Kehidupan pribadi atau keluarga dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara selalu
mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam rangka mengutamakan kepentingan umum
di atas kepent ingan golongan/perorangan yang didorong oleh keinginan luhur sehingga citacita moral rakyat yang luhur dapat dipegang teguh dan terpelihara.
e. Asas Adil Makmur
Setiap pribadi/keluarga dalam kehidupan harus mempunyai kehidupan yang layak dan adi
sehingga pekerjaan, pendidikan, profesi, kesehatan, pangan, pakaian, perumahan dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha esa menjadi hak yang dipertanggung jawabkan dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Itulah sebabnya fakir miskin dan anak-anak terlantar
dipelihara oleh negara.
2. Pola pikir, Pola tindak, dan Fungsi Sistem Sosial Budaya Indonesia
Menyadari betapa bhinekanya masyarakat Indonesia, suatu masyarakat yang majemuk
yang hidup tersebar di seluruh wilayah tanah air, secara sosial kultur masyarakat Indonesia
memang benarbenar ragam sehingga menimbulkan keragaman institusi dalam masyarakat.
Institusi adalah satu konsep sosiologi yang paling luas digunakan, walaupun memiliki beberapa
pengertian yang berlainan:(1) digunakan untuk merujuk satu badan, seperti universitas dan
perkumpulan; (2) organisasi yang khusus atau disebut pula institusi total, seperti penjara atau
rumah sakit; (3) suatu pola tingkah laku yang telah menjadi biasa atau suatu pola relasi sosial
yang memiliki tujuan sosial tertentu.
Bronislaw Malinowski menganggap institusi sosial merupakan konsep utama untuk
memahami masyarakat. yang setiap institusi saling berkaitan dan masing-masing memiliki
fungsinya. SedangkanKoentjaraningrat mengemukakan bahwa institusi itu mengenai kelakuan
berpola dan manusia dalam kebudayaan yang terdini abs tiga wujud, yaitu) (1) wujud idill, (2)
wujud kelakuan, dan (3) wujud fisik dan kebudayaan.
Lebih lanjut, Koentjaraningrat mengatakan bahwa seluruh total dan kelakuan manusia
yang berpola tentu bisa diperinci menurut fungsi-fungsi khasnya dalam memenuhi kebutuhan
hidup manusia dalam bermasyarakat Suatu sistem aktivitas khas dan kelakuan berpola
(wujud kedua dan kebudayaan) beserta komponen-komponennya adalah sistem norma dan tab
kelakuannya (wujud pertama dan kebudayaan) dan peralatannya (wujud ketiga dan kebudayaan),
ditambah dengan manusia yang melaksanakan kelakuan berpola, itulah yang merupakan suatu
pranata atau institusi.
Apabila menelaah pernyataan di atas, maka pola pikir, pola tindak dan fungsi sistem sosial
budaya Indonesia merupakan institusi sosial, yaitu suatu sistem yang menunjukkan bahwa
peranan sosial dan norma-norma saling berkait, yang telah disusun guna memuaskan suatu
kehendak atau fungsi sosial. Oleh karena itu, setiap individu masyarakatIndonesia memainkan
peranannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara harus berkaitan dengan
norma-norma yangterdapat dalam Pancasila yang telah disepakati bersama sebagai pedoman,
balk dalam berpikir maupun bertindak, sesual fungsinya.
Dengan demikian, pola pikir, pola tindak dan fungsi sistem sosial budaya
Indonesia dapat dikemukakan sebagai berikut.
Setiap pribadi atau keluarga dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
harus memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita
moral rakyat yang luhur. Hal mi berarti bahwa kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu
harus dijamin. di mana pendidikan dan pengajaran menjadi hak warga negara yang
membutuhkan suatu sistem pendidikan nasional. Kebudayaan nasional adalab kebudayaan
yang timbul sebagai buah usaha budi daya rakyat Indonesia seluruhnya, termasuk
kebudayaan lama dan ash yang terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerahdaerah seluruh Indonesia. Kebudayaan itu harus menuju ke arah kemajuan serta tidak
menolak bahan-bahan baru dan kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan
ataumemperkaya kebudayaan bangsa sendiri serta mempertinggi derajat kemanusiaan
bangsa Indonesia.
b. Pola Tindak Sistem Sosial Budaya Indonesia
1) Gotong Royong
Persatuan dan kesatuan hanya terwujud melalul gotong royong, suatu sikap kebersamaan
dan tenggang nasa, balk dalam duka maupun suka, kehidupan berkeluarga, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Dengan gotong royong itu setiap orang menemui dirinya dalam
persatuan dan kesatuan dalam pribadi/keluarga maupun masyarakat.
2) Prasaja
Keadihan sosial bagi seluruh masyarakat tidak akan terwujud apabila kehidupan yang
sederhana, hemat, cermat, disiplin, profesional, dan tertib tidak dihaksanakan.
Kesederhanaan itu bahkan memudahkan terjadinya gotong royong yang mewujudkan
kesatuan dan persatuan.
3) Musyawarah untuk Mufakat
Mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan golonganatau perorangan dapat
menemui perbedaan yang tidak diakhiri dengan perpecahan dan perpisahan, maupun
pertentangan. Agar persatuan dan kesatuan tetap terbina, maka musyawarah untuk mufakat
tentang kepemimpinan, pengelolaan dan pengendahianadalah syarat mutlak.
4) Kesatria
Persatuan dan kesatuan, maupun keadilan sosial tidak dapat terwujud tanpa keberanian,
kejujuran, kesetiaan, pengabdian dan perjuangan yang tidak mengenal menyerah demi
kehidupan bersama. Dengan kesatria, cinta terhadap tanah air, bangsa dan negara maupun
sikap pejuang dan profesional dapat berlangsung sepanjang masa.
5) Dinamis
Kehidupan pribadi/keluarga, bangsa, dan negara juga bersifat dinamis sesuai dengan
zaman, sehingga waktu sangat penting dalam rangka persatuan dan kesatuan, maupun
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
c. Fungsi Sistem Sosial Budaya Indonesia
1) Dalam Berkeluarga
Keluarga adalah lahan pembibitan manusia seutuhnya. Keluarga adalah organisasi alam
yang penuh kasih sayang. Karena itu, dengan asas, pola pikir, pola tiridak, tata sosial
(keluarga) dan tata nila sistem sosial budaya Indonesia harus ditanamkan dalam
berkeluarga agar seseorang itu dapat berperan optimal dalam masyarakat.
2) Dalam Bermasyarakat
Dalam masyarakat. balk pribadi atau keluarga itu berkelompok dalam golongan atau
organisasi sosial kemasyarakatan. Organisasi sosial kemasyarakatan mi adalah lahan
pengkaderan, sebagam keluarga buatan, gotong royong buatan, yang penuh perbedaan
kepentingan. Pola pikir, pola tindak, tata laku, tata sosial (organisasi), dan tata nilai sistem
sosial budaya Indonesia tersebut harus dihayati dan diamalkan dalam bermasyarakat agar
pribadi atau organisasi itu dapat berperan optimal dalam berbangsa dan bernegara.
3) Dalam Berbangsa dan Bernegara
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, penyelenggaraan negara dan pemerintahan
harus mengutamakan kepentingan umum. Organisasi negara merupakan lahan pengabdian
yang penuh pengabdian terhadap masyarakat dan bangsa sebagai pemimpin bangsa dan
negara.
3. Struktur Sistem Sosial Budaya Indonesia
Seperti yang dikemukakan oleh Raymon Firth bahwa konsep struktur sosial merupakan
analytical tool, yang diwujudkan untuk membantu pemahaman tentang tingkah laku manusia
dalam kehidupan sosial. Dasar yang penting dalam struktur sosial ialah relasi-relasi sosial yang
jelas penting dalam menentukan tingkah laku manusia yang apabila relasi sosial itu tak
dilakukan, maka masyarakat itu tak terwujud lagi. Struktur sosial juga dapat ditinjau dan segi
status, peranan, nilalnilai, norma, dan institusi sosial dalam suatu sistem relasi.
Berbicara tentang nilai atau nilai-nilai adalah pembentukan mentalitas yang dirumuskan
dan tingkah laku manusia sehingga menjadi sejumlah anggapan yang hakiki, balk dan perlu
dihargai sebagaimana mestinya. Sistem nhlai mendasar hubungan-hubungan sosial di antara para
anggota suatu masyarakat bangsa. Sistem nilai, sebagaimana dinyatakan oleh Marx Weber,
merupakan dasar pengesahan (legitimacy) daripada struktur kekuasaan (authority) suatu
masyarakat.6)
Apabila mengikuti pendapat yang dikemukakan oleh Raymond flrth dan Marx Weber,
maka sistem nilai yang harus diwujudkan atau diselenggarakan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara ditemukan di dalam proses pertumbuhan Pancasila sebagai dasar
falsafah atau ideologi negara. Nilal atau nilai-nilai merupakan gabungan semua unsur
kebudayaan yang terkandung di dalam Pancasila harus dijadikan sebagai program, piagam atau
pedoman untuk membimbing perilaku ataupun dan semua manusia Indonesia di dalamkehidupan
sehari-hari. Dengan demikian, struktur sistem sosial budaya Indonesia dapat merujuk pada nilainilai yang terkandung dalam Pancaslla yang terdiri atas:
a. TataNilai
Struktur tata nilai kehidupan pribadi/keluarga, masyarakat, bangsa,
dan negara meliputi benikut ml.
1) Nilai agama/kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (iman).
2) Nilal dan kebenaran/kenyataan dan keindahan yang bersumber dan akal dan rasa
manusia (cipta dan rasa).
3) Nilai moral/kebaikan yang bersumber dan kehendak/kemauan
(karsa dan etika).
4) Nilai vital (peragaan kehidupan), yaitu nilai-nilai yang terkait dengan segala sesuatu
yang diperlukan untuk kegiatan dan aktivitas manusia.
5) Nilai material (raga), yaitu segala sesuatu yang bersifat material dan berguna bagi
manusia.
Struktur nilai tersebut di atas bagi bangsa dan negara Indonesia telah
menyatu dalam Pancasila sebagai dasar negara, ideologi bangsa, dan
negara serta falsafah dan janji luhur bangsa Indonesia.
b. Tata Sosial
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara hukum, semua
orang adalah sama kedudukannya di muka hukum. Tata hukum di
Indonesia adalah sistem pengayoman yang mewujudkan keadilan
dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Tata hukum
Indonesia mengenai hukum tertulis dan hukum tak tertulis. Karena
itu, tata sosial Indonesia harus berdasarkan (1) Undang-lindang
Dasar 1945, (2) peraturan perundang-undangan Iainnya, serta (3)
budi pekerti yang luhur dan cita-cita moral rakyat yang luhur.
c. Tata Laku (Karya)
Dalam rangka gotong royong, prasaja, musyawarah untuk mufakat,
kesatria, dan hidup dinamis untuk mewujudkan persatuan dan
kesatuan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat, maka tata laku
pribadi/keluarga, masyarakat dan negara harus berpedoman pada:
(1) norma-norma/kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2)
norma kesusilaan/kesopanan, (3) norma adat istiadat, (4) norma
hukum setempat, dan (5) norma hukum negara.
4. Proses Sistem Soslal Budaya Indonesia
Memang tidak dapat disangkal bahwa masyarakat mempunyai bentuk-bentuk struktural,
yang dinamakan struktur sosial yang bersifat statis dan bentuk dinamika masyarakat disebut
proses sosial dan perubahan-perubahan sosial yang bersifat dinamis. Masyarakat yang
mempunyal bentuk-bentuk strukturalnya, seperti kelompok-kelompok sosial dan budaya,
lembaga sosial, dan tentu yang menyebabkan polapola perilaku yang berbeda, tergantung dan
setiap situasi yang dihadapi. Perubahan dan perkembangan masyarakat yang mewujudkan segi
dinamikanya disebabkan oleb para warganya mengadakan hubungan satu dengan yang lainnya,
balk dalam bentuk orang perorangan maupun kelompok sosial. Sebelum hubungan tersebut
mempunyat bentuk yang konkret, terlebih dahulu akan dialami suatu proses ke arah bentuk
konkret yang sesuai dengan nilai-nilai sosial dan budaya dalam masyarakat. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa proses sosial diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara .pelbagai
segi kehidupan bersama.
Apabila menelaah pernyataan tersebut, maka proses sistem sosial budaya Indonesia
mempunyai suatu derajat dinamika tertentu yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan
proses pemban gunan nasional sebagal pengamalan pancasila, yang hakikatnya adalah
pembangunan seluruh rakyat Indonesia. Dengan demikian, proses sistem sosial budaya Indonesia
berjalan beriringan dengan pembangunan itu sendiri, bahkan proses sistem sosial budaya
Indonesia dapat berjalan mendahului proses pembangunan nasional guna menyiapkan manusia
dan masyarakat untuk secara mental dapat menerima pembaharuan sebagai hasil pembangunan
nasional.
Apabila manusia dan masyarakat sudah disiapkan untuk dapat menerima pembangunan,
maka proses seLanjutnya adalah menyiapkan manusia untuk mampu berperan dalam
pembangunan dan dengan memiliki kualitas berikut: (1) beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, (2) berbudi pekerti luhur, (3) berkepribadian, (4) bekerja keras, (5) berdisiplin, (6)
tangguh, (7) bertanggung jawab, (8) mandiri, (9) cerdas dan terampil (10) sehat jasmani dan
rohani, (11) cinta tanah air, (12) memiliki sifat kebangsaan dan kesetiakawanan sosial, (13)
percaya pada din sendiri dan memiliki harga din, (14) inovatif dankreatif, (15) produktif, dan
(16) berorientasi ke masa depan.
5. Transformasi Sistem Sosial Budaya Indonesia
Pada dasarnya, pembangunan nasional merupakan suatu upaya melakukan transformasi
atau perubahan masyarakat, yaitu transformasi dan budaya masyarakat agraris tradisional menuju
budaya masyarakat industri modern dan masyarakat informasi yang tetap bekepribadian
Indonesia. Namun, terhhat bahwa sistem nilai budaya feodalisme masih bercokol dalam
kehidupan masyarakat sehingga membawa dampak negatif yang dapat menjadi kelemahan yang
bersifat counterproductive. Nilai budaya feodalisme merupakan kelemahan mentalitas kita
sehingga menghambat pembangunan nasional. Menurut Koentjaraningrat,9) dalam masya rakat
Indonesia terdapat mentalitas yang cocok dengan jiwa pembangunan dan ada yang tidak cocok
dengan jiwa pembangunan.
a. Mentalitas yang cocok dengan jiwa pembangunan
1)
2)
3)
4)
Tidak berspekulasi tentang hakikat dan kehidupan, karya dan hash karya manusia, tetapi
manusia itu bekerja keras untuk dapat makan.
Mempunyai persepsi waktu yang terbatas sehingga selalu memperhitungkan tahapantahapan aktivitas dalam lingkaran waktu (rnenghargai waktu).
Tidak merasa tunduk kepada alam, sebaliknya juga tidak merasamampu menguasainya.
OIeh karena itu, harus hidup selarasdengan alam sekelilingnya.
Di dunia mi, manusia pada hakikatnya tidak berdini sendiri, tetapi selalu mendapat bantuan
dan sesamanya. terutama dan kaum kerabatnya dalam masa kesusahan. Konsep mi
memberi suatu landasan yang kokoh bagi rasa kehidupan bersama, terutama konsep gotong
royong. hanya saja segi negatifnya adalah jangan dengan sengaja berusaha untuk
menonjolkan
din di atas orang
lain.
1)
2)
3)
4)
5)
Tidak bersumber kepada suatu nilai sosial budaya yang berorientasi terhadap hasil dan
karya manusia itu sendiri, tetapi hanya terhadap amal dan
karya (ibarat orang sekolah
yang tidak
mengejar keterampilan yang diajarkan, tetapi hanya ijazahnya saja).
Dalam kehidupan sehari-hani masih terdapat suatu rasa sentimen yang agak berlebihan
terhadap benda-benda pusaka dan nenek moyangnya dengan perhatian terhadap mitologi,
silsilah, dan karya-karya pujangga kuno serta diselingi dengan upacarau pacara rumit untuk
memelihara benda-benda pusaka. ini semuanya tentu bukan hat yang melemahkan
mentalitas mereka, hanya saja suatu orientasi yang terlampau banyak terarah ke zaman
yang lampau akan melemahkan kemampuan seseorang untuk melihat ke masa depan. Hal
ini sebaliknya, melemahkan motivasi untuk menabung dan hidup hemat.
Berspekulasi tentang masalah hubungan antarmanusia dengan alam serta terlampau banyak
menggantungkan din kepada nasib. Dalam menghadapi kesulitan-kesul itan hidup,
menggunakan
kesempatan untuk bersembunyi dalain alam kebatinan (pelarian dan dunia nyata ke dunia
kebatinan/kienik).
Mentalitas yang berorientasi nhlai budaya yang terlampau terarah kepada orang-orang yang
berpangkat tinggi, yang senior, dan orang-orang yang tua sehingga hasrat untuk berdiri
sendiri dan berusaha sendiri menjadi lemah, begitu juga dengan rasa disiplin pribadi yang
murni (karena orang hanya akan taat apabila ada pengawasan dan atas). Juga mentalitas
yang selalu menunggu restu dan atasan.
Sifat-sifat kelernahan yang bersumber pada kehidupan keragur aguan dan hidup tanpa
orientasi yang tegas, misalnya:
1. Sifat mentalitas yang meremehkan mutu.
2. Sifat mentalitas yang suka menerabas atau mencari jalan pintas atau gampang.
3. Sifat kurang percaya kepada din sendiri.
4. Sifat tak berdisiplin rnurni.
5. Sifat mentalitas yang suka mengabaikan tanggung jawab yang kokoh.
Selanjutnya, agar perubahan tata laku, tata sosial dan tata nilal dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tetap mendukurig keberhasilan pembangunan riasional,
perlu diciptakan pranata-pranata sosial yang dapat mendukung proses transformasi sistem sosial
budaya Indonesia, antara lain yaitu:
a. Mewajibkan sebagai syarat suatu nilal budaya yang berorientasi ke masa depan.
b. Sifat hemat dan hasrat untuk bereksplorasi dan berinovasi.
c. Pandangan hidup yang menilai tinggi hash dan karya.
d. Sikap lebih percaya kepada kemampuan sendiri.
e. Berdisiplin murni dan berani bertanggung jawab sendiri.
f. Menghilangkan rasa kepekaan terhadap mutu dan mentalitas mencari jalan pintas
/gampang/menerabas.
g. Mengatasi penyakit-penyakit sosial budaya yang parah, seperti krisis otoritas, krisis
ekonomi yang berkepanjangan, kemacetan administrasi, dan korupsi secara
menyeluruh
yang sekarang masihmengganas dalam masyarakat.
1ebih Lanjut, timbul pertanyaan, bagaimana cara mengubah mentalitas yang lemah itu?
Jawabannya antara lain sebagai berikut.
a. Memberi contoh yang baik
Dalam hal memberi contoh yang baik, suatu nilai budaya yang terlampau berorientasi vertikal,
ke arah atasan atau pimpinan(sebenarnya kurang cocok dengan jiwa pembangunan),
justrusebagai alat untuk mengubah sifat lemah dalam mentalitasmasyarakat kita. Asumsinya
ialah karena banyak orang Indonesiamempunyai suatu mentalitas yang terlampau berorientasi
ke arahpembesar-pembesar, maka asal saja orang-orang pembesar itumemberi contoh yang
benar dan atas, itu dapat dikembangkan,misalnya sifat hemat dan lain sebagainya.\
dan modern.
2. Munculnya rasa keterasingan.
Dampak negatif dan perkembangan masyarakat industri adalah munculnya nasa keterasingan,
karena hubungan produksi dalam masyarakat industri sifatnya impersonal. Kerja dihargai
sesuai dengan produk yang dihasilkan tanpa pertimbangan yang lebih luas. Ia menjadi bagian
saja dan keseluriihan sistem penggunaan teknologi canggih. Manusia seolah-olah dibentuk
oleh teknologi yang mendiktenya dan cenderung pada proses dehumanisasi. Menghadapi
kenyataan serupa itu kita harus menyadari bahwa sesungguhnya teknologi bukan benda
melulu, tetapi terkait dengan
bermacam-macam hal yang tidak dapat dipisahkan.
3. Perkembangan berbagai institusi sosial budaya telah merigalihkan
banyak tugas penerus rnlai dan keluarga diambil alih oleh institusi
baru (organisasi, LSM, dan sebagainya). Hal tersebut membawa
implikasi terjadinya kesenjangan generasi.
4. Terjadinya globalisasi berbagai kekuatan, politik, ekonomi, dan
bahkan kultural. Apalagi kecanggihan teknologi informasi telah
memacu tersebarnya pengaruh tersebut.
5. Munculnya berbaga i Counter-Culture. Gejala yang cenderung
menimbulkan suatu gaya hidup baru sebagai akibat langsung dan
modernisasi masyarakat industni.
6. Gejala tindak kekerasan dan kejahatan dengan memanfaatkan teknologi canggih.
7. Meningkatnya harapan dan tuntutan masyarakat.
8. Terdapatnya dispanitas pendapatan dan taraf hidup yang mengakibatkan kesenjangan sosial.
Selanjutnya, ada beberapa prinsip dasar untuk menghindarkan diri dari perubahanperubahan nilai yang negatif di dalam masyarakat Indonesia, antara lain:
1.
Mempertahankan martabat manusia sebagai pribadi, sebagai subjek dalam pembangunan
nasional yaitu manusia seutuhnya. Hal ini berarti manusia tidak boleh diperalat, dan bahkan
sebaliknya harus dipertahankan eksistensinya untuk kepentingan ilmu, teknol ogi, dan riset,
yang merupakan bagian kegiatan dan masyarakat.
2.
Menghindarkan dampak kerugian dan kemungkinan kerusakan terhadap din manusia dan
alam serta lingkungannya. Bahaya terhadap kemanusiaan selalu ada (rekayasa genetik,
nuklir, dan sebagainya) dan terhadap alam serta lingkungannya (pencemaran, penyusutan
sumber daya alam dan sebagainya).
3.
Meningkatkan kesejahteraan umat manusia dan masyarakat seluruhnya.
4.
Meningkatkan kecerdasan umat manusia.
5.
Menanamkan kemampuan mandiri.
6.
Menerapkan pemerataan hasil-hasil perkembangan industrialisasi.
7.
Memantapkan disiplin kerja, balk dan segi pendekatan kultural maupun struktural.
Dengan demikian kemajuan pembangunan nasional membawa dampak perubahanperubahan nilai masyarakat. Dalam kurun waktu terakhir mi masyarakat Indonesia berada pada
tiga pola budaya, yaitu budaya agraris tradisional, budaya industri, dan budaya informasi. Di
dalam masyarakat industri tenjadi pilihan lapangan kerja dan sektor pertanian ke sektor industri
dan jasa. Kemajuan dan perubahan nilai nilai dalam Sistem Sosial Budaya Indonesia diharapkan
memberikan nilai tambah untuk proses pembangunan nasional selanjutnya, dalam
arti:
1. Sikap budaya yang mendukung pembaharuan dalam pembangunan.
2. Kegiatan sarana dan prasarana IPTEK meningkat.
3. Pelaksanaan pembangunan di seluruh tanah air yang dilakukan
dengan cara desentralisasi (otonomi daerah) diharapkan tidak
menimbulkan kerawanan sosial dan gejolak sosial. Kondisi serupa itu
akan mengantarkan terciptanya:
a. Keadilan sosial.
b. Kesejahteraan sosial yang meningkat.
c. Meningkatnya pendapatan masyarakat.
4. Mendorong tumbuhnya nilai-nilai budaya baru dengan orientasi:
a. Sikap budaya yang berwawasan masa depan.
b. Sikap budaya yang rasional.
c. Adanya semangat pembaharuan dan kemajuan.
5. Adanya pranata sosial yang siap adaptasi, sehingga tidak menimbulkan pergeseran nilai
yang meresahkan masyarakat.
6. Tumbuhnya partisipasi, emansipasi aktif masyarakat yang mencerminkan kesadaran akan
tanggung jawab terhadap kelangsungan pembangunan nasional.
7. Semakin kokohnya kebudayaan nasional yang bersumber dan kebudayaan daerah sesual
dengan motto: Bhinneka Tunggal Ika.
8. Semakin kuatnya kepribadian khas bangsa yang dilandasi kesadaran dan kemampuan persepsi
dan adaptasi terhadap nilai-nilai kepribadian yang kurang sesuai dengan jiwa Pancasila.
9. Tahapan kesiapan masyarakat agraris dalam inemasuki masyarakat industri, yang pada
gilirannya akan slap menerima kehadiran era masyarakat informasi.
Adalah jelas bahwa pengaturan dan implementasi Sistem Sosial Budaya Indonesia
ditempatkan sebagai kekuatan untuk mendukung keberhasilan pembangunan nasional yang
berkelanjutan. Pohtik dan strategi dasar pembangunan kehidupan sosial budaya harus diarahkan
untuk menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan nasional di bidang sosial budaya.