Anda di halaman 1dari 8

Mahasiswa dikaitkan dengan Sila ke-3 “Persatuan Indonesia”

1.1 Latar Belakang

Pancasila merupakan suatu yang patut dilestarikan. Pada kehidupan sehari-hari, kita sebagai
generasi penerus bangsa perlu sesekali berkontemplasi akan arti pentingnya pancasila dalam
kehidupan ini. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dapat kita aktualisasikan dalam dunia nyata
yang masih membutuhkan sentuhan tangan kita.

Tentunya pancasila penting untuk menjadikan kita sebagai bangsa yang berdedikasi tinggi dengan
adanya nilai dan moral yang sesuai dengan pancasila. Kelima sila yang terkandung di dalamnya
mempunyai makna yang dalam apabila kita berupaya untuk mencermati secara mendalam.

Di samping itu, kita perlu melatih diri agar tetap bisa mengimplementasikan nilai-nilai yang
terkandung tersebut. Hal tersebut akan menjadi pondasi dalam bersikap dan berbuat.

Dalam peradaban dunia yang semakin berkembang dan pola pikir generasi penerus bangsa yang
semakin maju, tentunya nilai-nilai pancasila sangat perlu untuk ditanamkan kepada para remaja,
pemuda dan mahasiswa. Agar terciptanya persatuan dan kesatuan bangsa, meningkatkan
kesejahteraan hidup melindungi segenap bangsa Indonesia dan turut serta berperan aktif dalam
pergaulan dunia.

Mahasiswa sudah seharusnya memiliki sifat yang sesuai dengan pancasila, oleh karena itu penulis
mengambil tema “Mahasiswa dikaitkan dengan sila ke 3” yaitu Persatuan Indonesia.

Sila Ketiga Pancasila yang berbunyi “Persatuan Indonesia” merupakan sila yang bunyinya
paling pendek diantara keempat sila yang lain. Namun sila ini memiliki pengaruh yang cukup besar
dalam sejarah bangsa Indonesia. Karena itu Sila Persatuan Indonesia merupakan pedoman dan kunci
keberlngsungan bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku, agama dan ras serta
kebudayaan ini, terutama dalam mendongkrak semangat generasi pemuda Indonesia untuk
mempertahankan keutuhan Bangsanya.

Makna dari sila “Persatuan Indonesia” adalah bahwa sifat dan keadaan negara Indonesia harus
sesuai dengan hakikat satu. Sifat dan keadaan negara Indonesia yang sesuai dengan hakikat satu
berarti mutlak tidak dapat dibagi, sehingga bangsa dan negara Indonesia yang menempati suatu
wilayah tertentu merupakan suatu negara yang berdiri sendiri memiliki sifat dan keadaannya sendiri
yang terpisah dari negara lain di dunia ini. Sehingga negara Indonesia merupakan suatu diri pribadi
yang memiliki ciri khas, sifat dan karakter sendiri yang berarti memiliki suatu kesatuan dan tidak
terbagi-bagi. Makna “ Persatuan Indonesia “dibentuk dalam proses sejarah yang cukup panjang
sehingga seluruh bangsa Indonesia memiliki suatu persamaan nasib, satu kesatuan kebudayaan,
kesatuan wilayah serta satu kesatuan asas kerohanian Pancasila yang terwujud dalam persatuan
bangsa, wilayah, dan susunan negara.

Arti dan Makna Sila Persatuan Indonesia


Nasionalisme.

Cinta bangsa dan tanah air.

Menggalang persatuan dan kesatuan Indonesia.

Menghilangkan penonjolan kekuatan atau kekuasaan, keturunan dan perbedaan warna kulit.

Menumbuhkan rasa senasib dan sepenanggungan.

1.2 Tujuan

· Mahasiswa memahami tentang pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa,

· Mahasiswa mampu menigkatkan kualitas pengamalan sila ke 3 Pancasila yaitu Persatuan


Indonesia dalam kehidupan sehari-hari,

· Mahasiswa mampu mewujudkan sikap dan perilaku saling memahami dan menghargai daam
hubungan antar suku bangsa dan agama dalam kehidupan sehari-hari.

1.3 Sasaran

Para generasi muda penerus bangsa / mahasiswa yang dikaitkan dengan sila ke 3 pancasila yaitu
Persatuan Indonesia, agar terimplementasikannya nilai-nilai sila tersebut dalam kehidupan sehari-
hari.

1.1 Harapan masa kini

Persatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh atau tidak terpecah belah. Persatuan
mengandung arti “bersatunya macam-macam corak yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan
yang utuh dan serasi”. Persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang kita rasakan saat ini, terjadi
dalam proses yang dinamis dan berlangsung lama, karena persatuan dan kesatuan bangsa terbentuk
dari proses yang tmbuh dari unsur-unsur sosial budaya masyarakat Indonesia sendiri, yang ditempa
dalam jangkauan waktu yang lama sekali.

Semakin tinggi pula penganutan dan pemahaman diri kita kepada nilai-nilai pancasila. Hal itu
sangatlah penting dilakukan, jika kita tidak ingin Negara kita Indonesia raya tercinta ini ambruk,
karena rapuhnya nilai-nilai pancasila. Kita harus bersatu sebagai bangsa dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia dengan semboyan “bhineka tunggal ika”. Keanekaragaman bahasa,
kemajemukan anutan agama, etnis dan bahkan perbedaan rasial, merupakan kekayaan budaya
bangsa kita yang tidak ternilai. Akan tetapi di tengah keanekaan itu, kita telah bertekad untuk
bersatu seperti tercermin dalam sila ketiga Pancasila, yaitu “Persatuan Indonesia”. Kita bersatu
dalam keragaman, “unity in diversity”, “bhinneka tunggal ika”. Dalam semangat persatuan itu, kita
beraneka ragam. Kita beraneka, tetapi tetap kokoh bersatu.
Belajar dari semangat para pemuda di dalam sumpah pemuda tahun 1928 yang justru mampu
mempelopori persatuan bangsa Indonesia di alam penjajahan yang serba sulit, maka kita sebagai
generasi penerus, harus mampu dan siap sedia mempertahankan persatuan dan kesatuan Bangsa
Indonesia dengan tetap berpedoman pada semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” dan ideologi bangsa
“Pancasila”. Bagaimanapun juga persatuan ada, karena adanya perbedaan. Segala perbedaan yang
ada dan melekat dalam setiap warga Negara tetap harus dipersatukan secara santun.

Sila persatuan Indonesia, sila ini mengandung makna tentang menjaga Persatuan dan Kesatuan
NKRI, rela berkorban demi bangsa dan Negara, Cinta akan tanah air, berbangga sebagai bagian dari
Indonesia, memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang berbhineka tunggal ika.

Mahasiswa dapat diartikan sebagai salah satu elemen yang terus bercita-cita mewujudkan bangsa
Indonesia ke depan menjadi lebih baik dan menjadi negara yang berprestasi dalam segala
hal.Mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa yang sangat diandalkan untuk mewujudkan
cita-cita pencerahan kehidupan bangsa kita dimasa depan.

Kita sebagai mahasiswa harus turut serta dalam upaya pembangunan nasional di negara ini.
Sebagaimana yang tercantum dalam sila ketiga yaitu Persatuan Indonesia, yang berarti utuh atau
tidak terpecah, sudah sepatutnya mahasiswa mengamalkan sila tersebut didalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Delapan puluh tahun yang silam. Sebagai anak bangsa kita telah bersumpah setia untuk bersatu
nusa, bersatu bangsa, dan berbahasa persatuan bahasa Indonesia. Namun, ada kekeliruan dalam
memahami makna persatuan itu, termasuk dalam soal bahasa. Salah paham itu tercermin antara lain
dalam lagu yang biasa kita nyanyikan, yaitu “satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa kita”.
Akibatnya, sumpah pemuda kita maknai hanya mengenal satu bahasa saja, yaitu bahasa Indonesia,
dengan mengabaikan dan menafikan bahasa-bahasa daerah yang demikian banyak jumlahnya.
Padahal, teks asli sumpah pemuda itu menyatakan bahwa kita “menjunjung bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan”. Artinya, bahasa Indonesia itu adalah bahasa persatuan, bukan satu-
satunya bahasa yang diakui oleh bangsa dan negara.

Kita koreksi kesalahpahaman itu dengan menegaskan kembali bahwa kita harus bersatu sebagai
bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan semboyan “bhineka-tunggal-ika”.
Keanekaragaman bahasa, kemajemukan anutan agama, etnis dan bahkan perbedaan rasial,
merupakan kekayaan budaya bangsa kita yang tidak ternilai. Akan tetapi di tengah keanekaan itu,
kita telah bertekad untuk bersatu seperti tercermin dalam sila ketiga Pancasila, yaitu “Persatuan
Indonesia”. Kita bersatu dalam keragaman, “unity in diversity”, “bhinneka tunggal ika”. Dalam
semangat persatuan itu, kita beraneka ragam. Kita beraneka, tetapi tetap kokoh bersatu.

Dalam wujudnya yang paling konkrit, prinsip kebersatuan dan persatuan itu juga kita
materialisasikan dalam konsepsi tentang negara konstitusional yang berdasarkan Pancasila dan UUD
1945. UUD 1945 yang di dalamnya terkandung roh Pancasila itu merupakan piagam pemersatu kita
sebagai satu bangsa yang hidup dalam kesatuan wadah NKRI. Di dalam UUD 1945 itu, segala hak dan
kewajiban kita sebagai warga negara dipersamakan satu dengan yang lain antar sesama warga
negara. Sebagai warga masyarakat, kita beraneka, tetapi sebagai warga negara segala hak dan
kewajiban kita sama satu dengan yang lain.
Karena itu, kaum muda Indonesia diharapkan dapat membangun kesadaran hidup berkonstitusi.
Konstitusi adalah pemersatu kita dalam peri kehidupan bersama dalam wadah NKRI yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 ini. Konstitusi negara itulah yang menjadi sumber referensi
tertinggi dalam kita membangun sistim aturan dalam kehidupan bernegara dan berpemerintahan.
Para pemimpin dan pejabat adalah tokoh-tokoh atau orang-orang yang datang dan pergi. Kita taati
keputusannya sepanjang ia mengikuti dan menaati sistim aturan yang telah kita sepakati bersama
berdasarkan UUD 1945. Oleh sebab itu, marilah kita membangun dan melembagakan sistim aturan
dalam kehidupan kolektif kita dalam kehidupan bernegara dan berpemerintahan.

Makna dan arti sila “Persatuan Indonesia” yaitu Nasionalisme yang berasal dari kata ‘nation’ (Inggris)
yang berarti bangsa. Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang meninggikan
bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana mestinya. Sikap seperti ini
jelas mencerai-beraikan bangsa yang satu dengan bangsa yang lain. Keadaan seperti ini sering
disebut chauvinisme. Sedang dalam arti luas, nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta
yang wajar terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain.

Bagaimana mahasiswa Indonesia mewujudkan Nasionalisme? Tindakan apa yang harus dilakukan
para mahasiswa saat ini? langkah awal yang perlu dikembangkan adanya suatu proses pendidikan
dan pembudayaan yang baik sejak sekolah dasar. Dimana pendidikan kewarganegaraan tidak hanya
sebagai mata pelajaran yang lepas lalu saja. Akan tetapi, menjadi sebuah mata pelajaran untuk
“mendoktrin” jiwa Negarawan diantara para pelajar di Indonesia. Cara ini terbukti sukses di Republik
Rakyat Cina, dimana ada mata pelajaran khusus untuk menanamkan semangat komunisme.
Sehingga di masa yang akan datang akan timbul suatu kecintaan mendalam terhadap Negara
Indonesia.

Bentuk dari pembuktikan rasa Nasionalisme kini tentu berbeda dengan yang dilakukan oleh pejuang
kita di masa lalu. Pejuang kemerdekaan dan revolusi lebih banyak mengedepankan perjuangan fisik
sebagai bentuk Nasionalisme. Atau saat pejuang reformasi melawan rezim, pergerakan dengan
mobilisasi massa menjadi pilihan untuk menumbangkan rezim yang memimpin secara tidak adil.

Masa kini adalah masa globalisasi informasi dan kompentensi. Sudah sewajarnya pembuktian
Nasionalisme dilakukan dalam bentuk karya nyata dan prestasi yang mampu menjadikan sebuah
Inspirasi bagi banyak orang. Mengejar prestasi secara akademik dengan pembuktian hasil yang
memuaskan merupakan bentuk Nasionalisme jika diiringi dengan semangat inovasi dan kreatifitas
untuk mengembangkan masyarakat. Mahasiswa kini dituntut mampu membuat karya nyata yang
bisa bermanfaat untuk hajat hidup orang banyak. Mahasiswa tidak boleh lagi berpikir tentang
pekerjaan apa yang akan didapatkannya setelah lulus, akan tetapi mahasiswa dituntut untuk berpikir
keras agar mampu membuka lapangan pekerjaan untuk kesejahteraan masyarakat banyak. Disinilah
peran mahasiswa masa kini dan masa depan, dimana mampu menjadi bagian dari solusi atas
permasalahan masyarakat, mampu membangun opini positif di masyarakat dan mampu
menginspirasi masyarakat agar memiliki suatu perspektif positif terhadap masa depan Indonesia
yang lebih baik.

Arti dan makna yang kedua yaitu “Cinta tanah air dan bangsa” cinta tanah air adalah suatu kasih
sayang dan suatu rasa cinta terhadap tempat kelahiran atau tanah airnya. Rasa cinta tanah air
seharusnya kita terapkan di lingkungan keluarga, kampus, tempat tinggal kita, bahkan di manapun
kita berada. Misalnya : kita amalkan sikap dan tingkah laku hemat, disiplin dan bertanggung jawab
dalam mewujudkan keutuhan dan kebersamaan agar tercapai kebahagiaan lahir batin, di kampus,
mewujudkan rasa persatuan dan cinta tanah air dapat kita wujudkan melalui kegiatan-kegiatan
sosial, kegiatan-kegiatan mahasiswa yang bersifat positif, dll. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat
berupa gerakan penghijauan, kebersihan, karya wisata, dll. Semangat persatuan dan kesatuan di
lingkungan masyarakat dapat kita lakukan melalui kegiatan-kegiatan seperti siskamling, kerja bakti,
dll. Dan kegiatan ini seperti itu telah diprogramkan melalui organisasi-organisasi pemuda misalnya
Karang Taruna. Sebagai genera penerus bangsa hendaknya kita dapat mewujudkan sikap dan tingkah
laku yang bermanfaat bagi kepentingan masyarakat yang merugikan diri sendiri atau merugikan
masyarakat, misalnya dengan cara menjauhkan diri dari pengaruh narkotika, obat-obatan terlarang,
minum-minuman keras, dan perkelahian. Karena hal itu dapat menghancurkan masa depan bangsa
dan Negara. Mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa harus menciptakan persatuan dimulai dari
hal-hal yang kecil, contohnya didalam kehidupan sehari-hari, persatuan dan kerukunan antar teman,
antar keluarga, antar lingkungan tempat tinggal. Keanekaragaman yang ada cobalah untuk kita
satukan agar terciptanya kerukunan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sebagaimana yang tercantum di dalam UU Kepemudaan BAB V Pasal 19c yaitu Pemuda
bertanggungjawab dalam pembangunan nasional untuk memperkukuh persatuan dan kesatuan
bangsa. Jiwa persatuan di kalangan generasi muda bisa ditanamkan salah satunya dengan cara
mendirikan organisasi-organisasi kepemudaan yang sangat bermanfaat untuk mengembangkan
potensi generasi muda selain itu juga dapat membentuk forum komunikasi kepemudaan atau
berhimpun dalam suatu wadah. Organisasi kepemudaan juga dapat dibentuk dalam ruang lingkup
kepelajaran dan kemahasiswaan.

1.2 Harapan masa yang akan datang

Perlu disadari, mahasiswa adalah intelektual terdidik. Kaum muda dengan segala potensi memiliki
kesempatan dan ruang untuk berada dalam lingkungan akademis yang disebut kampus. Harapan
besar menunggu kalangan terdidik ini menjadi penerus kepemimpinan bangsa, negara ini menunggu
waktu untuk mereka urus, bukan merusuh. Sebagai kaum menengah ke atas, karena hanya lima
persen saja dari masyarakat Indonesia yang merasakan sebagai mahasiswa, tidak seharusnya
kelakuan urakan dan emosional mereka perturutkan.

Kedua, mahasiswa sebagai agent of change. Dimana mahasiswa sebagai agen dari suatu perubahan
yang diharapkan dalam rangka kemajuan bangsa. Dilakukan dengan memperjuangkan hak-hak
rakyat kecil dan miskin, mengembalikan nilai-nilai kebenaran yang diselewengkan oleh oknum-
oknum elit.

Ketiga, mahasiswa sebagai agent of problem solver. Dimana, mahasiswa harus menjadi generasi
yang memberikan solusi dari setiap persolaan yang terjadi dalam lingkungan dan bangsanya sendiri.
Dengan berbagai analisa dan kajian-kajian akademik yang dilakukan, semestinya mahasiswa bisa
membantu jalan keluar terhadap kondisi sulit yang dihadapi oleh pengambil kebijakan.

Keempat, mahasiswa sebagai agent of control. Fungsi ini dilakukan terhadap penyimpangan yang
dilakukan oleh penguasa negara. Berpijak dari ungkapan Jo Grimmond, mantan anggota Parlemen
Inggris, mahasiswa harus berontak terhadap birokrasi dalam semua bentuk dan sikapnya.
“Mahasiswa harus berontak terhadap pikiran yang hanya berpikir dalam rangka organisasi yang
dianutnya atau terhadap kelaziman-kelaziman yang telah di-indoktrinasi-kannya,”.

Harapan masa yang akan datang untuk para generasi muda terutama mahasiswa, agar dapat
mewujudkan cita-cita para pahlawan yang telah gugur, tetap mempersatukan bangsa Indonesia.
Meneruskan perjuangannnya dengan tetap berpedoman pada Pancasila dan norma-norma yang
berlaku. Salah satu caranya di dalam kehidupan sehari-hari adalah di lingkungan keluarga. Ciptakan
suasana tentram dan damai dalam keluarga, apabila terjadi perselisihan antar aggota keluarga, kita
sepatutnya menjadi penengah atau yang mendamaikan. Karena mahasiswa mempunyai
intelektualitas yang lebih dan dalam masa peralihan menuju kedewasaan.

Mahasiswa dan generasi muda adalah harapan bagi masa depan bangsa. Tugas kita semua adalah
mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya untuk mengambil peran dalam proses pembangunan
untuk kemajuan bangsa kita di masa depan. Dengan meningkatkan kesadaran diri, untuk mencapai
keharmonisan dalam berbangsa dan bernegara.

Butir-butir implementasi sila ketiga adalah sebagai berikut:

1. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan serta keselamatan bangsa dan negara diatas
kepentingan pribadi atau golongan.

2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara

3. Cinta tanah air dan bangsa. Kecintaan akan Indonesia dapat diwujudkan lewat berbagai
kegiatan, seperti olahraga, ilmu pengetahuan, meningkatkan kemampuan sumber daya manusia,
cinta produk Indonesia dan melestarikan kekayaan alam dan budaya Indonesia.

4. Bangga, berani dan percaya diri sebagai warga negara Indonesia

5. Memajukan pergaulan dami persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhineka Tunggal Ika.
Butir ini menghendaki adanya pergaulan dan hubungan baik ekonomi, politik, dan budaya antar
suku, pulau dan agama, sehingga terjalin masyarakat yang rukun, damai dan makmur.

Seperti disebutkan dalam butir terakhir pengimplementasian sila ketiga, kita harus memajukan
pergaulan demi bangsa Indonesia. Namun pada kenyataannya banyak sekali mahasiswa-mahasiswa
yang tidak melaksanakan hal ini. Padahal lewat pergaulan banyak hal baru yang bisa di dapat, baik
ilmu, wawasan, bahkan relasi. Mahasiswa-mahasiswa lebih senang berkumpul dengan orang-orang
yang berasal dari daerahnya masing-masing. Apa yang membuat hal ini bisa terjadi? Ada beberapa
factor yang membuat mahasiswa-mahasiswa menjadi demikian, di antaranya, gaya pergaulan yang
sama, bahasa keseharian yang sama,dan kemudahan berkomunikasi satu sama lain. Adanya banyak
kesamaan dari daerah yang sama membuat para mahasiswa lebih senang bergaul dengan orang-
orang dari daerah asal mereka masing-masing. Apabila di pandang dari Pancasila, tentunya hal
tersebut adalah salah. Pancasila menginginkan adanya persatuan dan kesatuan dari seluruh
Indonesia. Tidak hanya satu untuk dari daerah asal, melainkan untuk seluruh daerah di Indonesia.
Pancasila memandang bahwa Indonesia adalah bangsa yang ber Bhineka Tunggal Ika. Karena itu
haruslah terjalin persatuan yang di wujudkan lewat pergaulan antar mahasiswa. Sehingga cita-cita
dalam sila ketiga ini dapat tercapai. Apa yang akan terjadi bila hal ini terus dibiarkan? Pemahaman,
karakter mahasiswa dari masing-masing daerah dan budaya dari masing-masing daerah asal
mahasiswa tentunya berbeda-beda. Apabila mahasiswa yang berasal dari 2 daerah atau lebih,
berkumpul dan tidak mengerti tata krama dari daerah asal mahasiswa lain, tentunya akan
mengakibatkan kesalahpahaman. Kesalahpahaman ini hanya terjadi apabila ada pergaulan yang
kurang dibina dengan baik. Dampak lain ialah kurangnya relasi mahasiswa,padahal dalam menuntut
ilmu memasuki dunia kerja, mahasiswa-mahasiswa harus memiliki relasi yang banyak. Karena dari
orang lain mahasiswa-mahasiswa bisa mendapatkan hal-hal baru yang tidak ada di dalam dirinya.
Dan juga mendapatkan pengalaman yang lebih. Langkah-langkah yang dapat di lakukan adalah
dengan mengadakan acara-acara yang membuat mahasiswa bisa berkumpul, bermain dan saling
bekerja sama dalam menyelesaikan masalah, atau mengadakan suatu proyek yang melibatkan
mahasiswa-mahasiswa. Sehingga akhirnya mahasiswa-mahasiswa bisa memupuk rasa persatuan dan
kesatuan dan bisa menjalin pertemanan. Salah satunya dengan mendirikan organisasi-organisasi baik
didalam atau diluar kampus, selain bermanfaat untuk menjalin silaturahmi antar mahasiswa, juga
dapat menambah ilmu pengetahuan yang didalamnya kita dapat saling sharing ilmu dan
pengalaman. Didalam organisasi tersebut tidak dibatasi siapapun orangnya dan darimana asalnya,
yang terpenting adalah rasa kemauan untuk bersosialisasi dan rasa ingin berorganisasi.

Mahasiswa sebagai generasi muda adalah harapan bagi masa depan bangsa. Tugas anda semua
adalah mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya untuk mengambil peran dalam proses
pembangunan untuk kemajuan bangsa kita di masa depan. Estafet kepemimpinan di semua lapisan,
baik di lingkungan supra struktur negara maupun di lingkup infra struktur masyarakat, terbuka luas
untuk kaum muda Indonesia masa kini. Namun, dengan tertatannya sistim aturan yang kita bangun,
proses regenerasi itu tentu akan berlangsung mulus dan lancar dalam rangka pencapaian tujuan
bernegara. Oleh karena itu, orientasi pembenahan sistim politik, sistim ekonomi, dan sistiim sosial
budaya yang tercermin dalam sistim hukum yang berlaku saat ini sangatlah penting untuk dilakukan
agar kita dapat menyediakan ruang pengabdian yang sebaik-baiknya bagi generasi bangsa kita di
masa depan guna mewujudkan cita-cita bangsa yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945, serta guna mencapai empat tujuan nasional kita, yaitu melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial.

DAFTAR PUSTAKA

Modul Wawasan Kebangsaan Tahun 2011

http://blog.unnes.ac.id/silviadyahpuspitasari/2011/06/20/paradigma-mahasiswa-terhadap-
pancasila/

http://mlebu.blogdetik.com/2010/04/16/makalah-pancasila/

http://aripripuh.wordpress.com/2010/05/28/nasionalisme-mahasiswa/
http://aisardi.blogdetik.com/cinta-tanah-air/

http://masalimaruf.blogspot.com/2010/01/peran-persatuan-indonesia-dalam.html/

Anda mungkin juga menyukai