Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 2

NAMA : Handi Posan Simamora


NIM : 048047316

1. identitas nasional adalah ciri, tanda atau jati diri yang melekat pada suatu
negara sehingga membedakan dengan negara lain. Berdasarkan hakikat
pengertian identitas nasional, maka identitas nasional suatu bangsa
tidak dapat dipisahkan dengan jati diri suatu bangsa atau lebih
populer disebut dengan kepribadian suatu bangsa. Hakikat identitas
nasional Indonesia adalah Pancasila yang diaktualisasikan dalam
berbagai kehidupan berbangsa. Aktualisasi ini untuk menegakkan
Pancasila dan UUD 1945 sebagaimana dirumuskan dalam pembukaan
UUD 1945 terutama alinea ke-4. Identitas nasional bukan hanya
penting karena menjadi pembeda bangsa Indonesia dengan bangsa-
bangsa lain, tetapi juga karena pertama, identitas nasional adalah hal
yang mutlak dimiliki oleh setiap bangsa agar bangsa Indonesia dikenal
oleh bangsa lain agar dapat melanjutkan perjuangan untuk mampu eksis
sebagai bangsa sesuai dengan fitrahnya. Kedua, identitas nasional bagi
negara-negara Indonesia sangat penting bagi kelangsungan hidup
negara-negara Indonesia. Ketiga, identitas nasional penting bagi
kewibawaan negara dan bangsa Indonesia. Di antara beberapa identitas
nasional yang penting bagi kehidupan di Indonesia, Pancasila adalah
identitas nasional yang paling penting. Pancasila adalah dasar filsafat
negara Republik Indonesia. Di samping itu, Pancasila juga berperan
sebagai dasar negara, sebagai sumber hukum, sebagai ideologi nasional,
sebagai pandangan hidup, dan sebagai kepribadian bangsa Indonesia.
Sebagai kepribadian bangsa, Pancasila adalah lima asas atau lima prinsip
yang disusun berdasarkan nilai-nilai luhur kehidupan yang berasal dari
bangsa Indonesia sendiri.

2. Pancasila sejak tahun 1945 sebagai dasar negara kemudian menjadi


rujukan berjalannya Negara Indonesia. Sebagai ideologi Pancasila pada
hakikatnya bukan merupakan hasil pemikiran seseorang atau
kelompok orang sebagaimana ideologi lain, namun Pancasila diangkat
dari nilai-nilai adat-istiadat, nilai-nilai kebudayaan, serta nilai-nilai religius
yang terdapat dalam kehidupan masyarakat Indonesia sebelum
membentuk negara (Kaelan, 2004). Secara kultural dasar-dasar
pemikiran dan nilai-nilai tentang Pancasila berakar pada nilai-nilai
kebudayaan dan nilai-nilai persatuan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia
(Kaelan, 2011:8). Dengan keanekaragaman manusia dengan ciri-ciri yang
berbeda, berbagai agama dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat
hampir setiap suku bangsa yang memiliki bahasa daerah dan adat istiadat
yang berbeda satu sama lainnya, oleh karena itu tepat sekali
keanekaragaman dan kemajemukan budaya yang ada menjadi motto
yang melekat pada bangsa Indonesia sendiri yaitu Bhinneka Tunggal Ika.
Dengan demikian, tidak dapat diragukan bahwa dasar negara yang kita
miliki digali dari nilai yang terdapat dalam masyarakat. Nilai tersebut
tersebar pada masyarakat, digunakan untuk mengatur kehidupan
masyarakat. Oleh karena itu, tidak, diragukan lagi bahwa Pancasila
sebenarnya merupakan budaya dan pembudayaan bangsa Indonesia yang
perlu dipahami secara ilmiah oleh bangsa Indonesia.

Berikut adalah unsur-unsur causa materialis Pancasila dan kaitannya


dengan sila-sila yang
terkandung didalamnya:
a. Adat-istiadat
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung arti bahwa kita bangsa
Indonesia
percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, nilai-nilainya meliputi
dan menjiwai
keempat sila lainya. Pencipta alam semesta beserta isinya, baik benda
mati maupun
makhluk hidup. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini sekaligus
memberikan landasan
untuk melarang semua kegiatan yang bersifat anti agama dan
kepercayaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
Pada pokoknya adat-istiadat merupakan urusan kelompok; tidak ada adat-
istiadat
orang seorang. Seseorang mengikuti adat-istiadat bersama dengan
orang lain; adat-
istiadat sekaligus merupakan urusan masyarakat. Dengan diambilnya
adat-istiadat
sebagai unsur sila Pancasila memang sangat tepat, sebab para
pemimpin kita yang
merumuskan sila-sila Pancasila mengharap negara yang berdasarkan
Pancasila
merupakan negara kekeluargaan, bukan negara yang bersifat orang
perorangan.
Pancasila bukanlah sebuah ideologi yang ditanamkan dari atas,
melainkan merupakan
manifestasi moralitas publik. Artinya, dimensi otoritas dan tradisi
seharusnya
melenturkan diri sefleksibel mungkin, sehingga publik pun
berpartisipasi dalam
diskursus tentang nilai-nilai dasar Pancasila itu (Lanur, 1995: 11).

Karakteristik lain dari adat-istiadat, orang tidak lagi mempertanyakan


tentang
asal-usul serta apa yang hendak dicapai oleh adat-istiadat, melainkan
orang mematuhi
secara diam-diam dan tanpa mempersoalkannya. la diterima dan
dipatuhi sebagai
sesuatu yang wajar. la tidak memerlukan dasar pembenaran; paling-
paling kehendak
Tuhan merupakan dasar pembenarannya (de Vos, 1987: 43). Dari
kedua karakteristik
adat-istiadat di atas, sudah sangat jelas maksud dan tujuannya. Di
samping itu, adat-
istiadat memiliki karakteristik yang universal, artinya berlaku untuk
adat-istiadat di
manapun dengan tidak melihat di mana tempat keberadaannya.

b. Budaya
Pancasila dirumuskan dari nilai budaya bangsa Indonesia yang terdiri
dari nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, masyarakat dan keadilan sosial.
Ketuhanan Yang
Maha Esa, diwujudkan setiap orang seharusnya memeluk agama sesuai
keyakinannya,
bertoleransi terhadap orang lain yang berbeda agama. Kemanusiaan
yang adil dan
beradab, diwujudkan dalam bentuk perilaku saling menghargai harkat
dan martabat
sesama, kesamaan dalam kemasyarakatan dan hukum, saling
mengasihi, dan
menyayangi. Persatuan Indonesia, diwujudkan dengan tiadanya
diskriminasi individu
dan antar golongan, kesediaan bekerja sama untuk kepentingan
bersama, bergotong
royong, rela berkorban, senantiasa berupaya untuk menciptakan
kerukunan. Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
diwujudkan ke dalam bentuk menyelesaikan masalah dengan
musyawarah, demokrasi
substansial, dan tidak memaksakan kehendak. Sedang keadilan sosial
bagi seluruh
rakyat Indonesia, diwujudkan dalam bentuk perilaku menghargai hak
orang lain, karya
cipta orang lain, dan mengedepankan kewajiban kemudian hak yang
dilaksanakan
secara seimbang.

c. Agama-agama
Sudah sejak dahulu kala dikatakan bangsa Indonesia adalah bangsa
yang
beragama, bangsa yang mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa.
Pada waktu
meyampaikan pidato lahirnya Pancasila, Bung Karno mengusulkan prinsip
Ketuhanan.
Bangsa Indonesia dengan memiliki prinsip tersebut, dikatakan. Prinsip
Ketuhanan
bukan saja bangsa Indonesia ber-Tuhan, tetapi masing-masing orang
Indonesia
hendaknya bertuhan Tuhannya sendiri. Yang Kristen menyembah
menurut Tuhan
petunjuk Isa al-Masih, yang Islam bertuhan menurut petunjuk Nabi
Muhammad
S.A.W., orang Budha menjalankan ibadatnya menurut kitab-kitab
yang ada padanya
(Soekarno, tanpa tahun: 27).
3. Internalisasi Nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari
Sila pertama, mengimani adanya tuhan yang maha esa serta mematuhi
perintah dan menjauhi larangan-Nya. Menerapan toleransi antar umat
beragama. Tidak melakukan pemaksaan dan menghormati kebebasan
beragama. Dan tidak merendahkan atau mencemooh agama maupun
pemeluk agama lain.
Sila kedua, mengakui persamaan hak, kewajiban dan kedudukan
semua orang di mata hukum, agama, sosial, dan lainnya. Saling
mengedepankan sikap toleransi atau tenggang rasa antar masyarakat.
Menjalin pertemanan dengan siapa saja tanpa membeda-bedakan ras uku, agama
dan lainnya. Dan berani menyuarakan kebenaran untuk
mempertahankan keadilan.
Sila ketiga, bangga menggunakan bahasa ibu atau bahasa Indonesia
sebagai bahasa pergaulan sehari-hari. Melestarikan budaya Indonesia
seperti baju adat, tarian, alat, bahasa, alat musik, dan lain-lain dalam
kehidupan sehari-hari. Membantu keluarga, teman dan kerabat yang
mengalami kesulitan. Dan saling bekerja sama menjaga keutuhan
NKRI dengan berpegang teguh pada nilai-nilai Pancasila. Serta
begotong royong
Sila keempat, melakukan musyawarah untuk memperoleh keputusan
bersama. Mengedapankan toleransi dan keadilan dalam
mengemukakan dan mendengar pendapat dalam musyawarah dan
keputusan akhir dalam musyawarah harus disetujui oleh semua pihak
karena atas keputusan bersama.
Sila kelima, Mengedepankan sikap adil antar sesama manusia.
Melaksanakan kewajiban dan menghormati hak orang lain. Dan
kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia dikedepankan dibandingkan
kemakmuran pribadi atau golongan.

4. Pancasila sebagai kepribadian bangsa merupakann perwujudan dari


nilai-nilai
budaya bangsa yang diyakini kebenaran dan kebaikannya. Nilai-nilai
yang
dimaksud adalah sila-sila yang terdapat di Pancasila.
Pengimpelementasian
nilai tersebut dapat diwujudkan dalam sikap mental dan tingkah laku serta
amal perbuatan setiap warga negaranya.
Sila pertama, tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaan pada orang
lain dan menghormati pemeluk agama lain dalam melaksanakan ibadah.
Sila kedua, bersikap tenggang rasa kepada orang lain, berani
membela
kebenaran dan keadilan dan saling menghormati dan mau bekerjasama
denga
orang lain
Sila ketiga, rela berkorban untuk kepentingan bangsa, cinta tanah
air dan
bangsa dan menempatkan persatuan dan kesatuan kepentingan
dan
keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
Sila keempat, menerima dan melaksanakan setiap keputusan
musyawarah,
tidak memaksakan kehendak kepada orang lain dan
mempertanggung
jawabkaan setiap keputusan musyawarah secara moral kepada Tuhan
Yang
Maha Esa.
Sila kelima, menghormati hak-hak orang lain, ringan tangan atau
gemar
membantu orang lain dan menjaga keseimbangna antara hak dan
kewajiban.

Anda mungkin juga menyukai