Anda di halaman 1dari 95

Pengertian Kewarganegaraan – Pendidikan,

Tujuan, Konsep, Asas, Unsur, Status, Para


Ahli
Pengertian Kewarganegaraan – Pendidikan, Tujuan,
Konsep, Asas, Unsur, Status, Para Ahli : Kewarganegaraan ialah
keanggotaan seseorang dalam kontrol satuan politik tertentu (secara
khusus ialah negara) yang dengannya akan membawa hak untuk
berpartisipasi dalam kegiatan politik. Seseorang dengan memiliki
keanggotaan yang sedemikian ialah disebut warga negara.

Pengertian Kewarganegaraan
Kewarganegaraan ialah bagian dari konsep kewargaan ( dalam bahasa
Inggris ialah citizenship). Di dalam pengertian tersebut , warga suatu
kota ataupun kabupaten ialah disebut sebagai warga kota atau warga
kabupaten, dikarenakan keduanya juga merupakan satuan politik.
Dalam suatu otonomi daerah, kewargaan ini akan menjadi penting,
sebab masing-masing satuan politik akan memberikan hak (biasanya
sosial) yang berbeda-beda bagi warganya.
Kewarganegaraan memiliki kemiripan dengan kebangsaan (bahasa
Inggris ialah nationality). Yang membedakan ialah hak-hak untuk
dapat aktif dalam perpolitikan. Ada kemungkinan untuk memiliki
kebangsaan tanpa harus menjadi seorang warga negara.

Pengertian Kewarganegaraan Menurut Para Ahli


Berikut Ini Meerupakan Pengertian Kewarganegaraan Menurut Para
Ahli.
 Daryono
Kewarganegaraan ialah isi pokok yang mencakup hak serta kewajiban
warga Negara.Kewarganegaraan adalah keanggotaan seseorang
didalam satuan politik tertentu (secara khusus ialah Negara ) yang
dengannya akan membawa hak untuk dapat berpartisipasi dalam
kegiatan politik. Seseorang dengan keanggotaan yang demikian ialah
disebut dengan warga Negara.
 Wolhoff
Kewarganegaraan adalah keanggotaan suatu bangsa tertentu yakni
ialah sejumlah manusia yang terikat dengan yang lainnya dikarenakan
kesatuan bahasa kehidupan social-budaya serta kesadaran
nasionalnya. Kewarganegaraan pun memiliki kemiripan dengan
kebangsaan yang membedakana ialah hak-hak untuk aktif dalam
perpolitikan.

 Ko Swaw Sik ( 1957 )

Kewarganegaraan ialah ikatan hukum antara Negara serta seseorang.


Ikatan itu menjadi suatu “kontrak politis” antara Negara yang
mendapat status sebagai Negara yang berdaulat serta diakui karena
memiliki tata Negara.Kewarganegaraan ialah bagian dari konsep
kewargaan .
 R. Daman
Kewarganegaraan ialah istilah hal-hal yang berhubungan dengan
penduduk dalam suatu bangsa.
 Graham Murdock ( 1994 )
Kewarganegaraan adalah hak untuk dapat berpartisipasi secara utuh
dalam berbagai pola struktur social , politik serta kehidupan kultural
serta untuk dapat membantu menciptakan bentuk-bentuk yang
selanjutnya dengan begitu maka memperbesar ide-ide.
 R. Parman
Kewarganegaraan adalah suatu hal-hal yang saling berhubungan
dengan penduduk dalam suatu bangsa.
 Soemantri
Kewarganegaraan adalah sesuatu yang saling berhubungan dengan
manusia sebagai individu dalam suatu perkumpulan yang terorganisir
dalam suatu hubungan dengan Negara.
 Mr. Wiyanto Dwijo Hardjono, S.Pd.
Kewarganegaraan adalah keanggotaan seseorang dalam satuan politik
tertentu (secara khusus ialah Negara) yang dengannya membawa hak
untuk dapat berprestasi dalam kegiatan-kegiatan politik.

 Stanley E. Ptnord dan Etner F.Peliger

Kewarganegaraan adalah studi yang berhubungan dengan tugas-tugas


pemerintahan serta hak-kewajiban warga Negara.

Pendidikan Kewarganegaraan
Perkembangan globalisasi yang ditandai dengan kuatnya pengaruh
lembaga-lembaga kemasyarakatan internasional, negara-negara maju
yang ikut mengatur pecaturan perpolitikan, perekonomia, sosial
budaya dan pertahanan serta keamanan global.
Kondisi ini akan menumbuhkan berbagai konflik kepentingan, baik
antar negara maju dengan negara-negara berkembang, maupun
antar sesama negara-negara berkembang sendiri serta lembaga-
lembaga Internasional. Kecuali itu adanya isu-isu global yang
meliputi demokratisasi, hak asasi manusia dan lingkungan hidup,
turut pula mempengaruhi keadaan nasional.

Globalisasi ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu


pengetahuan dan teknologi, khususnya di bidang informasi
komunikasi dan transportasi sehingga dunia menjadi semakin
transparan, seolah-olah menjadi seperti kampung dunia tanpa
mengenal batas negara (Edy Pramono, 2004: 1-2), suatu peristiwa
yang terjadi di salah satu kawasan, seketika itu juga dapat diketahui
dan diikuti oleh mereka yang berada di kawasan lain.
Cotoh: peristiwa pembunuhan terhadap 3 orang personil UNHCR
dikamp pengungsi Timor Timur di Atambua tanggal 6 September
2000 langsung tersiar di seluruh dunia, dan mendorong Dewan
Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi Nomor 1319, tanggal 9
September 2000, dan Amerika Serikat mengenakan embargo militer
terhadap Indonesia. Ini berarti era globalisasi itu dapat berdampak
besar, baik yang bersifat positif maupun yang negatif.
Dampak positif adalah seperti dapat meningkatkan ksejahteraan,
memberi peluang-peluang baru, sedang yang negatif adalah seperti
dapat mengganggu keamanan, memperburuk ekonomi,
marginalisasi sosial dan meningkatnya kemiskinan. Di era globalisasi
juga akan berkembangnya suatu standarisasi yang sama dalam
berbagai bidang kehidupan.
Negara atau pemerintah dimanapun, terlepas dari sistem ideologi atau
sistem sosial yang dimiliki, dipertanyakan apakah hak-hak asasi
dihormati, apakah demokrasi dikembangkan, apakah kebebasan dan
keadilan dimiliki oleh setiap warganya, bagaimana lingkungan hidup
dikelola. Implikasi globalisasi menjadi semakin kompleks karena
masyarakat hidup dalam standar ganda.
Di satu pihak orang ingin mempertahankan budaya lama yang
diimprovisasikan untuk melayani perkembangan baru, yang disebut
dengan budaya sandingan (sub-culture). Di pihak lain muncul
tindakan-tindakan melawan terhadap perubahan-perubahan yang
dirasakan sebagai ”nestapa” dari mereka yang dipinggirkan, tergeser
dan tergusur, tidak terlayani oleh masyarakatnya, yang disebut
sebagai budaya tandingan (counter- culture).
Ini berarti globalisasi juga akan menciptakan struktur baru, yaitu
struktur global. Kondisi ini akan mempengaruhi struktur dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta akan
mempengaruhi juga dalam pola pikir, sikap dan tindakan masyarakat
di Indonesia sehingga akan mempengaruhi kondisi mental spiritual
bangsa Indonesia.
Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia yang dimulai sejak era
sebelum dan selama penjajahan, kemudian dilanjutkan dengan era
perebutan dan mempertahankan kemerdekaan sampai denganera
pengisian kemerdekaan, menimbulkan kondisi dan tuntutan yang
berbeda sesuai dengan zamannya.
Kondisi dan tuntutan yang berbeda tersebut ditanggapi oleh bangsa
Indonesia berdasarkan kesamaan nilai-nilai perjuangan bangsa yang
senantiasa tumbuh dan berkembang. Kesamaan nilai-nilai ini
dilandasi oleh jiwa, tekad, dan semangat kebangsaan. Kesemuanya
tumbuh menjadi kekuatan yang mampu mendorong proses
terwujudnya Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam wadah
Nusantara.
Semangat perjuangan bangsa yang tak kenal menyerah telah terbukti
pada perang kemerdekaan 17 Agustus 1945. Semangat perjuangan
bangsa tersebut dilandasi oleh keimanan serta ketaqwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan keihklasan untuk berkorban. Landasan
perjuangan tersebut merupakan nilai-nilai perjuangan bangsa
Indonesia, yang telah melahirkan kekuatan yang luar biasa pada masa
perjuangan fisik.
Sedang dalam menghadapi globalisasi dan menatap masa depan
untuk mengisi kemerdekaan, kita memerlukan perjuangan non fisik
sesuai dengan bidang profesi masing-masing. Perjuangan ini pun
perlu dilandasi oleh nilai-nilai perjuangan bangsa Indonesia juga,
sehingga kita tetap memiliki wawasan dan kesadaran bernegara, sikap
dan perilaku yang cinta tanah air, dan mengutamakan persatuan serta
kesatuan negara dalam rangka bela negara demi tetap utuh dan
tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Perjuangan secara fisik yang sesuai bidang masing-masing tersebut
memerlukan sarana kegiatan pendidikan bagi setiap warga negara
Indonesia pada umumnya dan mahasiswa sebagai calon cendekiawan
pada khususnya, yaitu melalui Pendidikan Kewarganegaraan. Sebab
Pendidikan Kewarganegaraan adalah merupakan usaha untuk
membekali peserta didik dengan kemampuan dan pengetahuan dasar
berkenaan dengan hubungan antara warga negara dengan negara
serta Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN) agar dapat
menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan
negaranya.

Jadi tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk membekali


peserta didik dengan kemampuan dan pengetahuan dasar berkenaan
dengan hubungan antara warga negara dengan negara. Oleh karena
itu dalam pengajarannya perlu dijelaskan bagaimana bentuk
hubungan antara warga negara yang sehat, positif, dan dapat
diandalkan.

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan.


Berdasarkan dengan Kep. Dirjen Dikti No. 267/Dikti/2000, tujuan
Pendidikan Kewarganegaraan ialah mencakup:

Tujuan Umum :
Untuk dapat memberikan pengetahuan serta kemampuan dasar
kepada mahasiswa mengenai hubungan antara warga negara dengan
negara serta PPBN agar menjadi warga negara yang diandalkan oleh
bangsa serta negara.

Tujuan Khusus :
 Agar mahasiswa juga dapat memahami serta melaksanakan hak
dan kewajiban secara santun, jujur, serta demokratis serta ikhlas
sebagawai Warga Negara Indonesia terdidik dan bertanggung
jawab.
 Agar mahasiswa menguasai serta memahami berbagai masalah
dasar dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa serta
bernegara, dam dapat mengatasinya dengan pemikiran kritis
serta bertanggung jawab yang berlandaskan Pancasila, Wawasan
Nusantara, dan juga Ketahanan Nasional.
 Agar mahasiswa memiliki sikap serta perilaku yang sesuai
dengan nilai-nilai kejuangan, cinta tanah air, serta rela
berkorban bagi nusa dan bangsa.

Konsep Dasar Kewarganegaraan


Dalam pengertian Warga negara diartikan dengan orang-orang
sebagai bagian dari suatu penduduk yang menjadi unsur negara serta
mengandung arti peserta, anggota atau warga dari suatu negara, yakni
peserta dari suatu persekutuan yang didirikan dengan kekuatan
bersama.
Dahulu istilah warga negara seringkali disebut hamba atau kawula
negara yang dalam bahasa inggris (object) berarti orang yang memiliki
dan mengabdi kepada pemiliknya. AS Hikam mendifinisikan bahwa
warga negara yang merupakan terjemahan dari citizenship adalah
anggota dari sebuah komunitas yang membentuk negara itu sendiri.
Sedangkan Koerniatmanto S, mendefinisikan warga negara dengan
anggota negara. Sebagai anggota negara, seorang warga negara
mempunyai kedudukan yang khusus terhadap negaranya. Ia
mempunyai hubungan hak dan kewajiban yang bersifat timbal balik
terhadap negaranya.
Dalam konteks Indonesia, istilah warga negara (sesuai dengan UUD
1945 pasal 26) dikhususkan untuk bangsa Indonesia asli dan bangsa
lain yang disahkan undang-undang sebagai warga negara. Dalam
pasal 1 UU No. 22/1958 bahwa warga negara Republik Indonesia
adalah orang-orang yang berdasarkan perundang-undangan dan
perjanjian-perjanjian dan peraturan-peraturan yang berlaku sejak
Proklamasi 17 Agustus 1945 sudah menjadi warga negara Republik
Indonesia.

Asas Kewarganegaraan
Asas kewarganegaraan yaitu daklam berfikir untuk menentukan
masuk dan tidaknya seseorang menjadi anggota/warga dari suatu
negara. Adapun asas-asas yang dianut dalam Undang-Undang No.12
Tahun 2006 adalah sebagai berikut:

 Asas Ius Soli (Low of The Soli)


Adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang
berdasarkan negara tempat kelahiran.

 Asas Ius Sanguinis ( Law of The Blood)


Adalah penentuan kewarganegaraan berdasarkan keturunan/pertalian
darah. Artinya penentuan kewarganegaraan berdasarkan
kewarganegaraan orang tuanya bukan berdasarkan negara tempat
kelahiran.
 Asas Kewarganegaraan Tunggal
Adalah asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi setiap
orang.

 Asas Kewarganegaraan Ganda Terbatas


Adalah asas menentukan kewarganegaraan ganda bagi anak-anak
sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini.

Unsur Penentu Warga Negara


Unsur yang menentukan kewarganegaraan seseorang ada 3 (tiga),
yaitu:

 Unsur Darah Keturunan (Ius Sanginis)


Kewarganegaraan dari orang tua yang menurunkanya menentukan
kewarganegaraan seseorang, artinya jika orang dilahirkan dari orang
tua yang berkewarganegaraan Indonesia, ia dengan sendirinya juga
warga negara Indonesia.

 Unsur Daerah Tempat Kelahiran (Ius Soli)


Dari tempat seseorang dilahirkan menentukan kewarganegaraannya.
Misalnya jika seseorang dilahirkan di dalam daerah hukum Indonesia,
ia dengan sendirinya menjadi warga negara Indonesia. Terkecuali
anggota-anggota korps diplomatic dan anggota tentara asing yang
masih dalam ikatan dinas.

 Unsur Pewarganegaraan (Naturalisasi)


Walaupun tidak memenuhi prinsip ius sanguinis dan ius
soli seseorang dapat juga memperoleh kewarganegaraan dengan jalan
pewarganegaraan. Undang-Undang No.12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia dimana Pewarganegaraan
adalah tatacara bagi orang asing untuk memperoleh kewarganegaraan
Republik Indonesia melalui permohonan. Dalam Undang-Undang
dinyatakan bahwa kewarganegaraan Republik Indonesia dapat juga
diperoleh memalului pewarganegaraan.
Permohonan pewarganegaraan dapat diajukan oleh pemohon jika
memenuhi persyaratan sebagai berikut: telah berusia 18 (delapan
belas) tahun atau sudah kawin, pada waktu mengajukan permohonan
sudah bertempat tinggal di wilayah negara Republik Indonesia paling
singkat 5 (lima) tahun berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh)
tahun tidak berturut-turut,
sehat jasmani dan rohani, dapat berbahasa Indonesia serta mengakui
dasar negara Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, tidak pernah dijatuhi pidana karena
melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 1
(satu) tahun, jika dengan memperoleh kewarganegaraan Indonesia,
tidak menjadi kewarganegaraan ganda, mempunyai pekerjaan dan
berpenghasilan tetap, membayar uang pewarganegaraan ke Kas
Negara.

Problem Status Kewarganegaraan


Dalam kewarganegaraan ada 3 (tiga ) status, yaitu:

1. Apartide
Apatride yakni kasus dimana seorang anak tidak memiliki
kewarganegaraan. Keadaan ini terjadi karena seorang Ibu yang
berasal dari negara yang menganut asas ius sol imelahirkan seorang
anak di negara yang menganut asas ius sanguinis. Sehingga tidak ada
negara baik itu negara asal ibunya ataupun negara kelahirannya yang
mengakui kewarganegaraannya anak tersebut.

2. Bipatride
Bipatride yakni Istilah yang digunakan untuk orang-orang yang
memiliki status kewarganegaraan rangkap atau dengan istilah lain
yang dikenal dwi-kewarganegaraan. Hal ini terjadi karena seorang Ibu
berasal dari negara yang menganut asas ius sanguinis melahirkan
seorang anak di negara yang menganut asas ius soli. Sehingga kedua
negara (negara asal dan negara tempat kelahiran) sama-sama
memberikan status kewarganegaraannya.

3. Multipatride
Multipatride adalah istilah yang digunakan untuk menyebutkan
status kewarganegaraan seseorang yang memiliki lebih dari dua status
kewarganegaraan. Dalam UU RI No. 12 Tahun 2006, memang tidak
dibenarkan seseorang memiliki 2 kewarganegaraan atau tidak
memiliki kewarganegaraan. Tapi untuk anak-anak ada pengecualian.
Dengan catatan setelah anak tersebut berusia 18 tahun, dia harus
memilih status kewarganegaraannya. Status kewarganegaraan
tersebut dapat diperoleh dengan cara “Naturalisasi“, yakni dapat
berupa pengajuan atau penolakan kewarganegaraan (disertai
penerimaan status kewarganegaraan yang lain) tentunya dengan
memenuhi persyaratan dari negara yang diajukan.

Wawasan Nusantara: Pengertian,


Tujuan, Fungsi, Aspek, dan
Implementasinya

Pengertian Wawasan Nusantara


Apa itu wawasan nusantara? Pengertian Wawasan Nusantara adalah cara
pandang dan sikap bangsa Indonesia terhadap diri dan bentuk geografinya
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dengan menghargai dan
mengutamakan kebhinekaan dalam mencapai tujuan nasional.
Secara etimologis kata Wawasan Nusantara berasal dari bahasa Jawa, yaitu
Wawas, Nusa, dan Antara. Arti kata wawas adalah Pandangan, Tinjauan,
Penglihatan Indrawi. Kata Nusa berarti pulau atau kesatuan kepulauan,
sedangkan Antara berarti dua benua dan dua samudera.
Sehingga pengertian Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa
Indonesia terhadap kesatuan kepulauan yang berada di antara dua benua
(benua Asia dan Australia) dan dua samudera (samudera hindia dan pasifik).

Wawasan nusantara memiliki dasar hukum yang diterima sebagai konsepsi


politik kewarganegaraan yang tercantum dalam:

1. Tap MPR. No. IV/MPR/1973 pada tanggal 22 maret 1973


2. Tap MPR. No IV/1978/22/Maret/1978/ tentang GBHN
3. Tap MPR. No. II/MPR/1983/12/Maret/1983

Pengertian Wawasan Nusantara Menurut


Para Ahli
Untuk lebih memahami apa arti wawasan nusantara, maka kita dapat merujuk
pada pendapat beberapa ahli. Berikut ini adalah pengertian wawasan
nusantara menurut para ahli:

1. Prof. Wan Usman


Menurut Prof. Wan Usman, pengertian Wawasan Nusantara adalah cara
pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan tanah airnya sebagai Negara
kepulauan dengan semua aspek kehidupan yang beragam.

2. Samsul Wahidin
Menurut Samsul Wahidin, pengertian wawasan nusantara adalah cara
pandang, cara memahami, cara menghayati, cara bersikap, bertindak, berpikir
dan bertingkah laku bagi Bangsa Indonesia sebagai hasil interaksi proses-
proses psikologis, sosiokultural dalam arti yang luas dengan aspek-aspek asta
grata.
3. Munadjat Danusaputro
Menurut Munadjat Danusaputro, pengertian wawasan nusantara adalah cara
pandang Bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya dalam eksistensi
yang serba terhubung serta pemekarannya di tengah-tengah lingkungan
tersebut berdasarkan asas nusantara.

4. Srijanti, Kaelan, dan Achmad Zubaidi


Menurut Srijanti, Kaelan, dan Achmad Zubaidi, arti wawasan nusantara adalah
cara pandang Bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 serta sesuai dengan geografi wilayah nusantara yang
menjiwai kehidupan bangsa dalam mencapai tujuan atau cita-cita nasionalnya.

5. Sumarsono
Menurut Sumarsono, definisi wawasan nusantara adalah nilai yang menjiwai
segenap peraturan perundang-undangan yang berlaku pada setiap strata di
seluruh wilayah negara, sehingga menggambarkan sikap dan perilaku, paham
serta semangat kebangsaan atau nasionalisme yang tinggi yang merupakan
identitas atau jati diri Bangsa Indonesia.

6. M. Panggabean
Menurut M. Panggabean, pengertian wawasan nusantara adalah doktrin
politik bangsa Indonesia untuk mempertahankan kelangsungan hidup Negara
Republik Indonesia, yang didasarkan pada Pancasila dan UUD 1945 dengan
memperhitungkan pengaruh geografi, ekonomi, demografi, teknologi dan
kemungkinan strategik yang tersedia.

7. Akhadiah MK
Menurut Akhadiah MK, pengertian wawasan nusantara adalah cara pandang
Bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya sesuai dengan ide
nasionalnya, yaitu Pancasila dan UUD 1945, sebagai aspirasi suatu bangsa
yang merdeka, berdaulat dan bermartabat di tengah-tengah lingkungannya,
yang menjiwai tindak kebijaksanaan dalam mencapai tujuan perjuangan
bangsa.
8. Kelompok Kerja LEMHANAS
Menurut Kelompok Kerja LEMHANAS (Lembaga Pertahanan Nasional) 1999,
pengertian wawasan nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa
indonesia mengenai diri dan lingkungan yang beragam dan bernilai startegis
dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa dan kesatuan wilayah
dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara untuk mencapai tujuan nasional.

9. Tap MPR Tahun 1993 dan 1998 Tentang GBHN


Menurut Tap MPR Tahun 1993 dan 1998 Tentang GBHN, pengertian Wawasan
Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri
dan lingkungan dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta
kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan masyarakat, berbangsa
dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.

Fungsi Wawasan Nusantara


Mengacu pada pengertian wawasan nusantara di atas, maka fungsi utamanya
adalah sebagai panduan, pedoman, acuan bagi bangsa Indonesia dalam
bernegara. Fungsi wawasan nusantara dapat dikelompokkan dalam 4 kategori,
yaitu:

1. Sebagai Wawasan Pembangunan


Wawasan nusantara memiliki fungsi dalam pembangunan Indonesia. Beberapa
unsur di dalamnya termasuk sosial politik, kesatuan politik, pertahanan dan
keamanan negara, serta ekonomi dan sosial ekonomi.

2. Sebagai Konsep Ketahanan Nasional


Pemahaman mengenai wawasan nusantara berfungsi sebagai konsep
ketahanan sosial yang memegang peranan penting dalam perencanaan
pembangunan, kewilayahan, dan pertahanan keamanan nasional.

3. Sebagai Wawasan Pertahanan dan Keamanan


Wawasan nusantara juga berfungsi sebagai pertahanan dan keamanan
nasional yang mengarah pada pandangan geopolitik Negara Indonesia.
Pandangan ini meliputi tanah air dan segenap wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

4. Sebagai Wawasan Kewilayahan


Wawasan nusantara berfungsi dalam pemahaman mengenai wawasan
kewilayahan Indonesia, termasuk batas wilayah Indonesia untuk menghindari
terjadinya potensi sengketa dengan negara lain.

Tujuan Wawasan Nusantara


Setelah memahami pengertian wawasan nusantara dan fungsinya, tentunya
kita juga ingin mengetahui apa tujuannya. Secara umum, tujuan wawasan
nusantara adalah untuk mewujudkan rasa cinta tanah air (nasionalisme) dari
semua aspek kehidupan masyarakat Indonesia.

Tujuan tersebut dinyatakan dengan tindakan dan perilaku masyarakat


Indonesia yang lebih mengutamakan kepentingan nasional daripada
kepentingan pribadi, kelompok dan golongan, suku bangsa atau daerah, dan
agama.

Latar Belakang dan Aspek Wawasan


Nusantara
Wawasan Nusantara dilatarbelakangi oleh beberapa aspek penting yang
menjadi dasar. Berikut ini adalah latar belakang wawasan nusantara:

1. Aspek Falsafah Pancasila


Pancasila adalah dasar negara Indonesia. Di dalam Pancasila terdapat nilai-
nilai yang menjadi acuan dari wawasan nusantara, diantaranya:

 Hak asasi manusia, salah satunya adalah kebebeasan bagi masyarakat


untuk memeluk dan menjalankan ibadah sesuai kepercayaannya.
 Mementingkan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi atau
kelompok.
 Melakukan musyawarah untuk mencapai mufakat.
2. Aspek Kewilayahan Nusantara
Letak geografis Indonesia merupakan aspek kewilayahan nusantara yang
sangat erat kaitannya dengan kekayaan sumber daya alam, suku bangsa, dan
keragaman budaya yang ada di Indonesia.

3. Aspek Sejarah Indonesia


Terbentuknya Negara Kesatuan Indonesia telah melalui proses yang cukup
panjang dan pahit. Rakyat Indonesia tentunya tidak ingin pengalaman sejarah
tersebut terulang kembali dan mengakibatkan perpecahan.

Dengan begitu, kemerdekaan yang telah dimiliki saat ini harus dipertahankan
dan seluruh masyarakat harus menjaga wilayahnya.

4. Aspek Sosial Budaya


Indonesia memiliki ratusan suku bangsa dengan ragam budaya, bahasa, adat
istiadat, dan agama yang berbeda-beda. Kebhinekaan ini berpotensi
menyebabkan terjadinya konflik dalam interaksi bermasyarakat.

Itulah sebabnya mengapa masyarakat harus memahami pengertian wawasan


nusantara dan menjadikannya sebagai pedoman dalam hubungan interaksi
dalam masyarakat.

Hakikat Wawasan Nusantara


Dalam hal ini hakikat wawasan nusantara adalah keutuhan nusantara dalam
arti cara pandang yang selalu menyeluruh dalam ruang lingkup nusantara
demi kepentingan bangsa dan negara.

Seluruh masyarakat Indonesia, baik pejabat pemerintah dan warga, harus


berpikir, bersikap, dan bertindak untuk kepentingan bangsa dan negara
Indonesia. Semua produk yang dibuat oleh lembaga negara berada dalam
ruang lingkup dan kepentingan Indonesia tanpa mengesampingkan
kepentingan wilayah, golongan, dan individu.

Jadi, hakikat wawasan nusantara merupakan keutuhan dan kesatuan wilayah


nasional, atau persatuan bangsa dan wilayah. Dalam butir-butir Garis Besar
Haluan Negara (GBHN) juga disebutkan bahwa hakikat wawasan nusantara
diwujudkan dengan pernyataan bahwa kepulauan nusantara adalah satu
kesatuan ekonomi, politik, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.

Asas Wawasan Nusantara


Asas wawasan nusantara merupakan kaidah atau ketentuan dasar yang wajib
dipatuhi, dilakukan, dan dijaga oleh semua elemen masyarakat demi untuk
melestarikan perdamaian dan keseimbangan di Indonesia secara keseluruhan.

Apa saja asas wawasan nusantara tersebut? Berikut penjelasannya:

1. Tujuan dan Kepentingan yang Sama


Masyarakat Indonesia memiliki tujuan dan kepentingan yang sama di bumi
pertiwi ini. Salah satu contohnya dapat kita lihat saat seluruh rakyat Indonesia
menginginkan kemerdekaan dan melakukan perjuangan bersama-sama
melawan penjajah.

2. Keadilan
Seluruh elemen masyarakat memiliki hak untuk mendapatkan keadilan dalam
berbagai aspek kehidupan bernegara, baik secara hukum, ekonomi, politik,
dan sosial.

3. Kejujuran
Kebenaran dan kejujuran dalam berpikir dan bertindak merupakan asas
wawasan nusantara yang sangat penting. Keberanian dalam berpikir dan
bertindak sesuai fakta dan kenyataan sesuai ketentuan dilaksanakan demi
terciptanya kemajuan.

4. Solidaritas
Sikap solidaritas merupakan bentuk kepedulian terhadap orang lain, mau
berbagi dan berkorban untuk kepentingan yang lebih besar. Sikap ini
seharusnya dilakukan masyarakat Indonesia tanpa menghilangkan ciri dan
karakter budaya masing-masing.
5. Kerja Sama
Kesadaran akan tujuan dan kepentingan bersama akan menimbulkan
kerjasama dan koordinasi antar elemen masyarakat. Kerjasama dan koordinasi
ini dilakanakan berdasarkan atas kesetaraan untuk meningkatkan efektivitas
pencapaian tujuan bersama.

6. Kesetiaan
Kesetiaan merupakan asas wawasan nusantara yang menjadi tonggak utama
untuk menciptakan persatuan dan kesatuan suatu negara. Kesetiaan dapat
diwujudkan dengan melaksanakan berbagai kegiatan sesuai aturan dan
bertujuan demi kemajuan bangsa dan negara.

Implementasi Wawasan Nusantara


Implementasi atau penerapan wawasan nusantara dapat kita lihat dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara di Indonesia. Berikut ini adalah
implementasi wawasan nusantara:

1. Bidang Politik
Impelementasi wawasan nusantara di bidang politik diantaranya adalah:

 Pelaksanaan kehidupan berpolitik (baca: pengertian politik) di


Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang, misalnya UU Partai
Politik, UU PEMILU, dan lainnya. Contoh implementasi wawasan
nusantara di bidang politik yaitu pelaksanaan PEMILU yang menjalankan
demokrasi dan keadilan.
 Hukum yang berlaku di Indonesia merupakan pedoman dalam
pelaksanaan kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
 Menjaga dan mengembangkan sikap plurarisme dan HAM untuk
mempersatukan keberagaman di Indonesia.
 Menjalankan komitmen politik pada lembaga pemerintahan dan partai
politik dalam meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa.
 Keikutsertaan Indonesia dalam politik luar negeri, serta memperkuat
korps diplomatik untuk menjaga seluruh wilayah Indonesia.
2. Bidang Ekonomi
Impelementasi wawasan nusantara di bidang ekonomi diantaranya adalah:

 Orientasi bidang ekonomi ini adalah pada sektor pemerintahan,


industri, dan pertanian.
 Pembangunan ekonomi yang seimbang dan adil di setiap daerah
Indonesia sehingga tidak terjadi kemiskinan (baca: pengertian
kemiskinan) di daerah tertentu. Otonomi daerah diharapkan dapat
menciptakan berbagai upaya keadilan ekonomi tersebut.
 Partisipasi seluruh masyarakat Indonesia sangat berarti bagi
pembangunan ekonomi. Hal ini dapat didukung dengan pemberian
fasilitas kredit mikro untuk mengembangka usaha kecil.

3. Bidang Sosial
Impelementasi wawasan nusantara di bidang ekonomi diantaranya adalah:

 Upaya pelestarian dan pengembangan budaya Indonesia serta


menjadikan budaya tersebut sebagai tujuan wisata yang memberikan
sumber penghasilan daerah atau nasional.
 Menjaga keberagaman Indonesia, baik segi budaya, bahasa, dan status
sosial, serta mengembangkan keserasian dalam kehidupan
bermasyarakat.
4. Bidang Pertahanan dan Keamanan
Impelementasi wawasan nusantara di bidang pertahanan dan keamanan
adalah:

 Meningkatkan kedisiplinan diri, memelihara lingkungan sekitar, dan


melaporkan berbagai hal yang mengganggu keamanan kepada aparat
yang berwenang
 Meningkatkan rasa persatuan dan solidaritas dalam diri anggota
masyarakat, baik yang di dalam satu daerah maupun yang berbeda
daerah.
 Membangun sarana dan prasarana bagi kegiatan pengamanan wilayah
Indonesia
Contoh Wawasan Nusantara
Penerapan nyata wawasan nusantara dapat dilakukan melalui cara berpikir,
sikap, ucapan, dan lain-lain. Berikut ini adalah beberapa contoh implementasi
wawasan nusantara di masyarakat:

1. Menjadikan falsafah Pancasila sebagai pedoman hidup bernegara dan


bermasyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan tindakan nyata sehari-
hari yang mencerminkan nilai-nilai religius, kekeluargaan, dan menjaga
persatuan sesuai dengan Pancasila.
2. Sikap cinta tanah air yang diwujudkan dengan sikap yang lebih
mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan
pribadi, golongan, dan agama.
3. Mewujudkan pembangunan bangsa dengan tindakan nyata dan
prestasi. Misalnya, bagi seorang atlit maka ia dapat menunjukkan rasa
cinta tanah air dengan berprestasi di bidang olah raga.
Demikianlah uraian mengenai pengertian wawasan nusantara, fungsi, tujuan,
dan unsur-unsur wawasan nusantara. Artikel ini juga menjelaskan apa hakikat
wawasan nusantara, aspek, serta implementasinya di masyarakat. Semoga
bermanfaat dan menambah pengetahuan.

Ketahanan Nasional
Lembaga Ketahanan Nasional
Ketahanan Nasional – Pengertian, Makalah, Wawasan Dan
Contohnya – Lembaga Pertahanan Nasional didirikan pada 20
Mei 1965 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun
1964, dan langsung di bawah Presiden. Pada tahun 1983,
lembaga ini berganti nama menjadi Ketahanan National, yang
berada di bawah Panglima Angkatan Bersenjata (ABRI).

Pengertian Ketahanan Nasional


Ketahanan Nasional (Tannas) Indonesia adalah kondisi
dinamis bangsa Indonesia yang meliputi segenap aspek
kehidupan nasional yang terintegrasi, yaitu kesatuan
menyeluruh dalam kehidupan nasional suatu bangsa baik
unsur sosial maupun alamiah, baik bersifat potensional
maupun fungsional.

Ketahanan nasional berisi keuletan dan ketangguhan yang


mengandung kemampuan untuk mengembangkan kekuatan
nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan,
ancaman, hambatan, dan gangguan baik yang datang dari luar
maupun dari dalam dan Negara untuk menjamin identitas,
integritas, kelangsungan hidup bangsa dan Negara, serta
perjuangan mencapai tujuan nasional.

Dalam pengertian tersebut, Ketahanan Nasional adalah kondisi


kehidupan nasional yang harus diwujudkan. Hakikat
Ketahanan Nasional Indonesia adalah keuletan dan
ketangguhan bangsa yang mengandung kemampuan
mengembangkan kekuatan nasional untuk dapat menjamin
kelangsungan hidup bangsa dan negara dalam mencapai
tujuan nasional.

Ketahanan Nasional (Tannas) Indunesia konsepsi


pengebangan kekuatan nasional melalui pengatuarn dan
penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan yang
seimbang, serasi dan selaras dalam seluruh aspek kehidupan
secara utuh dan menyeluruh dan terpadu berlandaskan
Pancasila, UUD 1945, dan Wawasan Nusantaran. Dengan kata
lain, Konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia merupakan
pedoman (sarana) untuk meningkatkan (metode) keuletan dan
ketangguhan bangsa yang mengandung kemampuan
mengembangkan ke¬kuatan nasional dengan pendekatan
kesejahteraan dan keamanan.

Konsepsi ketahanan nasional Indonesia menggunakan


pendekatan kesejahteraan dan keamanan. Antara
kesejahteraan dan keamanan ini dapat dibedakan tetapi tidak
dapat dipisahkan. Penyelenggaraan kesejahteraan
memerlukan tingkat keamanan tertentu, dan sebaliknya
penyelenggaraan keamanan memerlukan tingkat
kesejahteraan tertentu. Tanpa kesejahteraan dan keamanan,
sistem kehidupan nasional tidak akan dapat berlangsung
karena pada dasarnya keduanya merupakan nilai intrinsik yang
ada dalam kehidupan nasional. Dalam kehidupan nasional,
tingkat kesejahteraan dan keamanan nasional merupakan
tolak ukur ketahanan nasional.

Peran masing-masing gatra dalam astagrata seimbang dan


saling mengisi. Maksudnya antargatra mempunyai hubungan
yang saling terkait dan saling bergantung secara utuh
menyeluruh membentuk tata laku masyarakat dalam
kehidupan nasional. Kesejahteraan dapat digambarkan
sebagai kemampuan bangsa da¬lam menumbuhkan dan
mengembangkan nilai-nilai nasionalnya demi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat secara adil dan merata. Se¬dangkan
keamanan adalah kemampuan bangsa untuk melindungi nilai-
nilai nasionalnya terhadap ancaman dari luar negeri. Contoh
bentuk-bentuk ancaman menurut doktrin hankamnas (catur
dharma eka karma) :

 Ancaman dari dalam negeri.

Contohnya adalah pemberontakan dan subversi yang berasal


atau terbentuk dari masyarakat indonesia.

 Ancaman dari luar negeri.

Contohnya adalah infiltrasi, subversi dan intervensi dari


kekuatan kolonialisme dan imperialisme serta invasi dari
darat, udara dan laut oleh musuh dari luar negri.
Ciri – Ciri Ketahanan Nasional
Ciri – Ciri Ketahanan Nasional Merupakan kondisi sebagai
prasyarat utama bagi negara berkembang. Difokuskan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup dan mengembangkan
kehidupan. Tidak hanya untuk pertahanan, tetapi juga untuk
menghadapi dan mengatasi tantangan, ancaman, hambatan,
dan gangguan, baik yang datang dari luar maupun dari dalam,
baik secara langsung maupun tidak langsung.

Di dasarkan pada metode astagrata; seluruh aspek kehidupan


nasional tercermin dalam sistematika astagarata yang terdiri
atas 3 aspek alamiah (trigatra) yang meliputi geografi,
kekayaan alam, dan kependudukan dan lima aspek sosial
(pancagatra) yang meliputi ideologi, politik, ekonomi, sosial
budaya, dan pertahanan keamanan. Berpedoman pada
wawasan nasional; Wawasan nusantara merupakan cara
pandang bangsa Indonesia terhadap diri dan lingkungannya
berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945.
Wawasan nusantara juga merupakan sumber utama dan
landasan yang kuat dalam menyelenggarakan kehidupan
nasional sehingga wawasan nusantara dapat disebut sebagai
wawasan nasional dan merupakan landasan ketahanan
nasional.

Sifat-sifat Ketahanan Nasional


Sifat-sifat ketahanan Nasional antara lain:

1. Mandiri, artinya ketahanan nasional bersifat percaya pada


kemampuan dan kekuatan sendiri dengan keuletan dan
ketangguhan yang mengandung prinsip tidak mudah
menyerah serta bertumpu pada identitas, integritas, dan
kepribadian bangsa. Kemandirian ini merupakan prasyarat
untuk menjalin kerja sama yang saling menguntungkan
dalam perkembangan global.
2. Dinamis, artinya ketahanan nasional tidaklah tetap,
melainkan dapat meningkat ataupun menurun bergantung
pada situasi dan kondisi bangsa dan negara, serta kondisi
lingkungan strategisnya. Hal ini sesuai dengan hakikat
dan pengertian bahwa segala sesatu di dunia ini
senantiasa berubah. Oleh sebab itu, uapaya peningkatan
ketahanan nasional harus senantiasa diorientasikan ke
masa depan dan dinamikanya di arahkan untuk
pencapaian kondisi kehidupan nasional yang lebih baik.
3. Manunggal, artinya ketahanan nasional memiliki sifat
integratif yang diartikan terwujudnya kesatuan dan
perpaduan yang seimbang, serasi, dan selaras di antara
seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
4. Wibawa, artinya ketahanan nasional sebagai hasil
pandangan yang bersifat manunggal dapat mewujudkan
kewibawaan nasional yang akan diperhitungkan oleh
pihak lain sehingga dapat menjadi daya tangkal suatu
negara. Semakin tinggi daya tangkal suatu negara,
semakin besar pula kewibawaannya.
5. Konsultasi dan kerjasama, artinya ketahanan nasional
Indoneisa tidak mengutamakan sikap konfrontatif dan
antagonis, tidak mengandalkan kekuasaan dan kekuatan
fisik semata, tetapi lebih pada sifat konsultatif dan kerja
sama serta saling menghargai dengan mengandalkan
pada kekuatan moral dan kepribadian bangsa.

Asas-asas Ketahanan Nasional


Asas ketahanan nasional adalah tata laku yang didasari nilai-
nilai yang tersusun berlandaskan Pancasil, UUD 1945 dan
Wawasan Nusantara. Asas-asas tersebut adalah sebagai
berikut:

 Asas kesejahtraan dan keamanan


Asas ini merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dan
wajib dipenuhi bagi individu maupun masyarakat atau
kelompok. Dengan demikian, kesejahteraan dan keamanan
merupakan asa dalam sistem kehidupan nasional. Tanpa
kesejateraaan dan keamanan, sesitem kehidupan nasional
tidak akan dapat berlangsung. Kesejahteraan dan keamanan
merupakan nilai intrinsik yang ada pada sistem kehidupan
nasuional itu sendiri. Kesejahtrean maupun keamanan harus
selalu ada, berdampingan pada kondisi apa pun.

Dalam kehidupan nasional, tingkat kesejahteraan dan


keamanan nasional yang dicapai merupakan tolok ukur
Ketahanan Nasional

 Asas Mawas ke Dalam da Mawas ke Luar


Sistem kehidupan nasional merupakan perpaduan segenap
aspek kehidupan bangsa yang saling berinteraksi. Di samping
itu, sistem kehidupan nasional juga berinteraksi dengan
linkungan sekelilingnya. Dalam proses interaksi tersebut dapat
timbul berbagai dampak baik yang bersifat positif maupun
negatif. Untuk itu diperlukan sikap mawas ke dalam maupun
keluar.

 Mawas ke Dalam

Mawas ke dalam bertujuan menumbuhkan hakikat, sifat, dan


kondisi kehidupan nasional itu sendiri berdasarkan nilai-nilai
kemadirian yang proporsional untuk meningkatkan kualitas
derajat kemandirian bangsa yang ulet dan tangguh.

 Mawas ke Luar

Mawas ke luar bertujuan untuk dapat mengantisipasi dan


berperan serta mengatasi dampak lingkungan stategis luar
negeri dan menerima kenyataan adanya interaksi dan
ketergantungan dengan dunia internasional.
 Asas kekeluargaan
Asas ini bersikap keadilan, kebersamaan, kesamaan, gotong
royong, tenggang rasa dan tanggung jawab dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam hal hidup
dengan asas kekeluargaan ini diakui adanya perbedaan, dan
kenyataan real ini dikembangkan secara serasi dalam
kehidupan kemitraan dan dijaga dari konflik yang bersifat
merusak/destruktif.

 Asas Komprehensif Integral atau Menyeluruh


Terpadu
Sistem kehidupan nasional mencakup segenap aspek
kehidupan bangsa dalam bentuk perwujudan persatuan dan
perpaduan yang seimbang, serasi dan selaras pada seluruh
aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Ketahanan Nasional mencakup ketahanan segenap aspek
kehidupan bangsa secara utuh, menyeluruh dan terpadu
(komprehensif intergral).

Pengaruh Aspek Ketahanan Nasional terhadap


Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Ketahanan nasional merupakan gambaran dari kondisi sistem
(tata) kehidupan nasional dalam berbagai aspek pada saat
tertentu. Tiap-tiap aspek relatif berubah menurut waktu, ruang
dan lingkungan terutama pada aspek-aspek dinamis sehingga
interaksinya menciptakan kondisi umum yang sulit dipantau
karena sangan komplek. Konsepsi ketahanan nasional akan
menyangkut hubungan antar aspek yang mendukung
kehidupan, yaitu:

1. Aspek yang berkaitan dengan alam besifat statis, yang


meliputi Aspek Geografi, Aspek Kependudukan, dan aspek
Sumber Kekayaan Alam.
2. Aspek yang berkaitan dengan sosial bersifat dinamis,
yang meliputi Aspek Ideologi, Aspek Politik, Aspek Sosial
Budaya, dan Aspek Pertahanan dan Keamanan.

 Pengaruh Aspek Ideologi


Ideologi adalah suatu sistem nilai sekaligus kebulatan ajaran
yang memberikan motivasi. ldeologi juga mengandung konsep
dasar tentang kehidupan yang dicita-citakan oleh suatu
bangsa. Secara teoretis, suatu ideologi bersumber dari stuatu
falsafah dan meruakan pelaksanaan dari sistem filsafah itu
sendiri.

 Ideologi Dunia
 Liberalisme
Aliran pikiran perseorangan atau individualistik. Aliran
pemikiran ini mengajarkan bahwa negara adalah masyarakat
hukum (legal society) yang disusun atas kontrak semua
individu dalam masyarakat itu (kontrak sosial). Liberalisme
bertitik tolak dari hak asasi yang melekat pada manusia sejak
ia lahir dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapa pun
termasuk penguasa kecuali atas persetujuan yang
bersangkutan. Paham Liberalisme mempunyai dasar-dasar
kebabasan dan kepentingan pribadi yang menuntut kebebasan
individu secara mutlak, yaitu kebebasan mengejar
kebahagiaan hidup di tengah-tengah kekayaan materil yang
melimpah dan dicapai dengan bebas

 Komunisme
Aliran pikiran golongan (class theory) yang diajarkan oleh Karl
Marx, Engels dan Lenin pada mulanya merupakan kritik Kark
Marx atas kehidupan sosial ekonomi masyarakat pada awal
revolusi industri. Aliran pemikiran ini beranggapan bahwa
negara adalah susunan golongan (kelas) untuk menindas kelas
lain. Golongan ekonomi kuat menindas ekonomi lemah.
Golongan borjuis menindas golongan proletar (kaum buruh).
Karena itu Marx menganjurkan agar kaum buruh mengadakan
revolusi politik untuk merebut kekuasaan negara dari golongan
kaya kapitalis dan borjuis agar kaum buruh dapat ganti
berkuasa dan mengatur negara. Sesuai dengan aliran pikiran
yang melandasi komunisme, dalam upaya merebut atau
mempertahankan kekuasaan kominisme dalam upaya merebut
atau mempertahankan kekuasaan komunisme akan :

1. Menciptakan situas konflik untuk mengadu golongan-


golongan, tertentu serta menghalalkan segala cara untuk
mencapai tujuan.
2. Ajaran komunis bersifat atheis, tidak percaya akan
adanya Tuhan Yang Maha Esa, dan didasarkan pada
kebendaan (materialistis). Bahkan agama dinyatakan
sebagai racun bagi kehidupan bermasyarakat.
3. Masyarakat komunis bercorak Internasional. Masyarakat
yang dicita-citakan oleh komunis adalah masyarakat
komunis dunia yang tidak dibatasi oleh kesadaran
nasiona1. Hal ini tercermin dalam seruan Marx yang
terkenal”Kaum buruh diseluruh dunia bersatulah!”
Komunisme menghendaki masyarakat tanpa
nasionalisme.
4. Masyarakat komunisme yang dicita-citakan adalah
masyarakat tanpa kelas. Masyarakat tanpa kelas
dianggap masyarakat yang dapat memberikan suasana
hidup yang aman dan tentram, tanpa pertentangan, tanpa
hak milik pribadi atas alat produksi dan tanpa pembagian
kerja.

 Faham Agama
Ideologi bersumber dari falsafah agama yang termuat dalam
kitab Agama.
 Ideologi Pancasila

Merupakan tatanan nilai yang digali (kristalisasi) dari nilai-nilai


dasar budaya bangsa Indonesia. Kelima sila merupakan
kesatuan yang bulat dan utuh sehingga pemahaman dan
pengamalannya harus mencakup semua nilai yang terkandung
didalamnya.

Sila-sila Pancasila adalah :

 Ketuhanan Yang Maha Esa.


Sila Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung nilai spiritual,
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua
pemeluk agama dan penganut kepercayaan kepada Tuhan
yang Maha Esa untuk berkembang di Indonesia.

 Kemanusiaan yang adil dan beradab.


Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab mengandung nilai
kesamaan derajat maupun kewajiban dan hak, cinta mencintai,
hormat menghormati, keberanian membela kebenaran dan
keadilan, toleransi, dan gotong royong.

 Persatuan Indonesia.
Sila Persatuan Indonesia dalam masyarakat Indonesia yang
pluralistik mengandung nilai persatuan bangsa dan kesatuan
wilayah yang merupakan faktor pengikat yang menjamin
keutuhan nasional atas dasar Bhineka Tunggal Ika.

 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah


kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan
perwalikan.
Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan
dalam permusyawaratan atau perwalikan menunjukan bawha
kedaulatan berada di tangan rakyat, yang diwujudkan oleh
persatuan nasional yang riil dan wajar.
 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengandung
nilai keadilan, keseimbangan antara hak dan kewajiban,
penghargaan terhadap hak orang, gotong royong dalam
suasana kekeluargaan, ringan tangan, dan kerja keras untuk
bersama-sama mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadlian sosial.

Ketahanan ideologi diartikan sebagai kondisi dinamik


kehidupan ideologi bangsa Indonesia yang berisi keuletan dan
ketangguhan yang mengandung kemampuan kekuatan
nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan,
ancaman, hambatan serta gangguan yang dari luar/dalam,
langsung/tidak langsung dalam rangka menjamin kelangsungan
kehidupan ideologi bangsa dan negara Indonesia. Untuk
mewujudkannya diperlukan kondisi mental bangsa yang
berlandaskan keyakinan akan kebenaran ideologi Pancasila
sebagai ideologi bangsa dan negara serta pengamalannya
yang konsisten dan berlanjut. Untuk memperkuat ketahanan
ideologi perlu langkah pembinaan sebagai berikut:

1. Pengamalan Pancasila secara obyektif dan subyektif


terus dikembangkan serta ditingkatkan.
2. Pancasila sebagai ideologi terbuka perlu terus
direlefansikan dan di aktualisasikan nilai instrumentalnya
agar tetap mampu membimbing dan mengarahkan
kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, selaras dengan peradaban dunia yang berubah
dengan cepat tanpa kehilangan jati diri bangsa Indonesia.
3. Sesanti Bhineka Tunggal Ika dan konsep wawasan
Nusantara yang bersumber dari Pancasila harus terus di
kembangkan dan ditanamkan dalam masyarakat yang
majemuk sebagai upaya untuk selalu menjaga persatuan
bangsa dan kesatuan wilayah serta moralitas yang royal
dan bangga terhadap bangsa dan negara. Disamping itu
anggota masyarakat dan pemerintah perlu bersikap wajar
terhadap kebhinekaan.
4. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar
negara Republik Indonesia harus dihayati dan diamalkan
serta nyata oleh setiap penyelenggaraan negara, lembaga
kenegaraan, lembaga kemasyarakatan, serta setiap
warga negara Indonesia, agar kelestarian dak
keampuhannnya terjaga dan tujuan nasional serta cita-
cita bangsa Indonesia terwujud, dalam hal ini suri
tauladan para pemimpin panyelenggara negara dan
pemimpin tokoh masyarakat merupakan hal yang sangat
mendasar.
5. Pembangunan, sebagai pengamalan Pancasila, harus
menunjukan keseimbangan antara Fisik material dcngan
mental spiritual untuk menghindari tubuhnya
materialisme dan skuarisme. Dengan memperhatikan
kondisi geografi Indonesia, pembangunan harus adil dan
merata di seluruh wilayahuntuk memupuk rasa persatuan
bangsa dan kesatuan wilayah.
6. Pendidikan moral Pancasila ditanamkan pada diri anak
didik dengan cara mengintegrasikannya. Ke dalam mata
pelajaran lain seperti pendidikan budi pekerti, pendidikan
sejara perjuangan bangsa, bahasa Indonesia dan
kepramukaan. Pendidikan Moral Pancasila juga perlu
diberikan kepada masyarakat luas secara non formal.

 Pengaruh Aspek Politik


Politik berasal dari kata politik yang mengandung makna
kekuasaan (pemerintahan) dan atau politik yang berarti
kebijaksanaan.

Di Indo¬nesia, kita tidak memisahkan politik dari policik.


Hubungan ini ter¬cermin pada pemerintahan negara yang
berfungsi sebagai penentu ke¬bijaksanaan dan ingin
mewujudkan aspirasi semi tuntutan masyarakat. Karena itu,
kebijaksanaan pemerintahan negana tersebut harus serasi dan
selaras dengan keinginan dan aspirasi masyarakat. Politik di
Indonesia, yang harus dilihat dalam konteks Ketahanan
Nasional, meliputi dua bagian utama, yaitu Politik dalam negeri
dan Politik luar negeri.

 Politik Dalam Negeri

Politik dalam negeri adalah kehidupan politik dan kenegaraan


berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang mampu menyerap
aspirsi, dan dapat mendorong partisipasi masyarakat dalam
satu sistem. Unsur-unsurnya terdiri dari struktur politik, proses
politik, budaya politik, komunikasi politik, dan partisipasi
politik.

1. Struktur Politik merupakan wadah penyaluran


kepentingan masyarakat dan sekaligus wadah
pengkaderan pimpinan nasional.
2. Proses Politik merupakan suatu rangkaian pengambilan
keputusan tentang berbagai kepentingan politik maupun
kepentingan umum yang bersifat nasional dan penentuan
dalam pemilihan kepemimpinan yang puncaknya
terselenggara dalam Pemilu.

3. Budaya Politik merupakan pencerminan dari aktualisasi


hak dan kewajiban rakyat dalam kehidupan
bermasyarakat, beberbangsa, dan bernegara, yang
dilaksanakan secara dasar dan rasional melalui
pendidikan politik maupun kegiatan politik yang sesuai
dengan disiplin nasional.
4. Komunikasi Politik merupakan suatu hubungan timbal
balik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara dimanan rakyat merupakan sumber aspirasi
dan sumber pimpinan nasional Ketahanan pada aspek
politik dalam negeri berarti sistem pemerintahan yang
berdasarkan hukum, mekanisme politik yang
memungkinkan adanya perbedaan pendapat.
Kepemimpinan nasional yang mengakomodasikan aspirasi
yang hidup dalam masyarakat.

 Politik Luar Negeri


Politik luar negeri adalah salah satu sarana pencapaian
kepantingan nasional dalam pergaulan antarbangsa. Politik
luar negeri Indonesia yang berlandaskan pada Pembukaan
UUD 1945 melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, keadilan sosial, serta anti
penjajahan karena tidak sesuai dcngan perikemanusiaan dan
perikeadilan.

Politik luar negeri merupakan proyeksi kepentingan nasional


dalam kehidupan antar bangsa. Dijiwai oleh falsafah negara
Pancasila se bagai tuntutan moral dan etika, politik luar negeri
Indonesia di tujukan pada kepentingan nasional terutama
pembangunan nasional. Dengan demikian, politik luar negeri
merupakan bagian integral dari strategi nasional dan secara
keseluruhan merupakan salah satu sarana pencapaian tujuan
nasional.

Landasan Politik Luar Negeri adalah Pembukaan UUD ’45,


melaksanakan ketertiban dunia, berdasar kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial dan anti penjajahan
karena tidak sesuai dengan kemanusiaan dan keadilan. Politik
Luar Negeri Indonesia adalah bebas dan aktif. Bebas dalam
pengertian Indonesia tidak memihak pada kekuatan-kekuatan
yang pada dasarnya tidak sesuai dengan kepribadian bangsa.
Aktif dalam pengertian Indonesia dalam percaturan
internasional tidak bersifat reaktif dan tidak menjadi obyek,
tetapi berperan atas dasar cita-citanya.

Untuk mewujudkan ketahanan aspek politik diperlukan


kehidupan politik bangsa yang sehat dan dinamis yang
mengandung kemampuan memelihara stabilitas politik yang
bersadarkan Pancasila UUD 1945. Ketahanan pada aspek
politik luar negeri berarti meningkatkan kerjasama
internasional yang saling menguntungkan dan meningkatkan
citra positif Indonesia.

Kerjasama dilakukan sesuai dengan kemampuan dan demi


kepentingan nasional. Perkembangan, perubahan, dan gejolak
dunia terus diikuti dan dikaji dengan seksama, memperkecil
ketimpangan dan mengurangi ketidakadilan dengan negara
industri maju. Mewujudkan tatanan dunia baru dan ketertiban
dunia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia. Melindungi
kepentingan Indonesia dari kegiatan diplomasi negatif negara
lain dan hak-hak WNI di luar negeri perlu ditingkatkan.

 Pengaruh Aspek Ekonomi

Perekonomian adalah salah satu aspek kehidupan nasional


yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat,
yang meliputi produksi, distribusi, serta konsumsi barang dan
jasa, dan dengan usaha untuk meningkatkan, taraf hidup
masyarakat.

Perekonomian Indonesia. Sistem perekonomian bangsa


Indonesia mengacu pada pasal 33 UUD 1945, yang
menyebutkan bahwa sistem perekonomian Indonesia disusun
sebagai usaha bersama berdasarkan asas ke-keluargaan.
Secara makro, sistem perekonomian Indonesia dapat disebut
sebagai sistem perekonomian kerakyatan. Ketahanan ekonomi
diartikan sebagai kondiosi dinamis kehidupan perekonomian
bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan kekuatan
nasioanl dalam menghadapi serta mengatasi segala tantangan,
ancaman, hambatan dan gangguan yang datang dari luar
maupun ancaman dalam negeri secara langsung maupun tidak
langsung untuk menjamin kelangsungan perekonomian bangsa
dan negara Republik Indonesia berdasar-kan Pancasila dan
UUD 1945.
 Pengaruh Aspek Sosial Budaya
Yang disebut “sosial” di sini pada hakikatnya adalah pergaulan
hidup dalam bermasyarakat yang mengandung nilai-nilai
kebersamaan, senasib, sepenanggungjawaban dan solidaritas
yang merupakan unsur pemersatu. Semetara “budaya” adalah
sistem nilai yang merupakan hasil cipta, rasa dan karsa
manusia yang menumbuhkan gagasan-gagasan utama dan
menjadi kekuatan pendukung dalam menggerakan kehidupan.

Struktur Sosial di Indonesia. Dalam masyarakat, manusia hidup


secara berkelompok sesuai fungsi, peran dan profesinya.
Kehidupan masyarakat terstruktur berdasarkan peran dan
fungsi masing-masing anggota. Kondisi Budaya di Indonesia,
kebudayaan daerah, dalam setiap kebudayaan daerah terdapat
nilai-nilai budaya yang tidak dapat dipengaruhi oleh budaya
asing, yang sering disebut sebagai local genius. Local genius
ialah pangkal segala kemampuan budaya daerah untuk
menetralisir pengaruh negatif budaya asing.Kebudayaan
Nosional bersitat religius, bersifat kekeluargaan, bersifat
serba selaras, bersifat kerakyatan.

Integrasi Nasional.Komunikasi dan interaksi suku-suku bangsa


yang mendiami bumi Nusantara ini pada tahun 1928 telah
menghasilkan aspirasi bersama untuk hidup bersama sebagai
satu bangsa di satu tanah air. Aspirasi ini terwujud secara sah
dan diakui oleh bangsa-bangsa lain di dunia melalui Proklamasi
Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945. Kenyataan sejarah
menunjukkan bahwa keanekaragaman budaya justru
me¬rupakan hikmah bagi bangsa Indonesia dan di masa lalu
telah mampu memunculkan faktor-faktor perekat persatuan
atau inregrasi bangsa. Di masa depan, upaya untuk
melestarikan keberadaan faktor perekat persatuan bangsa,
yaitu keinginan dan semangat untuk hidup dan meraih crta-cita
bersama, akan menjadi tugas seluruh warga bangsa.
Pengaruh Aspek Pertahanan dan Keamanan
 Pokok-pokok Pengetahuaan Pertahanan dan Keamanan

Pertahanan dan keamanan Indonesia adalah kesemestaan


daya upaya seluruh rakyat Indonesia dalam mempertahankan
dan mengamankan negara demi kelangsungan hidup bangsa
dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tujuannya adalah
untuk menciptakan keamanan bangsa dan negara dalam
rangka me¬wujudkan Ketahanan Nasional Indonesia.

Ketahanan pertahanan dan keamanan diartikan sebagai


kondisi dinamik kehidupan pertahanan dan keamanan bangsa
Indonesia yang mengandung keuletan, ketangguhan, dan
kemampuan dalam mengembangkan menghadapi dan
mengatasi segala tantangan dan hambatan yang datang dari
luar maupun dari dalam, yang secara. langsung maupun tidak
langsung membahayakan identitas, integritas, dan
kelangsungan hidup bangsa dan Negara Kesatuan Iaepuhlik In-
donesia.

 Postur Kekuatan Pertahanan Dan Keamaman

Postur Kekuatan Hankam. Postur kekuatan Hankam mencakup


struktur kekuatan, tingkat kemampuan, dan gelar kekuatan.
Terdapat empat pendekatan yang digunakan untuk
membangun postur kekuatan Hankam, yaitu pendekatan
ancaman, misi, kewilayahan dan politik.

Pembangunan Kekuatan Hankam. Konsepi Hankam perlu


mengacu pada konsep Wawasan Nusantara di mana Hankam
mengarah pada upaya pertahanan seluruh wilayah kedaulatan
negara kesatuan RI yang meliputi wilayah laut, udara, dan
darat, termasuk pulau-pulau besar dan kecil.

Gejolak Dalam Negeri. Di dalam era globalisasi saat ini dan di


masa mendatangf tidak tertutup kemungkinan munculnya
campur tangan asing dengan alasan menegakkan nilai-nilai
HAM, demokrasi, penegak hukum dan lingkungan hidup di balik
kepentingan nasional mereka. Geopolitik ke arah Geoekonomi.
Kondisi ini mengimplikasi-kan semakin canggihnya upaya
diplomasi guna mencapai tujuan politik dan ekonomi.
Perkembangan Lingkungan Strategis. Perkembangan ini
mengisyaratkan bahwa pergeseran geopolitik ke arah
geoekonomi membawa perubahan dalam penerapan
kebijaksanaan dan strategis negara–negara di dunia dalam
mewujudkan kepentingan nasionalnya masing-masing.

Penerapan cara-cara baru telah meningkatkan eskalasi konflik


regional dan konflik dalam negeri yang mendorong keterlibatan
negara super power. Dalam menyikapi dinamika
perkembangan seperti ini, kita perlu membangun postur
kekuatan. Hankan yang dimiliki profesionalisme yang tinggi
untuk melaksanakan : pertama, kegiatan intel stra¬tegis
dalam semua aspek kehidupan nasional; kedua, upaya
pertahanan darat laut dan udara; ketiga, pemeliharaan dan
penegakan keamanan dalam negeri secara berlanjut dalam
semua aspek kehidupan nasional; keempat, pembinaan potensi
dan kekuatan wilayah dalam semua aspek. kehidupan nasional
untuk meningkatkan Tannas; serta kelima, pe¬meliharaan
stabilitas nasional dan Tannas secara menyeluruh dan
ber¬lanjut.

Mewujudkan Postur Kekuatan Hankam. Dengan mengacu pada


negara-negara lain yang hanya untuk melindungi diri sendiri
dan tidak untuk kepentingan invasi, barangkali konsep
standing armed forces secara proposional dan seimbang perlu
dikembangkan.

Pengembangan konsep dengan susunan kekuatan Hankamneg


ini meliputi : pertama, perlawanan bersenjata yang terdiri atas
bala nyata yang dibina sebagai kekuatan-kekuatan TNI yang
selalu siap dan yang dibina sebagai kekuatan cadangan serta
bala potensial, yaitu Polri dan Rapih yang fungsinya adalah
Wanra;, kedua, perlawanan tidak bersenjata yang terdiri atas
Ratih yang berfungsi sebagai Tibum, Linra, Kamra dan Linmas;
ketiga komponen pendukung perlawanan bersenjara dan tidak
ber¬senjata sesuai bidang profesi masing-masing dengan
pemanfaatan semua sumber daya nasional, sarana, dan
prasarana serta perlindungan masyarakat terhadap bencana
perang dan bencana lainnya.

 Ketahanan pada Aspek Pertahanan dan


Keamanan
Pertahanan dan Keamanan harus dapat mewujudkan
kesiapsiagaan serta upaya bela negara, yang berisi
ketangguhan, kemampuan dan kekuatan melalui
penyelengaraan Siskamnas (Sishankamrata) untuk menjanlin
kesinambungan Pembangunan Nasional dan kelangsungan
hidup bangsa dan negara berdasarkan Pancasila dan UUD
1945.

 Keberhasilan Ketahanan Nasional Indonesia


Untuk mewujudkan keberhasilan Ketahanan Nasional setiap
warganegara Indonesia perlu :

1. Memiliki semangat perjuangan bangsa dalam bentuk


Perjuangan Non Fisik yang disertai keuletan dan
ketangguhan tanpa kenal menyerah dan mampu
mengembang-kan kekuatan nasional dalam rangka meng-
hadapi segala tantangan, ancaman, hambatan dan
ganguan yang datang dari luar maupun dari dalam untuk
menjamin identitas, integritas, kelangsungan hidup
bangsa dan negara serta pencapaian tujuan nasional.
2. Sadar dan peduli akan pengaruh-pengaruh yang timbul
pada aspek ideologi, politik, ekonomi, soasial budaya dan
pertahanan keamanan sehingga setiap warga neraga
Indonesia dapat mengeliminir pengaruh tersebut.
Pengertian Wawasan Nusantara
Kata wawasan berasal dari kata “wawas” ( bahasa Jawa )
yang berarti melihat atau memandang. Jika ditambah dengan
akhiran –an maka secara harfiah berarti cara penglihatan, cara
tinjau, cara pandang.

Nusantara adalah sebuah kata majemuk yang diambil dari


bahasa Jawa Kuno yakni nusa yang berarti pulau, dan antara
artinya lain. Berdasarkan teori-teori tentang wawasan, latar
belakang falsafah Pancasila, latar belakang pemikiran aspek
kewilayahan, aspek sosial budaya dan aspek kesejarahan,
terbentuklah satu wawasan nasional Indonesia yang disebut
dengan Wawasan Nusantara.

Berdasarkan Ketetapan MPR Tahun 1993 dan 1998 tentang


GBHN, Wawasan Nusantara yang merupakan wawasan
nasional yang bersumber pada Pancasila dan berdasarkan UUD
1945 adalah cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan
lingkungan sekitarnya berdasarkan ide nasionalnya yang
berlandaskan pancasila dan UUD 1945 (Undang-Undang Dasar
1945) yang merupakan aspirasi bangsa Indonesia yang
merdeka, berdaulat, bermartabat serta menjiawai tata hidup
dalam mencapai tujuan perjuangan nasional.

Wawasan Nusantara telah diterima dan disahkan sebagai


konsepsi politik kewarganegaraan yang termaktub / tercantum
dalam dasar-dasar berikut ini :

 Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1973 tanggal 22 maret


1973
 TAP MPR Nomor IV/MPR/1978 tanggal 22 maret 1978
tentang GBHN
 TAP MPR nomor II/MPR/1983 tanggal 12 Maret 1983

Ruang lingkup dan cakupan wawasan nusantara dalam TAP


MPR ’83 dalam mencapat tujuan pembangunan nasionsal :
1. Kesatuan Politik
2. Kesatuan Ekonomi
3. Kesatuan Sosial Budaya
4. Kesatuan Pertahanan Keamanan

Latar Belakang dan Proses Terbentuknya


Wawasan Nusantara
Salah satu persyaratan mutlak harus dimiliki oleh sebuah
negara adalah wilayah kedaulatan, di samping rakyat dan
pemerintahan yang diakui. Konsep dasar wilayah negara
kepulauan telah diletakkan melalui Deklarasi Djuanda 13
Desember 1957. Deklarasi tersebut memiliki nilai sangat
strategis bagi bangsa Indonesia, karena telah melahirkan
konsep Wawasan Nusantara yang menyatukan wilayah
Indonesia. Laut Nusantara bukan lagi sebagai pemisah, akan
tetapi sebagai pemersatu bangsa Indonesia yang disikapi
sebagai wilayah kedaulatan mutlak Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Ada bangsa yang secara eksplisit mempunyai cara bagaimana


ia memandang tanah airnya beserta lingkungannya. Cara
pandang itu biasa dinamakan wawasan nasional. Sebagai
contoh, Inggris dengan pandangan nasionalnya berbunyi:
“Brittain rules the waves”. Ini berarti tanah Inggris bukan
hanya sebatas pulaunya, tetapi juga lautnya.

Tetapi cukup banyak juga negara yang tidak mempunyai


wawasan, seperti: Thailand, Perancis, Myanmar dan
sebagainya. Indonesia wawasan nasionalnya adalah wawasan
nusantara yang disingkat wasantara. Wasantara ialah cara
pandang bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945 tentang diri dan lingkungannya dalam
eksistensinya yang sarwa nusantara dan penekanannya dalam
mengekspresikan diri sebagai bangsa Indonesia di tengah-
tengah lingkungannya yang sarwa nusantara itu. Unsur-unsur
dasar wasantara itu ialah: wadah (contour atau organisasi), isi,
dan tata laku. Dari wadah dan isi wasantara itu, tampak
adanya bidang-bidang usaha untuk mencapai kesatuan dan
keserasian dalam bidang-bidang:

1. Satu kesatuan wilayah


2. Satu kesatuan bangsa
3. Satu kesatuan budaya
4. Satu kesatuan ekonomi
5. Satu kesatuan hankam.

Jelaslah disini bahwa wasantara adalah pengejawantahan


falsafah Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah negara
Republik Indonesia. Kelengkapan dan keutuhan pelaksanaan
wasantara akan terwujud dalam terselenggaranya ketahanan
nasional Indonesia yang senantiasa harus ditingkatkan sesuai
dengan tuntutan zaman. Ketahanan nasional itu akan dapat
meningkat jika ada pembangunan yang meningkat, dalam
“koridor” wasantara.

Isi Wawasan Nusantara


Wawasan Nusantara mencakup :

 Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan


Politik, dalam arti :

1. Bahwa kebulatan wilayah nasional dengan segala isi dan


kekayaannya merupakan satu kesatuan wilayah, wadah,
ruang hidup, dan kesatuan matra seluruh bangsa serta
menjadi modal dan milik bersama bangsa.
2. Bahwa bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku
dan berbicara dalam berbagai bahasa daerah serta
memeluk dan meyakini berbagai agama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa harus merupakan satu
kesatuan bangsa yang bulat dalam arti yang seluas-
luasnya.
3. Bahwa secara psikologis, bangsa Indonesia harus merasa
satu, senasib sepenanggungan, sebangsa, dan setanah
air, serta mempunyai tekad dalam mencapai cita-cita
bangsa.
4. Bahwa Pancasila adalah satu-satunya falsafah serta
ideologi bangsa dan negara yang melandasi, membimbing,
dan mengarahkan bangsa menuju tujuannya.
5. Bahwa kehidupan politik di seluruh wilayah Nusantara
merupakan satu kesatuan politik yang diselenggarakan
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
6. Bahwa seluruh Kepulauan Nusantara merupakan satu
kesatuan sistem hukum dalam arti bahwa hanya ada satu
hukum nasional yang mengabdi kepada kepentingan
nasional.
7. Bahwa bangsa Indonesia yang hidup berdampingan
dengan bangsa lain ikut menciptakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial melalui politik luar negeri bebas aktif
serta diabdikan pada kepentingan nasional.

 Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu


Kesatuan Ekonomi, dalam arti :
1. Bahwa kekayaan wilayah Nusantara baik potensial
maupun efektif adalah modal dan milik bersama bangsa,
dan bahwa keperluan hidup sehari-hari harus tersedia
merata di seluruh wilayah tanah air.
2. Tingkat perkembangan ekonomi harus serasi dan
seimbang di seluruh daerah, tanpa meninggalkan ciri khas
yang dimiliki oleh daerah dalam pengembangan
kehidupan ekonominya.
3. Kehidupan perekonomian di seluruh wilayah Nusantara
merupakan satu kesatuan ekonomi yang diselenggarakan
sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan dan
ditujukan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat.

 Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu


Kesatuan Sosial dan Budaya, dalam arti :
1. Bahwa masyarakat Indonesia adalah satu, perikehidupan
bangsa harus merupakan kehidupan bangsa yang serasi
dengan terdapatnya tingkat kemajuan masyarakat yang
sama, merata dan seimbang, serta adanya keselarasan
kehidupan yang sesuai dengan tingkat kemajuan bangsa.
2. Bahwa budaya Indonesia pada hakikatnya adalah satu,
sedangkan corak ragam budaya yang ada
menggambarkan kekayaan budaya bangsa yang menjadi
modal dan landasan pengembangan budaya bangsa
seluruhnya, dengan tidak menolak nilai – nilai budaya lain
yang tidak bertentangan dengan nilai budaya bangsa,
yang hasil-hasilnya dapat dinikmati oleh bangsa.

 Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu


Kesatuan Pertahanan Keamanan, dalam arti :
1. Bahwa ancaman terhadap satu pulau atau satu daerah
pada hakekatnya merupakan ancaman terhadap seluruh
bangsa dan negara.
2. Bahwa tiap-tiap warga negara mempunyai hak dan
kewajiban yang sama dalam rangka pembelaan negara
dan bangsa.

POLITIK DAN STRATEGI


NASIONAL
BAB
POLITIK DAN STRATEGI
NASIONAL
Oleh : Agus Subagyo
A. Pengertian Politik dan
Strategi Nasional
1. Pengertian Politik
Secara etimologis, kata
“politik” berasal dari bahasa
Yunani, yakni
Politeia. Politeia berasal dari
akar kata polis dan teia. Polis
mengandung arti
kesatuan masyarakat yang
berdiri sendiri, yaitu negara.
Sedangkan teia
mengandung arti urusan. Dalam
bahasa Indonesia, politik dalam
arti politics
mempunyai makna kepentingan
umum warga negara suatu
bangsa. Politik
merupakan suatu rangkaian
asas, prinsip, keadaan, jalan,
cara, dan alat yang
digunakan untuk mencapai
tujuan tertentu yang kita
kehendaki. Politics dan
policy memiliki hubungan
yang erat dan timbal balik.
Politics memberikan
asas, jalan, arah, dan medannya,
sedangkan policy memberikan
pertimbangan
cara pelaksanaan asas, jalan,
dan arah tersebut sebaik-
1
baiknya .
Dalam bahasa Inggris, politics
adalah suatu rangkaian asas
(prinsip),
keadaan, cara, dan alat yang
digunakan untuk mencapai cita-
cita atau tujuan
tertentu. Sedangkan policy,
yang dalam bahasa
Indonesia diterjemahkan
sebagai kebijaksanaan, adalah
penggunaan pertimbangan-
pertimbangan yang
dianggap dapat lebih
menjamin terlaksananya suatu
usaha, cita-cita atau
tujuan yang dikehendaki.
Pengambil kebijaksanaan
biasanya dilakukan oleh
2
seorang pemimpin .
Politik secara umum
menyangkut proses penentuan
tujuan negara dan
cara melaksanakannya.
Pelaksanaan tujuan itu
memerlukan kebijakan-
kebijakan umum (public
policies) yang menyangkut
pengaturan, pembagian,
atau alokasi sumber-sumber
yang ada. Perlu diingat
bahwa penentuan
kebijakan umum, pengaturan,
pembagian, maupun alokasi
sumber-sumbe
BAB
POLITIK DAN STRATEGI
NASIONAL
Oleh : Agus Subagyo
A. Pengertian Politik dan
Strategi Nasional
1. Pengertian Politik
Secara etimologis, kata
“politik” berasal dari bahasa
Yunani, yakni
Politeia. Politeia berasal dari
akar kata polis dan teia. Polis
mengandung arti
kesatuan masyarakat yang
berdiri sendiri, yaitu negara.
Sedangkan teia
mengandung arti urusan. Dalam
bahasa Indonesia, politik dalam
arti politics
mempunyai makna kepentingan
umum warga negara suatu
bangsa. Politik
merupakan suatu rangkaian
asas, prinsip, keadaan, jalan,
cara, dan alat yang
digunakan untuk mencapai
tujuan tertentu yang kita
kehendaki. Politics dan
policy memiliki hubungan
yang erat dan timbal balik.
Politics memberikan
asas, jalan, arah, dan medannya,
sedangkan policy memberikan
pertimbangan
cara pelaksanaan asas, jalan,
dan arah tersebut sebaik-
1
baiknya .
Dalam bahasa Inggris, politics
adalah suatu rangkaian asas
(prinsip),
keadaan, cara, dan alat yang
digunakan untuk mencapai cita-
cita atau tujuan
tertentu. Sedangkan policy,
yang dalam bahasa
Indonesia diterjemahkan
sebagai kebijaksanaan, adalah
penggunaan pertimbangan-
pertimbangan yang
dianggap dapat lebih
menjamin terlaksananya suatu
usaha, cita-cita atau
tujuan yang dikehendaki.
Pengambil kebijaksanaan
biasanya dilakukan oleh
2
seorang pemimpin .
Politik secara umum
menyangkut proses penentuan
tujuan negara dan
cara melaksanakannya.
Pelaksanaan tujuan itu
memerlukan kebijakan-
kebijakan umum (public
policies) yang menyangkut
pengaturan, pembagian,
atau alokasi sumber-sumber
yang ada. Perlu diingat
bahwa penentuan
kebijakan umum, pengaturan,
pembagian, maupun alokasi
sumber-sumbe
A. Pengertian Politik dan Strategi Nasional
1. Pengertian Politik

Secara etimologis, kata “politik” berasal dari bahasa Yunani, yakni

Politeia. Politeia berasal dari akar kata polis dan teia. Polis
mengandung arti

kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri, yaitu negara.


Sedangkan teia

mengandung arti urusan. Dalam bahasa Indonesia, politik dalam arti


politics

mempunyai makna kepentingan umum warga negara suatu bangsa.


Politik

merupakan suatu rangkaian asas, prinsip, keadaan, jalan, cara, dan


alat yang

digunakan untuk mencapai tujuan tertentu yang kita kehendaki.


Politics dan

policy memiliki hubungan yang erat dan timbal balik. Politics


memberikan

asas, jalan, arah, dan medannya, sedangkan policy memberikan


pertimbangan

cara pelaksanaan asas, jalan, dan arah tersebut sebaik-baiknya1.

Dalam bahasa Inggris, politics adalah suatu rangkaian asas (prinsip),

keadaan, cara, dan alat yang digunakan untuk mencapai cita-cita atau
tujuan

tertentu. Sedangkan policy, yang dalam bahasa Indonesia


diterjemahkan

sebagai kebijaksanaan, adalah penggunaan pertimbangan-


pertimbangan yang

dianggap dapat lebih menjamin terlaksananya suatu usaha, cita-


cita atau

tujuan yang dikehendaki. Pengambil kebijaksanaan biasanya dilakukan


oleh
seorang pemimpin2.

Politik secara umum menyangkut proses penentuan tujuan negara dan

cara melaksanakannya. Pelaksanaan tujuan itu memerlukan


kebijakan-

kebijakan umum (public policies) yang menyangkut pengaturan,


pembagian,

atau alokasi sumber-sumber yang ada. Perlu diingat bahwa


penentuan

kebijakan umum, pengaturan, pembagian, maupun alokasi


sumber-sumbe

yang ada memerlukan kekuasaan dan wewenang (authority).


Kekuasaan dan
wewenang ini memainkan peran yang sangat penting dalam
pembinaan
kerjasama dan penyelesaian konflik yang mungkin muncul
dalam proses
3
pencapaian tujuan .
Dengan demikian, politik membicarakan hal-hal yang berkaitan
dengan negara (state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan
(decision
making process) kebijakan umum (public policy), dan distribusi atau
alokasi
4
sumber daya (distribution of value or resources) .
2. Pengertian Strategi
Strategi berasal dari bahasa Yunani, yakni strategia, yang
artinya
adalah seni seorang panglima yang biasanya digunakan dalam
peperangan
(the art of general). Di era modern sekarang ini, penggunaan kata
strategi
tidak lagi terbatas pada konsep atau seni seorang panglima
dalam
peperangan, tetapi sudah digunakan secara luas, termasuk
dalam ilmu
ekonomi, ilmu teknik, olahraga, dan ilmu lainnya. Dalam pengertian
umum,
strategi adalah cara untuk mendapatkan kemenangan atau
pencapaian tujuan.
Dengan kata lain, strategi pada dasarnya merupakan seni
dan ilmu
menggunakan dan mengembangkan kekuatan (ideologi, politik,
ekonomi,
sosial budaya dan hankam) untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan
5
sebelumnya .
3. Pengertian Nasional
Nasional berasal dari bahasa Inggris, yakni “national” yang
akar
katanya adalah “nation”, yang dalam bahasa Indonesia berarti
bangsa.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan “nation” adalah
sesuatu yang
berhubungan atau berkaitan dengan skala nasional yang merujuk pada
bangsa
dan negara
yang ada memerlukan kekuasaan dan wewenang (authority).
Kekuasaan dan

wewenang ini memainkan peran yang sangat penting dalam


pembinaan

kerjasama dan penyelesaian konflik yang mungkin muncul


dalam proses

pencapaian tujuan3.

Dengan demikian, politik membicarakan hal-hal yang berkaitan

dengan negara (state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan


(decision

making process) kebijakan umum (public policy), dan distribusi atau


alokasi

sumber daya (distribution of value or resources)4.


2. Pengertian Strategi

Strategi berasal dari bahasa Yunani, yakni strategia, yang


artinya

adalah seni seorang panglima yang biasanya digunakan dalam


peperangan

(the art of general). Di era modern sekarang ini, penggunaan kata


strategi

tidak lagi terbatas pada konsep atau seni seorang panglima


dalam

peperangan, tetapi sudah digunakan secara luas, termasuk


dalam ilmu

ekonomi, ilmu teknik, olahraga, dan ilmu lainnya. Dalam pengertian


umum,

strategi adalah cara untuk mendapatkan kemenangan atau


pencapaian tujuan.

Dengan kata lain, strategi pada dasarnya merupakan seni


dan ilmu

menggunakan dan mengembangkan kekuatan (ideologi, politik,


ekonomi,

sosial budaya dan hankam) untuk mencapai tujuan yang


telah ditetapkan

sebelumnya5.

3. Pengertian Nasional

Nasional berasal dari bahasa Inggris, yakni “national” yang


akar

katanya adalah “nation”, yang dalam bahasa Indonesia berarti


bangsa.

Dengan demikian, yang dimaksud dengan “nation” adalah


sesuatu yang
berhubungan atau berkaitan dengan skala nasional yang merujuk pada
bangsa

dan negara

4. Politik dan Strategi Nasional


Politik nasional adalah asas, haluan, usaha, serta kebijaksanaan
negara
tentang pembinaan (perencanaan, pengembangan, pemeliharaan,
dan
pengendalian) serta penggunaan kekuatan nasional untuk
mencapai tujuan
nasional. Strategi nasional disusun untuk pelaksanaan politik
nasional,
misalnya strategi jangka jangka pendek, jangka menengah,
dan jangka
panjang. Dengan demikian, strategi nasional adalah cara
melaksanakan
politik nasional dalam arti mencapai sasaran dan tujuan yang
ditetapkan oleh
politik nasional.
B. Dasar Penyusunan Politik dan Strategi Nasional
Dalam penyusunan politik dan strategi nasional, tentunya harus
berlandaskan
pada dasar pemikiran yang absah, legal, dan jelas sehingga
akan mencerminkan
kepentingan nasional seluruh komponen bangsa Indonesia. Berikut ini
adalah dasar
pemikiran penyusunan politik dan strategi nasional.
1. Proses penyusunan politik dan strategi nasional perlu
memahami pokok-
pokok pikiran yang terkandung dalam sistem manajemen
nasional yang
berlandaskan ideologi Pancasila, UUD 1945, Wawasan
Nusantara dan
Ketahanan Nasional. Landasan pemikiran dalam sistem manajemen
nasional
ini sangat penting sebagai kerangka acuan dalam penyusunan
politk dan
strategi nasional, karena didalamnya terkandung dasar negara,
cita-cita
nasional dan konsep strategis bangsa Indonesia

2. Proses penyusunan politik dan strategi nasional juga harus


mengacu pada
nilai-nilai perjuangan bangsa Indonesia sebagaimana tertuang
dalam
proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 1945 sehingga akan
menjadi
pedoman, petunjuk, dan koridor bagi terselenggaranya semua
program
pembangunan nasional.
4. Politik dan Strategi Nasional

Politik nasional adalah asas, haluan, usaha, serta kebijaksanaan


negara

tentang pembinaan (perencanaan, pengembangan, pemeliharaan,


dan

pengendalian) serta penggunaan kekuatan nasional untuk


mencapai tujuan

nasional. Strategi nasional disusun untuk pelaksanaan politik


nasional,

misalnya strategi jangka jangka pendek, jangka menengah,


dan jangka

panjang. Dengan demikian, strategi nasional adalah cara


melaksanakan

politik nasional dalam arti mencapai sasaran dan tujuan yang


ditetapkan oleh

politik nasional.7

B. Dasar Penyusunan Politik dan Strategi Nasional

Dalam penyusunan politik dan strategi nasional, tentunya harus


berlandaskan
pada dasar pemikiran yang absah, legal, dan jelas sehingga
akan mencerminkan

kepentingan nasional seluruh komponen bangsa Indonesia. Berikut ini


adalah dasar

pemikiran penyusunan politik dan strategi nasional.

1. Proses penyusunan politik dan strategi nasional perlu


memahami pokok-

pokok pikiran yang terkandung dalam sistem manajemen


nasional yang

berlandaskan ideologi Pancasila, UUD 1945, Wawasan


Nusantara dan

Ketahanan Nasional. Landasan pemikiran dalam sistem manajemen


nasional

ini sangat penting sebagai kerangka acuan dalam penyusunan


politk dan

strategi nasional, karena didalamnya terkandung dasar negara,


cita-cita

nasional dan konsep strategis bangsa Indonesia8.

2. Proses penyusunan politik dan strategi nasional juga harus


mengacu pada

nilai-nilai perjuangan bangsa Indonesia sebagaimana tertuang


dalam

proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 1945 sehingga akan


menjadi

pedoman, petunjuk, dan koridor bagi terselenggaranya semua


program

pembangunan nasional.

3. Proses penyusunan politik dan strategi nasional juga harus


mencerminkan jati
diri, budaya, adat istiadat, bahasa, dan lingkungan masyarakat
Indonesia,
yang beradab dan adi luhung.
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyusunan Politik dan Strategi
Nasional
Proses penyusunan politik dan strategi nasional selalu
memperhatikan
perkembangan lingkungan strategis, baik dalam skala global,
regional, nasional
maupun lokal, sebagaimana diuraikan sebagai berikut :
1. Perkembangan Global
Dalam penyusunan politik dan strategi nasional tentunya pemerintah
harus memperhatikan aspek global yang sedang berkembang,
khususnya
yang berhubungan dengan isu demokrasi, HAM, lingkungan
hidup,
terorisme, globalisasi, pasar bebas dan perdagangan bebas. Para
pengambil
kebijakan dalam menyusun politik dan strategi nasional pasti
akan
mempertimbangkan perkembangan lingkungan strategis pada
skala global,
khususnya yang terkait dengan hubungan luar negeri, politik luar
negeri dan
perdagangan internasional. Berbagai perjanjian dan konvensi
internasional
yang dihasilkan dalam kerangka multilateral, trilateral maupun
bilateral
menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan politik dan strategi
nasional.
2. Perkembangan Regional
Dalam penyusunan politik dan strategi nasional tentunya hal-hal yang
berhubungan perkembangan lingkungan strategis dalam skala
regional,
seperti kejahatan transnasional, perbatasan, keamanan regional,
dan
organisasi regional dalam kerangka ASEAN dan APEC tentunya
menjadi
bahan pertimbangan yang sangat penting. Politik dan strategi nasional
yang
disusun tentunya harus mampu merespon berbagai tantangan regional
yang
dihadapi oleh bangsa Indonesia. Sebagai komunitas regional Asia
Tenggara,
bangsa Indonesia menjadi negara yang sangat penting bagi
terwujudnya
kawasan regional Asia Tenggara yang aman, damai, sejahtera, dan
dinamis
3. Proses penyusunan politik dan strategi nasional juga harus
mencerminkan jati

diri, budaya, adat istiadat, bahasa, dan lingkungan masyarakat


Indonesia,

yang beradab dan adi luhung.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyusunan Politik dan Strategi


Nasional

Proses penyusunan politik dan strategi nasional selalu


memperhatikan

perkembangan lingkungan strategis, baik dalam skala global,


regional, nasional

maupun lokal, sebagaimana diuraikan sebagai berikut :

1. Perkembangan Global

Dalam penyusunan politik dan strategi nasional tentunya pemerintah

harus memperhatikan aspek global yang sedang berkembang,


khususnya

yang berhubungan dengan isu demokrasi, HAM, lingkungan


hidup,

terorisme, globalisasi, pasar bebas dan perdagangan bebas. Para


pengambil

kebijakan dalam menyusun politik dan strategi nasional pasti


akan

mempertimbangkan perkembangan lingkungan strategis pada


skala global,
khususnya yang terkait dengan hubungan luar negeri, politik luar
negeri dan

perdagangan internasional. Berbagai perjanjian dan konvensi


internasional

yang dihasilkan dalam kerangka multilateral, trilateral maupun


bilateral

menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan politik dan strategi


nasional.

2. Perkembangan Regional

Dalam penyusunan politik dan strategi nasional tentunya hal-hal yang

berhubungan perkembangan lingkungan strategis dalam skala


regional,

seperti kejahatan transnasional, perbatasan, keamanan regional,


dan

organisasi regional dalam kerangka ASEAN dan APEC tentunya


menjadi

bahan pertimbangan yang sangat penting. Politik dan strategi nasional


yang

disusun tentunya harus mampu merespon berbagai tantangan regional


yang

dihadapi oleh bangsa Indonesia. Sebagai komunitas regional Asia


Tenggara,

bangsa Indonesia menjadi negara yang sangat penting bagi


terwujudnya

kawasan regional Asia Tenggara yang aman, damai, sejahtera, dan


dinamis

sehingga politik dan strategi nasional yang disusun harus


mampu

mengadaptasi perkembangan regional.

3. Perkembangan Nasional
Dalam penyusunan politik dan strategi nasional, perkembangan skala

nasional yang meliputi asta gatra (tri gatra dan panca gatra) menjadi
masukan

yang sangat penting. Perubahan politik dan strategi nasional


pada tataran

empiris yang mengalami perubahan dari masa Orde Lama, Orde Baru,
dan

Orde Reformasi merupakan bukti nyata betapa perkembangan


lingkungan

strategis di tingkat nasional sangat berpengaruh. Arus


reformasi yang

menggelora pada akhir masa Orde Baru telah mengubah proses politik
dan

strategi nasional sekarang ini. Perkembangan geografi,


demografi, sumber

kekayaan alam, ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan


pertahanan

keamanan, yang terjadi di Indonesia sebenarnya


termanifestasikan dalam

politik dan strategi nasional. Politik dan strategi nasional yang disusun
harus

mampu menjadi jawaban atas permasalahan yang terjadi pada skala


nasional.

4. Perkembangan Lokal

Dalam penyusun politik dan strategi nasional, aspek lokal,


seperti

berkembangnya otonomi daerah, desentralisasi, dan nilai-nilai kearifan


lokal

juga menjadi bahan pertimbangan. Politik dan strategi nasional harus


mampu
mengadaptasi berbagai gejala, fenomena, dan peristiwa yang ada di
tingkat

lokal sehingga dapat menjadi pedoman atau petunjuk dalam


proses

penanganannya. Proses penyusunan politik dan strategi


nasional

memperhatikan jati diri masyarakat Indonesia di tingkat lokal


dengan

mengadopsi mekanisme musyawarah mufakat, semangat toleransi,


gotong

royong, dan nilai-nilai kemasyarakatan lainnya. Penyusunan


politik dan

strategi nasional merupakan cerminan dinamika masyarakat di tingkat


lokal

sehingga akan mampu diimplementasikan dalam aras


kemasyarakatan,

khususnya di tingkat propinsi, kabupaten, kota, kecamatan, dan desa.

D. Proses Penyusunan Politik dan Strategi Nasional

Sejak Indonesia merdeka sampai dengan sekarang ini,


Pemerintah telah

menyusun politik dan strategi nasional, baik pada masa Orde


Lama, Orde Baru,

Transisi Reformasi, dan Orde Reformasi, yang akan diuraikan sebagai


berikut :

1. Orde Lama

Proses penyusunan politik dan strategi nasional pada era Orde Lama

atau sering dikenal pula dengan sebutan “Demokrasi Terpimpin” ini


diliputi

situasi, kondisi dan keadaan masyarakat dan negara yang


serba tidak
memuaskan. Proses penyusunan politik dan strategi nasional
dimulai dari

pembentukan Dewan Perancang Nasional (Depernas) melalui UU


No. 8

Tahun 1958. Tugas dari Depernas ialah untuk mempersiapkan


Rancangan

Undang-Undang Pembangunan Nasional yang Berencana.


Setelah

dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 untuk kembali kepada


Undang-

Undang Dasar 1945, Depernas disempurnakan dengan Penetapan


Presiden

No. 4 Tahun 1959. Dalam jangka waktu 1 tahun, Depernas


berhasil

menyusun Naskah Rancangan Undang-Undang Pembangunan


Naisonal

Semesta Berencana Delapan Tahun (1961 – 1969). Pola


Pembangunan

Nasional Semesta itu disampaikan oleh Depernas kepada


Presiden pada

tanggal 13 Agustus 1960. Kemudian rancangan itu diteruskan kepada


MPRS

untuk mendapat pengesahan9.

Dalam sidang yang pertama, MPRS menetapkan Rancangan


Dasar

Undang-Undang Pembangunan Nasional Semesta Berencana Delapan


Tahun

1961 – 1969 itu sebagai Garis-Garis Besar Pola Pembangunan


Nasional
Semesta Berencana Tahapan Pertama 1961 – 1969.
Ketetapan MPRS

No.II/MPRS/1960 itu dikenal dengan nama Haluan Pembangunan


Negara

Republik Indonesia. Pola Pembangunan itu merupakan pimpinan bagi


setiap

usaha perekonomian dan merupakan dasar segala pembangunan di


sleuruh

pelosok tanah air pada waktu itu

Politik dan strategi nasional pada masa Orde Lama ditujukan untuk

merancang pola pembangunan masyarakat adil dan makmur atau


masyarakat

sosialisme Indonesia. Adapun tujuan itu harus dicapai dengan


pembangunan

nasional, semesta, dan berencana. Nasional : Karena pola


pembangunan itu

harus menggambarkan keinginan seluruh daerah dan seluruh


lapisan dan

golongan bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Semesta :


Karena

pola tersebut harus meliputi seluruh lapangan hidup bangsa


dan negara.

Berencana : Karena tidak mungkin tercapai pelaksanaan masyarakat


adil dan

makmur sekaligus, akan tetapi dilaksanakan setapak demi


setapak, tahap

demi tahap, tingkat demi tingkat, daerah demi daerah,


lapangan demi

lapangan, dengan perkataan lain tidak ada sekaligus, tetapi secara


berencana
namun cepat dan deras sesuai dengan irama gelombang Revolusi
Indonesia11.

Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana ini merupakan

Tripola karena terdiri dari 3 pola, yaitu : (1) Pola Proyek; (2) Pola
Penjelasan;

dan (3) Pola Pembiayaan. Dalam pekerjannya, Depernas selalu


berpedoman

pada beberapa naskah nasional, yaitu : (1) UUD 1945; (2)


Amanat

Pembangunan Presiden 28 Agustus 1959; (3) Penegasan


Amanat

Pembangunan Presiden 9 Januari 1960. Dalam ketiga naskah


itu telah

ditentukan bahwa tujuan seluruh pembangunan adalah untuk


mewujudkan

amanat penderitaan rakyat, yaitu menciptakan masyarakat


Indonesia yang

adil dan makmur menurut Pancasila12.

Namun demikian, Pola Pembangunan Nasional Semesta


Berencana

yang ditetapkan oleh Pemerintah ketika itu tidak berjalan lama karena
pada

tahun 1965 – 1966 terjadi konflik politik dan ketidakstabilan politik


yang

menyebabkan tumbangnya pemerintahan Orde Lama pimpinan


Presiden

Soekarno digantikan dengan Pemerintahan Orde Baru pimpinan


Presiden

Soeharto.

2. Orde Baru
Proses penyusunan politik dan strategi nasional pada era Orde Baru

atau sering dikenal pula dengan sebutan “Demokrasi Pancasila”


didasarkan

pada UUD 1945, khususnya pasal 3 (sebelum diamandemen), dimana


MPR

menetapkan Undang-Undang Dasar dan Garis-Garis Besar Haluan


Negara

(GBHN). Wujud nyata politik dan strategi nasional saat itu adalah
GBHN

yang ditetapkan oleh MPR melalui TAP MPR kemudian diserahkan


kepada

Presiden untuk dijadikan sebagai pedoman dalam


penyelenggaraan

pembangunan nasional.

GBHN merupakan program pembangunan nasional di segala bidang

yang berlangsung terus menerus dalam rangka mencapai tujuan


nasional dan

mewujudkan cita-cita nasional. GBHN memberikan kejelasan


arah bagi

perjuangan negara dan rakyat Indonesia yang sedang


membangun agar

mewujudkan keadaan dan mampu memberikan gambaran masa depan


yang

diinginkan. GBHN merupakan rencana pembangunan lima tahunan13.

Sebagai produk MPR, yang merupakan lembaga tertinggi


negara,

pemegang kedaulatan rakyat, pemegang kekuasan negara yang


tertinggi,

GBHN mempunyai kedudukan yang amat penting dalam menjunjung


tinggi
serta berperan aktif dalam melaksanakannya sesuai dengan
fungsi, bidang

tugas, dan kemampuannya masing-masing. GBHN juga berfungsi


sebagai

tolok ukur bagi penyelenggaraan negara14.

Dalam melaksanakan GBHN, presiden menyusun Rencana

Pembangunan Lima Tahun (REPELITA). Repelita disusun oleh


Presiden

dengan bantuan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional


(BAPPENAS).

Pada masa Orde Baru telah disusun 7 (tujuh) Repelita, yang dasar
hukumnya

akan diuraikan sebagai berikut :15

a. Keputusan Presiden No. 319 Tahun 1968, dasar hukum


Repelita I

(1969 – 1973).

b. Ketetapan MPR No. IV/MPR/1973 tentang GBHN Tahun 1973


1978, dasar hukum Repelita II (1974/1975 – 1978/1979).

c. Ketetapan MPR No. IV/MPR/1978 tentang GBHN Tahun 1978


1983, dasar hukum Repelita III (1979/1980 – 1983/1984).

d. Ketetapan MPR No. II/MPR/1983 tentang GBHN Tahun 1983 –

1988, dasar hukum Repelita IV (1984/1985 – 1988/1989).

e. Ketetapan MPR No. II/MPR/1988 tentang GBHN Tahun 1988


1993, dasar hukum Repelita V (1989/1990 – 1993/1994).

f. Ketetapan MPR No. II/MPR/1993 tentang GBHN Tahun 1993 –


1998, dasar hukum Repelita VI (1994/1995 – 1998/1999).

g. Ketetapan MPR No. II/MPR/1998 tentang GBHN Tahun 1998 –

2003, dasar hukum Repelita VII (1998/1999 – 2003/2004).

Berdasarkan rancangan pembangunan nasional yang disusun


oleh

Pemerintah, Repelita I sampai dengan Repelita V disebut


dengan Pola

Pembangunan Jangka Panjang (PJPT) Tahap I . Sedangkan Repelita VI


dan

VII merupakan bagian dari Pola Pembangunan Jangka Panjang (PJPT)


Tahap

II. Sebagaimana diketahui bahwa pemerintah menetapkan PJPT


berjangka

waktu 25 tahunan, sehingga logikanya ketika pemerintah telah


melaksanakan

5 (lima) kali Repelita, maka bisa dikatakan bahwa


pemerintah telah

melaksanakan PJPT I.

Namun demikian, karena terjadi krisis ekonomi yang mengarah pada

krisis politik, krisis kepercayaan dan krisis multidimensional pada


tahun 1997

– 1998, maka Pemerintahan Presiden Soeharto jatuh pada tanggal


21 Mei

1998 oleh gelombang reformasi mahasiswa bersama rakyat yang tidak


puas

dengan program pembangunan nasional yang dijalankan ketika itu.


Akhirnya

TAP MPR No. II/MPR/1998 tentang GBHN Tahun 1998 – 2003 dicabut
oleh
Sidang MPR melalui TAP MPR No. IX/MPR/1998.

3. Transisi Reformasi

Proses penyusunan politik dan strategi nasional pada era


transisi

reformasi diawali dengan diterbitkannya beberapa ketetapan MPR


sebagai

respon terhadap berbagai tuntutan reformasi yang sangat deras


ketika itu.

Ketetapan MPR tersebut, antara lain :

a. TAP MPR No. X/MPR/1998 Tentang Pokok-Pokok Reformasi Dalam

Rangka Penyelamatan dan Normalisasi Kehidupan Nasional Sebagai

Haluan Negara.

b. TAP MPR No. XI/MPR/1998 Tentang Penyelenggaraan Negara Yang

Bersih dan Bebas KKN.

c. TAP MPR No. XVI/MPR/1998 Tentang Politik Ekonomi Dalam

Rangka Demokrasi Ekonomi.

d. TAP MPR No. XV/MPR/1998 Tentang Penyelenggaraan Otonomi

Daerah, pengaturan & Pemanfaatan Sumber Daya Nasional


yang

Berkeadilan serta Perimbangan Keuangan Pusa dan Daerah


Dalam

Kerangka NKRI.

e. TAP MPR No. XVII/MPR/1998 Tentang Hak Asasi Manusia.

Berkaitan dengan politik dan strategi nasional, MPR hasil


Pemilu

1999 pada Rapat Paripurna ke-12 Sidang Umum MPR pada


tanggal 19
Oktober 1999 menetapkan TAP MPR No. IV/MPR/1999 Tentang
GBHN

Tahun 1999 – 2004. GBHN 1999-2004 tersebut memuat arah


kebijakan

penyelenggaraan negara untuk menjadi pedoman bagi penyelenggara


negara,

termasuk lembaga tinggi negara, dan seluruh rakyat


Indonesia, dalam

melaksanakan penyelenggaraan negara dan melakukan langkah-


langkah

penyelamatan, pemulihan, pemantapan dan pengembangan


pembangunan,

dalam kurun waktu tersebut. Sesuai dengan amanat GBHN 1999-2004,


arah

kebijakan penyelenggaraan negara tersebut dituangkan dalam


Program

Pembangunan Nasional lima tahun (Propenas) yang ditetapkan oleh


Presiden

bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Selanjutnya, Propenas


diperinci

dalam Rencana Pembangunan Tahunan (Repeta) yang memuat


Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang ditetapkan oleh


Presiden

bersama DPR.

Propenas, sebagai penjabaran dari GBHN 1999-2004, merupakan

rencana pembangunan lima tahunan. Kerangka waktu Propenas adalah


tahun

2000-2004. Propenas adalah rencana pembangunan yang berskala


nasional
serta merupakan konsensus dan komitmen bersama masyarakat
Indonesia

mengenai pencapaian visi dan misi bangsa. Fungsi Propenas adalah


untuk

menyatukan pandangan dan derap langkah seluruh lapisan masyarakat


dalam

melaksanakan prioritas pembangunan selama lima tahun ke depan.

Perumusan Propenas dilakukan secara transparan dengan

mengikutsertakan berbagai pihak baik itu kalangan pemerintah, dunia


usaha,

dunia pendidikan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),


maupun para

pakar, baik di pusat maupun di daerah. Berbagai upaya mencari


masukan

dilakukan dengan tujuan agar semua pihak merasa ikut


memiliki dan

berpartisipasi dalam pelaksanaannya. Propenas bukanlah


rencana

pembangunan pemerintah pusat saja, melainkan merupakan


rencana

pembangunan seluruh komponen bangsa. Propenas merupakan payung


bagi

seluruh lembaga tinggi negara dalam melaksanakan tugas


pembangunan.

Proses penyusunan Propenas yang dilakukan secara transparan


akan

meningkatkan rasa tanggung jawab dan mendorong pemerintah


untuk

mewujudkan pemerintahan yang baik.

Tiap-tiap lembaga tinggi negara, departemen dan lembaga pemerintah


non departemen menyusun Rencana Strategis (Renstra),
sedangkan

pemerintah daerah menyusun Program Pembangunan Daerah


(Propeda).

Renstra dan Propeda harus mengacu pada Propenas. Untuk


Propeda,

dimungkinkan adanya penekanan prioritas yang berbeda-beda


dalam

menyusun program-program pembangunan yang sesuai dengan


kebutuhan

daerah masing-masing.

Propenas mempunyai karakteristik yang berbeda dengan


Rencana

Pembangunan Lima Tahunan (Repelita) yang lalu. Propenas berupaya


untuk

memberikan ruang gerak yang lebih besar bagi penyelenggara


pembangunan

di pusat (Departemen/LPND) dan di daerah (Pemerintah


Daerah) untuk

membuat rencana pembangunannya masing - masing. Hal ini sejalan


dengan

semangat desentralisasi segala aspek kehidupan bernegara,


termasuk dalam

hal pembangunan nasional.

4. Orde Reformasi

Proses penyusunan politik dan strategi nasional pada era reformasi

diawali dengan diterbitkannya UU No. 25 Tahun 2004


Tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). Berdasarkan Undang-


Undang
Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional

dinyatakan bahwa yang dimaksud Sistem Perencanaan


Pembangunan

Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan


pembangunan untuk

menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang,


jangka

menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara


negara

dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah.

Dalam UU SPPN dinyatakan secara jelas bahwa terdapat tiga

dokumen perencanaan pembangunan nasional, yakni Rencana


Pembangunan

Jangka Panjang Nasional (RPJPN) yang berlaku 20 tahunan,


Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang berlaku 5


tahunan,

dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang berlaku tahunan.


Sedangkan

untuk perencanaan pembangunan daerah ditetapkan Rencana


Pembangunan

Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang berlaku 20 tahunan,


Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang berlaku 5


tahunan,

dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang berlaku tahunan.

Sistem perencanaan pembangunan nasional mencakup lima

pendekatan dalam seluruh rangkaian perencanaan, yaitu: politik;


teknokratik;
partisipatif; atas-bawah (top-down); dan bawah-atas (bottom-up).

Pendekatan politik memandang bahwa pemilihan Presiden/Kepala


Daerah

adalah proses penyusunan rencana, karena rakyat pemilih


menentukan

pilihannya berdasarkan program-program pembangunan yang


ditawarkan

masing-masing calon Presiden/Kepala Daerah. Oleh karena itu,


rencana

pembangunan adalah penjabaran dari agenda-agenda


pembangunan yang

ditawarkan Presiden/Kepala Daerah pada saat kampanye ke dalam


rencana

pembangunan jangka menengah. Perencanaan dengan


pendekatan

teknokratik dilaksanakan dengan menggunakan metoda dan kerangka


berpikir

ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional


bertugas untuk

itu. Perencanaan dengan pendekatan partisipatif dilaksanakan


dengan

melibatkan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders)


terhadap

pembangunan. Pelibatan mereka adalah untuk mendapatkan


aspirasi dan

menciptakan rasa memiliki. Sedangkan pendekatan atas-bawah dan,


bawah-

atas dalam perencanaan dilaksanakan menurut jenjang


pemerintahan.
Rencana hasil proses atas-bawah dan bawah-atas diselaraskan
melalui

musyawarah yang dilaksanakan baik di tingkat nasional,


provinsi,

kabupaten/kota, kecamatan, dan desa.

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional bertujuan untuk:

mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan; menjamin


terciptanya

integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah, antar ruang,


antarwaktu,

antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah;


menjamin

keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,


pelaksanaan,

dan pengawasan; mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan


menjamin

tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif,


berkeadilan, dan

berkelanjutan. Perencanaan Pembangunan Nasional menghasilkan :


rencana

pembangunan jangka panjang; rencana pembangunan jangka


menengah; dan

rencana pernbangunan tahunan.

Dalam perencanaan pembangunan nasional dan daerah, Musyawarah

Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) adalah forum antar pelaku


dalam

rangka menyusun rencana pembangunan Nasional dan rencana


pembangunan

Daerah. Penyelenggaraan Musrenbang dalam rangka penyusunan


RKP dan
RKPD selain diikuti oleh unsur-unsur pemerintahan juga
mengikutsertakan

dan/atau menyerap aspirasi masyarakat terkait, antara lain asosiasi


profesi,

perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, pemuka adat dan


pemuka

agama, serta kalangan dunia usaha.

Ruang lingkup perencanaan pembangunan nasional dan daerah adalah

sebagai berikut :

Sampai dengan saat ini, pemerintah dan DPR telah menerbitkan UU

No. 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang


Nasional

Tahun 2005 – 2025. Dalam UU RPJPN tersebut ditegaskan


kewajiban

pemerintah untuk menyusun Rencana Pembangunan Jangka


Menengah

Nasional, yaitu RPJM Nasional I Tahun 2005–2009, RPJM Nasional II


Tahun

2010–2014, RPJM Nasional III Tahun 2015–2019, dan RPJM Nasional


IV

Tahun 2020–2024. RPJMN merupakan penjabaran dari visi,


misi, dan
program Presiden ketika melaksanakan kampanye pada saat Pemilu.

Berkaitan dengan RPJMN, pemerintahan SBY telah menetapkan

Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan


Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004 – 2009, yang


merupakan

penjabaran visi, misi, dan program Presiden hasil Pemilu yang


dilaksanakan

secara langsung tahun 2004. Presiden SBY juga telah menetapkan


Peraturan

Presiden No. 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan


Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010 – 2014, yang


merupakan

penjabaran visi, misi, dan program Presiden hasil Pemilu yang


dilaksanakan

secara langsung tahun 2009.

E. Implementasi Politik dan Strategi Nasional

1. Orde Lama

Dalam era dua puluh tahun pertama setelah kemerdekaan


(1945–

1965), bangsa Indonesia mengalami berbagai ujian yang


sangat berat.

Indonesia telah berhasil mempertahankan kemerdekaan dan


menegakkan

kedaulatan negara. Persatuan dan kesatuan bangsa berhasil


pula

dipertahankan dengan meredam berbagai benih pertikaian, baik


pertikaian
bersenjata maupun pertikaian politik diantara sesama komponen
bangsa. Pada

masa itu para pemimpin bangsa berhasil menyusun rencana


pembangunan

nasional. Namun, suasana yang penuh ketegangan dan


pertikaian telah

menyebabkan rencana-rencana tersebut tidak dapat terlaksana


dengan baik.

Politik dan strategi nasional yang tertuang dalam Garis-Garis Besar

Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana Tahapan Pertama


1961 –

1969 sangat didominasi oleh kebijakan Presiden Soekarno yang anti


terhadap

Blok Barat dan cenderung ingin bersahabat dengan negara-


negara Blok

Timur. Pada saat itu, Presiden Soekarno menetapkan “Politik


sebagai

panglima” dan “Politik Mercusuar”. Pembangunan yang


dijalankan lebih

diarahkan pada pembangunan politik sehingga sebagian besar


program dan

kegiatan pembangunan ekonomi tidak dapat berjalan dengan baik


yang pada

akhirnya menyebabkan krisis ekonomi yang menyebabkan


ketidakpuasan

rakyat terhadap kepemimpinan Presiden Soekarno.

Akhirnya, melalui proses yang panjang dengan penuh kemelut politik

yang menimbulkan turbulensi politik yang menegangkan, Presiden


Soekarno
jatuh dan pemerintahan Orde Lama digantikan dengan
pemerintahan

Soeharto yang menyatakana diri sebagai pemerintahan Orde


Baru dengan

komitmen akan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara


murni dan

konsekuen.

2. Orde Baru

Pada kurun waktu 1969–1997, bangsa Indonesia berhasil menyusun

rencana pembangunan nasional secara sistematis melalui


tahapan lima

tahunan. Pembangunan tersebut merupakan penjabaran dari Garis-


garis Besar

Haluan Negara (GBHN) yang memberikan arah dan pedoman


bagi

pembangunan negara untuk mencapai cita-cita bangsa


sebagaimana yang

diamanatkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara


Republik

Indonesia Tahun 1945. Tahapan pembangunan yang disusun dalam


masa itu

telah meletakkan dasar-dasar bagi suatu proses pembangunan


berkelanjutan

dan berhasil meningkatkan kesejahteraan rakyat, seperti


tercermin dalam

berbagai indikator ekonomi dan sosial. Proses pembangunan


pada kurun

waktu tersebut sangat berorientasi pada output dan hasil akhir.


Sementara itu,
proses dan terutama kualitas institusi yang mendukung dan
melaksanakan

tidak dikembangkan dan bahkan ditekan secara politis


sehingga menjadi

rentan terhadap penyalahgunaan dan tidak mampu menjalankan


fungsinya

secara profesional. Ketertinggalan pembangunan dalam sistem


dan

kelembagaan politik, hukum, dan sosial menyebabkan hasil


pembangunan

menjadi timpang dari sisi keadilan dan dengan sendirinya


mengancam

keberlanjutan proses pembangunan itu sendiri.

Menjelang timbulnya krisis ekonomi pada tahun 1997, pembangunan

ekonomi sesungguhnya sedang dalam optimisme yang tinggi


sehubungan

dengan keberhasilan pencapaian pembangunan jangka panjang


pertama.

Namun, berbagai upaya perwujudan sasaran pembangunan praktis


terhenti

akibat krisis yang melumpuhkan perekonomian nasional.


Rapuhnya

perekonomian di negara-negara kawasan Asia Tenggara menunjukkan


bahwa

pondasi ekonomi negara-negara di kawasan Asia Tenggara,


termasuk

Indonesia belum kuat menahan gejolak eksternal. Pertumbuhan cukup


tinggi

yang berhasil dipertahankan cukup lama lebih banyak


didorong oleh
peningkatan akumulasi modal, tenaga kerja dan pengurasan
sumber daya

alam daripada peningkatan dalam produktivitas perekonomian


secara

berkelanjutan. Dari krisis tersebut terangkat kelemahan


mendasar bahwa

kemajuan selama ini belum diikuti oleh peningkatan efisiensi dan


perbaikan

tata kelola kelembagaan ekonomi yang akhirnya meruntuhkan


kepercayaan

para pelaku, baik di dalam maupun di luar negeri. Oleh karena


itu, di

samping rentan terhadap gangguan eksternal, struktur perekonomian


seperti

itu akan sulit berkembang jika dihadapkan pada kondisi


persaingan yang

lebih ketat, baik pada pemasaran hasil produksi maupun pada


peningkatan

investasi, dalam era perekonomian dunia yang makin terbuka.

Krisis tahun 1997 telah meruntuhkan pondasi perekonomian nasional.

Dalam kurun waktu kurang dari satu tahun nilai tukar


merosot drastis

mencapai sekitar Rp15.000,00 per US $ 1. Implikasinya, utang


pemerintah

dan swasta membengkak dan mengakibatkan permintaan agregat


domestik

terus menurun sampai dengan pertengahan 1998. Akibatnya, PDB


mengalami

kontraksi sekitar 13 persen pada tahun tersebut. Banyaknya


perusahaan yang
bangkrut mengakibatkan jumlah pengangguran meningkat tajam
hampir tiga

kali lipat, yaitu sekitar 14,1 juta orang; jumlah masyarakat miskin
meningkat

hampir dua kali lipat, dari sekitar 28 juta orang pada tahun 1996
menjadi

sekitar 53 juta orang pada tahun 1998.

Krisis moneter yang berkembang menjadi krisis multidimensi, yang

selanjutnya berdampak pada perubahan (reformasi) di seluruh


sendi-sendi

kehidupan berbangsa dan bernegara. Reformasi tersebut


memberikan

semangat politik dan cara pandang baru sebagaimana


tercermin pada

perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun


1945.

Perubahan substansial dalam Undang-Undang Dasar Negara


Republik

Indonesia Tahun 1945 yang terkait dengan perencanaan


pembangunan

nasional adalah : (1) Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)


tidak

diamanatkan lagi untuk menetapkan Garis-garis Besar Haluan


Negara

(GBHN); (2) Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan
secara

langsung oleh rakyat; dan (3) desentralisasi dan penguatan otonomi


daerah.

3. Transisi Reformasi

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai lembaga


perencanaan, Bappenas telah menyelesaikan penyusunan
Program

Pembangunan Nasional lima tahun (Propenas). Penyusunan


Propenas

merupakan tugas Presiden, sebagai mandataris MPR, untuk


menjabarkan

Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1999, sebagaimana


penyusunan

Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) yang menjabarkan


GBHN

selama periode 1971 hingga 1998. Propenas tentunya memiliki warna


yang

berbeda dengan Repelita karena disusun dalam suasana dan semangat


yang

berlainan.

Penyusunan kebijakan dan program dalam Propenas bertitik awal dari

tujuan pembangunan nasional, kondisi umum, visi dan misi


pembangunan

nasional seperti yang diamanatkan oleh GBHN 1999-2004.


Sebagai

penjabaran dari GBHN tentunya Propenas tidak bisa lepas dari


maksud

penetapan GBHN oleh MPR, yaitu memberikan arah penyelenggaraan


negara

dengan tujuan mewujudkan kehidupan yang demokratis, berkeadilan


sosial,

melindungi hak asasi manusia, menegakkan supremasi hukum dalam


tatanan

masyarakat dan bangsa yang beradab, berakhlak mulia, mandiri,


bebas, maju,
dan sejahtera untuk kurun waktu lima tahun ke depan. Selain
itu muatan

kebijakan dan program dalam Propenas disusun lebih rinci


dan terukur

daripada GBHN.

Propenas adalah merupakan rencana program pembangunan nasional

untuk jangka waktu 5 (lima) tahunan. Selama 32 tahun


terakhir, rencana

program pembangunan nasional lima tahunan negara kita disusun


dalam apa

yang disebut dengan Repelita. Paradigma yang digunakan dalam


perumusan

Repelita pada waktu itu sangat mendalam (komprehensif) yaitu


menguraikan

secara panjang lebar dan terinci rencana pembangunan menurut


sektor dan

daerah. Sedangkan dalam Propenas digunakan paradigma yang


menekankan

pada skala prioritas dalam perumusan masalah dan


penyelesaiannya

(strategic choices). Dalam Propenas agenda-agenda kebijakan yang


penting,

mendesak, dan mendasar yang menjadi prioritas bagi bangsa pada


masa lima

tahun ke depan lebih diutamakan dan ditonjolkan. Pendekatan


ini sejalan

dengan keterbatasan pembiayaan dalam masa krisis ini. Propenas


kemudian

dirinci ke dalam Rencana Pembangunan Tahunan (Repeta) yang


memuat
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Dengan berbagai program penanganan krisis yang


diselenggarakan

selama periode transisi reformasi, kondisi mulai membaik sejak tahun


2000.

Perbaikan kondisi tersebut ditunjukkan dengan beberapa indikator


sebagai

berikut. Defisit anggaran negara turun dari 3,9 persen PDB pada
tahun

1999/2000 menjadi 1,1 persen PDB pada tahun 2004, stok


utang

Pemerintah/PDB dapat ditekan di bawah 60 persen, dan


cadangan devisa

terus meningkat dalam empat tahun terakhir menjadi USD 35,4 miliar
pada

tahun 2004. Nilai tukar dapat distabilkan pada tingkat sekitar Rp


9.000,00 per

US $ 1 dan inflasi ditekan di angka sekitar 6,0 persen pada


tahun 2004.

Terkendalinya nilai tukar dan laju inflasi tersebut memberikan ruang


gerak

bagi kebijakan moneter untuk secara bertahap menurunkan


suku bunga

Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Penurunan suku bunga SBI tersebut


diikuti

penurunan suku bunga simpanan perbankan secara signifikan, tetapi


belum

sepenuhnya diikuti oleh penurunan suku bunga kredit perbankan.


Meskipun
belum optimal, penurunan suku bunga itu telah dimanfaatkan oleh
perbankan

untuk melakukan restrukturisasi kredit, memperkuat struktur


permodalan, dan

meningkatkan penyaluran kredit, terutama yang berjangka


waktu relatif

pendek. Di sektor riil, kondisi yang stabil tersebut memberikan


kesempatan

kepada dunia usaha untuk melakukan restrukturisasi keuangan


secara

internal.

Berbagai kinerja di atas telah berhasil memperbaiki stabilitas ekonomi

makro. Walaupun demikian, kinerja tersebut belum mampu


memulihkan

pertumbuhan ekonomi ke tingkat seperti sebelum krisis. Hal tersebut


karena

motor pertumbuhan masih mengandalkan konsumsi. Sektor produksi


belum

berkembang karena sejumlah permasalahan berkenaan dengan


tidak

kondusifnya lingkungan usaha, yang menyurutkan gairah


investasi, di

antaranya praktik ekonomi biaya tinggi, termasuk praktik korupsi,


kolusi, dan

nepotisme (KKN) serta berbagai aturan yang terkait dengan


pelaksanaan

otonomi daerah. Selain itu, sulitnya pemulihan sektor investasi dan


ekspor

juga disebabkan oleh lemahnya daya saing nasional, terutama dengan


makin
ketatnya persaingan ekonomi antar negara. Lemahnya daya saing
tersebut,

juga diakibatkan oleh rendahnya produktivitas SDM serta


rendahnya

penguasaan dan penerapan teknologi di dalam proses produksi.


Permasalahan

lain yang juga punya pengaruh kuat ialah terbatasnya kapasitas


infrastruktur

di dalam mendukung peningkatan efisiensi distribusi.


Penyelesaian yang

berkepanjangan dari semua permasalahan sektor riil di atas akan


mengganggu

kinerja kemajuan dan ketahanan perekonomian nasional, yang


pada

gilirannya dapat mengurangi kemandirian bangsa.

Walaupun secara bertahap berkurang, jumlah penduduk miskin masih

cukup tinggi, baik di kawasan perdesaan maupun di perkotaan,


terutama pada

sektor pertanian dan kelautan. Hingga tahun 2004, angka kemiskinan


masih

sekitar 30 juta jiwa dan jumlah pengangguran masih sekitar 10


juta jiwa.

Oleh karena itu, kemiskinan masih menjadi perhatian penting


dalam

pembangunan 20 tahun yang akan datang. Luasnya wilayah dan


beragamnya

kondisi sosial budaya masyarakat menyebabkan masalah


kemiskinan di

Indonesia menjadi sangat beragam dengan sifat-sifat lokal yang


kuat dan
pengalaman kemiskinan yang berbeda. Masalah kemiskinan
bersifat

multidimensi, karena bukan hanya menyangkut ukuran


pendapatan,

melainkan karena juga kerentanan dan kerawanan orang atau


masyarakat

untuk menjadi miskin. Selain itu, kemiskinan juga menyangkut


kegagalan

dalam pemenuhan hak dasar dan adanya perbedaan perlakuan


seseorang atau

kelompok masyarakat dalam menjalani kehidupan secara bermartabat.

4. Orde Reformasi

Tidak adanya GBHN akan mengakibatkan tidak adanya lagi rencana

pembangunan jangka panjang pada masa yang akan datang. Pemilihan


secara

langsung memberikan keleluasaan bagi calon Presiden dan


calon Wakil

Presiden untuk menyampaikan visi, misi, dan program


pembangunan pada

saat berkampanye. Keleluasaan tersebut berpotensi


menimbulkan

ketidaksinambungan pembangunan dari satu masa jabatan


Presiden dan

Wakil Presiden ke masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden


berikutnya.

Desentralisasi dan penguatan otonomi daerah berpotensi


mengakibatkan

perencanaan pembangunan daerah tidak sinergi antara daerah


yang satu
dengan daerah yang lainnya serta antara pembangunan
daerah dan

pembangunan secara nasional. Untuk itu, seluruh komponen bangsa


sepakat

menetapkan sistem perencanaan pembangunan melalui Undang-


Undang

Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan


Nasional

(UU SPPN) yang di dalamnya diatur perencanaan jangka panjang (20


tahun),

jangka menengah (5 tahun), dan pembangunan tahunan.

Belajar dari pengalaman masa lalu dengan mempertimbangkan

perubahan-perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia

Tahun 1945 diperlukan perencanaan pembangunan jangka


panjang untuk

menjaga pembangunan yang berkelanjutan dalam rangka


mencapai tujuan

dan cita-cita bernegara sebagaimana tertuang dalam


Pembukaan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu (1)


melindungi

segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah


Indonesia; (2)

memajukan kesejahteraan umum; (3) mencerdaskan kehidupan


bangsa; dan

(4) ikut menciptakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,


perdamaian

abadi, dan keadilan sosial. Dalam rangka mewujudkan tujuan


pembangunan
nasional tersebut perlu ditetapkan visi, misi, dan arah pembangunan
jangka

panjang Indonesia.

Berbagai pengalaman yang didapatkan selama lebih dari 60


tahun

mengisi kemerdekaan merupakan modal yang berharga dalam


melangkah ke

depan untuk menyelenggarakan pembangunan nasional secara


menyeluruh,

bertahap, dan berkelanjutan dalam wadah Negara Kesatuan


Republik

Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar


Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

Ketika memulai awal pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu (KIB),

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah


mengemukakan

permasalahan mendasar yang dihadapi oleh bangsa Indonesia, yaitu


tingginya

angka kemiskinan, tingginya tingkat pengangguran, dan


besarnya utang

pemerintah. Presiden SBY juga berulang kali mengemukakan


arah

pembangunan yang hendak diwujudkan melalui apa yang disebutnya


sebagai

“Triple Track Strategy”, yaitu: pro-growth, pro-job, dan pro-poor.

Dalam mewujudkan sasaran tersebut, SBY menawarkan tiga solusi.

Track pertama adalah meningkatkan pertumbuhan dengan


mengutamakan
ekspor dan investasi. Track kedua adalah menggerakkan sektor
riil untuk

menciptakan lapangan kerja. Track ketiga adalah merevitalisasi


pertanian,

kehutanan, kelautan dan ekonomi perdesaan untuk mengurangi


kemiskinan.

Dengan demikian, pembangunan ekonomi diarahkan untuk


mewujudkan

pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan pemerataan, atau


pertumbuhan

disertai pemerataan (growth with equity).

Tantangan Indonesia untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang

berkelanjutan menghadap tantangan yang cukup berat. Krisis


global telah

menghambat kemajuan ekonomi domestik meski kita akui


bahwa

kemerosotan ekonomi tidak terus berlanjut, dan perekonomian


mencatat

pertumbuhan positif namun krisis itu belum sepenuhnya dapat kita


lewati.

Selain itu, indikator makro ekonomi juga mencatat perbaikan seperti

pertumbuhan ekonomi yang positif sementara negara lain justru


terkoreksi,

tingkat inflasi yang rendah, ekspor yang tinggi, stabilitas nilai tukar,
indeks

pasar saham yang positif dan cadangan devisa yang mencapai posisi
tertinggi

dalam sejarah perekonomian nasional. Stabilitas makro


ekonomi yang
kondusif tersebut adalah prasyarat yang diperlukan untuk
mendorong

pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkesinambungan.

Capaian menonjol yang telah ditorehkan oleh pemerintah melalui

politik dan strategi nasional yang tertuang dalam UU SPPN


(RPJPN,

RPJMN, RKP) adalah pertumbuhan ekonomi yang mencapai 6%,


angka

kemiskinan berhasil diperkecil mencapai 20 juta orang, jumlah


pengangguran

juga berhasil dientaskan sehingga menjadi 9 juta orang, dan


masuknya

Indonesia dalam keanggotaan organisasi ekonomi dunia, yakni


G-20.

Indonesia juga dinilai oleh Bank Dunia sebagai satu dari tiga negara di
dunia

(dua negara lainnya adalah Cina dan India) yang mampu


mempertahankan

pertumbuhan ekonomi yang stabil ketika dihantam oleh krisis ekonomi


global

tahun 2008 yang lalu.

Anda mungkin juga menyukai