Anda di halaman 1dari 78

MATERI USBN PKN

(1).Nilai-Nilai Pancasila Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan


Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa terdapat kandungan akan
nilai-nilai. Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional adalah nilai-nilai yang
bersifat tetap. Namun, pada penjabarannya, dilakukan secara dinamis dan kreatif yang
sesuai dengan kebutuhan perkembangan masyarakat indonesia. Diterima Pancasila sebagai
dasar negara dan ideologi nasional (pandangan hidup bangsa) membawa dampak bahwa
nilai-nilai Pancasila dijadikan landasan pokok, dan landasan fundamental bagi setiap
penyelenggaraan negara Indonesia.
Pancasila berisi lima sila yang hakikatnya berisi lima nilai dasar yang fundamental.
Nila-nilai dasar Pancasila adalah nilai ketuhanan yang maha esa, nilai kemanusiaan yang
adil dan beradab, nilai persatuan indonesia, nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dan nilai keadilan sosial bagi seluruh
rakyat indonesia. Berikut penjelasan mengenai Nilai-Nilai Pancasila adalah sebagai
berikut:

1. Nilai Ketuhanan 
Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung arti bahwa adanya pengakuan dan
keyakinan bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Dari nilai
tersebut, menyatakan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa religius bukan bangsa yang
tidak memiliki agama atau ateis. Dari  Pengakuan adanya Tuhan diwujudkan dalam
perbuatan untuk taat dalam setiap perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya sesuai
dengan ajaran atau tuntunan agama yang dianut. Nilai ketuhanan memiliki arti bahwa
adanya pengakuan akan kebebasan untuk memeluk agama, menghormati kemerdekaan
beragama, tidak ada paksaan serta tidak diskriminatif antarumat beragama.

Contoh Nilai Ketuhanan:


·   Hidup rukun dan damai dalam setiap antraumat beragama
·   Tidak memaksakan agama atau kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada
orang lain 
·   Memberikan kebebasan dan juga kesempatan dalam beribadah sesuai agamanya
·   Tidak membedakan agama atau kepercayaan dalam bergaul
·   Sikap percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa 

2. Nilai Kemanusiaan 
               Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung arti bahwa kesadaran
sikap dan perilaku sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan
hati nurani dengan memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya. Manusia
diberlakukan sesuai harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan yang sama
derajatnya, hak, dan kewajiban asasinya.
Contoh Nilai Kemanusiaan:
·    Mengakui persamaan derajat antara sesama manusia 
·    Senang melakukan kegiatan yang sifatnya kemanusiaan
·    Memiliki sikap dan perilaku berani dalam membela kebenaran dan keadilan
·    Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan
·    Menghormati orang lain 
·    Tidak bersikap diskriminatif terhadap orang lain

3. Nilai Persatuan 
                        Nilai Persatuan Indonesia mengandung makna usaha ke arah bersatu dalam
kebulatan rakyat untuk membina rasa nasionalisme dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Persatuan Indonesia juga mengakui dan menghargai dengan sepenuh hati
terhadap keanekaragaman di Indonesia, sehingga perbedaan bukanlah sebab dari
perselisihan, tetapi itu akan dapat menciptakan kebersamaan. Dari kesadaran ini tercipta
dengan baik jika sungguh-sungguh menghayati semboyan Bhineka Tunggal Ika. 

Contoh Nilai Persatuan: 


·   Cinta tanah air dan bangsa
·   Memiliki sikap yang rela berkorban demi tanah air
·   Mendahulukan kepentingan bangsa dan negara
·   Persatuan dengan berdasar Bhineka Tunggal Ika 
·   Memelihara ketertiban dunia yang berdasar kepada kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial 

4. Nilai Kerakyatan 
         Nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan yang mengandung makna bahwa suatu pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat dengan cara musyawarah untuk mufakat melalui
lembaga-lembaga perwakilan. Berdasarkan dari nilai tersebut, diakui paham demokrasi
yang mengutamakan pengambilan keputusan melalui musyawarah mufakat.

Contoh Nilai Kerakyatan:


·       Ikut serta dalam pemilu
·       Menjalankan musyawarah mufakat
·       Mendahulukan kepentingan umum
·       Mengembangkan sikap hidup yang demokratis
·       Tidak memaksakan kehendak individu terhadap individu lainnya
5. Nilai Keadilan 
         Nilai keadilan sosial bagi  seluruh rakyat Indonesia mengandung makna sebagai
dasar sekaligus tujuan masyarakat indonesia yang adil dan makmur secara lahiriah ataupun
batiniah. Berdasarkan dari nilai tersebut, keadilan adalah nilai yang sangat mendasar yang
diharapkan dari seluruh bangsa Indonesia. Negara Indonesia yang diharapkan adalah
negara Indonesia yang berkeadilan.

Contoh Nilai Keadilan:


·       Memiliki perilaku yang suka bekerja keras
·       Berperilaku adil terhadap sesama
·       Hidup sederhana
·       Mengembangkan budaya menabung
·       Memiliki sikap yang menghargai karya orang lain yang bermanfaat bagi bangsa
Indonesia 
·       Tidak memeras orang lain 
·       Selalu membantu orang lain 
                    Nilai-Nilai Pancasila dijabarkan dalam setiap peraturan perundang-undangan yang
telah ada dan tidak hanya itu baik itu ketetapan, keputusan, kebijakan pemerintah,
program-program pembangunan dan peraturan-peraturan lain yang pada hakikatnya
merupakan penjabaran nilai-nilai dasar Pancasila. Nilai-Nilai Dasar Pancasila adalah satu
kesatuan yang saling berhubungan dan menjiwai satu sama lain. Sehingga dari semua nilai
dasar dari sila-sila Pancasila menjadi acuan dalam penyelenggaraan negara. 

(2). Nilai-nilai Pancasila terkait dengan Kasus Pelanggaran Hak dan Pengingkaran


Kewajiban Warga Negara dalam Kehidupan Berbangsadan Bernegara
Indikator soal: siswa dapat menyebutkan bunyi pasal 28D ayat 1 UUD 1945
Terdiri dari :
1. Pasal 27 ayat 2 WNI Berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
2. Pasal 28 A Berhak untuk hidup dan mempertahankan hidup
3. Pasal 28 B ayat 1 berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan
4. Pasal 28 B ayat 2 Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang
5. Pasal 28 C ayat 1 Berhak mengembangkan diri dan memperoleh pendidikan
6. Pasal 28 C ayat 2 Berhak memajukan dirinya, secara kolektif membangunmasyarakat ,
bangsa, dan negara
7. Pasal 28 D ayat 1 Berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dankepastian hukum
8. Pasal 28 D ayat 2 Berhak mendapat kerja dan imbalan
9. Pasal 28 D ayat 3 Berhak memperoleh kesempatan dalam pemerintahan
10. Pasal 29 Hak beragama, meyakini kepercayaan, berserikat, serta berpendapat
11. Pasal 31 ayat 1 Berhak untuk mendapatkan pendidikan
12. Pasal 34 ayat 1 Fakir miskin dan anak-anak terlantar berhak dipelihara oleh negara.

1. Kewajiban Warga Negara


Terdiri dari :
1. Pasal 23 ayat 2 wajib membayar pajak
2. Pasal 27 ayat 1 wajib menjunjung hukum dan pemerintahan
3. Pasal 27 ayat 3 wajib membela negara
4. Pasal 28 J ayat 1 wajib mengormati hak asasi manusia
5. Pasal 28 J ayat 2 wajib tunduk kepada pembatasan kebebasannya
6. Pasal 30 ayat 1 wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara
7. Pasal 31 ayat 1 wajib mengikuti pendidikan dasar
8. Pasal 31 ayat 2 wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayai

2. Contoh Pengingkaran Kewajiban


1. Tidak membayar pajak
2. Melawan hokum
3. Tidak menjaga ketertiban
4. Melanggar aturan yang berlaku
5. Tidak ikut mempertahankan NKRI
6. Berperilaku anarkis
7. Tidak menjaga kesatuan dan kesatuan
8. Tidak berpartisipasi dalam usaha pertahanan dan keamanannegara
9. Melanggar HAM
10. Merusak fasilitas umum

3. Upaya Pemerintah dalam Menangani Kasus Pelanggaran Hak dan Pengingkaran


KewajibanWarga Negara
1. Supremasi hukum dan demokrasi harus ditegakkan.
2. Mengoptimalkan peran lembaga-lembaga selain lembaga tingginegara yang berwenang
dalam penegakan hak dan kewajiban warganegara
3. Meningkatkan penyebarluasan prinsip prinsip kesadaran bernegarakepada masyarakat
melalui lembaga pendidika formal
4. Meningkatkan kualitas pelayanan publik untuk mencegah terjadinyaberbagai bentuk
pelanggaran hak dan kewajiban warga negara olehpemerintah
5. Meningkatkan profesionalisme lembaga keamanan dan pertahanannegara
6. Meningkatkan kerja sama yang harmonis antarkelompok ataugolongan dalam
masyarakat agar mampu saling memahami danmenghormati keyakinan dan pendapat
masing masing.

(3). Ketentuan UUD RI yang mengatur tentang wilayah negara

Indikator soal: Wilayah NKRI menurut UUD Pasal 25A

Pasal 25A : Negara kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara  kepulauan
yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan
dengan undang-undang.

Penjelasan Pasal 25A

Pasal 25A menjelaskan bahwa Negara Indonesia adalah negara kepulauan yang artinya
negara tersebut memiliki dan mencakup berbagai macam banyak pulau dan keberagaman
suku, adat istiadat dan kebudayaan yang semua hal tersebut berada pada satu wilayah
yaitu Negara Republik Indonesia. Pulau-pulau yang berjajar dari sabang sampai meraoke
dan keberagamannya disebut Nusantara, maka Indonesia disebut negara yang berciri
Nusantara. Walau pulaunya terpisah oleh lautan, namun wilayahnya tidak terbatas pada
pulau tetapi lautan itulah yang menghubungkan antara pulau dengan pulau lainnya di
wilayah Republik Indonesia sehingga Indonesia dinamakan NKRI yaitu Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Semua Batas-batas dan hak-hak wilayah Republik
indonesia telah diatur dan dijelaskan dalam undang-undang Nomor 43 Tahun 2008.

(4). Nilai-nilai Pancasila Terkait Kasus Pelanggaran Hak dan Pengingkaran Kewajiban

Indikator soal: contoh pengingkaran kewajiban warga negara di Indonesia

Kewajiban Warga Negara di Indonesia diatur oleh UUD 1945 dan UU yang berlaku.
Namun, lebih banyak orang yang mengetahui dan menuntut hak daripada kewajibannya.
Orang yang tidak melaksanakan kewajibannya disebut mengingkari kewajiban. Berikut
contoh pengingkaran kewajiban:

a. Tidak atau Menghindari Membayar Pajak


Kewajiban membayar pajak telah diatur dalam pasal 23 ayat 2 UUD 1945,”segala
pajak untuk keperluan negara berdasarkan undang-undang”akan tetapi masih banyak
warga negara yang menlanggar dalam membayar pajak.
b. Melanggar Hak Asasi Manusia Lain
Jenis-jenis pelanggaran hak asasi manusia merupakan pengingkaran kewajiban yang
tercantum dalam pasal 28 J ayat 1 UUD 1945,”setiap orang wajib menghormati hak
asasi manusia orang lain”. 
c. Pelanggaran terhadap Kewajiban Pendidikan Dasar
Dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 amandemen, menyebutkan pentingnya pendidikan
bagi manusia sebagai sebuah kewajiban bagi setiap warga negara. Pasal tersebut
berbunyi,”setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah
wajib membiayainya”
d. Tidak Ikut Serta dalam Pembelaan Negara
“Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara”, demikian bunyi pasal 30 ayat 1 UUD 1945. Artinya tiap warga
negara wajib ikut serta dalam bentuk-bentuk usaha pembelaan negara sesuai perannya
masing-masing.
e. Tidak Ikut Serta dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Nasional
Tujuan pembangunan nasional Indonesia terdapat dalam pokok pikiran dalam
Pembukaan UUD 1945 alinea 4, yaitu memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, melindungi segenap Bangsa Indonesia, dan ikut
serta melaksanakan ketertiban dunia. Kewajiban untuk ikut serta mencapai tujuan
pembangunan nasional tersebut terdapat dalam UU Nomor 20 tahun 2003 tentang
kewajiban warga negara.  
f. Tidak Menaati Peraturan Lalu Lintas
Setiap warga negara mempunyai kewajiban menaati peraturan lalu lintas, baik sebagai
pejalan kaki, pengendara bermotor, dan pengguna jalan lain. Tetapi masih marak
pelanggaran dalam peraturan lalu lintas seperti tidak mempunyai SIM, menerobos
lampu merah, tidak mengenakan helm saat berkendara.
g. Merusak Fasilitas Umum dan Membuang Sampah Sembarangan
Membuang sampah sembarangan dan merusak fasilitas umum berarti pengingkaran
terhadap kewajiban warga negara terhadap lingkungan dan alam sekitar. Padahal,
lingkungan dan alam sekitar tersebut bermanfaat bagi manusia.
h. Tidak Berpartisipasi dalam Kegiatan Lingkungan
Contoh kegiatan lingkungan, misalnya ikut serta pelaksanaan siskamling, membayar
iuran warga, dan ikut serta membantu korban bencana alam. Tidak ikut siskamling,
berarti pengingkaran terhadap kewajiban membela dan mempertahankan negara,
dalam hal ini menjaga lingkungan,. Membayar iuran warga, sama dengan tidak
membayar pajak, yang akan digunakan untuk kesejahteraan wwraga sendiri. Dan tidak
ikut serta membantu korban bencana alam juga merupakan perwujudan tidak
melaksanakan kewajiban membela negara.
i. Tidak Jujur dan Melakukan Korupsi
Dampak korupsi bagi negara sebenarnya merupakan salah satu perilaku yang
mencerminkan ketidakjujuran. Perilaku ini, dapat merugikan rakyat dan negara hingga
trilyunan rupiah. Itu artinya seseorang mengingkari banyak kewajibannya sebagai
warga negara. Kewajiban tersebut antara lain kewajiban menghormati orang lain,
membela negara, dan ikut serta dalam mencapai tujuan pembangunan nasional.
Dengan demikian, sungguh banyak kesalahan dan dosa orang yang melakukan
korupsi.

(5).Nilai-Nilai Pancasila Terkait dengan Kasus-Kasus Pelanggaran Hak dan


Pengingkaran Kewajiban

Indikator soal: Siswa dapat menyebutkan beberapa cara yang dapat digunakan untuk
menegakkan pelaksanaan hak dan kewajiban warga negara

a. Menghargai dan melaksanakan hak dan kewajiban asasi manusia dalam lingkungan
pergaulan. Contoh : dalam bergaul tidak membeda-bedakan teman, dalam bergaul
tidak memberikan aturan yang merugikan sepihak, mengajak semua teman dalam
beraktivitas.
b. Mengahrgai dan melaksanakan hak dan kewajiban asasi manusia dalam lingkungan
sekolah. Contoh : menghormati penjelasan guru, menghormati pendapat teman,
mendapatkan bimbingan belajar.
c. Menghargai dan melaksanakan hak dan kewajiban asasi manusai dalam lingkungan
masyarakat. Contoh : memberikan sumbangan bagi yang tetangga yang tidak mampu,
mengunjungi tetangga yang sakit, membantu tetangga yang mengalami kecelakaan.
(6). Ketentuan UUD RI Tahun 1945 yang Mengatur Tentang Wilayah Negara, Warga
Negara dan Penduduk, Agama dan Kepercayaan, serta Pertahanan dan Keamanan,
Sistem Hukum dan Peradilan Nasional

Indikator soal: siswa dapat menginterprestasi pasal 2 UU nomor 12 tahun 2006

A. Pengertian Warga Negara


Warga negara ialah individu/kelompok-kelompok yang berdasarkan hukum
merupakan anggota negara dan tak terpisahkan dengan negara tersebut. Warga negara
adalah orang-orang yang mengakui pemerintahan negara sebagai pemerintahannya.
Bukan warga negara (orang asing) adalah orang-orang yang tidak mengakui
pemerintahan negara sebagai pemerintahannya.Secara jelas hal-hal mengenai
kewarganegaraan diatur dalam UUD 1945 (amandemen).
B. Dasar Hukum Kewarganegaraan
 UUD 1945 Pasal 26 
Pasal 26 UUD 1945 (definisi warga negara ) dinyatakan sebagai berikut:
1. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara. Orang
orang bangsa lain yang dimaksud misalkan peranakan Belanda, Tionghoa dan
Arab yang bertempat kedudukan di Indonesia, Mengakui Indonesia sebagai
tanah airnya dan bersikap setia kepada negara RI.
2. Penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang-orang asing yang bertempat
yang bertempat tinggal di Indonesia.
3. Syarat-syarat menjadi kewarganegaraan negara ditetapkan dengan undang-
undang.
 UU RI No. 12 Tahun 2006 
Undang-undang ini menegaskan bahwa peraturan lain yang bertentangan dengan
UU ini dinyatakan tidak berlaku, mulai dari  UU No. 62/1958 yang telah
mengalami perubahan melalui UU no. 3/1976 hingga UUU No. 10/1910 tentang
peraturan kekaulanegaraan Belanda bukan Belanda (stb 1910:296 jo 27 - 48) serta
peraturan lain yang berkaitan dengan kewarganegaraan.
Yang dimaksud dengan kewarganegaraan Indonesia menurut UU No.12 Tahun
2006 Pasal 4 adalah
1. Setiap orang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan / atau berdasarkan
perjanjian Pemerintah RI dengan Negara lain sebelum UU ini berlaku sudah
menjadi WNI
2. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu WNI
3. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu
WNA
4. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNA dan ibu
WNI
5. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI, tetapi ayahnya
tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum Negara asal ayahnya tidak
memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut
6. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal
dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya WNI
7. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI
8. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu WNA yang diakui
oleh seorang ayah WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum
anak tersebut berusia 18 tahun atau belum kawin
9. Anak yang lahir di wilayah negara RI yang pada waktu lahir tidak jelas status
kewarganegaraannya.
10. Anak yang lahir yang ditemukan diwilayah RI selama  ayah dan ibunya tidak
diketahui.
11. Anak yang lahir diwilayah negara RI apabila ayah dan ibunya tidak
mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya.
12. Anak yang lahirkan diluar wilayah negara RI dari seorang ayah dan ibu WNI
yang karena ketentuan dari Negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan
kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan.
13. Anak dari seorang ayah dan ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya kemudian ayah dan ibunya meninggal dunia sebelum
mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.

(7). Ikut Serta dalam Pertahanan dan Keamanan Negara

Indikator soal: Menerapkan upaya-upaya keikutsertaan rakyat dalam pertahanan dan


keamanan Negara yang dijelaskan dalam pasal 9 ayat (2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2002

Pasal 9 ayat (2)

Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara, sebagaimana dimaksud


dalam ayat (1), diselenggarakan melalui: a. pendidikan kewarganegaraan; b.
pelatihan dasar kemiliteran secara wajib; c. pengabdian sebagai prajurit Tentara
Nasional Indonesia secara sukarela atau secara wajib; dan d. pengabdian sesuai
dengan profesi.

Penjelasan:
a. Pendidikan Kewarganegaraan
Membentuk peserta didik menjadi manusia calon penerus bangsa yang memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air.
b. Pelatihan dasar kemiliteran
Selain TNI, salah satu komponen warga negara yang mendapat pelatihan dasar militer
adalah siswa sekolah menengah dan unsur mahasiswa. Unsur mahasiswa tersusun
dalam organisasi Resimen Mahasiswa (Menwa). Setelah memasuki resimen tersebut
mahasiswa harus mengikuti latihan dasar kemiliteran. Sedangkan, siswa sekolah
menengah dapat mengikuti organisasi yang menerapkan dasar-dasar kemiliteran,
seperti Pramuka, Patroli Keamanan Sekolah (PKS), Pasukan Pengibar Bendera
(Paskibra), Palang Merah Remaja (PMR), dan organisasi lainnya.
c. Pengabdian sebagai Tentara Nasional Indonesia
Dalam UUD 1945 Pasal 30 Ayat 2 disebutkan bahwa TNI dan Polri merupakan unsur
pelaksanaan dan kekuatan utama dalam usaha pertahanan dan keamanan rakyat. TNI
memiliki tugas, antara lain:

1) Melaksanakan operasi militer.

2) Ikut aktif dalam tugas pemeliharaan perdamaian regional maupun internasional.

3) Mempertahankan keselamatan bangsa dan kedaulatan negara 

4) Melindungi kehormatan bangsa.

d. Pengabdian sesuai dengan keahlian atau profesi

Upaya bela Negara tidak hanya melalui cara-cara militer saja tetapi banyak usaha bela
Negara dapat dilakukan tanpa cara militer. Misalnya, sebagai atlet nasional dapat
mengharumkan nama bangsa dengan meraih medali emas dalam pertandingan
olahraga. Pengabdian sesuai dengan profesi adalah pengabdian warga negara untuk
kepentingan pertahanan negara termasuk dalam menanggulangi dan memperkecil
akibat yang ditimbulkan oleh perang, bencana alam, atau bencana lainnya.

(8) Wilayah NKRI sesuai Ketentuan Pasal 25A UUD 1945

Indonesia adalah negara kepulauan. Hal itu ditegaskan dalam Pasal 25 A UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa Negara Kesatuan Republik
Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri nusantara dengan wilayah yang
batas-batas dan hak-haknya ditetapkan oleh undang-undang. Berdasarkan hukum laut
internasional wilayah laut Indonesia dapat dibedakan tiga macam sebagai berikut.
1. Zona Laut Teritorial
Batas laut teritorial ialah garis khayal yang berjarak 12 mil laut dari garis dasar ke arah
laut lepas. Jika ada dua negara atau lebih menguasai suatu lautan, sedangkan lebar lautan
itu kurang dari 24 mil laut, maka garis teritorial di tarik sama jauh dari garis masing-
masing negara tersebut.
2. Zona Landas Kontinen
Landas kontinen ialah dasar laut yang secara geologis maupun morfologi merupakan
lanjutan dari sebuah kontinen (benua). Kedalaman lautnya kurang dari 150 meter.
Indonesia terletak pada dua buah landasan
kontinen, yaitu landasan kontinen Asia dan landasan kontinen Australia.
3. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
Zona ekonomi eksklusif adalah jalur laut selebar 200 mil laut ke arah laut terbuka diukur
dari garis dasar. Di dalam zona ekonomi eksklusif ini, Indonesia mendapat kesempatan
pertama dalam memanfaatkan sumber daya laut. Wilayah daratan Indonesia juga
memiliki kedudukan dan peranan yang sangat penting bagi tegaknya kedaulatan
Republik Indonesia. Wilayah daratan merupakan tempat pemukiman atau kediaman
warga negara atau penduduk Indonesia. Di atas wilayah daratan ini tempat
berlangsungnya pemerintahan Republik Indonesia, baik pemeritah pusat maupun daerah.
Selain wilayah lautan dan daratan, Indonesia juga mempunyai kekuasaan atas wilayah
udara. Wilayah udara Indonesia adalah ruang udara yang terletak di atas permukaan
wilayah daratan dan lautan Republik Indonesia. Berdasarkan Konvensi Chicago tahun
1944 tentang penerbangan sipil internasional dijelaskan bahwa setiap negara mempunyai
kedaulatan yang utuh dan eksklusif di ruang udara yang ada di atas wilayah negaranya.
Negara Republik Indonesia masih mempunyai satu jenis wilayah lagi, yaitu wilayah
ekstrateritorial. Wilayah ekstrateritorial yang merupakan wilayah negara dimana wilayah
ini diakui oleh hukum internasional. Perwujudan dari wilayah ini adalah kantor-kantor
pewakilan diplomatic Republik Indonesia di negara lain.

(9). Warga Negara Indonesia dan Penduduk dari Segi Kelahiran dengan Dua Asas
Kewarganegaraan

Indikator soal: contoh penerapan asas kewarganegaraan

Asas kewarganegaraan:

a. Asas Ius Soli (law of the soil)


Penentuan status kewarganegaraan seseorang berdasarkan tempat kelahiran.
b. Asas Ius Sanguinis (law of the blood)
Penentuan status kewarganegaraan seseorang berdasarkan pertalian darah atau
keturunan.
Penerapan asas – asas kewarganegaraan dalam negara menimbulkan banyak hal yaitu,
a. Apatride, yaitu seseorang tidak mendapat kewarganegaraan.
b. Bipatride, yaitu seseorang yang memperoleh dua kewarganegaraan.
Cara memperoleh kewarganegaraan Indonesia,
a. Melalui kelahiran
b. Melalui pengangkatan
c. Melalui naturalisasi (biasa atau istimewa)
d. Melalui pernyataan memilih
(10). Nilai-nilai Pancasila terkait kasus HAM
Indikator soal: Bentuk pelanggaran Hak Warga Negara Indonesia sesuai dengan
amanat Pasal 34 UUD RI tahun 1945
Pasal 34 UUD 194 5terdiri dari 3 ayat dan mengatur tentang kesejahteraan sosial
warga negara Indonesia. Adapun isi pasal beserta bentuk pelanggarannya adalah sebagai
berikut:
 Ayat 1: “Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara”
Fakir miskin dan anak terlantar dipinggirkan oleh Negara bahkan dilirikpun tidak.
Negara pura-pura buta melihat banyaknya fakir miskin dan anak-anak terlantar yang
menjadikan jalanan menjadi tempat bermain, tempat mencari makan dan tempat
yang begitu berbahaya, bahkan mereka tidak bisa mendapatkan pendidikan dan
tempat yang layak hidup.
 Ayat 2: “Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan”.
Salah satu bukti yang dapat dilihat kurang berjalannya pasal 34 ayat 2 dalam
masyarakat adalah kotroversinya atau semerawutnya pemberian Bantuan Langsung
Sementara Masyarakat (BLSM). Ketua RT menolak membagikan kartu Bantuan
Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) kepada warganya. 
 Ayat 3: “Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan
dan fasilitas pelayanan umum yang layak.”
Salah satu bukti yang dapat dilihat kurang berjalannya pasal 34 ayat 3 dalam
masyarakat adalah kurangnya penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
pelayanan umum yang layak khususnya bagi rakyat miskin.

(11). Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional

Ubi societas ibi jus, dimana ada masyarakat di situ terdapat hukum. Ungkapan
tersebut menjelaskan dalam sebuah msyarakat dibutuhkan pengikat, yaitu hukum.

A. Hukum dan Keadilan dalam Sistem Hukum Nasional


Ada beberapa ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang pengertian hukum.
Adapun pengertian hukum menurut para ahli seperti berikut.

a. Leon Duguit, ahli hukum ini berpendapat bahwa hukum merupakan aturan tingkah
laku yang harus dipatuhi oleh masyarakat sebagai jaminan kepentingan bersama.
b. Immanuel Kant, seorang filsuf jerman memberikan definisi hukum sebagai
keseluruhan syarat yang dengan ini kehendak bebas dari seseorang yang satu dapat
menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari orang yang lain, menuruti peraturan
hukum tentang kemerdekaan.
c. E. Utrecht, seorang pakar hukum Indonesia menjelaskan hukum sebagai himpunan
peraturan pengatur kehidupan.
d. Prof. Mr. E. M. Meyers, mengartikan hukum sebagai semua aturan yang
mengandung pertimbangan kesusilaan.
e. R. Soeroso, S.H., seorang ahli hukum, berpendapat bahwa hukum merupakan
himpunan peraturan yang dibuat oleh pihak berwenang dengan tujuan mengatur tata
kehidupan masyarakat.
Hukum memiliki arti penting bagi setiap orang dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Arti penting hukum bagi masyarakat berkaitan dengan tujuan
pokok hukum, yaitu menciptakan ketertiban dan keadilan dalam masyarakat. Keadilan
menurut beberapa ahli sebagai berikut.

a. Plato, berpendapat orang dikatakan adil jika mampu mengendalikan diri dan
perasaannya dengan akal. Plato membagi keadilan menjadi dua, yaitu keadilan moral
dan prosedural.
b. Thomas Hobbes, berpendapat keadilan adalah perbuatan yang didasarkan pada
perjanjian yang disepakati.
c. Aristoteles, memberikan pengertian keadilan dalam arti umum dan khusus. Dalam
arti umum, keadilan menunjuk pada perbuatan patuh terhadap hukum. Adapun
dalam arti khusus, keadilan dibagi menjadi empat, yaitu keadilan komutatif,
distributif, kodrat alam, dan konvensional.
d. Notonagoro, mengemukakan pendapatnya tentang jenis keadilan yang pada
dasarnya sependapat dengan aristoteles. Notonagoro mengemukakan pendapatnya
bahwa keadilan hukum memiliki tujuaan mengatur tatanan dalam masyarakat.

B. Sistem Hukum Nasional


Pasal 1 ayat 3 UUD 1945 menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah Negara
hukum. Sebagai Negara hukum. Sebagai Negara hukum Indonesia pasti memiliki
system hukum. System hukum di Indonesia mulai berlaku pada 18 Agustus 1945
setelah bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaan. Sistem kemerdekaan di Indonesia
merupakan campuran system hukum Eropa continental, anglo saxon hukum agama,
dan hukum adat. Adapun hukum terbagi menjadi beberapa golongan sebagai berikut:
a. Hukum menurut tempat berlakunya dibedakan menjadi tiga, yaitu hukum local,
nasional, dan internasional.
b. Hukum menurut bentuknya dibedakan menjadi dua, yaitu hukum tertulis dan hukum
tidak tertulis.
c. Hukum menurut sumbernya dibedakan menjadi lima, yaitu hukum dalam perundang
undangan, traktat, yurisprudensi, kebiasaan, dan doktrin.
d. Hukum menurut waktu berlakunya dibagi menjadi dua, yaitu hukum positif (ius
constitutum) dan hukum yang dicita – citakan (ius constituendum).
e. Hukum menurut isinya dibagi menjadi dua, yaitu hukum privat dan hukum public.
f. Hukum menurut wujudnya dibagi menjadi dua, yaitu hukum objektif dan hukum
subjektif.
g. Hukum menurut sifatnya dibagi menjadi dua, yaitu hukum memaksa dan hukum
mengatur.
h. Hukum menurut cara mempertahankannya dibagi menjadi dua, yaitu hukum materiel
dan hukum formal.

C. Sistem dan Peran Lembaga Peradilan Nasional


System peradilan nasional merupakan keseluruhan komponen peradilan nasional
yang meliputi hukum, aspek- aspek bersifat procedural, pihak pihak dalam proses
peradilan, dan hierarki kelembagaan peradilan yang saling terkait guna mewujudkan
suatu keadilan hukum. Di Indonesia peradilan dapat dibedakan menjadi dua sebagai
berikut.
a. Peradilan umum, yaitu peradilan bagi rakyat pada umumnya, baik menyangkut
perkara pidana maupun perdata.
b. Peradilan khusus, yaitu peradilan yang mempunyai kewenangan untuk memeriksa,
mengadili, dan memutus perkara tertentu.
Berdasarkan pasal 10 UU RI Nomor 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan
kehakiman, kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan Negara yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan
Pancasila dan UUD RI 1945 demi terselenggaranya Negara hukum berdasarkan
pancasila. Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan
peradilan yang berada dibawahnya, Mahkamah Konstitusi, serta badan badan yang
funsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman, yaitu kepolisian, kejaksaan,
advokat, dan lembaga pemasyarakatan.

(12). Hubungan Internasional

Indikator soal: Disajikan sebuah pengantar, peserta didik mampu menjelaskan manfaat
menjalin hubungan internasional bagi suatu negara

Manfaat menjalin hubungan internasional:

a. Meningkatkan perdamaian internasional


b. Mencapai tujuan pembangunan sosial ekonomi
c. Meningkatkan keuangan negara dan meningkatkan investasi
d. Dapat meningkatkan devisa negara
e. Meningkatkan penanggulangan kriminal atau kejahatan
f. Memperkuat posisi perdagangan

(13). Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia

Indikator soal: sikap mengutamakan kewajiban daripada hak berdasarkan pernyataan

A. Hak Warga Negara Indonesia


1. Pasal 26 ayat 1, yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia
asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai
warga negara.
2. Hak atas perlindungan hukum: segala warga negara bersamaan dengan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan, wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu (pasal 27 ayat 1).
3. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : “Tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” (pasal 27 ayat 2).
4. Hak dalam kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat
secara lisan dan tulisan sesuai undang – undang yang berlaku (pasal 28).
5. Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: “setiap orang berhak untuk
hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.”(pasal 28A).
6. Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan
yang sah (pasal 28B ayat 1).
7. Hak atas kelangsungan hidup. “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,
tumbuh, dan berkembang”.
8. Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya dan
berhak mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya
demi meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup manusia (pasal
28C ayat 1).
9. Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif
untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya (pasal 28C ayat 2).
10. Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di depan hukum (pasal 28D ayat 1).
11. Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk tidak
disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani , hak untuk tidak diperbudak,
hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut
atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan apapun (pasal 28I ayat 1).
12. Hak untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama yang dipercayai (pasal 29
ayat 2)

B. Kewajiban Warga Negara Indonesia  :


1. Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 berbunyi :
segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan
dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
2. Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945
menyatakan: setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara”.
3. Wajib ikut serta dalam pembangunan untuk memajukan bangsa ke arah yang lebih
baik (pasal 28).
4. Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1 mengatakan :
Setiap orang wajib menghormati hak asai manusia orang lain.
5. Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang. Pasal
28J ayat 2 menyatakan : “Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,setiap orang
wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan
maksud untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang
lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral,
nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat
demokratis.”
6. Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30 ayat (1)
UUD 1945. menyatakan: “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.”
7. Wajib membayar pajak dan retribusi yang sudah ditetapkan oleh pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah (UUD 1945).

(14). Menyebutkan jaminan hukum hak Asasi Manusia (HAM) di bidang hukum dan
pemerintahan dalam UUD 1945.

Hak asasi hukum merupakan hak kebebasan setiap individu dalam bidang hukum.
Beberapa hak yang termasuk hak asasi hukum di antaranya hak mendapatkan pelayanan
dan perlindungan hukum serta hak mendapatkan perlakuan yang sama dihadapan hukum.
Hak asasi politik merupakan hak ikut serta dalam pemerintahan dan hak dasar manusia
dalam kehidupan berpolitik. Hak-hak yang masuk dalam kategori ini ialah hak untuk
dipilih, memilih, serta berorganisasi atau berserikiat dan berkumpul.

(15). Disajikan sebuah cerita, peserta didik mampu menginterprestasikan sikap


terhadap suatu pelanggaran HAM.

A. Pengertian perlindungan dan penegakkan hukum

Menurut Andi Hamzah sebagaimana dikutip oleh Soemardi dalam artikelnya yang
berjudul Hukum dan Penegakan Hukum (2007), perlindungan hukum dimaknai sebagai
daya upaya yang dilakukan secara sadar oleh setiap orang maupun lembaga pemerintah,
swasta yang bertujuan mengusahakan pengamanan, penguasaan dan pemenuhan
kesejahteraan hidup sesuai dengan hak-hak asasi yang ada. Makna tersebut tidak terlepas
dari fungsi hukum itu sendiri, yaitu untuk melindungi kepentingan manusia. Dengan kata
lain hukum memberikan perlindungan kepada manusia dalam memenuhi berbagai macam
kepentingannya, dengan syarat manusia juga harus melindungi kepentingan orang lain.
Di sisi lain, Simanjuntak dalam artikelnya yang berjudul Tinjauan Umum tentang
Perlindungan Hukum dan Kontrak Franchise (2011), mengartikan perlindungan hukum
sebagai segala upaya pemerintah untuk menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi
perlindungan kepada warganya agar hak-haknya sebagai seorang warga negara tidak
dilanggar, dan bagi yang melanggarnya akan dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan yang
berlaku. Dengan demikian, suatu perlindungan dapat dikatakan sebagai perlindungan
hukum apabila mengandung unsur-unsur sebagai berikut :
a. Adanya perlindungan dari pemerintah kepada warganya.
b. Jaminan kepastian hukum.
c. Berkaitan dengan hak-hak warganegara.
d. Adanya sanksi hukuman bagi pihak yang melanggarnya.
Pada hakikatnya setiap orang berhak mendapatkan perlindungan dari hukum. Oleh karena
itu, terdapat banyak macam perlindungan hukum. Berikut beberapa macam perlindungan
hukum.
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten.
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan
Varietas Tanaman, dan lain sebagainya.
Tersangka sebagai pihak yang diduga telah melakukan perbuatan hukum juga memiliki
hak atas perlindungan hukum. Perlindungan hukum terhadap tersangka diberikan
berkaitan dengan hak-hak tersangka yang harus dipenuhi agar sesuai dengan prosedur
pemeriksaan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Perlindungan hukum selalu dikaitkan dengan konsep rechtstaat atau konsep Rule of Law
karena lahirnya konsep-konsep tersebut tidak lepas dari keinginan memberikan pengakuan
dan perlindungan terhadap hak asasi manusia, konsep Rechtsct muncul di abad ke-19 yang
pertama kali dicetuskan oleh Julius Stahl. Pada saat hampir bersamaan muncul pula
konsep negara hukum Rule of Law yang dipelopori oleh A. V. Dicey.
Konsep rechtstaat menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan dengan negara
hukum adalah negara yang menyelenggarakan kekuasaan pemerintahannya didasarkan
pada hukum. Konsep Negara hukum atau Rechtsataat menurut Julius Stahl mencakup 4
elemen, yaitu :
1. Perlindungan hak asasi manusia;
2. Pembagian kekuasaan;
3. Pemerintahan berdasarkan undang-undang;
4. Peradilan tata usaha Negara.
Sedangkan menurut A.V.Dicey menguraikan adanya 3 ciri penting negara hukum yang
disebut dengan Rule of Law , yaitu :
1. Supermasi hukum, artinya tidak boleh ada kesewenang-wenangan, sehingga
seseorang hanya boleh dihukum jika melanggar hukum.
2. Kedudukan yang sama didepan hukum, baik bagi rakyat biasa atau pejabat
pemerintah.
3. Terjaminnya hak-hak manusia dalam undang-undang atau keputusan pengadilan.
Proses penegakan hukum merupakan salah satu upaya untuk menjadikan hukum
sebagai pedoman dalam setiap perilaku masyarakat maupun aparat atau lembaga penegak
hukum. Penegakan hukum merupakan syarat terwujudnya perlindungan hukum.
Berikut beberapa hal yang menjadi syarat tegaknya supremasi hukum di Indonesia,
1.  pemerintah dan semua anggota masyarakat terikat oleh hukum.
2.  setiap orang diperlakukan sama di hadapan hukum.
3.  kemuliaan manusia diakui dan dilindungi oleh hukum.
4.  keadilan terjangkau oleh semua warga tanpa kecuali.
B. Dasar Hukum Perlindungan dan Penegakan Hukum
Adapun dasar hukum yang mengatur tentang perlindungan dan penegakan hukum di
Indonesia, antara lain:
1. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi “Segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.”
2.   Pasal 28 D ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi “Setiap orang berhak atas pengakuan,
jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di
hadapan hukum.”
3. Pasal 28 ayat (5) UUD 1945 yang berbunyi “Untuk menegakkan dan melindungiHak
Asasi Manusia sesuai dengan prinsip negara hukum yang demokratis, maka
pelaksanaan Hak Asasi Manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan
perundang-undangan.”
4. Pasal 30 ayat (4) UUD 1945 yang berbunyi “Kepolisian Negara Republik Indonesia
sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas
melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum.
5. Pasal 24 ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi “Kekuasaan kehakiman merupakan
kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan
hukum dan keadilan.
C. Pentingnya Perlindungan dan Penegakan Hukum
Sebagai negara hukum, Indonesia wajib melaksanakan proses perlindungan dan
penegakan hukum. Negara wajib melindungi warga negaranya dari berbagai macam
ketidakadilan, ketidaknyaman dan penyimpangan hukum lainnya. Selain itu, Negara
mempunyai kekuasaan untuk memaksa seluruh warga negaranya untuk melaksanakan semua
ketentuan-ketentuan yang berlaku.
Perlindungan dan penegakan hukum sangat penting dilakukan, karena dapat
mewujudkan hal-hal berikut ini:
1. Tegaknya supremasi hukum
Supremasi hukum bermakna bahwa hukum mempunyai kekuasaan mutlak dalam
mengatur pergaulan manusia dalam berbagai macam kehidupan. Dengan kata lain, semua
tindakan warga negara maupun pemerintahan selalu berlandaskan pada hukum yang berlaku.
Tegaknya supremasi hukum tidak akan terwujud apabila aturan-aturan yang berlaku tidak
ditegakkan baik oleh masyarakat maupun aparat penegak hukum.

2. Tegaknya keadilan
Tujuan utama hukum adalah mewujudkan keadilan bagi setiap warga negara. Setiap
warga negara dapat menikmati haknya dan melaksanakan kewajibannya merupakan wujud
dari keadilan tersebut. Hal itu dapat terwujud apabila aturan-aturan ditegakkan.
3. Mewujudkan perdamaian dalam kehidupan di masyarakat
Kehidupan yang diwarnai suasana yang damai merupakan harapan setiap orang.
Perdamaian akan terwjud apabila setiap orang merasa dilindungi dalam segala bidang
kehidupan. Hal itu akan terwujud apabila aturan-aturan yang berlaku dilaksanakan.
Keberhasilan proses perlindungan dan penegakan hukum tidaklah semata-mata
menyangkut ditegakkannya hukum yang berlaku, akan tetapi menurut Soerjono Soekanto
(dalam bukunya yang berjudul Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, 2002)
sangat tergantung pula dari beberapa faktor, antara lain:
a.    Hukumnya. Dalam hal ini yang dimaksud adalah undang-undang dibuat tidak boleh
bertentangan dengan ideologi negara, dan undang-undang dibuat haruslah menurut ketentuan
yang mengatur kewenangan pembuatan undangundang sebagaimana diatur dalam Konstitusi
negara, serta undang-undang dibuat haruslah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
masyarakat di mana undang-undang tersebut diberlakukan.
b. Penegak hukum, yakni pihakpihak yang secara langsung terlibat dalam bidang penegakan
hukum. Penegak hukum harus menjalankan tugasnya dengan baik sesuai dengan peranannya
masing-masing yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan. Dalam menjalankan
tugas tersebut dilakukan dengan mengutamakan keadilan dan profesionalisme, sehingga
menjadi panutan masyarakat serta dipercaya oleh semua pihak termasuk semua anggota
masyarakat.
c. Masyarakat, yakni masyarakat lingkungan di mana hukum tersebut berlaku atau diterapkan.
Maksudnya warga masyarakat harus mengetahui dan memahami hukum yang berlaku, serta
menaati hukum yang berlaku dengan penuh kesadaran akan penting dan perlunya hukum bagi
kehidupan masyarakat.
d. Sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum. Sarana atau fasilitas`tersebut
mencakup tenaga manusia yang terdidik dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang
memadai, keuangan yang cukup, dan sebagainya. Ketersediaan sarana dan fasilitas yang
memadai merupakan suatu keharusan bagi keberhasilan penegakan hukum.
e. Kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia
di dalam pergaulan hidup. Dalam hal ini kebudayaan mencakup nilai-nilai yang mendasari
hukum yang berlaku, nilai-nilai mana merupakan konsepsi-konsepsi abstrak mengenai apa
yang dianggap baik sehingga dianut, dan apa yang dianggap buruk sehingga dihindari.
D. Peristiwa Di lingkungan Sekitar yang Disebabkan Lemahnya Perlindungan dan
Penegakkan Hukum
Pelanggaran hukum disebut juga perbuatan melawan hukum, yaitu tindakan seseorang
yang tidak sesuai atau bertentangan dengan aturan-aturan yang berlaku. Dengan kata lain,
pelanggaran hukum merupakan pengingkaran terhadap kewajiban-kewajiban yang telah
ditetapkan oleh peraturan atau hukum yang berlaku, misalnya kasus pembunuhan merupakan
pengingkaran terhadap kewajiban untuk menghormati hak hidup orang lain. Pelanggaran
hukum merupakan bentuk ketidakpatuhan terhadap hukum. Ketidakpatuhan terhadap hukum
dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu:
a.    Pelanggaran hukum oleh pelaku pelanggaran sudah dianggap sebagai kebiasaan bahkan
kebutuhan
b.    Hukum yang berlaku sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan kehidupan.
Saat ini kita sering melihat berbagai pelanggaran hukum banyak terjadi di negara ini.
Hampir setiap hari kita mendapatkan informasi mengenai terjadinya tindakan melawan
hukum baik yang dilakukan oleh masyarakat ataupun oleh aparat penegak hukum sendiri.
Berikut ini contoh perilaku yang bertentangan dengan hukum yang dilakukan di lingkungan
keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa dan negara.
1. Dalam lingkungan keluarga
 mengabaikan perintah orang tua
  mengganggu kakak atau adik yang sedang belajar
 ibadah tidak tepat waktu
 nonton tv sampai larut malam
 bangun kesiangan.
2. Dalam lingkungan sekolah
 mencontek ketika ulangan
 datang ke sekolah terlambat
 bolos mengikuti pelajaran
 tidak memperhatikan penjelasan guru
 berpakaian tidak rapi dan tidak sesuai dengan yang ditentukan sekolah.
3. Dalam lingkungan masyarakat
 mangkir dari tugas ronda malam
 tidak mengikuti kerja bakti dengan alasan yang tidak jelas
 main hakim sendiri
 mengkonsumsi obat-obat terlarang
 membuang sampah sembarangan.
4. Dalam lingkungan bangsa dan negara
 tidak memiliki KTP
 tidak memiliki SIM
 tidak mematuhi rambu-rambu lalu lintas
 melakukan tindak pidana seperti pembunuhan, perampokan, penggelapan,
pengedaran uang palsu, pembajakan karya orang lain dan sebagainya
 melakukan aksi teror terhadap alat-alat kelengkapan negara
 tidak berpartisipasi pada kegiatan Pemilihan Umum
 merusak fasilitas negara dengan sengaja.
E. Partisipasi  Masyartakat  dalam  Perlindungan  dan Penegakan  Hukum
1. Menyadari akan pentingnya menegakkan hukum dan aturan yang berlaku
2. Tidak egois terhadap keinginan yang bersifat pribadi maupun golongan
3. Menyadari akan hak dan kewajiban dari individu dan orang lain
4. Tidak melakukan deskriminasi terhadap etnik, ras maupun agama
5. Memberikan kesempatan orang lain untuk mengemukakan pendapatnya
6. Demokrasi

(16). Praktik Perlindungan dan Penegakan Hukum

Indikator soal : Disajikan sebuah pernyataan, peserta didik mampu menentukan upaya
pencegahan terhadap pelanggaran HAM

Upaya pencegahan pelanggaran HAM (Upaya preventif)

1. Pendidikan karakter
Pentingnya pendidikan karakter bagi manusia karena itu juga merupakan hak asasi
manusia dan dijamin oleh Undang-Undang. HAM lebih mudah ditegakkan karena sudah
diberikan pengetahuan sejak dini dan dapat dicegah berbagai bentuk pelanggarannya

2. Mempelajari HAM

Belajar tentang HAM serta metode penegakannya di lingkungan masyarakat membuat kita
sadar akan tingginya rasa kemanusiaan dalam HAM. Belajar tentang UU HAM agar tidak
melakukan pelanggaran(UU no. 39 th 1999 danUU no 26 th 2000)

3. Menegakkan HAM dengan berbuat baik

Bersikap ramah,jujur,adil dan baik hati dengan sesama mencerminkan pribadi yang
menjunjung tinggi HAM dan bersedia melaporkan suatu  pelanggaran HAM ke pihak yang
berwajib agar segera ditindak

4. Meningkatkan persatuan dan kesatuan

Adanya rasa bersatu dan sikap nasionalisme sesuai sila ke 3 membuat setiap orang
memiliki rasa yang erat satu sama lain dan saling bergandengan untuk menegakkan HAM
serta melakukan hal positif yang dapat meningkatkan kesatuan antar masyarakat

5. Melakukan pengawasan upaya penegakan HAM

Mengetahui siapa saja yang berwenang untuk melakukan penindakan dan mengawasi jika
terjadi kekeliruan dalam penanganan pelanggaran HAM

(17). Praktik Perlindungan dan Penegakan Hukum

Upaya perlindungan dan penegakan HAM di Indonesia


A. Upaya preventif (pencegahan)
Membentuk peraturan perundang-undangan nasional tentang HAM
 UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM
 UU Nomor 26 Tahun 2006 tentang Pengadilan HAM
 UU Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan KDRT
 Ratifikasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial pada
tahun 1999
 Ratifikasi Konvenan Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya
B. Upaya represif (penindakan)
 Memberikan pelayanan dan konsultasi serta mendampingi dan memberikan
pembelaan kepada masyarakat yang menghadapi perkara HAM
 Menerima pengaduan dari korban pelanggaran HAM
 Proses penanganan HAM melalui lembaga HAM
C. Pembentukan kelembagaan HAM di Indonesia
 Komnas HAM merupakan lembaga yang dibentuk pemerintah dalam upaya
penegakan HAM. HAM dibentuk pada tahun 1993 berdasarkan Keputusan
Presiden Nomor 50 Tahun 1993. Untuk memperkuat kedudukan HAM
dibentuk UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM
 Komnas Antikekerasan terhadap Perempuan dibentuk pada 15 Oktober 1998
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 2005.
 Komnas Perlindungan Anak (KPAI)dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden
Nomor 77 Tahun 2003 dan UU Nomor 23 Tahun 2002. Tugas yang diemban
KPAI diantaranya melakukan sosialisasi dan advokasi tetang peraturan
perundang-undagan yang berkaitan tentang perlindungan anak.
 Kementerian Hukum dan HAM mempunyai tugas membantu presiden dalam
menyelenggarakan sebagian tugas pemerintahan di bidang hukum dan HAM.
Fungsi Kementerian Hukum dan HAM yaitu:
- Perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dan kebijakan teknis
di bidang hukum dan HAM
- Pelaksanaan urusan pemerintah sesuai bidang tugasnya
- Pengelolaan barang milik / kekayaan negara yang menjadi tanggug jawabnya
 Pengadilan HAM dibentuk berdasarkan UU nomor 26 Tahun 2000.
Pembentukan pengadilan HAM dimaksudkan untuk menyelesaikan
pelanggaran HAM berat di wilayah NKRI.
 Pengadilan HAM Ad Hoc merupakan lembaga yang dibentuk berdasarkan UU
nomor 26 Tahun 2000. Pengadilan HAM Ad Hoc bertugas untuk memeriksa,
mengadili, dan memutuskan pelanggaran terhadap HAM berat yang terjadi
sebelum berlakunya UU nomor 26 Tahun 2000.

(19). PERLINDUNGAN PENEGAKAN HUKUM

A. Pengertian Perlindungan dan penegakan Hukum


Perlindungan Hukum bila dijelaskan harfiah dapat menimbulkan banyak persepsi.
Perlindungan biasa berarti perlindungan yang diberikan terhadap hukum agar tidak
ditafsirkan berbeda dan tidak dicederai oleh aparat penegak hukum dan juga biasa berarti
perlindungan yang diberikan oleh hukum terhadap sesuatu.
Perlindungan hukum juga dapat menimbulkan pernyataan yang kemudian
meragukan   keberadaan hukum. Oleh karena itu hukum sejatinya harus memberikan
perlindungan terhadap semua pihak sesuai dengan status hukumnya karena setiap orang
memiliki kedudukan yang sama dihadapan hukum. Setiap aparat penegak hukum jelas
wajib menegakkan hukum dan dengan berfungsinya aturan hukum, maka secara tidak
langsung hukum akan memberikan perlindungan setiap hubungan hukum atau segala
aspek dalam kehidupan masyarakat yang diatur oleh hukum itu sendiri.
Perlindungan hukum merupakan gambaran dari bekerjanya fungsi hukum untuk
mewujudkan tujuan-tujuan hukum, yakni diadilan, kemanfaatan dan kepastian. Suatu
perlindungan yang diberikan kepada subyek hukum sesuai dengan aturan hukum, baik itu
bersifat Preventif (pencegah) maupun dalam bentuk yang  bersifat Represif (pemaksaan),
baik yang secara tertulis maupun tidak tertulis dalam rangka menegakkan peraturan
hukum.
Menurut Sjachram Basah, Perlindungan terhadap warga diberikan bila mana sikap
tindak administrasi Negara itu menimbulkan kerugian terhadapnya. Sedangkan
perlindungan terhadap administrasi Negara itu sendiri, dilakukan terhadap sikap tindaknya
dengan baik dan benar menurut hukum, baik tertulis maupun tidak tertulis. Dengan
perkataan lain, melindungi administrasi Negara dari melakukan perbuatan perbuatan
menurut hukum. Dengan adanya UU No. 5  Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara, Menurut Paulus E. Lotulung, sesungguhnya melindungi hak hak masyarakat, yang
menimbulkan kewajiban-kewajiban bagi perorangan.
Sesuai dengan perinsip yang terkandung dalam falsafah Negara dan bangsa kita, yaitu
Pancasila.
Menurut Hadjon, Perlindungan hukum bagi rakyat meliputi dua hal, yakni:
1. Pertama: Perlindungan hukum preventif, yakni bentuk perlindungan hukum dimana
kepada rakyat diberi kesempatan mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum
pemerintah mendapat bentuk yang definitif.
2.Kedua: Perlindungan hukum represif, yakni bentuk perlindungan hukum dimana lebuh
diajukan dalam penyelesainkan sengketa.
            Secara konseptual, perlindungan hukum yang diberikan kepada rakyat
Indonesia merupakan implementasi atas prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap
harkat dan martabat manusia yang bersumber pada pancasila dan prinsip Negara Hukum
yang berdasarkan Pancasila.

B.  Macam-Macam Perlindungan Hukum


Hakikat setiap orang berhak mendapatkan perlindungan hukum. Dari sekian banyak
perlindungan hukum, terdapat beberapa  diantaranya yang cukup populer dan telah akrab
di telinga kita, seperti perlindungan hukum terhadap konsumen.
Selain itu, terdapat juga perlindungan hukum yang diberikan kepada hak atas kekayaan
intelektual (HaKI). Pengaturan mengenai hak atas kekayaan intelektual tersebut telah
dituangkan dalam sejumlah UU No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek, UU No. 14 Tahun
2001 Tentang Paten,UU No. 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan varietas tanaman dan
masih banyak lagi yang lainya.
Secara umum perlindungan hukum diberikan kepada subjek hukum yang bersangkutan
bersinggungan dengan peristiwa hukum. Bentuk perlindungan hukum dapat bermacam-
macam, tergantung dari pihak yang berkepentingan. Sebagai contoh dalam hukum perdata
ada lembaga yang namanya gijzeling, lembaga ini berfungsi untuk menahan seseorang
untuk tidak keluar dari Negara tempat ia tinggal karena dikhawatirkan akan melarikan diri
dari kasus yang dihadapinya dan berpotensi merugikan pihak yang mengajukan gugatan.
Dalam ketentuan hukum pidana, bagi tersangka yang diancam hukum 5 tahun keatas
wajib didampingi oleh pengacara. Ini juga merupakan salah satu bentuk perlindungan
hukum yang diberikan Negara kepada tersangka.
Sebagai Negara hukum,  maka segala sesuatunya di Indonesia harus berdasarkan
hukum (Asas Legalitas). Undang-undang adalah produk hukum yang berlaku bagi
masyarakat atau individu. Sebagai warga Negara, maka setiap orang memiliki hak dan
kewajiban yang diatur oleh undang-undang, polisi diberi wewenang untuk menilang sopir
angkot berdasarkan pada aturan hukum, semua masyarakat warga Negara Indonesia
mendapat perlindungan hukum, karena Negara kita adalah Negara hukum dan hukum
yang berlaku dinegara kita melindungi seganap warga Negara tanpa membeda-
bedakannya, prinsipnya dimata hukum setiap orang adalah sama, kalau ada barangkali itu 
hanya penyimpangan hukum yang biasanya disebabkan oleh uang atau kepentingan
kekuasaan, yang seharusnya tidak boleh dilakukan atau pun dibiarkan terjadi di Indonesia
sebagai Negara hukum.

C.  Penegak Hukum Di Indonesia


 1. Pengertian Penegak Hukum  
Tahap pembuatan hukum masih harus disusul oleh pelaksanaanya secara konkrit
dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Inilah yang dimaksud penegakan hukum.
“Negara Indonesia adalah Negara hukum”, dalam UUD 1945 pasal 1 ayat 3
Amandemen ketiga. Dalam penjelasan UUD 1945 mengenai sistem pemerintahan Negara
disebutkan bahwa “Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (Rechtsstaat), tidak
berdasarkan atas kekuasaan    belaka (Machtsstaat)”. Prinsip dasar yang dianut dalam
hukum dasar tersebut memberikan gambaran hukum menjadi landasan kehidupan
masyarakat atau dengan kata lain yang ingin ditegakkan dalam Negara ini adalah
supremasihukum bukan supremasi kekuasaan.
Penegakan hukum adalah proses dilakukanya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya
norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas atau
hubungan hukum dalam kehidupan masyarakat dan bernegara.
Dalam menegakkan hukum, ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu, kepastian
hukum, kemanfaatan dan keadilan. Oleh karena itu Subjipto Rahardjo mengatakan bahwa
penegakan hukum merupakan suatu usaha untuk mewijudkan ide-ide keadilan, kepastian
hykum, dan kemanfaatan social menjadi kenyataan. Proses perwujudan ide-ide itulah yang
merupakan hakikat dari penagakan hukum. Penegakan hukum harus berguna dan
bermanfaat bagi masyarakat, karena hukum diciptakan semata mata untuk kepentingan
masyarakat. Sehungga dengan adanya penegakan hukum diharapkan masyarakat dapat
hidup aman, damai, adil, dan sejahtera. 
Penegakan hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide keadilan,
kepastian hukum dan kemanfaatan social menjadi kenyataan. Jadi penagakan hukum pada
hakikatnya adalah proses perwujudan ide-ide.
Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya tegaknya atau berfungsinya
norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman pelaku dalam lalu lintas atau
hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan masyarakat dan bernegara. Penegakan
hukum dibedakan menjadi dua yaitu:
a.   Ditinjau dari sudut subjeknya
1.)Dalam arti luas, proses penegakan hukum melibatkan semua objek hukum dalam
setiap hubungan hukum. Siapa saja yang menjalankan aturan normatif atau malakukan
sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dengan medasarkan diri pada norma aturan
hukum yang berlaku, berarti dia menjalankan hukum atau menegakkan aturan hukum.
2.) Dalam arti sempit, penegakan hukum hanya diartikan sebagai upaya aparatur
penegakan hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu aturan
hukum berjalan bagaimana seharusnya.
      b.  Ditinjau dari sudut objeknya, yaitu dari segi hukumnya:
1.) Dalam arti liuas, penegakan hukum yang mencakup pada nilai-nilai keadilan yang
didalamnya terkandung bunyi aturan formal maupun nilai-nilai keadilan yang ada
dalam masyarakat.
2.) Dalam arti sempit, penegakan hukum itu hanya menyakut penegakan peraturan
yang formal dan tertulis.
2. Aparat penegak hukum
Hukum dapat diciptakan bila masyarakat sadar kakan hukaum tanpa membuat
kerugian pada orang lain. Penegakan hukum di Indonesia tidak lepas dari peran para
aparat penegak hukum. Menurut Pasal 1 Bab 1 Kitab Undang-Undang ini adalah sebagai
berikut:

a. Penyelidikan ialah pejabat polisi Negara Republik Indonesia atau pejabat Pegawai
Negeri Sipil tertentu yang diberikan wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk
melekukan penyelidikan.
b. Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-Undang untuk bertindak
sebagai penuntut umum serta  melaksanakan putusan pengadilan yang telah
memperoleh hukum tetap.
c. Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-Undang ini untuk
melakukan penuntutan dan melaksanakan ketetapan hakim.
d. Hakim yaitu pejabat peradilan Negara yang deberi kewewenangan oleh Undang-
Undang untuk mengadili.
e. Penasehat hukum ialah seseorang yang memenuhi syarat yagn ditentukan oleh
Undang-Undang Untuk memberikan bantuan hukum.

Aparatur penegak hukum mencakup pengertian mengenai institusi penegak hukum


dan aparat (Orangnya) penegak hukum. Dalam arti sempit, aparatur penegak hukum yang
terlibat dalam proses tegakanya hukum, dimulai dari saksi, polisi, penasehat hukum, jaksa,
hakim, dan petugas sipil pemasyarakatan.
Dalam proses bekerjanya aparatur penegak hukum, terdapat tiga elemen penting yang
mempengaruhi, yaitu:

a. Institusi penegak hukum beserta berbagai perangkatsarana prasarana pendukung dan


mekanisme kerja kelembagaan.
b. Budaya kerja yang terikat dengan aparatnya termasuk mengenai kesejahteraan
aparatnya.
c. Perangkat hukum yang mendukung baik kinerja kelembagaannya maupun yang
mengatur materi hukum yang dijadikan standar kerja, baik hukum materiilnya
maupun hukum acaranya.

3. Faktor yang mempengaruhi penegakan hukum


            Menurut soerjono Soekanto factor-factor yang mempengaruhi penegakan hukum
sebagai berikut:
 Faktor hukumnya sendiri
        Semakin baik suatu peraturan hukum akan semakin baik memungkinkan
penegakannya. Sebaliknya, semakin tidak baik peraturan hukum akan semakin sukarlah
menegakkanya. Secara umum, peraturan hukum yang baik adalah aturan yang berlaku
secara yuridis, sosiologis, dan filosofis.

a. Secara Yuridis, Setiap peratutan hukum yang berlaku haruslah bersumber pada
peraturan yang lebih tinggi tingkatannya. Ini bahwa setiap peraturan hukum yang
berlaku tidak  boleh bertentangan dengan peraturan hukum yang lebih tinggi
derajatnya. Misalnya, Undang-undang di Indonesia dibentuk oleh Presiden dengan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
b. Secara Sosiologis, Bila peraturan hukum itu diakui atau diterima oleh masyarakat
kepada siapa peraturan hukum tersebut ditijukan/diberlakukan menurut “The
Recognition Theory”. Teori ini bertolak belakang dengan “Machttheorie”, Power
Theory. Yang menyatakan, bahwa peraturan hukum mempunyai kelakuan sosiologis,
apabila dipaksakan berlakunya oleh penguasa, diterima ataupun ditolak warga
masyarakat.
c. Secara Filosofis, Apabila peraturan tersebut sesuai dengan cita cita hukum sebagai
nilai yang positif yang tertinggi. Dalam Negara Indonesia, cita-cita hukum sebagai
nilai positif yang tertinggi dalam masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan UUD 19945.

 Faktor Penegak Hukum


             Secara sosiologi setiap penegak hukum tersebut mempunyai kedudukan atau
peranan. Kedudukan social merupakan posisi tertentu dalam struktur masyarakat yang
isinys adalah hak dan kewajiban. Penegakan hukum dalam mengambil keputusan
diperlukan penilaian pribadi yang memegang peranan karena:

a. Tidak ada perundingan undang undang yang sedemikian lengkap, sehingga dapat
mengatur perilaku manusia.
b. Adanya hambatan untuk menyelesaikan perundangan dengan perkembangan
masyarakat sehingga menimbulkan ketidakpastian.
c. Kurangnya biaya untuk menerapkan biaya perundang-undangan.
d. Adanya kasus individual yang memerlukan penanganan khusus.

 Faktor Sarana atau Fasilitas


Sarana atau fasilitas antara lain mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan
terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup dan
seterusnya. Kalau hal itu tudak dipenuhi maka mustahil penegak hukum akan mencapai
tujuannya. Misalnya, membuktikan apakah suatu tanda tangan palsu atau tidak, kepolisian
didaerah tidak dapat mengetahui secara pasti karena tidak mempunyai alat untuk
memeriksanya, sehingga terpaksa dikirim ke Jakarta.
 Faktor Masyarakat
Semakin tinggi kesadaran hukum masyarakat maka akan semakin  memungkinkan
penegakan hukum yang baik. Sebaliknya, semakin rendah tingkat kesadaran hukum
masyarakat, maka akan semakin sukar untuk melaksanakan penegak hukum yang baik.
Kesadaran hukum merupakan suatu pandangan yang hidupdalam masyarakat tentang
apa hukumi itu. Pandangan itu berkembang dan dipengaruhi oleh factor agama, ekonomi,
politik dan sebaainya. Pandangan itu selalu berubah, oleh karena itu hukum pun selalu
berubah.
Maka diperlukan upaya dari kesadaran hukum, yakni:
1).Pengetahuan Hukum       3). Sikap Terhadap Norma-norma
2). Pemahaman Hukum        4). Perilaku Hukum
 Faktor Kebudayaan
Kebudayaan pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum yang
berlaku, nilai mana yang merupakan konsepdi yang abstrak mengenai apa yang dianggap
baik dan apa yang dianggap buruk. Maka, kebuayaan Indonesia merpakan dasar adat
hukum yang berlaku. Disamping itu berlaku pula hukum tertulis, yang dibentuk oleh
golongan tertentu dalam masyarakat yang mempunyai kekuasaan dan wewenang untuk itu.
Mengenai berlakunya hukum undang-undang tersebut, terdapat beberapa asas yang
tujuannya adalah agar Undang-undang tersebut mempunyai dampak positif. Asas-asas
tersebut antara lain:
1). Undang-undang tidak berlaku surut,
2). Undang-undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi,
3). Mempunyai kedudukan yang lebih tinggi,
4). Unfang-undang yang bersifat khusus menyampingkan undang-undang yang
berlaku umum, apabila pembuatnya sama,
5). Undang undang yang berlaku belakangan, membatalkan undang-undang yang
berlaku terdahulu.
 Penegakan Hukum
Hukum sebagai sub sistem dalam sosial sebenarnya menjabarkan bagaimana
kenyataan selalu tidak sesuai dengan harapan dan cita-cita bangsa. “Dass sain sering tidak
sama dengan Dass sollen”. Untuk mengatasi permasalahan itu maka perlu dilakukan
pembaharuan di 3 komponen hukum berikut:
1. Struktur hukum,
2. Substansi hukum,
3. Kultur hukum.
Dimana ketiganya harus beriringan untuk perbaikan hukum di Indonesia. Struktur harus
kuat, kredibel, akuntabel dan kapabel. Substansi harus selaras dengan rasa keadilan
masyarakat sedang budaya hukum harus mendukung tegaknya hukum jika salah satunya
timpang.

(20). Integrasi nasional

Indikator soal: faktor pembentuk dan penghambat integrsi nasional


Faktor-faktor pendorong integrasi nasional :

1. Faktor sejarah yang menimbulkan rasa senasib dan seperjuangan.


2. Keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa Indonesia sebagaimana dinyatakan
dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.
3. Rasa cinta tanah air di kalangan bangsa Indonesia, sebagaimana dibuktikan
perjuangan merebut, menegakkan, dan mengisi kemerdekaan.
4. Rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara, sebagaimana dibuktikan
oleh banyak pahlawan bangsa yang gugur di medan perjuangan.
5. Kesepakatan atau konsensus nasional dalam perwujudan Proklamasi Kemerdekaan,
Pancasila dan UUD 1945, bendera Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya,
bahasa kesatuan bahasa Indonesia.
6. Adanya simbol kenegaraan dalam bentuk Garuda Pancasila, dengan semboyan
Bhinneka Tunggal Ika.
7. Pengembangan budaya gotong royong yang merupakan ciri khas kepribadian bangsa
Indonesia secara turun  temurun.

Faktor Penghambat Integrasi Nasional :

1. Keanekaragaman budaya, bahasa daerah, agama, ras, dan berbagai perbedaan lainnya
menjadi faktor penghambat proses national integration.
2. Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sangat luas dan terdiri dari ribuan
kepulauan dan dikelilingi lautan yang luas juga menjadi penghambat integrasi bangsa.
3. Ketimbangan pembangunan infrastruktur di berbagai daerah telah menimbulkan rasa
tidak puas. Masih banyaknya konflik berunsur SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar-
golongan), gerakan separatisme dan kedaerahaan, domenstrasi, juga menjadi faktor
penghambat integrasi.
4. Paham etnossentrisme yang masih dimiliki oleh beberapa suku sehingga menonjolan
kelebihan daerahnya dan meremehkan budaya suku bangsa yang lain.
5. Lemahnya nilai-nilai budaya bangsa akibat kuatnya pengaruh budaya asing yang tidak
sesuai dengan kepribadian bangsa, baik melewati kontak langsung maupun kontak
tidak langsung. Kontak langsung, antara lain melalui unsur-unsur pariwisata,
sedangkan kontak tidak langsung, antara lain melalui media cetak (majalah, tabloid),
atau media elektronik (televisi, radio, film, internet, telepon seluler yang mempunyai
fitur atau fasilitas lengkap). Hal itu akan berdampak adanya westernisasi atau gaya
hidup kebarat-baratan/meniru gaya hidup yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
pancasila.

(21).Ancaman di Bidang IPOLEKSOSBUDHANKAM

1. Ancaman di Bidang Ideologi


Secara umum Indonesia menolak dengan tegas paham komunis dan zionis. Akibat dari
penolakan tersebut, tentu saja pengaruh dari negara-negara komunis dapat dikatakan tidak
dirasakan oleh bangsa Indonesia. Akan tetapi, meskipun demikian bukan berarti bangsa
Indonesia terbebas dari pengaruh paham lainnya, misalnya pengaruh liberalisme. Saat ini
kehidupan masyarakat Indonesia cenderung mengarah pada kehidupan liberal yang
menekankan pada aspek kebebasan individual. Hal ini sebagai akibat dari era globalisasi.
Globalisasi ternyata mampu meyakinkan kepada masyarakat Indonesia bahwa liberalisme
dapat membawa manusia ke arah kemajuan dan kemakmuran. Tidak jarang hal ini
mempengaruhi pikiran masyarakat Indonesia untuk tertarik pada ideologi tersebut. Akan
tetapi, pada umumnya pengaruh yang diambil justru yang bernilai negatif, misalnya dalam
gaya hidup yang diliputi kemewahan, pergaulan bebas yang cenderung mengarah pada
dilakukannya perilaku seks bebas dan perbuatan dekadensi moral lainnya. Hal tesebut
apabila tidak segera diatasi akan menjadi ancaman bagi kepribadian bangsa Indonesia
yang sesungguhnya.

2. Ancaman di Bidang Politik

Ancaman di bidang politik dapat bersumber dari dalam negeri maupun luar negeri. Dari
luar negeri, ancaman di bidang politik dilakukan oleh suatu negara dengan melakukan
tekanan politik terhadap Indonesia. Intimidasi, provokasi, atau blokade politik merupakan
bentuk ancaman non-militer berdimensi politik yang seringkali digunakan oleh pihak-
pihak lain untuk menekan negara lain. Ke depan, bentuk ancaman yang berasal dari luar
negeri diperkirakan masih berpotensi terhadap Indonesia, yang memerlukan peran dari
fungsi pertahanan non-militer untuk menghadapinya. Ancaman yang berdimensi politik
yang bersumber dari dalam negeri dapat berupa penggunaan kekuatan berupa pengerahan
massa untuk menumbangkan suatu pemerintahan yang berkuasa, atau menggalang
kekuatan politik untuk melemahkan kekuasaan pemerintah. Selain itu, ancaman
separatisme merupakan bentuk lain dari ancaman politik yang timbul di dalam negeri.
Sebagai bentuk ancaman politik, separatisme dapat menempuh pola perjuangan politik
tanpa senjata dan perjuangan bersenjata. Pola perjuangan tidak bersenjata sering ditempuh
untuk menarik simpati masyarakat internasional. Oleh karena itu, separatisme sulit
dihadapi dengan menggunakan kekuatan militer. Hal ini membuktikan bahwa ancaman di
bidang politik memiliki tingkat resiko yang besar yang dapat mengancam kedaulatan,
keutuhan, dan keselamatan bangsa.

3. Ancaman di Bidang Ekonomi

Ancaman kedaulatan Indonesia dalam bidang ekonomi, di antaranya adalah sebagai


berikut.
a. Indonesia akan kedatangan oleh barang-barang dari luar dengan adanya perdagangan
bebas yang tidak mengenal adanya batas-batas negara. Hal ini mengakibatkan semakin
terdesaknya barang-barang lokal terutama yang tradisional karena kalah bersaing dengan
barang-barang dari luar negeri.

b. Perekonomian negara kita akan dikuasai oleh pihak asing, seiring dengan semakin
mudahnya orang asing menanamkan modalnya di Indonesia. Pada akhirnya mereka dapat
menekan pemerintah atau bangsa kita. Dengan demikian bangsa kita akan dijajah secara
ekonomi oleh negara investor.

c. Persaingan bebas akan menimbulkan adanya pelaku ekonomi yang kalah dan menang.
Pihak yang menang secara leluasa memonopoli pasar, sedangkan yang kalah akan menjadi
penonton yang senantiasa tertindas. Akibatnya, timbulnya kesenjangan sosial yang tajam
sebagai akibat dari adanya persaingan bebas tersebut.

d. Sektor-sektor ekonomi rakyat yang diberikan subsidi semakin berkurang, koperasi


semakin sulit berkembang dan penyerapan tenaga kerja dengan pola padat karya semakin
ditinggalkan sehingga angka pengangguran dan kemiskinan susah dikendalikan.

e. Memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

4. Ancaman di Bidang Sosial Budaya

Ancaman di bidang sosial budaya dapat dibedakan atas ancaman dari dalam dan dari luar.
Ancaman dari dalam ditimbulkan oleh isu-isu kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan,
dan ketidakadilan. Adapun ancaman dari luar timbul sebagai akibat dari pengaruh negatif
globalisasi, di antaranya adalah sebagai berikut.

a. Munculnya gaya hidup konsumtif dan selalu mengkonsumsi barangbarang dari luar
negeri.
b. Munculnya sifat hedonisme, yaitu kenikmatan pribadi dianggap sebagai suatu nilai
hidup tertinggi. Hal ini membuat manusia suka memaksakan diri untuk mencapai
kepuasan dan kenikmatan pribadinya tersebut, meskipun harus melanggar norma-norma
yang berlaku di masyarakat.

c. Adanya sikap individualisme, yaitu sikap selalu mementingkan diri sendiri serta
memandang orang lain itu tidak ada dan tidak bermakna.

d. Munculnya gejala westernisasi, yaitu gaya hidup yang selalu berorientasi kepada
budaya barat tanpa diseleksi terlebih dahulu, seperti meniru model pakain yang biasa
dipakai orang-orang barat yang sebenarnya bertentangan dengan nilai dan norma-norma
yang berlaku, misalnya memakai rok mini, lelaki memakai anting-anting dan sebagainya.
e. Semakin memudarnya semangat gotong royong, solidaritas, kepedulian dan
kesetiakawanan sosial.

f. Semakin lunturnya nilai keagamaan dalam kehidupan bermasyarakat.

5. Ancaman di Bidang Pertahanan dan Keamanan

Seiring dengan berjalannya waktu, proses penegakan pertahanan dan keamanan dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak semudah yang dibayangkan atau semudah
dalam pembicaraan yang bersifat teoritis semata. Masih adanya masalah teror dan konflik
SARA yang terjadi pada suatu wilayah memiliki tujuan yang sama yaitu tidak ingin
bangsa Indonesia hidup damai dan tentram. Oleh karena itu, lemahnya penerapan dan
penegakan hukum dan keadilan harus terus ditingkatkan. Semakin bermunculan masalah
di suatu wilayah mengakibatkan hilangnya tingkat kewibawaan hukum dan kemerosotan
wibawa para penegaknya. Dengan demikian,kita harus mengantisipasi ancaman sedini
mungkin di bidang pertahanan dan keamanan, baik secara militer maupun non-militer.

(22).Ancaman di Bidang IPOLEKSOSBUDHANKAM

1. Ancaman di Bidang Ideologi


Secara umum Indonesia menolak dengan tegas paham komunis dan zionis. Akibat dari
penolakan tersebut, tentu saja pengaruh dari negara-negara komunis dapat dikatakan tidak
dirasakan oleh bangsa Indonesia, kalaupun ada pengaruh tersebut sangat kecil ukurannya.
Akan tetapi, meskipun demikian bukan berarti bangsa Indonesia terbebas dari pengaruh
paham lainnya, misalnya pengaruh liberalisme. Saat ini kehidupan masyarakat Indonesia
cenderung mengarah pada kehidupan liberal yang menekankan pada aspek kebebasan
individual. Sebenarnya liberalisme yang didukung oleh negara-negara barat tidak hanya
mempengaruhi bangsa Indonesia, akan tetapi hampir semua negara di dunia. Hal ini
sebagai akibat dari era globalisasi. Globalisasi ternyata mampu meyakinkan kepada
masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa manusia ke arah kemajuan dan
kemakmuran. Tidak jarang hal ini mempengaruhi pikiran masyarakat Indonesia untuk
tertarik pada ideologi tersebut. Akan tetapi, pada umumnya pengaruh yang diambil justru
yang bernilai negatif, misalnya dalam gaya hidup yang diliputi kemewahan, pergaulan
bebas yang cenderung mengarah pada dilakukannya perilaku seks bebas dan perbuatan
dekadensi moral lainnya. Hal tesebut apabila tidak segera diatasi akan menjadi ancaman
bagi kepribadian bangsa Indonesia yang sesungguhnya.
2. Ancaman di Bidang Politik
Ancaman di bidang politik dapat bersumber dari dalam negeri maupun luar negeri. Dari
luar negeri, ancaman di bidang politik dilakukan oleh suatu negara dengan melakukan
tekanan politik terhadap Indonesia. Intimidasi, provokasi, atau blokade politik merupakan
bentuk ancaman non-militer berdimensi politik yang seringkali digunakan oleh pihak-
pihak lain untuk menekan negara lain. Ke depan, bentuk ancaman yang berasal dari luar
negeri diperkirakan masih berpotensi terhadap Indonesia, yang memerlukan peran dari
fungsi pertahanan non-militer untuk menghadapinya. Ancaman yang berdimensi politik
yang bersumber dari dalam negeri dapat berupa penggunaan kekuatan berupa pengerahan
massa untuk menumbangkan suatu pemerintahan yang berkuasa, atau menggalang
kekuatan politik untuk melemahkan kekuasaan pemerintah. Selain itu, ancaman
separatisme merupakan bentuk lain dari ancaman politik yang timbul di dalam negeri.
Sebagai bentuk ancaman politik, separatisme dapat menempuh pola perjuangan politik
tanpa senjata dan perjuangan bersenjata. Pola perjuangan tidak bersenjata sering ditempuh
untuk menarik simpati masyarakat internasional. Oleh karena itu, separatisme sulit
dihadapi dengan menggunakan kekuatan militer. Hal ini membuktikan bahwa ancaman di
bidang politik memiliki tingkat resiko yang besar yang dapat mengancam kedaulatan,
keutuhan, dan keselamatan bangsa.
3. Ancaman di Bidang Ekonomi
Pada saat ini ekonomi suatu negara tidak bisa berdiri sendiri. Hal tersebut merupakan
bukti nyata dari pengaruh globalisasi. Dapat dikatakan, saat ini tidak ada lagi negara yang
mempunyai kebijakan ekonomi yang tertutup dari pengaruh negara lainnya. Pengaruh
globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan di
mana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin
terintegrasi tanpa rintangan batas teritorial negara. Globalisasi perekonomian
mengharuskan penghapusan seluruh batasan dan hambatan terhadap arus modal, barang
dan jasa. Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan menjadi kabur
dan keterkaitan antara ekonomi nasional dengan perekonomian internasional akan semakin
erat. Globalisasi perekonomian di satu pihak akan membuka peluang pasar produk dari
dalam negeri ke pasar internasional secara kompetitif, sebaliknya juga membuka peluang
masuknya produk-produk global ke dalam pasar domestik. Hal tersebut tentu saja selain
menjadi keuntungan, juga menjadi ancaman bagi kedaulatan ekonomi suatu
negara.Ancaman kedaulatan Indonesia dalam bidang ekonomi, di antaranya adalah sebagai
berikut.
a. Indonesia akan kedatangan oleh barang-barang dari luar dengan adanya perdagangan
bebas yang tidak mengenal adanya batas-batas negara. Hal ini mengakibatkan semakin
terdesaknya barang-barang lokal terutama yang tradisional karena kalah bersaing dengan
barang-barang dari luar negeri.
b. Perekonomian negara kita akan dikuasai oleh pihak asing, seiring dengan semakin
mudahnya orang asing menanamkan modalnya di Indonesia. Pada akhirnya mereka dapat
menekan pemerintah atau bangsa kita. Dengan demikian bangsa kita akan dijajah secara
ekonomi oleh negara investor.
c. Persaingan bebas akan menimbulkan adanya pelaku ekonomi yang kalah dan menang.
Pihak yang menang secara leluasa memonopoli pasar, sedangkan yang kalah akan menjadi
penonton yang senantiasa tertindas. Akibatnya, timbulnya kesenjangan sosial yang tajam
sebagai akibat dari adanya persaingan bebas tersebut.
d. Sektor-sektor ekonomi rakyat yang diberikan subsidi semakin berkurang, koperasi
semakin sulit berkembang dan penyerapan tenaga kerja dengan pola padat karya semakin
ditinggalkan sehingga angka pengangguran dan kemiskinan susah dikendalikan.
e. Memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Apabila hal-hal yang
dinyatakan di atas berlaku dalam suatu negara, maka dalam jangka pendek pertumbuhan
ekonominya menjadi tidak stabil.
Dalam jangka panjang pertumbuhan yang seperti ini akan mengurangi lajunya
pertumbuhan ekonomi. Pendapatan nasional dan kesempatan kerja akan semakin lambat
pertumbuhannya dan masalah pengangguran tidak dapat diatasi atau malah semakin
memburuk.
4. Ancaman di Bidang Sosial Budaya
Ancaman di bidang sosial budaya dapat dibedakan atas ancaman dari dalam dan dari luar.
Ancaman dari dalam ditimbulkan oleh isu-isu kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan,
dan ketidakadilan. Isu tersebut menjadi titik pangkal timbulnya permasalahan, seperti
premanisme, separatisme, terorisme, kekerasan, dan bencana akibat perbuatan manusia.
Isu tersebut akan mengancam persatuan dan kesatuan bangsa, nasionalisme, dan
patriotisme. Adapun ancaman dari luar timbul sebagai akibat dari pengaruh negatif
globalisasi, di antaranya adalah sebagai berikut.
a. Munculnya gaya hidup konsumtif dan selalu mengkonsumsi barangbarang dari luar
negeri.
b. Munculnya sifat hedonisme, yaitu kenikmatan pribadi dianggap sebagai suatu nilai
hidup tertinggi.Hal ini membuat manusia suka memaksakan diri untuk mencapai kepuasan
dan kenikmatan pribadinya tersebut, meskipun harus melanggar norma-norma yang
berlaku di masyarakat. Seperti mabuk-mabukan, pergaulan bebas, foya-foya dan
sebagainya.
c. Adanya sikap individualisme, yaitu sikap selalu mementingkan diri sendiri serta
memandang orang lain itu tidak ada dan tidak bermakna. Sikap seperti ini dapat
menimbulkan ketidakpedulian terhadap orang lain, misalnya sikap selalu menghardik
pengemis, pengamen, dan sebagainya.
d. Munculnya gejala westernisasi, yaitu gaya hidup yang selalu berorientasi kepada
budaya barat tanpa diseleksi terlebih dahulu, seperti meniru model pakain yang biasa
dipakai orang-orang barat yang sebenarnya bertentangan dengan nilai dan norma-norma
yang berlaku, misalnya memakai rok mini, lelaki memakai anting-anting dan sebagainya.
e. Semakin memudarnya semangat gotong royong, solidaritas, kepedulian dan
kesetiakawanan sosial.
f. Semakin lunturnya nilai keagamaan dalam kehidupan bermasyarakat.
5. Ancaman di Bidang Pertahanan dan Keamanan
Seiring dengan berjalannya waktu, proses penegakan pertahanan dan keamanan dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak semudah yang dibayangkan atau semudah
dalam pembicaraan yang bersifat teoritis semata. Masih adanya masalah teror dan konflik
SARA yang terjadi pada suatu wilayah memiliki tujuan yang sama yaitu tidak ingin
bangsa Indonesia hidup damai dan tentram. Oleh karena itu, lemahnya penerapan dan
penegakan hukum dan keadilan harus terus ditingkatkan. Semakin bermunculan masalah
di suatu wilayah mengakibatkan hilangnya tingkat kewibawaan hukum dan kemerosotan
wibawa para penegaknya. Dengan demikian,kita harus mengantisipasi ancaman sedini
mungkin di bidang pertahanan dan keamanan, baik secara militer maupun non-militer.
(23). Wawasan Nusantara

Wawasan Nusantara merupakan cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan
lingkungannya berdasarkan ide nasional yang dilandasi Pancasila dan UUD 1945 serta
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa demi mencapai tujuan nasional. Wawasan
Nusantara merupakan wawasan bangsa Indonesia.

1. Memahami Wawasan Nusantara Demi Meningkatkan Kesadaran Berbangsa Dan


Bernegara
Wawasan Nusantara merupakan suatu konsep di dalam cara pandang dan
pengaturan yang mencakup segenap kehidupan bangsa yang dinamakan astagatra
meliputi aspek alami (trigatra) dan aspek sosial (pancagatra)
a. Aspek Trigatra
1) Letak dan bentuk geografis
2) Keadaan dan kemampuan penduduk
3) Keadaan dan kekayaan alam
b. Aspek Pancagatra
1) Ideologi
2) Politik
3) Ekonomi
4) Sosial budaya
5) Pertahanan keamanan
Tumbuhnya kesadaran masyarakat berwawasan nusantara dipengaruhi oleh
unsur-unsur berikut:
a) Wadah
Wadah kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara meliputi seluruh
wilayah Indonesia yang memiliki kekayaan alam dan penduduk dengan aneka
ragam budaya. Negara kesatuan RI yang merupakan organisasi kenegaraan
adalah wadah kegiatan kenegaraan dalam wujud supra politik. Sementara itu,
wadah dalam kehidupan bermasyarakat adalah berbagai lembaga dalam wujud
infra politik.
b) Isi
Yang dimaksud isi wawasan nusantara adalah aspirasi bangsa yang
berkembang di masyarakat dan cita-cita serta tujuan nasional yang terdapat
dalam pembukaan UUD 1945. Untuk mencapai cita-cita dan tujuan tersebut
harus mampu diciptakan persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan
kehidupan nasional.
c) Tata Laku
Tata laku merupakan hasil interaksi antara wadah dan isi, yang melahirkan
prilaku bangsa Indonesia baik tata laku bhatiniah dan lahiriah. Tata laku
bhatiniah mencerminkan jiwa, semangat, dan mentalitas yang baik bagi bangsa
Indonesia. Sedangkan tata laku lahiriah tercermin dalam tindakan, perbuatan,
dan prilaku yang baik dari bangsa Indonesia yang berdasarkan kekeluargaan
dan kebersamaan yang memiliki rasa bangga dan cinta kepada bangsa dan
negara dalam semua aspek kehidupan.
2. Dasar hukum wawasan nusantara
Wawasan Nusantara telah diterima dan disahkan sebagai konsepsi politik
kewarganegaraan yang termaktub/tercantum dalam dasar-dasar berikut ini :
1.    Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1973 tanggal 22 maret 1973
2.    TAP MPR Nomor IV/1978 tanggal 22 maret 1978 tentang GBHN
3.    TAP MPR Nomor II/MPR/1983 tanggal 12 maret 1983
3. Kedudukan, Fungsi, Dan Tujuan Wawasan Nusantara
Wawasan nusantara berkedudukan sebagai landasan visional dalam
menyelenggarakan kehidupa nasional. Visi bangsa sesuai dengan wawasan nusantara
adalah menjadi bangsa yang satu dengan wilayah yang satu dan utuh pula.
Wawasan nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi, dorongan, dan rambu-
rambudalam menentukan segala kebijakan, keputusan, tindakan, dan perbuatan bagi
penyelenggaraan negara bagi seluruh rakyat indonesia dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Wawasan nusantara bertujuan mewujudkan
nasionalisme yang tinggi disegala aspek kehidupan rakyat indonesia yang lebih
mengutamakan kepentingan nasional daripada kepentingan individual, kelompok
golongan, suku bangsa, atau daerah.
Pemahaman tentang wawasan nusantara akan memengaruhi ingginya kesadaran
berbangsa dan bernegara setiap manusia. Seseorang yang telah memiliki pemahaman
akan wawasan nusantara diharapkan memiliki sikap nasionalisme yang tinggi di
segala aspek kehidupan. Dengan demikian, ia akan mengutamakan kepentingan
nasional daripada kepentingan individu.
Pemahaman akan wawasan nusantara dapat diimplementasikan dalam berbagai
bidang kehidupan seperti berikut :
a. Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan politik, akan menciptakan
iklim
penyelenggara negara yang sehat dan dinamis.
b. Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan ekonomi, akan menciptakan
tatanan ekonomi yang benar-benar menjamin pemenuhan dan peningkatan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata.
c. Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan sosial budaya, akan
menciptakan
sikap batiniah dan lahiriah yang mengakui,menerima dan menghormati segala
bentuk
perbedaan atau keBhinekaan sebagai kenyataan hidup sekaligus karunia Sang
Pencipta.
d. Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan pertahanan dsn keamanan,
akan menumbuh-kembangkan kesadaran cinta tanah air dan bangsa yang lebih
lanjut akan membentuk sikap bela negara pada setiap warga negara Indonesia.
Setiap warga negara yang telah memahami wawasan nusantara dapat
mengimplementasikan dalam berbagai aspek kehidupan sebagai bentuk kesadaran
berbangsadan bernegara. Implementasi yang tepat akan mampu menciptakan
kehidupan yang akrab, toleran, peduli, saling menghormati, dan taat hukum. Dengan
demikian, tercermin kesadaran berbangsa dan bernegara serta semangat kebangsaan.
4. Upaya menumbuhkan wawasan nusantara
Berikut ini contoh kegiatan yang dapat dilakukan dalam upaya membangun
semangat kebangsaan.
a. Mengikuti upacara dengan khidmat
b. Mendengarkan cerita sejarah dari para veteran dan sejarawan atau tokoh
masyarakat lainnya
c. Berkunjung ke museum-museum perjuangan
d. Mengikuti perlombaan-perlombaan yang dapat mengharumkan naa bangsa dan
negara
e. Menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dengan sebaik-baiknya
f. Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama

(24). Integrasi Nasional

Integrasi Nasional: proses penyatuan berbagai kelompok sosial dan budaya dalam satu
kesatuan wilayah dalam rangka pembentukan suatu identitas nasional.

1. Faktor- faktor Pembentuk Integrasi Nasional


a. Munculnya tekad serta keinginan untuk bersatu.
b. Adanya ideologi nasional yang tercermin dalam simbol negara.
c. Munculnya ancaman dari luar yang menumbuhkan nasionalisme.
d. Adanya kepribadian dan pandangan hidup sama, yaitu Pancasila.
e. Merasa senasib dan seperjuangan yang dilatarbelakangi oleh faktor sejarah.
2. Faktor- faktor Penghambat Integrasi Nasional
a. Kurangnya toleransi antargolongan.
b. Munculnya krisis berkepanjangan yang berakibat pada konflik sosial.
c. Kurangnya penghargaan terhadap kemajemukan dalam masyarakat.
d. Adanya ketidakpuasan terhadap ketimpangan dan ketidakmerataan hasil
pembangunan.
e. Kurangnya kesadaran terhadap ancaman dan gangguan dari luar.
3. Tantangan dalam Menjaga Integrasi Nasional demi Keutuhan NKRI
a. Bersifat Global
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat
b. Bersifat Nasional
Mengawal NKRI agar tetap utuh dan bersatu
4. Ancaman terhadap Integrasi Nasional
a. Ancaman Nonmiliter
 Pengaruh gaya hidup
 Hilangnya jiwa nasionalisme
 Tidak menggunakan produk dalam negeri
b. Ancaman Militer
 Agresi/ invasi (penggunaan kekuatan bersenjata)
 Sabotase (merusak instalasi penting)
 Spionase (dilakukan negara lain untuk mendapatkan rahasia militer)
 Pelanggaran wilayah
 Aksi teror bersenjata
 Ancaman keamanan di laut dan udara

(25)Pengaruh Kemajuan IPTEK

Indikator soal: Dampak Negatif Kemajuan IPTEK pada Bidang Sosial

Dampak negatif IPTEK dalam bidang Sosial

a. Kenakalan dan tindak penyimpangan dikalangan remaja dengan mengakses situs


porno, dan oknum-oknum yang menggunakan media facebook, twitter, dll sebagai
media porstitusi yang sudah jelas dapat merusak moral para generasi muda.
b. Melemahkan rasa gotong-royong dan saling tolong-menolong yang menjadi ciri khas
masyarakat Indonesia.
c. Manusia menjadi malas. Karena telah dimanjakan oleh teknologi, sehingga kita tidak
perlu repot bertemu dengan seseorang. Dengan teknologi, kita tetap dapat bertatap
muka meskipun tidak bertemu dengan orang tersebut.
d. Dengan berkembangnya industri dan kegiatan ekonomi, maka memungkinkan orang
hidup dalam lapangan pekerjaan tersebut. Hal tersebut dapat dilihat dari angka-angka
yang menunjukan bahwa pekerja di pabrik atau perusahaan terus meningkat
sedangkan bekerja di sektor pertanian makin menurun.
e. Nilai sosial juga berubah. Pada masa lalu orang merasa bahwa menjadi pegawai
negeri dinilai lebih tinggi status sosialnya dibandingkan para pedagang atau
pengusaha. Sekarang menjadi pengusaha atau karyawan pabrik dianggap sebagai
tenaga profesional yang mempunyai nilai status yang tinggi.
f. Timbulnya serangkaian kejahatan baru. Ini merupakan dampak yang sangat umum
dan wajar terjadi disemua bidang, baik itu bidang pendidikan, kesehatan,
perekonomian, pemerintahan, perbankan dan lain sebagainya. Serangkaian kejahatan
baru yang muncul ini dapat memotivasi individu lain untuk turut serta melakukan atau
bahkan menciptakan kejahatan baru dengan melalui media yang sama yaitu dengan
memanfaatkan media TIK. Mereka akan turut serta karena mereka berfikir kejahatan
dunia maya sulit ditangkap.
g. Pola interaksi antarmanusia yang berubah. Kehadiran komputer pada kebanyakan
rumah tangga golongan menengah ke atas telah merubah pola interaksi keluarga.
Komputer yang disambungkan dengan telefon telah membuka peluang bagi siapa saja
untuk berhubungan dengan dunia luar. Program internet relay chatting (IRC), internet,
dan e-mail telah membuat orang asyik dengan kehidupannya sendiri. Selain itu,
tersedianya berbagai warung internet (warnet) telah memberi peluang kepada banyak
orang yang tidak memiliki komputer dan saluran internet sendiri untuk berkomunikasi
dengan orang lain melalui internet. Kini semakin banyak orang yang menghabiskan
waktunya sendirian dengan komputer. Melalui program internet relay chatting (IRC)
anak-anak bisa asyik berkomunikasi dengan teman dan orang asing kapan saja.

(26)Pengaruh Kemajuan IPTEK

Indikator soal: Dampak Negatif Kemajuan IPTEK pada Bidang Budaya

a. Munculnya gaya hidup konsumtif dan selalu mengonsumsi barangbarang dari luar
negeri.
b. Munculnya sifat hedonisme, yaitu kenikmatan pribadi dianggap sebagai suatu nilai
hidup tertinggi. Hal ini membuat manusia suka memaksakan diri untuk mencapai
kepuasan dan kenikmatan pribadinya tersebut, meskipun harus melanggar norma-
norma yang berlaku di masyarakat. Seperti mabuk-mabukan, pergaulan bebas, foya-
foya, dan sebagainya.
c. Munculnya gejala westernisasi, yaitu gaya hidup yang selalu berorientasi kepada
budaya Barat tanpa diseleksi terlebih dahulu, seperti meniru model pakaian yang biasa
dipakai orang-orang barat yang sebenarnya bertentangan dengan nilai dan norma-
norma yang berlaku misalnya memakai rok mini, lelaki memakai anting-anting, dan
sebagainya.
d. Makin memudarnya budaya luhur bangsa Indonesia seperti: gotong royong,
solidaritas, kepedulian, dan kesetiakawanan sosial.
e. Lunturnya budaya nasional
(27). Dampak positif kemajuan IPTEK pada bidang ekonomi

 Produktifitas dunia industri semakin meningkat. Kemajuan teknologi akan


meningkatkan kemampuan produktivitas dunia industri baik dari aspek teknologi
industri maupun pada aspek jenis produksi
 Pertumbuhan ekonomi akan semakin tinggi
 Persaingan dalam dunia kerja sehingga menuntut pekerja untuk selalu menambah skill
dan pengetahuan yang dimiliki.
 Semakin maraknya penggunaan TIK akan semakin membuka lapangan pekerjaan
 Perusahaan dapat menjangkau pasar lebih luas, karena pembeli yang mengakses
internet tidak dibatasi tempat dan waktu
 Perusahaan tidak perlu membuka cabang distribusi
 Pengeluaran lebih sedikit, karena pegawai tidak banyak
 Harga barang lebih murah, karena biaya operasionalnya murah
 Bisnis yang berbasis TIK atau yang biasa disebut e-commercedapat mempermudah
transaksi-transaksi bisnis suatu perusahaan atau perorangan
 Pemanfaatan teknologi untuk membuat layanan baru dalam perekonomian dan bisnis
antara lain internet banking, SMS banking, dan e-commerce

(28).Dinamika Persatuan dan Kesatuan Bangsa


Indikator Soal : Siswa dapat menganalisis masa pemerintahan 18 Agustus 1945 s.d 27
Desember 1949

 Periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949

a. Bentuk Negara:
Bentuk NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) adalah negara kesatuan yang
berbentuk republik, seperti yang di jelaskan dalam Pasal 1 ayat (1) UUD’

b. UUD yang dijalankan:


UUD yang di gunakan adalah UUD’45 yang di rancang pada sidang BPUPKI dan di
sahkan pada sidang PPKI I. UUD’45terdiri atas tiga bagian yaitu Pembukaan, Batang
Tubuh, dan Penjelasan.Perlu dikemukakan bahwa Batang Tubuh terdiri atas 16 bab
yangterbagi menjadi 37 pasal, serta 4 pasal Aturan Peralihan dan 2 ayatAturan
Tambahan.

c. Sistem Pemerintahan:
Sistem pemerintahan yang digunakan adalah Presidensial. Dalam masa peralihan ini
kekuasaan presiden sangat besar karena seluruh kekuasaan MPR, DPR, dan DPA,
sebelum lembaga itu terbentuk. Dijalankan oleh presiden dengan bantuan Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang di bentuk pada sidang PPKI II dan di lantik
pada tanggal 29 Agustus 1945 di Gedung Kesenian Pasar Baru. Namun tugas berat
juga dibebankan kepada presiden untuk mengatur dan menyelenggarakan segala hal
yang ditetapkan UUD 1945.
d. Kepala Negara:
Presiden Ir.Soekarno dan wakil presiden Moh. Hatta yang dipilih dan diangkat
menjadi presiden dan wakil presiden. 

e. Kepala Pemerintahan:
Pemerintahan dipimpin oleh Persiden Ir. Soekarno sesuai dengan UUD’45.

f. Kabinet yang digunakan:


Kabinet di Periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949 berubah – ubah. Kabinet RI
yang pertama terdiri dari 12 menteri memimpin departemen dan 4 menteri negara.
Namun kabinet ini dipimpin oleh Presiden Soekarno, para mentri bertanggung jawab
kepada Presiden sehingga indonesia menganut Presidensiil.
Dalam kehidupan negara demokratis terbentuk beberapa partai politik di Indonesia.
Ada banyaknya partai politik maka dikeluarkan maklumat Pemerintah 14 November
1945 kabinet berubah menjadi kabinet parlementer dengan Sultan Syahrir menjadi
Perdana Mentri I di Indonesia. Perubahan kabinet ini dimaksud agar bangsa Indonesia
mendapat dukungan dari negara – negara barat yang menganut paham demokrassi dan
kabinet parlementer.

 UUD 1945 Sebelum Amandemen (18 Agustus 1945- 27 Desember 1949)


UUD 1945 dinyatakan sebagai hukum dasar yang sah dan berlaku di Indonesia
sejak ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI (Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia). Rumusan UUD 1945 sebenarnya menggunakan rumusan hasil
sidang BPUPKI yang sudah mengalami perubahan dan penyempurnaan dan ditetapkan
pada sidang PPKI.
Sistematika UUD 1945 terdiri dari tiga bagian yaitu:
a. Pembukaan terdiri dari empat alinea.
b. Batang Tubuh terdiri dari 16 Bab, 37 Pasal. IV Aturan Peralihan dan II Aturan
Tambahan.
c. Penjelasan.
Pembukaan UUD 1945 yang terdiri dari empat alinea itu, juga mempunyai pokok-
pokok pikiran yang sangat penting, yaitu:
a. Negara Indonesia adalah suatu negara yang berdasarkan paham negara persatuan.
b. Dasar negara adalah Pancasila, yaitu :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Batang tubuh UUD 1945, yang dipertegas dalam penjelasan UUD 1945, mengatur
tentang sistem pemerintahan negara, yaitu:
a. Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (Pasal 1).
b. Sistem kostitusional, yaitu pemerintah berdasar atas konstitusi (hukum dasar), jadi
tidak bersifat kekuasaan yang tidak terbatas. (Pasal 1)
c. Presiden ialah penyelenggara pemerintah negara menurut Undang-Undang Dasar
(Pasal 4).
d. Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara, yang diangkat dan diberhentikan oleh
Presiden(Pasal 17).
e. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas, kepala negara harus tunduk pada
Konsitusi (Pasal
f. DPR tidak dapat dibubarkan oleh Presiden (Pasal 7).
Undang-Undang Dasar 1945 pelaksanaan aturan pokok ketatanegaraan menjadi 2
periode, yaitu:
a. Periode 18 Agustus 1945 - 14 November 1945
 Bentuk negara : negara kesatuan
 Bentuk pemerintahan : republik
 Bentuk kabinet : kabinet presidensial
b. Periode 14 November 1945 - 27 Desember 1949
 Bentuk negara : negara kesatuan
 Bentuk pemerintahan : republik
 Bentuk kabinet : kabinet parlementer

(29). Demokrasi Pancasila


Demokrasi berasal dari bahasa yunani. Demos artinya rakyat dan cratos artinya
pemerintahan. Jadi arti kata demokrasi adalah pemerintahan rakyat. Abraham Lincon
mengemukakan bahwa demokrasi adalah pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat.
Sementara itu Sidne Hook menyatakan bahwa demokrasi adalah bentuk pemerintahan
dengan pengambilan keputusan secara langsung dan tidak langsung yang diambil dari
kesepakatan mayoritas rakyat dewasa.

A. Hakikat Demokrasi
Demokrasi memberikan kesempatan bagi rakyat berperan dalam bidang sosial
hingga politik. Pemerintahan dari rakyat (government of the people), oleh rakyat (by
people), dan untuk rakyat (for the people). Terdapat dua bentuk demokrasi yaitu
demokrasi langsung dan demokrasi tidak langsung. Demokrasi langsung adalah bentuk
demokrasi dimana warganegara secara langsung ikut permusyawaratan menentukan
kebijakan umum dan perundang-undangan. Sedangkan demokrasi tidak langsung
warganegara menentukan kebijakan umum melalui sistem perwakilan yang dipilih
melalui pemilu. Demokrasi berkedudukan sebagai bentuk pemerintahan, sistem politik,
dan sikap hidup.

B. Bentuk pemerintahan secara klasik menurut Plato.


1. Monarki adalah bentuk pemerintahan dimana raja sebagai penguasa untuk
kepentingan rakyat banyak.
2. Tirani adalah bentuk pemerintahan dimana seseorang berkuasa untuk kepentingan
pribadi.
3. Aristokrasi adalah bentuk pemerintahan yang menjadi penguasa adalah sekelompok
dan diperuntukan untuk rakyat banyak.
4. Demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana rakyat sebagai penguasa dan
diperuntukkan untuk rakyat.
5. Mobokrasi adalah bentuk pemeeintahan yang mana rakyat tidak tahu menahu dan
tidak untuk rakyat.

C. Macam-macam Demokrasi
1. Berdasarkan titik perhatiannya
Macam-macam demokrasi berdasarkan titik perhatiannya ada 3.
- Pertama demokrasi formal dimana semha orang sama dalam bidang politik
dan individu diberikan kebebasan.
- Kedua demokrasi material dimaba manusia sama dalam bidang sosial ekonomi
sedang dalam bidang politik tidak di prioritaskan.
- Ketiga adalah demokrasi campuran dimana semua memiliki peraamaan drajat
dan hak setiap orang dan mampu menxiptakan kesejahteraan seluruh rakyat.
2. Berdasarkan ideologinya
Terdapat dua bentuk demokrasi berdasarkan ideologinya.
- Pertama liberal dimana individu memiliki kebebasan luas
- kedua adalah komunis dimana semua warga memiliki kedudukan yang sama
dalam hukum dan politik.
3. Berdasarkan sistem pemerintahannya
Ada dua macam demokrasi berdasarkan sistem pemerintahannya yaitu demokrasi
parlementer dan demokrasi presidensiil.
- Demokrasi parlementer memiliki ciri bahwa DPR lebih tinggi dari pada
pemerintah, menteri bertanggungjawab terhadap parlemen, kedudukan kepala
negara sebagai simbol.
- Demokrasi presidensiil memiliki ciri presiden merupakan badan ekaekutif,
presiden dipilih oleh rakyat, presiden mengangkat menteri, menteri tidak
bertanggungjawab terhadap parlemen, dan kedudukan presiden sama dengan
parlemen.
D. Prinsip-prinsip Sistem Politik Demokrasi
Berikut adalah beberapa prinsip sistem pemerintaha demokrasi:
1. Pembagian kekuasaan menjadi eksekutif, lwgislatif, dan yudikatif.
2. Pemerintah konstitusional.
3. Pemerintah berdasarkan hukum.
4. Pemerintah mayoritas.
5. Pemilu bebas.
6. Partai politik lebih dari satu.
7. Manajemen terbuka.
8. Pers bebas.
9. Pengakuan hak minoritas.
10. Perlindungan HAM.
11. Peradilan bebas.
12. Administrasi diawasi.
13. Kebijakan pemerintah oleh badan perwakilan.
14. Penempatan pejabat merit sistem bukan pool.
15. Penyelesaian secara dalam bukan kompromi.
16. Jaminan kebebasan individu.
17. Konstitusi demokrasi.
18. Prinsip persetujuan.

E. Proses Demokrasi (Demokratisasi)


1. Tahap pertama adalah pergantian penguasa non demokrasi menjadi demokrasi.
2. Tahap kedua pembentukan lembaga dan tertib politik demokrasi.
3. Konsolidasi demokrasi.
4. Praktek demokrasi sebagai budaya politik bernegara.

F. Budaya Demokrasi
1. Menurut Henri B. Mayo
Budaya demokrasi menurut Henri yaitu menyelesaikan masalah secara damai,
pergantian pemimpin dengan teratur, meminimalisir paksaan, menegakkan keadilan,
memajukan ilmu pengetahuan, dan pengakuan terhadap kebebasan.
2. Menurut Zamroni 2001
Menurut Zamroni budaya demokrasi yaitu toleransi, bebas berpendapat,
mwnghormati perbedaan, memahami keanekaragaman, terbuka dalam komunikasi,
percaya diri, menghargai, kebersamaan.
3. Menurut Nurcholia Madjid 2003
Budaya demokrasi menurut Nurcholis diantara kesadaran akan pluralisme, prinsip
musyawarah, adanaya pertimbangan moral, mufakat secara jujur dan adil,
pemenuhan segi ekonomi, kerjasama antarwarga, pandangan hidup demokrasi dalam
sistem pendidikan.

G. Lembaga Demokrasi (Miriam Budiardjo 1997)


1. Pemerintah yang bertanggungjawab.
2. Dewan perwakilan (representatif, pemilu, dan pengawasan pemerintah).
3. Partai politik lebih dari satu.
4. Pers dan media masa bebas dan bertanggungjawab.
5. Sistem peradilan bebas dan menjamin HAM.

H. Periodesasi Demokrasi di Indonesia


1. Tahun 1945-1959 (demokrasi parlementer).
2. Tahun 1959-1965 (demokrasi terpimpin).
3. Tahun 1965-1990 ( demokrasi pancasila terpimpin).
4. Tahun 1898-sekarang (demokrasi pancasila)
I. Nilai-nilai Demokrasi Pancasila
1. Nilai dan ptinsip keTuhanan.
2. Pengakuan dan penghormatan HAM.
3. Nilai dan prinsip perstauna dan kesatuan Bangsa.
4. Kedaulatan rakyat.
5. Keadilan sosial.
6. Negara hukum.
7. Perwakilan.
8. Permusyawaratan.
9. Pemerintah konstitusional

J. Penyimpangan Demokrasi Pancasila (OrBa)


1. Pemilu tidak jujur dan adil.
2. Politik PNS mololoyalitas.
3. TNI POLRI dominan sosial politik.
4. Kurang adanya kebebasan berpendapat.
5. Sisten partai tidak otonom.
6. KKN
7. Pembatasab jumlah partai politik.
8. Pembatasan pers.

K. Upaya Perbaikan Demokrasi Pancasila


1. Pemilu lebih demokratis.
2. Partai poliyik lebih mandiri.
3. Penghormatan HAM.
4. Meningkatkan fungsi lembaga (DPR, Pers, LSM, dll)
5. Memberi peluang kepada daerah.

(30). Sistem Ketatanegaraan

Indikator soal: Sistem Pemerintahan Presidensial di Indonesia

1. Setelah Proklamasi Kemerdekaan / Sebelum Amandemen ( 18 Agustus – 27


Desember )
 Konstitusi yang berlaku adalah UUD 1945
 Pemerintahan berdasarkan sistem konstitusi ( hukum dasar ), tidak absolutisme
( berdasarkan kekuasaan belaka )
 Kekuasan tertinggi negara berada di tangan MPR
 Presiden penyelenggara pemerintahan tertinggi di bawah MPR
 Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR
 Kekuasaan negara dibatasi
 Bentuk negara kesatuan
 Sistem pemerintahan presidensial ( menteri bertanggung jawab kepada presiden )
 Masih ada DPA ( Dewan Pertimbanagn Agung )
2. Setelah Amandemen sampai sekarang ( 19 Oktober 1999 – Sekarang )
 Konstitusi yang berlaku UUD 1945 Amandemen
 Kedaulatan ditangan rakyat dan dilaksanakan berdasarkan UUD
 Kedudukan sejajar antara presiden dan dengan DPR
 MPR terdiri dari DPR dan DPD lewat pemilu
 Presiden memegang kekuasaan menurut UUD
 Pemilu dilaksanakan untuk memilih presiden, wapres, DPR, DPD
 DPR memiliki fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan
 Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan yang merdeka dan dipegang oleh
Mahkamah Agung
 Bentuk negara kesatuan
 Sistem pemerintahan presidensial
 Bentuk pemerintahan republik
 DPA telah dihapus

(31).Siswa dapat mengidentifikasi sumber hukum dalam sistem hukum dan peradilan
nasional dari beberapa sudut pandang

Sumber hukum adalah tempat dapat ditemukan aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan


hukum. Sumber hukum dapat ditinjau dari beberapa sudut pandang :
a. Materiel
Sumber hukum dalam arti materiel adalah sumber hukum yang menentukan isi hukum.
Contoh hukum materiel adalah nilai agama, kesusilaan, kehendak tuhan, akal budi, jiwa
bangsa, hubungan sosial, hubungan kekuatan politik, dan keadaan geografis.
b. Formal
Sumber hukum dalam arti formal merupakan ketentuan-ketentuan hukum yang telah
mempunyai bentuk formal. Contoh sumber hukum formal sebagai berikut.
1) Undang-undang
Undang-undang dalam arti sempit adalah setiap peraturan atau ketetapan yang
dibentuk oleh alat perlengkapan negara yang diberi kekuasaan membentuk undang-
undang dan diundangkan sebagaimana mestinya. Undang-undang dalam arti luas
adalah setiap peraturan atau ketetapan yang isinya berlaku mengikat kepada setiap
orang atau berlaku umum.
2) Yurisprudensi
Yurisprudensi adalah keputusan hakim terdahulu yang dijadikan sebgaai sumber
hukum oleh hakim lain dalam memutuskan perkara serupa yang belum diatur oleh
undang-undang.
3) Kebiasaan
Kebiasaan meliputi semua peraturan yang tidak ditetapkan oleh pemerintah, tetapi
ditaati oleh seluruh rakyat dan bersifat tetap yang dilakukan masyarakat sebagai
suatu kwajiban seperti hukum adat.
4) Traktat
Traktat meruapakan perjanjian antarnegara yang mengikat bagi para anggota
perjanjian tersebut.
5) Doktrin
Doktrin adalah pendapat para ahli dalam memberikan pandangannya terhadap
hukum tertentu

(32). Struktur Ketatanegaraan


Indikator soal : Siswa dapat menunjukkan perubahan struktur ketatanegaraan berdasarkan
Undang-undang Dasar 1945, sebelum dan sesudah amandemen.

Sebelum amandemen

MPR
UUD 1945

DPR Presiden BPK DPA MA

Sesudah amandemen

UUD 1945

BPK MPR PRESIDEN MA MK KY

DPD DPR WAPRES

Perbedaan sebelum dan sesudah amandemen

Perbedaan Sebelum Sesudah


Kekuasaan tertinggi MPR UUD 1945
DPA  -
DPD - 
MK & KY - 

(33). Otonomi Daerah

A.    Pengertian Otonomi Daerah


1. Pemberian kewenangan pemerintahan kepada pemerintah daerah untuk secara mandiri
atau berdaya untuk membuat keputusan mengenai kepentingan daerahnya sendiri.
2. Pelimpahan kewenangan dan tanggung jawab dari pemerintahan pusat ke pemerintah
daerah.
B.     Latar Belakang Terjadinya Otonomi Daerah
1.      Pembagian kewenangan yang tidak adil dan tidak merata.
2.      Adanya kesenjangan sosial.
3.      Untuk mengurangi pelimpahan kekuasaan
C.    Tujuan Adanya Otonomi Daerah
a)      Dari Ekonomi
Meningkatkn pendapatan asli daerah tersebut tetapi memerlikan partisipasi masyarakat.
b)      Dari Sosial Budaya
Supaya masyarakat lebih fokus memajukan budaya daerahnya sendiri.
c)      Dari Pemerintahan
Akan terwujud pemerintahan yang efisien.
D. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada
daerah otonom untuk mengartur dan mengurus urusan pemerintahan  dalam kerangka
NKRI

(34). Perkembangan Pengelolaan Kekuasaan Negara di Pusat dan Daerah dalam


Mewujudkan Tujuan Negara Indonesia

A. Tujuan Negara Republik Indonesia

1. Teori Tujuan Negara

a. Teori Plato
Teori Plato menyatakan bahwa negara bertujuan untuk memajukan kesusilaan manusia, baik
sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial.

b. Teori Negara Kekuasaan


Ada dua tokoh yang menganut teori Negara Kekuasaan , yaitu Shang Yang dan Nicholo
Machiavelli. Menurut Shang Yang, tujuan negara adalah mengumpulkan kekuasaan yang
sebesar-besarnya. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara menyiapkan tentara yang kuat,
berdisiplin dan bersedia menghadapi segala kemungkinan sehingga negara akan kuat.
Sebaliknya, rakyat harus lemah sehingga tunduk kepada negara. Senada dengan Shang Yang,
Machiavelli mengatakan bahwa tujuan negara adalah menghimpun dan memperbesar
kekuasaan negara agar tercipta kemakmuran, kebesaran, kehormatan dan kesejahteraan
rakyat.

c. Teori Teokratis (Kedaulatan Tuhan)


Menurut teori Teokratis, tujuan negara adalah untuk mencapai penghidupan dan kehidupan
aman serta tentram dengan taat kepada dan di bawah pimpinan Tuhan. Pimpinan negara
menjalankan kekuasaannya hanyalah berdasarkan kekuasaan Tuhan yang diberikan
kepadanya. Di antara para filusuf yang menganut teori ini adalah Thomas Aquinas dan
Agustinus.

d. Teori Negara Polisi


Menurut teori Negara Polisi, negara bertujuan semata-mata menjaga keamanan dan ketertiban
negara serta pelindung hak serta kebebasan warganya. Untuk mencapai hal itu, perlu dibentuk
peraturan perundangundangan yang mencerminkan kehendak seluruh rakyat. Di sisi lain,
negara tidak boleh turut campur dalam urusan pribadi dan ekonomi warganya. Teori ini
digulirkan oleh Immanuel Kant.

e. Teori Negara Hukum


Dalam pandangan teori Negara Hukum, negara bertujuan menyelenggarakan ketertiban
hukum dengan berdasarkan dan berpedoman pada hukum. Dalam negara hukum segala
kekuasaan alat-alat pemerintahannya didasarkan atas hukum. Semua orang tanpa kecuali
harus tunduk dan taat pada hukum, hanya hukumlah yang berkuasa dalam negara itu. Teori
ini digulirkan oleh Krabbe.

f. Teori Negara Kesejahteraan


Tujuan negara menurut teori ini adalah untuk mewujudkan kesejahteraan umum. Dalam hal
ini negara dipandang sebagai alat untuk mencapai tujuan bersama, yaitu suatu tatanan
masyarakat yang didalamnya terdapat kebahagian, kemakmuran dan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat negara tersebut. Pencetus teori ini adalah Mr. Kranenburg.

2. Rumusan Tujuan Negara Republik Indonesia

Pada UUD 1945 alinea ke 4


1) Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
2) Memajukan kesejahteraan umum
3) Mencerdaskan kehidupan bangsa
4) Ikut melaksanakan ketertiban dunia dengan berdasar kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial

B. Pengelolaan Kekuasaan Negara di Tingkat Pusat Menurut Undang-Undang Dasar


Negara Republik Indonesia Tahun 1945

1. Lembaga-Lembaga Pemegang Kekuasaan Negara

1. Kekuasaan pembentuk UU
Dipegang oleh DPR, berdasarkan pasal 20 ayat 1: “DPR memegang kekuasaan membentuk
UU”. Apabila RUU telah ditetapkan oleh DPR menjadi UU yang tidak disahkan oleh
Presiden setelah 30 hari UU tersebut akan berlaku dengan sendirinya.
Sebelum amandemen kekuasaan tersebut dipegang oleh presiden.
-  DPR memiliki hak yaitu: hak angket, hak interpelasi dan hak menyatakan pendapat.
2. Kekuasaan pemerintahan negara
Disebut sebgai eksekutif. Dipegang oleh presiden.
Sebelum amandemen, MPR, DPR dan MA belum dibentuk.
Kekuasaan presiden meliputi:
1. Kekuasaan pemerintahan (pasal 4 ayat 1)
2. Kekuasaan membentuk UU (pasal 5 ayat 1)
3. Panglima tertinggi angkatan bersenjata (pasal 10)
Setelah amandemen:
1. Presiden bukan pembentuk UU
2. Tidak berwenang mengankat anggota MPR dari utusan golongan
3. Presiden memperhatikan pertimbangan DPR ketika memberikan amnesti dan abolisi dan
memperhatikan pertimbangan MA Ketika memberikan grasi dan rehabilitasi

C. Kekuasaan kehakiman/yudikatif
Dijalankan oleh MA beserta pengadilan dibwahnya berdasarkan pasal 24 ayat 1
Dan kekuasaan kehakiman dipegang oleh MA dan MK berdasarkan pasal 24 ayat 2

2. Peran Pemerintah Pusat dalam Mewujudkan Tujuan Negara

1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia


2. Memajukan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia
Pasal 33
(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup
orang banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
pergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Pasal 34
(1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.
(2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.
(3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak.
3. Mencerdaskan kehidupan seluruh rakyat Indonesia
(1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
(2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.
(3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.
(4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran
pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk
memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.
(5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-
nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat
manusia.
4. Aktif melaksanakan ketertiban dunia.

C. Pengelolaan Kekuasaan Negara di Daerah Menurut Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945

1. Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Indonesia

a. Landasan hukum penyelenggaraan pemerintahan daerah


1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1945 Tentang Peraturan Mengenai
Kedudukan Komite Nasional Daerah
2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1948 Tentang Penetapan Aturan-
Aturan Pokok Mengenai Pemerintahan Sendiri di Daerah-daerah yang Berhak Mengatur
dan Mengurus Rumah Tangganya Sendiri
3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1957 Tentang Pokok-Pokok
Pemerintahan Daerah
4) Penetapan Presiden Nomor 6 Tahun 1959 Tentang Pemerintahan Daerah
5) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1965 Tentang Pokok-Pokok
Pemerintahan Daerah
6) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok
Pemerintahan di Daerah
7) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan
Daerah
8) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Daerah
9) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2005 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
10) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

b. Susunan pemerintahan daerah

Perkembangan Susunan Pemerintahan Daerah di Indonesia

1. Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1945


a. Badan Perwakilan Rakyat Daerah yang merupakan penjelmaan dari Komite
Nasional Daerah.
b. Badan eksekutif daerah yang dipilih oleh Komite Nasional Indonesia bersama
dengan dan dipimpin oleh kepala daerah dalam menjalankan pemerintahan sehari-
hari.
c. Kepala daerah merupakan ketua lembaga legislatif di daerah.

2. Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 1948


a. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
b. Pemerintah daerah yang dipilih dan bertanggungjawab kepada kepala daerah yang
diangkat oleh Presiden untuk provinsi, Menteri Dalam Negeri untuk kabupaten, dan
kepala daerah provinsi untuk desa.

3. Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1957


a. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
b. Dewan Pemerintah Daerah (DPD)

1) Dipilih oleh dan dari anggota DPRD atas dasar perwakilan berimbang dari partai-
partai politik dan diketuai oleh kepala daerah (ex-officio).
2) Kepala daerah dipilih langsung oleh rakyat.
3) DPD dan kepala daerah bertanggung jawab secara kolegial kepada DPRD.

4. Penetapan Presiden Nomor 6 Tahun 1959 Pemerintah daerah terdiri dari kepala daerah
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Gotong Royong (DPRD-GR) .
a. Kepala Daerah
(1) Gubernur diangkat dan diberhentikan oleh Presiden, bupati/walikotamadya oleh
Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah.
(2) Pengangkatan kepala daerah berasal dari calon yang diajukan dari DPRD yang
bersangkutan, dan dapat dimungkinkan dari luar DPRD.
(3) Kepala daerah adalah alat Pemerintah Pusat sekaligus Pemerintah Daerah.
(4) Kepala Daerah dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh Badan Pemerintah
Harian yang diangkat dari calon-calon yang diajukan dari DPRD (baik calon dari
anggota DPRD maupun dari luar anggota DPRD).

b. DPRD-GR
1) Terdiri dari wakil golongangolongan politik dan golongan-golongan karya.
2) Anggota DPRD-GR diajukan oleh kepala daerah kepada instansi atasan mereka
masingmasing (golongan politik dan golongan karya).
3) Kepala daerah secara ex-officio adalah Ketua DPRD-GR (bukan anggota).

5. Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 1965


a. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
1) DPRD bertanggung jawab kepada Pemerintah Daerah.
2) Pemerintah Daerah adalah DPRD dan kepala daerah.
3) Komposisi keanggotaan adalah 40-75 orang untuk provinsi (Daerah Tingkat I),
25-40 orang untuk kabupaten/kotamadya (Daerah Tingkat II), dan 15-25 orang
untuk kecamatan/kotapraja (Daerah Tingkat III).

b. Kepala daerah, sebagai alat Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yang dalam
menjalankan pemerintahan sehari-hari dibantu oleh Badan Pemerintah Harian (BPH).

6. Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1974


a. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
b. Kepala Daerah
1) Kepala Daerah Tingkat I karena jabatannya adalah kepala wilayah provinsi yang
disebut gubernur.
2) Kepala Daerah Tingkat II karena jabatannya adalah kepala wilayah
kabupaten/kotamadya yang disebut bupati/walikotamadya.

7. Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 1999


a. Kepala daerah provinsi (gubernur), kepala daerah kabupaten (bupati), kepala daerah
kota (walikota) camat, lurah/kepala desa.
b. Di daerah dibentuk DPRD (sebagai badan legislatif daerah) dan pemerintah daerah
(sebagai badan eksekutif daerah).
c. Pemerintah daerah terdiri atas kepala daerah dan perangkat daerah lainnya.
d. DPRD berkedudukan sejajar dan menjadi mitra dari pemerintah daerah.
e. Dalam menjalankan tugasnya, gubernur bertanggung jawab kepada DPRD provinsi,
bupati dan walikota bertanggung jawab kepada DPRD kabupaten/kota.

8. • Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004


• Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 2005
• Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2008

a. Pemerintahan Daerah
1) Pemerintahan daerah provinsi terdiri atas pemerintah daerah provinsi dan
DPRD provinsi.
2) Pemerintahan daerah kabupaten/kota terdiri atas pemerintah daerah
kabupaten/kota dan DPRD kabupaten/kota.
b. Pemerintah daerah sebagaimana dimaksud di atas terdiri atas kepala daerah dan
perangkat daerah.
c. DPRD merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah dan berkedudukan sebagai
unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah, yang memiliki fungsi legislasi,
anggaran, dan pengawasan

c. Kewenangan pemerintahan daerah

Perkembangan Kewenangan Pemerintahan Daerah di Indonesia


1. Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1945
a. Membuat peraturan rumah tangga sendiri (peraturan daerah) selama tidak
bertentangan dengan peraturan pemerintah pusat.
b. Kepala daerah menjalankan urusan pemerintahan pusat di daerah, kecuali urusan-
urusan yang sudah dijalankan oleh kantor-kantor departemen di daerah.

2. Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 1948


Pemerintah Pusat berkewajiban menyerahkan sebanyak-banyaknya kewenangan dan
aneka urusan pemerintahan pada daerah.

3. Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1957


a. Mengatur dan mengurus segala urusan rumah tangganya dalam bentuk perda, kecuali
urusan yang oleh undang-undang diserahkan kepada penguasa lain.
b. Mengatur segala urusan yang belum diatur oleh Pemerintah Pusat di daerah tingkat
atas.

4. Penetapan Presiden Nomor 6 Tahun 1959


a. Menyelenggarakan urusan rumah tangga daerah/otonom di mana kepala daerah
bertindak sebagai pemegang eksekutif pelaksanaan urusan tersebut.
b. Menyelenggarakan koordinasi antar- jawatan-jawatan Pemerintah Pusat di daerah, dan
antara jawatan-jawatan tersebut dengan pemerintah daerah.
c. Menjalankan kewenangan lain yang terletak dalam bidang urusan Pemerintah Pusat.

5. Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 1965


Daerah memiliki kewenangan dalam urusan otonomi dan tugas pembantuan yang
pelaksanaannya dipertanggungjawabkan oleh kepala daerah kepada DPRD.

6. Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1974


Pemerintah daerah berhak, berwenang, dan berkewajiban mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri.

7. Nomor 22 Tahun 1999


a. Kewenangan menjalankan semua urusan pemerintahan kecuali di bidang politik luar
negeri, pertahanan dan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama.
b. Kewenangan wajib daerah adalah di bidang pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan
dan kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman
modal, lingkungan hidup, pertanahan, koperasi, dan. tenaga kerja.
c. Kewenangan provinsi adalah kewenangan otonom yang meliputi kewenangan dalam
bidang
pemerintahan yang bersifat lintas kabupaten dan kota, kewenangan dalam bidang
pemerintahan tertentu lainnya, dan kewenangan yang tidak atau belum dapat
dilaksanakan kabupaten dan kota.
8. • Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004
• Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 2005
• Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2008
a. Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas
pembantuan.
b. Urusan otonom pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang ditentukan menjadi
urusan Pemerintah, yakni politik luar negeri; pertahanan dan keamanan; yustisi;
moneter dan fiskal nasional; dan agama.
c. Urusan tugas pembantuan dalam menyelenggarakan urusan politik luar negeri,
pertahanan dan keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama..

2. Peran Pemerintahan Daerah dalam Mewujudkan Tujuan Negara

a. Melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional, serta


keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat;
c. Mengembangkan kehidupan demokrasi;
d. Mewujudkan keadilan dan pemerataan;
e. Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan;
f. Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan;
g. Menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak;
h. Mengembangkan sistem jaminan sosial;
i. Menyusun perencanaan dan tata ruang daerah;
j. Mengembangkan sumber daya produktif di daerah;
k. Melestarikan lingkungan hidup;
l. Mengelola administrasi kependudukan;
m. Melestarikan nilai sosial budaya;
n. Membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai dengan
kewenangannya;
o. Kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Kemudian, selain mempunyai kewajiban, pemerintahan daerah juga mempunyai hak selaku
pengelola daerah otonom, di antaranya adalah:
a. mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya;
b. memilih pimpinan daerah;
c. mengelola aparatur daerah;
d. mengelola kekayaan daerah;
e. memungut pajak daerah dan retribusi daerah;
f. mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya
yang berada di daerah;
g. mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah; dan mendapatkan hak lainnya
yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

D. Pembagian Urusan Pemerintahan


1. Politik luar negeri
2. Pertahanan dan keamanan
3. Peradilan/yustisi,
4. Moneter dan fiskal nasional
5. Agama

Urusan Wajib Pemerintahan Daerah Provinsi Urusan Wajib Pemerintahan Daerah


Provinsi:

a. perencanaan dan pengendalian pembangunan;


b. perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;
c. penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;
d. penyediaan sarana dan prasarana umum;
e. penanganan bidang kesehatan;
f. penyelenggaraan pendidikan;
g. penanggulangan masalah sosial;
h. pelayanan bidang ketenagakerjaan;
i. fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah;
j. pengendalian lingkungan hidup;
k. pelayanan pertanahan;
l. pelayanan kependudukan, dan catatan sipil;
m. pelayanan administrasi umum pemerintahan;
n. pelayanan administrasi penanaman modal;
o. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; dan
p. urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.

Urusan Wajib Pemerintahan Daerah Provinsi Urusan Wajib Pemerintahan Daerah


Kabupaten/Kota:

a. perencanaan dan pengendalian pembangunan;


b. perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;
c. penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;
d. penyediaan sarana dan prasarana umum;
e. penanganan bidang kesehatan;
f. penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial;
g. penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/kota;
h. pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota;
i. fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah termasuk lintas
kabupaten/kota;
j. pengendalian lingkungan hidup;
k. pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupaten/kota;
l. pelayanan kependudukan, dan catatan sipil;
m. pelayanan administrasi umum pemerintahan;
n. pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas kabupaten/kota;
o. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan oleh
kabupaten/kota; dan
p. urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.

(35). Dinamika Pengelolaan Kekuasaan Negara


Indikator soal : Siswa dapat memberikan contoh pembagian hukum dan penggolongan
hukum dalam sistem hukum dan peradilan nasional.

Jenis Penggolongan Macam Pengertian Contoh


Berdasarkan Hukum undang- Hukum yang tercantum UU Sisdiknas
Sumbernya undang di dalam peraturan
perundang-undangan  
 

Hukum adat dan Hukum yang diambil


hukum kebiasaan dari peraturan-peraturan Hukum adat
adat dan kebiasaan Sunda
 
 
Hukum
yurisprudensi Hukum yang terbentuk KUHP
dari putusan pengadilan
 

Hukum yang ditetapkan


Hukum traktat oleh Negara peserta Hukum batas
perjanjian internasional Negara
 
 
 
Hukum yang berasal
Hukum doktrin dari pendapat para ahli
hukum terkenal
Berdasarkan Hukum tertulis Hukum yang dapat KUHP, KUHD,
bentuknya ditemui dalam bentuk KUHAP
  tulisan dan dicantumka
dalam berbagai  
  peraturan Negara.
 
  Hukum tertulis terbagi
atas:  
 
a)   Hukum yang  
dikodifikasi
 
b)   Hukum yang tidak
dikodifikasi
 
 

Hukum yang masih Hukum kebiasaan


Hukum yang tidak dan hukum adat
hidup dalam keyakinan
tertulis
dan kenyataan dalam
masyarakat yang
bersangkutan
Berdasarkan isinya Hukum public Hukum yang mengatur Hukum tata
hubungan antar warga Negara, hukum
  Negara dan Negara yang pidana, hukum
menyangkut acara pidana
  kepentingan
umum/public

 
Hukum privat Hukum
Hukum yang mengatur perdata,hukum
hubungan antara orang dagang
yang satu dengan yang
lain dan bersifat pribadi
Berdasarkan tempat Hukum nasional Hukum yang berlau di Hukum Indonesia
berlakunya dalam suatu Negara
 

Hukum Hukum yang mengatur Perjanjian


internasional hubungan dua Negara internasional
atau lebih
 

Hukum yang berlaku Hukum


dalam Negara lain kewarganegaraan,
Hukum asing hukum perang,
  hukum perdata
  internasional

Kaidah yang ditetapkan


gereja untuk para
anggotanya
Hukum gereja
Berdasarkan masa Hukum positif (ius Hukum yang berlaku Hukum pidana
berlakunya constitutum) saat ini
 
   

Hukum pidana
Hukum yang akan nasional yang
datang (ius belum disusun
constituendum) Hukum yang dicita-
citakan,diharapkan, atau  
  direncanakan akan
berlaku pada masa yang
  akan dating
Piagam PBB
Hukum universal,   tentang DUHAM
hukum asasi atau
hukum alam Hukum yang berlaku
tanpa mengenal batas
ruang dan waktu.
Berlaku sepanjang masa,
dimana pun terhadap
siapa pun
Berdasarkan cara Hukum material Hukum yang mengatur KUHP
mempertahankannya tentang isi hubungan
  antarsesama anggota  
masyarakat,antar
  anggota masyarakat  
dengan penguasa
  Negara,antar masyarakat
degan penguasa Negara
 

Hukum yang mengatur


bagaimana cara
Hukum formal penguasa Hukum acara
mempertahankan dan PTUN
menegakan serta
melaksanakan kaidah-
kaidah hukum material
dan bagaimana cara
menuntutnya apabila
hak seseorang telah
dilanggar oleh orang
lain.
Berdasarkan sifatnya Kaidah hukum Hukum dalam keadaan Ketentuan pasal
yang memaksa apapun mutlak ditaati 340 KUH Pidana

     

   

Kaidah hukum Ketentuan pasal


yang mengatur dan 1152 KUH
melengkapi Kaidah hukum yang Perdata
dapat dikesampingkan
para pihak dengan jalan
membuat ketentuan
khusus dalam suatu
perjanjian yang mereka
adakan

(36). Dinamika Pengelolaan Kekuasaan Negara

Indikator soal: siswa dapat menguraikan sistem dan peran lembaga peradilan nasional
(pengadilan umum)

Peradilan Umum (Peradilan Sipil) adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah


Agung yang menjalankan kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan pada
umumnya. Peradilan umum meliputi:
A. Pengadilan Negeri
Pengadilan negeri merupakan organ kekuasaan kehakiman dalam lingkungan Peradilan
Umum yang berkedudukan di Ibukota Kabupaten/Kota dan memiliki daerahhukum
yang mencakup wilayah kabupaten/kota tersebut.
B. Pengadilan Tinggi
Pengadilan tinggi merupakan organ kekuasaan kehakiman dalam lingkungan Peradilan
Umum yang berkedudukan di ibukota Propinsi, dan memiliki daerah hukum mencakup
wilayah Propinsi. Peranan lembaga peradilan dalam Pengadilan tinggi merupakan
lembaga peradilan yang mempunyai posisi di ibu kota provinsi. Adapun dari peranan
pengadilan tinggi adalah :
 Mengadili pidana di tingkat banding atau provinsi
 Pengadilan tinggi mempunyai peran sebagai pihak yang menjaga jalannya peradilan
di tingkat pertama
 Pengadilan negeri juga mempunyai peran untuk memberikan pertimbangan dan
nasehat hukum kepada pemerintah

(37). Dinamika Pengelolaan Kekuasaan Negara

Indikator soal: Siswa dapat menguraikan sistem dan peran lembaga peradilan nasional
(Pengadilan Khusus)

Macam – macam peradilan khusus di Indonesia terdiri atas delapan macam yakni sebagai
berikut:
A.Peradilan anak.
Tugas peradilan anak adalah untuk memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara
anak dengan batas umur sekurang kurangnya berumur delapan tahun tetapi belum
mencapai umur delapan belas tahun dan belum pernah kawin dengan hakim tunggal.
Disamping itu, Ketua Pengadilan Negeri dapat menunjuk majelis hakin dalam hal
tertentu apabila ancaman pidana atas tindak pidana yang dilakukan anak yang
bersangkutan lebih lima tahun dan pembuktiannya cukup sulit. Kemudian, hakim yang
memeriksa dan memutus dalam peradilan anak ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan
Ketua mahkamah agung (MA) atas usul Ketua Pengadilan Negeri (PN) yang
bersangkutan melalui Ketua Pengadilan Tinggi (PT).
B. Peradilan niaga.
Tugas peradilan niaga adalah untuk memeriksa, mengadili dan memutus perkara-
perkara seperti perkara kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU),
perkara hak kekayaan intelektual, dan perkara lembaga penjamin simpanan sesuai
peraturan perundang – undangan yang berlaku.
C. Peradilan hak asasi manusia (HAM).
Tugas peradilan HAM adalah untuk memeriksa, mengadili dan memutus perkara
pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang terdiri atas genosida dan kejahatan
terhadap kemanusiaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan yang
berlaku.
D.Peradilan hubungan industrial.
Tugas peradilan hubungan industrial adalah untuk memeriksa, mengadili dan memutus
perkara perselisihan hubungan industrial sesuai peraturan perundangan – undangan
yang berlaku.
E. Peradilan tindak pidana korupsi (TIPIKOR).
Tugas peradilan tindak pidana korupsi adalah untuk memeriksa, mengadili dan
memutus perkara perkara tindak pidana korupsi sesuai peraturan perundangan –
undangan yang berlaku.
F. Peradilan perikanan.
Tugas peradilan perikanan adalah untuk memeriksa, mengadili dan memutus perkara
tindak pidana di bidang perikanan sesuai peraturan perundangan – undangan yang
berlaku.
G.Peradilan pajak.
Tugas peradilan pajak adalah untuk memeriksa, mengadili dan memutus sengketa pajak
sesuai peraturan perundangan – undangan yang berlaku.
H.Mahkamah Syariah.
Tugas mahkamah Syariah adalah untuk memeriksa, mengadili dan memutus perkara
kekuasaan dan kewenangan Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama,
ditambah dengan kekuasaan dan kewenangan Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi
Agama, ditambah dengan kekuasaan dan kewenangan lain yang berkaitan dengan
kehidupan masyarakat dalam ibadah dan syiar Islam yang ditetapkan dalam Qanun
sesuai peraturan perundangan – undangan yang berlaku. Peradilan adalah suatu proses
memeriksa, memutus dan mengadili suatu kasus / perkara hukum oleh perangkat hukum
berwenang yang dilaksanakan di pengadilan.Pengadilan adalah badan, lembaga, atau
instansi resmi pemerintah yang berfungsi untuk melaksanakan proses peradilan dengan
memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara / kasus hukum. Perlu diketahui
bahwa peradilan anak, peradilan pengadilan niaga, peradilan hak asasi manusia,
peradilan hubungan industrial, peradilan tindak pidana korupsi, dan peradilan perikanan
berada dibawah lingkup peradilan umum. Sedangkan peradilan pajak berada di bawah
lingkup peradilan tata usaha negara. Terakhir, Mahkamah Syariah berada dibawah
lingkup peradilan agama. Badan peradilan tertinggi di Indonesia adalah Mahkamah
Agung (MA). Mahkamah Agung merupakan lembaga tinggi negara dalam kekuasaan
kehakiman untuk melakukan proses peradilan tertinggi yang berwenang dalam
memeriksa, mengadili dan memutus suatu kasus / perkara hukum.

(38). Dinamika Pengelolaan Kekuasaan Negara


Indikator soal : siswa dapat menguraikan sistem dan peran kepolisian.
Wewenang Kepolisian RI dalam Undang-undang No.2 tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
A. Fungsi Kepolisian
Pasal 2 :” Fungsi Kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan Negara di bidang
pemelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, penegak hukum, perlindungan,
pengayoman dan pelayanan masyarakat”.
Pasal 3: “(1) Pengemban fungsi Kepolisian adalah Kepolisian Negara Republik
Indonesia yang dibantu oleh : a. kepolisian khusus, b. pegawai negri sipil dan/atau c.
bentuk-bentuk pengamanan swakarsa. (2) Pengemban fungsi Kepolisian sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf a,b, dan c, melaksanakan fungsi Kepolisian sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum masing-masing.
B. Tugas pokok Kepolisian
Pasal 13: Tugas Pokok Kepolisian Negara Rrepublik Indonesia dalam UU No.2 tahun
2002 adalah sebagai berikut:
a.Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat
b.Menegakkan hukum
c.Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.
Penjabaran tugas Kepolisian di jelaskan lagi apada Pasal 14 UU Kepolisian RI.
C. Kewenangan Kepolisian
Pada Pasal 15 dan 16 UU Kepolisian RI adalah perincian mengenai tugas dan
wewenang Kepolisian RI, sedangkan Pasal 18 berisi tentang diskresi Kepolisian yang
didasarkan kepada Kode Etik Kepolisian. Sesuai dengan rumusan fungsi, tugas pokok,
tugas dan weweang Polri sebagaimana diatur dalam UU No. 2 tahun 2002, maka dapat
dikatakan fungsi utama kepolisian meliputi :
1) Tugas Pembinaan masyarakat (Pre-emtif)
Segala usaha dan kegiatan pembinaan masyarakat untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat, kesadaran hukum dan peraturan perundang-undangan. Tugas Polri
dalam bidang ini adalah Community Policing, dengan melakukan pendekatan
kepada masyarakat secara sosial dan hubungan mutualisme, maka akan tercapai
tujuan dari community policing tersebut. Namun, konsep dari Community
Policing itu sendiri saat ini sudah bias dengan pelaksanaannya di Polres-polres.
Sebenarnya seperti yang disebutkan diatas, dalam mengadakan perbandingan
sistem kepolisian Negara luar, selain harus dilihat dari administrasi
pemerintahannya, sistem kepolisian juga terkait dengan karakter sosial
masyarakatnya. Konsep Community Policing sudah ada sesuai karakter dan
budaya Indonesia ( Jawa) dengan melakukan sistem keamanan lingkungan
( siskamling) dalam komunitas-komunitas desa dan kampong, secara bergantian
masyarakat merasa bertangggung jawab atas keamanan wilayahnya masing-
masing. Hal ini juga ditunjang oleh Kegiatan babinkamtibmas yang setiap saat
harus selalu mengawasi daerahnya untuk melaksanakan kegiata-kegiatan khusus.
2) Tugas di bidang Preventif
Segala usaha dan kegiatan di bidang kepolisian preventif untuk memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat, memelihara keselematan orang, benda dan
barang termasuk memberikan perlindungan dan pertolongan , khususnya
mencegah terjadinya pelanggaran hukum. Dalam melaksanakan tugas ini
diperlukan kemampuan professional tekhnik tersendiri seperti patrolil, penjagaan
pengawalan dan pengaturan.
3) Tugas di bidang Represif
Di bidang represif terdapat 2 (dua) jenis Peran dan Fungsi Kepolisian Negara
Republik Indonesia yaitu represif justisiil dan non justisiil. UU No. 2 tahun 2002
memberi peran Polri untuk melakukan tindakan-tindakan represif non Justisiil
terkait dengan Pasal 18 ayat 1(1) , yaitu wewenang ” diskresi kepolisian” yang
umumnya menyangkut kasus ringan.

(39). Sistem Ketatanegaraan

Teori Polybius
1. Monarki
Adalah : pemerintahan oleh satu orang (seorang raja) guna kepentingan seluruh
rakyat. Dalam monarki, kekuasaan Negara dipegang oleh satu orang tunggal yang
berkuasa, berbakat dan mempunyai sifat-sifat yang lebih unggul. Contoh yang sudah
terjadi Indonesia yang berpegangan pada bentuk negara Monarki yaitu pada zaman
kerajaan, seperti zaman kerajaan Majapahit. Lama kelamaan keturunan raja itu tidak
lagi menjalankan pemerintahan untuk kepentingan umum, melainkan hanya untuk
kepentingan pribadi, mulai memerintah dengan sewenang-wenang, kepentingannya
tidak mendapatkan perhatian sama sekali. Maka menjadi pemerintahan tunggal yang
sifatnya jelek. Terbentuklah bentuk Negara Tirani.
2. Tirani
Adalah : pemerintahan oleh satu orang untuk kepentingannya sendiri dan bersifat
sewenang-wenang.  Contoh yang sudah terjadi di Indonesia yang berpegangan pada
sistem pemerintahan Tirani yaitu pada masa keruntuhan kerajaan Majapahit setelah
kekuasaan Hayam Wuruk, dimana keruntuhan tersebut diakibatkan karena perebutan
tahta kekuasaan untuk kepentingan pribadi, bukan untuk rakyat. maka munculah
beberapa orang yang berani dan mempunyai sifat-sifat baik kaum cendekiawan.
Setelah kekuasaan beralih di tangan mereka. Mereka menjalankan pemerintahan
dengan sangat memperhatikan kepentingan umum, ini menyebabkan bentuk negara
berubah dari tirani menjadi aristokrasi.
3. Aristokrasi
Adalah : pemerintahan oleh sekelompok orang yaitu para cendekiwan guna
kepentingan seluruh rakyat.  Contoh yang sudah terjadi di Indonesia yang
berpegangan pada sistem pemerintahan Aristokrasi yaitu pada masa penjajahan
Jepang. Pada awalnya baik-baik saja, tapi lama-kelamaan, mungkin karena
keturunan mereka yang kemudian memegang pemerintahan itu tidak lagi
menjalankan pemerintahan yang berkeadilan dan untuk kepentingan rakyat. Tetapi
yang diperhatikan adalah kepentingan pribadi. Maka pemerintahan itu dipegang oleh
beberapa orang yang sifat pemerintahannya sangat buruk , ini menyebabkan bentuk
negara yang berubah dari bentuk aristokrasi menjadi oligarki. 
4. Oligarki
Adalah : pemerintahan oleh sekelompok orang guna kepentingan kelompoknya
sendiri. Contoh kasus yang sudah terjadi Indonesia yaitu pada masa pemerintahan
Soeharto. Pada masa kepemimpinan Soeharto, Indonesia mengalami berbagai
kemajuan di berbagi bidang, khususnya ekonomi. Tetapi seiring berjalannya waktu,
perekonomian Indonesia semakin terpuruk. Soeharto mencari keuntungan dari
perusahaan yang ia pegang, dan ia mengharapkan tidak ada yang dapat menyaingi
kekayaan dan kejayaannya selain keluarganya sendiri. Hal ini menimbulkan kontra
bagi masyarakat yang miskin. Dimana yang miskin akan semakin menderita, dan
yang kaya semakin berkuasa.Akhirnya rakyat memberontak dan munculah Negara
dimana pemerintahannya dijalankan oleh rakyat yang tujuannya untuk kepentingan
rakyat, maka terbentuklah Negara Demokrasi.
5. Demokrasi
Adalah : pemerintahan dari orang-orang (rakyat) yang tidak tahu sama sekali tentang
soal-soal pemerintahan. Contoh kasus yang sudah terjadi di Indonesia pada system
pemerintahan Demokrasi yaitu demokrasi yang sudah melewati batas, dimana rakyat
cenderung tidak memiliki etika dalam menyuarakan pendapatnya, seperti
demonstrasi masal mahasiswa untuk menurunkan pemerintah SBY-Boediono. Pada
awalnya pemerintahan yang dilaksanakan oleh rakyat memang baik, karena sangat
memperhatikan kepentingan rakyat, dan sangat menghargai persamaan serta
kebebasan. Tetapi kemudian lama-kelamaan, kebebasan itu tidak dihargai karena
menganggap bahwa kebebasan itu merupakan suatu hal yang biasa, malahan mereka
ingin bebas sama sekali dari peraturan-peraturan yang ada. Akibatnya lalu timbul
kekacauan, kebobrokan, korupsi marajela dimana-mana, sehingga peraturan hukum
tidak menjadi kekuatan yang mengikat, bahkan mereka bebas berbuat sesuka
hatinya, masing-masing orang ingin mengatur dan memerintah. Maka bentuklah
Negara yang demokrasi tadi menjadi okhlokrasi.
6. Okhlokrasi
Adalah : pemerintahan sesuka hati/sewenang-wenang oleh orang-orang (rakyat)
yang tidak tahu sama sekali tentang pemerintahan dan mementingkan kepentingan
golongannya saja. Karena adanya kekacauan yang ada, korupsi merajalela, dll maka
munculah seseorang bertangan besi untuk memimpin Negara tersebut. Oleh karena
itu, bentuk Negara kembali lagi ke monarki.
Sistem Pemerintahan Indonesia
Sistem Pemerintahan Kelebihan Sistem Pemerintahan Parlementer
- Pengaruh rakyat terhadap politik yang dijalankan sangat besar sehingga suara
rakyat sangat didengarkan oleh parlemen
- Dengan adanya parlemen sebagai perwakilan rakyat maka pengawasan
pemerintah dapat berjalan dengan baik
- Pembuat kebijakan bisa ditangani secara cepat sebab gambang terjadi penyesuaian
pendapat antara eksekutif & legislatif. Hal ini disebabkan kekuasaan eksekutif &
legislatif berada pada satu partai atau koalisi partai.
- Sistem pertanggungjawaban dalam pembuatan dan juga pelaksanaan kebijakan
publik sangat jelas.
Kelemahan Sistem Pemerintahan Parlementer
- Kabinet sering dibubarkan karena mendapatkan mosi tidak percaya Parlemen
- Keberhasilan sangat sulit dicapai jika partai di negara tersebut sangat
banyak( banyak suara).
- Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif. Pengalaman
mereka menjadi anggota parlemen dimanfaatkan dan manjadi bekal penting untuk
menjadi menteri atau jabatan eksekutif lainnya

Periode 1945 – 1949 (18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949)


Sistem pemerintahan: Presidensial.
Bentuk pemerintahan: Republik
Bentuk negara: Kesatuan
Konstitusi: UUD 1945
Periode 1949 – 1950 (27 Desember 1949 – 15 Agustus 1950)
Sistem pemerintahan: Parlemen semu (Quasi perlemen)
Bentuk pemerintahan: Republik
Bentuk negara: Serikat (federasi)
Konstitusi: Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS)
Periode 1950 – 1959 (15 Agustus 1950 – 5 Juli 1959)
Sistem pemerintahan: Parlementer
Bentuk pemerintahan: Republik
Bentuk negara: Kesatuan
Konstitusi: UUDS 1950
Periode 1959 – 1966 (18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949)
Sistem pemerintahan: Presidensial
Bentuk pemerintahan: Republik
Bentuk negara: Kesatuan
Konstitusi: UUD 1945
Periode 1966 – 1998 (Orde Baru – 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949)
Sistem pemerintahan: Presidensial
Bentuk pemerintahan: Republik
Bentuk negara: Kesatuan
Konstitusi: UUD 1945

(41) Nilai – Nilai Pancasila Terkait dengan Kasus – Kasus Pelanggaran Hak dan
Pengingkaran Kewajiban
Indikator soal: menyebutkan tiga contoh pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban

A. Kasus – Kasus Pelanggaran Hak


Pelanggaran hak adalah perbuatan seseorang atau kelompok yang sengaja atau
tidak sengaja melwana hukum membatasi hak seseorang atau sekelompok orang yang
dijamin undang – undang.
Contoh pelanggaran hak dalam kehidupan sehari – hari,
1. Penangkapan seseorang tanpa prosedur hukum yang tepat.
2. Pembatasn hak berserikat dan berkumpul.
3. Perlakuan yang berbeda dalam hukum.
4. Diskriminasi dalam pelayanan publik.
5. Perlakuan istimewa terhadap seseorang.
6. Pembunuhan, pencurian, perampokan, dan kekerasan.
B. Kasus – Kasus Pengingkaran Kewajiban
Pengingkaran kewajiban berarti tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana
mestinya. Berikut contoh kasus pengingkaran kewajiban dalam kehidupan sehari –
hari:
1. Kelalaian atau kesengajaan tidak membayar pajak.
2. Pelanggaran terhadap peraturan perundang – undangan.
3. Merusak fasilitas publik.
4. Tdak bersedia dalam upaya bela negara.
5. Mencemarkan nama baik Negara.

(42). Pelanggaran HAM dalam Perspektif Pancasila


Indikator soal: menyebutkan contoh kasus pelanggaran HAM di Indonesia
Contoh kasus pelanggaran ham di indonesia (20 contoh kasus) :

1.     Peristiwa Trisakti dan Semanggi (1998)


Tragedi Trisakti terjadi pada 12 Mei 1998. Peristiwa ini berkaitan dengan gerakan di
era reformasi yang gencar disuarakan di tahun 1998. Gerakan tersebut dipicu oleh
krisis moneter dan tindakan KKN presiden Soeharto, sehingga para mahasiswa
kemudian melakukan demo besar-besaran di berbagai wilayah yang kemudian
berujung dengan bentrok antara mahasiswa dengan aparat kepolisian.
Tragedi ini mengakibatkan (4 mahasiswa meninggal dan puluhan lainnya luka-luka).
Tragedi Semanggi I terjadi pada 11-13 November 1998 (17 orang warga sipil
meninggal) dan tragedi Semanggi II pada 24 September 1999 (1 orang mahasiswa
meninggal dan 217 orang luka-luka).
2.      Kasus Marsinah 1993
Kasus Marsinah terjadi pada 3-4 Mei 1993. Seorang pekerja dan aktivitas wanita PT
Catur Putera Surya Porong, Jatim
Peristiwa ini berawal dari aksi mogok yang dilakukan oleh Marsinah dan buruh PT
CPS. Mereka menuntun kepastian pada perusahaan yang telah melakukan PHK
mereka tanpa alasan. Setelah aksi demo tersebut, Marsinah malah ditemukan tewas 5
hari kemudian. Ia tewas di kawasan hutan Wilangan, Nganjuk dalam kondisi
mengenaskan dan diduga menjadi korban pelanggaran HAM berupa penculikan,
penganiayaan dan pembunuhan. Penyelidikan masih belum menemukan titik terang
hingga sekarang. 
3.      Aksi Bom Bali 2002
Peristiwa ini terjadi pada tahun 2002. Sebuah bom diledakkan di kawasan Legian
Kuta, Bali oleh sekelompok jaringan teroris.
Kepanikan sempat melanda di penjuru Nusantara akibat peristiwa ini. Aksi bom bali
ini juga banyak memicu tindakan terorisme di kemudian hari.
Peristiwa bom bali menjadi salah satu aksi terorisme terbesar di Indonesia. Akibat
peristiwa ini, sebanyak ratusan orang meninggal dunia, mulai dari turis asing hingga
warga lokal yang ada di sekitar lokasi.
4.      Peristiwa Tanjung Priok (1984)
Kasus tanjung Priok terjadi tahun 1984 antara aparat dengan warga sekitar yang
berawal dari masalah SARA dan unsur politis.
Peristiwa ini dipicu oleh warga sekitar yang melakukan demonstrasi pada pemerintah
dan aparat yang hendak melakukan pemindahan makam keramat Mbah Priok. Para
warga yang menolak dan marah kemudian melakukan unjuk rasa, hingga memicu
bentrok antara warga dengan anggota polisi dan TNI. Dalam peristiwa ini diduga
terjadi pelanggaran HAM dimana terdapat ratusan korban meninggal dunia akibat
kekerasan dan penembakan. 
5.      Kasus Penganiayaan Wartawan Udin (1996)
Kasus penganiayaan dan terbunuhnya Wartawan Udin (Fuad Muhammad
Syafruddin)terjadi di yogyakarta 16 Agustus 1996.
Sebelum kejadian ini, Udin kerap menulis artikel kritis tentang kebijakan pemerintah
Orde Baru dan militer. Ia menjadi wartawan di Bernas sejak 1986. Udin adalah
seorang wartawan dari harian Bernas yang diduga diculik, dianiaya oleh orang tak
dikenal dan akhirnya ditemukan sudah tewas. 
6.      Peristiwa Pemberontakan di Aceh Gerakan Aceh Merdeka/GAM (1976-
2005)
Pemberontakan di Aceh dikobarkan oleh Gerakan Aceh Merdeka (GAM) untuk
memperoleh kemerdekaan dari Indonesia antara tahun 1976 hingga tahun 2005.
Kecenderungan sistem sentralistik pemerintahan Soeharto, bersama dengan keluhan
lain menyebabkan tokoh masyarakat Aceh Hasan di Tiro untuk membentuk Gerakan
Aceh Merdeka (GAM) pada tanggal 4 Desember 1976 dan mendeklarasikan
kemerdekaan Aceh.
Wakil Panglima GAM Wilayah Pase Akhmad Kandang (alm) pernah mengklaim,
jumlah personel GAM 70 ribu. Anggota GAM 490 ribu. Jumlah itu termasuk jumlah
korban DOM 6.169 orang.
Konflik antara pemerintah dan GAM yang diakibatkan perbedaan keinginan ini telah
berlangsung sejak tahun 1976 dan menyebabkan jatuhnya hampir sekitar 15,000 jiwa. 
7.      Penculikan aktivis 1997/1998
adalah peristiwa penghilangan orang secara paksa atau penculikan terhadap para
aktivis pro-demokrasi yang terjadi menjelang pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu)
tahun 1997 dan Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) tahun 1998
Jakarta Selatan.
Peristiwa penculikan ini dipastikan berlangsung dalam tiga tahap: Menjelang pemilu
Mei 1997, dalam waktu dua bulan menjelang sidang MPR bulan Maret, sembilan di
antara mereka yang diculik selama periode kedua dilepas dari kurungan dan muncul
kembali. Beberapa di antara mereka berbicara secara terbuka mengenai pengalaman
mereka. Tapi tak satu pun dari mereka yang diculik pada periode pertama dan ketiga
muncul.[1]Selama periode 1997/1998, KONTRAS (Komisi untuk Orang Hilang dan
Korban Tindak Kekerasan) mencatat 23 orang telah dihilangkan oleh alat-alat negara.
Dari angka itu, 1 orang ditemukan meninggal (Leonardus Gilang), 9 orang dilepaskan
penculiknya, dan 13 lainnya masih hilang hingga hari ini. 
8.      Pelanggaran Ham Di Timor-Timur (1974-1999).
Timor Leste adalah negara baru yang berdiri secara resmi berdasarkan jajak pendapat
tahun 1999. Dulunya, ketika masih tergabung dengan Republik Indonesia bernama
Timor Timur, propinsi ke-27. Pemisahan diri Timor Timur memang diwarnai dengan
suatu tindak kekerasan berupa pembakaran yang dilakukan oleh milisi yang kecewa
dengan hasil referendum.
Disebutkan telah terjadi pembantaian terhadap 102.800 warga Timor Timur dalam
kurun waktu 24 tahun, yakni ketika Timtim masih tergabung dengan Indonesia (1974-
1999). Sekitar 85 persen dari pelanggaran HAM, menurut laporan CAVR, dilakukan
oleh pasukan keamanan Indonesia.
9.      Kerusuhan Ambon/Maluku (1999)
Kerusuhan Ambon (Maluku) yang terjadi sejak bulan Januari 1999 hingga saat ini
telah memasuki periode kedua, yang telah menimbulkan korban jiwa dan harta benda
yang cukup besar serta telah membawah penderitaan dalam bentuk kemiskinan dan
kemelaratan bagi rakyat di Maluku pada umumnya dan kota Ambon pada khususnya.
Peristiwa kerusuhan di Ambon (Maluku) diawali dengan terjadinya perkelahian antara
salah seorang pemuda Kristen asal Ambon yang bernama J.L, yang sehari-hari
bekerja sebagai sopir angkot dengan seorang pemuda Islam asal Bugis, NS,
penganggur yang sering mabuk-mabukan dan sering melakukan pemalakan (istilah
Ambon "patah" ) khususnya terhadap setiap sopir angkot yang melewati jalur Pasar
Mardika – Batu Merah.
TENTANG PERKEMBANGAN TERAKHIR KONFLIK DI AMBON menurut
badan pekerja kontras (komisi yang menangani kasus orang hilang dan korban tindak
kekerasan) Sampai saat ininja kotaumlah korban yang kami terima berjumlah tidak
kurang 1.349 korban tewas, 273 luka parah serta 321 luka ringan. 
10.  Konflik Berdarah Poso (1998) 
Awal konflik Poso terjadi setelah pemilihan bupati pada desember 1998. Ada
sintimen keagamaan yang melatarbelakangi pemilihan tersebut. 
Kalau dilihat dari konteks agama, Poso terbagi menjadi dua kelomok agama besar,
Islam dan Kristen.  Sebelum pemekaran, Poso didominasi oleh agama Islam, namun
setelah mengalami pemekaran menjadi Morowali dan Tojo Una Una, maka yang
mendominasi adala agama Kristen. Selain itu masih banyak dijumpai penganut
agama-agama yang berbasis kesukuan, terutama di daerah-daerah pedalaman. Islam
dalam hal ini masuk ke Sulawesi, dan terkhusus Poso, terlebih dahulu. Baru kemudian
disusul Kristen masuk ke Poso.
Keberagaman ini lah yang menjadi salah satu pemantik seringnya terjadi pelbagai
kerusuhan yang terjadi di Poso. Baik itu kerusuhan yang berlatar belakang sosial-
budaya, ataupun kerusuhan yang berlatarbelakang agama, seperti yang diklaim saat
kerusuhan Poso tahun 1998 dan kerusuhan tahun 2000. Agama seolah-olah menjai
kendaraan dan alasan tendesius untuk kepentingan masing-masing. 
11.  Pembantaiaan Rawagede (1947)
Peristiwa ini merupakan pelanggaran HAM berupa penembakan beserta pembunuhan
terhadap penduduk kampung Rawagede (sekarang Desa Balongsari, Rawamerta,
Karawang, Jawa Barat) oleh tentara Belanda pada tanggal 9 Desember 1947 diringi
dengan dilakukannya Agresi Militer Belanda I. Puluhan warga sipil terbunuh oleh
tentara Belanda yang kebanyakan dibunuh tanpa alasan yang jelas. Pada 14
September 2011, Pengadilan Den Haag menyatakan bahwa pemerintah Belanda
bersalah dan harus bertanggung jawab. Pemerintah Belanda harus membayar ganti
rugi kepada para keluarga korban pembantaian Rawagede. 
12.  Penembakan Misterius (1982-1985)
Diantara tahun 1982-1985, peristiwa ini mulai terjadi. ‘Petrus’ adalah sebuah
peristiwa penculikan, penganiayaan dan penembakan terhadap para preman yang
sering menganggu ketertiban masyarakat. Pelakunya tidak diketahui siapa, namun
kemungkinan pelakunya adalah aparat kepolisian yang menyamar (tidak memakai
seragam). Kasus ini termasuk pelanggaran HAM, karena banyaknya korban Petrus
yang meninggal karena ditembak. Kebanyakan korban Petrus ditemukan meninggal
dengan keadaan tangan dan lehernya diikat dan dibuang di kebun, hutan dan lain-lain.
Terhitung, ratusan orang yang menjadi korban Petrus, kebanyakan tewas karena
ditembak. 
13.  Pembantaian Timor-Timur Santa Cruz (1991).
Kasus ini masuk dalam catatan kasus pelanggaran HAM di Indonesia, yaitu
pembantaian yang dilakukan oleh militer atau anggota TNI dengan menembak warga
sipil di Pemakaman Santa Cruz, Dili, Timor-Timur pada tanggal 12 November 1991.
Kebanyakan warga sipil yang sedang menghadiri pemakaman rekannya di
Pemakaman Santa Cruz ditembak oleh anggota militer Indonesia. Puluhan
demonstran yang kebanyakkan mahasiswa dan warga sipil mengalami luka-luka dan
bahkan ada yang meninggal.
Banyak orang menilai bahwa kasus ini murni pembunuhan yang dilakukan oleh
anggota TNI dengan melakukan agresi ke Dili, dan merupakan aksi untuk menyatakan
Timor-Timur ingin keluar dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan
membentuk negara sendiri. 
14.  Peristiwa 27 Juli (1996)
Peristiwa ini disebabkan oleh para pendukung Megawati Soekarno Putri yang
menyerbu dan mengambil alih kantor DPP PDI di Jakarta Pusat pada tanggal 27 Juli
1996.
Massa mulai melempari dengan batu dan bentrok, ditambah lagi kepolisian dan
anggota TNI dan ABRI datang berserta Pansernya. Kerusuhan meluas sampai ke
jalan-jalan, massa mulai merusak bangunan dan rambu-rambu lalu-lintas.
Dikabarkan lima orang meninggal dunia, puluhan orang (sipil maupun aparat)
mengalami luka-luka dan sebagian ditahan. Menurut Komnas Hak Asasi Manusia,
dalam peristiwa ini telah terbukti terjadinya pelanggaran HAM. 
15.  Kasus Dukun Santet di Banyuwangi (1998)
Peristiwa beserta pembunuhan ini terjadi pada tahun 1998. Pada saat itu di
Banyuwangi lagi hangat-hangatnya terjadi praktek dukun santet di desa-desa mereka.
Warga sekitar yang berjumlah banyak mulai melakukan kerusuhan berupa
penangkapan dan pembunuhan terhadap orang yang dituduh sebagai dukun santet.
Sejumlah orang yang dituduh dukun santet dibunuh, ada yang dipancung, dibacok
bahkan dibakar hidup-hidup. Tentu saja polisi bersama anggota TNI dan ABRI tidak
tinggal diam, mereka menyelamatkan orang yang dituduh dukun santet yang masih
selamat dari amukan warga. 
16.  Pembantaian Massal Komunis/PKI (1965)
Pembantaian ini merupakan peristiwa pembunuhan dan penyiksaan terhadap orang
yang dituduh sebagai anggota komunis di Indonesia yang pada saat itu Partai
Komunis Indonesia (PKI) menjadi salah satu partai komunis terbesar di dunia dengan
anggotanya yang berjumlah jutaan. Pihak militer mulai melakukan operasi dengan
menangkap anggota komunis, menyiksa dan membunuh mereka. Sebagian banyak
orang berpendapat bahwa Soeharto diduga kuat menjadi dalang dibalik pembantaian
1965 ini. Dikabarkan sekitar satu juta setengah anggota komunis meninggal dan
sebagian menghilang. Ini jelas murni terjadi pelanggaran Hak Asasi Manusia.
17.  Kasus Bulukumba (2003)
Kasus Bulukumba merupakan kasus yang terjadi pada tahun 2003.
Dilatar belakangi oleh PT. London Sumatra (Lonsum) yang melakukan perluasan area
perkebunan, namun upaya ini ditolak oleh warga sekitar. Polisi Tembak Warga di
Bulukumba. Anggota Brigade Mobil Kepolisian Resor Bulukumba, Sulawesi Selatan,
dilaporkan menembak seorang warga Desa Bonto Biraeng, Kecamatan Kajang,
Bulukumba, Senin (3 Oktober 2011) sekitar pukul 17.00 Wita. Ansu, warga yang
tertembak tersebut, ditembak di bagian punggung. Warga Kajang sejak lama
menuntut PT London mengembalikan tanah mereka. 
18.  Peristiwa Abepura, Papua (2000-2003)
Peristiwa ini terjadi di Abepura, Papua pada tahun 2003. Terjadi akibat penyisiran
yang membabi buta terhadap pelaku yang diduga menyerang Mapolsek Abepura.
Komnas HAM menyimpulkan bahwa telah terjadi pelanggaran HAM di peristiwa
Abepura. 
19.  Peristiwa perbudakan buruh panci 2013
Kampung Bayur Opak RT 03/06, Desa Lebak Wangi, Kecamatan Sepatan Timur,
Kabupaten Tangerang, terkuak setelah dua buruh yang bekerja di pabrik itu berhasil
melarikan diri. Andi Gunawan (20 tahun) dan Junaidi (22) kabur setelah tiga bulan
dipekerjakan dengan tidak layak. Dalam waktu enam bulan dia bekerja di pabrik
milik  Juki Hidayat itu, tidak sepeser pun uang yang diterima para buruh.
Setiap hari, para buruh harus bekerja lebih dari 12 jam untuk membuat 200 panci. Jika
tidak mencapai target, lanjutnya, para pekerja akan disiksa dan dipukul. Para pekerja
yang rata-rata berumur 17 hingga 24 tahun ini hanya memiliki satu baju yang melekat
di tubuh,  karena menurutnya  baju, ponsel dan uang  yang mereka bawa dari
kampung disita oleh sang majikan ketika baru tiba di pabrik tersebut. Para pekerja
diiming-imingi mendapat gaji Rp 600 ribu per bulannya. Kondisi bangunan  di sana
sangat memprihatinkan, tidak layak untuk ditiduri. Para pekerja sering diancam oleh
mandor-mandor dan bos Juki, akan dipukuli sampai mati, mayatnya langsung mau
dibuang di laut kalau jika macam-macam di sana.
20.  Pembantaian petani di meusji 2011
Di Desa Sungai Sodong, Kecamatan Mesuji, OKI, Sumsel, pertikaian warga dan
perusahaan sawit telah menelan sejumlah korban jiwa. Konflik dipicu dari
bermasalahnya kerjasama plasma antara warga desa denagn perusahaan perkebunan
sawit.
Bermula dari kesepakatan warga desa Sungai Sodong, Mesuji dengan pihak
perusahaan PT. Treekreasi Margamulya (TM/ Sumber Wangi Alam (SWA), pada
awal 1997, untuk pembangunan kebun plasma. Masyarakat mendukung niatan
perusahaan itu, karena bermanfaat untuk ekonomi mereka.Dari sini kerjasama
berjalan lancar tanpa ada masalah. Baru 5 tahun kemudian muncul persoalan. Hal itu
bermula dari niatan perusahaan sawit itu yang mengajukan usulan pembatalan plasma.
Dipicu tindakan perusahaan ini Korbanpun berjatuhan dari beberapa pihak keamanan
maupun warga. 

(43). DAMPAK POSITIF dan NEGATIF dari KEMAJUAN IPTEK

1.      Bidang Ekonomi


–  Positif:
• Produktifitas dunia industri semakin meningkat.
• Pertumbuhan ekonomi akan semakin tinggi
• Persaingan dalam dunia kerja sehingga menuntut pekerja untuk selalu menambah skill
dan pengetahuan yang dimiliki.
• Semakin maraknya penggunaan TIK akan semakin membuka lapangan pekerjaan
• Dengan fasilitas pemasangan iklan di internet pada situs-situs tertentu akan
mempermudah kegiatan promosi dan pemasaran suatu produk
• Perusahaan dapat menjangkau pasar lebih luas, karena pembeli yang mengakses
internet tidak dibatasi tempat dan waktu
• Perusahaan tidak perlu membuka cabang distribusi
• Pengeluaran lebih sedikit, karena pegawai tidak banyak
• Harga barang lebih murah, karena biaya operasionalnya murah
• Bisnis yang berbasis TIK atau yang biasa disebut e-commerce dapat mempermudah
transaksi-transaksi bisnis suatu perusahaan atau perorangan
• Pemanfaatan TIK untuk membuat layanan baru dalam perekonomian dan bisnis antara
lain internet banking, SMS banking, dan e-commerce

–  Negatif:
• Terjadinya pengangguran bagi tenaga kerja yang tidak mempunyai kualifikasi yang
sesuai dengan yang dibutuhkan
• Sifat konsumtif sebagai akibat kompetisi yang ketat pada era globalisasi akan juga
melahirkan generasi yang secara moral mengalami kemerosotan: konsumtif, boros dan
memiliki jalan pintas yang bermental instant
• Adanya aksi tipu menipu dalam proses jual beli online yang dapat merugikan
beberapa pihak;
• Dengan jaringan yang tersedia seperti yang terdapat pada beberapa situs yang
menyediakan perjudian secara online, para penjudi tidak perlu pergi ke tempat khusus
untuk memenuhi keinginannya
• Resistensi Membeli Secara Online. Bagi orang awam yang belum pernah bertransaksi
secara online, akan merasa janggal ketika harus bertransaksi tanpa bertatap muka atau
melihat penjualnya. Belum lagi ketakutan bila pembayaran tak terkirim atau tak
diterima. Atau barang tak dikirim, atau bahkan barang dikirim tetapi tak diterima

2.      Bidang Sosial


–  Positif:
• Kemajuan teknologi komunikasi yang cepat dapat mempermudah komunikasi antar
manusia dari suatu tempat ke tempat yang lain
• Sosialisasi kebijakan pemerintah dapat lebih cepat disampaikan kepada masyarakat
• Informasi yang ada di masyarakat dapat langsung dipublikasikan dan diterima oleh
masyarakat

–  Negatif:
• Dengan makin pesatnya komunikasi membuat bentuk komunikasi berubah,yang
asalnya face to face menjadi tidak. Hal ini dapat menyebabkan komunikasi hampa
• Seseorang yang terus-menerus bergaul dengan komputer akan cenderung menjadi
seseorang yang individualis
• Dengan pesatnya teknologi informasi, baik internet maupun media lainnya,membuat
peluang masuknya hal-hal yang berbau pornografi,pornoaksi,maupun kekerasan makin
mudah
• Interaksi anak dan computer yang bersifat satu (orang) menhadap satu (mesin)
mengakibatkan anak menjadi tidak cerdas secara sosial
• Kemerosotan moral di kalangan warga masyarakat, khususnya di kalangan remaja dan
pelajar. Kemajuan kehidupan ekonomi yang terlalu menekankan pada upaya
pemenuhan berbagai keinginan material, telah menyebabkan sebagian warga
masyarakat menjadi “kaya dalam materi tetapi miskin dalam rohani

3.      Bidang Budaya


–  Posiif:
• Mempermudah seseorang di suatu Negara mengetahui berbagai macam budaya yang
ada di belahan bumi yang lain
• Mempermudah adanya pertukaran pelajar antar negara
• Mempermudah pendistribusian karya-karya anak bangsa seperti musik, film, fashion
maupun furniture ke Negara-negara tetangga maupun Negara-negara berbeda benua
yang mana akan memperkuat identitas Negara serta membuat Negara semakin dikenal
oleh dunia

–  Negatif:
• Terjadinya akulturasi budaya yang selanjutnya berkembang menjadi budaya massa
• Mempercepat perubahan pola kehidupan bangsa
• Membuat sikap menutup diri dan berpikir sempit
• Mudah terpengaruh oleh hal yang berbau barat
• Lenyapnya identitas kultural nasional dan lokal
• Kehilangan arah sebagai bangsa yang memiliki jati diri
• Hilangnya semangat nasionalisme dan patriotism
• Cenderung pragmatisme dan maunya serba instant

4.      Bidang Politik


–  Positif:
• Memberikan dorongan yang besar bagi konsolidasi demokrasi di banyak negara
• Meningkatnya hubungan diplomatik antar negara
• Kerjasama antar negara jadi lebih cepat dan mudah
• Menegakan nilai-nilai demokrasi
• Memperluas dan meningkatkan hubungan dan kerja sama Internasional
• Partisipasi aktif dalam percaturan politik untuk menuju perdamaian dunia
• Adanya peranan besar masyarakat dalam pengembangan pemerintah. Contohnya
dengan e-government maka hal ini bisa tercapai. Bayangkan saja jika ada anggota DPR
yang dapat berinteraksi dengan rakyat yang telah memilihnya, kegiatan tanya jawab,
melakukan voting, saran dan kritik akan dapat tersalurkan dengan cepat, langsung, dan
nyaman
• Kegiatan komunikasi untuk keperluan politik dengan menggunakan teknologi
informasi menyebabkan sampainya berita lebih cepat, dilakukan secara efisien, dan
nyaman. Misalnya jika ada masyarakat yang ingin mengajukan pendapatnya ke wakil
rakyat maka cukup dengan menggunakan e-mail surat dapat sampai dengan segera.

–  Negatif:
• Negara tidak lagi dianggap sebagai pemegang kunci dalam proses pembangunan
• Timbulnya gelombang demokratisasi (dambaan akan kebebasan)
• Adanya ancaman disintegrasi bangsa dan negara yang akan menggoyahkan Negara
Kesatuan Republik Indonesia
• Semakin meningkatnya nilai-nilai politik individu, kelompok, oposisi, diktator
mayoritas atau tirani minoritas
• Timbulnya fanatisme rasial, etnis, dan agama dalam forum & organisasi
• Timbulnya unjuk rasa yang semakin berani dan terkadang mengabaikan kepentingan
umum
• Adanya konspirasi internasional, yaitu pertentangan kekuasaan dan percaturan politik
• Internasional selalu mengarah kepada persekongkolan
• Lunturnya nilai-nilai politik yang berdasarkan semangat kekeluargaan, musyawarah
mufakat, dan gotong royong.

(44). Dinamika Pengelolaan Kekuasaan Negara

Indikator soal: Siswa dapat menguraikan sistem dan peran lembaga peradilan nasional
kejaksaan

Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga pemerintahan yang melaksanakan


kekuasaan negara secara merdeka terutama pelaksanaan tugas dan kewenangan di bidang
penuntutan dan melaksanakan tugas dan kewenangan di bidang penyidikan dan penuntutan
perkara tindak pidana korupsi dan Pelanggaran HAM berat serta kewenangan lain
berdasarkan undang-undang. Pelaksanaan kekuasaan negara tersebut diselenggarakan oleh:

 Kejaksaan Agung, berkedudukan di ibukota negara Indonesia dan daerah hukumnya


meliputi wilayah kekuasaan negara Indonesia. Kejaksaan Agung dipimpin oleh
seorang Jaksa Agung yang merupakan pejabat negara, pimpinan dan penanggung
jawab tertinggi kejaksaan yang memimpin, mengendalikan pelaksanaan tugas, dan
wewenang Kejaksaan Republik Indonesia. Jaksa Agung diangkat dan diberhentikan
oleh presiden.
 Kejaksaan tinggi, berkedudukan di ibukota provinsi dan daerah hukumnya meliputi
wilayah provinsi. Kejaksaan Tinggi dipimpin oleh seorang kepala kejaksaan tinggi
yang merupakan pimpinan dan penanggung jawab kejaksaan yang memimpin,
mengendalikan pelaksanaan tugas, dan wewenang kejaksaan di daerah hukumnya.
 Kejaksaan negeri, berkedudukan di ibukota kabupaten/kota dan daerah hukumnya
meliputi wilayah kabupaten/kota. Kejaksaan Negeri dipimpin oleh seorang kepala
kejaksaan negeri yang merupakan pimpinan dan penanggung jawab kejaksaan yang
memimpin, mengendalikan pelaksanaan tugas, dan wewenang kejaksaan di daerah
hukumnya. Pada Kejaksaan Negeri tertentu terdapat juga Cabang Kejaksaan Negeri
yang dipimpin oleh Kepala Cabang Kejaksaan Negeri.
(45). Penyelenggaraan Pemerintahan Pusat dan Daerah
A. Wewenang Pemerintah Pusat dan Daerah
1. Kewenangan pemerintah pusat mencakup kewenangan dalam bidang:
a. politik luar negeri
b. pertahanan
c. keamanan
d. yustisi
e. moneter dan fiskal nasional
f. agama
g. Perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan nasional secara makro
h. Pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi strategis
i. Konservasi dan standardisasi nasional.
2. Kewenangan pemerintah daerah
Berikut kewenangan pemerintah daerah menurut Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1999 pasal 7 ayat :
(1)Kewenangan daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang
pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri,
pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan
bidang lain.
(2)Kewenangan bidang lain, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi
kebijakan tentang perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan
nasional secara makro, dana perimbangan keuangan,sistem administrasi negara
dan lembaga perekonomian negara, pembinaan dan pemberdayaan sumber
daya manusia, pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi yang
strategis, konservasi, dan standardisasi nasional.
Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dalam melakukan
pendistribusian kewenangan antara pemerintah pusat dengan daerah,
membedakan urusan yang bersifat concurrent artinya urusan pemerintahan yang
penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu dapat dilakukan bersama
antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Dengan demikian, setiap
urusan yang bersifat concurrent senantiasa ada bagian urusan yang menjadi
kewenangan pemerintah pusat dan ada bagian urusan yang diserahkan kepada
provinsi dan juga ada urusan pemerintahan yang diserahkan kepada
kabupaten/kota. Kewenangan pemerintah daerah dalam Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 terdapat pada pasal 10 ayat:
(1) Pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh Undang-Undang ini
ditentukan menjadi urusan Pemerintah.

B. Perbedaan Wewenang Antara Pemerintah Daerah Dan Pemerintah Pusat


a. Kewenangan pemerintah pusat mencakup kewenangan dalam bidang politik luar
negeri, pertahanan dan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta
kewenangan lainnya seperti: kebijakan tentang perencanaan nasional dan
pengendalian pembangunan nasional secara makro, pendayagunaan sumber daya
alam serta teknologi tinggi strategis, konservasi dan standardisasi nasional.
Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan
pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah
Pusat. Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-
peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan. Susunan dan
tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang.
b. Pemerintah pusat adalah induk dari pemerintahan yang mengatur masalah-masalah
keberlangsungan negara itu sendiri secara menyeluruh. Sedangkan pemerintah
daerah bisa menjalankan otonomi seluas-luasnya, tetapi tidak untuk urusan
pemerintahan. Yang oleh undang-undang,ditentukan sebagai urusan Pemerintah
pusat. Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-
peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.
c. Pemerintahan pusat bersifat independen. Sedangkan pemerintah daerah bersifat
otonom, yaitu kewenagan yang luas untuk mengatur diri sendiri tapi tidak
independen .
d. Pusat pengatur seluruh daerah. Pemerintahan daerah membantu kegiatan atau
program dari pemerintah pusat
e. Pemerintah pusat mengatur kehidupan bernegara, berbangsa secara keseluruhan
termasuk mulai dari mengatur tata cara pelaksanaan pemerintahan daerah melalui
otonomi daerah, mengatur hubungan Internasional, dan mengatur keberlangsungan
hidup negara seperti perekonomian negara, pertahanan negara, penegakan hukum
dan keadilan. Sedangkan pemerintah daerah melaksanakan pemerintahan di daerah
berdasarkan otonomi daerah yang diberikan oleh pemerintah pusat sesuai peraturan
dan UU yang berlaku dengan mempertimbangkan jumlah penduduk, potensi
daerah dan kondisi ekonomi daerah masing-masing berdasarkan aturan yang
ditetapkan pemerintah pusat .sedangkan dalam pelaksanaannya pemerintahan pada
daerah otonom dilaksanakan oleh Gubernur/Bupati/Walikota bersama DPRD
menetapkan Perda dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan pembangunan
di daerahnya. Pemerintah daerah wajib melaksanakan aturan yang ditetapkan
pemerintah pusat dan Perda yang ditetapkan pemerintah daerah tidak boleh
bertentangan peraturan pemerintah pusat.

C. Hubungan Pemerintahan Pusat dan Daerah


1. Hubungan yang Bersifat Struktural
Secara struktural, pemerintah pusat merupakan penyelenggara urusan
pemerintahan di tingkat nasional. Pemerintah daerah merupakan penyelenggara
urusan pemerintahan di daerah masing masing bersama DPRD. Menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan, presiden merupakan pemegang kekuasaan
tertinggi dalam penyelenggara urusan pemerintahan di tingkat nasional. Kepala
daerah merupakan penyelenggara urusan pemerintahan di daerah masing-masing
sesuai dengan prinsip otonomi seluas-luasnya. Kepala daerah kabupaten/ kota
tidak memiliki garis struktural dengan pemerintah provinsi  dan pemerintah pusat
karena memiliki otonomi seluas luasnya.
2. Hubungan yang Bersifat Fungsional
Rumitnya penyelenggaraan pemerintahan di era otonomi adalah minimnya
instrumen pendudkung hubungan fungsional antara pusat dan daerah , kesulitan
dan hambatan manajemen ini secara tidak langsung menggeroghoti pencapaian
visi pemerintah pusat sehingga banyak sekali program-program strategis yang
dicanangkan pemerintah tertuang dalam rencana pembangunan lima tahunan dan
program tahun tidak berjalan sesuai harapan  Secara harfiah hubungan fungsional
adalah adanya hubungan atau bagian dari komunikasi karena faktor proses , sebab
akibat atau karena kepentingan yang sama,Hubungan fungsional menyangkut atas
pembagian tugas dan wewenang yang harus di jalankan oleh pemerintah pusat dan
daerah dalam rangka menjalankan pemerintahan  yang baik .Dalam komunikasi
penyelenggaraan pemerintahan antara organisasi Pusat baik kementerian atau
lembaga non kementerian atau lembaga lainnya pada umumnya menempatkan
hubungan fungsional melekat pada tentang struktur dan fungsi organisasi, hal ini
berdampak bahwa hubungan fungsional antara Pusat dan Daerah sangat
dipengaruhi oleh faktor hubungan antarmanusia, jika memiliki hubungan antar
manusia terbangun dengan baik maka akan berjalan dengan baik tetapi sebaliknya
jika terjadi kebuntuan disana-sini maka komunikasi dan proses penyelenggaraan
program terbengkalai dan bahkan ada yang keluar dari budaya organisasi.
Sebenarnya disinilah antara lain terjadinya kebuntuhan komunikasi yang
menyebabkan kegagalan program di daerah contoh ; program penanggulangan
kemiskinan , program KB, program swasembada pangan dll.

D. Asas Pemerintahan Daerah


Asas penyelenggaraan pemerintah daerah menurut UU Nomor 32 Tahun 2004
tentang pemerintahan daerah:
1. Tugas pembantuan : penyerahan urusan , penugasan dari pemerintah (pusat) kepada
daerah dan atau desa / dari pemerintah provinsi kepada daerah dan atau desa serta dari
pemerintah kabupaten atau kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.
2. Asas otonomi
a. Otonomi luas
Daerah tersebut berwenang menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup
kewenangan yang luas hampir di semua bidang pemerintahan kecuali yang oleh
UU ditentukan sebagai kewenangan pemerintah pusat
b. Otonomi nyata
Pemberian otonomi daerah harus didasarkan pada factor – factor keadaan
setempat yang memang benar – benar dapat menjamin daerah bersangkutan
mampu secara nyata mengatur rumah tangganya sendiri.
c. Otonomi yang dapat dipertanggungjawakan
Pemberian otonomi benar – benar sejalan dengan tujuannya untuk melancarkan
pembangunan yang tersebar di seluruh pelosok tanah air, yang pada akhirnya
dapat mewujudkan kesejahteraan rakyat secara adil dan merata.
E. Dampak Otonomi Daerah
1. Dampak Positif
a. Pemerintah daerah akan mendapatkan kesempatan untuk menampilkal
identitas lokal yang ada di masyarakat.
b. Berkurangnya wewenang dan kendali pemerintah pusat mendapatkan respon
tinggi dari pemerintah daerah dalam menghadapi masalah yang berada di
daerahnya sendiri.
c. Dana yang diperoleh lebih banyak daripada yang didapatkan melalui jalur
birokrasi dari pemerintah pusat.
d. Memungkinkan pemerintah lokal mendorong pembangunan daerah serta
membangun program promosi kebudayaan dan juga pariwisata.
e. Kebijakan-kebijakan pemerintah akan lebih tepat sasaran, hal tersebut
dikarenakan pemerintah daerah cinderung lebih menegeti keadaan dan situasi
daerahnya, serta potensi-potensi yang ada di daerahnya daripada pemerintah
pusat.
f. Dengan sistem otonomi daerah pemerintah akan lebih cepat mengambil
kebijakan-kebijakan yang dianggap perlu saat itu, tanpa harus melewati
prosedur di tingkat pusat.
g. Menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran serta masyarakat,
mengembangkan peran dan fungsi DPRD.
h. Peningkatan efektifitas dan efisiensi dalam pelayanan publik, meningkatnya
pertumbuhan ekonomi dan terwujudnya kemajuan pembangunan di seluruh
daerah secara merata.
2. Dampak Negatif
a. Adanya kesempatan bagi oknum-oknum di pemerintah daerah untuk
melakukan tindakan yang dapat merugikan negara dan rakyat seperti korupsi,
kolusi dan nepotisme.
b. Terkadang ada kebijakan-kebijakan daerah yang tidak sesuai dengan konstitusi
Negara yang dapat menimbulkan pertentangan antar daerah satu dengan
daerah tetangganya, atau bahkan daerah dengan Negara
c. Dengan system otonomi daerah maka pemerintah pusat akan lebih susah
mengawasi jalannya pemerintahan di daerah
d. Rendahnya kemampuan daerah dalam menyusun regulasi dalam rangka
mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya masing-masing. Orientasi
daerah yang menginginkan adanya peningkatan Pendapatan Asli Daerah
melalui peraturan daerah untuk menambah anggaran pembangunan di daerah
ternyata berpotensi menjadi boomerang yang justru mengurangi tingkat
pertumbuhan ekonomi di suatu daerah.
e. Penyusunan regulasi yang tidak sesuai dengan teknik legal drafting juga pada
akhirnya berpotensi membuat peraturan daerah bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan lainnya.
f.  Membuka peluang yang sangat besar bagi terjadinya korupsi, kolusi dan
nepotisme serta memungkinkan terjadinya kontrol yang kuat dari para elit
politik di tingkat lokal (daerah).
g. Dampak otonomi daerah yang negatif karena tidak diimbangi dengan kesiapan
seluruh pihak yang akan berperan dalam penyelenggaraan otonomi daerah
tersebut, serta tidak didahului dengan penyiapan infrastruktur yang memadai,
baik itu berupa sarana dan prasarana fisik maupun regulasi atau peraturan
perundang-undangan yang lebih komprehensif
h. Sistem.otonomi daerah membuat peranan pemeritah pusat tidak begitu berarti
i. Bergesernya praktik korupsi dari pusat ke daerah
j. Bahwa daerah akan melakukan upaya maksimalisasi, bukan optimalisasi,
perolehan pendapatan daerah.
k. Eksploitasi pendapatan daerah
F. Hak dan Kewajiban Daerah Otonom
a. Hak daerah otonom menurut pasal 21 UU Nomor 32 Tahun 2004:
 Mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya.
 Memilih pimpinan daerah.
 Mengelola aparatur daerah.
 Mengelola kekayaan daerah.
 Memungut pajak daerah dan retribusi daerah.
 Mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
lainnya yang berada di daerah.
 Mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah.
 Mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
b. Kewajiban daerah otonom menurut pasal 21 UU Nomor 32 Tahun 2004:
 Melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan , dan kerukunan
nasional, serta keutuhan  Negara Kesatuan Republik Indonesia.
 Meningkatkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
 Mengembangkan kehidupan demokrasi.
 Mewujudkan keadilan dan pemerataan.
 Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan.
 Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan.
 Menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak.
 Mengembangkan sistem jaminan sosial.
 Menyusun perencanaan dan tata ruang daerah.
 Mengembangkan sumber daya produktif di daerah.
 Melestarikan lingkungan hidup.
 Mengelolah administrasi kependudukan.
 Melestarikan nilai sosial budaya.
 Membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan  sesuai dengan
kewenangannya.
c. Hak dan kewajiban menurut pasal 21 dan 22
 Rencana kerja pemerintahan daerah dan dijabarkan dalam bentuk
pendapatan, belanja, dan pembiayaan daerah yang dikelola dalam  sistem
pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah tersebut
dilakukan secara efesien, efektif, transparan, akunrabel, tertib, adil, patut dan
taat pada peraturan perundang-undangan.

Anda mungkin juga menyukai