Pancasila bagi bangsa Indonesia adalah sebagai dasar negara dan “way of life” bagi kehidupan
bermasyarakat di Indonesia. Hal ini menurut catatan sejarah Pancasila dulunya adalah suatu ajaran yang
sudah ada sejak jaman Majapahit, hal ini dibukukan dalam kitab Sutasoma karangan Empu Tantular serta
kitab Negarakertagama karangan Empu Prapanca. Dalam kitab Negarakertagama terdapat ketentuan
yang harus dipatuhi seorang raja, yaitu “Raja menjalankan dengan setia kelima pantangan begitu pula
upacara-upacara ibadat dan penobatan”. Hal tersebut dijelaskan lebih lanjut pada kitab Sutasoma,
adanya istilah “Pancasila Krama”, yaitu lima dasar tingkah laku atau perintah kesusilaan. Dalam kitab itu
terdapat lima larangan yakni: a). jangan mencabut nyawa makhluk hidup; b). jangan mengambil barang
yang tidak diberika;.c). jangan berbuat zina; d). jangan berkata bohong; e). janganlah minum-minuman
yang memabukkan.
Jika pada era Majapahit Pancasila adalah merupakan suatu ajaran yang berkaitan dengan larangan,
Pancasila yang dipahami sebagai pedoman hidup Bangsa Indonesia sekarang maknanya lebih luas, yaitu
merupakan nilai-nilai luhur yang wajib dipahami dan dilaksanakan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Pancasila yang dikukuhkan dalam sidang I dari BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945 serta pada
sidang BPUPKI telah menerima secara bulat Pancasila itu sebagai dasar negara Indonesia merdeka. Dalam
keputusan sidang PPKI kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila tercantum secara resmi dalam
Pembukaan UUD RI dan Undang-Undang Dasar 1945.
Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat tertutup dan kaku, tetapi bersifat dinamis dan
terbuka. Hal ini berarti ideologi Pancasila besifat aktual, dinamis, antisipatif dan senantiasa mampu
menyesuaikan dengan perkembangan zaman, iptek, serta dinamika perkembangan aspirasi masyarakat.
Keluwesan dan fleksibelitas serta keterbukaan yang dimiliki oleh ideologi Pancasila menjadikan Pancasila
tidak ketinggalan zaman dalam tatanan sosial, namun sifatnya yang terbuka bukan berarti nilai-nilai dasar
Pancasila dapat dirubah atau diganti dengan nilai dasar yang lain.
Implementasi dari sila-sila yang terdapat dalam Pancasila pasca gerakan reformasi 1998 hingga
sekarang mengalami degradasi yang serius. Contoh kasus yang baru terjadi adalah masalah calon
Gubernur DKI Jakarta, Ahok yang mengutip ayat Al-Quran (surah Al-Maidah: 51) untuk kepentingan politik,
sehingga menimbulkan permasalahan yang berdapak pada isu SARA. Serta banyak pihak-pihak yang
mengatasnamakan agama tertentu hanya untuk hasrat pribadi maupun golongan tertentu. Perilaku
tersebut sudah jelas bertentangan dengan beberapa sila yang tertuang dalam Pancasila, yaitu Ketuhanan
Yang Maha Esa. Dimana pada sila kesatu ini semua orang berhak memeluk agama tanpa ada paksaan dari
pihak lain, tidak boleh menistakan agama lain, dan menjunjung tinggi kerukunan umat beragama. Sila
kedua yang dilanggar yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, dimana semua warga negara Indonesia
memiliki hak yang sama dalam pemenuhan kesejahteraan, kehidupan yang layak, persamaan hak dalam
politik, kesetaraan dalam hukum, dan hal-hal lain yang diatur dalam undang-undang tanpa melihat suku
dan ras.
Kasus terorisme dan tindakan makar yang dilakukan oleh sekelompok orang yang
mengatasnamakan agama, atau kepentingan tertentu dengan tujuan memisahkan wilayah dari NKRI juga
merupakan pelanggaran sila ketiga yaitu Persatuan Indonesia. Seiring maraknya terorisme, disintegrasi
bangsa dalam lingkup kecil juga terjadi di kota besar, yaitu banyak sekali kasus tawuran antar pelajar dan
pemuda hanya karena kasus yang sepele. Disintegrasi bangsa juga bisa tersulut dengan kasus bullying
melalui media sosial, adanya saling hujat antara individu yang akhirnya merambat dalam lingkup
kelompok.
Kemudian dalam sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan banyak sekali terdapat kasus yang menunjukkan penurunan nilai sila
tersebut. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya kasus sengketa Pilkada yang harus berakhir di MK (misalnya
Pilkada Manado, Fakfak, Gresik, dan lain sebagainya), dimana masyarakat disuguhkan oleh mati surinya
penghargaan pendapat orang lain, demokrasi, dan rasa legowo di hati para pihak yang kalah. Banyaknya
sengketa Pilkada sebagai contohnya, menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia mengalami penurunan
pendewasaan politik. Semua sengketa tidak diutamakan diselesaikan dengan musyawarah untuk
mencapai mufakat, tapi masyarakat banyak yang melakukan by pass dengan demonstrasi, anarkisme dan
aroganisme demi terpenuhinya tuntutan yang kadang dipaksakan.
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, yang merupakan sila terakhir dalam Pancasila tujuan
secara umumnya adalah pemerataan kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh warga negara
Indonesia. Rakyat Indonesia berhak mendapatkan penghidupan yang layak, penghormatan terhadap
HAM, perlindungan keamanan dan hukum, lingkungan sosial yang sehat, dan hal lain berkaitan dengan
kesejahteraan seluruh warga negara. Namun hal tersebut salah satunya dicederai dengan tingginya angka
korupsi di Indonesia. Seperti yang ditunjukkan pada Lembaga Transparency International, peringkat
korupsi di Indonesia pada Tahun 2015 berada di posisi 88 dari total 168 negara yang dijadikan ukuran. Dari
data terbaru Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Wali Kota Madiun, Bambang Irianto
sebagai tersangka kasus dugaan korupsi pembangunan Pasar Besar Kota Madiun pada hari Senin lalu. Jika
kita merunut kasus korupsi yang melibatkan oknum pejabat politik seringkali tidak terselesaikan dengan
baik, seperti Wisma Atlit yang belum bisa menyeret pemain besarnya,kasus BLBI, kasus Bank Century, dan
kasus lain yang diduga melibatkan oknum pejabat penting di negara Indonesia.
Sumber:
Itulah contoh penerapan Pancasila yang dapat dilakukan sehari-hari. Tentunya, masih banyak
contoh penerapan Pancasila yang dapat kamu tambahkan.
Lampiran 3
Karenanya, kita harus menerapkan nilai Pancasila di sekolah, rumah, dan masyarakat.
Penerapan nilai Pancasila di sekolah, rumah, dan masyarakat itu terlihat dari perilaku kita yang
mencerminkan sila-sila Pancasila, teman-teman.
Apa saja contoh perilaku yang menerapkan nilai Pancasila di sekolah, rumah, dan masyarakat, ya?
Dalam Pancasila sila 1 sampai 5, terdapat nilai-nilai yang menjadi pedoman hidup bangsa Indonesia,
teman-teman.
- Nilai Ketuhanan, yaitu bangsa Indonesia adalah bangsa yang beragama dan setiap warga negara
memeluk agamanya masing-masing.
- Nilai Kemanusiaan, yaitu seluruh masyarakat Indonesia harus bersikap manusiawi pada satu sama
lain.
- Nilai Persatuan, yaitu bangsa Indonesia adalah bangsa yang satu dan tidak mudah dipecah belah.
- Nilai Kerakyatan, yaitu negara mengutamakan rakyat dan kepentingan bersama dalam masyarakat
diutamakan.
- Nilai Keadilan, yaitu setiap orang harus bersikap adil satu sama lain tanpa membeda-bedakan latar
belakangnya.
1. Menerapkan sikap toleransi antar umat beragama dan menghormati ibadah umat agama lain.
2. Berbuat baik pada orang lain, seperti tetangga dan saling membantu sesama masyarakat.
4. Rukun dalam hidup bertetangga meski berbeda suku, agama, ras, dan perbedaan yang lainnya.