Anda di halaman 1dari 34

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT NILAI YANG FUNDAMENTAL

I. Pengertian Pancasila sebagai nilai


Secara harfiah nilai dapat diartikan sebagai sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan
berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan
manusia.
Diterimanya pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional membawa konsekuensi logis bahwa
nilai-nilai pancasila dijadikan landasan pokok, landasan fundamental bagi penyelenggaraan negara
Indonesia. Pancasila berisi lima sila yang pada hakikatnya berisi lima nilai dasar yang fundamental. Nilai-
nilai dasar dari pancasila tersebut adalah nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, Nilai Kemanusiaan Yang Adil
dan Beradab, nilai Persatuan Indonesia, nilai Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalan
permusyawaratan/perwakilan, dan nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Dengan
pernyataan secara singkat bahwa nilai dasar Pancasila adalah nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai
persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.
II. Nilai-nilai Fundamental Yang Terkandung di dalam Pancasila
A. PENGERTIAN NILAI
Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu
itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia. Adanya dua macam nilai
tersebut sejalan dengan penegasan pancasila sebagai ideologi terbuka. Perumusan pancasila sebagai
dalam pembukaan UUD 1945. Alinea 4 dinyatakan sebagai nilai dasar dan penjabarannya sebagai nilai
instrumental. Nilai dasar tidak berubah dan tidak boleh diubah lagi. Betapapun pentingnya nilai dasar
yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 itu, sifatnya belum operasional. Artinya kita belum dapat
menjabarkannya secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Penjelasan UUD 1945 sendiri menunjuk
adanya undang-undang sebagai pelaksanaan hukum dasar tertulis itu. Nilai-nilai dasar yang terkandung
dalam pembukaan UUD 1945 itu memerlukan penjabaran lebih lanjut. Penjabaran itu sebagai arahan
untuk kehidupan nyata. Penjabaran itu kemudian dinamakan Nilai Instrumental.
Nilai Instrumental harus tetap mengacu kepada nilai-nilai dasar yang dijabarkannya Penjabaran itu bisa
dilakukan secara kreatif dan dinamis dalam bentuk-bentuk baru untuk mewujudkan semangat yang
sama dan dalam batas-batas yang dimungkinkan oleh nilai dasar itu. Penjabaran itu jelas tidak boleh
bertentangan dengan nilai-nilai dasarnya.

B. PANCASILA SEBAGAI SUMBER NILAI
Diterimanya pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional membawa konsekuensi logis bahwa
nilai-nilai pancasila dijadikan landasan pokok, landasan fundamental bagi penyelenggaraan negara
Indonesia. Pancasila berisi lima sila yang pada hakikatnya berisi lima nilai dasar yang fundamental. Nilai-
nilai dasar dari pancasila tersebut adalah nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, Nilai Kemanusiaan Yang Adil
dan Beradab, nilai Persatuan Indonesia, nilai Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalan
permusyawaratan/perwakilan, dan nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Dengan
pernyataan secara singkat bahwa nilai dasar Pancasila adalah nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai
persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.


Makna Nilai dalam Pancasila
a. Nilai Ketuhanan
Nilai ketuhanan Yang Maha Esa Mengandung arti adanya pengakuan dan keyakinan bangsa terhadap
adanya Tuhan sebagai pancipta alam semesta. Dengan nilai ini menyatakan bangsa indonesia
merupakan bangsa yang religius bukan bangsa yang ateis. Nilai ketuhanan juga memilik arti adanya
pengakuan akan kebebasan untuk memeluk agama, menghormati kemerdekaan beragama, tidak ada
paksaan serta tidak berlaku diskriminatif antarumat beragama.
b. Nilai Kemanusiaan
Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung arti kesadaran sikap dan perilaku sesuai dengan
nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan hati nurani dengan memperlakukan sesuatu
hal sebagaimana mestinya.
c. Nilai Persatuan
Nilai persatuan indonesia mengandung makna usaha ke arah bersatu dalam kebulatan rakyat untuk
membina rasa nasionalisme dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Persatuan Indonesia sekaligus
mengakui dan menghargai sepenuhnya terhadap keanekaragaman yang dimiliki bangsa indonesia..
d. Nilai Kerakyatan
Nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
mengandung makna suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat dengan cara
musyawarah mufakat melalui lembaga-lembaga perwakilan.
e. Nilai Keadilan
Nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengandung makna sebagai dasar sekaligus tujuan,
yaitu tercapainya masyarakat Indonesia Yang Adil dan Makmur secara lahiriah atauun batiniah. Nilai-
nilai dasar itu sifatnya abstrak dan normatif. Karena sifatnya abstrak dan normatif, isinya belum dapat
dioperasionalkan. Agar dapat bersifat operasional dan eksplisit, perlu dijabarkan ke dalam nilai
instrumental. Contoh nilai instrumental tersebut adalah UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan
lainnya.

Sebagai nilai dasar, nilai-nilai tersebut menjadi sumber nilai. Artinya, dengan bersumber pada kelima
nilai dasar diatas dapat dibuat dan dijabarkan nilai-nilai instrumental penyelenggaraan negara Indonesia.

Pancasila yang ditetapkan oleh para pendiri negara memuat nilai-nilai luhur dan mendalam, yang
menjadi pandangan hidup dan dan dasar negara. Nilai-nilai Pancasila secara bertahap harus benar-benar
diwujudkan dalam perilaku kehidupan negara dan masyarakat.
Di dalam tatanan nilai kehidupan bernegara, ada yang disebut sebagai nilai dasar, nilai instrumental dan
nilai praksis.
a. Nilai dasar adalah asas-asas yang kita terima sebagai dalil yang kurang lebih mutlak. Nilai dasar
berasal dari nilai-nilai kultural atau budaya yang berasal dari bangsa Indonesia itu sendiri, yaitu yang
berakar dari kebudayaan, sesuai dengan UUD 1945 yang mencerminkan hakikat nilai kultural.
b. Nilai instrumental adalah pelaksanaan umum nilai-nilai dasar, biasanya dalam wujud norma sosial
atau norma hukum, yang selanjutnya akan terkristalisasi dalam lembaga yang sesuai dengan kebutuhan
tempat dan waktu. Nilai instrumental, meskipun lebih rendah daripada nilai dasar, tetapi tidak kalah
penting karena nilai ini mewujudkan nilai umum menjadi konkret serta sesuai dengan zaman. Nilai
instrumental merupakan tafsir positif terhadap nilai dasar yang umum.
c. Nilai praksis adalah nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataan. Semangatnya nilai
praksis ini seyogyanya sama dengan nilai dasar dan nilai instrumental. Nilai inilah yang sesungguhnya
merupakan bahan ujian apakah nilai dasar dan nilai instrumental sungguh-sungguh hidup dalam
masyarakat atau tidak.
Hubungan ketiga nilai tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut: nilai dasar yang merupakan nilai
objektif, positif, intrinsik, dan transenden itu dikonkretkan menjadi nilai instrumental. Selanjutnya nilai
instrumental diimplementasikan lebih lanjut dalam wujud yang lebih konkret dan menjadi nilai praksis.
Dengan demikian, nilai instrumental dapat dikatakan sebagai dasar perwujudan suatu praksis.
Dalam kehidupan bangsa yang mengacu kepada Pancasila ada beberapa nilai fundamental yang
terkandung di dalamnya seperti; nilai ideal, nilai material, nilai spiritual, nilai pragmatis, nilai positif, nilai
logis, nilai etis, nilai estetis, nilai sosial dan nilai religius atau keagamaan. Apabila dari nilai-nilai tersebut
dijabarkan ke dalam rumusan yang terkandung dalam Pancasila, maka dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai-nilai religius antara lain:
a) Keyakinan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa dengan sifat-sifatnya Yang Sempurna, yakni Maha
Kasih, Maha Kuasa, Maha Adil, Maha Bijaksana, dan sifat suci lain sebagainya.
b) Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yakni menjalankan semua perintahNya dan menjauhi
segala larangan-Nya
c) Nilai Sila I ini juga meliputi dan menjiwai sila-sila II, III, IV dan V
2. Dalam sila Kemanusiaan yang adil dan beradab terkandung nilai-nilai kemanusiaan antara lain:
a) Pengakuan terhadap adanya martabat manusia
b) Perlakuan yang adil terhadap sesama manusia
c) Pengertian manusia yang beradab yang memiliki daya cipta, rasa, dan karsa dan keyakinan sehingga
jelas adanya perbedaan antara manusia dan hewan.
d) Nilai sila II meliputi dan menjiwai sila III, IV dan V.
3. Dalam sila Persatuan Indonesia terkandung nilai persatuan bangsa antara lain:
a) Persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mencakup seluruh wilayah Indonesia
b) Persatuan Indonesia adalah persatuan suku-suku bangsa yang mendiami wilayah Indonesia
c) Pengakuan terhadap ke-Bhineka Tunggal Ika-an suku bangsa (berbeda-beda namun satu jiwa) yang
memberikan arah pembinaan kesatuan bangsa
d) Nilai sila III meliputi dan menjiwai sila IV dan V.
4. Dalam Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyarawatan/keadilan
terkandung nilai kerakyatan antara lain:
a) Kedaulatan negara adalah ditangan rakyat
b) Pemimpin kerakyatan adalah hikmat kebijaksanaan yang dilandasi oleh akal sehat
c) Manusia Indonesia sebagai warga negara dan warga masyarakat Indonesia mempunyai kedudukan,
hak dan kewajiban yang sama
d) Musyawarah dan mufakat dicapai dalam permusyawaratan wakil-wakil rakyat
e) Nilai sila IV meliputi dan menjiwai sila V
5. Dalam Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia terkandung nilai keadilan sosial antara lain:
a) Perwujudan keadilan sosial dalam kehidupan sosial atau kemasyarakatan meliputi seluruh rakyat
Indonesia
b) Keadilan dalam kehidupan sosial terutama meliputi bidang-bidang politik, ideologi, ekonomi, sosial,
kebudayaan, dan pertahanan keamanan nasional
c) Cita-cita masyarakat adil dan makmur secara material dan spiritual yang merata bagi seluruh rakyat
Indonesia
d) Keseimbangan antara hak dan kewajiban dan menghormati hak orang lain
e) Cinta akan kemajuan dan pembangunan
f) Nilai sila V ini diliputi dan dijiwai sila I,II,III dan IV.
III. Pancasila Sebagai Filsafat Nilai Fundamental dan Terbuka Menjawab Persoalan Hidup Berbangsa dan
Bernegara
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini kita menemukan banyak sekali persoalan-persoalan
yang terjadi di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Persoalan yang ada datang dalam berbagai bentuk
dan ragamnya, mulai dari persoalan sosial, ekonomi, budaya dan bahkan persoalan hankam. Dalam
kehidupan sosial, diantara sesama rakyat Indonesia dapat terlihat dengan jelas terkait adanya
kemerosotan moral, di mana korupsi yang seharusnya menjadi hal yang sangat tabu bagi pelakunya,
berubah menjadi semacam gaya hidup dikalangan masyarakat, mulai dari pejabat kelas atas hingga
lingkungan RT sekalipun. Dalam persoalan ekonomi dapat kita jumpai masih banyak diantara penduduk
Republik ini yang hidup berada di bawah garis kemiskinan dan cenderung tidak diperhatikan oleh
pemerintah. Dalam persoalan budaya juga terlihat jelas ketika banyak hasil budaya bangsa Indonesia
yang seharusnya menjadi hak milik bangsa ini diklaim oleh bangsa lain sehingga membuat Indonesia
seakan-akan kehilangan muka di hadapan dunia internasional. Dalam persoalan keamanan, akhir-akhir
ini bangsa Indonesia seakan-akan dihantui oleh aksi-aksi terorisme yang hampir ada di mana-mana.
Faham radikal yang dianut oleh kelompok-kelompok tertentu menyebabkan gangguan keamanan yang
serius bagi negara ini dan bisa berdampak buruk bagi citra bangsa Indonesia sendiri dalam pandangan
dunia internasional.
Dari setiap permasalahan yang telah diungkapkan di atas, sesungguhnya bukanlah merupakan bukti
bahwa ideologi Pancasila itu gagal ataupun Pancasila itu sudah tidak relevan lagi. Ada banyak bukti yang
dapat menggugurkan pernyataan-pernyataan yang sifatnya negatif terhadap Pancasila tersebut misalnya
saja, selain sebagai nilai fundamental bagi pelaksanaan kehidupan bernegara, Pancasila juga merupakan
ideologi yang terbuka.
Pancasila sebagai Ideologi yang terbuka dengan artian bahwa Pancasila mampu menyesuaikan diri
dengan perkembangan zaman tanpa harus ada pengubahan nilai dasarnya (nilai Fundamental).
Pancasila sebagai sumber filsafat nilai yang fundamental dan terbuka mengandung makna bahwa nilai-
nilai yang terkandung di dalamnya dapat dikembangkan sesuai dengan dinamika kehidupan bangsa
Indonesia dan tuntutan perkembangan zaman secara kreatif dengan memperhatikan tingkat kebutuhan
dan perkembangan masyarakat Indonesia sendiri. Berkaca kepada kalimat yang mengatakan bahwa
pengegembangan Pancasila harus memperhatikan tingkat kebutuhan dan perkembangan masyarakat
Indonesia memiliki arti bahwa dalam usaha menciptakan keselarasan antara Pancasila dan kondisi masa
kini haruslah dilakukan dengan sangat hati-hati, agar pengembangan yang dilakukan tidak melenceng
dari nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila itu sendiri.
Dalam menghadapi dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih banyak berupa persoalan-
persoalan yang pelik dalam berbagai sendi kehidupan, masyarakat Indonesia harus memahami bahwa
untuk menghadapi polemik tersebut sesungguhnya Pancasila telah memberikan orientasi ke depan yang
mengharuskan bangsanya untuk selalu menyadari situasi kehidupan yang sedang dan akan dihadapinya,
terutama menghadapi globalisasi dan era keterbukaan dunia dalam segala bidang. Ideologi Pancasila
menghendaki agar bangsa Indonesia tetap bertahan dalam jiwa dan budaya bangsa Indonesia dalam
ikatan negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Pancasila sebagai dasar filsafat negara serta sebagai filsafat hidup bangsa indonesia pada hakikatnya merupakan
suatu nilai nila yang bersifat sistematis Fundamental dan menyeluruh. Maka sila-sila pancasila merupakan suatu
kesatuan yang bulat dan utuh hierarkhis dan sistematis. Dalam pengrtian inlah maka sila-sila pancasila merupakan
suatu sistem filsafat. Konsekuensinya kelima silabukan terpisah-pisah dan memiliki makna sendiri-sendiri, melainkan
memiliki esensi serta makna yang utuh.
Dasar pemikiran filosofis yang terkandung dalam setiap sila, dijelaskan sebagai berikut. Pancasila sebagai filsafat
bangsa dan negara repubilk indonesia mengandung makna bahwa dalam setiap aspek kehidupan kebangsaan,
kemasyarakatan dan kenegaraan harus berdasarkan nilai keutuhan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan
keadilan. Pemikiran filsafat kenegaraan bertolak dari suatu pandangan bahwa negara adalah merupakan suatu
persekutuan hidup manusia atau organisasi kemsyarakatan,yang merupakan masyarakat hukum. Adapun negara
yang didirikan oleh manusia itu berdasarkan pada kodrat bahwa manusia sebagai warga negara sebagai
persekutuan hidup adalah berkedudukan kodrat manusia sebagai makluk Tuhan Yang Maha Esa (hakikat sila
pertama). Negara yang merupakan persekutuan hidup manusia sebagai makluk Tuhan Yang Maha Esa, pada
hakikatnya bertujuan untuk mewujudkan harkat dan martabat manusia sebagai makluk yang berbudaya atau makluk
yang beradab (hakikat sila kedua). Untuk mewujudkan suatu negara sebagai suatu organisasi hidup manusia terus
membentuk suatu ikatan sebagai suatu bangsa (hakikat sila ketiga). Terwujudnya persatuan dalam suatu negara
akan melahirkan rakyat sebagai suatu bangsa yang hidup dalam suatu wilayah tertentu. Konsekuensinya dalam
hidup kenegaraan itu haruslah mendasarkan pada nilai bahwa rakyat merupakan asal mula kekuasaan negara. Maka
negara harus bersifat demokratis, hak serta kekuasaan rakyat harus dijamin, baik sebagai individu maupun secara
bersama (hakikat sila keempat). Untuk mewujudkan tujuan negara sebagai tujuan bersama, maka dalam hidup
kenegaraan harus mewujudkan jaminan perlindungan bagi seluruh warga, sehingga unuk mewujudkan tujuan
seluruh warganya harus dijamin berdasarkan suatu perinsip keadilan yang timbul dalam kehidupan bersama (
kehidupan sosial) (hakikat silakelima). Nilai-nilai inilah yang merupakan suatu nilai dasar bagi kehidupan kenegaraan,
kebangsaan dan kemasyarakatan.
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Kita semua tau bahwa dasar Negara kita adalah pancasila, seperti kita semua ketahui
bahwa dasar adalah suatu penopang yang haruslah kuat untuk menampung hal-hal yang
berada di atasnya, ibaratkan sebuah gedung yang besar maka memerlukan dasar yang
kuat, landasan atau dasar itu harus kuat dan kokoh agar gedung yang berdiri di atasnya
akan tegak sentosa untuk selama-lamanya, landasan ituharus pula tahan uji , nah, dalam
makalah ini akan mencoba menguraikan tentang pancasila adalah dasarnegara Indonesia
yang kuat dan kokoh.
TUJUAN MAKALAH
Adapun tujuan dari makalah ini adalah selain untuk memenuhi tugas mata kuliah pancasila
yang diberikan dosen pengasuh kami, juga agar bangsa Indonesia mengetahui lebih dalam
tentang pancasila sebagai dasar neagara dan bangsa iindonesia,terutama bagi mahasiswa
yang merupakan generasi penerus dan calon pemimpin bangsa ini.
RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah kami ini adalah:
1. DASAR FILOSOFIS PANCASILA
2. NILAI-NILAI PANCASILA SEBAGAI DASAR FUNDAMENTALNEGARA
INDONESIA
3. PANCASILA SEBAGAI SUMBER SEGALA SUMBER HUKUM NEGARA
INDONESIA
4. PANCASILA SEBNAGAI JATI DIRI BANGSA INDONESIA
BAB II
PEMBAHASAN
1. DASAR FILOSOFIS PANCASILA
Pancasila sebagai dasr filsafat Negara serta sebagai filsafat hidup
bangsan Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat sistematis,
fundamental dan menyeluruh. Pancasila sebagai filsafat bangsa dan NegaraIndonesia,
mengandung makna bahwa dalam setiap maspek kehidupan kebangsaan,
kemasyaraktan dan kengaraan harus bardasarkan nilai-nilai ketuhanan,kemanusiaa,
persatuan, kerakyatan dan keadilan. Pemikiran filsafat kenegaraan bertolak dari suatau
pandangan bahwa Negara adalah merupakan suatu persekutuan hidup manusia atau
organisasi kemasyarakatan, yang merupakan masyarakat hokum (legal society).
Selain itu secara kualitas bahwa nilai-nilai pancasila adalah bersifat objektif. Artinya
esensi nilai-nilai pancasilaadalah bersifat universal yaitu ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan dan keadilan. Sehingga dapatditerapkan pada Negara lain
walaupun barangkali namanya bukan pancasila.[1]
Nilai-nilai pancasila bersifat objektif dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Rumusan sila-sila pancasila itu sendiri sebenarnya hakikat maknanya yang terdalam
menunjukan adanya sifat umum universal dan abstrak, karena merupakan suatu
nilai.
2. inti nilai-nilai pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan bangsa
Inonesia dan mungkinjuga pada bangsa lain.
3. pancasila yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945, menurut ilmuhukum
memenuhi syarat sebagai pokok kaidah yang fundamental Negara sehingga
merupakan suatu sumber hokum positif di Indonesia.
Sebaliknya nilai-nilai subjektif pancasila dapat diartikan bahwa keberadan nilai itu
bergantung atau terletak pada bangsa Indonesia sendiri. Pengertian tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Nilai-nilai pancasila timbil dari bangsa Indonesia sehingga bangsa Indonesia sebagai
kausa matterialis
2. nilai-nilai pancasila merupakan filsafat (pandangan hidup)
bangsa Indonesia sehingga merupakan jatidiri bangsa, yang diyakini sebagai sumber
nilai atas kebenaran, kebaikan, keadilan dan kebijaksanaan dalam hidup
bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
3. nilai-nilai pancasila di dalamnya terkadung ketujuh nilai-nilai kerohanian yaitu nilai
kebenaran, keadilan, kebaikan, kebijaksanaan, etis, estesis dan nilai religius, yang
manifestasinya sesuai dengan budi nirani bangsa Indonesiakarena bersumber pada
kepribadian bangsa (lihat Darmodihardjo, 1996).
nilai pancasila itu bagi bangsa Indonesia menjadi landasan, dasar serta motivasi atas
segala perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari, maupun dalam kehidupan
kenegaraan.
2. NILAI-NILAI PANCASILA SEBAGAI DASA FUNDAMENTAL
NEGARA INDONESIA
Nilai-nilai pancasila sebagai dasar filsafat Negara Indonesiapada hakikatnya
merupakan suatu sumber dari segala sumber hokum dalam Negara Indonesia. Sebagai
sumber dari segala sumber hokum secara objektif merupakan pandangan hidup,
kesadaran, cita-cita hokum, serta cita-cita moral yang luhur yang meliputi suasana
kejiwaan, serta watak bangsa Indonesia.
Nilai-nilai pancasilla terkandung dalam UUD 1945 secara yuridis mamiliki kedudukan
sebagai pokok kaidah Negara yang fundamental. Adapun pembukaan UUD 1945 yang di
dalamnya memuat nilai-nilai pancasila mengandung empat pokok pikiran yang bilamana
dianalisis makna yang terkndung di dalamnya tidak lain adalah merupakan devirasiatau
penjabarn pancasila.[2]
Pokok pikiran pertama menyatakan bahwa Negara Indonesiaadalah Negara
persatuan.
Pokok pikiran kedua bahwa Negara hendak mewujudkan suatu keadilan social bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Pokok pikiran ketiga menyatakan bahwa Negara berkedaulatan rakyat.
Pokok pikiran keempat menyatakan bahwa, Negara berdasarkan atas ketuhanan
yang maha esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
Hal itu dapat disimpulkan bahwa keempat pokok pikiran tersebut tidak lain
merupakan perwujudan dari sila-sila pancasila. Pokok pikiran ini sebagai dasar
fundamental dalam pendirian Negara, yang realisai berikutnya oerlu diwujudkan atau
dijelmakan lebih lanjut dalam pasal-pasal UUD 1945.
3. PANCASILA SEBAGAI SUMBER SEGALA SUMBER HUKUMINDONESIA
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukumindonesia, yang berwujud di
dalam tertib hukumnya. Sebagai sumber di sini ialah sebagai asl, tempat setiap
pembentuk hukum di imndonesia mengambil atau menimba unsur-unsur dasar yang
diperlukan untuk yugasnya itu, dan merupakan tempat untuk menemukan ketentua-
ketetuan yang akan menjadi sisi dari peraturan yang akan dibuat, serta sebagai
dasar ukuran (maatstaf), untuk meguji apakah isi suatu peraturan hukum yang
berlaku itu, sungguh-sungguh merupakan suatu hukum yang mengarah kepada
tujuan hukum negara Indonesia.[3]
4. PANCASILA SEBAGAI JATI DIRI INDONESIA
Kita melihat bajwa kata jati diri menunujuk kepada kesatuan yang utuh dan
seimbang dari suatu masyarakat atau seorang manusia. Kesatuan itu merangkum
tiga aspek, yaitu:
1. Pancasila Sebagai Kepriadian Bangsa Indonesia
Di dalam proses terbentuknya dedinitif pancasila, terdapat rumusan-rumusan
yang berbeda. Perjalanan pancasila tidaklah mudah dan mulus. Setiap kali dicoba
untuk merumuskan secara berbeda, yang dianggap sesuai dengan tujuan negara.
Namun akhirnya disepakati bahwa pancasila sebagaimana dirumuskan dalam
pembukaan UUD 1945 merupakan perumusan yangterbaik diantara kemungkinan
yang ada. Pancasila inilah yang menjadi rumusan kepribadan Indonesia.
2. Pancasila Sebagai Identitas Diri Bangsa Indonesia
Pancasila merupakan hasil intraksi dari masyarakat yang hidup di
bumi indonesia selama-berabad-abad, bukannya muncul sbagai pengolahan teoretis
yang tidak ada sangkut pautnya dengan the way of life dari
masyarakat Indonesiayang komkret dan real.
3. Pancasila Sebagai Keunikan Bangsa Indonesia
Seringkali kita mendengar kata weltanschauung untuk menjelaskan pentingnya
pancasila sebagai pedoman hidup konkret bangsa Indonsia. Kata weltanschauung
berarti ideologi atau pandangan hidup. Setelah kita melihat pancasila sebagai hasil
perumusan nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat indonsia di masa lampau dan
kemudian pancasila dijadikan kepribadian dan dentits diri bengsa Indonesia, maka
pancasila ini juga merupakan ciri khas bangs Indonesia dalam pergaulannya dengan
masyarakat dunia atau bangsa lain di dunia ini. Dengan demikian, pancasila
merupakan keunikan bangsa Indonesia.
5. PANCASILA SEBAGAI JIWA BANGSA INDONESIA
Pancasila merupakan jiwa bangsa indonesia karena pancasila memberikan corak
yangkhas kepada bangsaindonesia dan tak dapat dipisahkn dari bangsa indonesia,
serta merupakan ciri khas yang dapat mambedakan bangsaindonesia dari bangsa
yang lain. Terdapat kemungkinan bahwa tiap-tiap sila secara terlepas dari yang lain
bersifat universal, yang juga dimiliki oleh bangsa yang lain. Akan tetapi kelima sila
yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan itulah yang menjad ciri khas
bangsa indonesia. Hal ini berkaitan dengan pancasila merupakan keununikan
bangsa indonesia, nah keunikan itulah yang membuat merupakn jiwa
bangsa indonesia.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari jabaran makalah kami ini kita dapat menarik kesimpulan
1. Bahwa pancasila merupakan dasar negara indonesia
2. Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa indonesia
3. Pancasila merupakan jiwa bagsa indonesia
4. Pancasla merupakan kepribadian bangsa indonesia
5. Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum negara Indonesia
PENDAPAT PENULIS
Menurut pendapat kami sebagai penulis makalah ini bahwa panasila merupakan suatu yang
tepat untuk dijadikan dasar negara indonesia karena pancasila memiliki nilai yang sangat
bagus untuk dijadikan suatu landasan, namun apakah negara kita sekarang ini
mengamalkan sekaligus mematuhi serta mencapai nilai-nilai yang terkandung dalam
pancasila itu sendiri, sepertinya belum maka dari itu mari kita sebagai bangsa indonesia
yang baik mulai sekarang kita coba untuk melaksanakan apa yang ada dalam pancasila,
terutama kita para mahasiswacalon pemimpin negeri ini.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap warga Negara dituntut untuk dapat hidup berfilsafat dan berguna bagi Negara,
mampu mengantisipasi perkembangan dan perubahan masa depannya, Negara dan bangsanya.
Untuk itu diperlukan penguasaan ilmu pengetahuan berfilsafat dan berfikir filsafat yang
berdasarkan pada nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai moral, nilai-nilai kemanusiaan dan filsafat
serta nilai-nilai budaya bangsa.
Nilai-nilai tersebut sebagai panduan dan nilai budaya bangsa serta pegangan hidup bagi
setiap warga Negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
B. Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan diharapkan
bermanfaat bagi kita semua.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat
Secara etimologis, filsafat berasal dari bahasa Yunani Philein yang artinya cinta dan
sophos artinya kebijakan. Secara harfiah filsafat berarti cinta kebijakan.
Arti filsafat dikelompokkan menjadi dua macam:
1. Filsafat sebagai produk, mencakup:
a. Jenis pengetahuan, ilmu, konsep, pemikiran-pemikiran dari para filsuf pada zaman dahulu yang
lazimnya merupakan suatu aliran atau sistem filsafat tertentu, misalnya rasionalisme,
materialisme dan pragmatisme.
b. Jenis problema yang dihadapi oleh manusia sebagai hasil dari aktivitas filsafat.

2. Filsafat sebagai suatu proses
Dalam hal ini filsafat diartikan dalam bentuk suatu aktivitas berfilsafat, dalam proses
pemecahan suatu permasalahan dengan menggunakan suatu cara dan metode tertentu yang sesuai
dengan objeknya.
Cabang- cabang Pokok Filsafat:
1. Metafisika, membahas tentang hal- hal yang bereksistensi di balik fisis, yang meliputi:
a. Ontologi, mempelajari tentang teori sifat dasar dan ragam kenyataan.
b. Kosmologi, membicarakan teori umum mengenai proses kenyataan.
c. Antropologi, mempelajari tentang kebudayaan manusia.
3. Epistemologi, berkaitan dengan persoalan hakikat pengetahuan.
4. Metodologi, berkaitan dengan persoalan hakikat metode dalam ilmu pengetahuan.
5. Logika, berkaitan tentang aturan- aturan berfikir agar dapat mengambil rumusan atau
kesimpulan yang benar.
6. Etika, berkaitan dengan moralitas, tingkah laku manusia.
7. Estetika, berkaitan dengan persoalan hakikat keindahan.


B. Rumusan Kesatuan Sila- sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem
Ciri- ciri Sistem:
a. Suatu kesatuan bagian- bagian yang mempunyai fungsi tersendiri.
b. Saling berhubungan dan saling ketergantungan.
c. Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
d. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks.

1. Susunan Kesatuan Sila- sila Pancasila yang Bersifat Organis
Kesatuan Sila- sila Pancasila yang bersifat organis bersumber pada hakikat
dasar ontologis manusia sebagai pendukung dari inti. Isi dari sila- sila pancasila, yaitu:
a. Hakikat manusia monopluratis yang memiliki unsur- unsur.
b. Susunan kodrat jasmani rohani.
c. Sifat kodrat individu- makhluk sosial
d. Kedudukan kodrat sebagai pribadi berdiri sendiri- makhluk Tuhan yang Maha Esa.

2. Susunan Pancasila yang Bersifat Hierarkhis dan Berbentuk Piramidal
Dalam hal ini, Pancasila digunakan untuk menggambarkan hubungan hierarkhi sila-sila
Pancasila dalam urutan-urutan luas (kuantitas), dan dalam hal isi sifatnya (kualitas). Jika dilihat
dari intinya urutan-urutan lima sila menunjukkan suatu rangkaian tingkat dalam luasnya dan isi
sifatnya merupakan pengkhususan dari sila-sila di mukanya.
Kesatuan sila- sila Pancasila yang memiliki susunan hierarkhis pyramidal ini, maka sila
Ketuhanan yang Maha Esa menjadi basis dari sila kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Secara ontologis hakikat sila-sila Pancasila mendasarkan pada landasan sila- sila
Pancasila, yaitu: Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil.
Hakikat dan inti sila- sila Pancasila meliputi:
1. Sila pertama Ketuhanan adalah sifat-sifat dan keadaan Negara harus sesuai dengan hakikat
Tuhan.
2. Sila kedua Kemanusiaan adalah sifat-sifat dan keadaan Negara yang harus sesuai dengan hakikat
manusia.
3. Sila ketiga Persatuan adalah sifat-sifat dan keadaan Negara harus sesuai dengan hakikat satu.
4. Sila keempat Kerakyatan adalah sifat-sifat dan keadaan Negara yang harus sesuai dengan
hakikat rakyat.
5. Sila kelima Keadilan adalah sifat-sifat dan keadaan Negara yang harus sesuai dengan hakikat
adil.
Kesesuaian yang dimaksud adalah kesesuaian antara hakikat nilai-nilai sila-sila pancasila
dengan Negara, dalam pengertian kesesuaian sebab dan akibat. Makna kesesuaian tersebut
adalah:
Bahwa hakikat manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa (sebagai sebab hakikat
sila 1 dan 2) yang membentuk persatuan mendirikan Negara dan persatuan manusia dalam suatu
wilayah disebut rakyat (hakikat sila 3 dan 4), yang ingin mewujudkan suatu tujuan bersama yaitu
suatu keadilan dalam suatu persekutuan hidup masyarakat Negara (keadilan sosial, hakikat sila
5).
Rumusan Pancasila yang Bersifat Hierarkhis dan Berbentuk Piramidal
1. Sila 1, mendasari dan menjiwai sila- sila 2, 3, 4 dan 5.
2. Sila 2, diliputi dan dijiwai oleh sila 1, meliputi dan menjiwai sila 3, 4 dan 5.
3. Sila 3, diliputi dan dijiwai sila 1 dan 2, meliputi dan menjiwai sila 4 dan 5.
4. Sila 4, diliputi dan dijiwai oleh sila- sila 1, 2 dan 3 serta meliputi dan menjiwai sila 5.
5. Sila 5, diliputi dan dijiwai oleh sila- sila 1, 2, 3 dan 4.

3. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila- sila Pancasila yang Saling Mengisi dan Saling
Mengkualifikasi
Menurut Notonegoro, rumusan- rumusan kesatuan sila- sila Pancasila yang saling
mengisi dan mengkualifikasi adalah sebagai berikut:
Sila Ketuhanan yang Maha Esa, adalah berkemanusiaan yang adil dan beradab,
berpersatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
1. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah berketuhanan yang Maha Esa, berpersatuan
Indonesia, Berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Sila Persatuan Indonesia, adalah berketuhanan yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan
beradab, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaran/perwakilan dan keadila social bagi seluruh rakyat Indonesia.
3. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,
adalah berketuhanan yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berpersatuan
Indonesia dan berkeadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
4. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesi, adalah Berketuhanan yang Maha Esa,
berkemanusiaan yang adil dan beradab, berpersatuan Indonesia dan berkerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.

C. Kesatuan Sila-sila Pancasila sebagai Suatu Sistem Filsafat

1. Ontologis,mempelajari tentang keberadaan sesuatu.
2. Epistemologis,mempelajari tentang sumber-sumber,syarat-syarat dan proses terjadinya ilmu
pengetahuan.
3. Aksiologis,mempelajari pengertian jenis,tingkat,sumber dan hakikat nilai secara kesemestaan.

D. Pancasila sebagai Nilai Dasar Fundamental bagi Bangsa dan Negara
Republik Indonesia

1. Dasar Filosofis
Dasar filosofis yang terkandung dalam sila-sila pancasila:
Pancasila sebagai filsafat bangsa dan Negara RI, mengandung makna bahwa dalam
setiap aspek kehidupan kebangsaan, kemasyarakatan dan kenegaraan harus berdasarkan nilai-
nilai ketuhanan,kemanusiaan,persatuan,kerakyatan dan keadilan.
Pemikiran filsafat kenegaraan bertolak dari suatu pandangan bahwa Negara adalah
merupakan suatu persekutuan hidup manusia atau organisasi kemasyarakatan,yang merupakan
masyarakat hukum (Legal Society).Adapun Negara yang didirikan oleh manusia itu berdasarkan
pada kodrat bahwa manusia sebagai warga Negara dan sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa.
Negara yang merupakan persekutuan hidup manusia sebagai Tuhan yang Maha Esa pada
hakikatnya bertujuan untuk mewujudkan harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang
berbudaya atau makhluk yang baradab.Untuk mewujudkan tujuan-tujuan bersama,maka dalam
hidu kenegaraa harus mewujudkan jaminan perlindungan bagi seluruh warga,sehingga untuk
mewujudkan tujuan seluruh warganya harus dijamin berdasarkan suatu prinsip keadilan yang
timbul dalam kehidupan bersama.
Secara kausalitas nilai-nilai pancasila bersifat objektif dan subjektif.Artinya esensi nilai-
nilai pancasila adalah baraifat universal sehingga dimungkinkan dapat diterapkan pada Negara
lain,walaupun barangkali namanya bukun pancasila.Artinya jikalau suatu Negara menggunakan
filosofi maka Negara tersebut pada hakikatnya menggunakan dasar filsafat dari nilai sila-sila
pancasila.

Nilai objektif pancasila meliputi:

1. Rumusan dari sila-sila pancasila itu sendiri sebenarnya hakikat maknanya menunjukan adanya
sifat-sifat yang umum, universal dan abstrak karena merupakan suatu nilai.
2. Inti nilai-nilai pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan bangsa Indonesia baik
dalam adat kebiasaan, kanegaraan maupun keagamaan.
3. Pancasila yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945, menurut ilmu hukum memenuhi
syarat sebagai pokok kaidah yang fundamental Negara, sehingga marupakan suatu sumber
hukum positif di Indonesia.

Nilai-nilai subjektif pancasila dapat diartikan sebagai berikut:

1. Nilai-nilai pancasila timbul dari bangsa Indonesia.
2. Nilai-nilai pancasila merupakan filsafat bangsa Indonesia.
3. Nilai-nilai pancasila di dalamnya terkandung nilai-nilai kerohanian, yaitu kebenaran, keadilan,
kebijaksanaan, etis, estetis dan nilai religious.

2. Pancasila sebagai Nilai Fundamental Negara
Nilai-nilai pancasila terkandung dalam pembukaan UUD 1945 secara yuridis memiliki
kedudukan sebagai pokok kaidah Negara yang fundamental yang didalamnya memuat nilai-nilai
pancasila yang mengandung empat pokok fikiran yang bilamana di analisis makna yang
mengandung di dalamnya tidak lain adalah merupakan penjabaran dari nilai-nilai
pancasila.Keempat pokok fikiran tersebut meliputi :
a. Pokok fikiran pertama menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah Negara persatuan yang
merupakan penjabaran sila ketiga.
b. Pokok fikiran kedua menyatakan bahwa Negara hendak mewujudkan suatu keadilan bagi
seluruh rakyat Indonesia yang merupakan penjabaran sila kelima.
c. Pokok fikiran ketiga menyatakan bahwa Negara berkedaulatan rakyat yang merupakan
penjabaran sila keempat.
d. Pokok fikiran keempat menyatakan bahwa Negara berdasarkan atas ketuhanan yang Maha Esa
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.Hal ini merupakan penjabaran sila pertama
dan kedua.

E. Inti Isi Sila-sila Pancasila
Sebagai suatu dasar filsafat Negara, maka sila-sila pancasila merupakan suatu sistem
nilai. Oleh karena itu, sila-sila pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan. Adapun
nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sila Ketuhanan yang Maha Esa
Dalam sila ini terkandung nilai bahwa Negara yang didirikan adalah sebagai pengenjawantahan
tujuan manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa.
2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Dalam sila kemanusiaan terkandung nilai-nilai bahwa Negara harus menjunjung tinggi harkat
dan martabat manusia sebagai makhluk yang beradab.
3. Persatuan Indonesia
Dalam sila persatuana Indonesia terkandung nilai bahwa Negara adalah sebagai penjelmaan sifat
kodrat manusia monodualis, yaitu sebagai makhluk individu dan sosial.


4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan
Nilai filosofis yang terkandung di dalamnya yaitu bahwa hakikat Negara adalah sebagai
penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan sosial.

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Dalam sila ini terkandung nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan bersama, yaitu
keadilan dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia, manusia
dengan masyarakat, bangsa dan Negara serta hubungan manusia dengan Tuhan-Nya.
BAB III
KESIMPULAN
Sebagai suatu sistem filsafat, Pancasila mempunyai kedudukan dan peran utama sebagai
dasar filsafat Negara. Dengan kedudukannya, Pancasila mendasari dan menjiwai semua proses
penyelenggaraan Negara dalam berbagai bidang serta menjadi rujukan bagi seluruh rakyat
Indonesia dalam bersikap dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari.
Pancasila memberikan suatu arah dan criteria yang jelas mengenai layak atau tidaknya
suatu sikap dan tindakan yang dilakukan oleh setiap warga Negara Indonesia dalam kehidupan,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Proses kehidupan berbangsa dan bernegara tidak bisa dilepaskan dari dimensi kehidupan
politik, akan tetapi kehidupan politik di setiap Negara tentu saja berbeda. Salah satu
penyebabnya adalah faktor perbedaan ideologi.
Kehidupan politik rakyat Indonesia selalu didasari oleh nilai-nilai Pancasila yang
merupakan landasan dan tujuan kehidupan politik bangsa kita. Berkaitan dengan hal tersebut,
proses pembangunan politik yang sedang berlangsung di Negara kita ini harus diarahkan pada
proses implementasi sistem politik Pancasila yang handal.

PANCASILA: NILAI FUNDAMENTAL SEBAGAI IDENTITAS NASIONAL
PANCASILA: NILAI FUNDAMENTAL SEBAGAI IDENTITAS NASIONAL
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, suatu negara harus memiliki identitas sebagai pijakan
dalam menjalin hubungan dengan subyek yang lainnya, baik itu negara lain, organisasi maupun warga
negara itu sendiri. Identitas disini merupakan ciri-ciri khusus untuk menandai sebuah subyek, baik itu
berupa benda maupun subyek manusia. Identitas dapat berbentuk identitas fisik maupun non-fisik serta
dapat berbentuk individu maupun kolektif, dimana satu identitas akan dimiliki beberapa subyek secara
kolektif. Identitas dapat memiliki tiga arti harafiah yakni sebagai ciri-ciri yang melekat pada manusia
atau benda, dapat juga sebagai penggambaran atas pribadi seseorang serta dapat diartikan sebagai
pemahaman manusia terhadapa dirinya sendiri. Makna di atas tentunya tercipta dari beberapa sumber
diantaranya, norma sosial yang mengarahkan tingkah laku dan sejarah hidup individu atau dapat juga
dari derajat penilailan orang baik dari luar maupun dalam diri individu itu sendiri (Dashefsky : 5).
Identitas seperti makna di atas memiliki komponen berupa atribut yang secara signifikan memberikan
kesan berbeda dalam tiap diri subyeknya, sehingga orang lain mudah untuk mengenalinya. Atribut
sendiri dibagi dalam dua jenis yaitu, atribut yang tidak dapat dimanipulasi (bersifat given atau
primordial) dan atribut yang dapat dimanipulasi tergantung dari kepentingan pragmatis para subyeknya.
Atribut-atribut yang menjelma menjadi identitas inilah yang lalu diperlukan sebagai penentu status dan
peran individu dalam lingkungan sosial ketika menjalin interaksi antara satu dengan yang lainnya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa identitas muncul dari proses interaksi dalam hubungan antarindividu
masyarakat dalam upaya mencari pengakuan tas keberadaannya.
Melihat makna dan pentingnya sebuah identitas bagi aktor yang akan berinteraksi, maka sebuah negara
sebagai peran dominan hubungan domestik maupun internasional mutlak untuk memiliki identitas
nasional yang mewakili kepribadian bangsanya. Setiap negara akan memiliki identitas yang berbeda
dengan negara lain, hal ini disebabkan karena national identity itu sendiri diserap dari nilai-nilai luhur,
cita-cita bangsa, budaya dan agama yang dipercaya dalam tiap negara. Selain itu identitas nasional
kebanyakan muncul karena faktor sejarah yang merasa senasib sepenangguan, sehingga memunculkan
kemungkinan terjalinnya kerjasama antarkelompok identitas yang saling bertoleransi hingga lahirnya
kesatuan konsep identitas nasional. Identitas nasional bagi bangsa Indonesia yang hingga kini tetap
dipertahankan sebagai dasar negara adalah Pancasila yang memiliki makna mendalam bagi bangsa
Indonesia.
Sebagai dasar negara, Pancasila menekankan lima asas yang fundamental. Salah satu diantaranya adalah
persatuan dan kesatuan. Hal ini disebabkan karena kekayaan Indonesia akan pluralitas suku, budaya,
agama dan bahasa yang memiliki idealism masing-masing (Suryadinata, 1999: 150). Pluralitas suku
adalah beragamnya golongan sosial yang memiliki atribut identitas yang sama dan diperoleh dari
kelahiran secara mutlak, sehingga idntitas ini akan melekat untuk seumur hidup. Keberagaman agama
merupakan ciri yang mencolok di Indonesia karena adanya enam keyakinan akan Tuhan yang dimiliki
oleh masyarakat Indonesia. Kedua hal di atas merupakan keberagaman yang berpotensi tinggi menjadi
konflik, salah satu solusinya adalah dengan menciptakan komunikasi dan rasa saling menghormati
antarumat beragama dan berlainan suku (Suseno, 1995: 174). Sementara Indonesia juga bersifat
multikultur dan multibahasa. Budaya merupakan suatu prinsip mengenai nilai-nilai adat istiadat yang
termanifestasikan oleh masyarakat Indonesia (Masinambow, 1999). Sementara itu multibahasa dalam
etnis yang sering menyebabkan kesalahpahaman dalam komunikasi diselesaikan sengan pengukuhan
bahasa nasional yaitu Bahasa Indonesia, tanpa menghilangkan bahasa daerah itu sendiri. Satu lagia
tribut Indonesia yakni pembagian tingkatan kelas dan kasta dalam agama Hindu (Laeyendecker 1991:
331).
Segala macam atribut dari identitas di atas didasari oleh sebuah ideologi yang dalam hal ini juga
dipegang oleh Pancasila. Ideologi merupakan suatu landasan sistem nilai yang digunakan masyarakat
untuk mengatur tingkah laku agar tetap dalam koridor yang benar (Lowenstein dalam Ramanathan,
1988: 73). Ideologi memiliki tiga dimensi untuk memaknainya. Yang pertama ideologi dipandang sebagai
sejauh mana penilaian masyarakat pada kondisi internalnya sendiri. Yang kedua kemampuan untuk
memprediksi masa depan yang lebih baik bagi sekelompok golongan (futorologi). Dan yang terakhir
dipandang sebagai kemampuan untuk beradaptasi pada perkembangan masyarakat secara ideologis.
Dalam menanggapi konsep dasar negara, ideologi, dan identitas Indonesia yang dirangkap oleh
Pancasila, berbagai penstudi mulai memberi tanggapan. Diantaranya adalah Daniel Bell, Francis
Fukuyama dan S. Hutington serta Sastrapratedja.
Daniel Bell beranggapan bahwa Pancasila dirancang sebagai sintesis ideologi Liberalisme dan Marxisme
yang saling berlawanan. Menurut Bell, Liberalisme dan Marxisme sudah mencapai titik akhir ketika
prinsipnya tidak murni lagi karena menampung berbagai kritikan dan sulit direlevansikan pada
kenyataan (Bell, 2000). Sebagai akibatnya, Pancasila membutuhkan rekonstruksi terhadap nilai-nilainya
agarchaos dapat dimatangkan menjadi cosmos.
Berbeda dengan Bell, Fukuyama justru berargumen bahwa fenomena tersebut merupakan akhir dari
sebuah sejarah, dimana demokrasi liberal yang menjadi perameternya. Namun disini argument
Fukuyama masih ambivalen. Di satu sisi Fukuyama optimis ilmu dan teknologi yang didukung oleh
pemerintahan yang bebas akan mendorong cita-citanya tersebut. Namun di sisi lain dia merasa pesimis
ketika dihadapkan persoalan moralitas manusia dan sulit adanya konsensus mengenai makna demokrasi
liberal. Dalam halini, Pancasila telah menjawab keraguan Fukuyama. Konsep Pancasila tidak sepenuhnya
bebas tanpa moral dan Pancasila merupakan konsensus yang sifatnya mutlak di Indonesia.
Sebagai tanggapan dari kedua argumen di atas, Hutington mengatakan bahwa akan ada benturan antara
peradaban non-Barat yang telah mendapatkan kemerdekaannya dengan negara-negara Barat yang telah
menjajahnya. Hutington berfikir bahwa peradabanlah yang berpotensi konflik. Disini Pancasila hadir
sebagai negara yang mengadopsi konsep managemen negara Barat yang disesuaikan dengan nilai luhur
Indonesia, sehingga Pancasila tidak terkhianati.
Melihat begitu strategisnya posisi yang Indonesia ambil, Sastrapratedja merumuskan dua fungsi
Pancasila secara manifest. Pertama Pancasila sebagai Politik Identitas Nasional, yakni sejauh mana
proses konstruksi budaya politik yang memiliki komponen sejarah, ingatan kolektif, geografi, bahasa,
hukum dan lainnya. Maka Politik Identitas Nasional akan mengurus tentang kewarganegaraan. Kedua,
kontribusi Pancasila bagi ilmu pengetahuan. Pancasila dijadikan dasar ilmu pengetahuan, dan sifatnya
sangat kokoh. Pengembangan ilmu pengetahuan yang didasarkan pancasila antara lain pertama akan
menekankan bahwa ilmu pengetahuan menghormati keyakinan religious masyarakat. Kedua ilmu
pengetahuan ditujukan bagi pengembangan kemanusiaan dan dituntun oleh nilai-nilai etis yang
berdasarkan kemanusiaan. Segala sesuatu yang dapat kita lakukan tidak berarti harus kita lakukan.
Ketiga, ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan unsur yang menhomogenesasikan budaya, maka
juga merupakan unsur yang mempersatukan dan memungkinkan komunikasi antar masyarakat.
Keempat, prinsip demokrasi akan menuntut bahwa penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
haruslah merata ke masyarakat. Kelima, kesenjangan dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi harus dipersempit terus-menerus sehingga semakin merata. Pancasila juga dapat menjadi
dasar ilmu etika kecuali sebagai orientasi science policy, namun tentunya tidak dapat dikatakan
pancasila sebagai model ilmu pengetahuan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Pancasila merupakan nilai yang paling fundamental bagi
bangsa Indonesia sehingga asasnya termaktub dalam dasar, Ideologi, dan identitas negara. Tugas
masyarakat Indonesia adalah mengimplementasikan nilai luhurnya dengan tepat dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
BAB III

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

A. PENGANTAR
Nilai, norma, dan moral adalah konsep-konsep yang saling berkaitan.
Dalam hubungannya dengan Pancasila maka ketiganya akan memberikan
pemahaman yang saling melengkapi sebagai sistem etika.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan
suatu nilai yang menjadi sumber dari segala penjabaran norma baik norma
hukum, norma moral maupun norma kenegaran lainnya. Di samping itu,
terkandung juga pemikiran-pemikiran yang bersifat kritis, mendasar, rasional,
sistematis dan komprehensif. Oleh karena itu, suatu pemikiran filsafat adalah
suatu nilai-nilai yang bersifat mendasar yang memberikan landasan bagi
manusia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Nilai-nilai tersebut dijabarkan dalam kehidupan yang bersifat praksis atau
kehidupan nyata dalam masyarakat, bangsa dan negara maka diwujudkan
dalam norma-norma yang kemudian menjadi pedoman. Norma-norma itu
meliputi :
1. Norma Moral
Yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur dari
sudut baik maupun buruk, sopan atau tidak sopan, susila atau tidak susila.
2. Norma Hukum
Suatu sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam suatu
tempat dan waktu tertentu dalam pengertian ini peraturan hukum. Dalam
pengertian itulah Pancasila berkedudukan sebagai sumber dari segala sumber
hukum.

Dengan demikian, Pancasila pada hakikatnya bukan merupakan suatu
pedoman yang langsung bersifat normatif ataupun praksis melainkan merupakan
suatu sistem nilai-nilai etika yang merupakan sumber norma.



PENGERTIAN ETIKA
Etika adalah kelompok filsafat praktis (filsafat yang membahas
bagaimana manusia bersikap terhadap apa yang ada) dan dibagi menjadi dua
kelompok. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang
ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika adalah ilmu yang
membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran
tertentu atau bagaimana kita bersikap dan bertanggung jawab dengan berbagai
ajaran moral. Kedua kelompok etika itu adalah sebagai berikut :
1. Etika Umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan
manusia.
2. Etika Khusus, membahas prinsip-prinsip tersebut di atas dalam hubungannya
dengan berbagai aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (etika individual)
maupun mahluk sosial (etika sosial)

B. PENGERTIAN NILAI, NORMA DAN MORAL
1. Pengertian Nilai
Nilai (value) adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu
benda untuk memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan
menarik minat seseorang atau kelompok. Jadi nilai itu pada hakikatnya adalah
sifat dan kualitas yang melekat pada suatu obyeknya. Dengan demikian, maka
nilai itu adalah suatu kenyataan yang tersembunyi dibalik kenyataan-kenyataan
lainnya.
Menilai berarti menimbang, suatu kegiatan manusia untuk
menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain kemudian untuk selanjutnya
diambil keputusan. Keputusan itu adalah suatu nilai yang dapat menyatakan
berguna atau tidak berguna, benar atau tidak benar, baik atau tidak baik, dan
seterusnya. Penilaian itu pastilah berhubungan dengan unsur indrawi manusia
sebagai subjek penilai, yaitu unsur jasmani, rohani, akal, rasa, karsa dan
kepercayaan.
Dengan demikian, nilai adalah sesuatu yang berharga, berguna,
memperkaya bathin dan menyadarkan manusia akan harkat dan martabatnya.
Nilai bersumber pada budi yang berfungsi mendorong dan mengarahkan
(motivator) sikap dan perilaku manusia. Nilai sebagai suatu sistem merupakan
salah satu wujud kebudayaan di samping sistem sosial dan karya. Oleh karena
itu, Alport mengidentifikasikan nilai-nilai yang terdapat dalam kehidupan
masyarakat pada enam macam, yaitu : nilai teori, nilai ekonomi, nilai estetika,
nilai sosial, nilai politik dan nilai religi.
2. Hierarkhi Nilai
Hierarkhi nilai sangat tergantung pada titik tolak dan sudut pandang
individu masyarakat terhadap sesuatu obyek. Misalnya kalangan materialis
memandang bahwa nilai tertinggi adalah nilai meterial. Max Scheler menyatakan
bahwa nilai-nilai yang ada tidak sama tingginya dan luhurnya. Menurutnya nilai-
nilai dapat dikelompokan dalam empat tingkatan yaitu :
1. nilai kenikmatan adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan indra yang
memunculkan rasa senang, menderita atau tidak enak,
2. nilai kehidupan yaitu nilai-nilai penting bagi kehidupan yakni : jasmani,
kesehatan serta kesejahteraan umum,
3. nilai kejiwaan adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan kebenaran,
keindahan dan pengetahuan murni,
4. nilai kerohanian yaitu tingkatan ini terdapatlah modalitas nilai dari
yang suci.
Sementara itu, Notonagoro membedakan menjadi tiga, yaitu :
1. nilai material yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jasmani
manusia,
2. nilai vital yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk
mengadakan suatu aktivitas atau kegiatan,
3. nilai kerokhanian yaitu segala sesuatu yang bersifat rokhani manusia
yang dibedakan dalam empat tingkatan sebagai berikut :
a. nilai kebenaran yaitu nilai yang bersumber pada rasio, budi, akal
atau cipta manusia.
b. nilai keindahan/estetis yaitu nilai yang bersumber pada perasaan
manusia
c. nilai kebaikan atau nilai moral yaitu nilai yang bersumber pada
unsur kehendak manusia
d. nilai religius yaitu nilai kerokhanian tertinggi dan bersifat mutlak
Dalam pelaksanaanya, nilai-nilai dijabarkan dalam wujud norma, ukuran
dan kriteria sehingga merupakan suatu keharusan anjuran atau larangan, tidak
dikehendaki atau tercela. Oleh karena itu, nilai berperan sebagai pedoman yang
menentukan kehidupan setiap manusia. Nilai manusia berada dalam hati nurani,
kata hati dan pikiran sebagai suatu keyakinan dan kepercayaan yang bersumber
pada berbagai sistem nilai.
3. Pengertian Moral
Moral berasal dari kata mos (mores) yang sinonim dengan kesusilaan,
tabiat atau kelakuan. Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang
menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia.
Seorang pribadi yang taat kepada aturan-aturan, kaidah-kaidah dan
norma yang berlaku dalam masyarakatnya, dianggap sesuai dan bertindak benar
secara moral. Jika sebaliknya yang terjadi maka pribadi itu dianggap tidak
bermoral.
Moral dalam perwujudannya dapat berupa peraturan dan atau prinsip-
prinsip yang benar, baik terpuji dan mulia. Moral dapat berupa kesetiaan,
kepatuhan terhadap nilai dan norma yang mengikat kehidupan masyarakat,
bangsa dan negara.
4. Pengertian Norma
Kesadaran manusia yang membutuhkan hubungan yang ideal akan
menumbuhkan kepatuhan terhadap suatu peraturan atau norma. Hubungan ideal
yang seimbang, serasi dan selaras itu tercermin secara vertikal (Tuhan),
horizontal (masyarakat) dan alamiah (alam sekitarnya)
Norma adalah perwujudan martabat manusia sebagai mahluk budaya,
sosial, moral dan religi. Norma merupakan suatu kesadaran dan sikap luhur
yang dikehendaki oleh tata nilai untuk dipatuhi. Oleh karena itu, norma dalam
perwujudannya dapat berupa norma agama, norma filsafat, norma kesusilaan,
norma hukum dan norma sosial. Norma memiliki kekuatan untuk dipatuhi karena
adanya sanksi.

5. Nilai Dasar, Nilai Instrumental dan Nilai Praksis
a. Nilai Dasar
Sekalipun nilai bersifat abstrak yang tidak dapat diamati melalui panca
indra manusia, tetapi dalam kenyataannya nilai berhubungan dengan tingkah
laku atau berbagai aspek kehidupan manusia dalam prakteknya. Setiap nilai
memiliki nilai dasar yaitu berupa hakikat, esensi, intisari atau makna yang
dalam dari nilai-nilai tersebut. Nilai dasar itu bersifat universal karena
menyangkut kenyataan obyektif dari segala sesuatu. Contohnya : hakikat Tuhan,
manusia, atau mahluk lainnya. Apabila nilai dasar itu berkaitan dengan hakikat
Tuhan maka nilai dasar itu bersifat mutlak karena Tuhan adalah kausa prima
(penyebab pertama). Segala sesuatu yang diciptakan berasal dari kehendak
Tuhan. Bila nilai dasar itu berkaitan dengan hakikat manusia maka nilai-nilai itu
harus bersumber pada hakikat kemanusiaan yang dijabarkan dalam norma
hukum yang diistilahkan dengan hak dasar (hak asasi manusia). Apabila nilai
dasar itu berdasarkan kepada hakikat suatu benda ((kuantitas, aksi, ruang dan
waktu) maka nilai dasar itu dapat juga disebut sebagai norma yang direalisasikan
dalam kehidupan yang praksis, namun nilai yang bersumber dari kebendaan
tidak boleh bertentangan dengan nilai dasar yang merupakan sumber
penjabaran norma itu. Nilai dasar yang menjadi sumber etika bagi bangsa
Indonesia adalah nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
b. Nilai Instrumental
Nilai instrumental adalah nilai yang menjadi pedoman pelaksanaan dari
nilai dasar. Nilai dasar belum dapat bermakna sepenuhnya apabila belum
memiliki formulasi serta parameter atau ukuran yang jelas dan konkrit. Apabila
nilai instrumental itu berkaitan dengan tingkah laku manusia dalam kehidupan
sehari-hari maka nilai itu akan menjadi norma moral. Namun jika nilai
instrumental itu berkaitan dengan suatu organisasi atau negara, maka nilai
instrumental itu merupakan suatu arahan, kebijakan, atau strategi yang
bersumber pada nilai dasar sehingga dapat juga dikatakan bahwa nilai
instrumental itu merupakan suatu eksplisitasi dari nilai dasar.
Dalam kehidupan ketatanegaraan Republik Indonesia, nilai-nilai
instrumental dapat ditemukan dalam pasal-pasal undang-undang dasar yang
merupakan penjabaran Pancasila.
c. Nilai Praksis
Nilai praksis merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental
dalam kehidupan yang lebih nyata dengan demikian nilai praksis merupakan
pelaksanaan secara nyata dari nilai-nilai dasar dan nilai-nilai instrumental. Oleh
karena itu, nilai praksis dijiwai kedua nilai tersebut diatas dan tidak bertentangan
dengannya. Undang-undang organik adalah wujud dari nilai praksis, dengan kata
lain, semua perundang-undangan yang berada di bawah UUD sampai kepada
peraturan pelaksana yang dibuat oleh pemerintah.
6. Hubungan Nilai, Norma dan Moral
Keterkaitan nilai, norma dan moral merupakan suatu kenyataan yang
seharusnya tetap terpelihara di setiap waktu pada hidup dan kehidupan manusia.
Keterkaitan itu mutlak digarisbawahi bila seorang individu, masyarakat, bangsa
dan negara menghendaki fondasi yang kuat tumbuh dan berkembang.
Sebagaimana tersebut di atas maka nilai akan berguna menuntun sikap
dan tingkah laku manusia bila dikongkritkan dan diformulakan menjadi lebih
obyektif sehingga memudahkan manusia untuk menjabarkannya dalam aktivitas
sehari-hari. Dalam kaitannya dengan moral maka aktivitas turunan dari nilai dan
norma akan memperoleh integritas dan martabat manusia. Derajat kepribadian
itu amat ditentukan oleh moralitas yang mengawalnya. Sementara itu, hubungan
antara moral dan etika kadang-kadang atau seringkali disejajarkan arti dan
maknanya. Namun demikian, etika dalam pengertiannya tidak berwenang
menentukan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan seseorang. Wewenang
itu dipandang berada di tangan pihak yang memberikan ajaran moral.

C. PANCASILA SEBAGAI NILAI FUNDAMENTAL BAGI BANGSA DAN
NEGARA REPUBLIK INDONESIA
1. Dasar Filosofis
Pancasila sebagai dasar filsafat negara serta sebagai filsafat hidup
bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu nilai yang bersifat
sistematis. Oleh karena itu sila-sila Pancasila merupakan suatu kesatuan yang
bulat, hirarkhis dan sistematis. Dalam pengertian itu maka Pancasila merupakan
suatu sistem filsafat sehingga kelima silanya memiliki esensi makna yang utuh.
Dasar pemikiran filosofisnya adalah sebagai berikut : Pancasila sebagai
filsafat bangsa dan negara Republik Indonesia mempunyai makna bahwa dalam
setiap aspek kehidupan kebangsaan, kemasyarakatan serta kenegaraan harus
berdasarkan nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan
Keadilan. Titik tolaknya pandangan itu adalah negara adalah suatu persekutuan
hidup manusia atau organisasi kemasyarakatan manusia.
Nilai-nilai obyektif Pancasila dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.Rumusan dari sila-sila Pancasila itu sendiri sebenarnya, hakikatnya,
maknanya yangterdalam menunjukkan adanya sifat-sifat yang umum,
universal dan abstrak, karena merupakan suatu nilai.
b.Inti dari nilai-nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam
kehidupan bangsa Indonesia dan mungkin juga pada bangsa lain dalam
adat kebiasaan, kebudayaan, kenegaraan maupun dalam kehidupan
keagamaan.
c.Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, menurut ilmu
hukum memenuhi syarat sebagai pokok kaidah negara yang fundamental
sehingga merupakan suatu sumber hukum positif di Indonesia. Oleh karena
itu, dalam hierarkhi tata tertib hukum Indonesia berkedudukan sebagai
tertib hukum tertinggi dan tidak dapat diubah secara hukum sehingga
terlekat pada kelangsungan hidup negara.
Sebaliknya nilai-nilai subyektif Pancasila dapat diartikan bahwa
keberadaannya bergantung dan atau terlekat pada bangsa Indonesia sendiri. Hal
itu dijelaskan sebagai berikut :
a. Nilai-nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia sehingga bangsa
Indonesia sebagai kausa materialis. Nilai-nilai itu sebagai hasil
pemikiran, penilaian kritik serta hasil refleksi filosofis bangsa
Indonesia.
b. Nilai-nilai Pancasila merupakan filsafat (pandangan hidup) bangsa
Indonesia sehingga merupakan jati diri bangsa, yang diyakini
sebagai sumber nilai atas kebenaran, kebaikan, keadilan dan
kebijaksanaan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
c. Nilai-nilai Pancasila didalamnya terkandung ketujuh nilai-nilai
kerokhanian yaitu nilai-nilai kebenaran, keadilan, kebaikan,
kebijaksanaan, estetis dan religius yang manifestasinya sesuai
dengan budi nurani bangsa Indonesia karena bersumber pada
kepribadian bangsa.
Nilai-nilai Pancasila tersebut bagi bangsa menjadi landasan, dasar serta
motivasi atas segala perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam
kehidupan kenegaraan. Dengan kata lain, bahwa nilai-nilai Pancasila merupakan
das sollen atau cita-cita tentang kebaikan yang harus diwujudkan menjadi suatu
kenyataan atau das sein.

2. Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Nilai Fundamental Negara
Nilai-nilai Pancasila bersifat universal yang memperlihatkan nafas
humanisme. Oleh karena itu, Pancasila dapat dengan mudah diterima oleh siapa
saja. Meskipun Pancasila mempunyai nilai universal tetapi tidak begitu saja
dengan mudah diterima oleh semua bangsa. Perbedaannya terletak pada fakta
sejarah bahwa nilai Pancasila secara sadar dirangkai dan disahkan menjadi
satu kesatuan yang berfungsi sebagai basis perilaku politik dan sikap moral
bangsa. Dengan kata lain, bahwa Pancasila milik khas bangsa Indonesia dan
sekaligus menjadi identitas bangsa berkat legitimasi moral dan budaya bangsa
Indonesia.
Nilai-nilai Pancasila terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 secara
yuridis memiliki kedudukan sebagai pokok kaidah negara yang fundamental.
Adapun Pembukaan UUD 1945 yang didalamnya memuat nilai-nilai Pancasila
mengandung empat pokok pikiran yang merupakan derivasi atau penjabaran
dari nilai-nilai Pancasila itu sendiri.
Pokok pikiran pertama menyatakan bahwa negara Indonesia adalah
negara persatuan, yaitu negara yang melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia, mengatasi segala paham golongan maupun
perseorangan. Hal ini merupakan penjabaran sila ketiga.
Pokok pikiran kedua menyatakan bahwa negara hendak mewujudkan
suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam hal ini negara
berkewajiban mewujudkan kesejahteraan umum bagi seluruh rakyat Indonesia,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Pokok pikiran ini adalah
penjabaran dari sila kelima.
Pokok pikiran ketiga menyatakan bahwa negara berkedaulatan rakyat,
berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan. Pokok pikiran
ini menunjukkan bahwa negara Indonesia demokrasi, yaitu kedaulatan ditangan
rakyat. Hal ini sesuai dengan sila keempat.
Pokok pikiran keempat menyatakan bahwa negara berdasarkan atas
Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
Pokok pikiran ini sebagai penjabaran dari sila pertama dan kedua.
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa Pancasila dan
Pembukaan UUD 1945 dapat dinyatakan sebagai pokok-pokok kaidah negara
yang fundamental, karena di dalamnya terkandung pula konsep-konsep sebagai
berikut.
a. Dasar-dasar pembentukan negara, yaitu tujuan negara,
asas politik negara (negara Indonesia republik dan
berkedaulatan rakyat) dan asas kerohanian negara
(Pancasila).
b. Ketentuan diadakannya Undang Undang Dasar 1945,
yaitu, .....maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia. Hal ini menunjukkan adanya sumber hukum.
Nilai dasar yang fundamental dalam hukum mempunyai hakikat dan
kedudukan yang tetap kuat dan tidak berubah, dalam arti dengan jalan hukum
apa pun tidak mungkin lagi untuk diubah. Berhubung Pembukaan UUD 1945
memuat nilai-nilai dasar yang fundamental, maka Pembukaan UUD 1945 yang
didalamnya terdapat Pancasila tidak dapat diubah secara hukum. Apabila terjadi
perubahan berarti pembubaran Negara Proklamasi 17 Agustus 1945.
Dalam pengertian seperti itulah maka dapat disimpulkan bahwa
Pancasila merupakan dasar yang fundamental bagi negara Indonesia terutama
dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara. Di samping itu, nilai-nilai
Pancasila juga merupakan suatu landasan moral etik dalam kehidupan
kenegaraan. Hal itu ditegaskan dalam pokok pikiran keempat yang menyatakan
bahwa negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa berdasar atas
kemanusiaan yang adil dan beradab. Konsekuensinya dalam penyelenggaraan
kenegaraan antara lain operasional pemerintahan negara, pembangunan
negara, pertahanan-keamanan negara, politik negara serta pelaksanaan
demokrasi negara harus senantiasa berdasarkan pada moral ketuhanan dan
kemanusiaan.

3. Makna Nilai-Nilai Setiap Sila Pancasila
Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan negara Republik Indonesia
merupakan nilai yang tidak dapat dipisah-pisahkan dengan masing-masing
silanya. Hal ini dikarenakan apabila dilihat satu per satu dari masing-masing sila,
dapat saja ditemukan dalam kehidupan bangsa lain. Makna Pancasila terletak
pada nilai-nilai dari masing-masing sila sebagai satu kesatuan yang tidak dapat
diputarbalikkan letak dan susunannya. Namun demikian, untuk lebih memahami
nilai-nilai yang terkandung dalam masing-masing sila Pancasila, maka berikut ini
kita uraikan :
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini nilai-nilainya meliputi dan menjiwai
keempat sila lainnya. Dalam sila ini terkandung nilai bahwa negara yang
didirikan adalah pengejawantahan tujuan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang
Maha esa.
Konsekuensi yang muncul kemudian adalah realisasi kemanusiaan
terutama dalam kaitannya dengan hak-hak dasar kemanusiaan (hak asasi
manusia) bahwa setiap warga negara memiliki kebebasan untuk memeluk
agama dan menjalankan ibadah sesuai dengan keimanan dan kepercayaannya
masing-masing. Hal itu telah dijamin dalam Pasal 29 UUD. Di samping itu, di
dalam negara Indonesia tidak boleh ada paham yang meniadakan atau
mengingkari adanya Tuhan (atheisme).

b. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Kemanusian berasal dari kata manusia yaitu mahluk yang berbudaya
dengan memiliki potensi pikir, rasa, karsa dan cipta. Potensi itu yang
mendudukkan manusia pada tingkatan martabat yang tinggi yang menyadari
nilai-nilai dan norma-norma. Kemanusiaan terutama berarti hakikat dan sifat-sifat
khas manusia sesuai dengan martabat. Adil berarti wajar yaitu sepadan dan
sesuai dengan hak dan kewajiban seseorang. Beradab sinonim dengan sopan
santun, berbudi luhur, dan susila, artinya, sikap hidup, keputusan dan tindakan
harus senantiasa berdasarkan pada nilai-nilai keluhuran budi, kesopanan, dan
kesusilaan. Dengan demikian, sila ini mempunyai makna kesadaran sikap dan
perbuatan yang didasarkan kepada potensi budi nurani manusia dalam
hubungan dengan norma-norma dan kesusilaan umumnya, baik terhadap diri
sendiri, sesama manusia, maupun terhadap alam dan hewan.
Hakikat pengertian diatas sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 Alinea
Pertama :bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa dan
oleh sebab itu, penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai
dengan perikemanusiaan dan perikeadilan .... Selanjutnya dapat dilihat
penjabarannnya dalam Batang Tubuh UUD.

c. Persatuan Indonesia
Persatuan berasal dari kata satu artinya tidak terpecah-pecah. Persatuan
mengandung pengertian bersatunya bermacam-macam corak yang beraneka
ragam menjadi satu kebulatan. Persatuan Indonesia dalam sila ketiga ini
mencakup persatuan dalam arti ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan
keamanan. Persatuan Indonesia ialah persatuan bangsa yang mendiami seluruh
wilayah Indonesia. Yang bersatu karena didorong untuk mencapai kehidupan
kebangsaan yang bebas dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat.
Persatuan Indonesia merupakan faktor yang dinamis dalam kehidupan bangsa
Indonesia dan bertujuan melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa, serta mewujudkan perdamaian dunia yang abadi.
Persatuan Indonesia adalah perwujudan dari paham kebangsaan
Indonesia yang dijiwai oleh Ketuhanan Yang Maha Esa, serta kemanusiaan yang
adil dan beradab. Oleh karena itu, paham kebangsaan Indonesia tidak sempit
(chauvinistis), tetapi menghargai bangsa lain. Nasionalisme Indonesia mengatasi
paham golongan, suku bangsa serta keturunan. Hal ini sesuai dengan alinea
keempat Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi, Kemudian daripada itu untuk
membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.... Selanjutnya dapat
dilihat penjabarannya dalam Batang Tubuh UUD 1945.

d. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksaaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Kerakyatan berasal dari kata rakyat yaitu sekelompok manusia yang
berdiam dalam satu wilayah negara tertentu. Dengan sila ini berarti bahwa
bangsa Indonesia menganut sistem demokrasi yang menempatkan rakyat di
posisi tertinggi dalam hirarki kekuasaan.
Hikmat kebijasanaan berarti penggunaan ratio atau pikiran yang sehat
dengan selalu mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa, kepentingan
rakyat dan dilaksanakan dengan sadar, jujur dan bertanggung jawab serta
didorong dengan itikad baik sesuai dengan hati nurani. Permusyawaratan adalah
suatu tata cara khas kepribadian Indonesia untuk merumuskan atau
memutuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak rakyat sehingga tercapai
keputusan yang bulat dan mufakat. Perwakilan adalah suatu sistem, dalam arti,
tat cara mengusahakan turut sertanya rakyat mengambil bagian dalam
kehidupan bernegara melalui lembaga perwakilan.
Dengan demikian sila ini mempunyai makna bahwa rakyat dalam
melaksanakan tugas kekuasaanya ikut dalam pengambilan keputusan-
keputusan. Sila ini merupakan sendi asas kekeluargaan masyarakat sekaligus
sebagai asas atau prinsip tata pemerintahan Indonesia sebagaimana
dinyatakan dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi :...
maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia, yang berkedaulatan
rakyat ...

e. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala
bidang kehidupan, baik materiil maupun spiritual. Seluruh rakyat Indonesia
berarti untuk setiap orang yang menjadi rakyat Indonesia.
Pengertian itu tidak sama dengan pengertian sosialistis atau
komunalistis karena keadilan sosial pada sila kelima mengandung makna
pentingnya hubungan antara manusia sebagai pribadi dan manusia sebagai
bagian dari masyarakat. Konsekuensinya meliputi :
1. Keadilan distributif yaitu suatu hubungan keadilan antara negara dan
warganya dalam arti pihak negaralah yang wajib memenuhi keadilan dalam
bentuk keadilan membagi, dalam bentuk kesejahteraan, bantuan, subsidi
serta kesempatan dalam hidup bersama yang didasarkan atas hak dan
kewajiaban.
2. Keadilan legal yaitu suatu hubungan keadilan antara warga negara terhadap
negara, dalam masalah ini pihak wargalah yang wajib memenuhi keadilan
dalam bentuk mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam
negara
3. Keadilan komutatif yaitu suatu hubungan keadilan antara warga atau dengan
lainnya secara timbal balik. Dengan demikian, dibutuhkan keseimbangan dan
keselarasan diantara keduanya sehingga tujuan harmonisasi akan dicapai.
Hakikat sila ini dinyatakan dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu :dan
perjuangan kemerdekaan kebangsaan Indonesia ... Negara Indonesia yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

2. NILAI-NILAI PANCASILA SEBAGAI DASA FUNDAMENTAL NEGARA INDONESIA
Nilai-nilai pancasila sebagai dasar filsafat Negara Indonesiapada hakikatnya merupakan suatu sumber
dari segala sumber hokum dalam Negara Indonesia. Sebagai sumber dari segala sumber hokum secara
objektif merupakan pandangan hidup, kesadaran, cita-cita hokum, serta cita-cita moral yang luhur yang
meliputi suasana kejiwaan, serta watak bangsa Indonesia.
Nilai-nilai pancasilla terkandung dalam UUD 1945 secara yuridis mamiliki kedudukan sebagai pokok
kaidah Negara yang fundamental. Adapun pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya memuat nilai-nilai
pancasila mengandung empat pokok pikiran yang bilamana dianalisis makna yang terkndung di
dalamnya tidak lain adalah merupakan devirasiatau penjabarn pancasila.[2]
Pokok pikiran pertama menyatakan bahwa Negara Indonesiaadalah Negara persatuan.
Pokok pikiran kedua bahwa Negara hendak mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Pokok pikiran ketiga menyatakan bahwa Negara berkedaulatan rakyat.
Pokok pikiran keempat menyatakan bahwa, Negara berdasarkan atas ketuhanan yang maha esa
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
Hal itu dapat disimpulkan bahwa keempat pokok pikiran tersebut tidak lain merupakan perwujudan dari
sila-sila pancasila. Pokok pikiran ini sebagai dasar fundamental dalam pendirian Negara, yang realisai
berikutnya oerlu diwujudkan atau dijelmakan lebih lanjut dalam pasal-pasal UUD 1945.

1 Jelaskanlah pancasila sebagai nilai fundamental bangsa ?

Jawab :
Pancasila sebagai dasar filsafat negara serta sebagai filsafat hidup bangsa indonesia
pada hakikatnya merupakan suatu nilai nila yang bersifat sistematis Fundamental
dan menyeluruh. Maka sila-sila pancasila merupakan suatu kesatuan yang bulat
dan utuh hierarkhis dan sistematis. Dalam pengrtian inlah maka sila-sila pancasila
merupakan suatu sistem filsafat. Konsekuensinya kelima silabukan terpisah-pisah
dan memiliki makna sendiri-sendiri, melainkan memiliki esensi serta makna yang
utuh.
Dasar pemikiran filosofis yang terkandung dalam setiap sila, dijelaskan sebagai
berikut. Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara repubilk indonesia
mengandung makna bahwa dalam setiap aspek kehidupan kebangsaan,
kemasyarakatan dan kenegaraan harus berdasarkan nilai keutuhan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan dan keadilan. Pemikiran filsafat kenegaraan bertolak dari
suatu pandangan bahwa negara adalah merupakan suatu persekutuan hidup
manusia atau organisasi kemsyarakatan,yang merupakan masyarakat hukum.
Adapun negara yang didirikan oleh manusia itu berdasarkan pada kodrat bahwa
manusia sebagai warga negara sebagai persekutuan hidup adalah berkedudukan
kodrat manusia sebagai makluk Tuhan Yang Maha Esa (hakikat sila pertama).
Negara yang merupakan persekutuan hidup manusia sebagai makluk Tuhan Yang
Maha Esa, pada hakikatnya bertujuan untuk mewujudkan harkat dan martabat
manusia sebagai makluk yang berbudaya atau makluk yang beradab (hakikat sila
kedua). Untuk mewujudkan suatu negara sebagai suatu organisasi hidup manusia
terus membentuk suatu ikatan sebagai suatu bangsa (hakikat sila ketiga).
Terwujudnya persatuan dalam suatu negara akan melahirkan rakyat sebagai suatu
bangsa yang hidup dalam suatu wilayah tertentu. Konsekuensinya dalam hidup
kenegaraan itu haruslah mendasarkan pada nilai bahwa rakyat merupakan asal
mula kekuasaan negara. Maka negara harus bersifat demokratis, hak serta
kekuasaan rakyat harus dijamin, baik sebagai individu maupun secara bersama
(hakikat sila keempat). Untuk mewujudkan tujuan negara sebagai tujuan bersama,
maka dalam hidup kenegaraan harus mewujudkan jaminan perlindungan bagi
seluruh warga, sehingga unuk mewujudkan tujuan seluruh warganya harus dijamin
berdasarkan suatu perinsip keadilan yang timbul dalam kehidupan bersama (
kehidupan sosial) (hakikat silakelima). Nilai-nilai inilah yang merupakan suatu
nilai dasar bagi kehidupan kenegaraan, kebangsaan dan kemasyarakatan.

Anda mungkin juga menyukai