OLEH :
muncul alasan klise dari pengadil, yaitu telah diputus sesuai dengan
prosedur hukum yang berlaku, sehingga secara yuridis formal tidak
salah. Bahwa perbedaan antara pengadilan dan instansi-instansi lain
ialah, bahwa pengadilan dalam melakukan tugasnya sehari-hari selalu
secara positif dan aktif memperhatikan dan melaksanakan macam-
macam peraturan hukum yang berlaku di suatu negara.
Pengaturan mengenai Hak Asasi Manusia telah ada sejak di
sahkannya Pancasila sebagai dasar pedoman negara Indonesia,
meskipun secara tersirat.Baik yang menyangkut mengenai hubungan
manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, maupun hubungan manusia
dengan manusia. Hal ini terkandung dalam nilai-nilai yang terkandung
dalam sila-sila yang terdapat pada pancasila.Dalam Undang- Undang
No. 39 tahun 1999 tentang Hah Asasi Manusia, pengaturan mengenai
Hak Asasi Manusia ditentukan dengan berpedoman pada deklarasi Hak
Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa. Konvensi Perserikatan
Bangsa-Bangsa tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi
terhadap wanita, konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hak-
hak anak dan berbagai instrumen internasional lain yang mengatur
mengenai Hak Asasi Manusia. Materi Undang-Undang ini tentu saja
harus disesuaikan dengan kebutuhan hukum masyarakat dan
pembangunan hukum nasional yang berdasarkan pancasila dan
Undang- Undang Dasar 1945.
Kewajiban menghormati hak asasi manusia tersebut tercermin
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang menjiwai
keseluruhan pasal dalam batang tubuhnya, terutama berkaitan dengan
persamaan kedudukan warga negara dalam hokum dan pemerintahan,
hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak, kemerdekaan
berserikat dan berkumpul, hak untuk mengeluarkan pikiran dengan
lisan dan tulisan, kebebasan memeluk agama dan untuk beribadat
sesuai dengan agama dan kepercayaannya itu, hak untuk memperoleh
pendidikan dan pengajaran.
10
Pesan Moral
Keberagaman yang seharusnya menjadi kekayaan, kekuatan kita
sebagai bangsa, kerap diuji dengan intoleransi, pemaksaan kehendak,
dan permasalahan lainnya, dimana ini merupakan tugas dan tanggung
jawab kita bersama untuk menjawabnya dengan satu tekad bahwa
bangsa ini harus bersatu dan saling menghargai pluralisme di dalam
berbangsa dan bernegara, untuk kemudian bergerak bersama didalam
mencapai tujuan nasional dan terus berperan aktif dalam upaya
mewujudkan penghormatan, pelindungan, pemajuan, penegakan dan
pemenuhan hak asasi manusia.
C. Mata Air Keteladanan Dalam Pengamalan Persatuan
1. Menujukkan Rasa Memiliki Dan Mencintai Tanah Air
Cinta tanah air relevan dengan era demokrasi karena menekankan
pada hak setiap orang untuk berpartisipasi dalam kehidupan
bernegara. Cinta tanah air menjadi suatu kewajiban untuk mencintai
negara tanpa syarat (unconditional). Hal ini menunjukkan bahwa cinta
tanah air merupakan kewajiban yang didukung dengan adanya
sistem demokrasi, sehingga memungkinkan seseorang untuk
menentukan pilihannya sendiri dalam melaksanakan kewajiban
demokratisnya.
Cinta tanah air di Indonesia cenderung mengarah pada tindakan
bela negara. Pemerintah Indonesia mengakui eksistensi orang-orang
Indonesia yang berkarya di luar negeri atau diaspora. Diaspora diakui
dapat memberikan kontribusi bagi kemajuan negara Indonesia
(Alunaza, 2017). Cinta tanah air Indonesia tidak hanya terikat oleh
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, tetapi orang-orang asli
Indonesia yang berada di luar negeri juga dapat mengungkapkan rasa
cinta tanah air tersebut. Sejarah bangsa Indonesia telah menunjukkan
pentingnya cinta tanah air dan bela negara, sehingga pemerintah
secara turun-temurun telah membuat kebijakan terkait cinta tanah air.
Presiden Soekarno mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk “berdiri
11
(RT), Rukun Warga (RW), Dukuh, Desa, rembug desa, hingga Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) dan lembaga Lembaga lokal lainnya.
Melalui institusi-institusi local itulah modal sosial nilai-nilai gotong
royong dapat tumbuh dan berkembang menjadi enerji sosia gerakan
dalam memperkuat kohesi sosial. Selain intitusi formal lokal itu,
institusi informal juga dapat dijadikan untuk memperkuat budaya
gotong royong yang sudah eksis dalam komunitas lokal.
4. Mengutamakan Kepentingan Umum Dengan Rela Berkorban
Indonesia dikenal sebagai negara yang sangat majemuk, baik
etnis, suku bangsa, budaya, bahasa, agama, dan lain-lain. Keragaman
dan keberagamaan yang ada dipersatukan oleh Pancasila sebagai jati
diri bangsa. Dengan Pancasila sebagai dasar negara, keragaman dan
keberagamaan menjadi karunia bagi bangsa ini. Pancasila menjadi
warisan berharga nenek moyang kita yang berperadaban tinggi. Nenek
moyang kita telah membuktikan keampuhan Pancasila dalam
mewujudkan persatuan dan kesatuan dalam keragaman dan
keberagamaan. Pancasila telah terbukti menjadi faktor pemersatu di
tengah keragaman dan keberagamaan yang ada (Hernawati, 2019).
Di tengah gempuran globalisasi yang begitu dahsyat dan tantangan
kehidupan yang semakin kompleks, nilai-nilai luhur Pancasila menjadi
sangat penting untuk dapat dipraktikkan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karena nilai-nilai luhur
Pancasila selalu selaras dan tak lekang oleh waktu; sejak masa lalu,
kini dan hingga masa depan. Salah satu nya adalah mengedepankan
kepentingan umum. Ukuran mengedepankan kepentingan umum
berkaitan erat dengan kemaslahatan bersama dan nilai kemanusiaan.
Sehingga jika hal itu berkenaan dengan kebaikan bersama demi
mewujudkan cita-cita bersesama yang lebih besar, tentu ini
merupakan bentuk penempatan kepentingan umum. Kemerdekaan
Indonesia menjadi bukti nyata ketulusan para pendiri bangsa
mengedepankan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi dan
kelompok. Ketulusan para pendiri bangsa tersebut menjadi sumber
15
2017).
Kesejahteraan seluruh penduduk Indonesia dapat dicapai melalui
penerapan tata kelola yang efektif dan memajukan pertumbuhan
secara menyeluruh, tentunya didukung oleh sumber daya keuangan
yang memadai. Memajukan kesejahteraan umum sudah menjadi
tujuan utama bagi setiap negara, termasuk di negara Indonesia
sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945, pada alenia ke empat
terdapat dua dari empat tujuan negara yaitu melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
memajukan kesejahteraan umum (UUD 1945). Adapun tujuan negara
tersebut mengandung arti dan mengamanatkan bahwa negara
berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan setiap warga negaranya
melalui sistem pemerintahan dan penyelenggaraan pelayanan publik
yang baik.
2. Menyelenggarakan Jaminan Layanan Sosial
Jaminan sosial penting bagi masyarakat karena setiap individu
memiliki resiko mengalami kerentanan sosial. Resiko sosial misalnya
sakit, kecelakaan, kematian, pemutusan hubungan kerja, dan lainnya
dapat dialami oleh semua masyarakat baik kaya maupun miskin.
Dengan demikian adanya jaminan sosial merupakan harapan bagi
masyarakat (Ahmad Nizar Shihab, 2018).
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 menyebutkan bahwa cita-cita luhur bangsa adalah
menjamin kesejahteraan rakyatnya. Pancasila mengamanatkan
kesejahteraan bagi masayarakat dalam sila kelima yaitu keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Batang tubuh Undang-Undang
Dasar 1945 juga memiliki beberapa pasal yang menjadi landasan
diperlukannya undang-undang yang mengatur tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial. Pasal 28 H ayat (1) secara langsung
mengatakan bahwa jaminan sosial menjadi hak setiap manusia. Pada
pasal 34 ayat (1) kembali disebutkan landasan konstitusional
22
DAFTAT PUSTAKA
Asbari, M., Yani, A., Wardoyo, S., Sitanggang, T. W., Iswara, K., Sukmawati,
Santoso, G., Lafendry, F., Irhamni, & Rusadi, B. E. (2023). Urgensi
Inovasi di Era Informasi : Analisis Kepemimpinan Dinamis, Iklim Etis,
dan Inovasi Guru. Jurnal Pendidikan Transformatif (Jupetra), 02(01), 128–
140.
Hakim, H. A., Pane, A., & Erlangga, W. D. (2020). Politik Hukum Implementasi
Kesadaran Bela Negara Sumber Daya Manusia Dalam Menjaga
Pertahanan Dan Keutuhan Nkri Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2019 Tentang Pengeleolaan Sumber Daya Nasional Untuk
Pertahanan Negara. Fairness And Justice: Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum,
18(2), 54-66.
Jimly Asshiddiqie (2011), Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta: Rajawali
Pers, hal. 87-88
Pradhana, M. A., Wahyudi, B., Azhari, Y., & Widodo, P. (2023). Implementasi
Peran Serta Indonesia Dalam Perdamaian Dunia Dengan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia. Jurnal Kewarganegaraan, 7(1), 662-
675.
Santoso, G., Salsabilla, E., Murod, M., & Faznur, L. S. (2023). Pengaruh
Pergaulan Teman Sebaya terhadap Karakter Cinta Damai Anak. Jurnal
Pendidikan Transformatif ( Jupetra ), 02(01), 107–113
Setyani, T. I. (2009). Bhinneka Tunggal Ika sebagai Pembentuk Jati Diri Bangsa.
Makalah, Konferensi Nasional dan Pembentukan Organisasi Profesi
Pengajar Bahasa, Sastra, Budaya, dan Seni Daerah se-Indonesia Di
Yogyakarta.
Wijayanto, R. J., & Marzuki. (2018). Pendidikan Bela Negara sebagai Tonggak
Peradaban Jiwa Patriotisme Generasi Muda. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan, 3 (2), 186-191.