Oleh :
Kelompok 9
Dosen:
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan yang Maha Esa atas berkah dan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Bahasa Tana Luwu”.
Terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak, sehingga
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dosen Pembina kami Ibu Dr. Sunarni Yassa,S.Ag., M.Pd, karena atas
kesempatan yang telah diberikan kepada kami dalam pembuatan makalah ini.
2. Kedua Orang Tua kami yang senantiasa mendukung, menuntun kami dalam
hidup ini dengan doa yang tulus.
3. Teman-teman mahasiswa/mahasiswi yang selalu memberi semangat dan
motivasi bagi penulis dalam penyelesaian makalah ini.
Penulisan makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, informasi yang
kurang banyak, sistematika yang masih kurang bagus, masih kurangnya pengetahuan
kami tentang macam-macam materi. Sehingga pada kesempatan ini kami mengharapkan
kritik serta saran dari teman-teman mahasiswa/mahasiswi dan para pembaca untuk
penulisan makalah kedepannya
Penulis
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL............................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian bahasa tana Luwu (bahasa tae’) .............................................................. 3
2.2 Keunikan bahasa tana Luwu (bahasa tae’)................................................................. 4
2.3 Upaya yang dapat dilakukan masyarakat tana Luwu untuk tetap melestarikan
(bahasa tae’) agar tidak terlupakan ........................................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu:
1. Apa pengertian bahasa tana Luwu (bahasa tae’)?
2. Apa saja keunikan bahasa tana Luwu (bahasa tae’) ?
3. Bagaimana upaya yang dilakukan masyarakat tana Luwu untuk tetap
melestarikan (bahasa tae’) agar tidak terlupakan ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
sesuai dengan politik bahasa bahwa bahasa nasional diperkaya oleh bahasa daerah,
bahasa regional, dan bahasa asing.
Bahasa tae’ termasuk serumpun dengan bahasa Toraja atau ibu bahasa dari
Toraja, Mandar, Massenrengpulu (kabupaten Bone) , dan Mamuju. Bahasa tae’ ini
digunakan selaku bahasa percapakan penduduk setempat, mulai dari Selatan
perbatasan dengan Buriko kabupatan Wajo sampai dengan daerah kabupaten Luwu
Timur Malili, serta Tana Toraja dan Massenrempulu.
Bahasa tae’ adalah bahasa kuno yang di pakai oleh kitab lontara Sureq I La
Galigo, ada dugaan bahwa bahasa tae’ mungkin ada hubungannya dengan bahasa yang
digunakan dalam epik Bugis kuno, La Galigo. Epik ini ditulis dalam aksara Lontara,
dan tae’ diucapkan di daerah yang kental dengan budaya Sawerigading, pusat La
Galigo.
Bahasa tae’ ini adalah ibu dari bahasa Bugis, Makassar, Toraja,
Massenrengpulu’(kabupaten Bone) dan Mandar. Sejak agama islam resmi sebagai
agama resmi di kerajaan Luwu, kerajaan Luwu pun menjadikan bahasa bugis sebagai
bahasa pengantar dan menjadikan bahasa tae’ adalah bahasa sehari hari. Secara
keseluruhan, bukti menunjukkan bahwa bahasa tae’ merupakan bahasa yang sudah
lama ada di Sulawesi Selatan dan memiliki hubungan dengan bahasa daerah lain dan
bahkan mungkin merupakan tradisi sastra kuno.
4
daerah Luwu ini, diantaranya bahasa Toraja, Sada, Toware, Sangngalla', dan dialek
Rongkong, atau Rongkong Kanandede.
3. Perbedaan cara penyebutan
Luwu Selatan: “Manjo Umba ko?” sedangkan Toraja: “La Male Na Pasa”.
Kira-kira begitulah gambaran percakapan antara orang Luwu Selatan (Kab. Luwu
pada umumnya) dengan orang Toraja. Memang ada kata yang berbeda disetiap
wilayah, meskipun perbedaan itu tidaklah terlalu banyak. Kata "Pergi" misalnya,
masyarakat didaerah Bua banyak menyebutnya dengan kata "Ingka", masyarakat
Luwu Utara dan Luwu Timur menyebutnya "Lao", Luwu Selatan "Manjo", daerah
Rongkong menyebutnya "Vale/Wale" sementara di Toraja menyebutnya dengan kata
"Male".
4. Setiap daerah memiliki dialeg yang berbeda
Tak hanya dari segi penamaan yang unik dari bahasa Luwu ini, ternyata
pelafalan atau dialeg setiap daerah berbeda-beda. Ketika orang Rongkong bercakap-
cakap dengan orang Belopa misalnya, akan tampak jelas perbedaan dialeg mereka.
5. Sejarah dan keragaman
Bahasa tae' memiliki sejarah panjang dan erat kaitannya dengan kerajaan Luwu
yang pernah berjaya di masa lampau. Bahasa ini digunakan sebagai bahasa resmi
kerajaan dan terukir dalam naskah kuno Lontara Sureq I La Galigo, sebuah karya
sastra monumental yang menceritakan kisah Sawerigading, leluhur orang Luwu.
6. Kosa kata yang unik
Bahasa tae' memiliki banyak kosa kata yang unik dan tidak terdapat dalam
bahasa Indonesia, seperti "tomakaka" (terima kasih), "passure" (selamat datang), dan
"mattompu" (tuan).
2.3 Upaya yang dapat dilakukan masyarakat Tana Luwu untuk tetap melestarikan
(Bahasa Tae’) agar tidak terlupakan
Bahasa tae' saat ini terancam punah karena jumlah penuturnya yang semakin
berkurang, masyarakat Luwu memiliki berbagai upaya untuk melestarikan bahasa tae'
agar tidak terlupakan di antaranya yaitu:
1. Penggunaan bahasa tae' dalam kehidupan sehari-hari
5
Upaya utama adalah dengan menggunakan bahasa tae' dalam kehidupan sehari-
hari, baik di rumah, sekolah, maupun di lingkungan masyarakat. Hal ini dilakukan
dengan mendorong para penutur, terutama generasi muda, untuk aktif berbicara bahasa
tae' dalam percakapan sehari-hari.
2. Pendidikan bahasa tae'
Di beberapa sekolah di wilayah Luwu, bahasa tae' dimasukkan ke dalam
kurikulum sebagai mata pelajaran muatan lokal. Hal ini bertujuan untuk mengenalkan
bahasa tae' kepada generasi muda dan meningkatkan kemampuan mereka dalam
berbicara dan memahami bahasa tersebut. Selain itu, berbagai komunitas dan lembaga
budaya juga dapat mengadakan pelatihan dan kursus bahasa tae' bagi masyarakat
umum.
3. Dokumentasi dan penerbitan karya sastra
Upaya pelestarian bahasa tae' juga dilakukan dengan mendokumentasikan dan
menerbitkan karya sastra dalam bahasa tae'. Hal ini dilakukan untuk menjaga warisan
budaya dan sejarah Luwu, serta untuk memperkaya khazanah sastra Indonesia.
Berbagai buku, puisi, dan cerita rakyat dalam bahasa tae' telah diterbitkan dan
disebarluaskan kepada masyarakat.
4. Festival dan perlombaan bahasa tae'
Festival dan perlombaan bahasa tae' diadakan secara rutin untuk meningkatkan
minat dan kegemaran masyarakat terhadap bahasa tae'. Acara ini biasanya
dimeriahkan dengan berbagai kegiatan, seperti lomba pidato, lomba baca puisi, dan
pertunjukan seni budaya.
5. Penggunaan media sosial
Masyarakat Luwu juga dapat memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan
informasi dan edukasi tentang bahasa tae'. Berbagai komunitas bahasa tae' di media
sosial aktif membuat konten menarik dan edukatif untuk menarik minat generasi
muda.
6. Dukungan pemerintah
Pemerintah daerah juga memberikan dukungan dalam upaya pelestarian bahasa
tae'. Dukungan ini dapat berupa pendanaan, penyediaan sarana dan prasarana, serta
kebijakan yang mendukung penggunaan bahasa tae' dalam kehidupan sehari-hari.
6
Meskipun berbagai upaya telah dilakukan, masih ada beberapa tantangan dalam
melestarikan bahasa tae' salah satu tantangan terbesar adalah kurangnya minat generasi
muda terhadap bahasa tae'. Upaya pelestarian bahasa tae' membutuhkan kerja sama
dari semua pihak, mulai dari masyarakat, pemerintah, hingga akademisi. Dengan
berbagai upaya yang dilakukan, diharapkan bahasa tae' dapat dilestarikan dan tidak
terlupakan oleh generasi mendatang.
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam upaya menjaga bahasa tae’ sebagai
sebuah identitas bangsa adalah tidak malu berkomunikasi dalam bahasa tae’, bahasa
mewakili identitas dan tentunya mewarisi nilai budaya. Hal paling kecil yang dapat
dilakukan adalah terus menjaga bahasa tae’ dengan mengajari anak kita dalam lingkup
keluarga. Disamping bahasa Indonesia, kita perlu mengenakan bahasa tae’ sejak kecil
sehingga lebih mudah dipahami dan nilai budaya juga terwarisi. Bahasa tae' merupakan
bahasa yang indah dan penuh pesona, bahasa ini menyimpan kekayaan budaya dan
sejarah yang tak ternilai, melestarikan bahasa tae' berarti menjaga warisan budaya dan
identitas masyarakat Tana Luwu.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bahasa tae’ adalah bahasa kuno yang di pakai oleh kitab lontara Sureq I La
Galigo, ada dugaan bahwa bahasa tae’ mungkin ada hubungannya dengan bahasa yang
digunakan dalam epik Bugis kuno, La Galigo. Bahasa tae’ adalah salah satu bahasa
daerah yang digunakan di tana Luwu Sulawesi Selatan, khususnya di kabupaten Luwu,
kota Palopo, kabupaten Luwu Utara, dan kabupaten Luwu Timur. Bahasa tae’
merupakan salah satu bahasa daerah yang memiliki fungsi sebagai lambang identitas
diri masyarakat Luwu dan sebagai wadah dalam mengungkapkan peradaban
komunitas penutur bahasa tae’.
Ada beberapa hal yang menjadikan bahasa tae’ menjadi sangat unik yaitu:
bahasa tae' lebih tua dari bahasa bugis, penamaan bahasa yang berbeda, perbedaan
cara penyebutan,setiap daerah memiliki dialeg yang berbeda, sejarah dan keragaman,
dan kosa kata yang unik.
Upaya untuk melestarikan bahasa tae' agar tidak terlupakan di antaranya yaitu:
penggunaan bahasa tae' dalam kehidupan sehari-hari, pendidikan bahasa tae',
dokumentasi dan penerbitan karya sastra, festival dan perlombaan bahasa tae',
penggunaan media sosial, dan dukungan pemerintah.
Upaya pelestarian bahasa tae' membutuhkan kerja sama dari semua pihak, mulai
dari masyarakat, pemerintah, hingga akademisi. Dengan berbagai upaya yang
dilakukan, diharapkan bahasa tae' dapat dilestarikan dan tidak terlupakan oleh generasi
mendatang.
Kedepannya penulis akan lebih fokus dalam menjelaskan meteri ini dengan
berbagai sumber referensi yang lebih banyak. Kami mengharapkan saran dan kritik
teman-teman semua untuk pembuatan makalah berikutnya semoga kedepannya
makalah ini dapat berguna bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya
8
DAFTAR PUSTAKA