Anda di halaman 1dari 5

Nama : Shintya Ayu Kumala

Nim : 202121330014

Prodi : Akuntansi Sore

Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila ( Kelas K )

Dosen Pengampu : Dr. Vieta Imelda Cornelis, S.H.,M.Hum

Tugas Pendidikan Pancasila Pertemuan Kedua Memahami Pengertian Pancasila.

1. Apa arti persatuan didalam pancasila ?

Semboyan Bhinneka Tunggal Ika menggambarkan persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Maknanya, meski masyarakat Indonesia bersifat majemuk tetapi
senantiasa memiliki semangat persatuan dan kesatuan. Kemajemukan bangsa Indonesia bukan
sebuah penyebab keretakan hubungan. Dengan kemajemukan justru Indonesia memiliki
kekayaan sosial sebagai aset dalam membangun kesatuan bangsa yang kokoh.

Dikutip dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, secara etimologis kata
persatuan berasal dari kata "satu" artinya utuh, sesuatu yang tidak terpisah. Persatuan artinya
tidak terpecah-pecah, gabungan, keterpaduan. Kesatuan berarti keadaan utuh, tidak terpecah-
pecah, gabungan keterpaduan dari keanekaragaman atau kemajemukan. Jadi prinsip persatuan
dan kesatuan adalah keadaan satu atau tunggal yang menuntut adanya keterpaduan dari
kemajemukan bangsa Indonesia.

Persatuan Indonesia merupakan sila ke-3 dalam Pancasila. Sesuai sila tersebut, bangsa Indonesia
adalah bangsa multikultural yang terdapat banyak kebudayaan, suku dan ras. Semua perbedaan
itu hanya bisa bergabung menggunakan persatuan. Pengertian persatuan adalah menggabung
menjadi satu dan mutlak, tidak dapat dipisahkan. Untuk terhindar dari disintegrasi, maka sangat
dibutuhkan persatuan di Indonesia.

Makna "persatuan Indonesia" dibentuk dalam proses sejarah panjang. Persatuan adalah hal yang
terbentuk tidak secara instan, melainkan melalui proses panjang. Sehingga seluruh bangsa
Indonesia memiliki persamaan nasib, satu kesatuan kebudayaan, kesatuan wilayah serta satu
kesatuan asas kerohanian Pancasila yang terwujud dalam persatuan bangsa, wilayah dan susunan
negara. Indonesia terdiri dari beragam suku, budaya, bahasa, agama dan ras. Semua perbedaan
tersebut harus memiliki wadah untuk bergabung menjadi satu yaitu persatuan. Negara Indonesia
sangat besar dan luas sehingga sangat sulit untuk mengaturnya apabila tidak ada persatuan. Maka
dari itu, sebuah persatuan sangat penting di dalam negara agar terwujud kesatuan dan persamaan.
Persatuan sangat penting bagi sebuah negara yang ingin hidup sejahtera. Persatuan juga akan
mewujudkan kerja sama yang baik dengan negara lain. Seluruh warga kesatuan Republik
Indonesia sudah seharusnya mengetahui, mempelajari, mengembangkan, persatuan bangsa dan
bernegara sesuai dengan cita-cita pendiri bangsa Indonesia. Sebagai generasi penerus bangsa,
sangat penting berkomitmen terhadap semangat persatuan dalam konteks NKRI, yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dan bersemboyan Bhinneka Tunggal Ika.

Sebagai bangsa yang majemuk bangsa Indonesia harus mampu bergaul dalam rangka persatuan
dan kesatuan bangsa. Yaitu "memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang
ber-Bhinneka Tunggal Ika". Wujud perilaku yang mencerminkan persatuan dan kesatuan dalam
kehidupan adalah: Membina keserasian, keselarasan dan keseimbangan Saling mengasihi, saling
membina dan saling memberi Tidak menonjolkan perbedaa, melainkan mencari kesamaan
Menjauhi pertentangan dan perkelahian Menggalam persatuan dan kesatuan melalui berbagai
kegiatan

Sumber : Kompas.com

Penulis : Arum Sutriasni Putri

2. Apa arti keadilan sosial dalam pancasila ?

Menurut KBBI kata adil sendiri mengandung artian sama berat; tidak berat sebelah; tidak
memihak: keputusan hakim itu –; 2 berpihak kepada yang benar; berpegang pada kebenaran; 3
sepatutnya; tidak sewenang-wenang. Dan keadilan yang berarti sifat (perbuatan, perlakuan, dan
sebagainya) yang adil.

Setelah kita melihat definisi keadilan itu sendiri bisa saya simpulkan bahwa maksud dari sila ke
lima dari Pancasila adalah bahwa diharapkan seluruh warga negara/rakyat Indonesia dapat
berlaku adil terhadap satu sama lain, tidak membeda-bedakan, dan seterusnya. Seperti yang kita
ketahui Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai beragam perbedaan baik suku,
budaya, agama, etnis, ras, dan yang lainnya. Sehingga adanya sikap saling menghormati antar
sesama menjadi tujuan utama dari adanya sila kelima ini.

Keadilan sosial ini tertulis dalam sila kelima Pancasila. Inti isi keadilan sosial pada prinsip
kelima Pancasila, merupakan perwujudan yang terkandung dalam Proklamasi Kemerdekaan
sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 sesuai dengan kenyataan yang adil,
artinya memenuhi segala sesuatu yang menjadi haknya dalam kaitannya hidup berdampingan
dengan sesama, keadilan sosial harus ada dalam hidup dan keadilan sosial syarat mutlak dan
penting dalam kehidupan yang harus ditanam di hati manusia, yaitu manusia sebagai makhluk
individu dan juga sebagai makhluk sosial.

Keadilan sosial, terkandung didalamnya makna perlindungan hak, persamaan derajat dan
kedudukan di hadapan hukum, kesejahteraan umum, serta asas proporsionalitas antara
kepentingan individu, kepentingan sosial dan negara. Misalnya saja setiap warga negara
indonesia mendapatkan kesamaan derajat dan kedudukan di hadapan hukum yang berarti hukum
tidak dapat membeda-bedakan semua warga negara indonesia yang melanggar aturan wajib
berhadapan dengan hukum. Hukum tidak membeda-bedakan golongan warga negara baik itu
golongan atas, golongan menengah, ataupun golongan terbawah. Hal ini dikarenakan hukum
pada dasarnya sama dan tanpa terkecuali. Keadilan sosial yaitu adil yang berarti menyeluruh dan
tanpa terkecuali yang berlaku untuk seluruh rakyat Indonesia. Tidak ada diskriminasi atau
merugikan satu diantara banyak pihak yang terlibat. Serta tidak melibatkan status sosial, agama,
ras, adat, warna kulit ataupun keanekaragaman yang terdapat di Indonesia yang artinya yang
benar tetap benar dan yang salah tetap salah.

“Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia” seperti bunyinya, makna sila kelima
menjelaskan mengenai keadilan yang harus didapatkan oleh seluruh masyarakatnya.

Keadilan ini berlaku untuk seluruh aspek kehidupan, termasuk juga hak dan kewajiban yang
dimiliki masing-masing individu. Keadilan Sosial juga memiliki berarti kita tidak boleh
mementingkan diri sendiri. Kita harus mengutamakan kepentingan umum dalam hidup
bermasyarakat. Sangat penting untuk mengetahui seberapa pentingnya keadilan social dalam
kehidupan bermasyarakat sehingga tidak menutup kemungkinan untuk menciptakan kehidupan
masyarakat yang sejahtera dan adil terbentuk.

Jadi, untuk menciptakan negara yang lebih adil lagi kedepannya kita sebagai generasi milenial
harus menanamkan dan melakukan hal-hal seperti menghormati dan menghargai sesama sedini
mungkin sehingga pada nanti saatnya kita yang memimpin atau berpengaruh di negara kita, kita
merupakan generasi yang saling menghargai dan menghormati antar sesama. Sehingga
kedepannya ke lima sila dari Pancasila, terutama sila “keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia” ini dapat terlaksana dan berjalan dengan sebaik-baiknya.

Sumber : Binus.ac.id

Penulis : Chrysant Yunita Setiawan

3. Bagaimana sejarah perumusan sila pertama ?

Kekosongan ideologis akibat lemahnya pembumian Pancasila oleh apparatus sosial juga
memunculkan kelompok-kelompok yang memunculkan kembali gagasan dasar negara dalam
Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945 yang sila pertamanya berbunyi: Ketuhanan, dengan
kewajiban melaksanakan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya. Rumusan sila pertama itu
kemudian diubah melalui sidang BPUPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 menjadi rumusan
Pancasila yang seperti yang tercantum dalam UUD 1945 yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.
Meskipun demikian, masih terdapat kelompok-kelompok yang dengan lantang dan terbuka ingin
kembali pada gagasan Piagam Jakarta.
Kelompok-kelompok ini mengambil sebagian potongan dalam sejarah dan kemudian memaknai
sendiri dengan bias kepentingan dan monisme totaliternya sehingga makna sejarah yang
sesungguhnya tidak mereka indahkan, bahkan mungkin tak terlihat oleh mereka. Memang benar
bahwa Piagam Jakarta pada tanggal 22 Juni 1945 telah ditandatangan oleh BPUPKI yang
dipimpin oleh Soekarno. Pada saat itu sila “Ketuhanan, dengan kewajiban melaksanakan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya” tidak dianggap sebagai diskriminasi oleh karena hanya
mengikat bagi pemeluk agama Islam. Bahkan anggota BPUPKI yang beragama Kristen yaitu
A.A. Maramis tidak berkeberatan dengan sila tersebut. Namun yang dipikirkan oleh anggota
BPUPKI tersebut tidak sama dengan yang pikirkan oleh kalangan masyarakat yang bergama lain.
Adalah seorang perwira utusan Angkatan Laut Jepang yang bertemu Bung Hatta pada sore hari
tanggal 17 Agustus 1945. Perwira itu menyampaikan bahwa wakil-wakil umat Protestan dan
Katolik yang berada dalam wilayah kekuasaan Angkatan Laut Jepang sangat berkeberatan
dengan bagian kalimat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar, yang berbunyi, “Ketuhanan
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Mereka sadar bahwa
bagian kalimat itu tidak mengikat mereka, namun dengan mencantumkan ketetapan seperti itu
dalam pembukaan dan dasar berdirinya suatu negara merupakan “diskriminasi” terhadap mereka
golongan minoritas. Dalam buku autobiografi Bung Hatta disebutkan bahwa jika “diskriminasi”
itu ditetapkan juga, mereka lebih suka berdiri di luar Republik Indonesia.

Tak lama waktu yang diperlukan oleh Hatta untuk memahami kekhawatiran dari kelompok-
kelompok minoritas tersebut. Ia memutuskan untuk membahas masalah tersebus pada sidang
PPKI keesokan harinya pada tanggal 18 Agustus 1945. Sebelum sidang dimulai, Hatta
mengadakan pertemuan pendahuluan dengan 5 anggota PPKI lainya yaitu Ki Bagus
Hadikoesoemo, Wahid Hasyim, Mr. Kasman Singodimedjo, dan Mr. Teuku Hasan. Pertemuan
itu menyepakati untuk mengganti kalimat “Ketuhanan dengan kewajiban melaksanakan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dengan kalimat “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Rapat
pendahuluan atas inisiatif Hatta itu menyetujui bahwa peraturan dalam kerangka syariat Islam,
yang hanya mengenai orang Islam, dapat diajukan sebagai rancangan undang-undang ke DPR,
yang jika diterima oleh DPR maka mengikat umat Islam Indonesia. Rapat itu juga menyepakati
bahwa hukum nasional berlaku untuk semua warga negara. Perbedaan hukum antara penduduk
yang beragama Islam atau beragama Kristen akan terdapat terutama dalam bidang hukum
keluarga. Dalam bidang hukum perdata lainnya seperti hukum perniagaan dan hukum dagang,
berlaku hukum yang setara untuk semua penduduk. Ketika memasuki sidang pleno PPKI, usulah
perubahan yang telah disetujui oleh 5 orang tadi dalam rapat pendahuluan sebelum sidang resmi,
kemudian disetujui oleh sidang lengkap dengan suara bulat.

Sumber : Unud.ac.id

Penulis : I Made Anom Wiranata, SIP, MA

Anda mungkin juga menyukai