Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH SOSIOLINGUISTIK-ANTROPOLINGUISTIK

“TEKNIK DIALEK PROFESI MENDESKRIPSIKAN GAYA BICARA SEORANG PEMIMPIN"

Disusun Oleh:

Edelina Batseran (200402080007)

Fakultas: PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS: PGRI KANJURUHAN MALANG

Tahun: 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua,
sehingga makalah dengan judul " TEKNIK DIALEK PROFESI MENDESKRIPSIKAN GAYA BICARA SEORANG
PEMIMPIN " dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah SOSIOLINGUISTIK-ANTROPOLINGUISTIK dapat
selesai tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini,oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak akan diterima sehingga kedepannya penulis dapat
menyusun makalah-makalah lain dengan lebih baik. Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan bagi pembaca. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... ii

DAFTAR ISI………............................................................................................ iii

BAB I : PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang............................................................................................ 1

1.2.Rumusan Masalah...................................................................................... 2

BAB II : PEMBAHASAN

2.1 Pengertian BAHASA SUNDA BANTEN ………………………………...……………… 5

2.2 KOSA KATA ……………………………..………………………. 6

2.3 Kalimat …………………….….…… 7

2.4 Bahasa Sunda Tangerang …………………………….……… 8

2.5 Fonologi …………………………….…………………9

BAB III : PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 21
BAB I :

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Sunda Banten atau bahasa Sunda dialek Barat adalah sebuah dialek bahasa Sunda yang
digunakan di hampir seluruh wilayah Provinsi Banten, bagian barat Kabupaten Sukabumi dan bagian
barat Kabupaten Bogor (wilayah Jasinga Raya, meliputi: Kecamatan Jasinga, Cigudeg, Tenjo, Nanggung,
Parungpanjang, dan Sukajaya), serta beberapa wilayah di provinsi Lampung. Bahasa ini dilestarikan salah
satunya melalui program berita Beja ti Lembur yang disiarkan oleh siaran televisi lokal di wilayah Banten.
Selain itu, dialek Banten juga dipakai sebagai standar pengajaran bahasa Sunda di wilayah provinsi
Banten.

Di wilayah Kabupaten Tangerang, ragam bahasa Sunda yang secara lokal dikenal sebagai bahasa Sunda
Tangerang memiliki beberapa karakteristik tersendiri bila dibandingkan dengan bahasa Sunda lulugu
(baku). Meskipun begitu, secara umum, perbedaan bahasa Sunda Tangerang dengan bahasa Sunda baku
hanya sebatas perbedaan kosakata. Pada umumnya, bahasa Sunda Tangerang tidak mengenal tingkatan
berbahasa.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah variasi dialek yang meliputi unsur fonologis, morfologis dan leksikal BJNg?

2. Bagaimanakah unsur leksikon khas BJNg?

3. Bagaimanakah pemetaan variasi dialektal BJNg?

BAB II :

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN BAHASA SUNDA BANTEN

Bahasa Sunda Banten merupakan salah satu turunan langsung dari bahasa Sunda Kuno, hal ini
dibuktikan dengan masih banyaknya kosakata dari bahasa Sunda Kuno yang masih tetap dipertahankan,
hal ini juga yang menyebabkan adanya beberapa perbedaan leksikon dengan bahasa Sunda dialek
Priangan yang lebih banyak berevolusi. Secara praktiknya, bahasa Sunda Banten digolongkan sebagai
bahasa Sunda dialek Barat. Pengucapan bahasa Sunda di Banten umumnya berada di daerah Banten
bagian tengah dan selatan serta sebagian wilayah di sebelah utara, yaitu Kabupaten Lebak dan
Kabupaten Pandeglang. Di Banten bagian utara (Kabupaten Serang), Bahasa ini digunakan di kecamatan
Ciomas, Pabuaran, Padarincang, Cinangka, Baros, Petir, Cikeusal, Kopo, Cikande, Pamarayan, dan
sebagian Anyar. Sementara pemakaian bahasa Sunda di Kabupaten Serang terkonsentrasi di kecamatan
Anyar, Mancak, Waringinkurung, Taktakan, Cipocok Jaya, Walantaka, dan Kragilan. Bahasa Sunda Banten
juga dituturkan hingga ke wilayah Kabupaten Tangeran (terutama di wilayah Tangerang sebelah selatan,
barat daya, barat tengah, dan sebagian utara), Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan (khususnya
Serpong, Serpong Utara, dan sebagian Setu).Peta linguistik di Provinsi Banten

Sementara daerah tradisional masyarakat Kanekes di Kecamatan Leuwidamar, Lebak, adalah penutur
aktif bahasa yang digolongkan sebagai bahasa Badui. Hadi AKS yang berasal dari Pandeglang adalah salah
satu sastrawan Sunda yang acapkali menggunakan kosakata khas dialek Banten dalam karya-karya
sastranya yang dapat dilihat di Google Books seperti contohnya novel yang berjudul Saéni dan Kalapati.

2. KOSA KATA

Bahasa Indonesia Bahasa Sunda Banten Bahasa Sunda Priangan

Sangat Jasa Pisan

Dia Nyana manehna

Susah Gati Hese

Seperti Doang Siga, kawas, bangun

Tidak pernah Tilok Tara

Saya Aing Urang, kuring

kamu Dia Maneh

Kalian Daria Maraneh

Mereka Dararia Maranehna

Melihat Nyeuleu Nenjo

Makan Hakan Dahar

Kenapa Pan Kunaon/naha

Singkong Dangdeur Sampeu

Ayam Kotok Hayam

Tidak mau Endung/enduh Embung

Belakang Buri Tukang

Repot Haliwu Ridu/riweuh

Terpeleset Ngalosod Tisoledat

Baju Jamang Baju

Teman Orok Batur

Darah Mokia Getih

Sekarang Kuari Kiwari/ayeuna

Malas Hulap/kulab/sangheuk Hoream


3. Kalimat

Contoh perbedaan dalam kalimatnya seperti:

 Ketika sedang berpendapat:

Bahasa Sunda Banten Jeuh aing mah enduh jasa jadi doang jelema
nu kedul!

Bahasa Sunda Priangan Ah urang mah embung pisan jadi jalma nu


ngedul!

Bahasa Indonesia Wah saya sangat tidak mau menjadi orang


yang malas!

 Ketika mengajak kerabat untuk makan:

Bahasa Sunda Banten Téh, dék hakan teu?

Bahasa Sunda Priangan Téh, rék dahar moal?

Bahasa Indonesia Kak, mau makan tidak?

 Ketika sedang berbelanja:

Bahasa Sunda Banten Lamun ieu dangdeur na sabarahaan mang? Ulah


mahal jasa.

Bahasa Sunda Priangan Ari ieu sampeu sabarahaan mang? Tong mahal
teuing nya.

Bahasa Indonesia Kalau (ini) harga singkongnya berapa bang? Jangan


kemahalan.

 Ketika sedang menunjuk:

Bahasa Sunda Banten Éta di ditu dararia orok aing

Bahasa Sunda Priangan Éta di ditu maranéhna babaturan urang

Bahasa Indonesia Mereka semua (di sana) adalah teman saya.


4. Bahasa Sunda Tangerang

Klasifikasi dan persebaran

Bahasa Sunda Tangerang secara geografis dapat dikelompokkan sebagai bahasa Sunda Pesisir Utara.
Daerah pakai bahasa Sunda di Kabupaten Tangerang meliputi Desa Bugel, Babakanasem, Rawa Boni,
Karet, Keroncong, Binong, Panunggangan Barat, Pakulonan, Lengkong Gudang, Suradita, Malang Nengah,
Pagedangan, Bojongnangka, Ranca Kalapa, Peusar, Pasir Gadung, Sindangsih, Kotabumi, Sindangpanon,
Sukatani, Rajeg, Rawa Kidang, Kemiri, Jengkol, Buniayu, Dangdeur, Carenang, Cisereh, Taban,
Bantarpanjang, dan Cikasungka.

5. A. Fonologi

Dalam bidang fonologi atau tata bunyi. Bahasa Sunda Tangerang tidak jauh berbeda dengan bahasa
Sunda baku. Unsur yang berbeda menyangkut fonem suprasegmental berupa intonasi panjang pada
akhir kata. Fonem segmental berupa vokal, konsonan, dan gugus konsonan sama dengan bahasa Sunda
baku. Hal yang berbeda dengan bahasa Sunda baku menyangkut perubahan vokal /eu/ pada beberapa
kosakata bahasa Sunda baku menjadi /a/ pada bahasa Sunda Tangerang seperti pada kata berikut.

1. ceuk → cak 'berkata'

 Vokal /u/ berubah menjadi /o/ seperti pada kata:

2. daun → daon 'daun'

Perubahan juga terjadi pada konsonan /d/, /k/, /n/ menjadi /j/, /h/, /ny/ pada kata:

 da → ja 'ternyata, karena'
 kajeun → hajeun 'masa bodoh'
 neuleu → nyeuleu 'melihat'

3. Perbedaan lain juga menyangkut penambahan konsonan /h/ pada akhir kata pada kata:

 (o)gé → géh 'juga'


 seuneu → seuneuh 'api'

4. Penambahan konsonan /d/ pada kata:

 coét → codét 'wadah dari batu untuk menggiling cabai, sambal, dan lain-lain.'

5. Penambahan (e)n di awal kata:

 deuk → endeuk 'akan'

6. Penghilangan konsonan /h/ pada kata:

 henteu → enteu 'tidak'

7. Selain perubahan, perbedaan, penambahan dan penghilangan, ditemukan pula penyingkatan kata
(kontraksi) seperti pada kata:

 kawas → kos
 lebah → bah
B. Morfologi

Dalam bidang morfologi atau tata bentuk, bahasa Sunda Tangerang sama dengan bahasa Sunda baku.
Dari segi afiks (imbuhan) dalam bahasa Sunda Tangerang ditemukan pula prefiks (awalan) sebagai
berikut.

C. Prefiks

N- contoh: N- + deuleu → nyeuleu 'melihat'

nga- contoh: nga- + dahar → ngadahar 'memakan'

nyang- contoh: nyang- + hareup → nyanghareup 'menghadap'

ba- contoh: ba- + labuh → balabuh 'berlabuh'

pa- contoh: pa- + tani → patani 'petani'

sa- contoh: sa- + modél → samodél 'seperti'

di- contoh: di- + ala → diala 'dipetik'

ka- contoh: ka- + rasa → karasa 'terasa'

D. Infiks

-ar-/-al- contoh: -ar- + wani → warani 'berani' ('jamak')

-al- + lumpat → lalumpat 'berlari' (jamak)

E. Sufiks

-an contoh: dagang + -an → dagangan 'dagangan'

-eun contoh: sieun + -eun → sieuneun 'merasa takut'

-keun contoh: carita + -keun → caritakeun 'ceritakan'

-(a)na contoh: tahap + -(a)na → tahapana 'tahapannya'

F. Konfiks

nga- + -an contoh: nga- + boga + -an → ngabogaan


'mempunyai'

nga- + -na contoh: nga- + bagi + -na → ngabagina


'membaginya'

nga- + -eun contoh: nga- + jarah + -eun → ngajaraheun


'menziarahi'

nga- + -keun contoh: nga- + kawin + -keun → ngawinkeun


'menikahkan'

nga- + -keun(a)na contoh: nga- + ragag -keun(a)na →


ngaragagkeunana 'menjatuhkannya'
di- + -an contoh: di- + beuleum + -an → dibeuleuman
'dibakar (jamak)'

di- + -keun contoh: di- + jadi + -keun → dijadikeun ‘dijadikan'

ka- + -an contoh: ka- + sieun + -an → kasieunan 'ketakutan'

pa- + -an contoh: pa- + sawah + -an → pasawahan


'pesawahan'

pang- + -na contoh: pang- + kolot + -na → pangkolotna


'pangkolotna'

G. Reduplikasi

Demikian pula dalam hal reduplikasi (pengulangan), dalam bahasa Sunda Tangerang ditemukan
reduplikasi berupa:

dwimurni contoh: korsi 'kursi' → korsi-korsi 'kursi'

dwirekacontoh: balik ‘pulang’ → bulak-balik 'pulang-pergi'

dwipurwa contoh: kolot ‘tua’ → kokolot 'yang dituakan'

dwipurma bertafiks contoh: milu 'ikut’ → pipilueun 'ikut-ikutan'

H. Sintaksis

Dalam bidang sintaksis, bahasa Sunda Tangerang juga menunjukkan kesamaan dengan bahasa Sunda
baku. Sebuah penelitian memperoleh data struktur frasa dengan inti di depan dan pewatas
mengikutinya, seperti:

di dinya 'di situ'

nu asli 'yang asli'

tilu urang 'tiga orang'

Kata depan (preposisi) di 'di', relator nu 'yang', dan kata bilangan (numeralia) tilu 'tiga' masing-masing
sebagai inti. Struktur ini dapat memberikan gambaran umum struktur yang lebih luas, yaitu klausa dan
kalimat.

BAB III :

PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

Sobarna, C.; Wartini, T.; Ampera, T. (2022). Bahasa dan Sastra Daerah di Kabupaten Tangerang.
Tangerang: Pusat Studi Sunda dan Pemerintah Kabupaten Tangerang.

Anda mungkin juga menyukai