SRIKANDI PEMUDA
PANCASILA
KAB./KOTA ...
Tempat: …………………………….
Tanggal: ….. …. 2022
BAB I
PENDAHULUAN
Keanekaragaman masyarakat Kab./Kota ... adalah rahmat dan Anugerah Illahi yang menjelma
menjadi kekuatan kemerdekaan dan pembangunan bangsa, Realitas bangsa Indonesia adalah
kemajemukan agama, suku, bahasa, strata sosial, pekerjaan, golongan, garis pemikiran, bahkan
kepribadian, dapat dipersatukan menjadi satu bangsa, satu bahasa, dan satu negara. Bangsa
Indonesia adalah bangsa yang besar, dengan kekayaan alam; bumi, daratan, dan lautan,
keluhuran tradisi adat-istiadat, serta ciri bangsa yang religius merupakan kekuatan Indonesia
sebagai bangsa yang besar. Mengelola negara dan bangsa seluas dan sebesar itu tentulah bukan
hal yang mudah. Mengelola bangsa yang majemuk dan sebesar tersebut memerlukan pondasi
negara dan pemerintahan yang kokoh. Srikandi Pemuda Pancasila meyakini bahwa hanya
pandangan hidup Pancasila dan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia / NKRI yang
bisa mengelola kebhinekaan secara bijaksana agar bergerak menuju persatuan,
kemakLahatn, keadilan, dan kesejahteraan bangsa.
Keyakinan tersebut terbukti dalam fakta sejarah masa kelahiran Pemuda Pancasila dimana pada
saat itu Indonesia penuh dengan fragmentasi politik serta konflik kepentingan antara
pemerintahan pusat dengan kelompok elit pejuang didaerah Polemik politik aliran serta
pemberontakan fisik daerah-daerah mengakibatkan stagnasi pembangunan kesejahteraan
masyarakat dan kebuntuan politik yang begitu fundamental sehingga mengancam kelangsungan
hidup bangsa secara keseluruhan. Para pendiri Pemuda Pancasila menyadari bahwa terlalu mahal
harga yang harus dibayar bila kemerdekaan dan kedaulatan yang baru berhasil direbut menjadi
tercerai-berai dan hancur, dan pada ujungnya justru memudahkan bangsa asing menguasai
Indonesia kembali. Oleh sebab itu, para pendiri Pemuda Pancasila melaksanakan langkah
sistematis untuk memecah kebuntuan politik nasional yang begitu fundamental, menghentikan
konflik dasar negara dan perdebatan tata pemerintahan, melalui dukungan penuh pelaksanaan
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 serta pembentukan kekuatan-kekuatan sosial dan politik yang
diharapkan mampu membangun keadaan bangsa kearah lebih baik, keadaan yg mumpuni untuk
mengisi cita-cita Proklamasi Kemerdekaan, Pancasila, & UUD 1945. Sejak saat itu hingga saat
ini Pemuda Pancasila meyakini bahwa nilai-nilai Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
1
harus terus diaktualisasikan secara sistematis, yakni 5 (lima) nilai dasar yang tersusun sebagai
satu kesatuan perangkat ideologi negara, dengan sila pertama sebagai fundamen etis perwujudan
sila-sila berikutnya.
Sila pertama Ketuhanan yang Maha Esa melandasi kenyataan bangsa Indonesia yang adalah
bangsa berTuhan. Setiap orang Indonesia adalah insan berTuhan sesuai agama keyakinannya
masing-masing. Negara Indonesia adalah Negara yang berTuhan dimana setiap warga-negaranya
dapat menyembah Tuhannya secara leluasa. Praktek penyelenggaraan negara dan interaksi
kehidupan masyarakat sehari-hari dalam negara ini tidak diperkenankan adanya sikap dan
perbuatan yang anti-ketuhanan ataupun anti keagamaan. Pada saat yang sama negara menjamin
kemerdekaan tiap penduduk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agama
dan kepercayaannya. Dalam hal ini, negara tidak merepresentasikan agama tertentu tetapi negara
memfasilitasi, melindungi, dan menjamin keamanan warganya melaksanakan ajaran agama
karena keyakinan dan kesadarannya.
Berdasarkan sila pertama tersebut Negara Indonesia adalah negara Pancasila yang tidak
memposisikan hubungan negara dan agama secara diametral dan meninggalkan agama ke ruang
privat. Negara melindungi dan mengembangkan kehidupan beragama sementara agama
menguatkan etika social, namun negara Pancasila juga bukan negara agama yang
merepresentasikan satu unsur agama saja. Negara Pancasila berdiri diatas semua penduduk yang
multiagama dan multikeyakinan, dan mempunyai jarak yang sama dengan semua agama,
melindungi, dan mengembangkan semua agama.
Peran agama dan negara tidak dipisahkan namun dibedakan, dengan syarat keduanya, memahami
batas kewenangannya masing-masing, yang dikenal dengan istilah “toleransi kembar”
Sehubungan itu ajaran agama dilaksanakan dengan penuh toleransi dan berkeadabandidukung
oleh tindakan pro-aktif Negara menyelenggarakan dialog antar umat beragama.Menurut Bung
Karno ke-Tuhanan yang dijalankan oleh bangsa Indonesia adalah berjiwa gotong-royong, yang
lapang dan toleran, bukan ke-Tuhanan yang saling menyerang dan mengucilkan. Sila Pertama
menjad ifundamen etis perwujudan sila-sila Pancasila berikutnya.
Sila kedua kemanusiaan yang adil dan beradab, dijiwai oleh sila pertama yang artinya,
masyarakat Indonesia bersumber dari ajaran Tuhan Yang Maha Esa, bahwa manusia Indonesia
adalah insan pribadi, anggota masyarakat, sekaligus hamba Tuhan dan berjiwa gotong royang,
setiap warga negara dijamin hak dan kebebasannya menyangkut hubungan dengan Tuhan,
dipandang memiliki kedudukan sama terhadap undang-undang dasar, dengan sesama orang lain,
dengan masyarakat, dengan Negara. Setiap warga negara dijamin hak dan kemerdekaan
menyatakan pendapat, serta mencapai kehidupan yang layak sesuai hak-hak dasar manusia.Oleh
karena itu, kemanusiaan adil dan beradab harus mengimplementasikan hak dan kewajiban asasi
manusia serta komitmen terhadap penegakan hukum.
Kebangsaan Indonesia merupakan bagian dari konsep kemanusiaan universal yang dituntut
mengembangkan persaudaraan manusia adil dan beradab. Kebangsaan Indonesia bukan
menyendiri, melainkan kebangsaan yang menuju kekeluargaan bangsa-bangsa. Menurut Bung
2
Karno prinsip kemanusiaan harus berjiwa gotong-royong bukan pergaulan kemanusiaan yang
menjajah dan eksploitatif.
Dalam hal ini gagasan kebangsaan dan konsep kemanusiaan universal bukanlah dikotomi antara
internasionalisme dan nasionalisme. Menurut Bung Karno “Internasionalisme tidak dapat hidup
subur kalau tidak berakar didalam buminya nasionalisme. Sebaliknya nasionalisme tidak dapat
hidup subur kalau tidak hidup dalam tamansarinya internasionalisme”.
Sila ketiga Persatuan Indonesia adalah anugerah Tuhan Yang Maha Esa dan dijiwai oleh sila
Pertama dan sila Kedua.Sila ketiga Pancasila merupakan Negara Kebangsaan, yakni negara yang
terbentuk dari bermacam suku bangsa dengan kehendak bersatu, memiliki persatuan perangai
(tekad & karakter) yang terikat oleh tanah-airnya. Persatuan dimaknai sebagai keragaman yang
berjuang dalam satu kebulatan tujuan: melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta
mewujudkan perdamaian dunia yang abadi.
Persatuan Indonesia merupakan persatuan dalam pengertian ideologi, politik, ekonomi, sosial-
budaya, dan keamanan dengan memelihara keragaman budaya bangsa, maka persatuan Indonesia
yang merdeka dan berdaulat adalah persatuan yang memiliki satu bendera, satu bahasa, satu
lambang Garuda Pancasila, satu lagu kebangsaan, satu dasar negara, dan satu konstitusi negara.
Menurut Bung Karno persatuan Indonesia adalah persatuan yang berjiwa gotong-royong yang
Bhinneka Tunggal Ika. Bukan kebangsaan yang unitarian menihilkan keragaman dan menolak
persatuan.
Menurut Moh. Hatta Kerakyatan yang dianut oleh bangsa Indonesia bukanlah kerakyatan yang
hanya mencari suara terbanyak, tetapi kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat-kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan. Karena itu demokrasi Indonesia bukan demokrasi liberal
dan bukan demokrasi totaliter karena berkaitan secara menyeluruh dengan sila-sila Pancasila
lainnya. Implementasinya dalam konteks demokrasi permusyawaratan yaitu sebuah keputusan
politik dikatakan benar dan demokratis apabila memenuhi 4. Kriteria, yaitu: 1. Berdedikasi
kepada kepentingan banyak orang bukan kepentingan perseorangan ataupun kelompok, 2.
Berangkat dari asas rasionalisme dan keadilan bukan hanya berangkat dari subjektifitas ideologi
dan kepentingan, 3. Mempunyai efek positif jangka panjang bagi bangsa Indonesia bukan efek
jangka pendek yang pragmatis dan transaksional, dan 4. Rumusan keputusan yang imparsial
yakni melibatkan pendapat semua pihak secara inklusif dan menangkal kediktaturan minoritas
dan elit penguasa serta menangkal klaim-klaim mayoritas.
Ciri terakhir demokrasi Indonesia adalah kedaulatan hukum. Kedaulatan hukum harus melekat
dan jalan serentak berdampingan dengan kedaulatan rakyat, dimana daulat rakyat bermakna
penyerahan keputusan politik kepada rakyat, sedangkan daulat hukum bermakna penyerahan
masalah pencederaan hak-hak rakyat dan pencederaan demokrasi kepada hukum.Gagasan
demokrasi permusyawaratan Indonesia menekankan konsensus serta menyelaraskan demokrasi
politik dan demokrasi ekonomi. Menurut bung Hatta demokrasi politik saja tidak dapat
mewujudkan kesederajatan dan persaudaraan, oleh sebab itu berdampingan dengan demokrasi
politik harus berlaku demokrasi ekonomi yang saling melekat, seiring sejalan.
Sila kelima Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, beranjak dari nilai-nilai sila
pertama, kedua, ketiga, dan keempat menjadi satu perangkat nilai yang sebangun dan tidak
terpisahkan.Sila kelima Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia memandang bahwa bangsa
Indonesia bukan saja demokratis secara politik namun serentak dengan itu bangsa yang
4
demokratis secara ekonomi. Keadilan dan kesejahteraan yang dikehendaki bangsa ini bukan
hanya dibidang politik melainkan juga dibidang perekonomian. Prinsip kesejahteraan sosial
bangsa Indonesia tidak menekankan kolektifisme dan individualisme. Karena antara pribadi
(individu) dan masyarakat (kolektif) tidak dapat dipisahkan.
Masyarakat adalah tempat hidup berkembangnya individu, serta individu adalah komponen
utama masyarakat. Oleh sebab itu praktik perekonomian yang hanya mementingkan kolektivisme
maupun kepentingan individu tidak diperbolehkan dalam negara Pancasila. Individualitas
dikembangkan seiring dengan sosialitas. Hak milik pribadi diperbolehkan namun memiliki
fungsi sosial melalui pajak dan lain-lain. Sedangkan kekayaan bersama bumi, air, dan kekayaan
alam yang terkandung didalamnya dipergunakan untuk kesejahteraan bersama.
Disisi lain, kehidupan sosial-perekonomian bangsa tidak dapat terlepas dari kesenjangan sosial,
sehubungan itu kompetisi ekonomi diletakkan dalam kompetisi yg kooperatif (coopetition)
berlandaskan asas kekeluargaan; cabang-cabang produksi yg penting bagi negara dan menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Bumi, air, dan kekayaan alam yg terkandung
didalamnya dikuasai olehnegara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakLahatn rakyat.
Peran individu dan/atau ekonomi pasar diberdayakan dengan tetap memposisikan negara sebagai
regulator, fasilitator, menyediakan rekayasa sosial serta jaminan sosial.
Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat disegala bidang kehidupan baik
material maupun spiritual bagi seluruh rakyat Indonesia yang menetap didalam maupun diluar
negeri. Keadilan sosial bermakna terbentuknya keseimbangan kehidupan pribadi dan masyarakat.
Keadilan sosial juga bermakna keadilan dalam upaya pemenuhan tuntutan hakiki kehidupan
jasmani serta tuntutan hakiki kehidupan rohani secara seimbang. Menurut Bung Karno prinsip
keadilan sosial harus berjiwa gotong royong, bukan visi kesejahteraan yang berbasis
individualisme-kapitalisme, bukan pula yang mengekang kebebasan individu seperti dalam
sistem etatisme.
Penerapan dasar negara dan pandangan hidup Pancasila secara konsisten dan murni selalu
menjadi tanggung-jawab organisasi Pemuda Pancasila dan semua elemen masyarakat; baik para
pemimpin politik, birokrasi, tokoh-tokoh masyarakat, serta warga masyarakat pada umumnya.
Namun hal tersebut bukanlah pekerjaan mudah. Salah satu tantangannya adalah sosialisasi dan
keteladanan nilai-nilai Pancasila itu sendiri harus terus digalakkan untuk membentuk karakter
masyarakat Indonesia semakin menjadi “sadar Pancasila”. Posisi Pancasila selama ini masih
sekedar formalitas selaku dasar negara.Nilai-nilai Pancasila belum mendarat keseluruh aspek
kehidupan manusia Indonesia, bahkan sesungguhnya nilai-nilai Pancasila belum menjadi
pedoman utama para penyelenggara pemerintahan pusat dan daerah.
Ibaratkan pondasi rumah yang selalu ada di dasar tanah, walaupun berhasil menopang dan
mengkokohkan bangunan rumah namun semakin hari justru pondasi Pancasila semakin tidak
dilihat, tidak dipedulikan, dan tidak menjadi nafas para penghuninya. Padahal tidak ada individu
5
yang bisa hidup dalam persatuan bangsa Indonesia tanpa bernafaskan Pancasila. Pembentukan
karakter Pancasila sebagai kepribadian dan jati diri manusia Indonesia kemasa depan merupakan
tantangan besar bangsa ini. Karakter atau kepribadian bangsa adalah segala-galanya, karakter
dapat menjamin kemajuan atau justru sebaliknya kehancuran bangsa.
Pemuda Pancasila didirikan pada tangal 28 Oktober 1959.Pada masa kelahirannya Indonesia
penuh dengan fragmentasi politik serta konflik kepentingan antara pemerintahan pusat dengan
kelompok elit pejuang didaerah. Dinamika politik diwarnai oleh budaya politik berbasis massa
rakyat sebagai parameter kekuatan yang saling menandingi kekuatan politik lainnya, Political is
a power mass, dan alhasil menurunkan konflik elit politik dalam konflik masyarakat akar-
rumput. Polemik politik aliran yang sulit dipertemukan serta pemberontakan fisik daerah-daerah
mengakibatkan stagnasi pembangunan kesejahteraan masyarakat, goncangan terhadap Pancasila
sebagai ideologi negara, bahkan kebuntuan politik yang begitu fundamental sehingga
mengancam kelangsungan hidup bangsa secara keseluruhan.
Mencermati kondisi tersebut kalangan TNI-AD (Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat),
IPKI (Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia), serta para pendiri Pemuda Pancasila
menyadari bahwa terlalu mahal harga yang harus dibayar bangsa ini bila udara kemerdekaan dan
tongkat kedaulatan yang baru berhasil direbut menjadi tercerai-berai dan hancur, yang pada
ujungnya justru akan memberikan ruang bagi bangsa asing untuk kembali menguasai Indonesia.
Oleh sebab itu, mereka melaksanakan langkah sistematis mempersiapkan kekuatan sosial dan
politik yang diharapkan mampu membangun keadaan bangsa kearah lebih baik, keadaan yang
mumpuni untuk mengisi cita-cita Proklamasi Kemerdekaan, Pancasila, & UUD 1945.
Sebagai bagian dari persiapan tersebut disusun potensi organisasi Pemuda Pancasila dengan hari
pendirian yang bersamaan hari peringatan Sumpah Pemuda. Kesamaan hari lahir tersebut
merupakan cermin komitmen moril dan kesadaran Pemuda Pancasila terhadap perjuangan
mencapai hakekat kemerdekaan, yaitu; kesetaraan politik dan ekonomi yang bebas dari
penjajahan bangsa/negara lain. Dalam hal ini, Sumpah Pemuda dipandang sebagai tonggak
sejarah menyatunya itikad dan ikhtiar nasional atas dasar semangat persaudaraan, senasib-
sepenanggungan, persamaan budaya, serta sikap tegas menolak politik adu-domba.
Pasca demokrasi terpimpin, dimasa pemerintahan Orde Baru, Pemuda Pancasila berkembang
sebagai salah satu infrastruktur pembangunan nasional yang pro-aktif melakukan pembinaan
masyarakat. Pada masa ini, pemerintahan yang stabil telah terwujud, roda perekonomian berjalan
baik untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa, dari negara berkembang menjadi negara
maju. Dibandingkan budaya politik berbasis massa-rakyat pada masa orde lama, maka orde baru
lebih menumbuhkan budaya politik stabilitas yang mendahulukan prestasi dan kerja-nyata
ketimbang aliran ideologi.
Budaya politik stabilitas ini membuat konsolidasi organisasi Pemuda Pancasila lebih kondusif
dilaksanakan. Konsolidasi yang intensif telah membuahkan keanggotaan, kader, dan struktur
organisasi Pemuda Pancasila dari tingkat nasional hingga tingkat desa/kelurahan diseluruh
propinsi.Pemuda Pancasila tumbuh berkembang menjadi mitra pemerintah yang kritis dan
memiliki posisi tawar (bargaining position) penting.
Komitmen terhadap Pancasila sebagai azas tunggal, penerapan trilogi pembangunan (stabilitas,
pertumbuhan, dan pemerataan), serta dwifungsi ABRI, memposisikan Pemuda Pancasila sebagai
subjek yang dibutuhkan oleh proses pembangunan nasional. Posisi tersebut memberikan ruang
yang luas untukpengembangan jati diri organisasi. Pada era ini Sifat organisasi Pemuda
Pancasila yang terbuka, non-primordial, non sektarian, non-diskriminatif, serta tidak
membeda-bedakan latar belakang sosial dan politik telah diaktualisasikan secara pro-aktif
melalui beragam kegiatan organisasi, dan mendapatkandukungan seluruh lapisan masyarakat.
Disamping itu, demokrasi Pancasila pada masa orde baru menghadirkan iklim kondusif bagi
masyarakat untuk bergabung kedalam Pemuda Pancasila sebagai entitas kelompok masyarakat
plural yang meyakini Pancasila sebagai pandangan hidup bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, serta menjalin persaudaraan dan komitmen bagi keutuhan NKRI.
Pada fase berikutnya arus perubahan jaman dari Orde Baru ke Orde Reformasi. Reformasi di
segala bidang kehidupan bangsa menjadi konsekuensi arus perubahan yang tidak dapat dihindari.
Pengaruh nilai-nilai globalisasi, demokratisasi politik & ekonomi, supremasi hukum & HAM,
keterbukaan informasi, kebebasan pers, dan kemajuan teknologi telah menjadi pelaku utama arus
perubahan seluruh negara-negara didunia. Pengaruh nilai-nilai tersebut merupakan antitesa nilai-
nilai pemerintahan orde baru. Era reformasi menghantar Indonesia berbenah diri membangun
demokrasi atas dasar kedaulatan rakyat serta penghormatan terhadap hukum dan hak asasi
manusia/HAM.
Pembenahan mendasar terjadi secara total disemua sendi kehidupan negara. Reformasi
konstitusi, hukum, politik, ekonomi, tni-polri, dan birokrasi menjadi agenda utama elit politik
Nasional. Pemberantasan korupsi, kebebasan pers, pemilihan langsung, keseimbangan kontrol
7
antar lembaga negara, otonomi daerah, ekonomi pasar bebas, dan kekuatan opini publik adalah
beberapa ciri utama reformasi Indonesia di millenium ketiga.
Bergeraknya masa transisi reformasi dan demokrasi Indonesia membuat tantangan Pemuda
Pancasila semakin kompleks. Pasalnya, hampir semua konstruksi pembangunan bangsa yang
didukung oleh Pemuda Pancasila bertransisi dengan cepat dan kerap-kali mengalami proses uji-
coba yang berubah-ubah. Awal masa transisi ditandai oleh jatuh bangun kabinet pemerintahan.
Dalam tempo 4 (empat) tahun sejak tahun 1997-2002 Indonesia mengalami 3 (tiga) kali
pergantian presiden. Yakni; pergantian kabinet mantan Presiden Soeharto ke Habibie melalui
Sidang Istimewa MPR, kabinet mantan Presiden Habibie ke Abdurahman Wahid melalui proses
Pemilu 1999, serta kabinet mantan Presiden Abdurahman Wahid ke Megawati Soekarnoputri
melalui proses pemakzulan (impeachment) parlemen. Meskipun ketiga pergantian Presiden
tersebut berlangsung secara konstitusional, namun konflik elit politik yang melatarinya tidak
dapat menghasilkan stabilitas pemerintahan yang efektif dan berwibawa hingga pemilu 2004
dilaksanakan.
Selain itu awal masa transisi juga ditandai oleh pemahaman yang bias terhadap demokrasi,
seakan-akan kebebasan dan kedaulatan politik merupakan peluang besar memonopoli kebenaran
dalam perbedaan. Hal ini memicu beragam konflik SARA, konflik elit politik dipemerintahan,
serta kemunculan separatisme dan radikalisme, sebuah situasi yang mirip fenomena Indonesia
disaat orde lama. Perbedaannya dengan masa orde lama antara lain adalah; tuntutan reformasi
merupakan konsekuensi pembangunan dimasa orde baru, dimana sebagian besar elit nasional
sudah menyadari dan merasakan pentingnya NKRI, Pancasila, dan Bhinneka Tunggal Ika.
Disamping itu, telah muncul masyarakat khususnya lapisan generasi muda yang semakin cerdas,
kritis, dan terbuka, akibat perkembangan iptek dan pendidikan nasional yang dilaksanakan
pemerintahan orde baru. Kesadaran elit nasional dan peningkatan kapasitas masyarakat tersebut
yang justru menumbuhkan tuntutan-tuntutan dan kebutuhan baru berupa reformasi praktek
penyelenggaraan negara.
Perbedaan berikutnya antara lain; adanya tuntutan hak asasi manusia/HAM yang membatasi
ruang gerak tindakan represif aparatur pemerintah, kebebasan pers, dan media massamainstream
yang kritis terhadap elit politik, tetapi tetap konsisten terhadap persatuan dan kesatuan bangsa.
Tidak kalah pentingnya adalah adanya dukungan penuh TNI-Polri untuk menyelenggarakan
reformasi disegala bidang kehidupan bangsa dan negara. Dalam hal ini dukungan TNI-Polri dan
media massa mainstream merupakan faktor determinan reformasi Indonesia. Hal ini sangat
berbeda dengan masa orde lama, dimana TNI-Polri ketika itu menjadi pelaku perubahan
membenahi kekuasaan dan masuk dalam sistem politik, sedangkan pada era reformasi justru
sebaliknya TNI-Polri menjadi pelaku perubahan membenahi tubuhnya sendiri dan keluar dari
sistem politik. Berbagai kajian strategis menilai posisi dan langkah TNI-Polri tersebut sebagai
sumbangsih politik kebangsaan TNI-Polri yang jernih dan mengutamakan kepentingan bangsa
diatas kepentingan golongan.
8
Merujuk pengalaman Pemuda Pancasila menjadi pelaku sejarah dimasa orde lama dan orde baru,
serta mencermati posisi institusi TNI yang sebelumnya memprakarsai kelahiran organisasi, maka
Pemuda Pancasila melihat orde reformasi sebagai peluang untuk bergerak maju dan berkembang
lebih luas. Mempertahankan Pancasila dan NKRI dalam era globalisasi yang penuh persaingan
nilai-nilai baru, serta membentuk tatanan masyarakat Pancasila dalam era demokrasi Indonesia,
membutuhkan kerja-keras disemua ruang kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.
Tatanan dan ciri-ciri masyarakat Pancasila yang dimaksud adalah masyarakat Indonesia
dalam era global yang sadar hukum & HAM, sadar demokrasi, sadar bela-negara, sadar
persatuan & kesatuan bangsa, sadar kamtibmas, sadar lingkungan-hidup, berwawasan
gender, toleran terhadap perbedaan agama & budaya, setia-kawan & berempati, beretos-
kerja, mandiri & produktif, hemat energi & air, bijak bertransportasi, dan bijak
berkomunikasi.
Tantangan perubahan jaman yang kompleks tidak menyurutkan tekad kuat dan optimisme
Pemuda Pancasila untuk meneruskan cita-cita pendiriannya. Kalau pada masa sebelumnya kiblat
program Pemuda Pancasila menitik-beratkan peningkatan kapasitas dan peran kepemudaan untuk
mencapai cita-cita pendirian organisasi, maka pada era reformasi haluan program Pemuda
Pancasila diletakan pada spektrum yang lebih komprehensip yakni; meningkatkan kapasitas
subjek-subjek utama pembangunan nasional dan meningkatkan efektifitas sektor-sektor utama
pembangunan nasional. Subjek utama pembangunan nasional yang dimaksud antara lain;
kalangan petani, nelayan, buruh/pekerja, pemuda, perempuan, ormas, ulama, pengusaha, pelaku
UMKM, guru, dan lain-lain. Sektor utama yang dimaksud antara lain; hukum & HAM,
pertahanan nasional, kamtibmas, pemerintahan dalam negeri, industri hulu, industri energi,
industri pangan, diplomasi internasional, dan lain-lain.
Budaya politik era reformasi menampilkan budaya media massa dan opini publik. Komunikasi
interaktif dan dialog menjadi ciri utama politik kontemporer masa reformasi Indonesia.
Fenomena ini menyediakan prospek pengembangan program organisasi sekaligus menuntut
kerja-keras yang menantang seluruh unsur organisasi. Dalam lingkungan strategis yang selalu
berubah maka misi perjuangan membentuk masyarakat Pancasila sejahtera, modern, demokratis,
dan berkepribadian ke-Indonesiaantidak bisa hanya mengandalkan satu sektor dan satu subjek
saja, tetapi harus mengandalkan multi-sektor dan multi-subjek pembangunan nasional agar
efektif mengimplementasikan nilai-nilai instrumental dan praksis Pancasila. Pada masa ini
Pemuda Pancasila menjalankan transformasi, dari organisasi sosial yang menitik-beratkan
pembangunan kepemudaan menjadi organisasi sosial yang berperan aktif dalam proses-proses
pembangunan nasional secara komprehensip.
Setiap perubahan zaman yang dilalui bangsa dan negara Indonesia menjadi bagian tak
terpisahkan dari eksistensi Pemuda Pancasila. Pemuda Pancasila memiliki ikatan historis yang
begitu kuat sepanjang perjalanan kehidupan bangsa dan negara. Hal tersebut mengamanatkan
bahwa ikatan tanggung jawab para anggota dan kader atas eksistensi Pemuda Pancasila bukan
saja diberikan pada lingkup organisasi an-sich, tetapi pada lingkup bangsa dan negara. Karena
9
pada kenyataannya Pemuda Pancasila telah menjadi elemen pengikat sosial kemasyarakatan
yang mempererat kesatuan bangsa & negara Indonesia.
Arus perubahan tidak pernah berhenti pada satu titik, terus mengalir membentuk semangat
zaman. Menyadari kondisi itu Pemuda Pancasila terus beranjak mengikuti dinamika zaman,
melakukan transformasi berbasis refleksi lingkungan internal dan eksternal organisasi.
Transformasi yang relevan dengan kondisi kekinian serta trend sosial politik di masa mendatang.
Perjalanan panjang yang ditempuh organisasi Pemuda Pancasila telah membentuk kematangan
jati diri dan pemahaman filosofi organisasi dalam kehidupan, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Kematangan berorganisasi tersebut menjadi inspirasi untuk mempertajam program-
program pembangunan sosialnya, yang tidak luput dari arus interaksi global. Pasang-surut
organisasi Pemuda Pancasila dengan berbagai dinamikanya perlu dilihat sebagai basis refleksi
dan evaluasi organisasi menghadapi tantangan tangung-jawab historisnya terhadap bangsa dan
negara Indonesia.
Berdasarkan pemikiran di atas, Srikandi Pemuda Pancasila Sebagai Organisasi yang didirikan
Ormas Pemuda Pancasila, menyusun dan menetapkan Program Kerja yang merupakan strategi
dan langkah-langkah mengejawantahkan Program Umum Pemuda Pancasila, serta memaknai
transformasi organisasi Pemuda Pancasila sesuai perkembangan jaman, dari orde lama, orde
baru, ke orde demokrasi Indonesia saat ini. Program Kerja ini menjadi dasar, strategi, sasaran,
perencanaan dan pelaksanaan program organisasi secara menyeluruh, terpadu, sistematis,
bertahap, dan berkesinambungan, serta menjadi pedoman dan panduan bagi seluruh tingkatan
organisasi dalam mewujudkan misi kebangsaan Pemuda Pancasila, yaitu membentuk
masyarakat Pancasila yang sejahtera, modern, demokratis, dan berkepribadian ke-
Indonesiaan.
BAB II
LANDASAN PROGRAM KERJA
2. UUD 1945, Tap MPR, UU nomor 17 tahun 2013 tentang organisasi kemasyarakatan dan
Peraturan per UU lainnya sebagai landasan hukum.
BAB III
SIKAP DASAR SRIKANDI PEMUDA PANCASILA
1. Setia kepada NKRI yang Bhinneka Tunggal Ika berdasarkan Pancasila & UUD 1945
diwujudnyatakan melalui ikrar Pemuda Pancasila.
10
2. Setia kawan dan pantang menyerah membela kebenaran dan keadilan.
BAB IV
POKOK-POKOK PERJUANGAN
PANCA BAKTI SRIKANDI PEMUDA PANCASILA
1. Menjaga, mengamankan dan mengamalkan Pancasila sebagai Falsafah hidup Bangsa dan
Ideologi Negara.
2. Melaksanakan UUD 1945 sebagai konstitusi negara.
3. Mempertahankan Kedaulatan dan Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
menjunjung tinggi semangat Bhinneka Tunggal Ika.
4. Melahirkan kader SRIKANDI PEMUDA PANCASILA sebagai Kader Bangsa yang
konsisten menjaga kehormatan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta pergaulan
internasional.
5. Melaksanakan pemberdayaan dan pengembangan anggota secara terus menerus untuk
meningkatkan kualitas kesejahteraan anggota dan keluarga SRIKANDI PEMUDA
PANCASILA.
BAB V
SASARAN PROGRAM
11
mampu mendukung pelaksanaan program.
b. Terbentuknya sistem administrasi yang terpadu dan mampu mendukung
pelaksanaan program
7. Terciptanya pengembangan desain dan jenis atribut yang lebih fleksibel, sederhana,
tidak formal, mudah diproduksi dengan harga beli yang ekonomis.
8. Terwujudnya strategi pengembangan organisasi yang memadukan pelaksanaan strategi
rekrutmen keanggotaan, perkaderan, program aksi, dan pencitraan organisasi.
9. Keberhasilan sosialisasi dan dukungan terhadap figur kader yang kredibel untuk
menduduki posisi jabatan strategis baik di pemerintahan, organisasi profesi, dan
jabatan publik lainnya.
1. Terwujudnya eksistensi organisasi sebagai wadah melahirkan kader bangsa yang akan
memimpin masyarakat, bangsa, dan negara tanpa membeda-bedakan latar belakang
sosial dan politik.
5. Terwujudnya perkaderan yang efektif, efisien, berjalan maksimal, dan simultan disemua
tingkatan organisasi dengan kondisi sebagai berikut :
a. Terwujudnya komitmen pelaksanaan kaderisasi sebagai prioritas utama program
disemua tingkatan organisasi.
b. Terwujudnya kaderisasi sebagai syarat mutlak rekrutmen pengurus disemua
tingkatan organisasi.
c. Terciptanya peningkatan apresiasi dan dukungan terhadap kader potensial untuk
menjalankan penugasan organisasi atau menduduki beragam posisi publik dan
pemerintahan.
13
d. Tersedianya database potensi kader disemua tingkatan organisasi, sebagai dasar
penugasan dan penyusunan kegiatan.
e. Terwujudnya penerapan sanksi tegas terhadap kepengurusan yang tidak menjalankan
kewajiban kaderisasi, serta penghargaan terhadap kepengurusan yang optimal
melaksanakan kewajiban kaderisasi. Sanksi dan penghargaan dimaksud diatur dalam
peraturan organisasi.
11. Terwujudnya penguatan basis anggota organisasi dan pembentukan basis baru
berdasarkan komunitas atau atas dasar kesamaan idealisme.
3. Terwujudnya keterlibatan potensi anggota dan kader yang duduk dipemerintahan atau
tokoh sangat berpengaruh dalam penyusunan dan pelaksanaan program pendanaan,
sarana dan prasarana.
2. Menggali potensi perempuan dengan cara membuat suatu kegiatan di tengah masyarakat
dengan bersenergi bersama bidang ketenagakerjaan untuk mengetahui berbagai potensi
yang dimiliki perempuan indonesia untuk selanjutnya memberdayakan potensi tersebut
untuk ditingkatkan dengan memberikan pelatihan-pelatihan sesuai dengan potensi yang
dimiliki oleh masing-masing perempuan indonesia.
3. Terbentuk badan khusus yang fokus dan efektif melaksanakan penyuluhan, pelayanan
pendidikan bagi masyarakat kurang mampu dan anggota organisasi.
6. Terwujudnya opini publik yang positif dan sosialisasi kegiatan organisasi dibidang
pendidikan secara interaktif dan massif melalui berbagai bentuk media massa.
10. Keberhasilan sosialisasi dan dukungan terhadap figur kader yang kredibel untuk
menduduki posisi jabatan strategis baik di pemerintahan, organisasi pendidikan dan
kesehatan, dan jabatan publik lainnya.
2. Peningkatan peran dan partisipasi organisasi di bidang agama untuk terwujudnya salah
satu atau beberapa hal sebagai berikut:
a. Penyelenggaraan kesehatan nasional (oleh swasta dan negeri) yang bermutu sesuai
perkembangan kebutuhan kesehatan yang terjangkau, adil dan merata untuk seluruh
masyarakat.
b. Penyelenggaraan kesehatan anak usia dini yang difasilitasi oleh pemerintah dan
dikelola oleh masyarakat atau swasta.
c. Bantuan kesehatan anak usia dini (paud) bagi seluruh keluarga pra-sejahtera.
d. Sistem jaminan sosial (social security) yang dijamin oleh pemerintah, biaya
terjangkau, adil merata bagi seluruh masyarakat.
e. Meningkatnya indeks harapan hidup, indeks pembangunan manusia, indeks
kebahagiaan, indeks kesehatan masyarakat, serta penurunan angka kematian ibu dan
anak
18
f. Masyarakat yang berwawasan kesehatan serta mempraktekan pola hidup sehat.
g. Pelayanan kesehatan bermutu dan terjangkau hingga pelosok daerah, yang
diselenggarakan oleh pemerintah, swasta, ataupun inisiatif publik yang difasilitasi oleh
pemerintah.
h. Penguatan Posyandu dan PKK sebagai lini terdepan pelayanan kesehatan ibu dan anak.
i. Pembenahan industri farmasi, Industri rumah sakit¸ industri pendidikan kedokteran
dan perawat, agar lebih mengedepankan kepentingan rakyat daripada kepentingan
pemodal dengan alokasi subsidi pemerntah yang visibel.
j. Peningkatan kapasitas dan peran perempuan Indonesia sehingga mampu menjalankan
fungsinya sebagai pembina keluarga dan pembina masyarakat.
k. Peningkatan peran perempuan Indonesia dalam pencegahan dan penanggulangan
perdagangan manusia (traficking) sebagai ciri masyarakat Pancasila yang modern.
l. Meningkatnya peran perempuan Indonesia dalam perlindungan hak asasi anak serta
penanggulangan kejahatan terhadap anak-anak Indonesia sebagai ciri masyarakat
Pancasila yang modern
m. Peningkatan peran perempuan Indonesia dalam rangka kesehatan rumah tangga
n. Peningkatan peran perempuan Indonesia dalam rangka pembangunan kesehatan
masyarakat melalui aktifitas Posyandu, PKK, dan relawan kesehatan lainnya.
3. Terbentuk badan khusus yang fokus dan efektif melaksanakan penyuluhan, pelayanan
kesehatan bagi masyarakat kurang mampu dan anggota organisasi
5. Terwujudnya opini publik yang positif dan sosialisasi kegiatan organisasi dibidang
pendidikan dan kesehatan secara interaktif dan massif melalui berbagai bentuk media
massa
9. Keberhasilan sosialisasi dan dukungan terhadap figur kader yang kredibel untuk
menduduki posisi jabatan strategis baik di pemerintahan, organisasi pendidikan dan
kesehatan, dan jabatan publik lainnya.
10. Terwujudnya peningkatan kapasitas dan kompetensi kader dan anggota dibidang
pemberdayaan peranan perempuan.
19
G. SASARAN BIDANG KETENAGAKERJAAN
Program bidang ketenagakerjaan diselenggarakan dengan sasaran umum sebagai berikut:
2. Peningkatan peran dan partisipasi organisasi di bidang Tenaga kerja & Ekonomi
Kerakyatan untuk terwujudnya salah satu atau beberapa hal sebagai berikut:
a. Meluasnya pemahaman dan kesadaran ethos kerja sebagai prasarat lahirnya
masyarakat Pancasila yang modern.
3. Terbentuk badan khusus yang fokus dan efektif melakukan advokasi ketenagakerjaan,
serta promosi kesempatan kerja kepada masyarakat dan anggota organisasi, sekaligus
sebagai instrumen penggalangan buruh & pekerja.
4. Terbentuk badan khusus yang fokus dan efektif meningkatkan pemberdayaan dan
kemitraan UMKM dan/atau Koperasi Pemuda Pancasila.
6. Terwujudnya opini publik yang positif dan sosialisasi kegiatan organisasi dibidang
tenaga kerja dan ekonomi kerakyatan secara interaktif dan massif melalui berbagai
bentuk media massa.
7. Terwujudnya peningkatan kapasitas dan kompetensi kader dan anggota dibidang tenaga
kerja dan ekonomi kerakyatan.
8. Terwujudnya keterlibatan jejaring kader yang duduk dipemerintahan dan/atau berprofesi
pengusaha dalam penyusunan dan pelaksanaan program organisasi bidang tenaga kerja
dan ekonomi kerakyatan.
9. Terwujudnya penguatan konstituen organisasi dan pembentukan konstituen baru berbasis
komunitas atas dasar kesamaan idealisme terhadap pembangunan tenaga kerja dan
ekonomi kerakyatan.
Keberhasilan sosialisasi dan dukungan terhadap figur kader yang kredibel untuk menduduki
posisi jabatan strategis baik di pemerintahan, organisasi profesi, dan jabatan publik lainnya.
21
3. Terbangun komunikasi atau kemitraan dengan pemerintah / lembaga legislatif / swasta /
BUMN / BUMD / lembaga pendidikan / kalangan praktisi / kalangan profesi / kalangan
akademisi, ataupun jaringan aktifis pendidikan, dan lain-lain.
4. Terwujudnya opini publik yang positif dan sosialisasi kegiatan organisasi dibidang agama
secara interaktif dan massif melalui berbagai bentuk media massa.
5. Terwujudnya peningkatan kapasitas dan kompetensi kader dan anggota dibidang agama
Keberhasilan sosialisasi dan dukungan terhadap figur kader yang kredibel untuk menduduki
posisi jabatan strategis baik di pemerintahan, organisasi keagamaan, dan jabatan publik
lainnya.
2. Sosialisasi kebijakan, aturan, dan program pemerintah yang terkait langsung dengan
upaya pengembangan potensi sosial, seni dan budaya
6. Terwujudnya opini publik yang positif melalui sosialisasi kegiatan bidang sosial dan
dayasecara interaktif dan massif di berbagai jenis media massa.
7. Terwujudnya peningkatan kapasitas dan kompetensi kader dan anggota dibidang sosial
dan budaya.
10. Keberhasilan sosialisasi dan dukungan terhadap figur kader yang kredibel untuk
menduduki posisi jabatan strategis baik di pemerintahan, organisasi profesi, dan
jabatan publik lainnya melalui kegiatan sosial dan budaya
BAB VI
PENUTUP
Ditetapkan di : …………….
Pada tanggal : …………….
23
PIMPINAN SIDANG KOMISI : B. ( Progam Kerja )
MUSYAWARAH CABANG II SRIKANDI PEMUDA PANCASILA
KAB./KOTA ...
1 Ketua
2 Sekretaris
3 Anggota
24