Anda di halaman 1dari 12

“GURU BK DALAM PROSES PENANGANAN SISWA”

Disusun Oleh:

Edelina Batseran (200402080007)

Kristina Nadia (210402080007)

Luciani Gratiarsa Jehadu (210402080024)

Fakultas: PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS: PGRI KANJURUHAN MALANG

Tahun: 2023

Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
dengan judul “GURU BK DALAM PROSES PENANGANAN SISWA” ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak
lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Penyusunan makalah ini bertujuan
untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah Bimbingan dan Konseling. Selain itu, pembuatan makalah
ini juga bertujuan agar menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca. Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman maka kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempuraan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.
Daftar Isi
Kata Pengantar...........................................................................(Halaman) Daftar
Isi........................................................................................(Halaman)
BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................(Halaman)
A.Latar Belakang......................................................................(Halaman)
B.Rumusan Masalah..............................................................(Halaman)
C.Tujuan.......................................................................................(Halaman)
BAB 2 PEMBAHASAN............................................................(Halaman)
A.Guru Sebagai Tokoh Kunci Dalam Bimbingan.........................................................(Halaman)
B.Bentuk - Bentuk Bimbingan Guru Terhadap Siswa....................................................(Halaman)
BAB 3 PENUTUP............................................................................(Halaman)
3.1 Kesimpulan............................................................................... (Halaman)
Daftar Pustaka.................................................................................(Halaman)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional no. 20 tahun 2003 pasal 3 dinyatakan bahwa Pendidikan
Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.

Bimbingan konseling adalah salah satu komponen yang penting dalam proses pendidikan sebagai
suatu sistem. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Tim Pengembangan MKDK IKIP
Semarang bahwa proses pendidikan adalah proses interaksi antara masukan alat dan masukan mentah.
Masukan mentah adalah peserta didik, sedangkan masukan alat adalah tujuan pendidikan, kerangka,
tujuan dan materi kurikulum, fasilitas dan media pendidikan, system administrasi dan supervisi
pendidikan, sistem penyampaian, tenaga pengajar, sistem evaluasi serta bimbingan konseling (Tim
Pengembangan MKDK IKIP Semarang, 1990:58).
Bimbingan merupakan bantuan kepada individu dalam menghadapi persoalan-persoalan yang dapat
timbul dalam hidupnya. Bantuan semacam itu sangat tepat jika diberikan di sekolah, supaya setiap siswa
lebih berkembang ke arah yang semaksimal mungkin. Dengan demikian bimbingan menjadi bidang
layanan khusus dalam keseluruhan kegiatan pendidikan sekolah yang ditangani oleh tenaga-tenaga ahli
dalam bidang tersebut, teerutama oleh seorang guru.
Dalam konteks pemberian layanan bimbingan konseling, Prayitno (1997:35-36) mengatakan bahwa
pemberian layanan bimbingan konseling meliputi layanan orientasi, informasi, penempatan dan
penyaluran, pembelajaran, konseling perorangan, bimbingan kelompok, dan konseling kelompok.
Dalam Pedoman Kurikulum Berbasis Kompetensi bidang Bimbingan Konseling tersirat bahwa suatu
sistem layanan bimbingan dan konseling berbasis kompetensi tidak mungkin akan tercipta dan tercapai
dengan baik apabila tidak memiliki sistem pengelolaan yang bermutu. Artinya, hal itu perlu dilakukan
secara jelas, sistematis, dan terarah. Untuk itu diperlukan guru pembimbing yang profesional dalam
mengelola kegiatan Bimbingan Konseling berbasis kompetensi di sekolah dasar.
B. Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang tersebut di atas, penyusun tergerak untuk melakukan telaah mengenai apa dan
bagainama peran guru dalam pelaksanaan Bimbingan Konseling.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Guru Sebagai Tokoh Kunci Dalam Bimbingan


Apabila kepala sekolah merupakan tokoh kunci dalam organisasi program bimbingan di seluruh sekolah,
maka guru (termasuk wali kelas) adalah tokoh kunci dalam kegiatan – kegiatan bimbingan yang
sebenarnya di dalam kelas, guru selalu berada dalam hubungan yang erat dengan murid, ia banyak
mempunyai kesempatan untuk mempelajari murid, mengawasi tingkah laku dan kegiatannya, dan apabila
ia teliti serta manaruh perhatian ia akan mengetahui sifat – sifat murid, kebutuhannya, minatnya, masalah
– masalahnya, dan titik – titik kelemahan serta kekuatannya. Sewaktu – waktu ia mangukur berat dan
tinggi badannya, dan meneliti segi – segi kesehatannya, ia melaksanakan tes – tes hasil belajar,
kecerdasan, diagnostik, keperibadian dan sewaktu – waktu pula mengadakan tes sosiometrik, bila
kebutuhannya mendorong untuk mengadaakannya atau bila keadaan mengijinkan, kadang – kadang ia
mengunjungi murid ke rumahnya dan memperbincangkan masalah dengan orang tuanya, segala sesuatu
untuk lebih dapat memahami muridnya, ia berusaha untuk mengarahkan minat dan semangat belajar
muridnya sehingga tercapai hasil yang memuaskan, berusaha untuk membesarkan hati murid yang
pemalu dan perasa, dan untuk memberikan pemecahan sederhana terhadap masalah – masalah kecil yang
dihadapi muridnya.
Maka karena pendidikan dan ke dudukannya guru itu berwenang sepenuhnya dan mampu untuk
mempelajari dan memahami murid – muridnya, bukan saja sebagai individu, tetapi juga sebagai anggota
kelompok atau anggota kelasnya. Sejak anak masuk ke sekolah pagi hari sampai sekolah usai, guru akan
memanfaatkan setiap kesempatan untuk membantu dalam pengumpulan data yang diperlukan agar dapat
memahami murid – murid dengan baik dan dalam mencatat data tersebut serta bahan – bahan informasi
lainya kedalam catatan kumulatif, atau catatan – catatan sekolah lainya, sebagian dari data itu didapat dari
murid – murid sendiri atau dari orangtuanya dengan mengisi formulir – formulir isian atau melalui
informasi lisan, data yang lainnya dihasilkan dari pelaksanaan test, atau melalui observasi terhadap
kegiatan – kegiatan anak, kebiasaan dan tingkahlakunya, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Karena itulah guru merupakan anggota pertama diantara petugas – petugas bimbingan, pada umumnya
guru itu berada dalam suatu posisi yang lebih baik untuk mengetahui masalah – masalah, sikap dan
kebutuhan murid – murid, sehingga mudahlah baginya untuk memberikan bantuan kepada murid yang
memerlukannya. Tetapi meskipun demikian, apabila di kehendaki informasi, atau pengaturan yang
khusus, maka murid yang bersangkutan perlu didampingi oleh seorang penyuluh ( counselor ) yang
terlatih.
Oemar Hamalik (1990:52-71) menyatakan bahwa dalam sistem dan proses pendiddikan mana pun, guru
tetap memegang peranan penting. Para siswa tidak mungkin belajar sendiri tanpa bimbingan guru yang
mampu mengemban tugasnya dengan baik. Kendati dewasa ini konsep CBSA telah banyak di laksanakan
dalam proses belajar mengajar di sekolah, guru tetap memiliki kedudukan tersendiri. Pada hakikatnya,
para siswanya mungkin belajar dengan baik jika guru telah mempersiapkan lingkungan positif bagi
mereka untuk belajar.

1. Peranan guru yang begitu besar dapat di tinjau dalam arti luias.
Dalam arti luas, guru mengemban peranan – peranan sebagai ukuran kognitif,
sebagai agen moral, politik, inovator, dan kooperatif.

a. Guru sebagai ukuran kognitif.

Tugas guru umumnya adalah mewariskan pengetahuan dan berbagai keterampilan kepada siswa. Hal –
hal yang akan di wariskan itu sudah tentu harus sesuai dengan ukuran – ukuran yang telah di tentukan
oleh masyarakat dan merupakan gambaran tentang keadaan sosial, ekonomi, dan politik masyarakat
bersangkutan. Karna itu, guru harus memenuhui ukuran kemampuan yang di perlukan untuk
melaksanakan tugasnya agar siswa dapat mencapai ukuran pendidikan yang tinggi. Hasil pengajaran
adalah merupakan hasil interaksi antara unsur- unsur, motivasi dan kemampuan siswa, isi atau materi
pelajaran yang di sampaikan , dan di pelajari oleh siswa,keterampilan guru menyampaikannya dan alat
bantu pengajaran yang membantu jalannya pewarisan itu.

b. Guru sebagai agen moral dan politik.


Guru bertindaksebagai agen moral masyarakat karena fungsinya mendidik masyarakat agar melek huruf,
pandai berhitung, dan memiliki berbagai keterampilan kognitif lainnya. Keterampilan- keterampilan itu di
pandang sebagai bagian dari proses pendidikan moral, karena masyarakat yang telah pandai membaca
dan pengetahuan akan berusaha menghindarkan dirinya dari tindakan – tindakan kriminal, dan
penyimpangan dari ukuran masyarakat. Guru juga merupakan gambaran sekaligus berperan sebagai agen
politik. Guru menyampaikan sikap kultur dan tindakan politik masyarakat kepada generasi muda.
Kemauan- kemauan politik masyarakat, disampaikan dalam proses pengajaran dalam kelas.

c. Guru sebagai inovator.


Berkat kemajuan ilmu dan teknologi, masyarakat senantiasa berubah dan berkembang dalam semua
aspek. Perubahan dan perkembangan itu menuntut terjadinya inovasi pendidikan, yang menimbulkan
perubahan yang baru dan kualitatif, berbeda dengan hal yang sebelumnya. Tanggung jawab melaksanakan
inovasi, diantaranya terletak pada penyelenggaraan pendidikan di sekolah, dan guru memegang peranan
utama. Guru bertanggung jawab menyebarkan gagasan – gagasan baru terhadap siswa, melalui proses
pengajaran dalam kelas.

d. Guru memegang peranan koovratif


dalam melaksanakan tugasnya, guru tidak mungkin bekerja sendiri dan mengembangkan kemampuannya
secara individual. Karna itu, para guru harus bekerja sama baik bekerja sama dengan sesama guru,
pekerjaan – pekerjaan sosial, lembaga – lembaga kemasyarakatan maupun dengan persatuan orang tua
murid. Peranan kerjasama dalam pengajaran di antara guru – guru secara pormal di kembangkan dalam
sistem pengajaran beregu.

2. Dalam peroses pengajaran di sekolah ( di kelas), peranan guru lebih spesifik sifatnya
dalam pengertian sempit, yakni dalam hubungan proses belajar mengajar. Peran guru adalah dalam
pengorganisasian lingkungan belajar dalam fasilitator belajar. Peran guru dalam pengorganisasian
lingkungan belajar meliputi peranan – peranan yang lebih spesifik, yakni (a) Guru sebagai model, (b)
Guru sebagai perencana (c) Guru sebagai peramal, (d) Guru sebagai pemimpin, (e) guru sebagai petunjuk
jalan atau sebagai pembimbing kearah pusat – pusat peranan guru sebagai fasilitator belajar bertitik tolak
dari tujuan – tujauan yang hendak di capai.implikasinya terjadi pada tugas dan tanggung jawab bahwa
guru mengemban peran dalam proses kelompok, model kelompok, memberikan penyuluhan dan
keterampilan – keterampilan belajar. Adapun pesan guru sebagai pengorganisasi lingkungan belajar, pada
dasarnya bertitik tolak dari asumsi bahwa pengajar merupakan suatu aktivitas profesional yang unik,
rasional, dan humanistik bahwa seorang menggunakan pengetahuannya secara kreatif dan imajinatif
untuk memperomosikan pelajaran dan kesejahtraan bagi orang lain, dan bahwa sekolah mengandung pola
– pola karakteristik tempat proses sosialisasi berlangsung dan anak memperoleh pengalaman –
pengalamannya di dalam situasi sekolah.
Berdasarkan asumsi – asumsi tersebut, guru berkewajiban mempersiapkan dan mengorganisasikan
lingkungan belajar siswa untuk mensosialisasikan dirinya. Dalam hubungan ini, guru mengemban peran
sebagai berikut.
a. Guru sebagai model
Anak atau siswa berkembang ke arah idealisme dan kritis. Mereka membutuhkan guru sebagai model
yang dapat di contoh dan di jadikan teladan. Karena itu guru harus memiliki kelebihan, baik pengetahuan,
keperibadian, maupun ketrampilan. Kelebihan ini tampak dalam keperibadian yang memiliki disiplin
tinggi dalam bidang – bidang intelektual, emosional, kebiasaan – kebiasaan yang sehat, sikap yang
demokratis, terbuka, dan sebagainya. Dalam menjalankan keterlibatannya dalam segi emosional, maupun
intelektual dengan siswanya, dia senantiasa berusaha memberikan bimbingan menciptakan iklim kelas
yang menyenangkan, dan menggairahkan siswa untuk belajar, menyediakan kesempatan bagi siswa untuk
terlibat dalam perencanaan bersama guru, memungkinkan secara direktif.

b. Guru sebagai perencana


Guru berkewajiban mengembangkan tujuan-tujuan pendidikan yang menjadi rencana-rencana yang
operasional. Tujuan-tujuan umum harus diterjemahkan menjadi tujuan-tujuan secara spesifik dan
operasional. Dalam perencanaan ini siswa harus dilibatkan sehingga menjamin relevansinya dengan
perkembangan, kebutuhan dan tingkat pengalaman mereka. Peranan ini menuntut agar perencanaan
senantiasa direlevansikan dengan kondisi masyarakat, kebiasaan belajar siswa, pengalaman dan
pengetahuan siswa, metode belajar yang serasi dan materi pelajaran yang sesuai dengan minatnya
c. Guru sebagai peramal
Peran guru sebagai peramal atau pendiagnosis kemajuan belajar muriderat kaitannya dengan tugas
mengevaluasi kemajuan belajar siswa, penilaian memiliki arti yang penting, baik bagi siswa, orang tua
dan guru sendiri. Bagi siswa agar mereka mengetahui seberapa jauh mereka telah berhasil dalam
studinya, bagi orang tua agar mereka mengetahui kemajuan belajar anaknya. Dan bagi guru penting untuk
menilai dirinya sendiri dan efetifitas pengajaran yang telah diberikannya. Dalam pada itu, data yang
terkumpul pada diri siswa menunjukkan beberapa kelemahan yang memerlukan perbaikan melalui
prosedur yang efektif. Dalam menjalanakan peranan ini guru seharusnya mampu melaksanakan dan
menggunakan tes-tes yang telah dibakukan, melaksanakan tes formatif, sumatif, serta memperkirakan
perkembangan anak didiknya.
d. Guru sebagai pemimpin
Guru adalah pemimpin dalam kelasnya sekaligus anggota kelompok-kelompok dari siswa, banyak tugas
yang sifatnya majerial yang harus dilakukan oleh guru, seperti memelihara ketertiban kelas, mengatur
ruangan, bertindak sebagai pengurus rumah tangga kelas, menyusun laporan bagi pihak yang
memerluakan.
e. Guru sebagai petunjuk jalan kapada sumber-sumber
Guru berkewajiban menyediakn berbagai sumber yang memungkinkan siswa dapat memperoleh
pengalaman yang banyak. Lingkungan sumber itu perlu ditunjukan kepada siswa kendati pada hakikatnya
siswa sendiri yang menemukannya. Tentu saja, sumber-sumber yang ditunjjukan itu adalah sumber-
sumber yang cocok untuk membantu proses belajar mereka. Curtis mengemukaan bahwa guru memiliki
komponen-komponen lingkungan tertentu, yang terdiri dari: 1) sumbersumber guru, 2) sumber-sumber
manusia, 3) sumber-sumber masyarakat, 4) suber-sumber media, 5) sumber-sumber kepustakaan, jadi
jelaslah bahwa, sumber belajar itu memang sangat luas. Kemampuan guru menyediakan dan menunjukan
jalan kearah sumber-sumber tersebut sangat diperlukan. Kemampuan ini merupakan integral dari
kemampuan propesional guru. Barangkali perlu pula kita catat uraian singkat dari Norman Mackenzie dan
kawan-kawannya, bahwa dalam inovasi penddikan, diperlukan sumber yang layak dan kaya pengetahuan.
Dia mengatakan bahwa dalam rangkaian New Recources for learning, televise, laboratorium bahasa,
sumber audio visual, teaching maching, bahkan computer dan program intruksional, semua merupakan
sumber informasi untuk belajar. Sumber-sumber belajar itu sangat diperlukan, terutama dalam
meningkatkan mutu pendidikan tinggi.

f. guru sebagai fasilitator belajar


Sebagai fasilitator, guru berperan sebagai pembantu dalam pengalaman belajar, membantu perubahan
lingkungan serta membantu terjadinya proses belajar. Yang serasi dengan kebutuhan dan keinginan.. guru
berkewajiban sebagai berikut :
a) Menciptakan iklim kelas atau pengalaman kelas
b) Membantu membuka rahasia dan menjelaskan meksud-maksud individu dalam kelas
c) Mengimplementasikan tujuan-tujuan yang bermakna bagi siswa
d) Mengorganisasi mempermudah serta mempermudah sumber-sumber belajar
e) Menjawab ekspresi kelas dengan menjawab kepuasan intelektual dan sikap emosional siswa
f) Memandang dirinya sebagai sumber yang fleksibel untuk dimanfaatkan oleh kelompok
g) Bertindak sebagai anggoata peserta kelompok dan memberikan pendapatnya sebgai individu
h) Tetap berhati-hati dengna pernyataan yang dalam dan kuat
i) Berusaha menyadari dan menerima keterbatasan dirinya

g. Peran sebagai fasilitator. Mengandung implikasi peranan sebgai berikut:


a) Guru sebagai pemimpin dlam proses kelompok. Dalam proses
kelompok terjadi pengembangan dan pertumbuhan dalam proses social melalui proses sosialisasi yang
sesuai, perkembangan bagi intelektual, dan pengembangan berbagai keterampilan social lainnya. Hal ini
karena belajar dalam kelompok besar atau kecil adalah wajib. Guru harus memahami sepennuhnya akan
arti kelompok dan memberikan rangsangan tingkah laku konseptual serta menerima umpan balika
darinya. Agar mampu mengemban tugasnya dalam proses kelompok itu, guru dituntut memiliki ebrbagai
keterampilan, misalnya cara memilih pemimpin, mediskusikan nilai-nilai serta mempertumbangkan nilai-
nilai serta mempertimbangkan cara pemecahan yang mungkin dari kelompok.
b) Memberikan bimbingan dan pelayanan kepada siswa,. Dalam rangka
mempermudah dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar, suadah tentu banya masalah atau
current issue yangdihadapi oleh siswa, baik dalam segi belajar maupum dalam segi pribadi. Bimbingna
yang diberikan oelh guru adalah pemberian fasilitas belajar bagi siswa sebab melalui bimbingan itu, guru
dapat emdorong adan membantu siswa mengatasi kesulitannya dan sekaligus memberi jalan yang
seharusnya ditempuh siswa agar berhasil.
c) Model peranan, guru senantiasa perlu menempuh kerja sama dengan
siwa-siswanya. Para siswa cenderung meniru tingkah laku guru dan orangtua dan orang dewasa lainnya,
kendati kita tidak tahu persiapan dan bagaimana peniruan itu dilakukan. Karena itu guru harus senantiasa
waspada dan menyadari perlunya menguasai model-model berbagai perana orang dewasa. Melalui
bermain perana dalam kelas, dan pengalaman kelompok, siswa dilatih dalam memainkan peranan-peranan
tertentu.

B. Bentuk - Bentuk Bimbingan Guru Terhadap Siswa


Tugas dan tanggung jawab utama guru adalah melaksanakan kegiatan pembelajran siswa. Kendati
demikian, ini bukan dia lepas sama sekali dengn kegiatan pelayanan binbingan dan konseling. Peran dan
kontribusi guru mata pelajaran tetap sangat diharapkan guna bagi kepentingan efektivitas dan efesien
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Bahkan dalam batas-batas tertentu, guru pun dapat
bertindak sebagai konselor bagi siswanya. Peran yang dijalankan oleh guru, yaitu sebagai pembimbing.
Untuk menjadi pembimbing yang baik, guru harus memiliki pemahanman tentang anak yang sedang
dibimbingnya. Sementara itu, berkenaan dengan guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling,
guru-guru mata pelajaran melakukan pendekatan kepada siswa harus bersifat manusiawi-reigius.,
bersahabat, ramah, mendorong, kongkrit, mendorong, jujur dan asli, memahami dan menghargai tanpa
syarat. Rincian, tugas, dan tanggung jawab guru-guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling.

1. tanggung jawab guru-guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling adalah:
a. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa
b. Membantu guru pembimbing atau koselor mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan layannan
bimbingan dan konseling, serta mengumpulkan data tentang siswa-siswa tersebut.
c. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada guru
pembimbing atau konselor.
d. Menerima siswa alih tangan dari guru pembimbing atau konselor, yaitu siswa yang menuntut guru
pembimbing atau konselor memerlukan pelayanan pengajar/latihan khusus ( seperti pengajaran atau
latihan perbaikan, program pengayaan).
e. Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru siswa dan hubungan antara siswa yang
menunjang pelaksanaan peayanan bimbingan dan konseling.
f. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang mememrlukan layanan atau kegiatan
bimbingan dan konseling untuk mengikuti atau menjalin atau menjalani layanan atau kegiatan yang
dimaksudkan itu.
g. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti konferensi kasus
h. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian pelayanan bimbingan dan
konseling serta upaya tinadak lanjutnya. Implementasi kegiatan BK dalam pelaksanaan Kurikulum
Berbasis Kompetensi sangat menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar. Oleh karena itu peranan
guru kelas dalam pelaksanaan kegiatan BK sangat penting dalam rangka mengefektifkan pencapaian
tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
2. Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam kegiatan BK, yaitu:
a. Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan,
dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.
b. Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran dan lain-lain.
c. Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk
mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga
akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar.
d. Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan
yang dicita-citakan.
e. Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
f. Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan dan pengetahuan.
g. Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar.
h. Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
i. Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademik maupun
tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.
3. Di lain pihak, Moh. Surya (1997) mengemukakan tentang peranan guru di sekolah, keluarga dan
masyarakat. Di sekolah, guru berperan sebagai perancang pembelajaran, pengelola pembelajaran, penilai
hasil pembelajaran peserta didik, pengarah pembelajaran dan pembimbing peserta didik. Sedangkan
dalam keluarga, guru berperan sebagai pendidik dalam keluarga (family educator). Sementara itu di
masyarakat, guru berperan sebagai pembina masyarakat (social developer), penemu masyarakat (social
inovator), dan agen masyarakat (social agent).
Di pandang dari segi diri-pribadinya (self oriented), seorang guru berperan sebagai :
a. Pekerja sosial (social worker), yaitu seorang yang harus memberikan pelayanan kepada masyarakat;
b. Pelajar dan ilmuwan, yaitu seorang yang harus senantiasa belajar secara terus menerus untuk
mengembangkan penguasaan keilmuannya;
c. Orang tua, artinya guru adalah wakil orang tua peserta didik bagi setiap peserta didik di sekolah;
d. model keteladanan, artinya guru adalah model perilaku yang harus dicontoh oleh mpara peserta didik;
dan
e. Pemberi keselamatan bagi setiap peserta didik. Peserta didik diharapkan akan merasa aman berada
dalam didikan gurunya.
4. Dari sudut pandang secara psikologis, guru berperan sebagai :
a. Pakar psikologi pendidikan, artinya guru merupakan seorang yang memahami psikologi pendidikan
dan mampu mengamalkannya dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik;
b. seniman dalam hubungan antar manusia (artist in human relations), artinya guru adalah orang yang
memiliki kemampuan menciptakan suasana hubungan antar manusia, khususnya dengan para peserta
didik sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan;
c. Pembentuk kelompok (group builder), yaitu mampu mambentuk menciptakan kelompok dan
aktivitasnya sebagai cara untuk mencapai tujuan pendidikan;
d. Catalyc agent atau inovator, yaitu guru merupakan orang yang yang mampu menciptakan suatu
pembaharuan bagi membuat suatu hal yang baik; dan
e. Petugas kesehatan mental (mental hygiene worker), artinya guru bertanggung jawab bagi terciptanya
kesehatan mental para peserta didik.

Sementara itu, Doyle sebagaimana dikutip oleh Sudarwan Danim (2002) mengemukan dua peran utama
guru dalam pembelajaran yaitu menciptakan keteraturan (establishing order) dan memfasilitasi proses
belajar (facilitating learning). Yang dimaksud keteraturan di sini mencakup hal-hal yang terkait langsung
atau tidak langsung dengan proses pembelajaran, seperti : tata letak tempat duduk, disiplin peserta didik
di kelas, interaksi peserta didik dengan sesamanya, interaksi peserta didik dengan guru, jam masuk dan
keluar untuk setiap sesi mata pelajaran, pengelolaan sumber belajar, pengelolaan bahan belajar, prosedur
dan sistem yang mendukung proses pembelajaran, lingkungan belajar, dan lain-lain.
Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang akan
semakin kompleks, sehingga menuntut guru untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan
penyesuaian kemampuan profesionalnya. Guru harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan
proses pembelajaran peserta didik. Guru di masa mendatang tidak lagi menjadi satu-satunya orang yang
paling well informed terhadap berbagai informasi dan pengetahuan yang sedang tumbuh, berkembang,
berinteraksi dengan manusia di jagat raya ini. Di masa depan, guru bukan satu-satunya orang yang lebih
pandai di tengah-tengah peserta didiknya.
5. Peran Wali Kelas
a. Sebagai pengelola kelas tertentu dalam pelayanan bimbingan dan konseling, Wali Kelas berperan :
b. Membantu guru pembimbing/konselor melaksanakan tugas-tugasnya, khususnya di kelas yang menjadi
tanggung jawabnya.
c. Membantu Guru Mata Pelajaran melaksanakan peranannya dalam pelayanan bimbingan dan konseling,
khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya.
d. Membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa, khususnya dikelas yang menjadi
tanggung jawabnya, untuk mengikuti/menjalani layanan dan/atau kegiatan bimbingan dan konseling;
e. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan khusus bimbingan dan konseling, seperti konferensi kasus; dan
f. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling kepada guru
pembimbing/konselor.
g. Kerjasama guru dan konselor dalam layanan bimbingan konseling.

6. Peran guru pembimbing/konselor


Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yang harus dimili oleh seorang guru penyuluh / konselor.
a. Kwalifikasi Dan Pendidikan Guru Penyuluh
Untuk menghadapi kebutuhan dewasa ini seorang guru penyuluh sekurang-kurangnya harus seorang
sarjana muda. Ia harus memiliki kwalifikasi yang memungkinkannya untuk dapat melaksanakan tugas
penyuluhan dengan berhasil baik. Diantarannya : kecakapan scholastic, minat terhadap pekerjaannya, dan
berkepribadian yang baik.
b. Kewajiban Dan Tanggungjawab Guru Penyuluh
Pada umumnya guru penyuluh bertanggungjawab dalam melaksanakan Bimbingan Pendidikan
( Educational Guidance ), dan Bimbingan dalam masalah-masalah pribadi ( Personal Guidance ). Iapun
harus menetapkan kasus-kasus yang perlu mendapatkan perhatiannya dengan segera dengan jalan
meneliti catatan-catatan sekolah, mengadakan pertemuan-pertemuan dengan anggota-anggota staff
sekolah lainya, melaksanakan observasi yang dilakukannya sendiri dan menggunakan teknik sosiometrik.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Peranan Guru dalam melaksanakkan bimbingan dan konseling, guru segabai tokoh kunci dalam
bimbingan, memiliki peranan dalam dua arti, yang pertama secara arti luas, yaitu guru sebagai ukuran
kognitif, agen moral dan kognitif, inovator, dan guru memegang peranan koovratif, sedangkan dalam arti
sempit, guru sebagai model, perencana, peramal, pemimpin, penunjuk jalan pada sumber- sumber, dan
pasilitator belajar, di dalam pasilitator, dalam pelaksanaannya, guru berperan sebagai, pemimpin dalam
proses kelompok, memberikan bimbingan dan penyuluhan pada siswa, model peranan guru senantiasa
menempuh kerja sama dengan siswa – siswanya
Bentuk – bentuk bimbingan guru terhadap siswa, tanggung jawab guru mata pelajaran dalam bimbingan
dan konseling adalah : membantu memasyarkatkan pelayanan bimbingan konseling kepada siswa,
membantu guru pembimbing atau konselor, mengalih tangankan pelayanan bimbingan konseling yang
diperuntukan bagi siswa, menerima siswa alih tangan dari guru pembimbing atau konselor, membantu
mengembangkan suasana kelas, memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa yang memerlukan
bimbingan dan konseling, berpartsipasi dalam penanganan siswa yang bermasalah, membantu
pengumpulan inpormasi dalam rangka melakukan bimbingan dan konseling untuk siswa.

B. Saran
Sebagai seorang guru mata pelajaran, kita harus memiliki sikap simpati kepada peserta didik dalam
mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada peserta didik dengan berbagai faktor yang melatar
belakanginya. Peran guru sebagai pengajar sekaligus pendidik harus mampu mendukung dan
mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didiknya. Guru mata pelajaran sebaiknya mampu menjadi
jembatan penghubung antara siswa dengan guru pembimbing (guru BK) sehingga mampu mengatasi
permasalahan yang sedang dihadapi peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

- UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.


- http://www.kosmaext2010.com/makalah-bimbingan-konseling-peran-guru-dalam-pelaksanaan-
bimbingan-konseling-di-sekolah-dasar.php
- Prayitno, dkk. 2004. Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling, Jakarta : Depdiknas
- http://www.scribd.com/doc/59678589/5-Peranan-Guru-Dalam-Pelaksanaaan Program- Bimbingan-
Dan-Konseling-Di-Sekolah
- Surya, Mohamad.1975. Bimbingan dan Penyuluhan Di sekolah. Bandung: Cv Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai