan kebutuhan pendidik dan tenaga kependidikan
 Mengusulkan kebutuhan bahan dan peralatan pembelajaran
 Mengusulkan kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan program keahlian

Guru
 Mengetahui tugas pokoknya sendiri yaitu memberikan pelajaran sesuai dengan bidang
studi
 Mengevaluasi hasil pekerjaannya.
 Mewakili kepala sekolah dan orang tua siswa di kelas.
 Mengetahui tugas-tugas yang diberikan kepada siswa dan memeriksa hasil tugas itu
untuk dinilai.
 Memperhatikan kelakuan dan kerajinan siswa sebagai bahan laporan kepada kepala
sekolah, wali kelas, dan guru BP.
 Memecahkan masalah-masalah pelajaran yang dihadapi siswa untuk memberikan
bimbingan pelajaran kepada siswa yang cerdas, siswa yang kurang cerdas, dan siswa
yang membandel.
 Memperhatikan hasil ulangan EBTA, EBTANAS, dan mengisi daftar nilai siswa.
 Melaporkan kepada kepala sekolah tentang hasil kerjanya.

Siswa

 Menuntut ilmu sebaik-baiknya


 Mempertanggung jawabkan hasil pembelajarannya
 Mematuhi peraturan yang sudah di tetapkan oleh pihak sekolah

2.7 Partisipasi dalam Organisasi Sekolah

Dalam berorganisasi setiap individu dapat berinteraksi dengan semua struktur yang
terkait baik itu secara langsung maupun secara tidak langsung kepada organisasi yang mereka
pilih. Agar dapat berinteraksi secara efektif setiap individu bisa berpartisipasi pada organisasi
yang bersangkutan. Dengan berpartisipasi setiap individu dapat lebih mengetahui hal-hal apa saja
yang harus dilakukan.

Pada dasarnya partisipasi didefinisikan sebagai keterlibatan mental atau pikiran dan
emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk
memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan.
Keterlibatan aktif dalam berpartisipasi, bukan hanya berarti keterlibatan jasmaniah
semata. Partisipasi dapat diartikan sebagai keterlibatan mental, pikiran, dan emosi atau perasaan
seseorang dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada
kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang
bersangkutan.

Menuruth Keith Davis ada tiga unsur penting partisipasi:

 Unsur pertama, bahwa partisipasi atau keikutsertaan sesungguhnya merupakan suatu


keterlibatan mental dan perasaan, lebih daripada semata-mata atau hanya keterlibatan
secara jasmaniah.
 Unsur kedua adalah kesediaan memberi sesuatu sumbangan kepada usaha mencapai
tujuan kelompok. Ini berarti, bahwa terdapat rasa senang, kesukarelaan untuk membantu
kelompok.
 Unsur ketiga adalah unsur tanggung jawab. Unsur tersebut merupakan segi yang
menonjol dari rasa menjadi anggota. Hal ini diakui sebagai anggota artinya ada rasa
“sense of belongingness”

Keith Davis juga mengemukakan jenis-jenis partisipasi, yaitu sebagai berikut:

a. Pikiran (psychological participation)


b. Tenaga (physical partisipation)
c. Pikiran dan tenaga
d. Keahlian
e. Barang
f. Uang

Agar suatu partisipasi dalam organisasi dapat berjalan dengan efektif, membutuhkan
persyaratan-persyaratan yang mutlak yaitu:

 Waktu. Untuk dapat berpatisipasi diperlukan waktu. Waktu yang dimaksudkan disini
adalah untuk memahamai pesan yang disampaikan oleh pemimpin. Pesan tersebut
mengandung informasi mengenai apa dan bagaimana serta mengapa diperlukan peran
serta.
 Bilamana dalam kegiatan partisipasi ini diperlukan dana perangsang, hendaknya dibatasi
seperlunya agar tidak menimbulkan kesan “memanjakan”, yang akan menimbulkan efek
negatif.
 Subjek partisipasi hendaknya relevan atau berkaitan dengan organisasi di mana individu
yang bersangkutan itu tergabung atau sesuatau yang menjadi perhatiannnya.
 Partisipasi harus memiliki kemampuan untuk berpartisipasi, dalam arti kata yang
bersangkutan memiliki luas lingkup pemikiran dan pengalaman yang sama dengan
komunikator, dan kalupun belum ada, maka unsur-unsur itu ditumbuhkan oleh
komunikator.
 Partisipasi harus memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi timbal balik,
misalnya menggunakan bahasa yang sama atau yang sama-sama dipahami, sehingga
tercipta pertukaran pikiran yang efektif atau berhasil.
 Para pihak yang bersangkutan bebas di dalam melaksanakan peran serta tersebut sesuai
dengan persyaratan yang telah ditentukan.
 Bila partisipasi diadakan untuk menentukan suatu kegiatan hendaknya didasarkan pada
kebebasan dalam kelompok, artinya tidak dilakukan pemaksaan atau penekanan yang
dapat menimbulkan ketegangan atau gangguan dalam pikiran atau jiwa pihak-pihak yang
bersangkutan. Hal ini didasarkan pada prisnsip bahwa partisipasi adalah bersifat
persuasif.

2.8 Pendekatan Organisasi Sekolah


a. Peningkatan Mutu Pendidikan

Menurut Mulyani A. Nurhadi ketika menyampaikan makalahnya pada seminar nasional


Peningkatan Kualitas Pendidikan (2005) dengan mengutip hasil penelitian yang dilakukan David
Chapman dan Don Adam terhadap 19 penelitian oleh Simon dan Alexander terhadap 11
penelitian diberbagai negara serta Woessman menunjukkan berbagai faktor yang mempengaruhi
mutu hasil pendidikan secara signifikan.

Rangkuman hasil penelitian itu dapat digambarkan sebagai berikut:

Komponen Faktor Kunci


1. Guru/tenaga pendidik
 lama mengajar di kelas
 lamanya persiapan mengajar
 pemilihan metode mengajar
 memberikan pekerjaan rumah
 pengalaman
 tingkat pendidikan
2. Buku
 digunakan untuk belajar
 jumlah jam membaca di rumah
 digunakan untuk pekerjaan rumah
 penggunaan lembar kerja
3. Laboratorium
 efektivitas penggunaan laboratorium
4. Manajemen
 kreasi meningkatkan akuntabilitas
 kreasi mengoptimalkan sumber daya
 membagi informasi
 pemberdayaan dan komitmen
 mobilisasi masyarakat
 struktur organisasi yang mendukung
 kepemimpinan sekolah

Melalui hasil penelitian tersebut kita selayaknya membangun pendidikan untuk


mencerdaskan dan memberadapkan bangsa sesuai arah pembangunan nasional untuk
mentransformasikan peradaban Indonesia agraris menuju peradaban industrial yang canggih,
elok, dan unggul.

b. Perencanaan Pembangunan Pendidikan


Menurut Beeby (dalam Jusuf Enoch, 1992), bahwa perencanaan pendidikan adalah suatu
usaha melihat ke masa depan dalam hal menentukan kebijaksanaan, prioritas dan biya
pendidikan dengan mempertimbangkan kenyataan yang ada dalam bidang ekonomi, sosial, dan
politik untuk pengembangan potensi sistem pendidikan nasional, memenuhi kebutuhan bangsa
dan anak didik yang dilayani oleh sistem tersebut.

Permasalahan yang dihadapi pendidikan nasional kita pada umumnya sebagai berikut:

a. Tingkat pendidikan rendah


b. Dinamika struktur penduduk belum terakomodasi
c. Kesenjangan tingkat pendidikan
d. Fasilitas pendidikan belum memadai
e. Kualitas pendidikan rendah
f. Manajemen belum efektif, efisien, dan akuntabel
g. Anggaran rendah

Bila demikian halnya permasalahan yang dihadapi oleh pendidikan, maka kebijakan yang
ditempuh dalam merencanakan pendidikan harus dapat mewujudkan 3 (tiga) program kegiatan
yaitu:

a. Perluasan dan pemerataan kesempatan belajar


b. Peningkatan mutu dan relevansi
c. Governance dan akuntabilitas

2.9 Pentingnya Organisasi Sekolah

Organisasi secara umum dapat diartikan memberi struktur atau susunan yakni dalam
penyusunan/penempatan orang-orang dalam suatu kelompok kerja sama, dengan maksud
menempatkan hubungan antara orang-orang dalam kewajiban-kewajiban, hakhak dan tanggung
jawab masing-masing. Penentuan struktur, hubungan tugas dan tanggung jawab itu dimaksudkan
agar tersusun suatu pola kegiatan untuk menuju ke arah tercapainya tujuan bersama. Organisasi
sekolah yang baik menghendaki agar tugastugas dan tanggung jawab dalam menjalankan
penyelenggaraan sekolah untuk mencapai tujuannya dibagi secara merata dengan baik sesuai
dengan kemampuan dan wewenang yang telah ditentukan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan
sesudah semestinya mempunyai organisasi yang baik agar tujuan pendidikan formal ini tercapai
sepenuhnya. Kita mengetahui unsur personal di dalam lingkungan sekolah adalah, kepala
sekolah, guru, karyawan, dan murid. Di samping itu sekolah sebagai lembaga pendidikan formal
ada di bawah instansi atasan baik itu kantor dinas atau kantor wilayah departemen yang
bersangkutan. Di negara kita, kepala sekolah adalah jabatan tertinggi di sekolah itu, sehingga ia
berperan sebagai pemimpin sekolah dan dalam struktur organisasi sekolah ia duduki. Melalui
struktur organisasi yang ada tersebut orang akan mengetahui apa tugas dan wewenang kepala
sekolah, apa tugas guru, apa tugas karyawan sekolah (yang biasa dikenal sebagai pengawai tata
usaha).

Demikian juga terlihat apakah di suatu sekolah dibentuk satuan tugas (unit kerja) tertentu
seperti bagian UKS (Usaha Kesehatan Sekolah), bagian perpustakaan, bagian kepramukaan, dan
lain-lain sehingga keadaan ini tentunya akan memperlancar jalannya “roda” pendidikan di
sekolah tersebut. Dengan organisasi yang baik dapat dihindari tindakan kepala sekolah yang
menunjukkan kekuasaan yang berlebihan (otoriter). Suasana kerja dapat lebih berjiwa
demokratis karena timbulnya partisipasi aktif dari semua pihak yang bertanggung jawab.
Partisipasi aktif yang mendidik (pedagogis) dapat digiatkan melalui kegairahan murid sendiri
yang bergerak dengan wadah OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah). Oleh karena itu di dalam
memikirkan pembentukan organisasi sekolah, maka fungsi dan peranan OSIS tidak boleh
dilupakan.

2.10 Faktor yang Perlu Dipertimbangkan dalam Menyusun Organisasi Sekolah


a. Tingkat Sekolah
Berdasarkan tingkatnya sekolah yang ada di Indonesia dapat dibedakan atas:
 Sekolah Dasar (SD)
 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)
 Perguruan Tinggi
Keadaan fisik dan perkembangan jiwa anak jelas berbeda antara anak tingkat yang satu
dengan tingka berikutnya. Contohnya : di sekolah dasar biasanya tidak ada seksi bimbingan
penyuluhan (Guidance and Conseling) sebab masalah ini merupakan tugas rangkapan dari kepala
sekolah, dan hingga saat ini yang memegang adalah pemerintah dan Departemen P dan K tidak
atau belum mengangkat seorang pembimbing khusus bagi sekolah dasar. Lain halnya dengan
sekolah lanjutan, biasanya tersedia satu orang tenaga konselor atau pembimbing dengan tugas
pokoknya sebagai pembimbing. Karena itu biasanya di sekolah lanjutan dalan struktur
organisasinya kita dapati seksi GC (Guidance and Conseling/seksi bimbingan penyuluhan).
Masih banyak bidang-bidang lain yang ditangani secara khusus pada sekolah lanjutan tetapi tidak
demikian pada sekolah dasar, misalnya masalah Organisasi Intara Sekolah (OSIS), penggarapan
majalah dinding, pengelolaan perpustakaan sekolah, dan bagian pengajaran yang menangani
kelancaran dan pengembangan kurikulum/program pendidikan dan pengajaran.

Pada perguruan tinggi yang kita jumpai banyak bidang tugas yang ditangani secara
khusus lebih banyak daripada tugas-tugas dari sekolah lanjutan. Ciri khas perguruan tinggi di
Indonesia yang mengemban tugas Tri Dharma perguruan tinggi yakni pendidikan, penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat memungkinkan perguruan tinggi berkembang secara otonom,
sehingga semakin bervariasi susunan organisasinya.

b. Jenis Sekolah

Berdasarkan jenis sekolah, kita membedakan ada sekolah umum dan sekolah kejuruan.
Sekolah umum adalah sekolah-sekolah yang program pendidikannya bersifat umum dan
bertujuan utam untuk melajutkan studi ketingkat yang lebih tinggi lagi. Sedangkan yang
dimaksud sekolah kejuruan adalah sekolah-sekolah yang pendidikannya mengarah kepada
pemberian bekal kecakapan atau keterampilan khusus setelah selesai studinya, anak didik dapat
langsung memasuki dunia kerja dalam masyrakat.

Dengan melihat perbedaan program pendidikan (kurikulum dan tujuan) yang hendak
dicapai maka struktur organisasi sekolah yang berlainan jenis tersebut pasti berlainan pula.
Perbedaan organisasi ini mungkin dapat digambarkan antara lain sebagai berikut:
Pada sekolah kejuruan terdapat petugas (koordinator) praktikum, sedangkan pada sekolah
umum tidak. Pada sekolah kejuruan terdapat petugas bagian ketenaga kerjaan penempatan
alumni, sedangkan pada sekolah umum tidak.

c. Besar Kecilnya Sekolah

Sekolah yang besar tentulah memiliki jumlah murid, jumlah kelas, jumlah tenaga guru,
dan karyawan serta fasilitas yang memadai. Sekolah yang kecil adalah sekolah yang cukup
memenuhi syarat minimal dari ketentuan yang berlaku.

Tipe sekolah secara implisit menunjukkan besar kecilnya sekolah yang bersangkutan. Dengan
begitu akan mempengaruhi penyusunan struktur organisasi sekolah karena makin besar jumlah
murid tentu saja semakin beraneka ragam kegiatan yang dapat dilakukan baik yang bersifat
kurikuler maupun kegiatan-kegiatan penunjang pendidikan.

d. Letak dan Lingkungan Sekolah

Letak sebuah sekolah dasar yang ada di daerah pedesaan dan mempengaruhi kegiatan
sekolah tersebut, berbeda dengan sekolah dasar yang ada di kota, demikian pula sekolah lanjutan
pertama yang kini mulai didirikan hampir di setiap daerah kecamatan, kegiatan dan programnya
tentulah berbeda dengan sekolah-sekolah lanjutan di kota apalagi di kota besar. Ada
kecenderungan yang nyata, bahwa sekolah-sekolah di pedesaan lebih berintegrasi dengan
masyarakat sekitarnya. Hal ini berakibat pula ada hubungan yang lebih akrab diantara orang tua
murid dengan sekolah.

Dari segi keadaan lingkungan atau masyarakat sekitar sekolah mungkin ada dalam
lingkungan masyarakat petani, masyrakat nelayan, masyarakat buruh, masyarakat pegawai
negeri, dan lain-lain. Perhatikan kelompok masyarakat yang berbeda ini terhadap dunia
pendidikan bagi anak-anak mereka di sekolah pasti menunjukkan berbagai variasi perbedaan.
Oleh karenanya dalam penyusunan struktur organisasi sekolah, hal-hal tersebut perlu
diperhatikan.
2.11 Peranan Masing-masing Personal Organisasi Sekolah

Peranan dari masing-masing Personal organisasi sekolah antara lain adalah sebagai berikut:

Kepala Sekolah dan Peranannya

Kepala Sekolah berperan dalam dan bertugas sebagai edukator, manajer, administrator,
supervisor, leader, inovator dan motivator (EMASLIM).

Dalam penerapannya kepala sekolah bertugas memimpin dan mengkoordinasikan semua


pelaksanaan rencana kerja harian, mingguan, bulanan catur wulan dan tahunan. Mengadakan
hubungan dan kerjasama dengan pejabat resmi setempat dalam usaha pembinaan sekolah.

a. Kepala Sekolah sebagai Edukator

Dalam melakukan fungsinya sebagai edukator, kepala sekolah memiliki strategi yang
tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya. Fungsi kepala
sekolah sebagai edukator adalah menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasehat
kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada tenaga kependidikan serta melaksanakan
model pembelajaran yang menarik, seperti team teaching, moving class dan mengadakan
program akselerasi bagi peserta didik yang cerdas di atas normal.

Upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerjanya sebagai
edukator, khususnya dalam peningkatkan kinerja tenaga kependidikan dan prestasi belajar anak
didik dapat dideskripsikan sebagai berikut:

 Mengikutsertakan para guru dalam penataran atau pelatihan untuk menambah


wawasannya; memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya dengan belajar ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.
 Berusaha menggerakkan tim evaluasi hasil belajar peserta didik agar giat bekerja,
kemudian hasilnya diumumkan secara terbuka dan diperlihatkan di papan pengumuman.
Hal ini bermanfaat untuk memotivasi para peserta didik agar lebih giat belajar dan
meningkatkan prestasinya.
 Menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah dengan cara memotivasi guru dan
siswa.

b. Kepala Sekolah sebagai Manajer

Sebagai manajer, kepala sekolah mau dan mampu mendayagunakan sumber daya sekolah
dalam rangka mewujudkan visi, misi, dan mencapai tujuannya. Kepala sekolah mampu
menghadapi berbagai persoalan di sekolah, berpikir secara analitik, konseptual, harus senantiasa
berusaha menjadi juru penengah dalam memecahkan berbagai masalah, dan mengambil
keputusan yang memuaskan stakeholders sekolah. Memberikan peluang kepada tenaga
kependidikan untuk meningkatkan profesinya. Semua peranan tersebut dilakukan secara
persuasif dan dari hati ke hati. Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer,
kepala sekolah perlu memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan
melalui persaingan yang membuahkan kerja sama (cooperation), memberikan kesempatan
kepada tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan
seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah.

c. Kepala Sekolah sebagai Administrator

Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan erat dengan berbagai aktivitas
pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan, dan pendokumenan seluruh
program sekolah. Secara spesifik, kepala sekolah perlu memiliki kemampuan untuk mengelola
kurikulum, mengelola administrasi kearsipan, dan administrasi keuangan. Kegiatan tersebut
perlu dilakukan secara efektif dan efisien agar dapat menunjang produktivitas sekolah. Untuk itu,
kepala sekolah harus mampu menjabarkan kemampuan di atas ke dalam tugas-tugas operasional.

d. Kepala Sekolah sebagai Supervisor

Sebagai supervisor, kepala sekolah mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga
kependidikan. Sergiovani dan Starrat (1993) menyatakan bahwa supervisi merupakan suatu
proses yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru dan supervisor mempelajari
tugas sehari-hari di sekolah, agar dapat menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk
memberikan layanan yang lebih baik pada orang tua peserta didik dan sekolah, serta berupaya
menjadikan sekolah sebagai komunitas belajar yang lebih efektif.

e. Kepala Sekolah sebagai Leader

Kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan,
meningkatkan kemauan dan kemampuan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah
dan mendelegasikan tugas. Wahjosumijo (1999) mengemukakan bahwa kepala sekolah sebagai
pemimpin harus memiliki karakter khusus yang mencakup kepribadian, keahlian dasar,
pengalaman dan pengetahuan profesional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan.

Kemampuan kepala sekolah sebagai pemimpin dapat dianalisis dari aspek kepribadian,
pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil
keputusan dan kemampuan berkomunikasi. Sedangkan kepribadian kepala sekolah sebagai
pemimpin akan tercermin dalam sifatnya yang: jujur, percaya diri, tanggung jawab, berani
mengambil resiko dan keputusan, berjiwa besar, emosi yang stabil, dan teladan.

f. Kepala Sekolah sebagai Inovator

Dalam rangka melakukan peranan dan fungsinya sebagai inovator, kepala sekolah perlu
memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan,
mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada tenaga
kependidikan dan mengembangkan model pembelajaran yang inovatif. Kepala sekolah sebagai
inovator dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan akan tercermin dari caranya
melakukan pekerjaan secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional, obyektif,
pragmatis, keteladanan, disiplin, adaptable, dan fleksibel.

Kepala sekolah sebagai inovator harus mampu mencari, menemukan dan melaksanakan
berbagai pembaruan di sekolah. Gagasan baru tersebut misalnya moving class. Moving class
adalah mengubah strategi pembelajaran dari pola kelas tetap menjadi kelas bidang studi,
sehingga setiap bidang studi memiliki kelas tersendiri, yang dilengkapi dengan alat peraga dan
alat-alat lainnya. Moving class ini biasa dirangkaikan dengan pembelajaran terpadu, sehingga
dalam suatu laboratorium bidang studi dijaga oleh beberapa guru yang bertugas memberikan
kemudahan kepada peserta didik dalam belajar.

g. Kepala Sekolah sebagai Motivator

Sebagai motivator, kepala sekolah memiliki strategi yang tepat untuk memberikan
motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya.
Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, suasana kerja, disiplin,
dorongan, penghargaan secara efektif dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui
pengembangan Pusat Sumber Belajar (PSB).

h. Kepala Sekolah sebagai Pejabat Formal

Di dalam lingkungan organisasi, kepemimpinan terjadi melalui dua bentuk, yaitu


kepemimpinan formal dan kepemimpinan informal. Kepemimpinan formal terjadi apabila
jabatan atau otoritas formal dalam organisasi diisi oleh orang yang ditunjuk atau dipilih melalui
proses seleksi. Sedangkan kepemimpinan informal terjadi ketika kedudukan pemimpin dalam
suatu organisasi diisi oleh orang yang muncul dan berpengaruh terhadap orang lain karena
kecakapan khusus yang dimiliki atau sumber daya yang dimilikinya dirasakan mampu
memecahkan persoalan organisasi serta memenuhi kebutuhan anggota organisasi.

Sebagai pejabat formal, pengangkatan seseorang menjadi kepala sekolah harus


didasarkan atas prosedur dan peraturan yang berlaku. Prosedur dan peraturan tersebut dirancang
dan ditentukan oleh suatu unit yang bertanggung jawab dalam bidang sumber daya manusia.
Dalam hal ini perlu ada kerjasama dengan unit yang berkaitan dengan pengelolaan dan
penyelenggaraan sekolah.

Peranan kepala sekolah sebagai pejabat formal secara singkat dapat disimpulkan bahwa
kepala sekolah diangkat dengan surat keputusan oleh atasan yang mempunyai kewenangan
dalam pengangkatan sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku; memiliki tugas dan
tanggung jawab yang jelas serta hak-hak dan sanksi yang perlu dilaksanakan; secara hirarki
mempunyai atasan langsung, atasan yang lebih tinggi dan memiliki bawahan; dan mempunyai
hak kepangkatan, gaji dan karier.

Komite Sekolah

Komite Sekolah memiiki peranan dalam membina dan menghimpun potensi warga
sekolah dalam rangka mendukung penyelenggaraan sekolah yang berkualitas.

Kepala Urusan Tata Usaha

Kepala Urasan Tata Usaha berperan dalam menyusun program tata usaha sekolah,
mengurus administrasi ketenagaan dan siswa, membina dan pengembangan karier pegawai tata
usaha sekolah, menyusun administrasi perlengkapan sekolah, menyusun dan penyajian
data/statistik sekolah, membuat laporan kegiatan tata usaha.

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum berperan dalam menyusun program


pengajaran, pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran, jadwal ulangan/evaluasi, kriteria
kenaikan/ketidak-naikan/kelulusan, mengarahkan pembuatan satpel, membina lomba akademis,
dan MGMP.

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan berperan dalam menyusun program pembinaan
OSIS, melaksanakan pembimbingan dan pengarahan kegiatan OSIS, pemilihan siswa
teladan/penerima beasiswa, mutasi siswa, program ekstra kurikuler, membuat laporan kegiatan
kesiswaan secara berkala.

Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana

Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana berperan dalam menyusun rencana kebutuhan sarana
dan prasarana, mengkoordinasikan pendayagunaan sarana dan prasarana, pengelola pembiayaan
alat-alat pengajaran, dan menyusun laporan pelaksanaan urusan sarana dan prasarana secara
berkala.

Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan berperan dalam mengatur dan


menyelenggarakan hubungan sekolah dengan orang tua/wali siswa, membina hubungan antar
sekolah, komite sekolah, lembaga dan instansi terkait, dan membuat laporan pelaksanaan
hubungan masyarakat secara berkala.

Koordinator BP

Koordinator Bimbingan dan Penyuluhan memiliki peran memberikan nasehat untuk


mengatasi kesulitan belajar siswa/siswi, mengatasi kebiasaan yang tidak baik yang dilakukan
siswa/siswi pada asaat proses belajar mengajar berlangsung, mengatasi kesulitan yang
berhubungan dengan: kesehatan jasmani, kelanjutan studi, perencanaan dan pemilihan jenis
pekerjaan setelah mereka tamat, dan masalah sosial emosional sekolah yang bersumber dari
sikap murid yang bersangkutan terhadap dirinya sendiri, keluarga, lingkungan sekolah, dan
lingkungan yang lebih luas.

Dewan guru

Dewan Guru memiliki peran dalam mendidik, membimbing dan mengarahkan siswa dan
siswi melalui proses belajar mengajar di sekolah serta berperan dalam pembentukan kepribadian
setiap siswa dan siswi. Berikut adalah pembagian tugas dan Struktur Organisasi SMU Negeri 14
Jakarta. Disusun sedemikian rupa berdasarkan tujuan organisasi (kelembagaan) yang berfokus
pada misi dan visi sekolah dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

Kepala Sekolah: bertugas memimpin dan mengkoordinasikan semua pelaksanaan rencana


kerja harian, mingguan, bulanan catur wulan dan tahunan. Mengadakan hubungan dan kerjasama
dengan pejabat resmi setempat dalam usaha pembinaan sekolah.

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, bertugas membuat perencanaan dan


mengkoordinasikan pembagian tugas guru-guru per catur wulan, merekap daya serap dan target
pencapaian kurikulum per catur wulan dan per tahun pelajaran, serta segala kegiatan yang
berhubungan dengan urusan kurikulum dan pengajaran bidang intrakurikuler.

Wakil Kepala sekolah Bidang Kesiswaan, bertugas membuat perencanaan penerimaan


siswa baru kelas I, mutasi siswa kelas II dan III dan pendaftaran ulang siswa. Membina dan
membimbing OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) dan mengkoordinasikan semua yang
berkaitan dengan kegiatan siswa di bidang ekstra-kurikuler.

Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana Pendidikan, bertugas


mengkoordinasikan segala kegiatan yang berkaitan dengan pengadaan, pemeliharaan dan
penghapusan barang-barang inventaris/non inventaris baik fisik maupun non-fisik milik sekolah.

Kepala Tata Usaha, bertugas mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan
administrasi sekolah, meliputi penyusunan program tahunan, kepegawaian, keuangan, pelaporan,
inventaris dan kesiswaan.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Organisasi sekolah adalah sistem yang bergerak dan berperan dalam merumuskan tujuan
pendewasaan manusia sebagai mahluk sosial agar mampu berinteraksi dengan
lingkungan.bentuk organisasi: Organisasi Lini,Organisasi Staf,Bentuk Gabungan,Organisasi
Fungsional. Para anggota organisasi memiliki tujuan mengerjakan pekerjaan dengan baik,
naik pangkat, berinteraksi dengan anggota organisasi lain dalam suasana yang
menyenangkan atau menjalin hubungan persahabatan.ciri organisasi:Kumpulan
manusia,Tujuan bersama,Kerja sama,Aturan-aturan,pembagian tugas. Umumnya, organisasi
formal memiliki struktur yang nyata dan jelas yang tersusun atas ketua atau pemimpin,
bendahara, sekertaris serta anggota. Untuk organisasi yang lebih kompleks lagi, akan ada
wakil ketua dan wakil sekertaris serta bendahara serta banyak koordinator dalam tiap
anggota yang terbagi menjadi beberapa divisi sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi.
DAFTAR PUSTAKA

http://crisayu.blogspot.com/2011/05/organisasi-sekolah.html

Keith Davis, Human Relations at Work, New York, San Francisco, Toronto, London:

Singarimbun, Masri dan Sofyan Efendi. 1976. Understanding Practice and Analysis. New York:
Random House.

Ratna Wilis. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Horton, Paul B. dan Chester L. Hunt. 1984. Sociology. Edisi keenam. International Student
Edition. Tokyo: Mc.Graw-Hill Book Company Inc.

Stephen P.Robbins. Teori Organisasi Struktur, Desain, dan Aplikasi, (Jakarta: Arcan: 1994).

WS, Winkel. 1997. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta : Gramedia.

Robbins, Stephen P.; Judge, Timothy A. (2008). Perilaku Organisasi Buku 2, Jakarta: Salemba
Empat.

Knight, K. 1976. "Matrix Organization: A Review," Journal of Management Studies.

Mohrman, S. A. 1995. Designing Team-Based Organizations, San Fransisco: Jossey Bass.

Kaeter, M. 1993. (Inggris)"The Age of the Specialized Generalist," Training, Desember.

Davis, D. D. 1995. (Inggris)"Form, Function and Strategy in Boundaryless Organization," The


Changing Nature of Work, San Fransisco: Jossey Bass.

Pennings, J. M. 1992. (Inggris) Research in Organizational Behavior, vol. 14, Greenwich, CT:
JAI Press.

Anda mungkin juga menyukai