Anda di halaman 1dari 5

Konsep Pancasila Sebagai Dasar Negara

Pancasila berasal dari bahasa sanskerta yaitu “Panca” yang artinya lima, dan “Sila”
yang artinya berbatu sendi yang lima (Yamin, Pembahasan UUD RI). Konsep
Pancasila sebagai dasar negara sendiri diajukan oleh Ir. Soekarno pada tanggal 1
Juni 1945 dalam sidang BPUPKI yang pertama. Arti Pancasila sendiri sebagai
dasar negara adalah bahwa seluruh pelaksanaan dan penyelenggaraan
pemerintahan harus mencerminkan nilai-nilai yang termuat dalam Pancasila dan
tidak boleh bertentangan. Hal ini dikarenakan lima sila dalam Pancasila
menunjukkan ide-ide fundamental tentang manusia dan seluruh realitas, yang
diyakini kebenarannya oleh bangsa Indonesia dan bersumber pada watak dan
kebudayaan Indonesia yang melandasi berdirinya negara Indonesia (Kaelan, 1996;
92). Berikut akan dijelaskan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila serta
contoh pelaksanaan dan pelanggaran hakikatnya sebagai dasar negara.

Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa


Bangsa Indonesia memberikan kebebasan untuk beribadah sesuai dengan
keyakinan dan kepercayaan setiap individu. Contoh pelaksanaannya sendiri
adalah undang-undang dan pemerintah membebaskan pembangunan masjid dan
gereja untuk kaum muslim dan kristen menjalankan ibadah. Sedang bentuk
pelanggarannya adalah maraknya penganiayaan dan kasus kriminal lainnya yang
terjadi di masjid.

Sila Kedua : Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab


Bangsa Indonesia adalah bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan,
di mana manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain.
Oleh karena itu dibutuhkan sikap yang adil dan beradab antar setiap individu.
Contoh pelaksanaannya adalah pemerintah Indonesia mengirimkan Kontingen
Garuda (KONGA) ke wilayah-wilayah konflik sebagai bagian dari pasukan
perdamaian. Adapun pelanggaran pada sila ini contohnya adalah konflik KKB di
Papua yang tidak kunjung bisa selesai dan memakan banyak korban jiwa.

Sila Ketiga : Persatuan Indonesia


Bangsa Indonesia adalah bangsa yang meskipun banyak memiliki ragam suku dan
etnis di dalamnya akan tetapi tetap memiliki satu tujuan yang sama yakni
persatuan. Contoh pelaksanaan dari sila ini adalah diadakannya rapat paripurna
oleh DPR RI untuk membuat 32 RUU. Adapun bentuk pelanggarannya adalah
Perang Sampit yang terjadi di Kalimantan antara suku Dayak dengan suku
pendatang (Madura).

Sila Keempat : Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan


Dalam Permusyawaratan Perwakilan
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang menganut paham demokrasi yang artinya
kedaulatan tertinggi berada di tangan rakyat sementara urusan tata negara dikelola
dan diatur oleh pemerintah dalam hikmat kebijaksanaan dan permusyawaratan.
Contoh dari pelaksanaannya sendiri adalah Pemilu untuk memilih wakil rakyat
dilaksanakan setiap 5 tahun sekali. Sementara itu pelanggarannya dapat berupa
adanya intervensi hasil murni dari kotak suara oleh pihak tertentu yang memiliki
kepentingan sehingga pemimpin yang terpilih bukanlah pemimpin dari rakyat.

Sila Kelima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Bangsa Indonesia adalah bangsa yang menjunjung tinggi keadilan bagi seluruh
individu yang ada di setiap lapisan masyarakat. Contoh pelaksanaannya adalah
adanya program dari pemerintah wajib sekolah 12 tahun (SD-SMA) yang
menjamin pendidikan generasi bangsa. Adapun bentuk pelanggarannya adalah
ketika program tersebut masih tidak bisa menjangkau seluruh anak di Indonesia,
menyebabkan ada sebagian yang bisa bersekolah dan sebagian lain banyak yang
tidak.

Fungsi dan Kedudukan Pancasila Sebagai Dasar Negara


1. Pancasila sebagai pedoman hidup
2. Pancasila sebagai jiwa bangsa
3. Pancasila sebagai kepribadian bangsa
4. Pancasila sebagai sumber hukum
5. Pancasila sebagai cita-cita bangsa

Konsep Pancasila Sebagai Pandangan Hidup


Tidak hanya menjadi dasar negara, nilai-nilai dalam Pancasila juga harus
diimplementasikan oleh generasi saat ini sebagai suatu pandangan hidup. Hal ini
perlu dilakukan guna memastikan bahwa Pancasila tidak hanya dijadikan sebagai
dasar bagi pengelolaan negara saja tapi juga diyakini dan dijalankan dalam
kehidupan sehari-hari.

Rajasa (2007), menyatakan bahwa generasi muda harus mengembangkan karakter


nasionalisme melalui tiga proses seperti berikut ini :
 Membangun karakter positif melalui kemauan keras, untuk menjunjung
nilai-nilai moral serta merealisasikannya di kehidupan.
 Menjadi role model dari pengembangan karakter bangsa yang positif dengan
berinisiatif membangun kesadaran kolektif dengan kohesivitas tinggi.
 Memiliki peran dan berprestasi dalam ilmu pengetahuan dan kebudayaan,
serta terlibat dalam proses pembelajaran/pengembangan karakter positif
bangsa sesuai dengan kemajuan zaman.

Adapun upaya-upaya untuk menanamkan nilai pancasila sebagai suatu pandangan


hidup adalah :
 Menganut satu agama dan konsisten memeluk agama tersebut serta tidak
memaksa pemeluk agama lain untuk masuk ke dalam agamanya.
 Menanamkan sikap menghargai nilai-nilai kemanusiaan dan
mengimplementasikannya dengan sikap yang adil dan beradab.
 Menghargai perbedaan ras, suku, bahasa daerah, serta mencintai tanah air dan
turut serta menjaga persatuan bangsa.
 Menjadikan musyawarah dan mufakat sebagai alat untuk mencapai tujuan
bersama.
 Membantu orang lain yang kesulitan dan memperjuangkan agar keadilan
sosial bisa dilaksanakan secara merata.

Kesimpulan
Konsep Pancasila sebagai dasar negara adalah implementasi Pancasila oleh
pemerintah dalam setiap urusan tata kelola negara dan bangsa. Sedangkan konsep
Pancasila sebagai suatu pandangan hidup adalah implementasi nilai-nilai
Pancasila oleh generasi bangsa dalam kehidupannya sehari-hari.

Daftar Pustaka
Adi, P. (2016). Penanaman nilai-nilai Pancasila bagi masyarakat sebagai modal
dasar pertahanan negara NKRI. Jurnal Moralitas Sosial, 1 (1), 37-50.

Adhayanto, O. (2015). Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Dasar Negara


Dalam Pembentukkan Peraturan Perundang- Undangan. Jurnal Ilmu Hukum, 6(2),
166- 174.
Aristin, R. (2016). Aktualisasi Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab Di Era
Reformasi. Aspirasi: Jurnal Ilmiah Administrasi Negara, 1(1), 27-36.
Dewi, S. H. S., Handayani, I. G. A.

Rajasa.(2007). Kongres Pancasila IV. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai