Anda di halaman 1dari 4

Perkokoh Persatuan dan Kesatuan Untuk Membangun Disemua

Bidang
Tantri kusuma wardani / IKP 7
IIK STRADA INDONESIA
Tantrikus622@gmail.com
Abstrack
Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa majemuk, ditandai dengan banyaknya etnis, suku,
agama, budaya, kebiasaan, di dalamnya. Di sisi lain, masyarakat Indonesia dikenal sebagai
masyarakat multikultural, masyarakat yang anggotanya memiliki latar belakang budaya (cultural
background) beragam. Sebuah negara akan menjadi kuat kokoh apabila masyarakatnya memiliki
semangat persatuan dan kesatuan. Menengok sejarah bahwa persatuan dan kesatuan bangsa
terbentuk dari proses yang tumbuh dari unsur-unsur sosial budaya masyarakat Indonesia sendiri,
yang ditempa dalam jangkauan waktu yang lama sekali.
1. Latar belakang
Sila ketiga dari Pancasila berbunyi “Persatuan Indonesia”, Negara Indonesia dikenal sebagai
negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa dalam bingkai
nasionalisme. Kekuatan nilai persatuan dan kesatuan dapat menjaga keutuhan bangsa dengan
mewujudkan satu konsep identitas bersama bagi kelompok manusia. Bangsa yang benar-benar
independen lahir dari kesadaran masyarakatnya akan pentingnya persatuan. Representasi nilai-
nilai persatuan pada masyarakat Indonesia adalah budaya gotong royong. Dahulu nilai gotong
royong sebagai sangat terasa sekali, jika ada tetangga yang melaksanakan hajatan. Ketika petani
mau menanam padi atau kedelai di ladang atau memanen pasti tidak bayar, upahnya hanya
makan pagi dan siang atau makan kecil. Jadi, kalau ada diantara mereka menanam atau
memanen, maka warga yang lainnya ikut gotong royong dan begitu sebaliknya, terjadi semacam
barter tenaga. Sekarang keadaanya telah bergeser, kalau mau bercocok tanam atau panenan
sudah harus memperhitungkan upah. Bahkan sekarang jika ada kentongan dipukul untuk gotong
royong, banyak orang yang berfikir praktis, cukup memberi uang dan tidak udah ikut gotong
royong. Persoalanya mengapa hal ini terjadi?
2. Kasus / masalah
Contoh kasus lain yang menyimang sila ke tiga yaitu Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Lepasnya
Timor Timur dari NKRI. Republik Demokratik Timor Leste (Timor Lorosa'e) bernama Timor
Timur sebelum merdeka, adalah sebuah negara kecil di sebelah utara Australia dan bagian timur
pulau Timor. Timor Leste secara resmi merdeka ada tanggal 20 Mei 2002 dan memutuskan
memakai nama Portugis ‘Timor Leste’ sebagai nama resmi negara mereka. Tragedi Sampit
Dayak VS Madura pada tahun 2001 yang lalu juga merupakan penyimpangan pada sila ke tiga.
3. Tinjauan Pustaka
Pancasila merupakan dasar negara, yang merupakan falsafah bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang
terkandung dalam setiap sila Pancasila harus diterapkan dan dijalankan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai Pancasila yang mulai luntur dalam diri setiap warga negara
merupakan hal yang perlu diperhatikan untuk dikaji. Implementasi nilai-nilai Pancasila dalam
membangun sikap sosial masyarakat di era Kontemporer dalam penelitian ini diharapkan dapat
membangun sikap social masyarakat.
4. Pembahasan
Makna Pancasila Makna sila-sila Pancasila merupakan suatu sistem nilai, oleh karena itu sila-sila
Pancasila itu pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan. Meskipun dalam setiap sila terkandung
nilai-nilai yang memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya namun kesemuanya itu
tidak lain merupakan satu kesatuan yang sistematis. Adapun niali-nilai yang terkandung dalam
setiap sila adalah sebagai berikut :
I. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa Nilai-nilai yang terkandung dalam sila Ketuhanan yang Maha
Esa yang dengan sendirinya mendasari dan menjiwai keempat sila lainnya. Negara sebagaisuatu
persekutuan hidup bersama, sebagai suatu bagian dari masyarakat bangsa adalah yang
Berketuhanan Yang Maha Esa. Negara Berketuhanan Yang Maha Esa mempunyai makna yakni
negara memberikan kebebasan yang asasi terhadap semua warganya untuk mempercayai akan
adanya Tuhan Yang Maha Esa (Kaelan, 2016:72). Rukiyati, dkk (2013:58) arti dan makna sila
Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai berikut :
1) Menghormati Tuhan, mentaati perintah Tuhan, menjauhi larangan Tuhan, memulyakan dan
mengagungkan Tuhan.
2) Memastikan warga negara dapat memeluk agama dan menjalankan ibadah sesuai agamanya
masing-masing.
3) Warga negara tidak diperbolehkan atheis.
4) Negara sebagai fasilitator yang menjamin berkembangnya agama dan saling toleransi antar
umat beragama.
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dapat disimpulkan bahwa manusia ada di dunia karena
diciptakan oleh Tuhan. Oleh karena itu setiap warga negara harus meyakini bahwa setiap
manusia memilki Tuhan. Segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan
negara dan warga negaranya harus didasarkan oleh nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa dan
juga menghargai kebebasan dan hak asasi warga negara
II. Sila Kemanusian yang Adil dan Beradab Nilai kemanusiaan yang adil mengandung suatu
makna bahwa hakikat manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan beradab harus berkodrat
adil. Hal ini mengandung suatu pengertian bahwa hakikat manusia harus adil dalamhubungan
dengan diri sendiri, adil terhadap masyarakat bangsa dan negara, adil terhadap lingkungannya
serta adil terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Perwujudan dari nilai kemanusiaan sebagai makhluk
yang berbudaya, bermoral dan beragama merupakan makna dari sila Ketuhanan Yang Maha Esa
(Rahayu, 2017:33). Menurut Kaelan (2016:74) dalam sila Kemanusian terkandung nilai-nilai
bahwa negara harus menjunjung harkat dan martabat manusia sebagai mahluk Tuhan yang
beradab. Kemanusian yang adil dan beradab mengandung nilai kesadaran sikap moral dan
tingkah laku manusia dengan norma-norma dan kebudayaan umumnya baik terhadap diri sendiri,
sesama manusia, dan lingkungannya. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia,
tenggang rasa, tidak semena-mena terhadap sesama manusia. Teori sila Kemanusian Yang Adil
dan Beradab mempunyai makna bahwa manusia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
harus berbudaya adil. Adil terhadap sesama mahluk Tuhan, lingkungan serta terhadap Tuhan
yang Maha Esa. Menjunjung tinggi dan menghargai hak asasi manusia tanpa membedakan suku,
ras, agama, keturunan, status sosial, dll.
III. Persatuan Indonesia Makna yang terkandung dalam sila Persatuan Indonesia adalah
nasionalisme, cinta bangsa, dan tanah air, membentuk persatuan dan kesatuan bangsa,
melenyapkan kekuasaan dinasti dan perbedaan warna kulit. Perbedaan bukan untuk
memperkeruh konflik dan permusuhan, tetapi dijadikan sebagai suatu pemersatu bangsa
(Rukiyati dkk, 2016:61). Negara merupakan beraneka ragam tetapi satu, mengikatkan diri dalam
suatu persatuan yang dilukiskan dalam suatu Bhineka Tunggal Ika. Perbedaan dalam suatu
negara adalah bawaan kodrat manusia dan juga merupakan ciri khas elemen-elemen negara
(Rahayu, 2016:34). Kesimpulan dari beberapa teori di atas sila Persatuan Indonesia mengandung
nilai-nilai Indonesia bersatu, tidak terpisah dan tidak terpecah belah, sehingga dapat membangun
sikap nasionalisme setiap warga negara. Dengan adanya rasa nasionalisme yang terbangun dalam
diri setiap warga negara maka akan memudahkan terwujudnya cita-cita dari negara Indonesia.
IV. Kerakyatan yang Dipimpn oleh Hikmat Kebijaksaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan
Sila Kerakyatan terkandung nilai demokrasi suatu negara harus secara mutlak diterapkan.
Menjunjung tinggi asas musyawarah dan mendasarkan suatu keadilan dalam kehidupan sosial.
Mengakui adanya kebebasaan yang harus disertai dengan tanggung jawab baik terhadap
masyarakat bangsa maupun terhadap Tuhan (Kaelan, 2016:76). Menurut Rahayu (2017:34) nilai-
nilai demokrasi yang terkandung dalam sila keempat adalah demokrasi yang tidak
mementingkan kepentingan pribadi. Demokrasi pada sila keempat mendasar pada sila
Ketuhanan, Kemanusian dan Persatuan. Berdasarkan beberapa teori Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksaan dalam permusyawaratan/ perwakilan yaitu setiap warga negara harus
menjunjung tinggi asas musyawarah, mengakui kebebasan yang disertai dengan tanggung jawab
terhadap diri sendiri, bangsa dan Tuhan
V. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia Kaelan (2016:77) Konsekuensi nilai-nilai
keadilan yang harus terwujud dalam hidup bersama adalah meliputi :
1. Keadilan distributif Suatu hubungan keadilan antara negara terhadap warganya, pihak negara
wajib membagi keadilannya dalam bentuk kesejahteraan, bantuan, subsidi, serta kesempatan atas
hak daan kewajiban yang sama dalam kehidupan.
2. Keadilan Legal (keadilan bertaat) Suatu hubungan keadilan antara warga negara terhadap
negara dan dalam masalah ini pihak wargalah yang wajib memenuhi keadilan dalam benk
mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam negara.
3. Keadilan Komunikatif Suatu hubungan keadilan antara warga satu dengan lainnaya secara
timbal balik. Nilai-nilai yang terkandung dalam sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
harus diwujudkan dalam kehidupan sosial dan bernegara.
Negara wajib memenuhi keadilan terhadap setiap warganya. Nilai-nilai keadilan tersebut harus
diwujudkan dalam kehidupan kenegaraan untuk mewujudkan tujuan negara yaitu mewujudkan
kesejahteraan seluruh warganya serta melindungi seluruh warganya dan juga mencerdaskan
seluruh warganya. Kesimpulan dari uraian di atas Pancasila merupakan dasar negara yang
merupakan dasar atau landasan yang memiliki lima unsur didalamnya. Nilai yang terkandung
dalam sila Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan
5. Kesimpulan
Perwujudan dari paham kebangsaan Indonesia yang mengatasi paham perseorangan, golongan,
suku bangsa, dan mendahulukan persatuan dan kesatuan bangsa sehingga tidak terpecah-pecah
oleh sebab apa pun. Segala sesuatu yang kita nikmati keberadaannya kita terima begitu saja tanpa
membayangkan betapa sulitnya meraih, antara lain bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan,
kemerdekaan, dan pembangunan-pembangunan yang kita nikmati saat ini. Maka, tanggung jawab
generasi saat ini terutama sejak sekolah dasar adalah bagaimana mempertahankan apa yang telah ada dan
jauh lebih penting lagi mengembangkannya. Untuk mengemban misi itu, kesatuan dan persatuan amat
dibutuhkan mengingat begitu banyaknya rintangan-rintangan yang dihadapi bangsa Indonesia. Masalah
persatuan dan kesatuan bangsa bukan hanya diperlukan pada saat bangsa Indonesia menghadapi
kekuasaan asing saja, melainkan terus diperlukan hingga sekarang, agar kemerdekaan bangsa dan negara
yang berhasil dicapai oleh para pendahulu kita tidak digoyah dan hancur di tangan kita. Persatuan dan
kesatuan menjadi vaksin penenang keonaran dan kekicruhan kondisi bangsa, sekaligus menjadi harga
mati yang harus senantiasa dikedepankan dan dijaga dengan baik.

6. Daftar Pustaka

Pianto, H. A. (2018). Usaha Mengatasi Ancaman Disintegrasi Bangsa dalam Rangka Memupuk Persatuan
dan Kesatuan Bangsa Pasca Kemerdekaan.

MUKADIMAH: Jurnal Pendidikan, Sejarah, Dan Ilmu-Ilmu Sosial, 1(2), 179–187.


https://doi.org/10.30743/mkd.v1i2.517 Kartodirdjo, Sartono, Multidimensi Pembangunan Bangsa: Etos
Nasionalisme dan Negara Kesatuan, Yogyakarta, Kanisius, 1999.

Anda mungkin juga menyukai