Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ETIKA, MORAL DAN KARAKTER TANA LUWU

BAHASA TANA LUWU

Oleh :
Kelompok 9

Anggradevi Fandayu Amrul (2201401006) PPKn


Mutiah Darwis (2201401022) PPKn
Annisa (2201412013) Pend.Biologi

Dosen:

Dr. Sunarni Yassa, S.Ag., M.Pd.

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2024

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang Maha Esa atas berkah dan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Bahasa Tana Luwu”.

Terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak, sehingga
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dosen Pembina kami Ibu Dr. Sunarni Yassa,S.Ag., M.Pd, karena atas
kesempatan yang telah diberikan kepada kami dalam pembuatan makalah ini.
2. Kedua Orang Tua kami yang senantiasa mendukung, menuntun kami dalam
hidup ini dengan doa yang tulus.
3. Teman-teman mahasiswa/mahasiswi yang selalu memberi semangat dan
motivasi bagi penulis dalam penyelesaian makalah ini.

Penulisan makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, informasi yang
kurang banyak, sistematika yang masih kurang bagus, masih kurangnya pengetahuan
kami tentang macam-macam materi. Sehingga pada kesempatan ini kami mengharapkan
kritik serta saran dari teman-teman mahasiswa/mahasiswi dan para pembaca untuk
penulisan makalah kedepannya

Semoga dengan adanya makalah ini teman-teman mahasiswa/mahasiswi serta


pembaca bisa menambah pengetahuan dan semoga kedepannya kita bisa menyelesaikan
penulisan makalah yang lebih baik lagi kedepannya.

Palopo, 15 Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL............................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian bahasa tana Luwu (bahasa tae’) .............................................................. 3
2.2 Keunikan bahasa tana Luwu (bahasa tae’)................................................................. 4
2.3 Upaya yang dapat dilakukan masyarakat tana Luwu untuk tetap melestarikan
(bahasa tae’) agar tidak terlupakan ........................................................................... 5

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 8
3.2 Saran & Kritik ............................................................................................................ 8

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Tana Luwu adalah sebuah wilayah yang merupakan bekas wilayah kedatuan
(kerajaan) Luwu kuno.Tana Luwu merupakan daerah yang sarat akan sejarah dan
budaya yang kental dan unik, mulai dari makanan daerah, baju adat, budaya lokal,
hingga bahasa yang unik. Bahasa tae' itulah penamaan bahasa yang acapkali diucapkan
to' Luwu utamanya di daerah utara. Tapi ketika kita menuju daerah selatan, sebagian
besar masyarakatnya mengatakan bahasa itu adalah bahasa Luwu.
Bahasa Luwu memiliki sejarah panjang dan kaya,bahasa ini telah digunakan
selama berabad-abad dan merupakan bahasa resmi kerajaan Luwu yang berkuasa di
Sulawesi Selatan. Bahasa Luwu juga digunakan dalam naskah kuno Lontara Sureq I
La Galigo, sebuah karya sastra yang dianggap sebagai salah satu karya sastra yang
terpanjang di dunia.
Bahasa Luwu memiliki 20 konsonan dan 5 vokal bahasa yang memiliki sistem
penekanan yang kompleks dan memiliki beberapa fonem yang tidak ditemukan dalam
bahasa Indonesia serta bahasa Luwu memiliki struktur kalimat yang mirip dengan
bahasa Indonesia. Bahasa ini memiliki sistem kata benda yang kompleks dengan
beberapa jenis kelamin dan kelas, bahasa Luwu juga memiliki sistem kata kerja yang
kompleks dengan beberapa bentuk waktu dan aspek.
Bahasa Luwu memiliki banyak kosakata yang unik dan tidak ditemukan dalam
bahasa Indonesia, banyak kosa-kata bahasa Luwu yang berkaitan dengan budaya dan
adat istiadat masyarakat Luwu. Bahasa Luwu sendiri memiliki beberapa dialek, yang
paling umum adalah dialek Luwu Utara dan dialek Palopo, dialek-dialek ini memiliki
beberapa perbedaan dalam fonologi, tata bahasa, dan kosa-kata.
Bahasa Tae' adalah rumpun bahasa yang terdiri dari 12 suku bahasa (dialek)
digunakan masyarakat yang berada di wilayah tana Luwu. Wilayah kedatuan Luwu
kuno terbentang dari wilayah administrasi kabupaten Luwu, Luwu Timur, Luwu Utara
dan kota Palopo.

1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu:
1. Apa pengertian bahasa tana Luwu (bahasa tae’)?
2. Apa saja keunikan bahasa tana Luwu (bahasa tae’) ?
3. Bagaimana upaya yang dilakukan masyarakat tana Luwu untuk tetap
melestarikan (bahasa tae’) agar tidak terlupakan ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian bahasa tana Luwu (bahasa tae’).
2. Untuk mengetahui keunikan bahasa tana Luwu (bahasa tae’).
3. Untuk mengetahui upaya yang dapat dilakukan masyarakat tana Luwu untuk
tetap melestarikan (bahasa tae’) agar tidak terlupakan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bahasa Tana Luwu (Bahasa Tae’)


Bahasa tae’ adalah salah satu bahasa daerah yang digunakan di tana Luwu
Sulawesi Selatan, khususnya di kabupaten Luwu, kota Palopo, kabupaten Luwu Utara,
dan kabupaten Luwu Timur. Bahasa tae’ ini digunakan sebagai bahasa percapakan
penduduk setempat. Bahasa tae’ paling banyak digunakan di kabupaten Luwu
meliputi kecamatan Larompong, kecamatan Suli, kecamatan Belopa (Ibukota
kabupaten Luwu), kecamatan Bajo,kecamatan Bupon (Bua Ponrang), kecamatan
Bastem (Basse Sangtempe’), kecamatan Walenrang, dan kota Palopo.
Bahasa tae' memiliki beberapa dialek, di antaranya Rongkong, Palopo, dan
Bastem. Dialek Rongkong dianggap sebagai dialek paling tua dan masih terjaga
keasliannya. Nama-nama lain untuk bahasa tae’ adalah dialek Rongkong “Rongkong
Kanandede, Sada, Toware, Sangngalla’, tae’-tae”.
Masyarakat Luwu sekarang ini masih aktif berkomunikasi menggunakan bahasa
tae’, penggunaan bahasa tae’ terbanyak terdapat di kabupaten Luwu dan Kota Palopo.
Sementara itu, bahasa tae’ di kabupaten Luwu Utara dan kabupaten Luwu Timur
sudah jarang menggunakan bahasa ini disebabkan oleh adanya bahasa daerah lain
yang digunakan, seperti bahasa Bugis, bahasa Wotu, bahasa Bali, bahasa Jawa, bahasa
Sunda, dan lainnya.
Selain bahasa-bahasa daerah tersebut, mereka juga menggunakan bahasa
Indonesia dalam berkomunikasi. Di Sulawesi Selatan dan sekitarnya terdapat banyak
bahasa daerah. Namun, jumlah penuturnya berbeda-beda dalam ukuran bahasa. Jumlah
penuturnya sampai jutaan orang seperti bahasa Bugis dan Makassar. Ada juga ukuran
bahasanya relatif besar, jumlah penuturnya puluhan ribu orang seperti bahasa Toraja,
Mandar.
Bahasa tae’ merupakan salah satu bahasa daerah yang memiliki fungsi sebagai
lambang identitas diri masyarakat Luwu dan sebagai wadah dalam mengungkapkan
peradaban komunitas penutur bahasa tae’. Bahasa tae’ juga merupakan salah satu
bahasa daerah yang ada di Indonesia sehingga perlu dibina dan dilestarikan. Hal ini

3
sesuai dengan politik bahasa bahwa bahasa nasional diperkaya oleh bahasa daerah,
bahasa regional, dan bahasa asing.
Bahasa tae’ termasuk serumpun dengan bahasa Toraja atau ibu bahasa dari
Toraja, Mandar, Massenrengpulu (kabupaten Bone) , dan Mamuju. Bahasa tae’ ini
digunakan selaku bahasa percapakan penduduk setempat, mulai dari Selatan
perbatasan dengan Buriko kabupatan Wajo sampai dengan daerah kabupaten Luwu
Timur Malili, serta Tana Toraja dan Massenrempulu.
Bahasa tae’ adalah bahasa kuno yang di pakai oleh kitab lontara Sureq I La
Galigo, ada dugaan bahwa bahasa tae’ mungkin ada hubungannya dengan bahasa yang
digunakan dalam epik Bugis kuno, La Galigo. Epik ini ditulis dalam aksara Lontara,
dan tae’ diucapkan di daerah yang kental dengan budaya Sawerigading, pusat La
Galigo.
Bahasa tae’ ini adalah ibu dari bahasa Bugis, Makassar, Toraja,
Massenrengpulu’(kabupaten Bone) dan Mandar. Sejak agama islam resmi sebagai
agama resmi di kerajaan Luwu, kerajaan Luwu pun menjadikan bahasa bugis sebagai
bahasa pengantar dan menjadikan bahasa tae’ adalah bahasa sehari hari. Secara
keseluruhan, bukti menunjukkan bahwa bahasa tae’ merupakan bahasa yang sudah
lama ada di Sulawesi Selatan dan memiliki hubungan dengan bahasa daerah lain dan
bahkan mungkin merupakan tradisi sastra kuno.

2.2 Keunikan Bahasa Tana Luwu (Bahasa Tae’)


Ada beberapa hal yang menjadikan bahasa tae’ menjadi sangat unik yaitu:
1. Bahasa tae' lebih tua dari bahasa bugis
Bahasa tae' merupakan bahasa kuno Luwu bahkan di klaim bahwa bahasa ini
lebih tua dibanding bahasa bugis dan pernah digunakan sebagai bahasa kerajaan
Luwu.
2. Penamaan bahasa yang berbeda
Dibagian selatan Luwu (utamanya kabupaten Luwu) istilah yang dominan
adalah bahasa Luwu, hanya sebagian kecil yang mengenalnya dengan istilah bahasa
tae'. Orang Utara (utamanya kabupaten Luwu Utara) mengenal bahasa daerahnya
dengan nama bahasa tae' atau bahasa tae'-tae'. Beberapa sebutan lagi bagi bahasa

4
daerah Luwu ini, diantaranya bahasa Toraja, Sada, Toware, Sangngalla', dan dialek
Rongkong, atau Rongkong Kanandede.
3. Perbedaan cara penyebutan
Luwu Selatan: “Manjo Umba ko?” sedangkan Toraja: “La Male Na Pasa”.
Kira-kira begitulah gambaran percakapan antara orang Luwu Selatan (Kab. Luwu
pada umumnya) dengan orang Toraja. Memang ada kata yang berbeda disetiap
wilayah, meskipun perbedaan itu tidaklah terlalu banyak. Kata "Pergi" misalnya,
masyarakat didaerah Bua banyak menyebutnya dengan kata "Ingka", masyarakat
Luwu Utara dan Luwu Timur menyebutnya "Lao", Luwu Selatan "Manjo", daerah
Rongkong menyebutnya "Vale/Wale" sementara di Toraja menyebutnya dengan kata
"Male".
4. Setiap daerah memiliki dialeg yang berbeda
Tak hanya dari segi penamaan yang unik dari bahasa Luwu ini, ternyata
pelafalan atau dialeg setiap daerah berbeda-beda. Ketika orang Rongkong bercakap-
cakap dengan orang Belopa misalnya, akan tampak jelas perbedaan dialeg mereka.
5. Sejarah dan keragaman
Bahasa tae' memiliki sejarah panjang dan erat kaitannya dengan kerajaan Luwu
yang pernah berjaya di masa lampau. Bahasa ini digunakan sebagai bahasa resmi
kerajaan dan terukir dalam naskah kuno Lontara Sureq I La Galigo, sebuah karya
sastra monumental yang menceritakan kisah Sawerigading, leluhur orang Luwu.
6. Kosa kata yang unik
Bahasa tae' memiliki banyak kosa kata yang unik dan tidak terdapat dalam
bahasa Indonesia, seperti "tomakaka" (terima kasih), "passure" (selamat datang), dan
"mattompu" (tuan).

2.3 Upaya yang dapat dilakukan masyarakat Tana Luwu untuk tetap melestarikan
(Bahasa Tae’) agar tidak terlupakan
Bahasa tae' saat ini terancam punah karena jumlah penuturnya yang semakin
berkurang, masyarakat Luwu memiliki berbagai upaya untuk melestarikan bahasa tae'
agar tidak terlupakan di antaranya yaitu:
1. Penggunaan bahasa tae' dalam kehidupan sehari-hari

5
Upaya utama adalah dengan menggunakan bahasa tae' dalam kehidupan sehari-
hari, baik di rumah, sekolah, maupun di lingkungan masyarakat. Hal ini dilakukan
dengan mendorong para penutur, terutama generasi muda, untuk aktif berbicara bahasa
tae' dalam percakapan sehari-hari.
2. Pendidikan bahasa tae'
Di beberapa sekolah di wilayah Luwu, bahasa tae' dimasukkan ke dalam
kurikulum sebagai mata pelajaran muatan lokal. Hal ini bertujuan untuk mengenalkan
bahasa tae' kepada generasi muda dan meningkatkan kemampuan mereka dalam
berbicara dan memahami bahasa tersebut. Selain itu, berbagai komunitas dan lembaga
budaya juga dapat mengadakan pelatihan dan kursus bahasa tae' bagi masyarakat
umum.
3. Dokumentasi dan penerbitan karya sastra
Upaya pelestarian bahasa tae' juga dilakukan dengan mendokumentasikan dan
menerbitkan karya sastra dalam bahasa tae'. Hal ini dilakukan untuk menjaga warisan
budaya dan sejarah Luwu, serta untuk memperkaya khazanah sastra Indonesia.
Berbagai buku, puisi, dan cerita rakyat dalam bahasa tae' telah diterbitkan dan
disebarluaskan kepada masyarakat.
4. Festival dan perlombaan bahasa tae'
Festival dan perlombaan bahasa tae' diadakan secara rutin untuk meningkatkan
minat dan kegemaran masyarakat terhadap bahasa tae'. Acara ini biasanya
dimeriahkan dengan berbagai kegiatan, seperti lomba pidato, lomba baca puisi, dan
pertunjukan seni budaya.
5. Penggunaan media sosial
Masyarakat Luwu juga dapat memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan
informasi dan edukasi tentang bahasa tae'. Berbagai komunitas bahasa tae' di media
sosial aktif membuat konten menarik dan edukatif untuk menarik minat generasi
muda.
6. Dukungan pemerintah
Pemerintah daerah juga memberikan dukungan dalam upaya pelestarian bahasa
tae'. Dukungan ini dapat berupa pendanaan, penyediaan sarana dan prasarana, serta
kebijakan yang mendukung penggunaan bahasa tae' dalam kehidupan sehari-hari.

6
Meskipun berbagai upaya telah dilakukan, masih ada beberapa tantangan dalam
melestarikan bahasa tae' salah satu tantangan terbesar adalah kurangnya minat generasi
muda terhadap bahasa tae'. Upaya pelestarian bahasa tae' membutuhkan kerja sama
dari semua pihak, mulai dari masyarakat, pemerintah, hingga akademisi. Dengan
berbagai upaya yang dilakukan, diharapkan bahasa tae' dapat dilestarikan dan tidak
terlupakan oleh generasi mendatang.

Punahnya bahasa daerah tersebut dikarenakan tidak adanya penutur yang


menggunakan bahasa tersebut, dan juga karena orang tua mereka tidak lagi mengajari
atau menggunakan bahasa daerah apabila berkomunikasi dengan anak-anak mereka.
Fenomena tersebut menyebabkan penggunaannya bahasa tae’ di kalangan anak
sekolah, sedikit demi sedikit mulai digeser oleh bahasa yang dominan yakni bahasa
Indonesia. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi saat ini membuat satu program prioritas yaitu
revitalisasi bahasa daerah yang merupakan wujud pelindungan bahasa daerah yang
tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009
tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan, Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, dan Peraturan Pemerintah
Nomor 57 Tahun 2014 tentang Pengembangan, Pembinaan, dan Pelindungan Bahasa
dan Sastra, serta Peningkatan Fungsi Bahasa Indonesia.

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam upaya menjaga bahasa tae’ sebagai
sebuah identitas bangsa adalah tidak malu berkomunikasi dalam bahasa tae’, bahasa
mewakili identitas dan tentunya mewarisi nilai budaya. Hal paling kecil yang dapat
dilakukan adalah terus menjaga bahasa tae’ dengan mengajari anak kita dalam lingkup
keluarga. Disamping bahasa Indonesia, kita perlu mengenakan bahasa tae’ sejak kecil
sehingga lebih mudah dipahami dan nilai budaya juga terwarisi. Bahasa tae' merupakan
bahasa yang indah dan penuh pesona, bahasa ini menyimpan kekayaan budaya dan
sejarah yang tak ternilai, melestarikan bahasa tae' berarti menjaga warisan budaya dan
identitas masyarakat Tana Luwu.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bahasa tae’ adalah bahasa kuno yang di pakai oleh kitab lontara Sureq I La
Galigo, ada dugaan bahwa bahasa tae’ mungkin ada hubungannya dengan bahasa yang
digunakan dalam epik Bugis kuno, La Galigo. Bahasa tae’ adalah salah satu bahasa
daerah yang digunakan di tana Luwu Sulawesi Selatan, khususnya di kabupaten Luwu,
kota Palopo, kabupaten Luwu Utara, dan kabupaten Luwu Timur. Bahasa tae’
merupakan salah satu bahasa daerah yang memiliki fungsi sebagai lambang identitas
diri masyarakat Luwu dan sebagai wadah dalam mengungkapkan peradaban
komunitas penutur bahasa tae’.
Ada beberapa hal yang menjadikan bahasa tae’ menjadi sangat unik yaitu:
bahasa tae' lebih tua dari bahasa bugis, penamaan bahasa yang berbeda, perbedaan
cara penyebutan,setiap daerah memiliki dialeg yang berbeda, sejarah dan keragaman,
dan kosa kata yang unik.
Upaya untuk melestarikan bahasa tae' agar tidak terlupakan di antaranya yaitu:
penggunaan bahasa tae' dalam kehidupan sehari-hari, pendidikan bahasa tae',
dokumentasi dan penerbitan karya sastra, festival dan perlombaan bahasa tae',
penggunaan media sosial, dan dukungan pemerintah.

3.2 Saran & Kritik

Upaya pelestarian bahasa tae' membutuhkan kerja sama dari semua pihak, mulai
dari masyarakat, pemerintah, hingga akademisi. Dengan berbagai upaya yang
dilakukan, diharapkan bahasa tae' dapat dilestarikan dan tidak terlupakan oleh generasi
mendatang.

Kedepannya penulis akan lebih fokus dalam menjelaskan meteri ini dengan
berbagai sumber referensi yang lebih banyak. Kami mengharapkan saran dan kritik
teman-teman semua untuk pembuatan makalah berikutnya semoga kedepannya
makalah ini dapat berguna bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya

8
DAFTAR PUSTAKA

1. A. M. (2014, Desember 31). BAHASA TAE'(LUWU). Dipetik Maret 15, 2024,


dariBahasadaerahLuwuataubahasatae':https://anismawaresna.wordpress.com/20
14/12/31/bahasa-tae-luwu/
2. eduNitas. (2021, Desember). Bahasa Tae'. Dipetik Maret 2024, 15, dari
https://wiki.edunitas.com/ind/114-10/Tae_90358__eduNitas.html
3. Gemini. (2024, Januari 25). Bahasa daerah luwu yang sangat unik. Dipetik
Maret 15, 2024, dari https://gemini.google.com/app/3e41187aa42b1272
4. P. M. (2021, Februari 11). 4 hal unik yentang bahasa tae'/Luwu yang jarang
kalian ketahui. Dipetik Maret 15, 2024, dari Tanah Luwu merupakan daerah
yangsaratakansejarahdanbudaya:https://web.facebook.com/palopomedia/photos/
a.915963635526058/1169475756841510/?type=3&_rdc=1&_rdr
5. Rizal, F. (2023, Juli 23). Menghidupkan bahasa tae'. Dipetik Maret 16, 2024,
dari https://wijatoluwu.com/menghidupkan-bahasa-tae/
6. Hidayah, A. M. (2017). FRASA DALAM BAHASA TAE. SAWERIGADING,
195-204.

Anda mungkin juga menyukai