Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

“Keragaman-keragaman Yang Ada Di Indonesia”

Guru Pembimbing

Fachri Dewanto S.Kom

Disusun Oleh

Nama: Winda Agustina

Kelas: X DKV 1

Mapel: P5KBK

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 KOTA BENGKULU

TAHUN AJARAN 2021/2022


Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT. yang maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Sehingga
dengan izin-Nya lah saya diberi kesempatan untuk dapat menyelesaikan Tugas Ilmiah tentang
“Keragaman-keragaman Yang Ada Di Indonesia” ini.

Tugas ini sudah saya susun dengan semaksimal mungkin dan dengan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar proses pembuatan tugas ilmiah ini. Untuk itu saya
sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang sudah ikut serta dalam pembuatan
makalah ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah yang saya buat jauh
dari kata sempurna, baik dari segi susunan kalimat, tata bahasa, dan kelengkapan teorinya. Oleh
karena itu, saya dengan tangan terbuka akan menerima segala masukan dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca, sehingga saya bisa melakukan perbaikan tugas makalah ini untuk
bisa menjadi makalah yang baik dan benar.

Akhir kata saya ucapkan terima kasih. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat
ataupun inspirasi untuk kita semua, baik saya sang penulis maupun pembaca sekalian.

Bengkulu, September 2021


Daftar Isi

Kata Pengantar..................................................................................................

Daftar Isi...........................................................................................................

Bab I Pendahuluan............................................................................................

A. Latar Belakang.....................................................................................
B. Rumusan Masalah................................................................................
C. Tujuan..................................................................................................

Bab II Landasan Teori......................................................................................

A. Kalimantan Timur................................................................................

B. Bali.......................................................................................................

C. Bengkulu..............................................................................................

Bab III Penutup.................................................................................................

A. Kesimpulan..........................................................................................
B. Saran....................................................................................................

Daftar Pusaka....................................................................................................
Bab I

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Keragaman masyarakat di Indonesia merupakan fenomena unik yang tidak dapat dipungkiri
keberadaannya. Indonesia merupakan masyarakat yang plural dan multikultural. Keragaman tersebut
tidak terlepas dari gelombang migrasi masyarakat manusia dari zaman ke zaman yang turut
mempengaruhi sejarah multikultural bangsa Indonesia.
Kebudayaan di Indonesia telah ada sejak manusia mengenal peradaban. Peradaban budaya
mengandung unsur nilai budaya yang terdiri dari pengetahuan dan teknologi, sistem mata pencaharian
dan peralatan hidup. Kebudayaan masyarakat Indonesia yang beraneka ragam terwujud dengan
bermacam-macam suku bangsa, ras, agama, bahasa, adat istiadat, dan sebagainya.
Keanekaragaman budaya ini menyebabkan masyarakat di Indonesia menjadi unik dan berbeda
dengan masyarakat lainnya di dunia karena memiliki ciri-ciri tersendiri satu dengan lainnya. Hal ini
menyebabkan adanya fenomena budaya masyarakat dengan berbagai macam tata krama. Keragaman
tata krama tak jarang menimbulkan nilai-nilai yang beragam bahkan saling kontradiktif sehingga satu
norma ataupun nilai bagi satu masyarakat dianggap tabu namun bagi masyarakat lain justru tidak
dipersoalkan.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditentukan rumusan masalah dalam makalah ini seperti:

1. Apa itu Keragaman?


2. Apa fungsi Keragaman di Indonesia?
3. Apa saja contoh Keragaman di Indonesia?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui apa itu Keragaman


2. Untuk mengetahui fungsi Keragaman di Indonesia
3. Untuk mengetahui contoh Keragaman di Indonesia
Bab II
Landasan Teori

A. Kalimantan Timur

Kalimantan Timur (disingkat Kaltim) adalah sebuah provinsi Indonesia di Pulau Kalimantan


bagian ujung timur yang berbatasan dengan Malaysia, Kalimantan Utara, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, dan Sulawesi. Luas total Kaltim adalah 127.346,92 km² dan
populasi sebesar 3.575.449 jiwa (2017). Kaltim merupakan wilayah dengan kepadatan penduduk
terendah keempat di nusantara. Ibu kota provinsi ini adalah kota Samarinda.

Provinsi Kalimantan Timur sebelum dimekarkan menjadi Kalimantan Utara merupakan


provinsi terluas kedua di Indonesia setelah Papua, dengan luas 194.489 km persegi yang hampir
sama dengan Pulau Jawa atau sekitar 6,8% dari total luas wilayah Indonesia.

1. Suku di Kalimantan Timur


- Etnis Kalimantan Timur didominasi oleh etnis Jawa (30,24%) yang menyebar di hampir
seluruh wilayah terutama daerah transmigrasi hingga daerah perkotaan.

- Etnis terbesar kedua yaitu Bugis (20,81%) yang banyak menempati kawasan pesisir dan
perkotaan.
- Etnis terbesar ketiga adalah Banjar (12,45%) yang cukup dominan di Kota Samarinda dan
Balikpapan. Kalimantan Timur merupakan tujuan utama migran asal Pulau Jawa, Sulawesi
dan Kalimantan Selatan.
- Di urutan keempat yaitu Etnis Dayak (9,94%) yang menempati daerah pedalaman. 
- Etnis Kutai (7,80%) yang mendiami Kutai Kartanegara, Kutai Timur dan Kutai Barat berada
di urutan kelima.
- Di urutan keenam hingga sepuluh berturut-turut yaitu etnis Toraja (2,21%), Paser (1,89%),
Sunda (1,57%), Madura (1,32%) dan Suku Buton (1,25%) serta suku-suku lainnya dari
berbagai daerah di Indonesia.

2. Bahasa Daerah

- Bahasa pengantar masyarakat Kalimantan Timur umumnya menggunakan Bahasa Indonesia


dan Bahasa Banjar. Persebaran Bahasa Banjar ke Kalimantan Timur karena besarnya jumlah
perantauan Suku Banjar asal Kalimantan Selatan

- Penutur Bahasa Jawa dan Bahasa Bugis juga cukup besar di Kalimantan Timur karena
banyaknya pendatang asal Pulau Jawa dan Pulau Sulawesi yang mendiami Kalimantan
Timur.

- Ada beberapa bahasa lain yang dituturkan masyarakat Kalimantan Timur. Di antaranya,
rumpun Melayu seperti bahasa Kutai Kota Bangun, Kutai Tenggarong, Berau dan rumpun
Barito seperti Bahasa Paser, Benuaq, Bentian, Tunjung. 

- Kemudian, ada bahasa Borneo Utara/Orang Ulu seperti Bahau, Modang, Aoheng/Penihing,
Seputan, dan Basap Berau
3. Lagu Daerah

Kalimantan Timur juga memiliki lagu khas daerahnya, Adapun beberapa lagu daerah dari
Kalimantan Timur, di antaranya Burung Enggang, Meharit, Sabarai, Anjat Manik, Bebilin, Andang
Sigurandang, Bedone, Ayen Sae, Sorangan, Indung-indung, Tingkilan (suku Kutai), dan Musik
Sempek/Kejien (suku Dayak Wehea).

4. Senjata Tradisional

Di Kalimantan Timur, ada beberapa jenis senjata tradisional seperti mandau, gayang, keris
buritkang, sumpit, tombak, perisai. Namun, yang paling terkenal adalah mandau. 

Mandau biasanya dibuat oleh seorang pandai besi yang mempunyai ilmu gaib. Mandau
adalah semacam senjata yang berbentuk parang dengan panjang kira kira 1/2m. Mandau itu ada dua
macam. Pertama, mandau yang disebut Tampilan dan dipakai untuk perang dan upacara. Kedua,
mandau yang biasa dipakai untuk keperluan sehari hari.

5. Pakaian Adat
Kebudayaan Kalimantan Timur tak lepas dari pakaian adat dari daerah itu sendiri. Baik pria
maupun wanita mengenakan tutup kepala (topi) berhiaskan bulu dari burung enggang, baju rompi
dan kain tenun sebatas lutut.

Untuk pria, mengenakan tameng dengan hiasan khas di tangannya, serta kalung yang terbuat
dari tulang dan gigi binatang. Sementara wanita ditambah dengan kain (rok) dengan warna dan
hiasan khas, serta kalung dan beberapa gelang di kedua belah tangannya.

6. Rumah Adat

Rumah Lamin adalah rumah adat Kalimantan Timur. Bentuknya panggung setinggi 2 meter
dari tanah dan dihuni oleh 25-30 kepala keluarga.
Ujung atap rumah dihiasi dengan kepala naga sebagai simbol keagungan, budi luhur, dan
kepahlawanan. Sementara, halaman rumah berdiri sebuah patung Blontang menggambarkan dewa
sebagai penjaga rumah atau kampung. Di dalam rumah adat ini, ada beberapa bagian yakni ruang
dapur, ruang tidur, dan ruang tengah. Tangga yang digunakan untuk naik ke dalam rumah terbuat
dari satu pohon. Sedangkan, dinding rumah dibuat dari katu dan daun rumbia. Di bagian bawah
rumah (kolong) biasa digunakan untuk memelihara hewan ternak.

7. Alat Musik Tradisional

Ada juga alat musik tradisional Kalimantan Timur antara lain, kadire, klentengan (sluding),


sampek, jatung utang, dan uding/uring.

- Kedire
Kedire dimainkan dengan cara ditiup. Nada yang keluar dari tempurung kelapa akan diatur
sesuai irama musik. Bagian mulut alat musik ini terbuat dari labu berumur 5 sampai 6 bulan. Isi dari
labu itu kemudian dikeluarkan lalu direndam selama 1 bulan full (30 / 31 hari). Labu itu kemudian
direkatkan dengan perekat dari sarang lebah hutan.

- Klentengan (sluding)

Jika dilihat sekilas, alat musik ini mirip dengan alat musik tradisional dari Jawa, yaitu Gamelan. 
Klentangan sendiri memiliki 6 gong kecil yang memiliki nada yang berbeda-beda. Alat musik ini
terbuat dari kayu yang bersifat kuat dan ringan serta sebuah logam kuningan.

- Sampek

Sampek merupakan alat musik tradisional Suku Dayak atau masyarakat Kayaan. Uniknya,
sampek terbuat dari beberapa jenis kayu seperti kayu arrow, kayu kapur, dan kayu ulin. Untuk
membuat sampek butuh waktu berminggu-minggu. Jumlah senarnya disesuaikan dengan keinginan
si pembuat. Ada 3 senar, 4 senar, 6 senar, bahkan lebih.

- Jatung Utang
Alat musik ini terdiri dari kayu memanjang dan dimainkan dengan dipukul menggunakan
kayu yang ujungnya ada gumpalan keras. Selain untuk hiburan, alat musik ini juga digunakan untuk
mengiringi tarian tradisional oleh suku Dayak Kenyah di Kampung Pampang Kalimantan Timur.

- Uding/Uring

Uding atau uring memiliki ukuran diameter 2 sampai 3 cm dan panjang sampai 20 cm. Di
bagian ujungnya, terdapat rongga yang berisi biji kayu. Cara memainkan alat musik ini cukup
dengan dipukul.

8. Desa Adat

Di Kalimantan Timur, ada desa budaya bernama Desa Lekaq Kidau. Hingga hari ini, desa adat
Kalimantan Timur ini masih hidup dengan budaya nenek-moyang mereka.
Setiap musim panen tiba, masyarakat desa merayakannya dengan melakukan penyembelihan
babi dan pertunjukan tarian khas Dayak. Kemudian, dilanjutkan dengan kegiatan menumbuk beras
menjadi tepung dengan alat serupa lesung. Hasil tumbukan beras dimasukkan dalam bambu
berukuran sedang dan dibakar dengan bara api. Penduduk desa ini juga masih memegang budaya
daun telinga cuping panjang. Pemanjangan cuping telinga ini dilakukan sejak masih bayi.

B. Bali

Bali adalah sebuah pulau di Indonesia, sekaligus menjadi salah satu provinsi Indonesia.
Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Ibukota provinsi bali adalah Denpasar.
Mayoritas penduduk Bali adalah pemeluk agama Hindu. Di dunia, Bali terkenal sebagai tujuan
pariwisata dengan keunikan berbagai hasil seni-budayanya. Bali juga dikenal sebagai Pulau
Dewata.

Seiring dengan peralihan jaman pra sejarah ke jaman sejarah, pengaruh Hindu dari India
yang masuk ke Indonesia diperkirakan memberi dorongan kuat pada lompatan budaya di Bali.
Masa peralihan ini, yang lazim disebut sebagai masa Bali Kuno antara abad 8 hingga abad 13.

Dengan amat jelas mengalami perubahan lagi akibat pengaruh Majapahit yang berniat
menyatukan Nusantara lewat Sumpah Palapa Gajah Mada di awal abad 13. Tatanan
pemerintahan dan struktur masyarakat mengalami penyesuaian mengikuti pola pemerintahan
Majapahit. Benturan budaya lokal Bali Kuno dan budaya Hindu Jawa dari Majapahit dalam
bentuk penolakan penduduk Bali menimbulkan berbagai perlawanan di berbagai daerah di Bali.
Secara perlahan dan pasti, dengan upaya penyesuaian dan percampuran kedua belah pihak, Bali
berhasil menemukan pola budaya yang sesuai dengan pola pikir masyarakat dan keadaan alam
Bali.

1. Rumah Adat Bali

Menurut filosofi masyarakat Bali, kedinamisan dalam hidup akan tercapai apabila
terwujudnya hubungan yang harmonis antara aspek pawongan, palemahan, dan parahyangan.
Untuk itu, pembangunan sebuah rumah harus meliputi aspek-aspek tersebut atau yang biasa
disebut ‘’Tri Hita Karana’’. Pawongan merupakan para penghuni rumah. Palemahan berarti
harus ada hubungan yang baik antara penghuni rumah dan lingkungannya.
         Pada umumnya,bangunan/arsitektur tradisional daerah Bali selalu dipenuhi hiasan, berupa
ukiran, peralatan serta pemberian warna. Ragam hias tersebut mengandung arti tertentu sebagai
ungkapan keindahan simbol-simbol dan penyampaian komunikasi. Bentuk-bentuk ragam hias
dari jenis fauna juga berfungsi sebagai simbol ritual yang dibuat berupa patung.

2. Sistem Kepercayaan mayarakat Bali 

Masyarakat Bali kebanyakan beragama Hindu, dan percaya adanya satu Tuhan dalam
bentuk Trimurti yang Esa yaitu Brahmana (yang menciptakan), Wisnu (yang melindungi dan
memelihara), dan Siwa (yang merusak). Selain itu juga percaya dengan para dewa yang memiliki
kedudukan yang lebih rendah dari Trimurti yaitu dewa Wahyu (dewa angin), dewa Indra (dewa
perang). Agama Hindu juga mempercayai Roh abadi. Dan mempercayai semua ajaran-ajaran
yang berada dikitab wedha.

Tempat untuk melakukan persembahyangan (ibadah) agama Hindu di Bali dinamakan


Pura atau Sangeh. Tempat ibadah ini merupakan bangunan-bangunan suci yang sifat nya
berbeda-beda setiap tempat persembahyangan. Karena banyak sekali hampir beribu-ribu pura
atau sangeh yang masing-masing pura tersebut mempunyai upacara adat yang sesuai dengan
perayaan leluhur mereka sesuai sistem tanggalan nya sendiri-sendiri.  
3. Hukum adat Bali

Sebagian besar masyarakat bali adalah menganut Agama Hindu dan dalam kesehariannya
diatur berdasarkan hukum adat Bali. Hukum adat Bali adalah hukum yang tumbuh dalam
lingkungan masyarakat hukum adat Bali yang berlandaskan pada ajaran agama (Agama Hindu)
dan tumbuh berkembang mengikuti kebiasaan serta rasa kepatutan dalam masyarakat hukum
adat Bali itu sendiri. Oleh karenanya dalam masyarakat hukum adat Bali, antara adat dan agama
tidak dapat dipisahkan.

4. Tradisi Upacara Adat potong gigi di Bali 

Tak dapat dipisahkannya antara adat dan agama di dalam masyarakat hukum adat Bali,
disebabkan karena adat itu sendiri bersumber dari ajaran agama. Dalam ajaran agama Hindu
sebagaimana yang dianut oleh masyarakat hukum adat Bali, pelaksanaan agama dapat dijalankan
melalui etika, susila, dan upacara. Ketiga hal inilah digunakan sebagai norma yang mengatur
kehidupan bersama di dalam masyarakat. Etika, susila, dan upacara yang dicerminkan dalam
kehidupannya sehari-hari mencerminkan rasa kepatutan dan keseimbangan (harmoni) dalam
kehidupan bermasyarakat. Oleh karenanya azas hukum yang melingkupi hukum adat Bali adalah
kepatutan dan keseimbangan. Sebagai misal, setiap perempuan pada prinsipnya boleh hamil,
namun perempuan yang patut hamil hanyalah perempuan yang memiliki suami. Demikian pula
selanjutnya dengan perbuatan-perbuatan yang lainnya.

Walaupun tadi dikatakan bahwa antara adat dan agama tidak dapat dipisahkan, namun
antara adat dan agama msih dapat dibedakan. Agama (dalam hal ini agama Hindu yang dianut
oleh masyarakat hukum adat Bali) adalah berasal dari ketentuan-ketentuan ajaran dari para
maharesi dan kitab suci yang diturunkannya. Sedangkan adat adalah berasal dari kebiasaan
dalam masyarakat yang dapat mengikuti situasi, kondisi, dan tempat pada saat itu.

Upacara adat potong gigi atau biasa nya orang bali menyebutnya dengan sebutan metatah
merupakan salah satu upacara keaagamaan yang wajib dilakukan oleh masyarakat Hindu di Bali
baik laki-laki maupun perempuan, karena dipercayai oleh masyarakat bali saat meninggal dunia
akan bertemu dengan leluhur nya di surga.

Adapun makna dari upacara adat potong gigi ini adalah menandakan bahwa orang
tersebut sudah akhir balig atau memasuki usia dewasa, merupakan wujud berbakti kepada orang
tua, seseorang yang telah disucikan akan lebih mudah menghubungkan diri dengan Ida Sang
Hyang Widhi, para dewata, dan leluhur di alam surga. Dalam makna estetika potong gigi dapat
menambah kecantikan agar susunan gigi lebih rapih.

5. Upacara Ngaben

Upacara Ngaben adalah upacara pembakaran mayat yang dilaksanakan oleh umat
beragama Hindu di Bali. Upacara Ngaben diadakan jika ada orang yang meninggal dan biasanya
diselenggarakan oleh anggota keluarga yang meninggal. Makna dari upacara Ngaben adalah
untuk mengembalikan roh leluhur (roh orang yang sudah meninggal tersebut) ke tempat asalnya.

6. Hari Raya Nyepi

Nyepi berasal dari kata sepi (sunyi, senyap). Hari Raya Nyepi sebenarnya merupakan
perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan penanggalan/kalender caka, yang dimulai sejak tahun
78 Masehi. Tidak seperti perayaan tahun baru Masehi, Tahun Baru Saka di Bali dimulai dengan
menyepi. Tidak ada aktivitas seperti biasa. Semua kegiatan ditiadakan, termasuk pelayanan
umum, seperti Bandar Udara Internasional pun tutup, namun tidak untuk rumah sakit.

              Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa,
untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia/microcosmos) dan Bhuana
Agung/macrocosmos (alam semesta). Sebelum Hari Raya Nyepi, terdapat beberapa rangkaian
upacara yang dilakukan umat Hindu, khususnya di daerah Bali.
7. Kesenian Musik Khas Bali

Musik trasional Bali memang mempunyai ciri khas tersendiri dalam cara memainkannya.
Irama musik bali mengingatkan kita pada suatu semangat keceriaan, karena irama yang
dimainkan mengadung kecepatan yang saling berkesinambungan. Komponen-komponen musik
saling menyatu melahirkan suara gemuruh hingga yang mendengarkan tanpa terasa badan terasa
seolah-olah mau bergerak. Kekuatan Musik bali ada pada kecepatan pukulan gamalan yang
bersaut-sautan dalam tempo cepat. Ada beberapa jenis musik yang mempunyai keunikan
tersendiri dalam memainkannya diantaranya, Gemelan Jegog, Gamelan Gong Gede, Gamelan
Gambang, Gamelan Selunding. Selain musik gamelan dengan menonjolan instrumentalnya, juga
terkadang disatukan dengan  irama suara manusia yang saling bersaut-sautan seperti tari kecak,
dimana tarian ini konon menirukan gaya seekor kera. Selain itu juga ada musik angklung gaya
khas Bali yang dimainkan dalam rangka penyelengaraan upacara pembakaran mayat yaitu
Ngaben, serta musik Bebonangan yang dimainkan pada saat penyelenggaraan upacara tertentu
oleh masyarakat Bali. Dalam mendesain penyajian gamelan gaya Bali mengisyarat kan
penampilan tersendiri sehingga menarik perhatian orang.
C. Bengkulu

Provinsi Bengkulu merupakan salah satu provinsi yang terdapat di pulau Sumatera bagian
barat. Provinsi Bengkulu terletak pada 101º01′ – 103º46′ BT dan 2º16′ – 5º31′ LS. Provinsi
Bengkulu memiliki batas wilayah sebagai berikut:

 Sebelah utara : Provinsi Sumatera Barat


 Sebelah timur : Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Selatan
 Sebelah selatan: Provinsi Lampung
 Sebelah barat : Samudera Indonesia
 Provinsi Bengkulu menmpunyai luas wilayah sebesar 19.788.70 km²
Secara administratif, wilayah Bengkulu dibagi menjadi 9 daerah kabupaten dan 1 daerah
kota yang terbagi atas 110 kecamatan dan 1.355 kelurahan/ desa. Wilayah administratif yang
berbentuk daerah kabupaten yaitu Bengkulu Selatan, Mukomuko, Lebong, Kepahiang, Rejang
Lebong, Bengkulu Utara, Seluma, Kaur, dan Bengkulu Tengah. Sementara itu, daerah
administratif yang berbentuk kota ada 1, yaitu kota Bengkulu.
 
Kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di Provinsi Bengkulu tidak dapat dipisahkan
dari sejarah berdirinya provinsi ini. Menurut cerita sejarah diketahui bahwa sejak dulu di wilayah
ini sudah banyak berdiri kerajaan kecil. Kerajaan tersebut antar lain Kerajaan Selebar (di daerah
Selebar), Kerajaan Sungai Lemau (Pondok Kelapa), Kerajaan Sungai Serut (Bengkulu), Kerajaan
Manjuto (Muk-Muko), Kerajaan Pinang Berlampis (Ketahun), Kerajaan Serdang (Lais),
Kerajaan Rejang Empat Petulai (Manna), Bintuhan (Bengkulu Selatan). Tiap-tiap kerajaan ini
meninggalkan beberapa seni budaya khas. Selain itu, beberapa suku bangsa asli yang bermukim
di Bengkulu masih memelihara kebudayaan mereka sampai saat ini. Tradisi dan budaya suku
bangsa di daerah Bengkulu ini tergabung dalam berbagai kelompok budaya, antara lain
Kebudayaan Rejang, Pasemah, Kaur, Serawai, Semendo, Melayu, pesisir, dan pendatang.
 
1. Bahasa Daerah Bengkulu
Tiap suku bangsa di Indonesia memiliki bahasa sendiri yang disebut Bahasa Daerah.
Bergitu juga dengan suku bangsa yang berada di daerah Bengkulu. Berbagai bahasa daerah
masyarakat di provinsi Bengkulu diantaranya sebagai berikut.
 Masyarakat suku bangsa Rejang menggunakan bahasa rejang dalam kehidupan sehari-
hari. Ada yang menyebut bahasa rejang dengan nama Rejang-Lebong, Jang, Djang Bele
Tebo. Bahasa ini mempunyai aksen sendiri yang disebut kangongo. Ada beberapa dialek
berbeda dalam pemakaiannya, yaitu kepahiang, lebong, pesisir, selupuh, musi, danrawas.
 Suku bangsa Pasemah yang bermukim di Bengkulu menggunakan bahasa Pasemah.
Bahasa Pasemah masih rumpun bahasa Melayu.
 Suku bangsa Mukomuko yang bermukim di kabupaten Mukomuko menggunakan bahasa
Minangkabau yang telah bercampur dengan bahasa Rejang.
 Bahasa Melayu dengan dialek Bengkulu digunakan oleh orang-orang suku bangsa
Melayu yang bermukim di Bengkulu, pesisir pantai Bengkulu Utara, dan Bengkulu
Selatan.
 Suku bangsa Kaur yang bermukim di kabupaten Kaur menggunakan bahasa Mulakdalam
pergaulan sehari-hari.
 Orang orang suku Serawai yang terdapat di kabupaten Bengkulu Selatan dan Seluma
menggunakan bahasa Serawai. Bahasa Serawai mempunyai beberapa dialek, yaitu
dialek Serawai dan Manna.
 Suku Bangsa Lembak yang bermukim di kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu Utara, dan
Bengkulu Selatan menggunakan bahasa Mulang.
Selain bahasa daerah tersebut di atas masih banyak bahasa daerah dengan dialek berbeda
yang dipakai oleh suku-suku di Bengkulu, seperti bahasa Krui dan bahasa Pekal. Meskipun
banyak terdapat bahasa daerah yang terdapat di provinsi Bengkulu, untuk komunikasi antar suku,
mereka menggunakan bahasa Indonesia.
 
2. Arsitektur Tradisional Bengkulu
Rumah adat suku bangsa di Bengkulu ini berbentuk rumah panggung berupa segi empat
memanjang. Pada masyarakat suku Rejang menyebut rumah adatnya dengan sebutan uneak
potong jong. Struktur rumah panggung terdiri atas beberapa bagian, yaitu penigo, pendhuhuak,
andie-andie, dapur dan gang. Selain itu, masih ada beberapa bagin rumah lainnya, seperti hal,
dihal, bilik, dan garang.

 
3. Pakaian Tradisional Bengkulu
Pakaian adat Bengkulu dibedakan atas pakaian sehari-hari dan pakaian upacara. Dalam
kesehariannya pria Bengkulu meggunakan kemeja, celana panjang, dan penutup kepala khas
Bengkulu atau kopiah (peci). Para wanita Bengkulu mengenakan baju kebaya khas Bengkulu,
ada juga yang memakai kerudung. Menggunakan alas kaki dari kayu (terompah), sandal, selop
atau sepatu. Pakaian upacara adat pada tiap-tiap suku di Bengkulu berbeda-beda, hal ini
disebabkan ritual dan kepercayaan pada tiap suku berbeda-beda. Beberapa pakaian adat suku di
Bengkulu dapat dilihat pada gambar berikut ini.
 
4. Kesenian Tradisional Provinsi Bengkulu
Provinsi Bengkulu dihuni oleh beberapa suku bangsa memiliki beranekaragam kesenian
tari. Tarian tersebut biasanya ditampilkan dalam berbagai acara, seperti upacara adat atau
penyambutan tamu. Beberapa kesenian tari yang dapat ditemukan di provinsi Bengkulu dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
5. Alat Musik Tradisional Bengkulu
Di provinsi Bengkulu terdapat alat musik yang cukup terkenal, yaitu Dol. Alat musik ini
berbentuk mirip gendang yang dimainkan dengan cara ditabuh. Masyarakat Bengkulu dari anak-
anak sampai dewasa sangat akrab dengan alat musik Dol. Alat musik lain yang dapat ditemukan
di provinsi Bengkulu yaitu gong, kerilu, serdap, gendang, kolintang, serunai, biola,
rebana, dan rebak. Selain itu terdapat pula alat musik tradisional seperti serdaun, yang
merupakan alat musik tabuh tradisional yang dapat dijumpai dalam tradisi masyarakat Rejang
Lebong.
6. Lagu Daerah Bengkulu
Jenis lagu daerah bengkulu sangat beranekaragam. Ada yang dilantunkan dalam upacara
adat, pengiring kesenian atau pada waktu bermain. Ada lagu yang bercorak bahasa Rejang,
Melayu Bengkulu, Pasemah, atau bahasa daerah Bengkulu lain.
Beberapa nama lagu daerah tersebut, seperti Toy Botoy-Botoy, Bekatak Kurang Kariak, Ding
Kedinding Ambin Umbut, Sekundang Setungguan, Ratu Samban.
7. Seni Kerajinan Rakyat Daerah Bengkulu
Hasil kebudayaan lain dari masyarakat Bengkulu adalah seni kerajinan. Seni kerajinan
rakyat yang terdapat di wilayah ini, antara lain seni pahat, seni batik, seni ukir, dan seni karya
lainnya. Berikut ini beberapa hasil seni kerajinan yang terdapat di daerah Bengkulu.
 Kain Besurek, merupakan batik khas kota Bengkulu. Disebut Besurek karena kain ini
bertuliskan huruf-huruf arab. Motif asli kain ini berupa motif huruf arab dan bunga
Raflesia Arnoldi yang merupakan perpaduan antara motif kaligrafi Jambi dengan
Cirebon.
 Kulit Lantung, merupakan kerajinan khas yang terdapat di kota Bengkulu. Bahan utama
kerajinan ini menggunakan kulit pohon lantung. Lantung adalah pohon liar yang banyak
ditemukan di Bengkulu.

8. Senjata Tradisional Masyarakat Bengkulu


Setiap suku di Nusantara memiliki senjata tradisional yang digunakan dalam keperluan
sehari-hari, misalnya berburu, mencari kayu, membela diri, atau keperluan upacara adat. Suku-
suku bangsa si Bengkulu mengenal berbagai bentuk senjata tradisional antara lain Keris, Kuduk,
Panah, Rudus, dan Siwar.
 
9. Makanan dan Minuman Tradisional Masyarakat Bengkulu
Berikut ini makanan dan minuman khas yang dapat dijumpai di Bengkulu.
 Gelamai, yaitu dodol khas Bengkulu. Gelamai terbuat dari tepung ketan dan kelapa.
 Perut punai, yaitu makanan yang terbuat dari tepung beras ketan dan gula merah.
 Nasi santan, yaitu makanan yang terbuat dari beras dan santan.
 Kopi anggut, merupakan minuman khas yang terdapat di kelurahan Anggut Atas kota
Bengkulu.
 Ikan pais, merupakan ikan pepes khas Bengkulu. Jenis pepes ini terbuat dari ikan gebu
dan ikan buli.
 Rebung Asam, yaitu rebung yang direndam dalam cucian beras dan dimasak seperti asam
pedas.
Bab III

Penutup

A. Kesimpulan

1. Kalimantan Timur
Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab
sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai pengelompokan wilayah tingkat
partisipasi angkatan kerja berdasarkan pengaruh indikator komposit indeks pembangunan
manusia adalah sebagai berikut:
1. Angka harapan hidup dan rata-rata pengeluaran perkapita mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap tingkat partisipasi angkatan kerja di Provinsi Kalimantan Timur. Rata-rata
lama sekolah dan angka melek huruf mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap
tingkat partisipasi angkatan kerja di Provinsi Kalimantan Timur.
2. Kelompok 1 merupakan kelompok dengan status tingkat pastisipasi angkatan kerja yang
rendah. Kelompok satu terdiri dari lima kabupaten yakni Paser, Kutai Kartanegara, Kutai Barat,
Penajam PaserUtara dan Kutai Timur. Kelompok 1 memiliki karakteristik angka harapan hidup,
rata-rata pengeluaran perkapita, rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf yang rendah.
Kelompok 2 merupakan kelompok dengan status tingkat pastisipasi angkatan kerja yang tinggi.
Kelompok satu terdiri dari 3 kota dan 1 kabupaten yakni Kota Balikpapan, Kota Samarinda, Kota
Bontang dan Kabupaten Berau. Kelompok 2 memiliki karakteristik angka harapan hidup, rata-
rata pengeluaran perkapita, rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf yang tinggi.

2. Bali
Keragaman budaya yang dimiliki oleh daerah Bali sangat lah banyak. Seperti cara
beretika yang baik sesuai agama dan hokum adat bali yang berlaku, kemudian rumah adat bali
yang memiliki arti pada tiap tiap bentuk dan ukiran, kesenian di daerah bali juga sangat lah
banyak. Tradisi Upacara-upacara Adat Bali yang beragam juga membuat keragaman akan
budaya Bali semakin lengkap.
Sehingga banyak sekali yang harus kita ketahui lebih jauh lagi mengenai budaya-budaya
yang ada di Indonesia ini terutama Bali yang sebenarnya memiliki budaya yang sangat kental
dan beragam.

3. Bengkulu

Provinsi Bengkulu merupakan salah satu provinsi di Indonesia, di mana provinsi ini
belum terlalu dikenal oleh masyarakat luas. Padahal banyak potensi pariwisata yang tersaji di
kota ini. Dalam mengupayakan promosi pariwisata Kota Bengkulu, penulis mengambil
kesimpulan bahwa pentingnya mempromosikan Kota Bengkulu karena kota ini memiliki potensi
yang besar dalam pariwisata, di mana penggunaan media promosi yang baik dapat memajukan
Kota Bengkulu.
Penyajian dan keterangan yang jelas menarik minat masyarakat untuk datang ke
Bengkulu. Dalam hal ini peran penting desainer komunikasi visual dan fotografer sangat
dibutuhkan, di mana desainer grafis harus mampu membuat strategi yang tepat dan visual yang
baik untuk menyampaikan informasi itu dengan baik serta menentukan media apa saja yang tepat
untuk promosi pariwisata Bengkulu. Selain itu foto juga sangat berperan penting untuk
menyampaikan gambaran yang baik. Dari pengambilan gambar dan suasana harus sesuai dengan
target dan tujuan promosi itu sendiri. Dalam pemecahan masalah ini membutuhkan media yang
efisien sebagai media promosi dan informasi, maka dari itu dalam hal ini pemecahan masalahnya
dengan membuat website sebagai media utama, di mana website menjadi salah satu media
informasi yang sangat efisien yang dapat diakses dengan mudah oleh semua orang. Selain itu
buku wisata dan brosur juga menjadi pilihan tepat dalam promosi pariwisata Bengkulu. Pameran
juga menjadi strategi promosi untuk menjual dan mempromosikan secara langsung.

B. Saran
1. Kalimantan Timur
Saran Sebagai penutup penulisan skripsi ini, penulis memberikan saran pada semua pihak
yang terkait dengan penulisan skripsi ini yang diambil dari perkembangan dan pembangunan
sumber daya manusia dan ketenagakerjaan di Provinsi Kalimanta timur.
1. Agar pemerintah setempat lebih memperhatikan pendidikan formal mayarakat miskin yang
ada di Provinsi Kalimantan Timur serta meningkatkan keterampilan dan keahlian yang
disesuaikan dengan sumber daya alam setempat sehingga memiliki etos kerja yang tinggi
dan produktif dan memiliki daya saing dalam memenuhi pasar kerja.
2. Sebaiknya dalam upaya peningkatan harapan hidup, pendidikan serta kelayakan hidup
masyarakat dibuat skala prioritas berdasarkan urutan wilayah yang memiliki nilai dari
indikator komposit indeks pembangunan manusia yang rendah.
3. Dimulai dari kelompok yang memiliki nilai angka harapan hidup, pengeluaran rata-rata
perkapita, rata-rata lama sekolah, dan angka melek huruf yang rendah, kemudian ke
kelompok yang memiliki nilai angka harapan hidup, pengeluaran rata-rata perkapita, rata-
rata lama sekolah, dan angka melek huruf yang tinggi.
4. Pada penelitian ini hanya terbatas pada tingkat kabupaten. Pada penelitian selanjutnya
sebaiknya lebih spesifik sampai pada tingkat desa agar lebih mempermudah para pengambil
kebijakan atau pihak-pihak terkait dalam memutuskan prioritas peningkatan angkatan kerja.
5. Metode statistik dalam penelitian ini hanya menggunakan metode pengelompokan hierarki.
Pada penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan perbandingan antara metode hierarki dan
non hierarki.

2. Bali
Menurut saya, karena beragam nya budaya di Indonesia ini, terutama untuk daerah Bali.
Sebaiknya kita sebagai generasi penerus terus melestarikan budaya yang ada saat ini dan seterus
nya agar tidak hilang begitu saja dan tidak ditiru oleh Negara lain. Karena budaya kita sangat lah
kaya akan kreasi dan keindahan yang memiliki arti tersendiri. Kita harus bangga menjadi Warga
Indonesia.

3. Bengkulu
Saran untuk Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bengkulu adalah untuk lebih memajukan
Kota Bengkulu dalam sektor pariwisata dengan terlebih dahulu memperbaiki fasilitasfasilitas di
tempat objek wisata dan melakukan promosi besar-besaran untuk memperkenalkan kepada
masyarakat luas tentang keindahan dan kekayaan sejarah Kota Bengkulu, serta menggunakan
strategi yang tepat dan jelas dengan membuat visual yang baik dan menarik sehingga menjadikan
Bengkulu kota yang lebih beridentitas.
Daftar Pusaka

https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/3883/05.6%20bab%206.pdf?
sequence=6&isAllowed=y

http://repository.maranatha.edu/11281/7/0664115_Conclusion.pdf

http://andikadc.blogspot.com/2013/03/andika-dwi-cahyani-1ka19-sistem_2127.html

https://egindo.com/mengenal-kebudayaan-provinsi-bengkulu/

https://www.indozone.id/news/d5s9DA/kebudayaan-kalimantan-timur-yang-beragam

https://www.balitoursclub.net/tradisi-unik-di-bali/

Anda mungkin juga menyukai