Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

BHINNEKA TUNGGAL IKA


Di Susun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pancasila
Dosen Pengampu : Achmad Muthali’in, Drs. M.Si

PENDIDIKAN PANCASILA DAN


KEWARGANEGARAAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
MAKALAH
URGENSI DAN RELEVANSI PEMAHAMAN
BHINNEKA TUNGGAL IKA BAGI MAHASISWA
PRODI PPKn / CALON GURU PPKN

ANGGARA RENGGANIS (A220150049)


JUDUL :
“Urgensi Implementasi Bhinneka Tunggal Ika Pada
Sistem Pengajaran Calon Guru PPKn”
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang

sejak dulu, mulai zaman kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit, sampai datangnya

bangsa-bangsa lain untuk menguasai bangsa Indonesia. Beratus-ratus tahun Indonesia

berjuang untuk mencari jati dirinya sebagai suatu bangsa yang merdeka dan mandiri.

Setelah melalui proses yang sangat panjang untuk mencari jati dirinya, bangsa

Indonesia yang didalamnya tersimpul ciri khas, sifat, dan karakter bangsa, yang

berbeda dengan bangsa lain, yang oleh para pendiri bangsanya merumuskan dalam

suatu rumusan yang sederhana namun mendalam, yang meliputi lima prinsip (lima

sila) yang kemudian disepakati bersama diberi nama Pancasila.

Dalam hidup berbangsa dan bernegara dewasa ini terutama dalam masa

reformasi, bangsa Indonesia sebagai bangsa harus memiliki visi serta pandangan hidup

yang kuat agar tidak terombang-ambing di tengah masyarakat Internasional. Dengan

kata lain, bangsa Indonesia harus memilki rasa nasionalisme kebangsaan yang kokoh,

demi tercapainya ketahanan negara dari pihak luar. Selain hal tersebut, bangsa

Indonesia harus tetap mewaspadai ketahanan negeranya dari pihak dalam, agar tidak

terpecah-belah dalam menjaga jati dirinya sebagai suatu bangsa yang memiliki aset

berharga dalam keberagaman budaya, dalam kata lain harus menciptakan dan

memperkuat rasa persatuan dan kesatuan yang utuh.

Bhineka Tunggal Ika merupakan semboyan negara Indonesia sebagai dasar

untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan Indonesia, dimana kita harus dapat

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari yaitu hidup saling menghargai antara

masyarakat yang satu dengan yang lainnya tanpa memandang suku bangsa, agama,

bahasa, adat istiadat, warna kulit dan lain-lain. Oleh karena itu, sebagai warga Negara
yang baik seharusnya kita menjaga Bhineka Tunggal Ika dengan sebaik-baiknya agar

persatuan bangsa dan negara Indonesia tetap terjaga dan kita pun harus sadar bahwa

menyatukan bangsa ini memerlukan perjuangan yang panjang yang dilakukan oleh

para pendahulu kita dalam menyatukan wilayah republik Indonesia menjadi negara

kesatuan.

Oleh karena itu, disini akan dijelaskan mengenai lunturnya bhineka tunggal

ika supaya kita sebagai warga Negara mengetahui hal-hal apa saja yang menyebabkan

lunturnya makna Bhineka Tunggal Ika.

Indonesia juga merupakan negara yang mempunyai penduduk yang ramah dan

santun, serta negara yang banyak budaya serta beragaman suku. Kebergaman itulah

yang menjadikan nilai plus bagi bangsa indonesia, dan akan tetapi jika keberagaman

itu tidak ditata dengan baik maka akan menjadi hal yang negatif bagi bangsa Indonesia

itu sendiri. Maka dengan itulah dituliskan semboyan Bangsa Indonesia dalam

menghadapi keberagaman tersebut. Semboyan tersebut berbunyi “Bhinneka Tunggal

Ika” yang terdapat pada lambang negara Indonesia yaitu grauda Pancasila, diharapkan

semboyan ini menjadi alat pemersatu bangsa Indonesia dalam mempertahankan

kedaulatannya dan keutuhannya, serta tetap menjadikan negara Indonesia sebagi

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang akhirnya akan sesuai dengan cita –

cita bangsa Indonesia itu sendiri.

Rumusan Masalah

a. Mengapa Urgensi Implementasi Bhinneka Tunggal Ika pada sistem pengajaran

penting bagi calon guru PPKn?


B. BHINNEKA TUNGGAL IKA

1. Pengertian, dan makna Bhinneka Tunggal Ika

Berdasarkan Wikipedia Bahasa Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika adalah moto

atau semboyan Indonesia. Frasa ini berasal dari bahasa Jawa Kuna dan seringkali

diterjemahkan dengan kalimat “Berbeda-beda tetapi tetap satu”. Jika diterjemahkan

per patah kata, kata bhinneka berarti "beraneka ragam" atau berbeda-beda.

Kata neka dalam bahasa Sanskerta berarti "macam" dan menjadi pembentuk kata

"aneka" dalam Bahasa Indonesia. Kata tunggal berarti "satu". Kataika berarti "itu".

Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan "Beraneka Satu Itu", yang

bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap

adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan

kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka

ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.

Secara harfiah pengertian Bhinneka Tunggal Ika adalah Berbeda-beda tetapi

Satu Itu.  Adapun makna Bhinneka Tunggal Ika  adalah  meskipun berbeda-beda

tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan. Semboyan ini

digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara

Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah,

ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.

Dan makna Bhinneka Tunggal Ika Bhinneka Tunggal Ika merupakan

semboyan negara Indonesia sebagai dasar untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan

Indonesia,dimana kita haruslah dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari

yaitu hidup saling menghargai antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya tanpa

memandang suku bangsa, agama, bahasa, adat istiadat, warna kulit dan lain-

lain.Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beribu-ribu pulau


dimana setiap daerah memiliki adat istiadat, bahasa, aturan, kebiasaan dan lain-lain

yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya tanpa adanya kesadaran sikap

untuk menjaga Bhinneka Tunggal Ika pastinya akan terjadi berbagai kekacauan di

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dimana setiap orang akan hanya

mementingkan dirinya sendiri atau daerahnya sendiri tanpa perduli kepentngan

bersama. Bila hal tersebut terjadi pastinya negara kita ini akan terpecah belah.

2. Dasar Hukum Bhinneka Tunggal Ika Sebagai Semboyan Negara

Dalam hubungan dengan lambang negara Negara Garuda Pancasila yang

didalamnya terdapat seloka Bhinneka Tunggal Ika telah diatur dalam Undang –

Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Dalam Pasal 36A disebutkan

bahwa Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal

Ika. Pasal tersebut merupakan dasar yuridis konstitusional sekaligus merupakan

pengakuan dan penegasan secara yuridis formal dan resmi oleh Negara tentang

pengakuan simbol – simbol tersebut sebagai jati diri bangsa dan dari identitas Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

3. Penjabaran Konsep Bhinneka Tunggal Ika sebagai Semboyan Negara

Bhineka Tunggal Ika merupakan semboyan negara Indonesia sebagai dasar

untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan Indonesia,dimana kita haruslah dapat

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari yaitu hidup saling menghargai antara

masyarakat yang satu dengan yang lainnya tanpa memandang suku

bangsa,agama,bahasa,adat istiadat,warna kulit dan lain-lain.Indonesia merupakan

negara kepulauan yang terdiri dari beribu-ribu pulau dimana setiap daerah memiliki

adat istiadat,bahasa,aturan,kebiasaan dan lain-lain yang berbeda antara yang satu

dengan yang lainnya tanpa adanya kesadaran sikap untuk menjaga Bhineka tunggal Ika
pastinya akan terjadi berbagai kekacauan di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

dimana setiap oarng akan hanya mementingkana dirinya sendiri atau daerahnya sendiri

tanpa perduli kepentngan bersama.Bila hal tersebut terjadi pastinya negara kita ini

akan terpecah belah.Oleh sebab itu marilah kita jaga bhineka tunggal ika dengan sebai-

baiknya agar persatuan bangsa dan negara Indonesia tetap terjaga dan kita pun

haruslah sadar bahwa menyatukan bangsa ini memerlukan perjuangan yang panjang

yang dilakukan oleh para pendahulu kita dalam menyatukan wilayah republik

Indonesia menjadi negara kesatuan.

4. Bhinneka Tunggal Ika sebagai Kondisi Objektif Masyarakat Indonesia

Kondisi geografis – ekologis yang membentuk Indonesia sebagai Wilayah

kepulauan yang beriklim tropis dan terletak di persimpangan jalan komunikasi antar

wilayah dunia di Asia Tenggara, ikut mempengaruhi perkembangan kehidupan

geografis, ekonomis, sosial dan kultural Bangsa Indonesia. Selain ini faktor historis

yang dimiliki bangsa Indonesia ikut mempengaruhi proses pembentukan masyarakat

dan bangsa Indonesia beserta identitasnya, melalui interaksi berbagai faktor yang ada

didalamnya. Hasil dari interaksi dari berbagai faktor tersebut melahirkan proses

pembentukan masyarakat, bangsa dan negara, beserta identitasnya yang muncul tatkala

nasionalisme berkembang di Indonesia pada awal abad XX. Sebagaimana dijelaskan di

muka bahwa berdirinya Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan kerajaan lama yang

merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia. Hal ini menunjukan bahwa

bangsa Indonesia terbentuk melalui fase yang cukup panjang serta dalam suatu proses

historis, sehingga membentuk suatu ikatan batin dalam memilih suatu kehidupan dan

cara untuk mencapai tujuan hidup bersama dalam suatu persekutuan hidup yang

disebut bangsa dan Negara Indonesia. Dalam hubungan ini bangsa Indonesia pada

prinsipnya menyadari bahwa elemen elemen masyarakat yang membentuk bangsa


Indonesia ini tersusun atas berbagai macam faktor yang khas, unik, dan berbeda baik

etnis, geografis, kultural, serta ciri primordial lainya.

5. Implementasi Bhinneka Tunggal Ika dalam Kehidupan Masyarakat

Berdasarkan prinsip-prinsip Bhinneka Tunggal Ika di atas, maka prinsip-prinsip

tersebut perlu untuk diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

1. Perilaku inklusif.

Di depan telah dikemukakan bahwa salah satu prinsip yang terkandung dalam

Bhinneka Tunggal Ika adalah sikap inklusif. Dalam kehidupan bersama yang

menerapkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika memandang bahwa dirinya, baik itu

sebagai individu atau kelompok masyarakat merasa dirinya hanya merupakan

sebagian dari kesatuan dari masyarakat yang lebih luas.

2. Mengakomodasi sifat pluralistic

Bangsa Indonesia sangat pluralistik ditinjau dari keragaman agama yang dipeluk

oleh masyarakat, aneka adat budaya yang berkembang di daerah, suku bangsa

dengan bahasanya masing-masing, dan menempati ribuan pulau yang tiada jarang

terpisah demikian jauh pulau yang satu dari pulau yang lain.

3. Tidak mencari menangnya sendiri

Menghormati pendapat pihak lain, dengan tidak beranggapan bahwa

pendapatnya sendiri yang paling benar, dirinya atau kelompoknya yang paling hebat

perlu diatur dalam menerapkan Bhinneka Tunggal Ika. Dapat menerima dan

memberi pendapat merupakan hal yang harus berkembang dalam kehidupan yang

beragam. Perbedaan ini tidak untuk dibesar-besarkan, tetapi dicari titik temu. Bukan

dikembangkan divergensi, tetapi yang harus diusahakan adalah terwujudnya

konvergensi dari berbagai keanekaragaman. Untuk itu perlu dikembangkan

musyawarah untuk mencapai mufakat.


4. Musyawarah untuk mencapai mufakat.

Dalam rangka membentuk kesatuan dalam keanekaragaman diterapkan

pendekatan “musyawa-rah untuk mencapai mufakat.” Bukan pendapat sendiri yang

harus dijadikan kesepakatan bersama, tetapi common denominator, yakni inti

kesamaan yang dipilih sebagai kesepakatan bersama. Hal ini hanya akan tercapai

dengan proses musyawarah untuk mencapai mufakat. Dengan cara ini segala

gagasan yang timbul diakomodasi dalam kesepa-katan. Tidak ada yang menang

tidak ada yang kalah. Inilah yang biasa disebut sebagai win win solution.

5. Dilandasi rasa kasih sayang dan rela berkorban.

Dalam menerapkan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara perlu dilandasi oleh rasa kasih sayang. Saling curiga mencurigai harus

dibuang jauh-jauh. Saling percaya mempercayai harus dikembangkan, iri hati,

dengki harus dibuang dari kamus Bhinneka Tunggal Ika.

Selain dari lima implementasi di atas yang telah dikaitkan dengan prinsip-

prinsip Bhinneka tunggal Ika, terdapat juga beberapa implementasi yang lain,

seperti :

a. Implementasi dalam relasi antar suku bangsa

b. Implementasi dalam relasi negara dan agama


C. CALON GURU PPKn

1. Kompetensi guru PPKn

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik

pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah. Kompetensi guru yang dimaksud adalah seperangkat

pengetahuan, ketrampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan

diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

Standarisasi Kompetensi Guru adalah suatu ukuran yang ditetapkan bagi seorang

guru dalam menguasai seperangkat kemampuan agar berkelayakan menduduki

salah satu jabatan fungsional Guru, sesuai bidang tugas dan jenjang

pendidikannya. Persyaratan dimaksud adalah penguasaan proses belajar mengajar

dan penguasaan pengetahuan. Adapun empat kompetensi guru menurut UU RI

No. 14 Tahun 2005 yaitu :

1. Kompetensi Pedagogik.

2. Kompetensi Kepribadian.

3. Kompetensi Sosial.

4. Kompetensi Profesional.

Menurut Standar Kompetensi Guru Lulusan Program Studi PKn Jenjang S1, Standar

Kompetensi dapat di bagi menjadi 4 yaitu:

a. Penguasaan Bidang Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Penguasaan  substansi  pendidikan kewarganegaraan, penguasaan keterkaitan

konsep ilmu lain dengan pembelajaran kewarganegaraan,penugasan

kemampuan menyesuaikan materi pembelajaran kewarganegaraan dengan


perkembangan siswa, penugasan kemampuan mengelola laboratorium

pendidikan kewarganegaraan.

b. Pemahaman Peserta Didik

Pemahaman karakteristik peserta didik dan tahapan perkembangannya dalam

aspek intelektual, personal, spiritual dan social serta peranannya dalam

mengoptimalkan perkembangan dan pembelajaran peserta didik.

c. Penguasaan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang Mendidik

Penguasaan prinsip-prinsip dasar proses pendidikan dan pembelajaran serta

penerapannya  dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengembangan

proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang mendidik.

d. Pengembangan Kepribadian dan Keprofesionalan

Pengembangan intuisi keagamaan, kebangsaan yang religious dan kepribadian,

pemilikan sikap dan kemampuan mengaktualisasikan diri serta

mengembangkan profesionalisme pendidikan (Depdiknas, 2004: 11).

2. Penyiapan Calon Guru PPKn

Jumlah guru di Indonesia banyak apalagi bila ditambah guru swasta dan guru

honorer atau wiyata bakti. Lantas bagaimana mewujudkan Indonesia menjadi

bangsa yang maju, beradab dan berbudaya? Nah, pertanyaan ini dijawab:

dibutuhkan guru-guru yang profesional dan berdedikasi. 

Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dinyatakan bahwa: “Guru

adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

mengrahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan

formal, pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.


Guru profesional memiliki 10 ciri utama yaitu :

Selalu Memiliki Energi untuk Siswanya, Memiliki Tujuan Jelas untuk Pelajaran,

Menerapkan Kedisiplinan, Memiliki Manajemen Kelas yang Baik, Menjalin Komunikasi

dengan Orangtua siswa, Menaruh Harapan Tinggi pada Siswa, Mengetahui Kurikulum

Sekolah, Menguasai Materi yang Diajarkan, Selalu Memberikan yang Terbaik bagi

Siswa, Memiliki Hubungan Berkualitas dengan Siswa.

Guru berdedikasi dan profesional sebagaimana di atas harus tetap dapat menjawab

tantangan jaman dan globalisasi, karena ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang

pesat. Sebagaimana dimuat dalam website ISPI (ispi.or.id), menurut Makagiansar (1996)

memasuki abad 21 pendidikan akan mengalami pergeseran perubahan paradigma yang

meliputi pergeseran paradigma.


D. URGENSI IMPLEMENTASI BHINNEKA TUNGGAL IKA PADA CALON

GURU PPKn

Kompetensi profesional guru PPKn salah satunya harus menguasai materi

pembelajaran, salah satunya materi tentang Bhinneka Tunggal Ika. Materi Bhinneka

Tunggal Ika diantaranya mengenai Pengertian, Makna dan Penerapan Konsep

Bhinneka Tunggal Ika dalam Sistem Pembelajaran didalam kelas. Materi

pembelajaran PPKn tersebut diberikan di kelas IV SD dalam kurikulum KTSP, yang

mengacu kepada keberagaman, suku, gender dan budaya dalam Bhinneka Tunggal

Ika. Penguasaan terhadap materi tersebut harus diberikan pada mahasiswa PPKn

sebagai calon guru PPKn. Dengan demikian mereka akan menjadi calon guru yang

profesional.

Kompetensi Guru PPKn

Guru PPKn dituntut memiliki kompetensi yaitu : Pedagogik, kepribadian, sosial

dan profesional (UU No.14 Tahun 2005). Jika keempat potensi tersebut sudah dimiliki

seorang Guru, maka guru tersebut dapat dikatakan guru berkompeten dan profesional.

Kompetensi yang dimaksud adalah seperangkat pengetahuan , ketrampilan dan perilaku

yang harus dimiliki, dihayati dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas

profesionalan.

2.        Selintas kurikulum PPKn di SMA/MA/SMK

Program pendidikan nasional diharapkan dapat menjawab tantangan harapan dan

tantangan yang akan dihadapi oleh anak bangsa baik pada masa kini maupun masa yang

akan datang. Kajian kebijaksanaan kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan (PPKn)

bertujuan untuk memberikan masukan kepada BSNP terkait pada penyempurnaan

dokumen standar isi dan pelaksanaanya serta pengembangan kurikulum PPKn di masa
depan. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran PPKn di

SMA/MA/SMK :

·           SK kelas X semester 2 : Menganalisis sistem politik di Indonesia

-          KD 6.1 : Mendeskripsikan supra struktur dan infra struktur politik di

Indonesia

-          KD 6.2 : Mendeskripsikan perbedaan sistempolitik di berbagai Negara

-          KD 6.3 : Menampilakan peran serta dalam sistem politik di Indonesia

Program pendidikan nasional diharapkan dapat menjawab tantangan harapan dan

tantangan yang akan dihadapi oleh anak bangsa baik pasa masa kini maupun masa yang

akan datang. Kajian kebijakan kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

bertujuan untuk memberikan masukan kepada BSNP terkait dengan penyempurnaan

dokumen standar isi dan pelaksanaannnya serta pengembangan kurikulum PKn di masa

depan. Naskah akademik kurikulum tersusun berdasarkan hasil sintesis dari rangkaian

kegiatan yang meliputi penyusunan desain untuk menetapkan fokus kajian, kajian

dokumen Standar Isi, kajian pelaksanaan standar isi, diskusi hasil kajian dokumen

standar isi, diskusi hasil kajian pelaksanaan stadar isi, studi dokumentasi standar isi,

analisis data hasil kajian, penyusunan hasil kajian, presentasi hasil kajian, dan

penyusunan laporan.

Sebagai calon Guru PPKn harus mampu memahami implementasi Bhinneka

Tunggal Ika sebagai semboyan negara dalam kehidupan pendidikan sebagai mana

dituntut kurikulum PPKn di SMA/MA/SMK. Dan sebagai komponen evaluasi

kurikulum adalah untuk menilai apakah tujuan kurikulum telah tercapai, serta hasil dari

evaluasi kurikulum adalah berupa umpan baik apakah kurikulum ini akan direvisi atau

tidak untuk itu bagi calon Guru PPKn perlu usaha yang sungguh-sungguh.
E. KESIMPULAN

Mahasiswa PPKn sebagai Calon Guru PPKn sangat penting memahami

tentang pegertian, makna dan konsep Bhinneka Tunggal Ika, karena hal tersebut

salah satu materi yang harus disajikan dalam proses pembelajaran yang akan

diasuhnya. Sekaligus bagian dari tuntutan kompetensi profesional yang harus

dipenuhi sebegai calon guru PPKn, agar terwujudnya sistem pembelajaran yang

harmonis dan produktif didalam kelas.

Dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika tersebut mempunyai peran terhadap

bangsa Indonesia yaitu agar menjadi bangsa yang berhasil mewujudkan integrasi

nasional di tengah masyarakatnya yang majemuk. Dengan semboyan Bhinneka

Tunggal Ika tersebut juga diharapkan sebagai landasan atau dasar perjuangan untuk

mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia agar dikenal di mata dunia

sebagai bangsa yang multikulturalisme.

Membina bangsa Indonesia yang multikultural memerlukan upaya yang

berkesinambungan serta berkaitan dengan berbagai aspek agar tercapai Integrasi

nasional melalui semboyan Bhinneka Tunggal Ika yaitu dengan mengadakan proses

pendidikan sejak dini dalam lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan formal dan

in-formal tentang Prinsip bersatu dalam perbedaan (unity in diversity) karena individu

dalam masyarakat majemuk haruslah memiliki kesetiaan ganda (multi loyalities)

terhadap bangsa-negaranya, mereka juga tetap memiliki keterikatan terhadap identitas

kelompoknya, namun mereka menunjukan kesetiaan yang lebih besar pada bangsa

Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan, 2014. Pendidikan Pancasila, Pendidikan untuk mewujudkan Nilai – Nilai


Pancasila, Rasa kebangsaan dan Cinta Tanah Air sesuai dengan SK.Dirjen Dikti
No.14/Dikti/Kep/2006. Yogyakarta: Paradigma

M. Aziz Toyibin, A. Kosasih Djahiri. Design Intruksional Pengajaran Pancasila,


Bhinneka Tunggal Ika. 1997. Jakarta. Indonesia

Bradjanegara, Suteja,”Pantjasila: Sebagai Pandangan Hidup dan Dasar Pendidikan dan


Pengadjaran Dinegara dan Kebudajaan Bangsa,” Djiwa Baru 7 (8) 1959.
Sumantri, Sri, Demokrasi Pantjasila dan Implementasinja menurut/dalam Undang-
undang Dasar 1945, Bandung: Alumni, 1969
Pranarka, A.M.W., Sejarah Pemikiran Tentang Pancasila, Jakarta: CSIS, 1985
Roeslan Abdulgani, Prof, Dr, H., Resapkan dan Amalkan Pancasila, Prapanca, Jakarta
1968
Kansil, C.S.T., Drs. SH, Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila, Humas
Universitas Brawijaya, 1978
http://komunitasgurupkn.blogspot.co.id/2014/08/pengertian-dan-makna-bhinneka-
tunggal.html (Di akses pada tanggal 28 Desember 2015 pukul 14.05)

https://nurutamidarojah.wordpress.com/sesi-3/bab-3-memelihara-semengat-
persatuan/a-bhinneka-tunggal-ika/ ( Di akses tanggal 28 Desember 2015 pukul 14.20)

Kompetensi Guru PKn dan Standar Isi, Standar Proses Pembelajaran PKn
http://manusiapinggiran.blogspot.com/2013/06/kompetensi-guru-pkn-dan-standar-
isi.html#ixzz3uUTnXlAT ( Di akses tanggal 28 Desember 2015 pukul 14.42)

http://www.academia.edu/5594914/
Bhinneka_Tunggal_Ika_sebagai_Wujud_Integrasi_Nasional ( Di akses tanggal 28
Desember 2015 pukul 15.06)

Anda mungkin juga menyukai