Anda di halaman 1dari 13

Tugas Pendidikan Pancasila

1. Deskripsikan contoh-contoh perbuatan dan perilaku warga negara yang baik (secara
vertikal dan horisontal) !
2. Deskripsikan contoh-contoh perbuatan yang tidak bertangungjawab dan dampaknya
terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara !
3. Deskripsikan hak dan kewajiban warga negara sebagai wujud nasionalisme !

Jawaban
1.Beberapa contohperbuatan dan perilaku warga negara yang baik :
Secara Vertikal :
 Beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Dengan beribadah, kita
akan selalu ingat kepada-Nya. Dan hal ini akan membuat kita menjadi lebih dekat dengan
Allah Yang Maha Esa.Lebih lanjut...
 Menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Hal ini akan menghindarkan kita agar
tidak terjerumus dalam perbuatan-perbuatan yang dapat merugikan diri sendiri dan orang
lain.
 Berlaku jujur dalam setiap hal. Setiap perilaku yang dilandasi dengan kejujura akan
memberikan hasil yang baik. Selain itu, karena seringya kita berlaku jujur, banyak orang
yang akan percaya dengan kita. Berlaku jujur bukan hanya karena ingin memperoleh rasa
percaya dari orang lain, tapi yang paling penting adalah berlaku jujur karena kita merasa
bahwa Allah selalu berada di dekat kita untuk terus mengawasi setiap perbuatan kita.

Secara Horizontal :
 Saling menghormati satu dengan yang lain. Dengan menghormati dan menghargai orang
lain, maka orang lain pun akan menghormati dan menghargai diri kita. Hal ini ditujukan
agar terjalin hubungan yang baik antar warga negara.
 Saling mempercayai satu dengan yang lain untuk meghindari fitnah. Karena apabila
terjadi fitnah, bukan hanya orang yang terkena fitnah saja yang merasa dirugikan, namun
juga orang yang memfitnah pun akan mengalami hal yang sama.
 Melakukan musyawarah dalam setiap penyelesaian masalah. Tidak mengambil keputusan
sepihak yang akan merugikan orang lain. Musyawarah mrupakan solusi terbaik agar
semua pihak tidak ada yag merasa dirugikan.
 Berlaku adil dalam setiap pengambilan keputusan. Apabila terjadi ketimpangan dalam
pengambilan keputusan, akan timbul pihak yang merasa dirugikan. Oleh karena itu,
keputusan yang dirasa berat sebelah harus dihindari agar tidak terjadi ketimpangan yang
akan memicu konflik.

 Menaati peraturan perundang-undangan dan hukum yang berlaku di wilayah setempat.
Hal ini merupakan wujud dari masyarakat sadar hukum. Dengan adanya kesadaran
hukum dari setiap warga negara, akan menciptakan suasanayang aman, tentram dan
damai. Karena masyarakat menyadari bahwa setiap perbuatan yang merka lakukan
memiliki konsekuensi terhadap hukum. Oleh karena itu, perbuatan melanggar hukum
dapat dicegah.
 Melaksanakan kewajiban sebagai warga negara seperti membayar pajak dan ikut serta
dalam pemilu. Dengan melaksanakan kewajiban sebagai warga negara, ini berarti kita
ikut serta dalam membangun bangsa dan negara.
 Ikut serta dalam setiap kegiatan masyarakat seperti kerja bakti, dan lain-lain. Dengan
seringnya mengikuti kegiatan tersebut, akan meningkatkan kebersamaan dari para
anggota masyarakat.

2. Berikut beberapa contoh perbuatan yang tidak bertaggungjawab beserta dampaknya bagi
bangsa dan negara :
 Menyalahgnakan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang dikuasai untuk memecah belah
persatuan dan kesatuan bangsa. Contohnya adalah tindakan terorisme dan separatisme.
Adanya tindakan-tindakan tersebut, akan menyebabkan keresahan di masyarakat dan
menciptakan suasana yang tidak aman dan tidak kondusif. Hal ini dapat menyebabkan
terjadinya disintegrasi bangsa akibat ulah tangan-tangan yang tidak bertanggungjawab.
 Menyebarkan isu-isu politik untuk menjatuhkan kekuasaan pemeritah. Adaya isu-isu
yang belum pasti benar seperti ini, akan menyebabkan kurangnya rasa kepercayaan
terhadap pemerintah yang berkuasa. Akibatnya kinerja pemerintah mejadi turun karena
tidak adanya dukungan dari rakyat. Hal-hal seperti ini yang dapat menyebabkan
lambatnya pembangunan dan laju pertumbuhan ekonomi bangsa.
 Korupsi. Merupakan perbuatan yang sangat tidak bertanggungjawab. Karena
menyebabkan hilangnya uang kas negara tanpa kegunaan yang jelas. Kini rupsi telah
merajalela, baik dari kalangan bawah, bahkan sampai ke tingkat yang paling tinggi.

3. Berikut adalah hak dan kewajiban warga negara sebagai wujud nasonalisme :
Hak :
 Hak untuk dipilih dalam pemilu. Hal ini merupakan suatu cara dari seoran warga negara
yang ingin menujukkan eksistensinya dalam rangka membangun sebuah negara. Dengan
terjun langsung ke dalam sebuah pemerintahan, maka ia dapat menunjukkan upaya-upaya
demi memajukan bangsa dan negaranya.
 Hak berpendapat. Merupakan cara bagi setiap warga negara untuk memberikan masukan
dan megkritisi kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah demi menuju masa
depan bangsa yang lebih baik. Pendapat ini dapat disampaikan baik secara lisan maupun
tulisan dengan tetap megikuti peraturan perundangan yang berlaku.
 Hak untuk memperoleh pedidikan dan pengajaran. Untuk mebangun bangsa yang maju,
diperlukan ilmu pengetahuan yang cukup. Hal ini berarti harus mencerdaskan bangsa
yaitu rakyat. Oleh karena itu, setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan
pengajaran tanpa membedakan status sosial dari warga negara tersebut.

Kewajiban :
 Setiap warga negara berkewajiban membela bangsa dan negaranya dari ancaman dari
dalam maupun luar. Baik yang ingin memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa,
maupun yang ingin menghancurkan bangsa dan negaranya. Ini merupakan wujud dari
rasa cinta terhadap tanah air.
 Setiap warga negara wajib menjaga kestabilan negara. Hal ini dimaksudkan agar tidak
terjadi konflik yang dapat mengancam stabilitas nasional baik dari sisi pertahanan dan
keamanan, ekonomi, dan sosial.
 Setiap warga negara berkewajiban ikut serta dalam pemilu. Dengan ikut serta dalam
pemilu, setiap warga negara dapat ikut serta dalam menentukan arah bangsa. Dengan
memilih peimpin yang berkualitas, dapat membawa perubahan yang akan menciptakan
bangsa yang maju peradabannya.
 Setiap warga negara wajib menjunjung tinggi ideologi negara. Hal ini dimaksudkan agar
negara tersebut tidak kehilangan jati dirinya. Apabila sebuah negara telah kehilangan jati
dirinya, maka negara tersebut dapat dikatakan sudah kehilangan arah dan tujuan negara
itu yang sesungguhnya.

PANCASILA SEBAGAI SUMBER NILAI dan PENYIMPANGAN PADA NILAI


PANCASILA

A. PANCASILA SEBAGAI SUMBER NILAI


1. Pancasila berisi Nilai-Nilai Dasar
Pancasila berisi seperangkat nilai yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan bulat.
Nilai-nilai itu berasal dari kelima sila Pancasila yang apabila diringkas terdiri atas:
a. Nilai Ketuhanan
b. Nilai Kemanusiaan
c. Nilai Persatan
d. Niali Kerakyatan, dan
e. Nilai Keadilan
Nilai-nilai Pancasila termasuk dalam tingkatan nilai dasar yang mendasari nilai
instrumental dan sekaligus mendasari semua aktivitas kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Nilai dasar bersifat fundamental dan tetap.
Diterimanya Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional Indonesia memiliki
konsekuensi logis untuk menjadikan nilai-nilai pancasila sebagai landasan pokok bagi
pengaturan penyelenggaraan bernegara. Hal ini diupayakan dengan menjabarkan nilai pancasila
ke dalam UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk selanjutnya menjadi
pedoman penyelenggaraan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pancasila dalam jenjang norma hukum berkedudukan sebagai norma dasar atau
grundnorm dari tertib hukum Indonesia. Sebagai norma dasar, pancasila mendasari dan menjadi
sumber bagi pembentukan hukum serta peraturan perundang-undangan di Indonesia. Pancasila
menjadi sumber hukum dasar nasional, yaitu sumber bagi penyusunan peraturan perundang-
undangan nasional.

2. Makna setiap nilai dari Pancasila


a. Makna Ketuhanan Yang Esa
1. Pengakuan dan keyakinan bangsa Indonesia terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa
2. Menciptakan sikap taat menjalankan menurut apa yang diperintahkan melalui ajaran-ajarannya
3. Mengakui dan memberikan kebebasan pada orang lain untuk memeluk agama dan mengamalkan
ajaran agamanya
4. Tidak ada paksaan dan memaksakan agama kepada orang lain
5. Menciptakan pola hidup saling menghargai dan menghormati antar-umat beragama
b. Makna Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab\
1. Kesadaran sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral dan tuntutan hati nurani
2. Pengakuan dan penghormatan akan hal asasi manusia
3. Mewujudkan kehidupan yang berkeadilan dan berkeadaan
4. Mengembangkan sikap saling mencintai atas dasar kemanusiaan
5. Memunculkan sikap tenggang rasa dan tepo selira dalam hubungan social
c. Makna Persatuan Indonesia
1. Mengakui dan menghormati adanya perbedaan dalam masyarakat Indonesia
2. Menjalin kerja sama yang erat dalam wujud kebersamaan dan kegotong-royongan
3. Kebulatan tekad bersama untuk mewujudkan persatuan bangsa
4. Mengutamakan kepentingan bersama di atas pribadi dan golongan
d. Makna Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
Perwakilan
1. Pengakuan bahwa rakyat Indonesia adalah pemegang kedaulatan
2. Mewujudkan demokrasi dalam kehidupan politik, ekonomi, dan social
3. Pengambilan keputusan mengutamakan prinsip musyawarah mufakat
4. Menghormati dan menghargai keputusan yang telah dihasilkan bersama
5. Bertanggung jawab melaksanakan keputusan
e. Makna Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
1. Keadilan untuk mendapatkan sesuatu yang menjadi haknya
2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesame
3. Menyeimbangkan antara hak dan kewajiban
4. Saling bekerja sama untuk mendapatkan keadilan
3. Pancasila sebagai sumber nilai
Pancasila sebagai cita-cita bangsa merupakan cita-cita kenegaraan yang harus
diwujudkan dalam kekuasaan yang melembaga atau terstruktur. Pancasila perlu diamalkan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pengalaman pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dapat dilakukan dengan
cara pengalaman secara objektif dan pengalaman secara subjektif.
a. Pengalaman secara objektif, yaitu melaksanakan peraturan perundang-undangan yang
berlandaskan pada pancasila\
b. Pengalaman secara subjektif, yaitu menjalankan nilai-nilai pancasila secara pribadi dalam
bersikap dan bertingkah laku pada kehidupan berbangsa dan bernegara
Kelima nilai dasar pancasila bersifat fundamental tetap dan abstrak. Oleh karena itu,
perlu dijabarkan dalam bentuk nilai instrumental yang lebih bersifat konkret dan operasional.
Jabaran dari nilai dasar pancasila dituangkan dalam UUD 1945 beserta peraturan perundang-
undangan yang ada di bawahnya. Jadi, dengan menaati dan menjalankan ketentuan-ketentuan
dalam UUD 1945 atau peraturan perundangan-undangan di bawahnya merupakan bentuk
pengalaman pancasila secara objektif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pengalaman secara objektif membutuhkan dukungan kekuasaan negara untuk
menerapkannya. Semoga warga negara atau penyelenggara negara yang berperilaku
menyimpang dari peraturan perundangan-undangan yang berlaku akan mendapatkan sanksi.
Pengalaman secara objektif bersifat memaksa serta adanya sanksi hukum.
Di samping mengamalkan secara objektif, secara subjektif warga negara dan
penyelenggara negara wajib mengamalkan pancasila dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Dalam rangka pengalaman secara subjektif, pancasila menjadi sumber
etika dalam bersikap dan bertingkah laku bagi setipa warga negara dan penyelenggra negara.
Dengan demikian, etika berbangsa dan bernegara bersumber pada nilai-nilai pancasila. Dalam
hubungan dengan hal tersebut, MPR telah mengeluarkan Ketetapan MPR No. VI/MPR/2001
tentang Etika Kehidupan Berbangsa. Dalam ketetapan tersebut dinyatakan bahwa etika
kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat merupakan penjabaran nilai-nilai pancasila
sebagai pedoman dalam berpikir, bersikap, dan bertingkah laku yang merupakan cerminan dari
nilai-nilai keagamaan dan kebudayaan yang sudah mengakar dalam kehidupan masyarakat.
Etika Kehidupan Berbangsa, Bernegara, dan Bermasyarakat bertujuan untuk:
a. memberikan landasan etik moral bagi seluruh komponen bangsa dalam menjalankan kehidupan
kebangsaan dalam berbagai aspek
b. menentukan pokok-pokok etika kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat, serta
c. menjadi kerangka acuan dalam mengevaluasi pelaksanaan nilai-nilai etika dan moral dalam
kehidupan berbangsa bernegara dan bermasyarakat
Etika kehidupan berbangsa meliputi etika sosial dan budaya, etika pemerintahan dan
politik, etika ekonomi dan bisnis, etika penegakan hukum yang berkeadilan, dan etika keilmuan
dan disiplin kehidupan.
Dengan berpedoman pada etika kehidupan berbangsa, penyelenggara negara dan warga
negara dapat bersikap dan berperilaku secara baik berdasarkan nilai-nilai pancasila dalam
kehidupannya. Etika kehidupan berbangsa tidak memiliki sanksi hukum, tetapi semacam kode
etik yaitu pedoman etika berbangsa yang memberikan sanksi moral bagi siapa saja yang
berperilaku menyimpang dari norma-norma etik tersebut
A. Landasan Pendidikan Pancasila

1. Landasan Historis

Bangsa Indonesia terbentuk melalui proses yang panjang mulai jaman kerajaan Kutai,
Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya penjajah. Bangsa Indonesia berjuang untuk menemukan
jati dirinya sebagai bangsa yang merdeka dan memiliki suatu prinsip yang tersimpul dalam
pandangan hidup serta filsafat hidup, di dalamnya tersimpul ciri khas, sifat karakter bangsa yang
berbeda dengan bangsa lain. Oleh para pendiri bangsa kita (the founding father) dirumuskan
secara sederhana namun mendalam yang meliputi lima prinsip (sila) dan diberi nama Pancasila.
Dalam era reformasi bangsa Indonesia harus memiliki visi dan pandangan hidup yang
kuat (nasionalisme) agar tidak terombang-ambing di tengah masyarakat internasional. Hal ini
dapat terlaksana dengan kesadaran berbangsa yang berakar pada sejarah bangsa.
Secara historis nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila sebelum
dirumuskan dan disahkan menjadi dasar negara Indonesia secara obyektif historis telah dimiliki
oleh bangsa Indonesia sendiri. Sehingga asal nilainilai Pancasila tersebut tidak lain adalah dari
bangsa Indonesia sendiri, atau bangsa Indonesia sebagai kausa materialis Pancasila.

2. Landasan Kultural

Bangsa Indonesia mendasarkan pandangan hidupnya dalam bermasyarakat, berbangsa dan


bernegara pada suatu asas kultural yang dimiliki dan melekat pada bangsa itu sendiri. Nilai-nilai
kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-sila Pancasila bukanlah merupakan
hasil konseptual seseorang saja melainkan merupakan suatu hasil karya bangsa Indonesia sendiri
yang diangkat dari nilai-nilai kultural yang dimiliki melalui proses refleksi filosofis para pendiri
negara. Oleh karena itu generasi penerus terutama kalangan intelektual kampus sudah seharusnya
untuk mendalami serta mengkaji karya besar tersebut dalam upaya untuk melestarikan secara
dinamis dalam arti mengembangkan sesuai dengan tuntutan jaman.

3. Landasan Yuridis

Landasan yuridis (hukum) perkuliahan Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi diatur


dalam UU No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 39 menyatakan : Isi
kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat Pendidikan Pancasila,
Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan.
Demikian juga berdasarkan SK Mendiknas RI, No.232/U/2000, tentang Pedoman
Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, pasal 10 ayat
1 dijelaskan bahwa kelompok Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, wajib diberikan dalam
kurikulum setiap program studi, yang terdiri atas Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, dan
Pendidikan Kewarganegaraan.
Sebagai pelaksanaan dari SK tersebut, Dirjen Pendidikan Tinggi mengeluarkan Surat
Keputusan No.38/DIKTI/Kep/2002, tentang Rambu-rambu Pelaksanaan Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian (MPK). Dalam pasal 3 dijelaskan bahwa kompetensi kelompok
mata kuliah MPK bertujuan menguasai kemampuan berfikir, bersikap rasional dan dinamis,
berpandangan luas sebagai manusia intelektual. Adapun rambu-rambu mata kuliah MPK
Pancasila adalah terdiri atas segi historis, filosofis, ketatanegaraan, kehidupan berbangsa dan
bernegara serta etika politik. Pengembangan tersebut dengan harapan agar mahasiswa mampu
mengambil sikap sesuai dengan hati nuraninya, mengenali masalah hidup terutama kehidupan
rakyat, mengenali perubahan serta mampu memaknai peristiwa sejarah, nilai-nilai budaya demi
persatuan bangsa.

4. Landasan Filosofis

Pancasila sebagai dasar filsafat negara dan pandangan filosofis bangsa Indonesia, oleh karena
itu sudah merupakan suatu keharusan moral untuk secara konsisten merealisasikan dalam setiap
aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Secara filosofis bangsa Indonesia sebelum mendirikan negara adalah sebagai bangsa yang
berketuhanan dan berkemanusiaan, hal ini berdasarkan kenyataan obyektif bahwa manusia
adalah mahluk Tuhan YME. Setiap aspek penyelenggaraan negara harus bersumber pada nilai-
nilai Pancasila termasuk sistem peraturan perundang-undangan di Indonesia. Oleh karena itu
dalam realisasi kenegaraan termasuk dalam proses reformasi dewasa ini merupakan suatu
keharusan bahwa Pancasila merupakan sumber nilai dalam pelaksanaan kenegaraan, baik dalam
pembangunan nasional, ekonomi, politik, hukum, social budaya, maupun pertahanan keamanan.
2.1 Nilai-Nilai yang Terkandung Dalam Pancasila
A. Pengertian Nilai
Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi
manusia.Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan
manusia.Adanya dua macam nilai tersebut sejalan dengan penegasan pancasila sebagai ideologi
terbuka. Perumusan pancasila sebagai dalam pembukaan UUD 1945. Alinea 4 dinyatakan
sebagai nilai dasar dan penjabarannya sebagai nilai instrumental.Nilai dasar tidak berubah dan
tidak boleh diubah lagi. Betapapun pentingnya nilai dasar yang tercantum dalam pembukaan
UUD 1945 itu, sifatnya belum operasional.Artinya kita belum dapat menjabarkannya secara
langsung dalam kehidupan sehari-hari. Penjelasan UUD 1945 sendiri menunjuk adanya undang-
undang sebagai pelaksanaan hukum dasar tertulis itu.Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam
pembukaan UUD 1945 itu memerlukan penjabaran lebih lanjut.Penjabaran itu sebagai arahan
untuk kehidupan nyata.Penjabaran itu kemudian dinamakan Nilai Instrumental.
Nilai Instrumental harus tetap mengacu kepada nilai-nilai dasar yang dijabarkannya
Penjabaran itu bisa dilakukan secara kreatif dan dinamis dalam bentuk-bentuk baru untuk
mewujudkan semangat yang sama dan dalam batas-batas yang dimungkinkan oleh nilai dasar itu.
Penjabaran itu jelas tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dasarnya.
B. Pancasila sebagai sumber nilai
Diterimanya pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional membawa konsekuensi
logis bahwa nilai-nilai pancasila dijadikan landasan pokok, landasan fundamental bagi
penyelenggaraan negara Indonesia. Pancasila berisi lima sila yang pada hakikatnya berisi lima
nilai dasar yang fundamental.
Nilai-nilai dasar dari pancasila tersebut adalah nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, Nilai
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, nilai Persatuan Indonesia, nilai Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalan permusyawaratan/perwakilan, dan nilai Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat indonesia. Dengan pernyataan secara singkat bahwa nilai dasar Pancasila adalah
nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.
C.Nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila
Nilai adalah hal ihwal yang memiliki makna bagi kehidupan manusia, kelompok
masyarakat, bangsa atau dunia. Dengan hadir atau absennya nilai dalam suatu kehidupan, akan
menimbulkan kepuasan diri manusia, sehingga manusia berusaha untuk merealisasikan atau
menolak kehadirannya. Sebagai akibat maka nilai dijadikan tujuan hidup, merupakan hal ihwal
yang ingin diwujudkan dalam kenyataan. Keadilan, kejujuran merupakan nilai yang sepanjang
abad selalu menjadi kepedulian manusia, untuk dapat diwujudkan dalam kenyataan. Sebaliknya
kezaliman, kebohongan selalu dihindari.
Dalam mengarungi kehidupan seseorang atau suatu bangsa memiliki tujuan yang hendak
dicapainya. Tujuan tersebut adalah terwujudnya kepuasan hidup, baik lahiriyah maupun batiniah.
Kepuasan hidup ini akan termanifestasi dalam terpenuhinya kebutuhan hidup, yang bermuara
pada perasaan sejahtera dan bahagia.
Kebutuhan hidup ini bertingkat-tingkat, mulai dari terpenuhinya kebutuhan pangan,
sandang, dan papan, meningkat pada kebutuhan perolehan pengetahuan, pelayanan kesehatan,
mobilitas, pelayanan hari tua dsb., meningkat lagi pada kebutuhan untuk dihormati dan dihargai
harkat dan martabatnya sehingga kebebasan dan kesetaraan dijunjung tinggi. Setelah hal-hal
tersebut tercapai, kebutuhan manusia meningkat lagi ke hal-hal yang menimbulkan kesenangan
dalam mengisi waktu senggang (leisure time). Ada pula manusia yang lebih menitik beratkan
terpenuhinya kehidupan spiritual yang akan mengantar pada kebahagiaan yang abadi. Namun
bila kita mencoba untuk mencermati lebih jauh, maka tujuan yang hendak dicapai manusia dalam
hidupnya adalah kedamaian, yang didukung oleh ketertiban, keteraturan, keamanan, dan
terpenuhinya kebutuhan hidup.
Dalam merealisasikan tujuan hidup, untuk mencapai kedamaian dan kepuasan diri,
manusia dihadapkan pada situasi penuh dengan permasalahan, di sinilah manusia harus
menentukan sikap dalam menentukan pilihan hidupnya, diperlukan prinsip yang akan
membinbing seorang dalam menentukan langkahnya. Prinsip akan memberikan corak pola fikir,
sikap dan tindakan, sedang nilai memberikan arah terhadap tindakan yang akan dilakukan.
Dari konsep dan prinsip yang terdapat dalam Pancasila, dapat ditemukan nilai dasar yang
menjadi dambaan bangsa Indonesia, yang ingin diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Nilai tesebut adalah perdamaian, keimanan, ketaqwaan, keadilan,
kesetaraan, keselarasan atau harmoni, keberadaban, persatuan, kesatuan, permufakatan,
kebijaksanaan dan kesejahteraan.
Damai adalah situasi yang menggambarkan tiadanya konflik, segala unsur yang terlibat
dalam suatu proses berlangsung secara selaras, serasi dan seimbang, sehingga menimbulkan
keteraturan, ketertiban dan keamanan. Segala kebutuhan yang diperlukan oleh manusia dapat
terpenuhi, sehingga tidak terjadi perebutan akan kepentingan. Hal ini akan terwujud bila segala
unsur yang terlibat dalam kegiatan bersama mampu mengendalikan diri secara prima dengan
asesanti memayu hayuning bawono serta leladi sesamining dumadi.
Iman adalah suatu keadaan yang menggambarkan keyakinan akan adanya kekuatan
supranatural yang disebut Tuhan Yang Maha Esa. Dengan keimanan namusia yakin bahwa Tuhan
menciptakan dan mengatur alam semesta. Apapun yang terjadi di dunia adalah atas
kehendakNya, dan manusia wajib untuk menerima dengan keikhlasan.
Taqwa adalah suatu sikap berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga bersedia
untuk mematuhi segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya. Ketaatan dan kepatuhan
ini didasari oleh keikhlasan dan kerelaan.
Adil adalah menempatkan segala perkara pada tempatnya. Segala unsur yang terlibat
dalam suatu kegiatan dihormati dan didudukkan sesuai dengan harkat dan martabatnya,
disesuaikan dengan peran fungsi dan kedudukkannya. Kewajiban dan hak asasi dihormati dan
didudukkan sesuai dengan prinsip Pancasila.
Setara adalah menempatkan segala perkara tanpa membeda-bedakan baik dari segi
jender, suku, ras, agama, adat dan budaya. Setiap orang diperlakukan sama dihadapan hukum,
memperoleh kesempatan yang sama dalam pelayanan pendidikan, kesempatan kerja sesuai
dengan potensi, kemampuan dan peran yang dimilikinya.
Selaras atau harmoni adalah keadaan yang menggambarkan keteraturasn, ketertiban,
ketaatan karena masing-masing unsur yang terlibat melaksanakan peran dan fungsi secara tepat,
sehingga timbul rasa nikmat dalam suasana damai. Ibarat suatu orchestra, masing-masing pemain
berpegang pada partitur yang tersedia, dan masing-masing pemain instrumen melaksanakan
secara taat dan tepat, maka akan terasa suasana nikmat dan damai.
Beradab akan terwujud apabila komponen yang terlibat dalam kehidupan bersama
berpegang teguh pada adat budaya yang mencerminkan nilai dasar yang dipegang dalam
kehidupan bersama. Beradab menurut bangsa Indonesia adalah apabila prinsip yang terkandung
dalam Pancasila dipergunakan sebagai acuan pola fikir dan pola tindak, sedang nilai dasar
Pancasila dipegang sebagai tujuan yang hendak direalisasikan.
Persatuan dan kesatuan menggambarkan bahwa bangsa Indonesia terdiri atas berbagai
komponen yang beraneka ragam, namun membentuk suatu kesatuan yang utuh. Masing-masing
komponen dihormati dan didudukkan sebagai bagian yang integral dalam kesatuan negara-
bangsa Indonesia.
Mufakat adalah hal ihwal yang mendapatkan kesepakatan bersama dari hasil
musyawarah. Hal ihwal yang telah menjadi suatu permufakatan dipegang teguh dalam kehidupan
bersama, masing-masing unsur yang terlibat dalam permufakatan wajib mematuhinya.
Bijaksana adalah hal ihwal yang menggambarkan hasil olah fikir dan olah rasa yang
bersendi pada kebenaran, dan keadilan. Bagi bangsa Indonesia tolok ukur kebijaksanaan tiada
lain adalah prinsip dan nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Sejahtera adalah kondisi yang menggambarkan terpenuhinya tuntutan dan kebutuhan
manusia baik kebutuhan lahiriyah maupun kebutuhan batiniah sehingga terwujud rasa puas diri,
yang akhirnya bermuara pada rasa damai.
Setelah kita faham mengenai konsep, prinsip dan nilai yang terkandung dalam Pancasila,
maka permasalahan berikut adalah bagaimana konsep, prinsip dan nilai yang terkandung dalam
Pancasila ini dapat diimplementasikan dalam berbagai kehidupan secara nyata.
2.2 Makna Nilai dalam Pancasila
a.Nilai Ketuhanan
Nilai ketuhanan Yang Maha Esa Mengandung arti adanya pengakuan dan keyakinan
bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai pancipta alam semesta.Dengan nilai ini menyatakan
bangsa indonesia merupakan bangsa yang religius bukan bangsa yang ateis.Nilai ketuhanan juga
memilik arti adanya pengakuan akan kebebasan untuk memeluk agama,menghormati
kemerdekaan beragama,tidak ada paksaan serta tidak berlaku diskriminatif antarumat beragama.
Makna sila ini adalah:
* Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya
masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
* Hormat dan menghormati serta bekerjasama antara pemeluk agama dan penganut-penganut
kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
* Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing.
* Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaannya kepada orang lain.
b.Nilai Kemanusiaan
Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung arti kesadaran sikap dan perilaku
sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan hati nurani dengan
memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya.
Makna sila ini adalah:
* Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama
manusia.
* Saling mencintai sesama manusia.
*Mengembangkan sikap tenggang rasa.
* Tidak semena-mena terhadap orang lain.
* Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
* Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
* Berani membela kebenaran dan keadilan.
* Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari masyarakat Dunia Internasional dan
dengan itu harus mengembangkan sikap saling hormat-menghormati dan bekerjasama dengan
bangsa lain.
c.Nilai Persatuan
Nilai persatuan indonesia mengandung makna usaha ke arah bersatu dalam kebulatan
rakyat untuk membina rasa nasionalisme dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.Persatuan
Indonesia sekaligus mengakui dan menghargai sepenuhnya terhadap keanekaragaman yang
dimiliki bangsa indonesia.
Makna sila ini adalah:
* Menjaga Persatuan dan Kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
* Rela berkorban demi bangsa dan negara.
* Cinta akan Tanah Air.
* Berbangga sebagai bagian dari Indonesia.
* Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.
d.Nilai Kerakyatan
Nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan mengandung makna suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat,
dan untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui lembaga-lembaga perwakilan.
Makna sila ini adalah:
* Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
* Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
* Mengutamakan budaya rembug atau musyawarah dalam mengambil keputusan bersama.
* Berrembug atau bermusyawarah sampai mencapai konsensus atau kata mufakat diliputi dengan
semangat kekeluargaan.
e.Nilai Keadilan
Nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengandung makna sebagai dasar
sekaligus tujuan, yaitu tercapainya masyarakat Indonesia Yang Adil dan Makmur secara lahiriah
atauun batiniah. Nilai-nilai dasar itu sifatnya abstrak dan normatif. Karena sifatnya abstrak dan
normatif, isinya belum dapat dioperasionalkan. Agar dapat bersifat operasional dan eksplisit,
perlu dijabarkan ke dalam nilai instrumental. Contoh nilai instrumental tersebut adalah UUD
1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya.
Makna sila ini adalah:
* Bersikap adil terhadap sesama.
* Menghormati hak-hak orang lain.
* Menolong sesama.
* Menghargai orang lain.
* Melakukan pekerjaan yang berguna bagi kepentingan umum dan bersama.
Sebagai nilai dasar, nilai-nilai tersebut menjadi sumber nilai. Artinya, dengan bersumber
pada kelima nilai dasar diatas dapat dibuat dan dijabarkan nilai-nilai instrumental
penyelenggaraan negara Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai