Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

"BHINNEKA TUNGGAL IKA"

Disusun oleh: kelompok 4

1. Khodijah Agustina
2. Pandu Erlangga Khoiri
3. Khumaira Ayu Lestari
4. Fabio Mayselo
5. Sidas
6. Seftira

Kelas: X.4

Mata pelajaran: PPKN

Guru Pembimbing:Linda Febriani S.Ei.

SMA NEGERI 1 RAMBUTAN

TAHUN PEMBELAJARAN 2023/2024

Kata pengantar
Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kemudahan dan kesehatan kepada kami sehingga kami mampu
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul: "Bhineka Tunggal Ika". Kami
menyadari makalah ini masi jauh dari kata sempurna karena keterbatasan
ilmu yang kami miliki. Oleh sebab itu, kami harapkan adanya umpan balik
berupa kritik dan saran yang membangun agar di kemudian hari kami
sanggup membuat makalah yang lebih maksimal.
Demikian, semoga makalah yang sudah kami susun bersama-sama bisa
bermanfaat bagi dunia pendidikan.

Rambutan, 1 Februari 2023

Daftar isi

HALAMAN JUDUL ............................................................................................1

KATA PENGANTAR ..........................................................................................2

DAFTAR ISI ........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................4


BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................18

BAB III PENUTUP ............................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................21

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Sejarah Bhineka Tunggal Ika


Bhinneka Tunggal Ika adalah Lambang negara Indonesia berbentuk burung Garuda yang
kepalanya menoleh ke sebelah kanan (dari sudut pandang Garuda), perisai berbentuk menyerupai
jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika
yang berarti “Berbeda-beda tetapi tetap satu” ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda.
Lambang ini dirancang oleh Sultan Hamid II dari Pontianak, yang kemudian disempurnakan oleh
Presiden Soekarno dan diresmikan pemakaiannya sebagai lambang negara pertama kali pada
Sidang Kabinet Republik Indonesia Serikat tanggal 11 Februari 1950. Penggunaan lambang
negara diatur dalam UUD 1945 pasal 36A dan UU No 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa,
dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. (LN 2009 Nomor 109, TLN 5035). Sebelumnya
lambang negara diatur dalam Konstitusi RIS, UUD Sementara 1950, dan Peraturan Pemerintah
No. 43/1958 Pasal 36 A, yaitu Lambang Negara Ialah Garuda Pancasila dengan semboyan
Bhinneka Tunggal Ika dan Pasal 36 B: Lagu Kebangsaaan ialah Indonesia Raya. Menurut risalah
sidang MPR tahun 2000, bahwa masuknya ketentuan mengenai lambang negara dan lagu
kebangsaan kedalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 yang melengkapi
pengaturan mengenai bendera negara dan bahasa negara yang telah ada sebelumnya merupakan
ikhtiar untuk memperkukuh kedudukan dan makna atribut kenegaraan di tengah kehidupan
global dan hubungan internasional yang terus berubah. Dengan kata lain, kendatipun atribut itu
tampaknya simbolis, hal tersebut tetap penting, karena menunjukkan identitas dan kedaulatan
suatu negara dalam pergaulan internasional. Atribut kenegaraan itu menjadi simbol pemersatu
seluruh bangsa Indonesia ditengah perubahan dunia yang tidak jarang berpotensi mengancam
keutuhan dan kebersamaan sebuah negara dan bangsa. Kata Bhinneka Tunggal Ika dapat
pula dimaknai bahwa meskipun bangsa dan negara Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku
bangsa yang memiliki kebudayaan dan adat-istiadat yang bermacam-macam serta beraneka
ragam kepulauan wilayah negara Indonesia namun keseluruhannya itu merupakan suatu
persatuan yaitu bangsa dan negara Indonesia. Keanekaragaman tersebut bukanlah merupakan
perbedaan yang bertentangan namun justru keanekaragaman itu bersatu dalam satu sintesa yang
pada gilirannya justru memperkaya sifat dan makna persatuan bangsa dan negara Indonesia. Bagi
bangsa Indonesia semboyan Bhinneka Tunggal Ika merupakan dasar untuk mewujudkan
persatuan dan kesatuan Indonesia. Perwujudan semboyan Bhinneka Tunggal Ika dalam
kehidupan sehari-hari dilakukan dengan cara hidup saling menghargai antara masyarakat yang
satu dengan yang lainnya tanpa memandang suku bangsa, agama, bahasa, adat istiadat, warna
kulit dan lainlain. Seperti diketahui Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari
beribu-ribu pulau dimana setiap daerah memiliki adat istiadat, bahasa, aturan, kebiasaan dan
lain-lain yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya tanpa adanya kesadaran sikap untuk
menjaga Bhinneka tunggal Ika pastinya akan terjadi berbagai kekacauan di dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika kita harus membuang jauh-
jauh sikap mementingkan dirinya sendiri atau daerahnya sendiri tanpa peduli kepentingan
bersama. Bila hal tersebut terjadi pastinya negara kita ini akan terpecah belah. Oleh sebab itu,
marilah kita jaga Bhinneka tunggal ika dengan sebaik-baiknya agar persatuan bangsa dan negara
Indonesia tetap terjaga. Secara harfiah pengertian Bhinneka Tunggal Ika adalah Berbeda-beda
tetapi tetap Satu jua. Adapun makna Bhinneka Tunggal Ika adalah meskipun berbeda-beda tetapi
pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk
menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.
Bhinneka Tunggal Ika sebagai jati diri bangsa sudah ada jauh sebelum Indonesia merdeka yaitu
sejak zaman majapahit. Bhinneka Tunggal Ika adalah moto atau semboyan Indonesia. Frasa ini
berasal dari bahasa Jawa Kuno dan seringkali diterjemahkan dengan kalimat “Berbeda-beda
tetapi tetap satu”. Kalimat ini merupakan kutipan dari falsafah nusantara kakawin Jawa Kuno
yaitu kakawin Sutasoma, karangan Mpu Tantular semasa kerajaan Majapahit sekitar abad ke-14.
Kalimat ini juga sudah dipakai sebagai motto pemersatu Nusantara, yang diikrarkan oleh Patih
Gajah Mada.

1.2 Keberagaman dalam Bingkai Bhineka Tunggal Ika


a. Kebhinnekaan Bangsa Indonesia
1) Kebhinnekaan Mata Pencaharian
Indonesia merupakan negara kepulauan dan memiliki kondisi alam yang berbeda-beda, seperti
dataran tinggi/pegunungan maupun dataran rendah/pantai sehingga masyarakat yang tinggal
didaerah tersebut harus menyesuaikan cara hidupnya dengan alam disekitarnya. Kondisi alam
juga mengakibatkan perbedaan mata pencaharian ada yang sebagai petani, nelayan, pedagang
pegawai, peternak dan lain-lain sehingga kebhinnekaan mata pencaharian tersebut dapat
menjalin persatuan karena saling membutuhkan.

2) Kebhinnekaan ras
Letak Indonesia sangat strategis sehingga Indonesia menjadi tempat persilangan jalur
perdagangan. Banyaknya kaum pendatang ke Indonesia mengakibatkan terjadinya akulturasi
baik pada ras, agama, kesenian maupun budaya. Ras di Indonesia terdiri dari Papua Melanesoid
yang berdiam di Pulau Papua, dengan ciri fisik rambut keriting, bibir tebal dan kulit hitam. Ras
weddoid dengan jumlah yang relatif sedikit, seperti orang Kubu, Sakai, Mentawai, Enggano dan
Tomuna dengan ciri-ciri fisik, perawakan kecil, kulit sawo matang dan rambut berombak. Selain
itu ada Ras Malayan Mongoloid berdiam di sebagian besar kepulauan Indonesia, khususnya di
Kepulauan Sumatera dan Jawa dengan ciri-ciri rambut ikal atau lurus, muka agak bulat, kulit
putih sampai sawo matang. Kebhinnekaan tersebut tidak mengurangi persatuan dan kesatuan
karena tiap ras saling menghormati dan tidak menganggap ras nya paling unggul. Kebhinnekaan
Suku Bangsa Indonesia merupakan negara kepulauan yang dipisahkan oleh perairan. Pulau-pulau
terisolasi dan tidak saling berhubungan. Akibatnya setiap pulau/wilayah memiliki keunikan
tersendiri baik dari segi budaya, adat istiadat, kesenian, maupun bahasa. Adanya kebhinnekaan
tersebut menjadikan Indonesia sangat kaya. Walaupun berbeda tetapi tetap menjunjung tinggi
persatuan dan kesatuan. Terbukti dengan menempatkan bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi
dan persatuan

3) Kebhinnekaan agama

Masuknya kaum pendatang baik yang berniat untuk berdagang maupun menjajah membawa misi
penyebaran agama yang mengakibatkan kebhinnekaan agama di Indonesia. Ada agama Islam,
Kristen Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu serta aliran kepercayaan. KeBhinnekaan
agama sangat rentan akan konflik, tetapi dengan semangat persatuan dan semboyan Bhinneka
tunggal ika konflik tersebut dapat dikurangi dengan cara saling toleransi antar umat beragama.
Setiap agama tidak mengajarkan untuk menganggap agamanya yang paling benar tetapi saling
menghormati dan menghargai perbedaan sehingga dapat hidup rukun saling berdampingan dan
tolong menolong di masyarakat.

4) Kebhinnekaan Budaya

Budaya adalah keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar. Budaya memiliki
tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku
SDM kearah yang lebih baik. Masuknya kaum pendatang juga mengakibatkan kebhinnekaan
budaya di Indonesia sehingga budaya tradisional berubah menjadi budaya yang modern tanpa
menghilangkan budaya asli Indonesia sendiri seperti budaya sopan santun, kekeluargaan dan
gotong royong. Budaya tradisional dan modern hidup berdampingan di masyarakat tanpa saling
merendahkan satu sama lain.

5) Gender/jenis kelamin
Perbedaan jenis kelamin adalah sesuatu yang sangat alami, tidak menunjukkan adanya tingkatan.
Anggapan kuat bagi laki-laki dan lemah bagi perempuan, adalah tidak benar. Masing-masing
mempunyai peran dan tanggungjawab yang saling membutuhkan dan melengkapi. Zaman dahulu
kaum perempuan tidak diberi kesempatan yang sama untuk mengembangkan potensinya dan
seringkali tugasnya dibatasi hanya sekitar rumah saja. Pekerjaan rumah yang itu-itu saja,
dianggap tidak banyak menuntut kreativitas, kecerdasan dan wawasan yang luas, sehingga
perempuan dianggap lebih bodoh dan tidak terampil. Sekarang ini perempuan mempunyai
kesempatan yang sama untuk sekolah, mengembangkan bakat dan kemampuannya. Banyak
kaum wanita yang menduduki posisi penting dalam jabatan publik.

b. Makna Bhinneka Tunggal Ika bagi bangsa dan negara

Walaupun bangsa kita berbeda dan beragam dalam hal suku bangsa, mata pencaharian, bahasa
daerah, agama dan kepercayaan terhadap Tuhan YME, ras/keturunan serta gender tetapi harus
tetap berada dalam satu kesatuan yang utuh dan tidak terpisahkan dalam bingkai Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Kita harus dapat
menerapkan persatuan dalam kehidupan sehari-hari yaitu hidup saling menghargai antara
masyarakat yang satu dengan yang lainnya tanpa memandang suku bangsa, agama, bahasa, adat
istiadat, warna kulit dan lain-lain. tanpa adanya kesadaran sikap untuk menjaga Bhinneka
Tunggal Ika akan terjadi berbagai kekacauan di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang
setiap orang akan hanya mementingkan dirinya sendiri atau daerahnya sendiri tanpa perduli
kepentingan bersama. Bila hal tersebut terjadi di negara kita ini akan terpecah belah, oleh sebab
itu marilah kita jaga Bhinneka Tunggal Ika dengan sebaik-baiknya agar persatuan bangsa dan
negara Indonesia tetap terjaga dan kita pun haruslah sadar bahwa menyatukan bangsa ini
memerlukan perjuangan yang panjang yang dilakukan oleh para pendahulu kita dalam
menyatukan wilayah Republik Indonesia menjadi negara kesatuan.

BhinnekaTunggal Ika memiliki konsep landasan multikulturalisme. Multikulturalisme secara


sederhana dapat dikatakan pengakuan atas pluralisme budaya. Pluralisme budaya bukanlah
sesuatu yang given tetapi merupakan suatu proses internalisasi nilai-nilai didalam suatu
komunitas. (Tilaar, 2004)
Akar kata multikulturalisme adalah kebudayaan. Konsep kebudayaan sendiri asalnya dari bahasa
Sansekerta, kata buddhayah, adalah bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”
(Soerjono Soekanto, 1990). Oleh karena itu, kebudayaan dapat diartikan sebagai “hal-hal yang
bersangkutan dengan budi dan akal”.
Multikulturalisme memiliki sebuah ideologi dan sebuah alat atau wahana untuk meningkatkan
derajat manusia, maka konsep kebudayaan harus dilihat dalam perspektif fungsinya bagi
kehidupan manusia. Sebagai sebuah ide atau ideologi, multikulturalisme terserap dalam berbagai
interaksi yang ada dalam berbagai struktur kegiatan kehidupan manusia yang tercakup dalam
kehidupan sosial, kehidupan ekonomi dan bisnis, kehidupan politik, dan berbagai kegiatan
lainnya dalam masyarakat yang bersangkutan.
Bhinneka Tunggal Ika berisi konsep multikulturalistik dalam kehidupan yang terikat dalam suatu
kesatuan. Prinsip multikulturalistik adalah asas yang mengakui adanya kemajemukan bangsa
dilihat dari segi agama, keyakinan, suku bangsa, adat budaya, keadaan daerah, dan ras.
Kemajemukan tersebut dihormati dan dihargai serta didudukkan dalam suatu prinsip yang dapat
mengikat keanekaragaman tersebut dalam kesatuan yang kokoh. Kemajemukan bukan
dikembangkan dan didorong menjadi faktor pemecah bangsa, tetapi merupakan kekuatan yang
dimiliki oleh masing-masing komponen bangsa, untuk selanjutnya diikat secara sinergik menjadi
kekuatan yang luar biasa untuk dimanfaatkan dalam menghadapi segala tantangan dan persoalan
bangsa.

• Berikut ini berbagai penyakit budaya yang dapat merusak persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia.

1. Prasangka

Prasangka adalah sikap yang bisa positif maupun negatif berdasarkan keyakinan stereotip atau
pemberian label kita tentang anggota dari kelompok tertentu. Prasangka meliputi keyakinan
untuk menggambarkan jenis pembedaan terhadap orang lain sesuai dengan peringkat nilai yang
kita berikan. Prasangka yang berbasis ras kita sebut rasisme, sedangkan yang berbasis etnis
disebut etnisisme. Sementara itu John (1981) menyatakan bahwa prasangka adalah sikap antipati
yang berlandaskan pada cara menggeneralisasi yang salah dan tidak fleksibel. Kesalahan ini
mungkin saja diungkapkan secara langsung kepada orang yang menjadi anggota kelompok
tertentu. Prasangka merupakan sikap negatif yang diarahkan kepada seseorang atas dasar
perbandingan dengan kelompoknya sendiri. Jadi prasangka merupakan salah satu rintangan atau
hambatan bagi kegiatan komunikasi karena orang yang berprasangka sudah bersikap curiga dan
menentang komunikator yang melancarkan komunikasi. Dalam prasangka, emosi memaksa kita
untuk menarik kesimpulan atas dasar prasangka buruk tanpa memakai pikiran dan pandangan
kita terhadap fakta yang nyata. Karena itu, bila prasangka sudah menghinggapi seseorang, orang
tidak dapat berpikir logis dan objektif dan segala apa yang dilihatnya akan dinilai secara negatif
(Dalam Sutarno, 2008: 4-12).
2. Stereotipe
Stereotip yaitu pemberian sifat tertentu terhadap seseorang berdasarkan kategori yang bersifat
subyektif, hanya karena dia berasal dari kelompok yang lain. Pemberian sifat itu bisa sifat positif
maupun negatif (Sutarno, 2008:4-12). Allan G. Johnson (1986) menegaskan bahwa stereotipe
adalah keyakinan seseorang untuk menggeneralisasikan sifat-sifat tertentu yang cenderung
negatif tentang orang lain karena dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman tertentu.
Keyakinan ini menimbulkan penilaian yang cenderung negatif atau bahkan merendahkan
kelompok lain. Ada kecenderungan untuk memberi “label” atau cap tertentu pada kelompok
tertentu dan yang termasuk problem yang perlu diatasi adalah stereotip yang negatif atau
memandang rendah kelompok lain (Sutarno, 2008: 4-12).

3. Etnosentrisme

Etnosentrisme yaitu paham yang berpandangan bahwa manusia pada dasarnya individualistis
yang cenderung mementingkan diri sendiri, namun karena harus berhubungan dengan manusia
lain, maka terbentuklah sifat hubungan yang antagonistik (pertentangan). Supaya pertentangan
itu dapat dicegah, perlu ada folkways (adat kebiasaan) yang bersumber pada pola-pola tertentu.
Mereka yang mempunyai folkways yang sama cenderung berkelompok dalam suatu kelompok
yang disebut etnis. Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk menetapkan semua norma dan
nilai budaya orang lain dengan standar budayanya sendiri (Sutarno, 2008:4-10)

4. Rasisme
Rasisme yaitu suatu sistem kepercayaan atau doktrin yang menyatakan bahwa perbedaan
biologis yang melekat pada ras manusia menentukan pencapaian budaya atau individu – bahwa
suatu ras tertentu lebih superior dan memiliki hak untuk mengatur ras yang lainnya (Sutarno,
2008: 4-10). Kata ras berasal dari bahasa Perancis dan Italia “razza”. Pertama kali istilah ras
diperkenalkan Franqois Bernier, antropolog Perancis, untuk mengemukakan gagasan tentang
pembedaan manusia berdasarkan kategori atau karakteristik warna kulit dan bentuk wajah.
Setelah itu, orang menetapkan hierarki manusia berdasarkan karakteristik fisik atas orang Eropa
berkulit putih yang diasumsikan sebagai warga masyarakat kelas atas yang berbeda dengan orang
Afrika yang berkulit hitam sebagai warga kelas dua. Atau ada ideologi rasial yang berpandangan
bahwa orang kulit putih mempunyai misi suci untuk menyelamatkan orang kulit hitam yang
dianggap sangat primitif. Hal tersebut berpengaruh terhadap stratifikasi dalam berbagai bidang
seperti bidang sosial, ekonomi, politik, dimana orang kulit hitam merupakan subordinasi orang
kulit putih. Ras sebagai konsep secara ilmiah digunakan bagi “penggolongan manusia” oleh
Buffon, anthropolog Perancis, untuk menerangkan penduduk berdasarkan pembedaan biologis
sebagai parameter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada ras yang benar-benar murni
lagi. Secara biologis, konsep ras terkait dengan pemberian karakteristik seseorang atau
sekelompok orang ke dalam kelompok tertentu yang secara genetik memiliki kesamaan fisik
seperti warna kulit, mata, rambut, hidung, atau potongan wajah. Pembedaan seperti itu hanya
mewakili faktor tampilan luar. Karena tidak ada ras yang benar-benar murni, maka konsep
tentang ras seringkali merupakan kategori yang bersifat non-biologis. Ras hanya merupakan
konstruksi ideologi yang menggambarkan gagasan rasis. Secara kultural, Carus menghubungkan
ciri ras dengan kondisi kultural. Ada empat jenis ras: Eropah, Afrika, Mongol dan Amerika yang
berturut-turut mencerminkan siang hari (terang), malam hari (gelap), cerah pagi (kuning) dan
sore (senja) yang merah. (Sutarno, 2008:4-11). Namun konsep ras yang kita kenal lebih
mengarah pada konsep kultural dan kategori sosial tertentu yang dikenakan pada kategori
biologis.

 Diskriminasi.
Diskriminasi merupakan tindakan yang membeda-bedakan dan kurang bersahabat
dari kelompok dominan terhadap kelompok subordinasinya. Jika prasangka lebih
mengarah pada sikap dan keyakinan, maka diskriminasi tertuju pada tindakan.
Tindakan diskriminasi biasanya dilakukan oleh orang yang memiliki prasangka kuat
akibat tekanan tertentu, misalnya tekanan budaya, adat istiadat, kebiasaan, atau
hukum. Ada hubungan antara prasangka dan diskriminasi yang saling menguatkan,
selama ada prasangka, di sana ada diskriminasi. Jika prasangka dipandang sebagai
keyakinan atau ideologi, maka diskriminasi adalah terapan keyakinan atau ideologi.

Apabila sikap-sikap negatif atau penyakit budaya itu sangat rawan terjadi pada negara kita yang
bersifat multikulturalisme, yang jika tidak diikat oleh nilai Pancasila yang berasaskan Bhineka
Tunggal Ika, akan menimbulkan perpecahan yang sangat merugikan persatuan dan kesatuan
bangsa dan negara.

Prinsip Bhinneka Tunggal Ika mendukung nilai-nilai seperti : inklusif, terbuka, damai dan
kebersamaan, kesetaraan, toleransi, musyawarah disertai dengan penghargaan terhadap pihak
lain yang berbeda. Sejalan dengan prinsip, berikut ini adalah langkah-langkah untuk
mengimplementasikan konsep Bhinneka Tunggal Ika sebagai landasan multikulturalisme untuk
mewujudkan persatuan bangsa:

1) Perilaku inklusif.

Di depan telah dikemukakan bahwa salah satu prinsip yang terkandung dalam Bhinneka Tunggal
Ika adalah sikap inklusif. Dalam kehidupan bersama yang menerapkan semboyan Bhinneka
Tunggal Ika memandang bahwa dirinya, baik itu sebagai individu atau kelompok masyarakat
merasa dirinya hanya merupakan sebagian dari kesatuan dari masyarakat yang lebih luas. Betapa
besar dan penting kelompoknya dalam kehidupan bersama, tidak memandang rendah dan
menyepelekan kelompok yang lain. Masing-masing memiliki peran yang tidak dapat diabaikan,
dan bermakna bagi kehidupan bersama.

2) Sikap rukun dan damai

Sikap toleransi, saling hormat menghormati, mendudukkan masing-masing pihak sesuai dengan
peran, harkat dan martabatnya secara tepat, tidak memandang remeh pada pihak lain, apalagi
menghapus eksistensi kelompok dari kehidupan bersama, merupakan syarat bagi lestarinya
negara-bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Kerukunan hidup perlu dikembangkan dengan sebaik-
baiknya, agar mewujudkan kedamaian dan rasa aman.
3) Musyawarah untuk mencapai mufakat
Dalam rangka membentuk kesatuan dalam keanekaragaman diterapkan pendekatan
“musyawarah untuk mencapai mufakat.” Bukan pendapat sendiri yang harus dijadikan
kesepakatan bersama, tetapi common denominator, yakni inti kesamaan yang dipilih sebagai
kesepakatan bersama. Hal ini hanya akan tercapai dengan proses musyawarah untuk mencapai
mufakat. Dengan cara ini segala gagasan yang timbul diakomodasi dalam kesepakatan. Tidak
ada yang menang tidak ada yang kalah. Inilah yang biasa disebut sebagai win win solution.
4) Sikap kasih sayang dan rela berkorban
Dalam menerapkan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara perlu
dilandasi oleh rasa kasih sayang. Saling curiga mencurigai harus dibuang jauh-jauh. Saling
percaya mempercayai harus dikembangkan, iri hati, dengki harus dibuang dari kamus Bhinneka
Tunggal Ika. Eksistensi kita di dunia adalah untuk memberikan pelayanan kepada pihak lain,
dilandasi oleh tanpa pamrih pribadi dan golongan, disertai dengan pengorbanan. Bila setiap
warga negara memahami makna Bhinneka Tunggal Ika, meyakini akan ketepatannya bagi
landasan kehidupan berbangsa dan bernegara yang multikulturalisme, serta mau dan mampu
mengimplementasikan secara tepat dan benar, maka Negara Indonesia akan tetap kokoh dan
bersatu selamanya. Seperti pepatah yang mengatakan “Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh.”

1.3 Harmonisasi dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika


Konsep harmoni berasal dari bahasa Yunani dari kata harmonia yang berarti terikat secara serasi.
Jika dianalogikan dengan musik, harmoni merupakan keselarasan nada saat dilantunkan secara
bersamaan sehingga merdu saat didengar. Harmoni sosial dapat dimaknai sebagai sebuah
keadaan masyarakat yang anggotanya saling berhubungan secara baik dan saling menghargai
satu sama lain, sejalan dan serasi dengan tujuan masyarakatnya.Harmoni sosial suatu keadaan
keseimbangan dalam sebuah kehidupan, Keharmonisan akan terwujud jika didalamnya ada sikap
saling menghargai dan menyayangi antaranggota keluarga atau masyarakat. Harmoni sosial tidak
akan pernah tercapai ketika tidak tercipta kehidupan yang damai serta saling menghargai dari
setiap anggota masyarakat yang tinggal bersama dan memiliki perbedaan

a . Prinsip-Prinsip Harmoni dalam Keberagaman Sosial

Harmoni dalam perbedaan adalah sebuah harapan dalam setiap kehidupan keberagaman
masyarakat yang harus dipandang secara optimis untuk merealisasikan hal tersebut. Harmoni
sosial adalah suatu keniscayaan. Justifikasi sebuah kebenaran atau keyakinan suatu kelompok
dapat diredam jika melihat betapa pentingnya kesatuan dalam keharmonisan. Oleh karena itu,
ada beberapa prinsip yang harus dijaga agar harmoni tetap lestari. Prinsip-prinsip tersebut antara
lain:
1. Mengedepankan semangat egalitarianisme atau kesetaraan

2. Saling pengertian antara sesama anggota masyaraka

3. Mengutamakan toleransi yang tinggi


4. Mengutamakan kerjasama antara sesama anggota masyarakat

5. Menjunjung tinggi keterbukaan

6. Penghargaan kepada orang berdasarkan prestasi, bukan prestise seperti keturunan


kesukuan, ras, dan lain-lain.

b. Penerapan Prinsip Harmoni Sosial

Harmoni sosial di Indonesia ibarat taman raksasa yang penuh warna-warni bunga yang enak
dipandang mata. Indonesia bisa menjadi alunan orkestra yang terdiri banyak instrumen musik
tetapi enak didengar. Itulah harmoni dalam keberagaman.

Untuk mewujudkan kondisi di atas, Cadman (2017) menyarankan agar harmoni sosial harus
dilandasi oleh rasa cinta dan kasih sayang terhadap diri sendiri dan orang lain (others).
Kondisi ini harus dihadirkan tanpa henti dengan memperhatikan beberapa hal berikut.
1. Aturan yang proporsional dan seimbang

2. Jalinan hubungan antarbagian masyarakat secara menyeluruh Menghormati segala


perbedaan dan berbagai ekspresi budaya.

3. Berperilaku secara benar, adil dan sesuai aturan.


4. Selalu dilandasi dengan cinta dan kasih sayang
5. Membangun kolaborasi dalam setiap komunitas.

Selain menjaga harmoni sosial, hal lain yang tak boleh dilupakan untuk diperhatikan pada era
digital dewasa ini adalah pemahaman dan kesadaran seluruh komponen bangsa dalam bela
negara.

Prinsip merupakan kaidah atau ketentuan dasar yang harus dipegang dan ditaati. Harmoni
keberagaman merupakan rangkaian kehidupan yang selaras, serasi, dan seimbang dalam
masyarakat yang beragam. Dengan demikian prinsip harmoni di tengah Keberagaman dalam
bingkai Bhinneka Tunggal Ika merupakan kaidah dasar yang harus ada dan ditaati
masyarakat Indonesia untuk menciptakan kehidupan yang selaras, serasi, dan seimbang. Ada
beberapa prinsip harmoni di tengah keberagaman dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika
antara lain:

a. Kesetaraan
Kesetaraan bermakna bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki tingkat atau kedudukan
yang sama. Tingkatan atau kedudukan tersebut bersumber dari pandangan bahwa semua manusia
diciptakan dengan kedudukan yang sama. Dengan identitas pluralis dan multikulturalis,
bangunan interaksi dan relasi antarmanusia Indonesia akan bersifat setara. Paham kesetaraan
akan menandai cara berfikir dan berperilaku bangsa Indonesia. Apabila setiap orang Indonesia
berdiri di atas realitas bangsanya yang plural dan multikultural itu. Prinsip kesetaraan perlu
diterapkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Kemajemukan dalam masyarakat sangat
rentan terhadap perpecahan jika prinsip kesetaraan tidak diterapkan dalam masyarakat.
Penerapan prinsip kesetaraan tersebut bertujuan untuk menciptakan kehidupan harmonis dalam
masyarakat Indonesia yang beragam.

b. Saling pengertian

Pengertian merupakan refleksi dan realisasi kesadaran akan fakta nyata kehidupan yang tidak
selalu sama dan tidak pernah sempurna. Di dalamnya terdapat ketulusan, kesiapan, dan ketegaran
untuk menerima kekurangan sekaligus mensyukuri kelebihan diri sendiri maupun orang lain.
Pengertian merupakan tindak lanjut dari rasa menghargai. Dengan menghargai maka bisa
mengerti dan menerima perbedaan sebagai sebuah warna kehidupan. Agar dapat
mengimplementasikan saling pengertian sehingga bisa mewujudkan harmoni di tengah
keberagaman maka ada beberapa perilaku yang bisa dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari
antara lain:

● Bersikap positif dan menghindari prasangka buruk

● Menghindari sikap menonjolkan diri dan merendahkan orang lain

● Introspeksi diri dan tidak cepat menghakimi orang lain

● Meningkatkan kepekaan diri

● Bersikap sabar, tulus, toleran, dan tegas

c. Toleransi

Sikap toleransi berarti menahan diri, bersikap sabar, membiarkan orang berpendapat lain, dan
berhati lapang terhadap orang-orang yang memiliki pendapat berbeda. Toleransi didasarkan
sikap hormat terhadap martabat manusia, hati nurani, keyakinan, serta keikhlasan terhadap
perbedaan.

d. Kerja sama

Prinsip kerja sama dalam berbangsa dan bernegara pada dasarnya merupakan sebuah perwujudan
bentuk kerja sama dalam bidang-bidang tertentu yang dilembagakan. Hal ini menyebabkan setiap
orang dan organisasi yang tergabung dalam kerja sama akan ikut tunduk dan patuh pada aturan
yang berlaku. Kerja sama dalam berbagai bidang kehidupan antara lain di bidang agama, sosial,
politik, ekonomi serta pertahanan keamanan.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Peran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam mengatasi


keberagaman dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan memiliki peran yang sangat vital dan strategis
dalam membentuk karakter bangsa, mulai dari nilai, moral, pengetahuan dan lain sebagainya.
Undang-Undang Negara Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyebutkan bahwa salah satu mata pelajaran wajib yang dimuat dalam kurikulum
pendidikan menengah dan tinggi adalah Pendidikan Kewarganegaraan. Penjelasan pasal tersebut
mengenai Pendidikan Kewarganegaraan yaitu Pendidikan Kewarganegaraan yang dimaksud
adalah untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan
cinta tanah air. Pada zaman milenium ini, internet merupakan pintu utama masuk dan keluarnya
berbagai macam informasi, mulai dari informasi yang bermanfaat hingga informasi provokator
yang dapat mengancam keamanan dan pertahanan nasional. Masyarakat mengakses internet
untuk kegiatan bekerja sampai dengan mengurus rumah tangga. Oleh sebab itu, mudah sekali
informasi tersebar secara merata ke seluruh pelosok penjuru negeri. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan juga menjadi salah satu kunci dalam menghadapi fenomena revolusi informasi
yang saat ini banyak sekali terjadi penyimpangannya. Sebagai salah satu pendidikan moral,
PPKn bertugas menjadikan individu memiliki moral yang baik yang dapat membedakan mana
yang baik dan mana yang buruk, sebagai pendidikan bela negara, PPKn juga berfungsi
menanamkan rasa cinta tanah air kepada setiap individu di Indonesia. Dalam sebuah interaksi,
yang harus dimiliki oleh seluruh masyarakat Indonesia dalam rangka menjaga keutuhan dan
persatuan bangsa adalah toleransi, seperti halnya semboyan persatuan negara Indonesia yakni

"Bhinneka Tunggal Ika‟ yang memiliki arti berbeda-beda tetapi tetap satu jua, merupakan
sebuah fakta penguat bahwa toleransi harus ada dalam langkah kehidupan bangsa Indonesia.
Toleransi adalah sebuah sikap saling menghargai setiap perbedaan yang ada di setiap suku, ras,
bangsa, agama dan sebagainya. Dengan percaya dan melihat secara langsung bahwa perbedaan
itu memang ada dan bukan merupakan sesuatu yang buruk maka toleransi harus selalu terjaga
demi menjamin terlaksanakan kehidupan yang aman dan damai di tengah keberagaman suku,
agama, ras dan antargolongan bangsa Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika akan menjadi sebuah
upaya yang dapat mewujudkan sebuah persatuan yang ada pada masyarakat Indonesia yang
heterogen. Pancasila sebagai dasar falsafah negara didukung oleh Bhinneka Tunggal Ika sebagai
semboyan yang mendukung terciptanya sebuah persatuan ditengah perbedaan yang ada. Pemisah
antara bangsa Indonesia, laut yang terbentang luas justru merupakan sebuah media untuk
pemersatu bangsa, dengan melintasi laut dapat kita jumpai saudara kita dari wilayah yang
berbeda. Sebuah persatuan dapat terjalin dalam bangsa yang heterogen dengan adanya semangat
persatuan dan kesadaran akan indahnya sebuah perbedaan, dengan hal tersebut yang merupakan
implementasi dari semboyan Bhinneka Tunggal Ika (Tjarsono, 2013).

Dalam hal menciptakan sebuah pemahaman toleransi akan keberagaman dalam bingkai
Bhinneka Tunggal Ika merupakan tugas mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan dalam menyampaikan dan memberikan wawasan (cara pandang) kepada siswa
untuk memiliki sikap toleransi yang sangat dibutuhkan dan menjadi urgensi saat ini.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan menjadi basis pendidikan yang mengarahkan siswa
untuk mempelajari dan menerapkan kewajiban dan haknya sebagai masyarakat Indonesia yang
baik dan sebagai masyarakat yang menjalankan kebijakan pemerintah berdasarkan dasar hukum
Indonesia. Pendidikan Pancasila menekankan pada civic knowledge, civic skills, dan civic
disposition dengan menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam bentuk pengembangan sikap yang
harus diimplementasikan dalam kehidupan seharihari, karena Pendidikan Kewarganegaraan
diharapkan tidak hanya menjadi mata pelajaran yang mengajarkan siswa untuk menjadi warga
negara yang baik melainkan mampu mengelaborasikan nilai dan diharapkan mampu untuk
menjadi solusi untuk menghadapi masalah sosial di masa depan (Japar, 2018).

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang mampu
menjadi solusi untuk menghadapi masalah sosial di masa depan dan menciptakan implementasi
yang baik dalam kehidupan peserta didik dibutuhkan sebuah media yang menarik dan interaktif.
Karena dengan menggunakan media yang interaktif dan menarik mampu membangkitkan
semangat dan motivasi belajar peserta didik dalam memahami materi yang sedang dibahas.
Media sangat penting karena merupakan sebuah moda untuk menyampaikan pesan dan materi
yang sedang disampaikan, merangsang cara berpikir peserta didik, dan meningkatkan
kemampuan dan mempermudah proses penyampaian materi mata pelajaran Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi. 2013. Pengertian Metode Pembelajaran, Macam-macam, Syarat dan Faktor yang
Mempengaruhi Metode Pembelajaran.
(http://20316702.siapsekolah.com/2013/11/18/pengertian-metode-pembelajaran-macam-
macamsyarat-dan-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-metode-pembelajaran/) Diakses tanggal 2
November 2013 jam 12.05 WIB
Ariadi, Fungki. 2012. Macam-macam Pendidikan. (http://Fungkiariadi/2012/macam-macam-
pendidikan/). diakses pada tanggal 2 November 2013 pukul 13. 00 WIB
Arsyad, Azhar. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Bakharuddin.
2012. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran. (http://www.
bakharuddin.net/2012/08/fungsi-dan-manfaat-media-pembelajaran.html). diaskes pada
tanggal 2 November 2013 pukul 13.00 WIB

Daryono,dkk. 2011. Pengantar Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta: Rineka Cipta.


Departemen Pendidikan Nasional. 2009.
Departemen Pendidikan Nasional Dimyati dan Mudjiono.1999 . Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Anwar Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai