Anda di halaman 1dari 4

Pancasila Sebagai Alat Pemersatu Bangsa

               Indonesia sebagai Negara yang merdeka berlandaskan Pancasila dan Undang – Undang
Dasar 1945 sebagai pijakan serta filosofi bangsa, sesungguhnya menjamin perlindungan bagi
setiap warga Negara didalam segala aspek kehidupannya, inilah yang melandasi kehendak mulai
dari para pendiri Republik ini untuk membentuk Indonesia sebagai Negara Kesatuan. Reformasi
sejak tahun 1998 bangsa kita mengalami cobaan dan ujian bertubi-tubi, krisis moneter dan
ancaman disintegrasi bangsa sampai saat ini belum dapat diselesaikan dengan tuntas. Hal ini
menimbulkan rasa frustasi dan ketidak percayaan rakyat kepada pemerintah, muncullah aneka
ragam bentuk protes baik melalui demontrasi yang anarkis dan membuat parlemen tandingan.
Permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat dan bangsa Indonesia tersebut menggambarkan
bahwa Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai dasar Negara, jiwa kepribadian
bangsa menunjukkan adanya kecenderungan tidak lagi dijadikan pedoman hidup dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, kecenderungan tersebut diantaranya  tindakan sadis
dan anarkis mewarnai berita-berita media massa baik elektronik maupun cetak, bagaimana
seorang ibu membunuh anak kandungnya, seorang ayah memperkosa anak perempuannya,
pembantaian, begitu juga kelompok masyarakat bertindak anarkis dalam menyampaikan
pendapat, sarana umum hancur, lalu lintas macet, kendaraan dinas maupun pribadi dibakar, para
pelakunya bebas tidak dapat hukuman.   Konflik SARA. Sentimen bernuansa SARA yang
diawali kecemburuan sosial telah meracuni landasan persatuan dan kerukunan hidup beragama
yang ditanamkan oleh pendahulu kita yang notabene, terdiri atas berbagai suku dan agama,
misalnya peristiwa yang pernah terjadi di POSO dan AMBON

Permasalahan yang dialami oleh bangsa Indonesia dewasa ini, dengan berbagai kejadian-
kejadian yang terjadi di sebagian daerah Indonesia sangatlah bertentangan dengan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar ’45 yang dijadikan pedoman hidup oleh masyarakat, berbangsa dan
bernegara mengingat Pancasila merupakan azas mutlak bagi rakyat Indonesia dalam
menjalankan kehidupannya sehari-hari.

Dengan melihat perkembangan kehidupan berbangsa dan bertanah air di Negara kita
yang sering terjadi konflik maka menjadi suatu tantangan buat kita untuk bisa menjawab
bagaimana penanganan atau pemecahan masalah konflik tersebut dan dalam penangan konflik
tersebut berpedoman kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta langkah-langkah
apa yang harus dilaksanakan.

Kita ketahui bersama bahwa Negara Indonesia terdiri dari berbagai ragam suku, bahasa,
agama, adat istiadat dan banyak lagi, hal itu akan bisa berdampak pada konflik apabila kita tidak
memiliki jiwa kesatuan dan pesatuan. Untuk itu didalam menumbuhkan nilai persatuan dan
kesatuan maka salah satu langkah pemecahan adalah perlu dihidupkan kembali penataran
Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila (P4) kepada setiap lapisan masyarakat, karena
dengan penataran tersebut secara tidak langsung masyarakat akan memahami tentang dasar
falsafah kita dan bagaimana pengaplikasiannya sehingga akan mengurangi konflik-konflik yang
terjadi di Negara kita, seperti halnya kalau kita simak Sila-Sila yang ada pada Pancasila, Sila
pertama Pancasila (Ketaqwaan terhadap Tuhan YME) yang mengandung nilai saling
menghormati antar sesama penganut agama dan tidak memperuncing perbedaan cara-cara
pendekatan diri kepada Tuhan.

Kalau ini disimak dengan baik dan benar maka kemungkinan konflik yang terjadi di
Ambon tidak akan terjadi atau tidak berlarut-larut sehingga tidak akan memakan korban yang
sia-sia serta tidak ada kerugian harta benda. Hal ini tidak akan terjadi apabila kita memahami
secara mendalam tentang Pancasila terutama pada Sila pertama.

Pada Sila kedua Pancasila (Kemanusiaan yang adil dan beradab) terkandung nilai-nilai
kemanusiaan antara lain. (1) Pengakuan terhadap adanya martabat manusia. (2) Perlakuan yang
adil terhadap martabat manusia. (3) Pengertian manusia yang beradab memiliki daya cipta, rasa,
karsa dan keyakinan sehingga jelas adanya perbedaan antara manusia dan hewan. Sehingga
tumbuh nilai saling menyayangi dan mengasihi antar sesama serta menghormati nilai- nilai hidup
setiap orang. Dengan memahami nilai-nilai ini maka tidak akan terjadi pelanggaran terhadap
hak-hak manusia seperti pembunuhan, pemerkosaan, penganiayaan dan lain-lain.

Pada Sila ketiga (Persatuan Indonesia) terkandung nilai-nilai sebagai berikut. (1)
Persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia. (2) Bangsa
Indonesia adalah persatuan suku-suku bangsa yang mendiami wilayah Indonesia dan memiliki
satu tekad yang sama dalam pencapaian cita-cita. (3) Pengakuan terhadap “Ke-Bhineka Tunggal
Ika-an” suku Bangsa (etis) dan kebudayaan Bangsa (berbeda-beda namun satu jiwa) yang
memberikan arah dalam pembinaan kesatuan Bangsa. Dalam pengaplikasiannya sama halnya
dengan sila pertama dan kedua, sila ketiga apabila kita memahami dan mecermati serta
mengilhami secara benar dan menginginkan persatuan dan persatuan maka konflik di Aceh dan
Papua serta Ambon yang ingin memisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia ini tidak
akan terjadi.
Sedangkan pada Pancasila Sila keempat (Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan) terkandung nilai-nilai. (1) Kedaulatan
negara adalah ditangan rakyat. (2) Pimpinan kerakyatan adalah hikmat kebijaksanaan yang
ditempuh melalui jalan musyawarah dengan dilandasi akal sehat. (3) Manusia Indonesia sebagai
warga negara dan warga masyarakat Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang
sama. (4) Musyawarah untuk mufakat dicapai dalam permusyawaratan wakil-wakil rakyat. Sila
keempat ini kalau diaplikasakan oleh segenap lapisan masyarakat dengan setiap permasalahan
atau konflik diselesaikan dengan musyawarah maka tidak akan terjadi konflik yang
berkepanjangan seperti di Ambon dan Poso.

Pada Sila kelima pada Pancasila (Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia)
terkandung nilai-nilai. (1) Perwujudan keadilan sosial dalam kehidupan sosial atau
kemasyarakatan meliputi seluruh rakyat Indonesia dengan tidak memandang Suku, Agama, Ras
dan golongan. (2) Keadilan dalam kehidupan sosial terutama meliputi bidang-bidang Ideologi,
Politik, Ekonomi, Sosial, Kebudayaan dan Pertahanan/ keamanan nasional
(Ipoleksosbudhankamnas). (3) Cita-cita masyarakat adil dan makmur material dan spritual yang
merata bagi seluruh rakyat Indonesia. (4) Keseimbangan antara hak dan kewajiban dan
menghormati hak orang lain.

Dengan memahami bagaimana pengaplikasian dari butir-butir Pancasila yang merupakan


sebagai pandangan hidup seperti tersebut diatas, maka bangsa Indonesia akan dapat memandang
suatu persoalan yang dihadapinya dan menentukan arah serta dapat memecahkan persoalannya
dengan tepat. Tanpa memiliki suatu pandangan hidup, bangsa Indonesia akan merasa
terombang ambing dalam menghadapi suatu persoalan besar yang timbul baik persoalan
masyarakat itu sendiri maupun persoalan besar umat manusia dalam pergaulan masyarakat
bangsa-bangsa di dunia.

Pandangan hidup bangsa haruslah berakar pada pandangan hidup masyarakat dengan kata
lain bahwa pandangan hidup bangsa harus berakar dari nilai-nilai budaya yang dijunjung tinggi
oleh seluruh lapisan masyarakat yang menjadi unsur lapisan masyarakat itu. Setiap masyarakat
yang mendiami suatu daerah di Indonesia pastilah mempunyai ciri kebudayaan dan pandangan
hidup masyarakat yang perlu dilindungi, dihormati, serta dimajukan oleh negara.

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa memperoleh dukungan dari rakyat Indonesia
karena sila-sila serta nilai-nilai yang secara keseluruhan merupakan intisari dari nilai-nilai
budaya masyarakat yang majemuk. Pancasila memberikan corak yang khas dalam kebudayaan
masyarakat, oleh karena itu tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia dan
merupakan ciri khas yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

Realisasi pelaksanaan Pancasila sebagai dasar falsafah negara, sehingga tertanam nilai-
nilai Pancasilais dalam rangka mencegah terjadinya konflik antar suku, agama, dan daerah serta
menghindari adanya keinginan pemisahan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia maka perlu
dilakukan sesara berangsur-angsur kepada lapisan masyarakat tentang pemahaman lebih
mendalam mengenai Pancasila dan Undang-Undang Dasar ’45, sehingga akan timbul jiwa
persatuan dan kesatuan. Oleh karena itulah Negara Kesatuan Republik Indonesia mencantumkan
sesanti Bhineka Tunggal Ika pada lambang Negara, Persatuan dan Kesatuan tidak boleh
mematikan keanekaragaman dan kemajemukan sebagaimana kemajemukan tidak boleh menjadi
faktor pemecah belah, tetapi harus menjadi sumber daya yang kaya untuk memajukan kesatuan
dan persatuan itu.

Dari tulisan diatas dapat disimpulkan bahwa Pancasila merupakan alat pemersatu Bangsa
dari perpecahan, konflik yang terjadi ditengah lapisan masyarakat, dengan jalan setiap
masyarakat harus mampu menjiwai secara mendalam dan mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari, adapun untuk bisa menggalakkan lagi pemahaman tentang Pancasila dan Undang-
Undang Dasar maka disarankan perlu dihidupkan kembali penataran Pedoman Penghayatan
Pengamalan Pancasila.

Anda mungkin juga menyukai