Anda di halaman 1dari 7

1.

Apa saja tujuan bersama yang mengikat kita sebagai satu bangsa dan membuat
kita merasa perlu untuk mempertahankan nasionalisme indonesia?
Nasionalisme adalah sebuah sikap politik dari masyarakat suatu bangsa yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas ke pentingan pribadi atau
kelompok. Nasionalisme ini berperan kuat dalam perjuangan dan
mempertahankan kemerdekaan. Tidak mustahil ke depan akan muncul ancaman
dan bahaya. Sehingga diperlukan semangat kebangsaan dengan intensitas tinggi
untuk menanggulangi itu. Berikut adalah tujuan bersama yang menggikat kita
sebagai satu bangsa dan membuat kita merasa perlu untuk mempertahankan
nasionalisme:
a. Menumbuhkan dan meningkatkan rasa cinta tanah air dan bangsa.
b. Membangun hubungan yang rukun dan harmonis antar individu dan
masyarakat.
c. Membangun dan mempererat tali persaudaraan antar sesama anggota
masyarakat.
d. Berupaya menghilangkan ekstramisme berlebihan dari warga negara kepada
masyarakat.
e. Menumbuhkan semangat rela berkorban bagi tanah air dan bangsa.
f. Menjaga tanah air dan bangsa dari serangan musuh baik dari dalam atau luar.

2. Nilai nilai apakah yang dapat mendukung terciptanya tujuan bersama?


Nilai nilai yang dapat mendukung terciptanya tujuan bersama adalah kerja keras,
saling menghormati, dan menghargai / toleransi.
3. Bagaimana formula nasionalisme yang relevan dalam konteks transnasionalisme
dan kewarganegaraan global?
Transnasionalisme adalah fenomena sosial dan agenda penelitian ilmiah yang
muncul karena manusia semakin saling terhubung dan perbatasan ekonomi dan
sosial antarnegara semakin kabur. Indonesia merupakan salah satu dari sekian
banyak negara yang memiliki warga negara dengan intelektual yang tinggi.
Namun, intelektual yang tinggi tersebut akan lebih baik dan lebih memiliki
manfaat yang begitu besar jika bisa dimanfaatkan untuk berperan aktif
mencurahkan pemikirannya untuk menghasilkan tindakan dan kontribusi yang
nyata demi kemajuan masyarakat, terutama di dalam kewarganegaraan global ini
pemikiran dan kontribusi seluruh warga negara Indonesia sangatlah dibutuhkan
demi kemajuan warga ataupun masyarakat di dunia. Tindakan dan kontribusi
yang nyata tersebut haruslah didasarkan pada semangat dan jiwa nasionalisme
yang tinggi, karena semangat jiwa nasionalisme merupakan akar dari berbagai
macam budaya dan nilai-nilai di dalam jati diri bangsa Indonesia. Selain itu, jiwa
nasionalisme pulalah yang menjadikan cinta tanah air dan penghormatan
terhadap bangsa Indonesia serta mendahulukan kepentingan nasional di atas
kepentingan pribadi atau golongan yang membuat warga negara Indonesia
memiliki akar yang kuat untuk menopang diri dalam menyampaikan aspirasi,
pemikiran ataupun tindakan dan kontribusi yang nyata demi kemajuan warga
ataupun masyarakat secara global. Dengan begitu, masyarakat global pun akan
memberikan penghargaan yang tinggi terhadap warga negara Indonesia karena
telah memberikan aspirasi, pemikiran, dan tindakan, serta kontribusi yang nyata
dengan didasarkan kepada jiwa nasionalisme yang tinggi.
Dengan demikian, betapa pentingnya jiwa nasionalisme dalam mendasarkan
kontribusi yang nyata untuk warga dunia di dalam lingkup kewarganegaraan
global, sehingga jiwa nasionalisme inilah yang merupakan kunci demi kemajuan
warga atau masyarakat di dunia di dalam kewarganegaraan global.

4. Bagaimana memaknai perubahan dan evolusi makna nasional itu sendiri?


Penting bagi bangsa Indonesia saat ini untuk duduk sejenak merenung, mengapa
mantra nasionalisme pada awal kemerdekaan begitu ampuh mengantarkan
Indonesia kepada tujuannya. Bahkan setelah kemerdekaan, nasionalisme kembali
menjadi mantra sakti yang menyatukan segenap perbedaan untuk bergerak
bersama mengisi pembangunan. Seperti kunci bertemu dengan gemboknya,
nasionalisme Indonesia pada masa kemerdekaan berada pada posisi tepat, bahkan
menjadi antitesis Nasionalisme Barat yang keliru. Pertama, nasionalisme
Indonesia dibungkus perasaan tertindas sebagai bangsa terjajah. Suka tidak suka,
perasaan tersebut mampu mengeliminasi segenap perbedaan menjadi kekuatan
dahsyat untuk mengusir penjajah.
Kedua, keinginan hidup bersama dalam tatanan yang lebih teratur secara sosial
dan politik merupakan modal dasar diperjuangkannya bentuk negara merdeka
dan berdaulat. Ketiga, nasionalisme Indonesia bergelora begitu dahsyat karena
memiliki musuh bersama, yakni kaum penjajah. Menjelang usianya yang ke-71
tahun, konteks nasionalisme Indonesia mengalami pergeseran makna. Pergeseran
ini mensyaratkan bahwa metode yang dipilih tidak sama dengan sebelumnya.
Dari sisi politik, sistem pemerintahan belum mampu mewujudkan cita-cita
masyarakat adil, makmur, dan sejahtera. Parpol sebagai mesin demokrasi masih
terbelenggu oleh kepentingan oligarki. Tak mengherankan jika produknya ialah
pemimpin yang belum bisa memenuhi kebutuhan rakyat. Korupsi menjadi agama
baru yang semakin masif pemeluknya, dari birokrat hingga parlemen, kelas teri
hingga kelas kakap.
Merujuk pada kondisi tersebut, nasionalisme Indonesia dituntut tidak hanya
berorientasi ke dalam, yakni penguatan identitas sebagai bangsa dan negara
Indonesia saja seperti halnya pada awal kemerdekaan, tapi juga berani melihat ke
luar sebagai bagian dari dunia internasional. Di sinilah titik rentan nasionalisme
Indonesia. Peran serta Indonesia dalam berbagai badan atau organisasi
supranasional menuntut Indonesia untuk tetap mampu mempertahankan
kedaulatan dan identitas nasionalnya. Kencangnya arus globalisasi juga
berpotensi menghadirkan ancaman terhadap nasionalisme Indonesia. Nilai-nilai
budaya asing dengan mudah diadopsi tanpa disaring generasi muda melalui
televisi, radio, dan beraneka ragam gawai yang semakin canggih. Akibatnya,
perilaku mereka semakin jauh dari nilai-nilai budaya ketimuran. Mendudukkan
nasionalisme Indonesia kini seyogianya berkiblat pada empat konsensus bangsa,
yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, begitu pendapat
beberapa kalangan. Sayangnya, bangsa ini kerap mengalami amnesia sejarah.
Nasionalisme yang dibutuhkan Indonesia ialah nasionalisme yang mampu
menjawab permasalahan saat ini yang semakin kompleks.

5. Apakah kebijakan mengadopsi kewarganegaraan ganda atau beberapa


kewarganegaraan dapat diterapkan di Indonesia tanpa mengurangi nasionalisme
bangsa ini?
Warga negara merupakan salah satu unsur yang esensial bagi berdirinya
suatu negara. Dengan memiliki status kewarganegaran, seorang individu diakui
sebagai salah satu anggota dari negara yang mengakuinya, dimana pengakuan
negara tersebut merupakan sebuah hubungan hukum antara dua pihak tersebut,
yaitu individu dan negara yang mengakuinya. Sehingga bisa dikatakan bahwa
melalui status kewarganegaraan tersebut individu bisa menikmati banyak
manfaat baik dari hukum nasional maupun internasional.

Untuk dapat menikmati apa yang disebut sebagai hak asasi manusia yang
universal, seorang individu harus menikmati hak atas kewarganegaraan terlebih
dahulu, yaitu status kewarganegaraan yang formal dan komplit setidaknya di satu
negara. Jika seseorang mempunyai kewarganegaraan di suatu negara, orang
tersebut mempunyai hak untuk tinggal, bekerja, memilih dan melakukan
perjalanan di negara tersebut. Namun di sisi lain, adalah merupakan hak suatu
negara untuk menentukan siapa saja yang menjadi warga negaranya selama tidak
melanggar prinsip-prinsip umum hukum internasional.

Pengaturan mengenai kewarganegaraan menjadi hal yang sangat penting dalam


kehidupan bernegara. Di Indonesia, pengaturan mengenai Kewarganegaraan
Indonesia selain terdapat dalam konstitusi juga diatur di peraturan perundang-
undangan di bawahnya. Pasal 28D ayat (4) UUD NRI Tahun 1945 menyatakan
bahwa: “Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.” Pasal ini merupakan
hasil perubahan kedua UUD NRI Tahun 1945. Sedangkan menurut Pasal 26 ayat
(1) UUD NRI Tahun 1945, “Yang menjadi warga negara ialah orang-orang
bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan
undang-undang sebagai warga negara.” Dari pasal tersebut terlihat bahwa UUD
NRI Tahun 1945 memberikan sebuah pengakuan bahwa status kewarganegaraan
adalah merupakan hak setiap orang.

Hak atas status kewarganegaraan mengandung makna tidak hanya hak untuk
memperoleh status kewarganegaraan, tetapi juga termasuk hak untuk merubah
serta hak untuk mempertahankan status kewarganegaraan. UUD NRI Tahun
1945 tidak secara eksplisit menjamin apakah seseorang berhak atas satu atau dua
status kewarganegaraan. Bagi UUD NRI Tahun 1945, yang penting adalah
bahwa tidak boleh adanya keadaan seseorang tanpa kewarganegaraan karena
UUD NRI Tahun 1945 sudah memberikan jaminan bahwa setiap orang berhak
atas status kewarganegaraan.

Sedangkan untuk kemungkinan terjadinya kewarganegaraan ganda, UUD NRI


Tahun 1945 tidak mengharuskan dan tidak juga melarang. Dalam hal ini,
kebijakan lebih lanjut diberikan kepada pembentuk undang- undang untuk
mengaturnya sesuai dengan ketentuan Pasal 26 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945,
yaitu bahwa “Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan
undang- undang”.

Saat ini, Undang-Undang yang mengatur tentang kewarganegaraan Indonesia


adalah UU No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.
Pada dasarnya UU No. 12 Tahun 2006 tidak mengenal kewarganegaraan ganda
dengan dianutnya asas kewarganegaraan tunggal oleh undang-undang ini.
Namun, UU No. 12 Tahun 2006 juga menganut Asas kewarganegaraan ganda
terbatas, yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan ganda bagi anak-anak
sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini, di antaranya
adalah anak-anak yang memiliki orangtua dengan status kewarganegaraan
berbeda dan salah satunya adalah WNI. Asas tersebut merupakan pengecualian
dalam rangka perlindungan terhadap anak.

Setelah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin anak tersebut harus
menyatakan memilih salah satu kewarganegaraannya. Beberapa pasal yang
membuktikan bahwa UU No. 12 Tahun 2006 tidak menganut kewarganegaraan
ganda untuk orang dewasa adalah Pasal 6 ayat (1), Pasal 7, Pasal 9 huruf (f),
Pasal 19, Pasal 20, Pasal 21, Pasal 23 huruf (a,b,h), Pasal 25, Pasal 26, dan Pasal
42.

UUD NKRI Tahun 1945 tidak secara eksplisit menjamin apakah seseorang
berhak atas satu atau dua status kewarganegaraan. Bagi UUD NRI Tahun 1945,
yang penting adalah bahwa tidak boleh adanya keadaan seseorang tanpa
kewarganegaraan karena UUD NRI Tahun 1945 sudah memberikan jaminan
bahwa setiap orang berhak atas status kewarganegaraan. Sedangkan untuk
kemungkinan terjadinya kewarganegaraan ganda, UUD NRI Tahun 1945 tidak
mengharuskan dan tidak juga melarang.

Sedangkan UU No. 12 Tahun 2006 tidak mengenal kewarganegaraan ganda


dengan dianutnya asas kewarganegaraan tunggal oleh undang-undang ini.
Namun, UU No. 12 Tahun 2006 juga menganut Asas kewarganegaraan ganda
terbatas sebagai pengecualian dalam rangka perlindungan terhadap anak bagi
anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini.
Setelah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin anak tersebut harus
menyatakan memilih salah satu kewarganegaraannya
6. Apakah elemen-elemen yang mengikat kita sebagai satu bangsa dapat
ditumbuhkan, dipelihara, dan diperkuat seiring dinamika kehidupan berbangsa,
bernegara, dan bermasyarakat?
Indonesia merupakan sebuah kesatuan dari beragam suku bangsa yang juga
memiliki perbedaan dalam bahasa, etnik, kepercayaan dan ideologi. Perbedaan
tersebut dapat mendorong untuk terjadinya konflik, namun sebaliknya juga dapat
menjadikan persatuan dengan terwujudnya sikap saling tolerir antar warga
Indonesia. Akan tetapi, untuk mewujudkan persatuan dengan dasar perbedaan
yang ada itu, Indonesia membutuhkan nilai-nilai yang dapat mengikatkan
masyarakatnya menjadi satu kesatuan (majemuk).
Tantangan utama bangsa Indonesia saat ini bukanlah melawan penjajah atau
pemberontak. Bukan pula melawan gejala kuat untuk mengubah dasar negara
atau bentuk negara seperti yang pernah terjadi dalam sejarah kehidupan
berbangsa di Indonesia. Tantangan bangsa saat ini adalah menjaga kemajemukan
dan rasa persatuan yang merupakan kekayaan dan kekuatan bangsa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai