Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan sesuai
dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pembukaan Undang Undang
Sehat merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi setiap manusia dalam
berbagai tatanan kehidupan dan tingkatan kehidupan tanpa mengenal jenis kelamin, usia, suku
maupun golongan. Suatu saat jika kondisi seseorang mengalami gangguan sehingga
dinyatakan sakit maka akan muncul konsekuensi tidak bisa bekerja, yang dibenarkan sebagai
alasan meninggalkan tugas, yang akhirnya berdampak pada penurunan produktifias dan
negara hukum sebagai bagian dari perlindungan hak asasi manusia. Pasal 28H Ayat 1 UUD
1945 menyatakan “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan.” Namun, ditengah jaminan terhadap kesehatan dan pelayanan kesehatan sering
terjadi berbagai macam perilaku masyarakat yang berakibat fatal terhadap kesehatan
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, atau bahan mineral, sediaan sarian (gelenik) atau campuran dari bahan bahan
tersebut telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Hal ini tercantum dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 1 Ayat
1
Susilo Martoyo, 1998, Pengetahuan Dasar Manajemen Dan Kepemimpinan, BPFE, Yogyakarta, Hlm. 6
2
Sri Siswati, 2015, Etika dan Hukum Kesehatan, Cetakan ke 2, PT Rajagrafindo Persada, ,Depok, Hlm
3
9 dan Peraturan Menteri Kesehatan No 246/MenKes/Per/V/1990 tentang Izin Usaha dan
Pendaftaran Obat Tradisional. Takaran obat tradisional tersebut digunakan untuk pengobatan
Obat tradisional sama dengan obat herbal dimana terbuat dari bahan atau ramuan
yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, atau bahan mineral, sediaan sarian (gelenik) atau
campuran dari bahan bahan tersebut serta tidak mengandung bahan kimia. Namun, pelaku
usaha disini menjual obat tradisional yang didalamnya mengandung bahan kimia dan tidak
sesuai takaran. Salah satunya adalah obat tradisional Jamu cap madu klanceng yang
diproduksi oleh UD Telaga Ayu Mandiri. Obat tradisional tersebut mengandung bahan kimia
fenilbutazon, dijual dalam kemasan botol, bentuk obat yaitu cairan obat dalam, yang apabila
dikonsumsi dalam waktu yang relatif lama dapat menimbulkan efek samping yaitu dapat
menyebabkan bisul pada saluran pencernaan, dikrasia darah, kerusakan ginjal (terutama
pecahnya pembuluh darah pada ginjal), memar pada mulut jika dikonsumsi melalui mulut dan
pendarahan internal.
Ancaman dan akibat negatif dalam hal tersebut merupakan tanggung jawab bersama
tentang kesehatan diamanatkan mengenai tugas dan tanggung jawab pemerintah dalam
kesehatan serta menggerakkan peran serta masyarakat. Salah satunya melalui kegiatan
pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan untuk melindungi masyarakat dari bahaya
yang disebabkan oleh penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tidak memenuhi
persyaratan mutu dan atau keamanan dan atau kemanfaatan, hal ini perlu menjadi perhatian
Banyak beredar dan diperdagangkannya berbagai jenis obat atau makanan dan
minuman yang tidak memenuhi persyaratan, pada akhirnya dapat membawa dampak negatif
terhadap upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia
sangat ditentukan terutama oleh kualitas pangan yang dikonsumsinya. Oleh karena itu perlu
dilakukan berbagai upaya untuk melindungi masyarakat dari kerugian dan bahaya, bahkan
dari kematian yang mungkin ditimbulkan dari berbagai jenis pangan yang tidak memenuhi
persyaratan dan standar kesehatan yang telah ditetapkan. Baik pangan yang diproduksi
didalam negeri ataupun pangan yang berasal dari negara-negara lain. 3 Produsen dan
distributor dalam kasus ini dituntut untuk mengetahui cara mengurus surat izin edar yang baik
dan benar.
Dalam Pasal 62 angka 4 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja
yang mengatur tentang perubahan terhadap Pasal 106 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2009 Tentang Kesehatan Kesehatan yang menyebutkan bahwa setiap orang yang
memproduksi dan/atau mengedarkan sediaan farmasi dan alat kesehatan harus memenuhi
Perizinan Berusaha dari Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai dengan
kewenangannya berdasarkan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat. Sediaan farmasi yang dimaksud dalam pasal tersebut adalah Obat, Bahan
Obat, Obat Tradisional, dan Kosmetik. Termasuk dalam sediaan farmasi adalah suplemen
Berkaitan dengan hal tersebut, tugas dan tanggungjawab staf Badan POM di bidang
pemeriksaan dan penyidikan adalah dengan melakukan pengawasan terhadap produksi dan
distribusi obat, makanan, minuman, kosmetik, dan obat tradisional baik di sarana produksi
dan distribusi. Berdasarkan Pasal 4 KUHAP salah satu yang berhak melakukan penyidikan
adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-
Undang (dalam hal ini adalah PPNS BPOM). Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan Pasal 189 ayat (2), menyebutkan kewenangan PPNS BPOM dalam melakukan
1. Melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan serta keterangan tentang tindak pidana di
bidang kesehatan;
2. Melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak pidana di bidang
kesehatan;
3
Sugiyono, 2011, Kompilasi Hukum Bidang Pangan (keamanan pangan), Grafika, Jakarta Timur, Hlm. 2
3. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan hukum sehubungan dengan
4. Melakukan pemeriksaan atas surat dan/atau dokumen lain tentang tindak pidana di bidang
kesehatan;
5. Melakukan pemeriksaan atau penyitaan bahan atau barang bukti dalam perkara tindak
6. Meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di
bidang kesehatan;
7. Menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti yang membuktikan adanya
sangat luas, mulai dari proses penyusunan standar sarana dan produk, penilaian
hukum terhadap berbagai pihak yang melakukan penyimpangan cara produksi dan
distribusi, maupun pengedaran produk yang tidak sesuai ketentuan yang berlaku.
Penjualan obat tradisional yang melibatkan semua pihak termasuk para penjual obat
tradisional merupakan sebuah pelanggaran yang harus ditindak oleh pemerintah. Akan
tetapi pemerintah dan aparat yang berwenang harus cermat dalam menangani kasus
penjualan obat tradisioal yang mengandung bahan kimia karena tidak semua penjual
diperjualbelikan.
Di Indonesia, khususnya di Kalimantan Tengah masih banyak ditemukan obat
dan minuman yang tidak memenuhi mutu dan standar kelayakan. Dari data
dilapangan yang sudah pernah ditangani oleh BPOM Kalimantan Tengah terdapat 8
kasus yang terjadi dari tahun 2017 sampai dengan 2020 mengenai peredaran obat
tradisional mengandung bahan kimia berbahaya. Jika melihat data yang tangani oleh
hanyalah sedikit, tetapi apabila melihat fakta dilapangan peredaran obat tradisional
mengandung bahan kimia ini masih banyak ditemui. Hal ini didasarkan oleh pihak
BPOM Kalimantan Tengah yang secara rutin melakukan inspeksi mendadak (sidak)
terhadap pelaku usaha yang menjual obat tradisional tanpa izin edar dan setiap
bahan kimia berbahaya.4 Salah satunya adalah kasus yang menimpa seorang pedagang
Palangka Raya bersama-sama dengan tim Polda Kalteng melaksanakan razia obat
tradisional yang dilakukan oleh H. Sujai bin Punamin yang bertempat di Jalan P.
Antasari Sampit dan gudang di Jalan Kopi Selatan Kelurahan Ketapang Kecamatan
penggeledahan di toko dan gudang penyimpanan milik terdakwa, dan dari hasil
jamu yang terdiri dari 3 (tiga) jenis obat tradisional yang mengandung bahan kimia,
dan diantaranya adalah berupa Jamu Jawa Asli Cap Madu Klanceng (Jamu tradisional
Asam Urat Cap Madu Klanceng) sebanyak 401 (empat ratus satu) dus, Jamu jawa
Asli Cap Tawon Klenceng sebanyak 195 (seratus Sembilan puluh lima) dus dan Jamu
4
Hasil wawancara dengan Bapak Vicky Agung Kresnanto, Selaku Staf Bidang Informasi dan Komunikasi
BPOM Kalimantan Tengah, pada tanggal 16 November 2020
5
Putusan Pengadilan Negeri Sampit Nomor 82/Pid.Sus/2018/PN Spt
Montalin sebanyak 54 (lima puluh empat) kotak yang mana seluruh barang bukti yang
ditemukan petugas adalah tanpa memiliki izin edar dan mengandung bahan kimia.
kimia dan tanpa memiliki ijin edar, hanya berdasarkan tingginya permintaan pembeli di
wilayah terdakwa, sehingga terdakwa bekerja sama dengan rekan terdakwa yang berada di
Surabaya untuk menyediakan obat tradisional sesuai pesanan terdakwa kemudian obat-obatan
jamu tersebut dikirim dari Surabaya dan selanjutnya di jual atau diedarkan oleh terdakwa
tradisional mengandung bahan kimia berbahaya dan tidak ada izin edar telah diatur di
Pasal 196: “Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan
farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memenuhi standar dan/atau persyaratan keamanan,
khasiat atau kemanfaatan, dan mutu sebagaimana dimaksud dalam pasal 98 ayat (2) dan ayat
(3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Pasal 62 angka 11 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja yang
Pasal 197: Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan
farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memiliki perizinan berusaha sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15
(lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima
tradisional masih kurang dengan masih banyak ditemui di pasaran dan merupakan
tindak pidana yang membahayakan dan merugikan masyarakat, maka penulis tertarik
untuk mengkaji yang selanjutnya akan dituangkan dalam proposal skripsi dengan
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penegakan hukum pidana bagi pelaku usaha yang memperdagangkan obat
2. Apa hambatan dalam melakukan penegakan hukum pidana bagi pelaku usaha yang
Kalimantan Tengah?
1. Darimana pihak bpom tahu ada pelaku usaha yang mengedarkan obat tradisional
mengandung bahan kimia berbahaya:
- Yaitu melihat di public warning yang di rilis oleh BPOM RI, sebelum di sampling
melihat ke public warning terlebih dahulu. Public warning adalah menerbitkan
peringatan publik terkait obat tradisional, suplemen kesehan, dan kosmetik yang
beresiko terhadap kesehatan.
- Produk yang diedarkan di kalteng disampling secara rutin,melakukan pengawasan
premarket yaitu sebelum produk tsbt dijual dan diedarkan dalam masyarakat harus
memiliki izin edar (memenuhi persyaratan berkaitan dengan keamanan, khasiat
dan mutu), serta melakukan pengawasan post market, yaitu setelah produk
dipasarkan di sampling lagi, apakah produk terebut masih aman sesuai
berdasarkan saat pertama kali diedarkan.
2. Upaya untuk mengatasi hambatan yang dihadapi dalam penegakan hukum pidana ?
1. Meningkatkan kompetensi
2. Pemetaan wilayah
3. Mempererat hubungan dengan aparat penegak hukum lainnya (pihak kepolisian)
untuk meminimalisir hambatan yang dihadapi.
4. harus bekerjasama dengn pihak ekspedisi