Disusun Oleh:
Tahun: 2023
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
dengan judul “GURU BK DALAM PROSES PENANGANAN SISWA” ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak
lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Penyusunan makalah ini bertujuan
untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah Bimbingan dan Konseling. Selain itu, pembuatan makalah
ini juga bertujuan agar menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca. Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman maka kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempuraan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.
Daftar Isi
Kata Pengantar...........................................................................(Halaman) Daftar
Isi........................................................................................(Halaman)
BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................(Halaman)
A.Latar Belakang......................................................................(Halaman)
B.Rumusan Masalah..............................................................(Halaman)
C.Tujuan.......................................................................................(Halaman)
BAB 2 PEMBAHASAN............................................................(Halaman)
A.Guru Sebagai Tokoh Kunci Dalam Bimbingan.........................................................(Halaman)
B.Bentuk - Bentuk Bimbingan Guru Terhadap Siswa....................................................(Halaman)
BAB 3 PENUTUP............................................................................(Halaman)
3.1 Kesimpulan............................................................................... (Halaman)
Daftar Pustaka.................................................................................(Halaman)
BAB I
PENDAHULUAN
Bimbingan konseling adalah salah satu komponen yang penting dalam proses pendidikan sebagai
suatu sistem. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Tim Pengembangan MKDK IKIP
Semarang bahwa proses pendidikan adalah proses interaksi antara masukan alat dan masukan mentah.
Masukan mentah adalah peserta didik, sedangkan masukan alat adalah tujuan pendidikan, kerangka,
tujuan dan materi kurikulum, fasilitas dan media pendidikan, system administrasi dan supervisi
pendidikan, sistem penyampaian, tenaga pengajar, sistem evaluasi serta bimbingan konseling (Tim
Pengembangan MKDK IKIP Semarang, 1990:58).
Bimbingan merupakan bantuan kepada individu dalam menghadapi persoalan-persoalan yang dapat
timbul dalam hidupnya. Bantuan semacam itu sangat tepat jika diberikan di sekolah, supaya setiap siswa
lebih berkembang ke arah yang semaksimal mungkin. Dengan demikian bimbingan menjadi bidang
layanan khusus dalam keseluruhan kegiatan pendidikan sekolah yang ditangani oleh tenaga-tenaga ahli
dalam bidang tersebut, teerutama oleh seorang guru.
Dalam konteks pemberian layanan bimbingan konseling, Prayitno (1997:35-36) mengatakan bahwa
pemberian layanan bimbingan konseling meliputi layanan orientasi, informasi, penempatan dan
penyaluran, pembelajaran, konseling perorangan, bimbingan kelompok, dan konseling kelompok.
Dalam Pedoman Kurikulum Berbasis Kompetensi bidang Bimbingan Konseling tersirat bahwa suatu
sistem layanan bimbingan dan konseling berbasis kompetensi tidak mungkin akan tercipta dan tercapai
dengan baik apabila tidak memiliki sistem pengelolaan yang bermutu. Artinya, hal itu perlu dilakukan
secara jelas, sistematis, dan terarah. Untuk itu diperlukan guru pembimbing yang profesional dalam
mengelola kegiatan Bimbingan Konseling berbasis kompetensi di sekolah dasar.
B. Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang tersebut di atas, penyusun tergerak untuk melakukan telaah mengenai apa dan
bagainama peran guru dalam pelaksanaan Bimbingan Konseling.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Peranan guru yang begitu besar dapat di tinjau dalam arti luias.
Dalam arti luas, guru mengemban peranan – peranan sebagai ukuran kognitif,
sebagai agen moral, politik, inovator, dan kooperatif.
Tugas guru umumnya adalah mewariskan pengetahuan dan berbagai keterampilan kepada siswa. Hal –
hal yang akan di wariskan itu sudah tentu harus sesuai dengan ukuran – ukuran yang telah di tentukan
oleh masyarakat dan merupakan gambaran tentang keadaan sosial, ekonomi, dan politik masyarakat
bersangkutan. Karna itu, guru harus memenuhui ukuran kemampuan yang di perlukan untuk
melaksanakan tugasnya agar siswa dapat mencapai ukuran pendidikan yang tinggi. Hasil pengajaran
adalah merupakan hasil interaksi antara unsur- unsur, motivasi dan kemampuan siswa, isi atau materi
pelajaran yang di sampaikan , dan di pelajari oleh siswa,keterampilan guru menyampaikannya dan alat
bantu pengajaran yang membantu jalannya pewarisan itu.
2. Dalam peroses pengajaran di sekolah ( di kelas), peranan guru lebih spesifik sifatnya
dalam pengertian sempit, yakni dalam hubungan proses belajar mengajar. Peran guru adalah dalam
pengorganisasian lingkungan belajar dalam fasilitator belajar. Peran guru dalam pengorganisasian
lingkungan belajar meliputi peranan – peranan yang lebih spesifik, yakni (a) Guru sebagai model, (b)
Guru sebagai perencana (c) Guru sebagai peramal, (d) Guru sebagai pemimpin, (e) guru sebagai petunjuk
jalan atau sebagai pembimbing kearah pusat – pusat peranan guru sebagai fasilitator belajar bertitik tolak
dari tujuan – tujauan yang hendak di capai.implikasinya terjadi pada tugas dan tanggung jawab bahwa
guru mengemban peran dalam proses kelompok, model kelompok, memberikan penyuluhan dan
keterampilan – keterampilan belajar. Adapun pesan guru sebagai pengorganisasi lingkungan belajar, pada
dasarnya bertitik tolak dari asumsi bahwa pengajar merupakan suatu aktivitas profesional yang unik,
rasional, dan humanistik bahwa seorang menggunakan pengetahuannya secara kreatif dan imajinatif
untuk memperomosikan pelajaran dan kesejahtraan bagi orang lain, dan bahwa sekolah mengandung pola
– pola karakteristik tempat proses sosialisasi berlangsung dan anak memperoleh pengalaman –
pengalamannya di dalam situasi sekolah.
Berdasarkan asumsi – asumsi tersebut, guru berkewajiban mempersiapkan dan mengorganisasikan
lingkungan belajar siswa untuk mensosialisasikan dirinya. Dalam hubungan ini, guru mengemban peran
sebagai berikut.
a. Guru sebagai model
Anak atau siswa berkembang ke arah idealisme dan kritis. Mereka membutuhkan guru sebagai model
yang dapat di contoh dan di jadikan teladan. Karena itu guru harus memiliki kelebihan, baik pengetahuan,
keperibadian, maupun ketrampilan. Kelebihan ini tampak dalam keperibadian yang memiliki disiplin
tinggi dalam bidang – bidang intelektual, emosional, kebiasaan – kebiasaan yang sehat, sikap yang
demokratis, terbuka, dan sebagainya. Dalam menjalankan keterlibatannya dalam segi emosional, maupun
intelektual dengan siswanya, dia senantiasa berusaha memberikan bimbingan menciptakan iklim kelas
yang menyenangkan, dan menggairahkan siswa untuk belajar, menyediakan kesempatan bagi siswa untuk
terlibat dalam perencanaan bersama guru, memungkinkan secara direktif.
1. tanggung jawab guru-guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling adalah:
a. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa
b. Membantu guru pembimbing atau koselor mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan layannan
bimbingan dan konseling, serta mengumpulkan data tentang siswa-siswa tersebut.
c. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada guru
pembimbing atau konselor.
d. Menerima siswa alih tangan dari guru pembimbing atau konselor, yaitu siswa yang menuntut guru
pembimbing atau konselor memerlukan pelayanan pengajar/latihan khusus ( seperti pengajaran atau
latihan perbaikan, program pengayaan).
e. Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru siswa dan hubungan antara siswa yang
menunjang pelaksanaan peayanan bimbingan dan konseling.
f. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang mememrlukan layanan atau kegiatan
bimbingan dan konseling untuk mengikuti atau menjalin atau menjalani layanan atau kegiatan yang
dimaksudkan itu.
g. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti konferensi kasus
h. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian pelayanan bimbingan dan
konseling serta upaya tinadak lanjutnya. Implementasi kegiatan BK dalam pelaksanaan Kurikulum
Berbasis Kompetensi sangat menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar. Oleh karena itu peranan
guru kelas dalam pelaksanaan kegiatan BK sangat penting dalam rangka mengefektifkan pencapaian
tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
2. Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam kegiatan BK, yaitu:
a. Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan,
dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.
b. Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran dan lain-lain.
c. Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk
mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga
akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar.
d. Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan
yang dicita-citakan.
e. Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
f. Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan dan pengetahuan.
g. Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar.
h. Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
i. Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademik maupun
tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.
3. Di lain pihak, Moh. Surya (1997) mengemukakan tentang peranan guru di sekolah, keluarga dan
masyarakat. Di sekolah, guru berperan sebagai perancang pembelajaran, pengelola pembelajaran, penilai
hasil pembelajaran peserta didik, pengarah pembelajaran dan pembimbing peserta didik. Sedangkan
dalam keluarga, guru berperan sebagai pendidik dalam keluarga (family educator). Sementara itu di
masyarakat, guru berperan sebagai pembina masyarakat (social developer), penemu masyarakat (social
inovator), dan agen masyarakat (social agent).
Di pandang dari segi diri-pribadinya (self oriented), seorang guru berperan sebagai :
a. Pekerja sosial (social worker), yaitu seorang yang harus memberikan pelayanan kepada masyarakat;
b. Pelajar dan ilmuwan, yaitu seorang yang harus senantiasa belajar secara terus menerus untuk
mengembangkan penguasaan keilmuannya;
c. Orang tua, artinya guru adalah wakil orang tua peserta didik bagi setiap peserta didik di sekolah;
d. model keteladanan, artinya guru adalah model perilaku yang harus dicontoh oleh mpara peserta didik;
dan
e. Pemberi keselamatan bagi setiap peserta didik. Peserta didik diharapkan akan merasa aman berada
dalam didikan gurunya.
4. Dari sudut pandang secara psikologis, guru berperan sebagai :
a. Pakar psikologi pendidikan, artinya guru merupakan seorang yang memahami psikologi pendidikan
dan mampu mengamalkannya dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik;
b. seniman dalam hubungan antar manusia (artist in human relations), artinya guru adalah orang yang
memiliki kemampuan menciptakan suasana hubungan antar manusia, khususnya dengan para peserta
didik sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan;
c. Pembentuk kelompok (group builder), yaitu mampu mambentuk menciptakan kelompok dan
aktivitasnya sebagai cara untuk mencapai tujuan pendidikan;
d. Catalyc agent atau inovator, yaitu guru merupakan orang yang yang mampu menciptakan suatu
pembaharuan bagi membuat suatu hal yang baik; dan
e. Petugas kesehatan mental (mental hygiene worker), artinya guru bertanggung jawab bagi terciptanya
kesehatan mental para peserta didik.
Sementara itu, Doyle sebagaimana dikutip oleh Sudarwan Danim (2002) mengemukan dua peran utama
guru dalam pembelajaran yaitu menciptakan keteraturan (establishing order) dan memfasilitasi proses
belajar (facilitating learning). Yang dimaksud keteraturan di sini mencakup hal-hal yang terkait langsung
atau tidak langsung dengan proses pembelajaran, seperti : tata letak tempat duduk, disiplin peserta didik
di kelas, interaksi peserta didik dengan sesamanya, interaksi peserta didik dengan guru, jam masuk dan
keluar untuk setiap sesi mata pelajaran, pengelolaan sumber belajar, pengelolaan bahan belajar, prosedur
dan sistem yang mendukung proses pembelajaran, lingkungan belajar, dan lain-lain.
Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang akan
semakin kompleks, sehingga menuntut guru untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan
penyesuaian kemampuan profesionalnya. Guru harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan
proses pembelajaran peserta didik. Guru di masa mendatang tidak lagi menjadi satu-satunya orang yang
paling well informed terhadap berbagai informasi dan pengetahuan yang sedang tumbuh, berkembang,
berinteraksi dengan manusia di jagat raya ini. Di masa depan, guru bukan satu-satunya orang yang lebih
pandai di tengah-tengah peserta didiknya.
5. Peran Wali Kelas
a. Sebagai pengelola kelas tertentu dalam pelayanan bimbingan dan konseling, Wali Kelas berperan :
b. Membantu guru pembimbing/konselor melaksanakan tugas-tugasnya, khususnya di kelas yang menjadi
tanggung jawabnya.
c. Membantu Guru Mata Pelajaran melaksanakan peranannya dalam pelayanan bimbingan dan konseling,
khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya.
d. Membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa, khususnya dikelas yang menjadi
tanggung jawabnya, untuk mengikuti/menjalani layanan dan/atau kegiatan bimbingan dan konseling;
e. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan khusus bimbingan dan konseling, seperti konferensi kasus; dan
f. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling kepada guru
pembimbing/konselor.
g. Kerjasama guru dan konselor dalam layanan bimbingan konseling.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Peranan Guru dalam melaksanakkan bimbingan dan konseling, guru segabai tokoh kunci dalam
bimbingan, memiliki peranan dalam dua arti, yang pertama secara arti luas, yaitu guru sebagai ukuran
kognitif, agen moral dan kognitif, inovator, dan guru memegang peranan koovratif, sedangkan dalam arti
sempit, guru sebagai model, perencana, peramal, pemimpin, penunjuk jalan pada sumber- sumber, dan
pasilitator belajar, di dalam pasilitator, dalam pelaksanaannya, guru berperan sebagai, pemimpin dalam
proses kelompok, memberikan bimbingan dan penyuluhan pada siswa, model peranan guru senantiasa
menempuh kerja sama dengan siswa – siswanya
Bentuk – bentuk bimbingan guru terhadap siswa, tanggung jawab guru mata pelajaran dalam bimbingan
dan konseling adalah : membantu memasyarkatkan pelayanan bimbingan konseling kepada siswa,
membantu guru pembimbing atau konselor, mengalih tangankan pelayanan bimbingan konseling yang
diperuntukan bagi siswa, menerima siswa alih tangan dari guru pembimbing atau konselor, membantu
mengembangkan suasana kelas, memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa yang memerlukan
bimbingan dan konseling, berpartsipasi dalam penanganan siswa yang bermasalah, membantu
pengumpulan inpormasi dalam rangka melakukan bimbingan dan konseling untuk siswa.
B. Saran
Sebagai seorang guru mata pelajaran, kita harus memiliki sikap simpati kepada peserta didik dalam
mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada peserta didik dengan berbagai faktor yang melatar
belakanginya. Peran guru sebagai pengajar sekaligus pendidik harus mampu mendukung dan
mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didiknya. Guru mata pelajaran sebaiknya mampu menjadi
jembatan penghubung antara siswa dengan guru pembimbing (guru BK) sehingga mampu mengatasi
permasalahan yang sedang dihadapi peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA