Anda di halaman 1dari 5

Bab 3: Mengisi kemerdekaan

Setelah mengetahui bagaimana perjuangan bangsa Indonesia dalam usaha

merebut dan mempertahankan kemerdekaan, tentu sebagai anak-anak bangsa, kita

harus mengisi kemerdekaan dengan penuh rasa syukur dan tanggung jawab. Di dalam

mengisi kemerdekaan, tentu tidak lepas dari berbagai pembangunan dan nilai-nilai

yang berlaku dalam masyarakat, yang dilaksanakan sebagai kelanjutan dari perjuangan

kemerdekaan kita.1 Bagi bangsa Indonesia, nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat

adalah Pancasila. Menurut Dr. T.B Simatupang, pembangunan bagi kita berarti

memberikan isi kepada Pancasila.2 Dari hal ini kita dapat memaknai dan melakukan

nilai-nilai Pancasila untuk menjadikan pancasila sebagai gaya hidup. Sehingga nilai-nilai

pancasila tidak menjadi hanya sebatas kognitif, tetapi dapat diterapkan secara praktis

dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut kelompok kami mengisi kemerdekaan adalah usaha untuk memaknai

kemerdekaan agar tidak lalu begitu saja melalui nilai-nilai pancasila. Seperti yang kita

ketahui bahwa Pancasila adalah ideologi Negara bangsa Indonesia, berarti pancasila

menjadi pedoman bangsa Indonesia dalam mengambil keputusan, kehidupan berbangsa

dan bernegara. Pancasila merupakan penggabungan dua bahasa Sansekerta, yaitu pañ ca

berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Kelima nilai pancasila sebagai berikut:

1. Ketuhanan yang maha Esa

ini bermakna hanya ada satu Allah dan tiada tandingannya. Setiap agama dan

kepercayaan menyembah hanya satu Allah yang sama. Nilai ini bukan

bermaksud menjadikan agama sebagai tujuan Negara, tetapi untuk menjaga

1
Dr. T.B. Simatupang, Iman Kristen dan Pancasila(Jl. Kwitang 22-23, Jakarta:PT BPK Gunung
Mulia,1984), hal.95
2
2 Dr. T.B. Simatupang, Iman Kristen dan Pancasila), hal.95
ketenangan dalam kehidupan beragama dan tidak memberi ruang

kemungkinan adanya ketidakpercayaan akan Tuhan.3 Di Indonesia terdapat 6

agama yang diakui yaitu agama Islam, Katolik, Kristen, Buddha, Hindu, dan

Konghucu. Kita dapat menerapkan nilai praktis Ketuhanan yang Maha Esa

dalam ketakwaan personal dan publik. Nilai praktis dalam ketakwaan

personal antara lain berdoa, membaca kitab suci agama, berguru pada tokoh

agama, dan mengakui kebebasan beragama sertai percaya kepada Tuhan

YME. Sedangkan, nilai praktis dalam ketakwaan publik antara lain mencintai

semua makhluk ciptaan Tuhan YME, menolong sesama yang lemah dan

membutuhkan, percaya kepada Tuhan YME, mengakui dan bertoleransi

dalam kehidupan beragama.4

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Keperimanusiaan adalah jiwa yang merasakan satu manusia antara manusia

yang lainnya mempunya hubungan dan membedakan martabat manusia

lebih tinggi daripada hewan. 5Menurut Bung Karno, rasa perikemanusiaan

adalah hasil pertumbuhan rohani.6 Seorang yang pertumbuhan rohaninya

baik sudah pasti memiliki rasa perikemanusiaan yang baik, karena terdapat

ajaran-ajaran agama yang mengajarkan kasih dan keadilan kepada sesama

manusia. Dapat disimpulkan bahwa setiap orang tentu mempunyai nurani

dan nalar karena Tuhan menciptakan manusia secara unik. Nurani dan nalar

ini mempunyai keinginan yang kuat untuk membentuk kehidupan

bermasyarakat yang tentram, aman, teratur, tertib, dan sejahtera. Maka

3
Ketut Rindjin, Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2012), hal. 97
4
Ketut Rindjin, Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi, hal 193
5
Ketut Rindjin, Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi, hal 108
6
Ketut Rindjin, Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi, hal 108
setiap kebijakan yang diambil pemerintah harus berdasarkan UUD, UU, PP,

dan lain-lain, serta norma sopan santun, adat istiadat, dan agama.7 Kita dapat

menerapkan nilai praktis dari sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

dengan mengakui kesamaan dan kesederajatan manusia, memberlakukan

semua manusia sama, berlaku sopan, memegang teguh dan menerapkan

kejujuran.8

3. Persatuan Indonesia

Persatuan berarti keutuhan yang bersatu dari berbagai unsur. Semboyan

Bineka Tunggal Ika dan rasa nasionalisme sejak melawan penjajah sampai

pada sekarang inilah yang telah mempersatukan Indonesia dari berbagai

suku, ras, bangsa, dan bahasa. Kita dapat menerapkan nilai praktis dari sila

Persatuan Indonesia dengan mengakui Negara persatuan, mementingkan

kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi, mencintai produk dalam

negeri, dan lain-lain.9

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan/Perwakilan

Sila keempat ini identik dengan sistem demokrasi. Demokrasi adalah cara

memerintah negara oleh rakyat10. Di dalam demokrasi, rakyat memilikki

kekuasaan tertinggi. Sedangkan perwakilan adalah cara bagaimana rakyat

dapat ikut ambil bagian dalam pemerintahan melalui sistem perwakilan11.

Dalam sistem pemerintahan ini, musyawarah adalah cara untuk memutuskan

suatu pendapat sampai terjadi mufakat. Kita dapat menerapkan nilai praktis

7
Ketut Rindjin, Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi, hal 124
8
Ketut Rindjin, Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi, hal 193

9
Ketut Rindjin, Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi, hal 194
10
Ketut Rindjin, Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi, hal 147
11
Ketut Rindjin, Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi, hal 147
dari sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan/Perwakilan dengan mengakui daulat rakyat, kebebasan

menyatakan pendapat, mengambil keputusan dengan bijak dan berdasarkan

musyawarah yang mufakat, dan mengajak rakyat dalam kehiduapn

berorganisasi dalam kehidupan berbangsa maupun bernegara.12

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Keadilan berarti ketetapan yang teguh dalam memberikan apa yang

seharusnya diberikan.13 Keadilan sendiri adalah nilai dalam kehidupan

manusia yang telah melekat dalam nurani setiap manusia yang berasal dari

Yang Maha Kuasa. Dengan pemahaman ini, keadilan dibedakan dapat dibagi

menjadi enam macam yaitu:

 Justitia Commutativa, keadilan memberikan hak dipandang melalui

kesetaraan manusia.

 Justitia Distributiva, keadilan memberikan hak dipandang melalui

prestasi yang dilakukan.

 Justitia Creativa, keadilan memberikan penghargaan untuk seseorang

yang berhasil menciptakan penemuan baru dalam bidang kebudayaan.

 Justitia Vendicativa, keadillan dalam memberikan hukuman yang

setimpal dengan perbuatannya.

 Justivia Protectiva, keadilan untuk melindungi seseorang dari

perbuatan yang sewenang-wenang.

 Justiva Legalis. Keadilan yang memaksa manusia taat akan setiap

hukum, peraturan, dan norma yang berlaku. ‘

12
Ketut Rindjin, Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi, hal 194
13
Ketut Rindjin, Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi, hal 173
Dari keenam keadilan ini, keadilan creativa dan distributiva lebih mengacu kepada

perbedaan manusia sedangkan keadilan commutative, vendicativa, protective, dan

legalis mengacu kepada kesetaraan manusia. Kita dapat menerapkan nilai praktis dari

sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia dengan cara memberi imbalan sesuai

dengan peran dan kontribusi seseorang dan menerapkan sistem gotong royong. 14

14
Ketut Rindjin, Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi, hal 194

Anda mungkin juga menyukai