Disusun oleh :
Kelompok : 3 (Tiga)
1.3 Tujuan
1. Memahami pengertian dan bentuk dari organisasi sekolah
2. Mengetahui tujuan dan ciri ciri organisasi sekolah
3. Memahami bagaimana struktur,wewenang dan tanggung jawab organisasi sekolah
4. Mengetahui partisipasi dan pendekatan organisasi sekolah
5. Memahami pentingnya organisasi sekolah
6. Memamhami peranan masing-masing organisasi sekolah
BAB 2
PEMBAHASAN
Organisasi secara umum dapat diartikan memberi struktur atau susunan yakni dalam
penyusunan penempatan orang-orang dalam suatu kelompok kerja sama, dengan maksud
menempatkan hubungan antara orang-orang dalam kewajiban-kewajiban, hakhak dan tanggung
jawab masing-masing. Dalam suatu susunan atau struktur organisasi dapat dilihat bidang, tugas
dan fungsi masing-masing kesatuan serta hubungan vertikal horizontal antara kesatuan-kestuan
tersebut.
Dalam penyelenggaraan pendidikan lembaga pendidikan tidak dapat lepas dari organisasi
negara. Untuk organisasi ini Mulyani A. Nurhadi membedakan menjadi dua yaitu organisasi
makro dan mikro. Organisasi pendidikan makro adalah organisasi pendidikan dilihat dari segi
organisasi secara luas. Dalam struktur organisasi, organisasi pendidikan pada tingkat makro
dibedakan atas: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tingkat Pusat, Kantor Wilayah
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kantor Pendidikan Dan Kebudayaan di
Kabupaten/Kotamadya dan Kantor Pendidikan dan Kebudayaan tingkat Kecamatan. Organisasi
pendidikan mikro adalah organisasi pendidikan dilihat dengan titik tolak dengan unit-unit yang
ada pada suatu sekolah atau lembaga pendidikan penyelenggara langsung proses belajar
mengajar. Struktur disetiap sekolah atau lembaga tidak seluruhnya sama. Mungkin disuatu
sekolah terdapat sesuatu unit sekolah yang disekolah lain tidak terdapat karena disebabkan
kekurangan tenaga atau sarana lain.
Organisasi sekolah adalah sistem yang bergerak dan berperan dalam merumuskan tujuan
pendewasaan manusia sebagai mahluk sosial agar mampu berinteraksi dengan lingkungan.
Dengan begitu disana kita bisa belajar bagaimana cara menyikapi diri kita ketika berhadapan
dengan suatu masalah sehingga kita bisa menyelesaikannya. Dengan pendewasaan maka kita
dapat menyikapi masalah kita dengan baik dan kita juga mampu berinteraksi sebagai mana peran
kita didalam suatu lingkungan.
Definisi organisasi sekolah dari para ahli: Organization is the form of every human
association for the attainment of comon purpose (James D. Oony). An organization as a system
of cooperative activities of two or more persons (Chester I. Barnard)
Dari definisi tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa organisasi adalah sebuah bentuk
atau sistem yang terdiri dari sekelompok manusia yang berkerjasama untuk mencapai tujuan
bersama. Oleh sebab itu sekolah dikatakan sebagai sebuah organisasi karena sekolah didirikan
untuk mencapai tujuan bersama khususnya di bidang pendidikan.
Setiap unit kerja dipimpin oleh seorang kepala/pimpinan yang menduduki posisi menurut
tingkat unit kerjanya di dalam keseluruhan organisasi. Posisi, tanggung jawab dan wewenang di
dalam suatu kelompok formal terikat pada struktur dan dibatasi oleh peraturan-peraturan yang
mendasari pembentukan organisasi kerja tersebut. Hubungan kerja yang didasari wewenang dan
tanggung jawab, baik secara vertikal maupun horizontal dan diagonal akan menunjukan pola
tertentu sebagai mekanisme kerja. Dengan kata lain pembagian tugas, pelimpahan wewenang
dan tanggung jawab serta arus perwujudan tugas, akan menggambarkan tipe atau bentuk
organisasi kerja. Tipetipe organisasi itu antara lain:
Dalam tipe ini semua hak dan kekuasaan berada pada pimpinan tertinggi. Personal
yang lain disebut bawahan tidak mempunyai hak dan kekuasaan sekecil apa pun karena
hanya berkedudukan sebagai pelaksana tugas dari atasan. Tidak dibenarkan adanya inisiatif
dan kreativitas, semua tugas harus dilaksanakan sebagaimana diperintahkan. Saluran
perintah dan penyampaian tanggung jawab dalam organisasi tipe ini dilakukan melalui
prosedur dari atas ke bawah dan sebaliknya.
Tipe ini sebagai gabungan dari kedua tipe di atas, menempatkan pimpinan tertinggi
sebagai pemegang hak dan kekuasaan tertinggi dan terakhir. Tidak semua hak, kekuasaan
dan tanggung jawab dibagi habis pada unit kerja yang ada, tugas yang bersifat prinsipil tetap
berada pada atasan/pimpinan tetinggi. Pimpinan unit kerja sebagai staf memperoleh
wewenang dalam bidang kerja masing-masing sepanjang tidak berhubungan dengan tugas
yang menjadi wewenang atau kekuasaan pimpinan tertinggi.
Dalam tipe ini pembagian hak dan kekuasaan dilakukan berdasar fungsi yang
diemban oleh unit kerja dan terbatas pada tugas-tugas yang memerlukan keahlian khusus.
Sehingga personal yang diangkat dan menerima wewenang untuk menjalankan kekuasaan
diserahkan pada orang yang mempunyai keahlian dalam bidang kerja masing-masing.
Wewenang yang dilimpahkan dibatasi mengenai bidang teknis yang memerlukan keahlian
tertentu secara khusus.
Setiap orang di dalam organisasi secara alamiah memiliki tujuan pribadi yang tidaklah
sama persis. Tujuan akhir dari sebagian besar orang adalah memperoleh penghasilan. Para
anggota organisasi memiliki tujuan mengerjakan pekerjaan dengan baik, naik pangkat,
berinteraksi dengan anggota organisasi lain dalam suasana yang menyenangkan atau menjalin
hubungan persahabatan.
Tujuan organisasi dan karyawan sering kali seiring.Yaitu melakukan pekerjaan dengan
baik dan naik pangkat. Langkah anggota organisasi berupa konsisten si mendukung tujuan
organisasi yaitu meningkatkan tujuan akhir secara bertahap lebih jelas dan dapat diukur
keberhasilannya. Pada umumnya tujuan akhir organisasi tercantum dalam visi dan misi
organisasi sedangkan sasaran atau tujuan tujuan kecil dibahas dalam rapat organisasi.
Menurut Simon (1997) bahwa tugas mewujudkan sasaran organisasi berada pada orang
orang di tingkat paling bawah dari organisasi. Demikian juga pada seseorang paling dibawah dari
struktur organisasi tidak boleh diabaikan karena mereka para anggota level bawahlah yang
menentukan keberlangsungan dan tercapainya tujuan organisasi.
Berdasarkan tujuan dan pengertian organisasi diatas, dapat diambil beberapa ciri ciri yang
merupakan batasan yang jelas dan gambaran tentang bagaimana organisasi itu dan apa yang
membuat dikatakan sesuatu itu sebuah organisasi.
a. Kumpulan manusia
Organisasi sudah tentulah bercirikan beranggotakan oleh lebih dari dua manusia
dikarenakan hanya manusia yang mampu membuat secara sadar tujuannya sendiri. Ciri ini
juga sama halnya dengan ciri kelompok.
b. Tujuan bersama
c. Kerja sama
Tentu saja, organisasi memiliki ciri ini, kerja sama. Tidaklah pantas bila sebuah
kumpulan manusia yang memiliki tujuan yang sama tidak bekerja sama. Ini tak ada bedanya
dengan kelompok apabila tidak adanya kerja sama.
d. Aturan-aturan
Aturan aturan biasanya dibuat setelah organisasi terbentuk. Aturan aturan ini
merupakan ciri organisasi formal yang bertujuan mengatur setiap anggota agar tujuan dan
kerja sama terjalin dengan kapasitas yang efisien, efektif dan bertanggung jawab. Dengan
adanya aturan aturan, tidak akan anggota yang merasa tercederai karena aturan aturan tersebut
dibahas bersama.
e. Pembagian tugas
Dalam sebuah organisasi yang formal, pembagian tugas sesuai kapasitas dan
kemampuan anggota sangatlah penting untuk mencapai tujuan organisasi dan mempermudah
pencapaian tujuan para anggota organisasi secara pribadi. Dengan adanya pembagian tugas
yang diatur oleh aturan aturan akan tercipta kerja sama yang epik dan solid dalam nuansa
profesionalisme demi mencapai tujuan bersama dan tujuan pribadi demi keberlangsungan dan
kejayaan organisasi.
Umumnya, organisasi formal memiliki struktur yang nyata dan jelas yang tersusun atas
ketua atau pemimpin, bendahara, sekertaris serta anggota. Untuk organisasi yang lebih kompleks
lagi, akan ada wakil ketua dan wakil sekertaris serta bendahara serta banyak koordinator dalam
tiap anggota yang terbagi menjadi beberapa divisi sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi.
Kemudian, dalam organisasi yang bersifat lebih kompleks sesuai dengan teori
manajemen yang ada, terbagi atas beberapa tugas sesuai dengan fungsi fungsi manajerial seperti
pemimpin, supervisor manajer, manajer, anggota dan seterusnya.
Ada enam elemen kunci yang perlu diperhatikan oleh para manajer ketika hendak
mendesain struktur, antara lain:
Setelah mengetahui struktur sekolah seperti apa, maka sebaiknya kita juga harus tahu apa
saja wewenang dan tanggung jawab sekolah. Sebelum itu kita lihat pengertian dari wewenang
dan tanggung jawab itu sendiri.
Wewenang ( Authority ) merupakan syaraf yang berfungsi sebagai penggerak dari pada
kegiatan-kegiatan. Wewenang yang bersifat informal, untuk mendapatkan kerjasama yang baik
dengan bawahan. Disamping itu wewenang juga tergantung pada kemampuan ilmu pengetahuan,
pengalaman dan kepemimpinan. Wewenang berfungsi untuk menjalankan kegiatan-kegiatan
yang ada dalam organisasi. Wewenang dapat diartikan sebagai hak untuk memerintah orang lain
untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tujuan dapat tercapai.
T. Hani Handoko membagi wewenang dalam dua sumber, yaitu teori formal ( pandangan
klasik ) dan teori penerimaan. Wewenang formal merupakan wewenang pemberian atau
pelimpahan dari orang lain. Wewenang ini berasal dari tingkat masyarakat yang sangat tinggi
dan secara hukum diturunkan dari tingkat ke tingkat. Berdasarkan teori penerimaan ( acceptance
theory of authority ) wewenang timbul hanya bila hal diterima oleh kelompok atau individu
kepada siapa wewenang tersebut dijalankan dan ini tidak tergantung pada penerima ( reciver ).
Agar wewenang yang dimiliki oleh seseorang dapat ditaati oleh bawahan maka
diperlukan adanya Kekuasaan (power). Kekuasaan (power) yaitu kemampuan untuk melakukan
hak tersebut, dengan cara mempengaruhi individu, kelompok, keputusan. Menurut jenisnya
kekuasaan dibagi menjadi dua yaitu:
a. Kekuasaan posisi (position power) yang didapat dari wewenang formal, besarnya ini
tergantung pada besarnya pendelegasian orang yang menduduki posisi tersebut.
b. Kekuasaan pribadi (personal power) berasal dari para pengikut dan didasarkan pada
seberapa besar para pengikut mengagumi, respek dan merasa terikat pada pimpinan.
Macam-macam kekuasaan:
a. Kekuasaan balas jasa (reward power) berupa uang, suaka, perkembangan karier dan
sebagainya yang diberikan untuk melaksanakan perintah atau persyaratan lainnya.
b. Kekuasaan paksaan (coercive power) berasal dari apa yang dirasakan oleh seseorang
bahwa hukuman (dipecat, ditegur, dan sebagainya) akan diterima bila tidak melakukan
perintah,
c. Kekuasaan sah (legitimate power) Berkembang dari nilai-nilai intern karena seseorang
tersebut telah diangkat sebagai pemimpinnya.
d. Kekuasaan pengendalian informasi (control of information power) berasal dari
pengetahuan yang tidak dipercaya orang lain, ini dilakukan dengan pemberian atau
penahanan informasi yang dibutuhkan.
e. Kekuasaan panutan (referent power) didasarkan atas identifikasi orang dengan pimpinan
dan menjadikannya sebagai panutan.
f. Kekuasaan ahli (expert power) yaitu keahlian atau ilmu pengetahuan seseorang dalam
bidangnya.
Tanggung jawab dan akuntabilitas tanggung jawab (responsibility) yaitu kewajiban untuk
melakukan sesuatu yang timbul bila seorang bawahan menerima wewenang dari atasannya.
Akuntability yaitu permintaan pertanggung jawaban atas pemenuhan tanggung jawab yang
dilimpahkan kepadanya. Yang penting untuk diperhatikan bahwa wewenang yang diberikan
harus sama dengan besarnya tanggung jawab yang akan diberikan dan diberikan kebebasan
dalam menentukan keputusan-keputusan yang akan diambil. Pengaruh (influence) yaitu transaksi
dimana seseorang dibujuk oleh orang lain untuk melaksanakan suatu kegiatan sesuai dengan
harapan orang yang mempengaruhi. Pengaruh dapat timbul karena status jabatan, kekuasaan dan
menghukum, pemilikan informasi lengkap juga penguasaan saluran komunikasi yang lebih baik.
Setelah melihat pengertian wewenang dan tanggung jawab di atas, dapat disimpulkan
bahwa wewenang dan tanggung jawab sekolah adalah hak dari organisasi sekolah untuk
memerintah orang lain untuk melakukan sesuatu di sertai pertanggung jawaban dari organisasi
sekolah dalam mengambil keputusan agar tujuan dapat tercapai.
Berikut ini adalah pembagian wewenang dan tanggung jawab dalam organisasi sekolah:
Kepala sekolah
Komite sekolah
Memberikan masukan terhadap kebijakan mutu pendidikan di sekolah.
Mengawasi kebijakan sekolah.
Guru
Mengetahui tugas pokoknya sendiri yaitu memberikan pelajaran sesuai dengan bidang
studi
Mengevaluasi hasil pekerjaannya.
Mewakili kepala sekolah dan orang tua siswa di kelas.
Mengetahui tugas-tugas yang diberikan kepada siswa dan memeriksa hasil tugas itu
untuk dinilai.
Memperhatikan kelakuan dan kerajinan siswa sebagai bahan laporan kepada kepala
sekolah, wali kelas, dan guru BP.
Memecahkan masalah-masalah pelajaran yang dihadapi siswa untuk memberikan
bimbingan pelajaran kepada siswa yang cerdas, siswa yang kurang cerdas, dan siswa
yang membandel.
Memperhatikan hasil ulangan EBTA, EBTANAS, dan mengisi daftar nilai siswa.
Melaporkan kepada kepala sekolah tentang hasil kerjanya.
Siswa
Dalam berorganisasi setiap individu dapat berinteraksi dengan semua struktur yang
terkait baik itu secara langsung maupun secara tidak langsung kepada organisasi yang mereka
pilih. Agar dapat berinteraksi secara efektif setiap individu bisa berpartisipasi pada organisasi
yang bersangkutan. Dengan berpartisipasi setiap individu dapat lebih mengetahui hal-hal apa saja
yang harus dilakukan.
Pada dasarnya partisipasi didefinisikan sebagai keterlibatan mental atau pikiran dan
emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk
memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan.
Keterlibatan aktif dalam berpartisipasi, bukan hanya berarti keterlibatan jasmaniah
semata. Partisipasi dapat diartikan sebagai keterlibatan mental, pikiran, dan emosi atau perasaan
seseorang dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada
kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang
bersangkutan.
Agar suatu partisipasi dalam organisasi dapat berjalan dengan efektif, membutuhkan
persyaratan-persyaratan yang mutlak yaitu:
Waktu. Untuk dapat berpatisipasi diperlukan waktu. Waktu yang dimaksudkan disini
adalah untuk memahamai pesan yang disampaikan oleh pemimpin. Pesan tersebut
mengandung informasi mengenai apa dan bagaimana serta mengapa diperlukan peran
serta.
Bilamana dalam kegiatan partisipasi ini diperlukan dana perangsang, hendaknya dibatasi
seperlunya agar tidak menimbulkan kesan “memanjakan”, yang akan menimbulkan efek
negatif.
Subjek partisipasi hendaknya relevan atau berkaitan dengan organisasi di mana individu
yang bersangkutan itu tergabung atau sesuatau yang menjadi perhatiannnya.
Partisipasi harus memiliki kemampuan untuk berpartisipasi, dalam arti kata yang
bersangkutan memiliki luas lingkup pemikiran dan pengalaman yang sama dengan
komunikator, dan kalupun belum ada, maka unsur-unsur itu ditumbuhkan oleh
komunikator.
Partisipasi harus memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi timbal balik,
misalnya menggunakan bahasa yang sama atau yang sama-sama dipahami, sehingga
tercipta pertukaran pikiran yang efektif atau berhasil.
Para pihak yang bersangkutan bebas di dalam melaksanakan peran serta tersebut sesuai
dengan persyaratan yang telah ditentukan.
Bila partisipasi diadakan untuk menentukan suatu kegiatan hendaknya didasarkan pada
kebebasan dalam kelompok, artinya tidak dilakukan pemaksaan atau penekanan yang
dapat menimbulkan ketegangan atau gangguan dalam pikiran atau jiwa pihak-pihak yang
bersangkutan. Hal ini didasarkan pada prisnsip bahwa partisipasi adalah bersifat
persuasif.
Permasalahan yang dihadapi pendidikan nasional kita pada umumnya sebagai berikut:
Bila demikian halnya permasalahan yang dihadapi oleh pendidikan, maka kebijakan yang
ditempuh dalam merencanakan pendidikan harus dapat mewujudkan 3 (tiga) program kegiatan
yaitu:
Organisasi secara umum dapat diartikan memberi struktur atau susunan yakni dalam
penyusunan/penempatan orang-orang dalam suatu kelompok kerja sama, dengan maksud
menempatkan hubungan antara orang-orang dalam kewajiban-kewajiban, hakhak dan tanggung
jawab masing-masing. Penentuan struktur, hubungan tugas dan tanggung jawab itu dimaksudkan
agar tersusun suatu pola kegiatan untuk menuju ke arah tercapainya tujuan bersama. Organisasi
sekolah yang baik menghendaki agar tugastugas dan tanggung jawab dalam menjalankan
penyelenggaraan sekolah untuk mencapai tujuannya dibagi secara merata dengan baik sesuai
dengan kemampuan dan wewenang yang telah ditentukan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan
sesudah semestinya mempunyai organisasi yang baik agar tujuan pendidikan formal ini tercapai
sepenuhnya. Kita mengetahui unsur personal di dalam lingkungan sekolah adalah, kepala
sekolah, guru, karyawan, dan murid. Di samping itu sekolah sebagai lembaga pendidikan formal
ada di bawah instansi atasan baik itu kantor dinas atau kantor wilayah departemen yang
bersangkutan. Di negara kita, kepala sekolah adalah jabatan tertinggi di sekolah itu, sehingga ia
berperan sebagai pemimpin sekolah dan dalam struktur organisasi sekolah ia duduki. Melalui
struktur organisasi yang ada tersebut orang akan mengetahui apa tugas dan wewenang kepala
sekolah, apa tugas guru, apa tugas karyawan sekolah (yang biasa dikenal sebagai pengawai tata
usaha).
Demikian juga terlihat apakah di suatu sekolah dibentuk satuan tugas (unit kerja) tertentu
seperti bagian UKS (Usaha Kesehatan Sekolah), bagian perpustakaan, bagian kepramukaan, dan
lain-lain sehingga keadaan ini tentunya akan memperlancar jalannya “roda” pendidikan di
sekolah tersebut. Dengan organisasi yang baik dapat dihindari tindakan kepala sekolah yang
menunjukkan kekuasaan yang berlebihan (otoriter). Suasana kerja dapat lebih berjiwa
demokratis karena timbulnya partisipasi aktif dari semua pihak yang bertanggung jawab.
Partisipasi aktif yang mendidik (pedagogis) dapat digiatkan melalui kegairahan murid sendiri
yang bergerak dengan wadah OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah). Oleh karena itu di dalam
memikirkan pembentukan organisasi sekolah, maka fungsi dan peranan OSIS tidak boleh
dilupakan.
Pada perguruan tinggi yang kita jumpai banyak bidang tugas yang ditangani secara
khusus lebih banyak daripada tugas-tugas dari sekolah lanjutan. Ciri khas perguruan tinggi di
Indonesia yang mengemban tugas Tri Dharma perguruan tinggi yakni pendidikan, penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat memungkinkan perguruan tinggi berkembang secara otonom,
sehingga semakin bervariasi susunan organisasinya.
b. Jenis Sekolah
Berdasarkan jenis sekolah, kita membedakan ada sekolah umum dan sekolah kejuruan.
Sekolah umum adalah sekolah-sekolah yang program pendidikannya bersifat umum dan
bertujuan utam untuk melajutkan studi ketingkat yang lebih tinggi lagi. Sedangkan yang
dimaksud sekolah kejuruan adalah sekolah-sekolah yang pendidikannya mengarah kepada
pemberian bekal kecakapan atau keterampilan khusus setelah selesai studinya, anak didik dapat
langsung memasuki dunia kerja dalam masyrakat.
Dengan melihat perbedaan program pendidikan (kurikulum dan tujuan) yang hendak
dicapai maka struktur organisasi sekolah yang berlainan jenis tersebut pasti berlainan pula.
Perbedaan organisasi ini mungkin dapat digambarkan antara lain sebagai berikut:
Pada sekolah kejuruan terdapat petugas (koordinator) praktikum, sedangkan pada sekolah
umum tidak. Pada sekolah kejuruan terdapat petugas bagian ketenaga kerjaan penempatan
alumni, sedangkan pada sekolah umum tidak.
Sekolah yang besar tentulah memiliki jumlah murid, jumlah kelas, jumlah tenaga guru,
dan karyawan serta fasilitas yang memadai. Sekolah yang kecil adalah sekolah yang cukup
memenuhi syarat minimal dari ketentuan yang berlaku.
Tipe sekolah secara implisit menunjukkan besar kecilnya sekolah yang bersangkutan. Dengan
begitu akan mempengaruhi penyusunan struktur organisasi sekolah karena makin besar jumlah
murid tentu saja semakin beraneka ragam kegiatan yang dapat dilakukan baik yang bersifat
kurikuler maupun kegiatan-kegiatan penunjang pendidikan.
Letak sebuah sekolah dasar yang ada di daerah pedesaan dan mempengaruhi kegiatan
sekolah tersebut, berbeda dengan sekolah dasar yang ada di kota, demikian pula sekolah lanjutan
pertama yang kini mulai didirikan hampir di setiap daerah kecamatan, kegiatan dan programnya
tentulah berbeda dengan sekolah-sekolah lanjutan di kota apalagi di kota besar. Ada
kecenderungan yang nyata, bahwa sekolah-sekolah di pedesaan lebih berintegrasi dengan
masyarakat sekitarnya. Hal ini berakibat pula ada hubungan yang lebih akrab diantara orang tua
murid dengan sekolah.
Dari segi keadaan lingkungan atau masyarakat sekitar sekolah mungkin ada dalam
lingkungan masyarakat petani, masyrakat nelayan, masyarakat buruh, masyarakat pegawai
negeri, dan lain-lain. Perhatikan kelompok masyarakat yang berbeda ini terhadap dunia
pendidikan bagi anak-anak mereka di sekolah pasti menunjukkan berbagai variasi perbedaan.
Oleh karenanya dalam penyusunan struktur organisasi sekolah, hal-hal tersebut perlu
diperhatikan.
2.11 Peranan Masing-masing Personal Organisasi Sekolah
Peranan dari masing-masing Personal organisasi sekolah antara lain adalah sebagai berikut:
Kepala Sekolah berperan dalam dan bertugas sebagai edukator, manajer, administrator,
supervisor, leader, inovator dan motivator (EMASLIM).
Dalam melakukan fungsinya sebagai edukator, kepala sekolah memiliki strategi yang
tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya. Fungsi kepala
sekolah sebagai edukator adalah menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasehat
kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada tenaga kependidikan serta melaksanakan
model pembelajaran yang menarik, seperti team teaching, moving class dan mengadakan
program akselerasi bagi peserta didik yang cerdas di atas normal.
Upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerjanya sebagai
edukator, khususnya dalam peningkatkan kinerja tenaga kependidikan dan prestasi belajar anak
didik dapat dideskripsikan sebagai berikut:
Sebagai manajer, kepala sekolah mau dan mampu mendayagunakan sumber daya sekolah
dalam rangka mewujudkan visi, misi, dan mencapai tujuannya. Kepala sekolah mampu
menghadapi berbagai persoalan di sekolah, berpikir secara analitik, konseptual, harus senantiasa
berusaha menjadi juru penengah dalam memecahkan berbagai masalah, dan mengambil
keputusan yang memuaskan stakeholders sekolah. Memberikan peluang kepada tenaga
kependidikan untuk meningkatkan profesinya. Semua peranan tersebut dilakukan secara
persuasif dan dari hati ke hati. Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer,
kepala sekolah perlu memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan
melalui persaingan yang membuahkan kerja sama (cooperation), memberikan kesempatan
kepada tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan
seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah.
Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan erat dengan berbagai aktivitas
pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan, dan pendokumenan seluruh
program sekolah. Secara spesifik, kepala sekolah perlu memiliki kemampuan untuk mengelola
kurikulum, mengelola administrasi kearsipan, dan administrasi keuangan. Kegiatan tersebut
perlu dilakukan secara efektif dan efisien agar dapat menunjang produktivitas sekolah. Untuk itu,
kepala sekolah harus mampu menjabarkan kemampuan di atas ke dalam tugas-tugas operasional.
Sebagai supervisor, kepala sekolah mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga
kependidikan. Sergiovani dan Starrat (1993) menyatakan bahwa supervisi merupakan suatu
proses yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru dan supervisor mempelajari
tugas sehari-hari di sekolah, agar dapat menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk
memberikan layanan yang lebih baik pada orang tua peserta didik dan sekolah, serta berupaya
menjadikan sekolah sebagai komunitas belajar yang lebih efektif.
Kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan,
meningkatkan kemauan dan kemampuan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah
dan mendelegasikan tugas. Wahjosumijo (1999) mengemukakan bahwa kepala sekolah sebagai
pemimpin harus memiliki karakter khusus yang mencakup kepribadian, keahlian dasar,
pengalaman dan pengetahuan profesional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan.
Kemampuan kepala sekolah sebagai pemimpin dapat dianalisis dari aspek kepribadian,
pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil
keputusan dan kemampuan berkomunikasi. Sedangkan kepribadian kepala sekolah sebagai
pemimpin akan tercermin dalam sifatnya yang: jujur, percaya diri, tanggung jawab, berani
mengambil resiko dan keputusan, berjiwa besar, emosi yang stabil, dan teladan.
Dalam rangka melakukan peranan dan fungsinya sebagai inovator, kepala sekolah perlu
memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan,
mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada tenaga
kependidikan dan mengembangkan model pembelajaran yang inovatif. Kepala sekolah sebagai
inovator dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan akan tercermin dari caranya
melakukan pekerjaan secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional, obyektif,
pragmatis, keteladanan, disiplin, adaptable, dan fleksibel.
Kepala sekolah sebagai inovator harus mampu mencari, menemukan dan melaksanakan
berbagai pembaruan di sekolah. Gagasan baru tersebut misalnya moving class. Moving class
adalah mengubah strategi pembelajaran dari pola kelas tetap menjadi kelas bidang studi,
sehingga setiap bidang studi memiliki kelas tersendiri, yang dilengkapi dengan alat peraga dan
alat-alat lainnya. Moving class ini biasa dirangkaikan dengan pembelajaran terpadu, sehingga
dalam suatu laboratorium bidang studi dijaga oleh beberapa guru yang bertugas memberikan
kemudahan kepada peserta didik dalam belajar.
Sebagai motivator, kepala sekolah memiliki strategi yang tepat untuk memberikan
motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya.
Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, suasana kerja, disiplin,
dorongan, penghargaan secara efektif dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui
pengembangan Pusat Sumber Belajar (PSB).
Peranan kepala sekolah sebagai pejabat formal secara singkat dapat disimpulkan bahwa
kepala sekolah diangkat dengan surat keputusan oleh atasan yang mempunyai kewenangan
dalam pengangkatan sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku; memiliki tugas dan
tanggung jawab yang jelas serta hak-hak dan sanksi yang perlu dilaksanakan; secara hirarki
mempunyai atasan langsung, atasan yang lebih tinggi dan memiliki bawahan; dan mempunyai
hak kepangkatan, gaji dan karier.
Komite Sekolah
Komite Sekolah memiiki peranan dalam membina dan menghimpun potensi warga
sekolah dalam rangka mendukung penyelenggaraan sekolah yang berkualitas.
Kepala Urasan Tata Usaha berperan dalam menyusun program tata usaha sekolah,
mengurus administrasi ketenagaan dan siswa, membina dan pengembangan karier pegawai tata
usaha sekolah, menyusun administrasi perlengkapan sekolah, menyusun dan penyajian
data/statistik sekolah, membuat laporan kegiatan tata usaha.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan berperan dalam menyusun program pembinaan
OSIS, melaksanakan pembimbingan dan pengarahan kegiatan OSIS, pemilihan siswa
teladan/penerima beasiswa, mutasi siswa, program ekstra kurikuler, membuat laporan kegiatan
kesiswaan secara berkala.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana berperan dalam menyusun rencana kebutuhan sarana
dan prasarana, mengkoordinasikan pendayagunaan sarana dan prasarana, pengelola pembiayaan
alat-alat pengajaran, dan menyusun laporan pelaksanaan urusan sarana dan prasarana secara
berkala.
Koordinator BP
Dewan guru
Dewan Guru memiliki peran dalam mendidik, membimbing dan mengarahkan siswa dan
siswi melalui proses belajar mengajar di sekolah serta berperan dalam pembentukan kepribadian
setiap siswa dan siswi. Berikut adalah pembagian tugas dan Struktur Organisasi SMU Negeri 14
Jakarta. Disusun sedemikian rupa berdasarkan tujuan organisasi (kelembagaan) yang berfokus
pada misi dan visi sekolah dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
Kepala Tata Usaha, bertugas mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan
administrasi sekolah, meliputi penyusunan program tahunan, kepegawaian, keuangan, pelaporan,
inventaris dan kesiswaan.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Organisasi sekolah adalah sistem yang bergerak dan berperan dalam merumuskan tujuan
pendewasaan manusia sebagai mahluk sosial agar mampu berinteraksi dengan
lingkungan.bentuk organisasi: Organisasi Lini,Organisasi Staf,Bentuk Gabungan,Organisasi
Fungsional. Para anggota organisasi memiliki tujuan mengerjakan pekerjaan dengan baik,
naik pangkat, berinteraksi dengan anggota organisasi lain dalam suasana yang
menyenangkan atau menjalin hubungan persahabatan.ciri organisasi:Kumpulan
manusia,Tujuan bersama,Kerja sama,Aturan-aturan,pembagian tugas. Umumnya, organisasi
formal memiliki struktur yang nyata dan jelas yang tersusun atas ketua atau pemimpin,
bendahara, sekertaris serta anggota. Untuk organisasi yang lebih kompleks lagi, akan ada
wakil ketua dan wakil sekertaris serta bendahara serta banyak koordinator dalam tiap
anggota yang terbagi menjadi beberapa divisi sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
http://crisayu.blogspot.com/2011/05/organisasi-sekolah.html
Keith Davis, Human Relations at Work, New York, San Francisco, Toronto, London:
Singarimbun, Masri dan Sofyan Efendi. 1976. Understanding Practice and Analysis. New York:
Random House.
Horton, Paul B. dan Chester L. Hunt. 1984. Sociology. Edisi keenam. International Student
Edition. Tokyo: Mc.Graw-Hill Book Company Inc.
Stephen P.Robbins. Teori Organisasi Struktur, Desain, dan Aplikasi, (Jakarta: Arcan: 1994).
WS, Winkel. 1997. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta : Gramedia.
Robbins, Stephen P.; Judge, Timothy A. (2008). Perilaku Organisasi Buku 2, Jakarta: Salemba
Empat.
Pennings, J. M. 1992. (Inggris) Research in Organizational Behavior, vol. 14, Greenwich, CT:
JAI Press.