Anda di halaman 1dari 36

Jawab 1:

Pendidikan kewarganegaraan menjadi penting untuk menambah wawasan dan pengetahuan dari
siswa. Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan diajarkan di sekolah pada tiap jenjang, mulai
dari SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi. Lantas apa sebenarnya pengertian pendidikan
kewarganegaraan? Apa fungsi, peranan dan landasan pendidikan kewarganegaraan? Apa saja
tujuan pendidikan kewarganegaraan secara umum dan secara khusus? Berikut kami jelaskan tujuan
pendidikan kewarganegaraan beserta pengertian dan penjelasan lengkapnya.

Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pengertian kewarganegaraan adalah sebuah ilmu atau studi mengenai tugas dan kewajiban
pemerintahan serta hak dan kewajiban seorang warga negara. Definisi kewarganegaraan
pun bisa diartikan lebih luas yaitu mencakup sesuatu yang memiliki keterkaitan atau
hubungan antara manusia sebagai individu di dalam suatu perkumpulan yang tertata dan
terorganisir dalam hubungannya dengan negara yang bersangkutan.

Sementara pengertian pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu pendidikan yang bertujuan untuk
memdidikan para generasi muda dan mahasiswa agar mampu menjadi warga negara yang
demokratis dan partisipatif dalam pembelaan negara. Dalam hal ini pendidikan kewarganegaraan
merupakan suatu alat pasif untuk membangun dan memajukan sistem demokrasi suatu bangsa.

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan tentu memiliki fungsi, peranan dan tujuan yang dihasilkan. Terdapat
tujuan pendidikan kewarganegaraan secara umum yaitu fungsi dan tujuan dengan hasil dan output
yang umum dirasakan. Selain itu juga ada tujuan pendidikan kewarganegaraan secara khusus
dengan mengkhususkan tujuan pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi atau sekolah.

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan Secara Umum

Tujuan utama pendidikan kewarganegaraan di Indonesia adalah untuk menumbuhkan wawasan


dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan
bangsa, wawasan nusantara, serta ketahanan nasional dalam diri para calon-calon penerus bangsa
yang sedang dan mengkaji dan akan menguasai imu pengetahuaan dan teknologi serta seni.

Selain itu tujuan mempelajari pendidikan kewarganegaraan lainnya yaitu untuk meningkatkan
kualitas manusia indonesia yang berbudi luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh,
profesional, bertanggung jawab dan produktif serta sehat jasmani dan rohani. Peran
kewarganegaraan pun cukup penting untuk keberlangsungan bangsa dengan menambah wawasan
dan pengetahuan kewarganegaraan.
Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan Secara Khusus

Secara khusus, terdapat beberapa tujuan kewarganegaraan yang diperuntukkan untuk membentuk
moral dan perilaku siswa. Pentingnya mempelajari kewarganegaraan memang juga berperan pada
moral dan perilaku para siswa. Inilah beberapa tujuan pendidikan kewarganegaraan di sekolah
secara rinci.

 Mendorong siswa supaya mempunyai kemampuan serta kecakapan dalam mengenali


berbagai macam permasalahan hidup dan kesejahteraan maupun cara-cara
penyelesaiannya.
 Mendorong siswa agar mendapatkan kemampuan dalam memutuskan sikap yang penuh
tanggung jawab sesuai moral yang telah tertanam didalam diri.
 Mendorong siswa agar dapat mengenali serta memahami segala bentuk perubahan serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni.
 Mendorong siswa agar mempunyai kemampuan dalam memaknai segala peristiwa sejarah
juga nilai-nilai budaya dalam upaya menggalang semangat Bhinneka Tunggal Ika sebagai
pedoman ersatuan Indonesia.
Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan Bagi Mahasiswa

Berikut merupakan tujuan pendidikan kewarganegaraan bagi mahasiswa menurut Direktorat


Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti). Landasan pendidikan kewarganegaraan ini diambil dari
Keputusan Dirjen Dikti No. 267/Dikti/2000 yang mencakup tiga poin tujuan utama sebagai
berikut.

1. Agar mahasiswa dapat memahami dan melaksanakan hak dan kewajiban secara santun,
jujur, dan demokratis serta ikhlas sebagawai WNI terdidik dan bertanggung jawab.
2. Agar mahasiswa menguasai dan memahami berbagai masalah dasar dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta dapat mengatasinya dengan pemikiran
kritis dan bertanggung jawab yang berlandaskan Pancasila, Wawasan Nusantara, dan
Ketahanan Nasional.
3. Agar mahasiswa memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kejuangan,
cinta tanah air, serta rela berkorban bagi nusa dan bangsa.

Jawab 2:
Pengertian Identitas Nasional
Identitas Nasional merupakan suatu jati diri yang khas yang dimiliki oleh suatu bangsa
yang tidak dimiliki oleh bangsa yang lain.
Hakikat Identitas Nasional di dalam kehidupan berbangsa & bernegara pancasila
merupakan yang aktualisasinya yang tercerminkan dalam penataan kehidupan kita yang dalam
arti yang luas
B. Dari 4 unsur identitas nasional di atas, dapat kita rumuskan pembagiannya menjadi 3 bagian
antara lain :
1. Identitas Fundamental, pancasila ialah sebagai falsafat bangsa, dasar negara serta ideologi
negara.
2. Identitas Instrumental, adalah isi UUD 1945 serta tata perundang-undangannya. Dalam
Identitas instrumental ini, bahasa yang digunakan ialah bahasa Indonesia, bendera negara
Indonesia adalah merah putih, lambang negara Indonesia adalah Garuda Pancasila dengan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika., lagu kebangsaan Indonesia yakni Indonesia Raya.
3. Identitas Alamiah, meliputi negara kepulauan serta pluralisme didalam suku, budaya, bahasa
serta agama dan juga kepercayaan.

C. Menurut Soemarno Soedarsono, identitas nasional (karakter bangsa ) tersebut tampil dalam tiga
fungsi, yaitu :

• Sebagai penanda keberadaan atau eksistensinya. Bangsa yang tidak mempunyai jadi diri tidak
akan eksis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
• Sebagai pencerminan kondisi bangsa yang menampilkan kematangan jiwa, daya juang, dan
kekuasaan bangsa ini. Hal ini tercermin dalam kondisi bangsa pada umumnya dan kondisi
ketahanan bangsa pada khususnya, dan
• Sebagai pembeda dengan bangsa lain di dunia.

D. Faktor-faktor yang mendukung kelahiran identitas nasional bangsa Indonesia meliputi:

Faktor Objektif, yang meliputi faktor geografis-ekologis dan demografis


Faktor Subjektif, yaitu faktor historis, social, politik, dan kebudayaan yangdimiliki bangsa
Indonesia (Suryo, 2002)

E. Menurut Robert de Ventos, dikutip Manuel Castelles dalam bukunya “The Power of Identity”
(Suryo, 2002), munculnya identitas nasional suatu bangsa sebagai hasil interaksi historis ada 4
faktor penting, yaitu :
- Faktor primer, mencakup etnisitas, territorial, bahasa, agama, dan yang sejenisnya.
- Faktor pendorong, meliputi pembangunan komunikasi dan teknologi, lahirnya angkatan
bersenjata modern dan pembanguanan lainnya dalam kehidupanbernegara.
- Faktor penarik, mencakup modifikasi bahasa dalam gramatika yang resmi, tumbuhnya
birokrasi, dan pemantapan sistem pendidikan nasional.
- Faktor reaktif, pada dasarnya tercakup dalam proses pembentukan identitasnasional bangsa
Indonesia yang telah berkembang dari masa sebelum bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan
dari penjajahan bangsa lain.

F. Identitas Nasional Dan Karakter Bangsa Indonesia


Identitas kebangsaan (political unity) merujuk pada bangsa dalam pengertian politik,
yaitu bangsa negara. Bisa saja dalam negara hanya ada satu bangsa (homogen), tetapi umumnya
terdiri dari banyak bangsa (heterogen). Karena itu negara perlu menciptakan identitas
kebangsaan atau identitas nasional, yang merupakan kesepakatan dari banyak bangsa di
dalamnya.
Bentuk identitas kebangsaan bisa berupa adat istiadat, bahasa nasional, lambang
nasional, bendera nasional, termasuk juga ideologi nasional. Proses pembentukan identitas
nasional di Indonesia cukup panjang, dimulai dengan kesadaran adanya perasaan senasib
sepenanggungan “bangsa Indonesia” akibat kekejaman penjajah Belanda, kemudian
memunculkan komitmen bangsa (tekad, dan kemudian menjadi kesepakatan bersama) untuk
berjuang dengan upaya yang lebih teratur melalui organisasi-organisasi perjuangan (pergerakan)
Kemerdekaan mengusir penjajah sampai akhirnya Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus
1945 dan membentuk negara.

4 Dalam pelaksaannya hak asasi manusia di Indonesia mengalami pasang surut. Wacana hak asasi
manusia terus berkembang seiring dengan berkembangnya pelanggaran-pelanggaran HAM yang
semakin meningkat intensitas maupun ragamnya. Pelanggaran itu dilakukan oleh negara maupun
warga negara, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Suatu hal tidak dapat dilaksanakan sebelum mengetahui benar apa yang hendak dilaksanakan,
untuk melaksanakannya diperlukan pedoman, dan agar pelaksanaan bisa berjalan sesuai dengan
harapan maka perlu ada institusi yang mengawal pelaksanaan tersebut. Dengan demikian ada tiga
hal penting dalam pelaksanaan hak dan kewajiban ini.

Pertama, Pancasila perlu dimengerti secara tepat dan benar baik dari pengertian, sejarah, konsep,
prinsip dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Tanpa mengerti hal-hal yang mendasar ini
amat sulit Pancasila untuk diamalkan. Selain daripada itu, Pancasila akan cepat memudar dan
dilupakan kembali. Kekuatan akar pemahaman ini amat penting untuk menopang batang, ranting,
daun dan buah yang akan tumbuh di atasnya. Banyak hal yang terjadi ketika semangat untuk
mengamalkan Pancasila sangat tinggi namun tidak didasari oleh pemahaman konsep dasar yang
kuat, bukan hanya mudah memudar, namun juga akan kehilangan arah, seakanakan sudah
melaksanakan Pancasila padahal yang dilaksanakan bukan Pancasila, bahkan bertentangan dengan
Pancasila. Hal ini amat mudah dilihat dalam praktek perekonomian dan perpolitikan Indonesia saat
ini yang tanpa sadar sudah mengekor pada sistem kapitalis-neoliberalis dan perpolitikan yang
bernapaskan individualis bukan kolektifis.
Kedua, pedoman pelaksanaan. Semestinya kita tidak perlu malu mencontoh apa yang sudah
dilakukan oleh pemerintah Orde Baru yang berusaha membuat Pedoman Penghayatan dan
Pengalaman Pancasila (P4). Pedoman ini sangat diperlukan agar negara dan warganegara mengerti
apa yang musti dilakukan, apa tujuannya dan bagaimana strategi mencapai tujuan tersebut.
Manakala tidak ada pedoman pelaksanaan, maka setiap orang berusaha membuat pedoman sendiri-
sendiri sehingga terjadi absurditas (kebingungan).

Banyaknya kelemahan yang terjadi pada pelaksanaan P4 perlu dievaluasi untuk diperbaiki. Contoh
kelemahan utama dalam pelaksanaan P4 adalah bahwa pedoman tersebut bersifat kaku, tertutup
dan doktriner, hanya pemerintah yang berhak menerjemahkan dan menafsirkan Pancasila,
sehingga tidak ada ruang yang cukup untuk diskusi dan terbukanya konsep-konsep baru.
Kelemahan tersebut harus diperbaiki tidak kemudian dibuang sama sekali.

Ketiga, perlunya lembaga yang bertugas mengawal pelaksanaan Pancasila. Lembaga ini bertugas
antara lain memfasilitasi aktivitas-aktivitas yang bertujuan untuk mensosialisasikan Pancasila.
Membuka ruang-ruang dialog agar tumbuh kesadaran ber-Pancasila baik di kalangan elit politik,
pers, anggota legislatif, eksekutif, yudikatif, dan masyarakat luas. Yang tak kalah penting adalah
ikut memberi masukan kepada lembaga-lembaga negara dalam melaksanakan tugas dan membuat
kebijakan serta ikut mengevaluasi setiap kebijakan yang dilakukan agar terjamin tidak
bertentangan dengan Pancasila.

Dalam konteks pelaksanaan hak dan kewajiban, maka tiga hal penting sebagaimana disebut di atas
juga perlu ada, yaitu perlu mengerti prinsip-prinsip dasar hak dan kewajiban negara dan warga
negara, terdapat pedoman pelaksanaannya dan ada lembaga yang mengawalnya. Tiga hal ini tentu
tidak berdiri sendiri khusus terkait dengan hak dan kewajiban negara dan warga negara, namun
merupakan kesatuan gerak besar revitalisasi Pancasila dalam semua bidang kehidupan.

Pelaksanaan hak dan kewajiban negara dan warga negara dalam negara Pancasila adalah
sebagaimana yang tercantum dalam UUD 1945 seperti tergambar dalam klasifikasi di atas. Namun
demikian, selain melihat klasifikasi tersebut perlu juga memahami konsep, prinsip dan nilai
Pancasila dalam pelaksanaan hak asasi manusia.

Jawaban 3:
Peranan konstitusi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

Sejauh mana konstitusi – yang diterjemahkan dalam UUD – berperan terhadap kehidupan
berbangsa dan bernegara? Terhadap pertanyaan itu pada umum nya ada 3 sudut pandang berserta
argumentasinya masing- masing
Pandangan yang pertama beranggapan bahwa setiap negara memiliki konstitusi, namun
konstitusi tidak boleh dipandang sebagai segalanya.
Konstitusi memang memuat ketentuan atau aturan dasar, ditulis dan disusun secara runtut (UUD
Tertulis) ataupun hanya didasarkan pada catatan berdasarkan adat atau kebiasaan (konvensi)
namun toh ia memerlukan penterjemahan dalam bentuk aturan yang lebih jelas yang bernama
Undang Undang (UU)
Berjalannya kehidupan berbangsa dan bernegara, dalam negara demokrasi , lebih ditentukan oleh
kadar kesadaran masyarakat akan nilai-nilai demokrasi itu sendiri. masyarakat, pada umumnya
kurang peduli terhadap pemerintahan macam apa, yang akan dihasilkan pemilu. Tidak sedikit
diantaranya bahkan alergi atau sinis terhadap dunia politik. Hal yang bisa ditenggarai dari
rendahnya partisipasi politik dalam pemilu yang umumnya hanya diikuti sekitar enam puluh
persen dari rakyat pemilih. Masyarakat lebih memilih tetap menekuni bidang kerja masing-
masing ketimbang ikut dalam kegiatan politik. Banyak negara demokrasi yang tanpa harus
mengutak atik konstitusinya dapat menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara secara normal
dan tertib.

Pandangan kedua menganggap, konstitusi tidak lebih dari aturan dasar negara dalam
penyelenggaraan negara, dan yang terpenting bagi negara adalah penyelenggaraan negara
yang jujur, berwibawa dan taat hukum. Penyelenggaraan negara hanya akan baik apabila
pimpinan di strata manapun memberikan contoh melalui perbuatan dan tindakan nyata. Yang
diperlukan negara adalah figur pemimpin yang kuat dan memiliki integritas. Tujuan negara
adalah mencapai masyarakat adil, makmur dan sejahtera. Penganut pandangan ini lebih melihat
tegaknya hukum sebagai prasyarat berjalan nya kehidupan berbangsa dan bernegara. Demokrasi
dianggap hanyalah alat mencapai tujuan negara artinya demokrasi bukan tujuan. Namun
pandangan kedua ini harus menghadapi kenyataan bahwa negara yang lebih menggantungkan
pemerintahan pada figur kuat pemimpin umumnya menghadapi kendala saat tiba pada
pelaksanaan suksesi kepemimpinan.

Pandangan yang ketiga, konstitusi tidak terlalu berperan dalam kehidupan bernegara. Apabila
negara memiliki konstitusi yang normal kehidupan berbangsa dan bernegarapun dapat
berlangsung. Mungkin saja masyarakat dalam suatu negara demokrasi tidak lagi mempersoalkan
konstitusi harus dilihat dari sudut pandang bahwa konstitusi negara tersebut memang memenuhi
syarat sebagai konstitusi yang baik yang oleh karenanya diterima dengan baik pula oleh
warganya. Konstitusi yang demokratik biasanya memuat tiga hal yakni tercantumnya prinsip2
dasar HAM, adanya lembaga-lembaga tinggi negara dan kejelasan batasan fungsi dan
kewenangan dan hubungan antar lembaga

3.Urgensi (peranan) konstitusi dalam kehidupan kenegaraan.

Konstitusi sesungguhnya memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan


bernegara. Karena jika dalam sebuah negara tidak ada konstitusi, akan ada banyak orang yang
melakukan tindakan sewenang-wenangnya. Setiap negara memiliki konstitusinya masing-masing
demi terciptanya keadilan, kenyamanan, ketentraman, saling menghargai antar negara, antar
individu, dll.
Istilah konstitusi itu sendiri berasal dari bahasa inggris yaitu “Constitution” dan berasal
dari bahasa belanda “constitue” dalam bahasa latin (contitutio,constituere) dalam bahasa prancis
yaitu “constiture” dalam bahsa jerman “vertassung” dalam ketatanegaraan RI diartikan sama
dengan Undang-undang dasar. Konstitusi / UUD dapat diartikan peraturan dasar yang memuat
aturan-aturan dan prinsip-prinsip entitas politik dan hukum, istilah ini merujuk secara khusus untuk
menetapkan konstitusi nasional sebagai prinsip-prinsip dasar politik, prinsip-prinsip dasar hukum
termasuk dalam bentukan struktur, prosedur, wewenang dan kewajiban pemerintahan negara pada
umumnya, Konstitusi umumnya merujuk pada penjaminan hak kepada warga masyarakatnya dan
menjadi satu sumber perundang-undangan. Konstitusi adalah keseluruhan peraturan baik yang
tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur secara mengikat cara suatu pemerintahan
diselenggarakan dalam suatu masyarakat negara.
Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu lembaga yudikatif yang berperan sebagai
pemantau dalam perundang-undangan dalam hal penyelenggaraan negara.Mahkamah Konstitusi
sebagai lembaga perlu memperkenalkan diri ke tengah-tengah masyarakat, dan mengambil
tanggungjawab untuk mengembangkan upaya pendidikan dan pemasyarakatan konstitusi, tidak
hanya berkenaan dengan hal-hal yang berkaitan dengan Mahkamah Konstitusi, hak dan kewajiban
konstitusional warga negara, dan lain-lain yang berkaitan dengan pengawalan dan penafsiran
terhadap UUD 1945, tetapi juga mengenai kebutuhan untuk pemasyarakatan UUD 1945 dalam arti
yang lebih luas.
Di samping itu, yang tentu tidak kalah pentingnya ialah peranan Pemerintah, lembaga-
lembaga pendidikan, dan lembaga-lembaga penyiaran. Pemerintah lah yang menguasai lebih
banyak informasi, sumber-sumber dana, sarana, dan prasarana, tenaga, keahlian, dan jaringan yang
dapat diharapkan mendukung upaya pemasyarakatan dan pendidikan konstitusi. Karena itu,
tanggungjawab utama dan pertama untuk pemasyarakatan dan pendidikan konstitusi itu ada di
tangan Pemerintah. Setelah Pemerintah sungguh-sungguh menjalankan perannya baru lah kita
dapat berharap bahwa lembaga-lembaga pendidikan dan lembaga-lembaga penyiaran dapat
digerakkan untuk berperan aktif dalam upaya pendidikan dan pemasyarakatan mengenai
pentingnya kehidupan bernegara yang berdasarkan konstitusi.
Demikian pula masyarakat sendiri, tokoh-tokoh politik, tokoh-tokoh agama, lembaga-
lembaga swadaya masyarakat, organisasi-organisasi kemasyarakatan, dan semua institusi yang
berperan dalam lingkungan masyarakat madani (civil society), dalam lingkungan dunia usaha atau
business (market), dan dalam lingkungan organ-organ negara, organ-organ daerah secara sendiri-
sendiri ataupun bersama-sama sudah seharusnya secara sinergi mendukung, membantu, dan
memprakarsai berbagai upaya untuk menyukseskan kegiatan pemasyarakatan dan pendidikan
kesadaran berkonstitusi. Dengan begitu, kita dapat berharap bahwa Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 akan benar-benar menjadi “living consttution”, sehingga tugas
konstitusional Mahkamah Konstitusi sendiri sebagai “the guardian and the sole interpreter of the
constitution” menjadi lebih mudah diwujudkan.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa konstitusi merupakan acuan tertulis yang digunakan untuk
menjalankan negara dalam hal ini bisa perundang-undangan. Dan mahkamah konstitusi lah yang
bertanggungjawab untuk mengatur jalannya konstitusi tersebut sesuai dengan apa yang sudah
ditentukan. Sebagaimana kita ketahui, kenyataannya justru pemerintah dan masyarakat itu sendiri
lah yang kerap melanggar konstitusi. Oleh karena itu, sangat diharapkan kita sebagai warga negara
yang baikdapat sungguh-sungguh menyadari dan sekaligus mengerti arti pentingnya Mahkamah
Konstitusi dalam rangka mewujudkan jaminan-jaminan atas hak-hak dan kewajiban-kewajiban
konstitusional mereka sendiri dalam kehidupan bernegara berdasarkan UUD 1945.

Jawab 5:perjalanan demokrasi

Negara Indonesia merupakan negara yang menganut demokrasi dalam sistem perintahannya.
Namun seiring berjalnnya waktu, demokrasi di Indonesia mengalami beberapa perubahan pada
prosesnya sesuai dengan kondisi politik dan pemerintahan saat itu. Berikut ini merupakan
penjelasan perjalanan demokrasi di Indonesia.
Semenjak Indonesia merdeka dan menjadi Negara kesatuan, dalam UUD 1945 disebutkan bahwa
NKRI menganut sistem pemerintahan demokrasi. Dimana kedaulatan berada di tangan rakyat
dan dalam pelaksanaanya dilakukan oleh MPR. Dalam arti lain, Indonesia menganut paham
demokrasi perwakilan.

Berikut alur perkembangan demokrasi di Indonesia :

Perkembangan Demokrasi Masa Revolusi Kemerdekaan

Tahun 1945 -- 1950, Indonesia masih berjuang menghadapi Belanda yang ingin kembali ke
Indonesia. Pada saat itu pelaksanaan demokrasi belum berjalan dengan baik. Hal itu disebabkan
oleh masih adanya revolusi fisik. Pada awal kemerdekaan masih terdapat sentralisasi kekuasaan
hal itu terlihat Pasal 4 Aturan Peralihan UUD 1945 yang berbunyi sebelum MPR, DPR dan DPA
dibentuk menurut UUD ini segala kekuasaan dijalankan oleh Presiden denan dibantu oleh KNIP.
Untuk menghindari kesan bahwa negara Indonesia adalah negara yang absolut pemerintah
mengeluarkan :

 Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945, KNIP berubah menjadi lembaga
legislatif.
 Maklumat Pemerintah tanggal 3 Nopember 1945 tentang Pembentukan Partai Politik.
 Maklumat Pemerintah tanggal 14 Nopember 1945 tentang perubahan sistem pemerintahn
presidensil menjadi parlementer

Perkembangan demokrasi pada periode itu telah menjadikan beberapa hal mendasar. Pertama,
pemberian hak-hak politik secara menyeluruh kepada pemerintah. Kedua, presiden yang secara
konstitusional ada kemungkinan untuk menjadi dictator. Ketiga, dengan maklumat Wakil
Presiden, maka dimungkinkan terbentuknya sejumlah partai politik yang kemudian menjadi
peletak dasar bagi sistem kepartaian di Indonesia untuk masa-masa selanjutnya dalam sejarah
kehidupan politik kita.

Perkembangan Demokrasi Parlementer (1950-1959)

Periode pemerintahan negara Indonesia tahun 1950 sampai 1959 yang menggunakan UUD
Sementara (UUDS) sebagai landasan konstitusionalnya. Pada masa ini adalah masa kejayaan
demokrasi di Indonesia, karena hampir semua elemen demokrasi dapat ditemukan dalam
perwujudan kehidupan politik di Indonesia. Lembaga perwakilan rakyat atau parlemen
memainkan peranan yang sangat tinggi dalam proses politik yang berjalan. Perwujudan
kekuasaan parlemen ini diperlihatkan dengan adanya sejumlah mosi tidak percaya kepada pihak
pemerintah yang mengakibatkan kabinet harus meletakkan jabatannya.

Pada tahun 1950-1959 bisa disebut sebagai masa demokrasi liberal yang parlementer,
dimana presiden sebagai Kepala Negara bukan sebagai kepala eksekutif. Masa demokrasi ini
peranan parlemen, akuntabilitas politik sangat tinggi dan banyak berkembangnya partai-partai
politik. Namun demikian praktik demokrasi pada masa ini dinilai gagal disebabkan :
 Dominannya politik aliran, sehingga membawa konsekuensi terhadap pengelolaan konflik
 Landasan sosial ekonomi yang masih lemah
 Tidak mampunya konstituante bersidang untuk mengganti UUDS 1950
 Persamaan kepentingan antara presiden Soekarno dengan kalangan Angkatan Darat, yang sama-
sama tidak senang dengan proses politik yang berjalan

karena terjadinya kegagalan itu maka Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 :

 Bubarkan konstituante
 Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUD S 1950
 Pembentukan MPRS dan DPAS

Perkembangan Demokrasi Terpimpin (1959-1965)

Pengertian demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS No. VII/MPRS/1965 adalah sesuai dengan
bunyi sila keempat pancasila namun di antara semua kekuatan nasional yang progresif
revolusioner dengan berporoskan nasakom dengan ciri:

 presiden yang bersifat diktaktor


 Terbatasnya peran partai politik
 Berkembangnya pengaruh PKI

Sejak berakhirnya pemillihan umum 1955, presiden Soekarno sudah menunjukkan gejala
ketidaksenangannya kepada partai-partai politik. Hal itu terjadi karena partai politik sangat
orientasi pada kepentingan ideologinya sendiri dan dan kurang memperhatikan kepentingan
politik nasional secara menyeluruh.disamping itu Soekarno melontarkan gagasan bahwa
demokrasi parlementer tidak sesuai dengan kepribadian bangsa indonesia yang dijiwai oleh
Pancasila.

Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antara lain:

 Mengaburnya sistem kepartaian, pemimpin partai banyak yang dipenjarakan


 Peranan Parlemen lembah bahkan akhirnya dibubarkan oleh presiden dan presiden membentuk
DPRGR
 Jaminan HAM lemah
 Terjadi sentralisasi kekuasaan
 Terbatasnya peranan pers
 Kebijakan politik luar negeri sudah memihak ke RRC (Blok Timur)

Setelah terjadi peristiwa pemberontakan G 30 September 1965 oleh PKI, hal itu menjadi tanda
akhir dari pemerintahan Orde Lama.

Perkembangan Demokrasi dalam Pemerintahan Orde Baru


Pemerintahan Orde Baru ditandai oleh Presiden Soeharto yang menggantikan Ir. Soekarno
sebagai Presiden kedua Indonesia. Pada masa orde baru ini menerapkan Demokrasi Pancasila
untuk menegaskan bahwasanya model demokrasi inilah yang sesungguhnya sesuai dengan
ideologi negara Pancasila.

Awal Orde baru memberi harapan baru pada rakyat pembangunan disegala bidang melalui Pelita
I, II, III, IV, V dan pada masa orde baru berhasil menyelenggarakan Pemilihan Umum tahun
1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997.Namun demikian perjalanan demokrasi pada masa orde
baru ini dianggap gagal juga sebab:

 Rotasi kekuasaan eksekutif hampir dikatakan tidak ada


 Rekrutmen politik yang tertutup
 Pemilu yang jauh dari semangat demokratis
 Pengakuan HAM yang terbatas
 Tumbuhnya KKN yang merajalela
 Sebab jatuhnya Orde Baru:
 Hancurnya ekonomi nasional ( krisis ekonomi )
 Terjadinya krisis politik
 TNI juga tidak bersedia menjadi alat kekuasaan orba
 Gelombang demonstrasi yang menghebat menuntut Presiden Soeharto untuk turun jadi Presiden.

Perkembangan Demokrasi Pada Masa Reformasi (1998 Sampai Dengan Sekarang)

Sejak runtuhnya Orde Baru yang bersamaan waktunya dengan lengsernya Presiden Soeharto,
maka Indonesia memasuki suasana kehidupan kenegaraan yang baru, sebagai hasil dari
kebijakan reformasi yang dijalankan terhadap hampir semua aspek kehidupan masyarakat dan
negara yang berlaku sebelumnya. Kebijakan reformasi ini berpuncak dengan di amandemennya
UUD 1945 (bagian Batangtubuhnya) karena dianggap sebagai sumber utama kegagalan tataan
kehidupan kenegaraan di era Orde Baru.

Berakhirnya masa orde baru ditandai dengan penyerahan kekuasaan dari Presiden Soeharto ke
Wakil Presiden BJ Habibie pada tanggal 21 Mei 1998.

Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang demokratis antara lain:

 Keluarnya Ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998 tentang pokok-pokok reformasi


 Ketetapan No. VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR tentang Referandum
 Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Negara yang bebas dari KKN
 Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang pembatasan Masa Jabatan Presiden dan Wakil
Presiden RI
 Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I, II, III, IV
 Pada Masa Reformasi berhasil menyelenggarakan pemiluhan umum sudah dua kali yaitu tahun
1999 dan tahun 2004
Demokrasi yang diterapkan Negara kita pada era reformasi ini adalah demokresi Pancasila,
namun berbeda dengan orde baru dan sedikit mirip dengan demokrasi perlementer tahun 1950
1959. Perbedaan demkrasi reformasi dengan demokrasi sebelumnya adalah:

 Pemilu yang dilaksanakan (1999-2004) jauh lebih demokratis dari yang sebelumnya.
 Ritasi kekuasaan dilaksanakan dari mulai pemerintahan pusat sampi pada tingkat desa.
 Pola rekruitmen politik untuk pengisian jabatan politik dilakukan secara terbuka.
 Sebagian besar hak dasar bisa terjamin seperti adanya kebebasan menyatakan pendapat

Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antara lain:

 Mengaburnya sistem kepartaian, pemimpin partai banyak yang dipenjarakan


 Peranan Parlemen lembah bahkan akhirnya dibubarkan oleh presiden dan presiden membentuk
DPRGR
 Jaminan HAM lemah
 Terjadi sentralisasi kekuasaan
 Terbatasnya peranan pers
 Kebijakan politik luar negeri sudah memihak ke RRC (Blok Timur)

Setelah terjadi peristiwa pemberontakan G 30 September 1965 oleh PKI, hal itu menjadi tanda
akhir dari pemerintahan Orde Lama.

Perkembangan Demokrasi dalam Pemerintahan Orde Baru

Pemerintahan Orde Baru ditandai oleh Presiden Soeharto yang menggantikan Ir. Soekarno
sebagai Presiden kedua Indonesia. Pada masa orde baru ini menerapkan Demokrasi Pancasila
untuk menegaskan bahwasanya model demokrasi inilah yang sesungguhnya sesuai dengan
ideologi negara Pancasila.

Awal Orde baru memberi harapan baru pada rakyat pembangunan disegala bidang melalui Pelita
I, II, III, IV, V dan pada masa orde baru berhasil menyelenggarakan Pemilihan Umum tahun
1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997.Namun demikian perjalanan demokrasi pada masa orde
baru ini dianggap gagal juga sebab:

 Rotasi kekuasaan eksekutif hampir dikatakan tidak ada


 Rekrutmen politik yang tertutup
 Pemilu yang jauh dari semangat demokratis
 Pengakuan HAM yang terbatas
 Tumbuhnya KKN yang merajalela
 Sebab jatuhnya Orde Baru:
 Hancurnya ekonomi nasional ( krisis ekonomi )
 Terjadinya krisis politik
 TNI juga tidak bersedia menjadi alat kekuasaan orba
 Gelombang demonstrasi yang menghebat menuntut Presiden Soeharto untuk turun jadi Presiden.
Perkembangan Demokrasi Pada Masa Reformasi (1998 Sampai Dengan Sekarang)

Sejak runtuhnya Orde Baru yang bersamaan waktunya dengan lengsernya Presiden Soeharto,
maka Indonesia memasuki suasana kehidupan kenegaraan yang baru, sebagai hasil dari
kebijakan reformasi yang dijalankan terhadap hampir semua aspek kehidupan masyarakat dan
negara yang berlaku sebelumnya. Kebijakan reformasi ini berpuncak dengan di amandemennya
UUD 1945 (bagian Batangtubuhnya) karena dianggap sebagai sumber utama kegagalan tataan
kehidupan kenegaraan di era Orde Baru.

Berakhirnya masa orde baru ditandai dengan penyerahan kekuasaan dari Presiden Soeharto ke
Wakil Presiden BJ Habibie pada tanggal 21 Mei 1998.

Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang demokratis antara lain:

 Keluarnya Ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998 tentang pokok-pokok reformasi


 Ketetapan No. VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR tentang Referandum
 Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Negara yang bebas dari KKN
 Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang pembatasan Masa Jabatan Presiden dan Wakil
Presiden RI
 Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I, II, III, IV
 Pada Masa Reformasi berhasil menyelenggarakan pemiluhan umum sudah dua kali yaitu tahun
1999 dan tahun 2004

Demokrasi yang diterapkan Negara kita pada era reformasi ini adalah demokresi Pancasila,
namun berbeda dengan orde baru dan sedikit mirip dengan demokrasi perlementer tahun 1950
1959. Perbedaan demkrasi reformasi dengan demokrasi sebelumnya adalah:

 Pemilu yang dilaksanakan (1999-2004) jauh lebih demokratis dari yang sebelumnya.
 Ritasi kekuasaan dilaksanakan dari mulai pemerintahan pusat sampi pada tingkat desa.
 Pola rekruitmen politik untuk pengisian jabatan politik dilakukan secara terbuka.
 Sebagian besar hak dasar bisa terjamin seperti adanya kebebasan menyatakan pendapat

VI. Hak asasi manusia merupakan hak yang secara hakiki dimiliki oleh manusia karena
martabatnya sebagai manusia yang dimilikinya sejak lahir. Pada dasarnya, hak asasi manusia
itu merupakan hak yang inherent dimiliki oleh setiap manusia sebagai makhluk Tuhan. Dengan
begitu hak asasi manusia dimiliki oleh siapapun, tidak terkecuali oleh anak. Bahkan di dalam
terminologi hukum perdata, hak keperdataan seseorang itu telah diakui semenjak ia masih berada
dalam kandungan.[1]

Mendasarkan pada pemikiran bahwa hak asasi manusia merupakan hak kodrati yang melekat dan
tidak dapat dipisahkan dari manusia itu sendiri, berarti juga meliputi jaminan perlindungan atas
hak-hak yang tidak dapat dikurangi dalam situasi apapun (non-derogable rights), yakni hak
untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak persamaan dihadapan hukum (equality before the
law) dan lain sebagainya.
Dalam konteks Indonesia, pengakuan dan penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia
yang demikian itu tidak lain merupakan konsekuensi dari corak negara hukum yang dianut oleh
Indonesia. Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 telah menggariskan bahwa negara Indonesia adalah
Negara hukum. Dalam penjelasannya dengan tegas disebutkan bahwa, “Negara Indonesia
berdasar atas hukum (rechstaat) tidak atas kekuasaan belaka (machtstaat).” Ketentuan tersebut,
mengandung arti bahwa segala tindakan pemerintahan harus didasarkan atas hukum.
Sebagaimana yang dipahami;[2]

ADVERTISING
inRead invented by Teads
“Bahwa syarat-syarat rechtstaat utamanya terdiri dari: (1) Asas legalitas, yaitu setiap tindakan
pemerintah harus didasarkan atas dasar peraturan perundang-undangan; (2) Pembagian
kekuasaan, syarat ini mengandung makna bahwa kekuasaan negara tidak boleh hanya bertumpu
pada satu tangan; (3) Hak-hak dasar, yaitu hak dasar merupakan sarana perlindungan hukum bagi
rakyat, dan sekaligus membatasi kekuasaan pembentuk Undang-undang; (4) Tersedia saluran
melalui pengadilan yang bebas untuk menguji keabsahan tindakan pemerintah.

Demikian dapatlah dipahami bahwa di dalam negara hukum itu selain dianut asas legalitas[3]
yang berarti bahwa segala tindakan pemerintahan harus didasarkan pada hukum, juga terdapat
prinsip jaminan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia. Selaras dengan itu, Pembukaan
UUD 1945 juga menggariskan bahwa segala bentuk penjajahan[4] di atas dunia harus
dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Tinjauan secara historis maupun filosofis, munculnya pemikiran tentang negara hukum memang
demikian erat kaitannya dengan negara berkonstitusi. Di dalam negara hukum, “konstitusi”
memiliki kedudukan fundamental sebagai hukum tertinggi (supreme law) dan sekaligus hukum
dasar (grondwet). Dengan hal itu, maka segala tindakan pemerintahan berikut juga tindakan
warga negaranya harus diarahkan/tidak boleh menyimpangi ketentuan-ketentuan yang diatur di
dalam konstitusi. Oleh karenanya, ketidaktaatan dan/atau penyimpangan terhadap hal tersebut
menyebabkan tindakannya itu dapat dinilai tidak konstitusional[5] (inkonstitusional), yang
mempunyai dimensi pertanggungjawaban hukum.

Sri Soemantri dalam bukunya berjudul “Bunga Rampai Hukum Tata Negara
Indonesia”menyatakan bahwa di dalam konstitusi setidaknya terdapat 3 (tiga) kelompok materi
muatan yang diatur, yakni sebagai berikut:[6]

 Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negara;


 Ditetapkannya susunan ketatanegaraan suatu negara yang bersifat fundamental; dan
 Adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang juga bersifat fundamental.
 Adanya jaminan konstitusi terhadap hak asasi manusia (HAM) tersebut, berarti menunjukkan
bahwa setiap penguasa dalam negara dilarang dan tidak boleh bertindak sewenang-wenang
kepada warga negaranya, serta wajib menggambarkan adanya keseimbangan antara kekuasaan
dalam negara dan hak-hak dasar warga negara.
Lebih jauh dikatakan, bahwa masalah keadilan dan hak asasi manusia juga merupakan wujud
pengejawantahan nilai-nilai Pancasila[7], sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia. Masalah
perikemanusiaan dan perikeadilan mendapat tempat yang sangat penting sebagai perwujudan
dari Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab dan Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Kedua Sila dari Pancasila tersebut seyogyanya menjadi acuan bagi para penegak
hukum (sebagai pelaksana kekuasaan negara di bidang yudisial dalam kerangka penegakan
hukum/law enforcement) dalam memberikan perlindungan terhadap korban kejahatan, sehingga
memenuhi rasa kemanusiaan yang adil dan beradab dan dapat mewujudkan nilai keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia sebagaimana termaktub dalam Pancasila tersebut.

Pada Pembukaan UUD 1945 1945 alinea IV (empat) yang berbunyi, “...melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial...”, yang juga diatur dalam
Pasal 28D (1) UUD 1945 yang berbunyi: “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,
perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum”,
setidaknya merupakan landasan bahwa setiap warga negara berhak untuk mendapatkan jaminan
serta perlindungan hukum[8] atas hak-hak yang dimilikinya. Dalam makna ini berarti negara
berkewajiban untuk memenuhi (to fullfil), menghormati (to respect), dan melindungi (to
protect)hak-hak asasi setiap warga negaranya.

[1] Pasal 2 KUH Perdata; “Anak yang ada dalam kandungan seorang perempuan dianggap telah
lahir, setiap kali kepentingan si anak menghendakinya. Bila telah mati sewaktu dilahirkan, dia
dianggap tidak pernah ada.”

[2] Topo Santoso, Polisi dan Jaksa : Keterpaduan atau Pergulatan,Pusat Studi Peradilan Pidana
Indonesia (Centre for Indonesian Criminal Justice Studies), Depok, 2000, hlm. 1.

[3] Pemaknaan luas terhadap asas legalitas tidak hanya mendasarkan pada prinsip-
prinsip rechtmatigheid, tetapi juga mencakup prinsip-prinsip doelmatigheid,yang berarti bahwa
dalam rangka penegakan hukum (law enforcement) tidak hanya menegakkan hukum secara an-
sich, akan tetapi lebih dari itu harus diarahkan sebesar-besarnya mewujudkan tujuan serta esensi
dari hukum itu sendiri yakni ‘keadilan’.

[4] Penjajahan dalam makna yang lebih luas dapat diartikan sebagai segala bentuk perlakuan
yang mengganggu dan merusak hak-hak dasar manusia dalam berbagai bentuk pemanfaatan
(eksploitasi) yang tidak berperikemanusiaan dan berperikeadilan.

[5] Konsepsi pemikiran yang menempatkan konstitusi sebagai hukum negara tertinggi (supreme
law) inilah mendasari lahirnya ajaran tentang hak uji materil (judicial review) ke Mahkamah
Konstitusi. Berdasarkan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 jo. Pasal 10 ayat (1) UU No. 24 Tahun
2003 jo. UU No. 8 Tahun 2011 tentang Mahkamah Konstitusi; “Mahkamah konstitusi
berwenang untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar”. Putusan Mahkamah
konstitusi tersebut bersifat final and binding. Hal demikian setidaknya menyiratkan arti bahwa
semua produk perundang-undangan tidak dibenarkan ketika menyimpangi/bertentangan dengan
kontitusi.

[6] Sri Soemantri, Bunga Rampai Hukum Tata Negara Indonesia,Alumni, Bandung, 1992,hlm.
47.

[7] Di dalam Penjelasan KUHAP juga disebutkan “Bahwa pembangunan yang sedemikian itu di
bidang hukum acara pidana bertujuan agar masyarakat dapat menghayati hak dan kewajibannya
dan agar dapat dicapai serta ditingkatkan pembinaan sikap para pelaksana penegak hukum sesuai
dengan fungsi dan wewenang masing-masing ke arah tegak mantapnya hukum, keadilan dan
perlindungan yang merupakan pengayoman terhadap keluhuran harkat serta martabat manusia,
ketertiban dan kepastian hukum demi tegaknya Republik Indonesia sebagai negara hukum sesuai
dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

[8] Negara berkewajiban untuk memenuhi (to fulfill), menghomati (to respect), dan
melindungi (to protect) hak-hak warga negaranya sebagai bagian dari tugas negara untuk
menyelenggarakan kesejahteraan umum dalam kerangka negara hukum kesejahteraan (welfare
state).

VII. Implementasi Wawasan Nusantara dan Tantangannya

I. Implementasi Wawasan Nusantara

Penerapan atau Implementasi Wawasan Nusantara harus tercermin di dalam pola pikir, pola sikap,
dan tindakan yang senantiasa mendahulukan kepentingan bangsa daripada kepentingan pribadi.
Dengan kata lain, Wawasan Nusantara menjadi hal yang mendasari cara berfikir, bersikap serta
bertindak dalam menyikapi, menangani masalah yang menyangkut kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Implementasi Wawasan Nusantara berorientasi dalam kepentingan
rakyat dan tanah air yang secara utuh dan menyeluruh, seperti sebagai berikut :

A. Implementasi Wawasan Nusantara dalam Bidang Politik

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengimplementasikan wawasan nusantara, yaitu:

1. Pelaksanaan kehidupan politik yang diatur dalam undang – undang, seperti UU Partai Politik, UU
Pemilihan Umum, dan UU Pemilihan Presiden. Pelaksanaan undang-undang tersebut harus sesuai
hukum dan mementingkan persatuan bangsa.
Contohnya seperti dalam pemilihan presiden, anggota DPR, dan kepala daerah harus menjalankan
prinsip demokratis dan keadilan, sehingga tidak menghancurkan persatuan dan kesatuan bangsa.

2. Pelaksanaan kehidupan bermasyarakat dan bernegara di Indonesia harus sesuai dengan hukum
yang berlaku. Seluruh bangsa Indonesia harus mempunyai dasar hukum yang sama bagi setiap
warga negara, tanpa pengecualian. Di Indonesia terdapat banyak produk hukum yang dapat
diterbitkan oleh provinsi dan kabupaten dalam bentuk peraturan daerah (perda) yang tidak
bertentangan dengan hukum yang berlaku secara nasional.

3. Mengembangkan sikap hak asasi manusia dan sikap pluralisme untuk mempersatukan berbagai
suku, agama, dan bahasa yamg berbeda, sehingga menumbuhkan sikap toleransi.

4. Memperkuat komitmen politik terhadap partai politik dan lembaga pemerintahan untuk
menigkatkan semangat kebangsaan dan kesatuan.

5. Meningkatkan peran Indonesia dalam kancah internasional dan memperkuat korps diplomatik
ebagai upaya penjagaan wilayah Indonesia terutama pulau-pulau terluar dan pulau kosong.

B. Implementasi Wawasan Nusantara dalam Bidang Ekonomi

Dalam bidang ekonomi, implementasi wawasan nusantara akan menciptakan tatanan ekonomi
yang benar-benar menjamin pemenuhan dan peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat
secara adil dan merata. Di samping itu, juga dapat mencerminkan tanggung jawab pengelolaan
sumber daya alam yang memperhatikan kebutuhan masyarakat antar daerah secara timbal balik
serta kelestarian sumber daya alam itu sendiri.

Prinsip-prinsip implementasi wawasan nusantara dalam bidang ekonomi yaitu :

1. Kekayaan di wilayah nusantara, baik potensial maupun efektif, adalah modal dan milik bersama
bangsa untuk memenuhi kebutuhan di seluruh wilayah Indonesia secara merata.

2. Tingkat perkembangan ekonomi harus serasi dan seimbang di seluruh daerah tanpa
meninggalkan ciri khas yang dimiliki oleh daerah masing-masing dalam pengembangan kehidupan
ekonominya.

3. Kehidupan perekonomian di seluruh wilayah nusantara diselenggarakan sebagai usaha bersama


dengan asas kekeluargaan dalam sistem ekonomi kerakyatan untuk kemakmuran rakyat yang
sebesar-besarnya.
Contoh : Implementasi wawasan nusantara dalam bidang ekonomi diantaranya dengan
menyeimbangkan Keuangan Pusat dan Daerah dengan keluarnya Undang-Undang No. 25 Tahun
1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah.

Pembagian keuangan yang semula hampir 80% anggaran daerah harus menunggu didatangkan dari
pusat, padahal 90% hasil-hasil daerah diserahkan pada pemerintahan pusat, kini pada UU tersebut
diubah menjadi :

1) Hasil Pajak Bumi dan Bangunan, 10% untuk pemerintah pusat dan 90% untuk daerah.

2) Hasil Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, 20% untuk pusat, 80% untuk daerah.
3) Hasil kehutanan, pertambangan umum dan perikanan, 20% untuk pusat dan 80% untuk daerah.

4) Hasil minyak bumi, 85% untuk pusat, 15% untuk daerah dan gas alam, 70% untuk pusat dan
30% untuk daerah.

Bahkan, porsi daerah ditambah lagi dengan adanya “Dana Alokasi Umum” yang dialokasikan
untuk daerah-daerah dengan perimbangan tertentu, yang jumlah totalnya adalah 25% dari
penerimaan dalam negeri APBN, sebagai perimbangan.

C. Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan sosial-budaya

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kehidupan sosial, yaitu:

1. Mengembangkan kehidupan bangsa yang serasi antara masyarakat yang berbeda, dari segi
budaya, status sosial, maupun daerah.

Contohnya dengan pemerataan pendidikan di semua daerah dan program wajib belajar harus
diprioritaskan bagi daerah tertinggal.

2. Pengembangan budaya Indonesia, untuk melestarikan kekayaan Indonesia, serta dapat dijadikan
kegiatan pariwisata yang memberikan sumber pendapatan nasional maupun daerah.

Contohnya dengan pelestarian budaya, pengembangan museum, dan cagar budaya.

D. Implementasi Wawasan Nusantara dalam Kehidupan Pertahanan dan Keamanan

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kehidupan pertahanan dan keamanan, yaitu:
1. Kegiatan pembangunan pertahanan dan keamanan harus memberikan kesempatan kepada setiap
warga negara untuk berperan aktif, karena kegiatan tersebut merupakan kewajiban setiap warga
negara.

Contohnya memelihara lingkungan tempat tinggal, meningkatkan kemampuan disiplin,


melaporkan hal-hal yang menganggu keamanan kepada aparat dan belajar kemiliteran.

2. Membangun rasa persatuan, sehingga ancaman suatu daerah atau pulau juga menjadi ancaman
bagi daerah lain.

Contohnya rasa persatuan ini dapat diciptakan dengan membangun solidaritas dan hubungan erat
antara warga negara yang berbeda daerah dengan kekuatan keamanan.

3. Membangun TNI yang profesional serta menyediakan sarana dan prasarana yang memadai bagi
kegiatan pengamanan wilayah Indonesia, terutama pulau dan wilayah terluar Indonesia.

TANTANGAN IMPLEMENTASI WAWASAN NUSANTARA

1. Pemberdayaan Masyarakat

a. John Naisbit

Dalam bukunya Global Paradox menulis “To be a global powers, the company must give more
role to the smallest part” memberikan pesan bahwa negara harus dapat memberikan peranan
sebesar-besarnya kepada rakyatnya. Dikaitkan dengan pemberdayaan masyarakat untuk mencapai
tujuan nasional hanya dapat dilaksanakan oleh negara-negara yang sudah maju dengan “Bottom
Up Planning”, sedang untuk negara-negara berkembang seperti Negara Kesatuan Republik
Indonesia masih melaksanakan program “Top Down Planning”, mengingat keterbatasan sumber
daya alam, sehingga diperlukan landasan operasional berupa GBHN (Garis-garis Besar Haluan
Negara).

b. Kondisi Nasional
Pembangunan Nasional secara menyeluruh belum merata, sehingga masih ada beberapa daerah
tertinggal pembangunannya yang mengakibatkan keterbelakangan dalam aspek kehidupannya.
Kondisi tersebut menimbulkan kemiskinan dan kesenjangan sosial di masyarakat, apabila kondisi
ini berlarut-larut masyarakat di beberapa daerah tertinggal akan berubah pola pikir, pola sikap dan
pola tindak, mengingat masyarakat sudah tidak berdaya dalam aspek kehidupannya. Hal ini
merupakan ancaman bagi tetap tegak dan utuhnya NKRI. Dikaitkan dengan pemberdayaan
masyarakat maka diperlukan prioritas utama pembangunan daerah tertinggal, agar masyarakat
dapat berperan dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan diseluruh aspek kehidupan, yang di
dalam pelaksanaannya diatur dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 1999
tentang Pemerintah Daerah.

Dari uraian tersebut diatas tentang pesan Global Paradox dan Kondisi Nasional dikaitkan dengan
pemberdayaan masyarakat dapat merupakan tantangan Wawasan Nusantara, sehingga
pemberdayaan untuk kepentingan rakyat perlu mendapat prioritas utama mengingat Wawasan
Nusantara memiliki makna persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan untuk lebih mempererat
kesatuan bangsa.

2. Dunia Tanpa Batas

a. Perkembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi)

Perkembangan global saat ini sangat maju dengan pesat, didukung dengan perkembangan IPTEK
yang sangat modern khususnya di bidang teknologi informasi, komunikasi dan transportasi seakan
akan dunia sudah menyatu menjadi kampung sedunia, dunia menjadi transparan tanpa mengenal
batas negara, sehingga dunia menjadi tanpa batas. Kondisi yang demikian membawa dampak
kehidupan seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang dapat
mempengaruhi pola pikir, pola sikap dan pola tindak seluruh masyarakat Indonesia di dalam aspek
kehidupannya. Keterbatasan kualitas SDM Indonesia dibidang IPTEK merupakan tantangan serius
menghadapi gempuran global, mengingat penguasaan IPTEK merupakan nilai tambah untuk
berdaya saing di percaturan global.

b. Kenichi Omahe

Dengan dua bukunya yang terkenal dengan“Borderless World dan The End Of The Nation
State”, mengatakan bahwa, dalam perkembangan masyarakat global, batas-batas wilayah negara
dalam arti geografi dan politik masih relatif tetap, namun kehidupan suatu negara tidak mungkin
dapat membatasi kekuatan global yang berupa informasi, investasi, industri dan konsumen yang
makin individual. Kenichi Omahe juga memberikan pesan bahwa untuk dapat menghadapi
kekuatan global suatu negara harus mengurangi peranan pemerintahan pusat dan lebih
memberikan peranan kepada pemerintah daerah dan masyarakat. Hal ini kiranya dapat dimengerti
bahwa, dengan memberikan peranan yang lebih besar kepada pemerintah daerah, berarti
memberikan kesempatan berpartisipasi yang lebih luas kepada seluruh masyarakat. Apabila
masyarakat yang dilibatkan dalam upaya pembangunan, maka hasilnya akan lebih meningkatkan
kemampuan dan kekuatan bangsa dalam percaturan global.

3. Era Baru Kapitalisme

a. Sloan And Zureker

Dalam bukunya “Dictionary Of Economics”, menyebutkan tentang kapitalisme adalah suatu


sistem ekonomi yang didasarkan atas hak milik swasta atas macam-macam barang dan kebebasan
individu untuk mengadakan perjanjian dengan pihak lain dan untuk berkecimpung dalam aktivitas-
aktivitas ekonomi yang dipilihnya sendiri berdasarkan kepentingan sendiri serta untuk mencapai
laba guna diri sendiri. Di era baru kapitalisme bahwa sistem ekonomi untuk mendapatkan
keuntungan dengan melakukan aktivitas-aktivitas secara luasdan mencakup semua aspek
kehidupan masyarakat, sehingga di dalam sistem ekonomi diperlukan strategi baru yaitu adanya
keseimbangan.

b. Lester Thurow

Di dalam bukunya “The Future Of Capitalism”, ditegaskan antara lain bahwa untuk dapat
bertahan dalam era baru kapitalisme harus membuat strategi baru yaitu keseimbangan (balance)
antara paham individu dan paham sosialis. Dikaitkan dengan era baru kapitalisme tidak terlepas
dari globalisasi, maka negara-negara kapitalis yaitu negara-negara maju dalam rangka
mempertahankan eksistensinya dibidang ekonomi menekan negara-negara berkembang dengan
menggunakan isu global yang mencakup demikratisasi, HAM (Hak Asasi Manusia) dan
lingkungan hidup. Strategi baru yang ditegaskan oleh Lester Thurow pada dasarnya telah tertuang
dalam falsafah bangsa Indonesia yaitu Pancasila yang mengamanatkan keharmonisan kehidupan
yang serasi,selaras dan seimbang antara individu, masyarakat, bangsa, manusia dan dalam semesta
serta penciptanya.

4. Kesadaran Warga Negara

Pandangan Bangsa Indonesia Tentang Hak dan Kewajiban

Bangsa Indonesia melihat bahwa hak tidak terlepas dari kewajiban, maka manusia Indonesia baik
sebagai warga negara maupun sebagai warga masyarakat, mempunyai kedudukan, hak dan
kewajiban yang sama. Hak dan kewajiban dapat dibedakan namun tidak dapat dipisahkan, karena
merupakan satu kesatuan tiap hak mengandung kewajianban dan demikian sebaliknya, kedua-
duanya merupakan dua sisi dari mata uang yang sama. Negara kepulauan Indonesia di dasarkan
atas paham negara kesatuan, menempatkan kewajian di muka sehingga kepentingan umum atau
masyarakat, bangsa dan negara harus didahulukan dari kepentingan pribadi dan golongan.

Kesadaran Bela Negara

Pada waktu merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia menunjukkan kesadaran bela
negara yang optimal, dimana seluruh rakyat bersatu padu berjuang tanpa mengenal perbedaan,
tanpa pamrih dan tidak mengenal menyerah yang ditunjukkan dalam jiwa heroisme dan
patriotisme karena senasib sepenanggungan dan setia kawan melalui perjuangan fisik mengusir
penjajah untuk merdeka. Di dalam mengisi kemerdekaan perjuangan yang dihadapi adalah
perjuangan non fisik yang mencakup seluruh aspek kehidupan, khusunya untuk memerangi
keterbelakangan, kemiskinan, kesenjangan sosial, memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme,
mengusai IPTEK, meningkatkan kualitas SDM guna memiliki daya saing /kompetitif, transparan
dan memelihara serta menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Didalam perjuangan non fisik
secara nyata kesadaran bela negara mengalami penurunan yang sangat tajam bila dibandingkan
dengan perjuangan fisik, hal ini dapat ditinjau dari kurangnya rasa persatuan dan kesatuan
bangsa dan adanya beberapa daerah yang ingin memisahkan diri dari NKRI, sehingga mengarah
ke disintegrasi bangsa.
VIII. Globalisasi Dan Ketahanan Nasional

ketahan nasional adalah merupakan suatu kondisi dinamis suatu bangsa yang terdiri atas
ketangguhan serta keuletan dan kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam
menghadapi segala macam dan bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan baik yang
datang dari dalam maupun luar, secara langsung maupun yang tidak langsung yang mengancam
dan membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan
dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional.

Di jaman Era Globalisasi ini segala sesuatu aspek kehidupan yang ada bersaing begitu
ketatnya,dari mulai aspek ekonomi, politik, sosial budaya, pendidikan dan lain-lain. Seperti yang
kita ketahui era globalisasi itu ditandai dengan adanya perdagangan bebas dimana produk dari
suatu negara dengan bebas dapat masuk dan di perjualbelikan di negara lain. Kenyataan itu tentu
menimbulkan tantangan bagi semua negara untuk mampu bersaing dalam meningkatkan kualitas
produk industrinya, bangsa Indonesia juga tidak terlepas dari tantangan itu.

Untuk mampu bersaing dengan negara lain. Tapi sayang sekali hal ini tidak didukung oleh
sebagian masyarakat Indonesia, karena pada dasarnya mereka lebih tertarik terhadap produk
impor yang menurut mereka berkualitas dan tentu saja mempunyai nilai prestise. Dari hal ini
juga bisa kita lihat betapa minimnya identitas perekonomian mengenai perdagangan. Padahal
produk buatan Indonesia pun juga bisa bersaing dengan produk Luar negeri. Walaupun
terkadang sangat disayangkan sekali beberapa produk yang kita buat merupak produk hasil
contekan dengan produk luar negeri. Karena hal ini pun juga didukung dengan keinginan
masyarakat Indonesia yang ingin mempunyai produk import tersebut dengan harga yang lebih
murah.

Hal ini memang sangatlah memprihatinkan dimana masyarakat masih belum mempercayai ku

alitas produk Indonesia karena kurangnya pemahaman kita terhadap ketahanan nasional. Padahal
jika kita sering membeli produk impor sama saja seperti kita mengasih "makan"untuk orang luar
negeri. Sedangkan negara kita saja masih banyak sekali yang harus dibantu dibandingkan dengan
mereka yang dominannya merupakan negara maju. Jadi, mulai dari sekarang mari kita wujudkan
ketahanan nasional dari kuatnya ketahanan nasional dengan menjaga identitas sosial. Hal ini
dapat kita mulai dari hal-hal sederhana yang kita bisa lakukan sehari-hari, seperti berbicara
bahasa Indonesia yang baik dengan benar. Agar bisa menjauhkan kita dari efek negatif era
globalisasi yang bisa menggoyahkan Ketahanan Nasional

Ketahanan Nasional dan Perlunya Pemuda Tampil Ketahanan Nasional adalah suatu kondisi
dinamis suatu bangsa yang terdiri atas ketangguhan serta keuletan dan kemampuan untuk
mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi segala macam dan bentuk ancaman,
tantangan, hambatan dan gangguan baik yang datang dari dalam maupun luar, secara langsung
maupun yang tidak langsung yang mengancam dan membahayakan integritas, identitas,
kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan dalam mewujudkan tujuan perjuangan
nasional. Bentuk-bentuk ancaman tersebut menurut doktrin Hankamnas (catur dharma eka
karma) adalah [1] ancaman di dalam negeri, misalnya pemeberontakan dan subversi yang berasal
atau terbentuk dari masyarakat Indonesia.

ancaman dari luar negeri, seperti infiltrasi, subversi dan intervensi dari kekuatan kolonialisme
dan imperialisme serta invasi dari darat, udara dan laut oleh musuh dari luar negeri. Melihat
berbagai tantangan tersebut, seluruh elemen bangsa seperti pemerintah, masyarakat, generasi tua,
wanita, pemuda dan sebagainya, memiliki peranan vital di masing-masing bidangnya. Namun,
pemuda yang memiliki batasan produktif dalam berkarya, memiliki posisi yang penting. Dalam
konstruksi pemuda, posisi generasi muda lebih sebagai subjek dibanding sebagai obyek dan pada
tingkat tertentu berperan secara lebih aktif, produktif dalam membangun jati diri secara
bertanggung jawab dan efektif. Artinya, kalaupun masih banyak pemuda yang berposisi sebagai
obyek pembangunan, maka harus terjadi perubahan paradigma, sehingga posisi mereka sebagai
obyek bisa berubah dengan pemberdayaan diri dan kesadaran berkarya.

Dengan demikian, pemuda tidak hanya memiliki tantangan terhadap dirinya sendiri, yaitu
melihat dirinya sebagai obyek pembangunan, tetapi tantangan luar yang menghampiri seluruh
bangsa. Kesadaran untuk menjadi subyek sangat perlu dihayati bahwa solusi pengangguran dan
berbagai problem pemuda lainnya, bisa diselesaikan oleh mereka sendiri. Kemampuan
menyelesaikan problem obyektif yang ada diharapkan mampu mengantarkan pemuda untuk
tampil menghadapi tantangan yang lebih luas lagi.

Contoh kasus :

Peranan Generasi Muda dalam Ketahanan Nasional

Globalisasi menjadikan masa depan yang dihadapi penuh ketidakpastian, perubahan adalah
sesuatu yang tak bisa dihindarkan, bahkan cenderung berkembang menjadi suatu gejala baru
yang penuh dengan kontradiksi, konflik maupun pembalikan arah, sehingga membuat hari depan
akan penuh dengan kejutan.

Trend utama globalisasi dan aspek srtategis lainnya yang berlangsung pada awal abad-21 masih
berkisar pada demokrasi, individualisme, HAM, lingkungan hidup, revolusi bidang informasi,
liberalisasi perdagangan dan pergeseran perimbangan kekuatan dunia. Di satu sisi, lingkungan
strategis tersebut membawa dampak positif bagi bangsa Indonesia, sehingga menjadikannya
sebagai peluang. Sedangkan di sisi lain, ada pula dampak negatifnya, sehingga menjadikannya
sebuah tantangan bagi pemerintah. Tiap negara, termasuk Indonesia, harus memiliki ketahanan
dalam menghadapi setiap perubahan. Karena suatu bangsa yang memiliki tingkat ketahanan
nasional yang tinggi akan mampu mencapai apa yang dicita-citakan.

Masalah ketahanan nasional ini, peran pemuda tak bisa dilepaskan. Pemuda yang kuat, berdaya,
dan berdaya saing tentunya akan menjadi modal utama ketahanan nasional. Pemuda sebagai
bagian dari potensi pembangunan perlu diberdayakan agar mampu berkiprah dalam
pembangunan dan menghadapi tantangan global.

XI. NTEGRASI NASIONAL DAN PLURALITAS BANGSA NASIONAL


Ema WatiNia Khoerunnisa

2 Pengertian Integrasi Nasional


Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan-perbedaan yang ada pada
suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara nasional.Menurut Howard
Wrigins (1996), integrasi berarti penyatuan bangsa-bangsa yang berbeda dari suatu masyarakat
menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh atau memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang
banyak menjadi satu bangsa. Jadi menurutnya, integrasi bangsa dilihatnya sebagai peralihan
dari banyak masyarakat kecil menjadi satu masyarakat besar.

3 Pentingnya Integrasi Nasional


integrasi nasional sangat penting untuk diwujudkan karena integrasi nasional merupakan suatu
cara yang dapat menyatukan berbagai macam perbedaan yang ada di Indonesia. Masyarakat
Indonesia harus memliki rasa toleransi terhadap sesama sehingga tidak terjadi konflik yang
berkepanjangan yang dapat merugikan Indonesia. Integrasi nasional penting untuk Integrasi itu
sendiri dapat dikatakan sebagai suatu langkah yang baik untuk menyatukan sesuatu yang semula
terpisah menjadi suatu keutuhan yang baik bagi bangsa Indonesia,misal menyatukan berbagai
macam suku dan budaya yang ada serta menyatukan berbagai macam agama di Indonesia.

4 Faktor-faktor Integrasi Nasional


Faktor-faktor pendorong integrasi nasionalFaktor-faktor penghambat integrasi nasionalFaktor
sejarah yang menimbulkan rasa senasib dan seperjuanganKeinginan untuk bersatuRasa cinta
tanah air di kalangan bangsa IndonesiaRasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan
NegaraKesepakatan atau konsensus nasional dalam perwujudan Proklamasi Kemerdekaan,
Pancasila dan UUD 1945, bendera Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, bahasa
kesatuan bahasa Indonesia.Masyarakat Indonesia yang heterogen (beraneka ragam)Wilayah
negara yang begitu luasBesarnya kemungkinan ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan,
baik yang berasal dari dalam maupun luar negeriPerbedaan suku,agama,ras antar
golonganAdanya paham “etnosentrisme”

5 Pengertian Pluralitas
Pluralitas adalah paham yang berkaitan dengan mentoleransi segala adanya keanekaragaman
yang meliputi peradaban, agama, pikiran, perbedaan agama serta adanya perbedaan budaya.
Jadi,pluralitas ini bukan hanya terfokus pada satu yakni agama namun pluralitas sangat luas
sekali. akan tetapi tujuan pluraliatas adalah untuk mengakuai adanya sebuah kebenaran yang di
yakini oleh masing-masing pihak memegang dua jabatan lebih secara berbarengan

6 Pentingnya Pluralisme
Bila dilihat dalam kehidupan bermasyarakat saat ini sikap saling menghormati antara agama itu
sangatlah penting dijalin, karena rasa saling menghormati antara sesama agama itu sangat baik
bila ditumbuhkan dalam kehidupan masyarakat dan dibidang akademik. Seperti halnya dalam
bidang akademik kita dapat menghargai dan menghormati sesama agama dimana pada saat
bertukar pengetahuan maupun dalam suatu acara seminar antar agama. Apabila kita dapat
menumbuhkan sikap rasa saling menghormati maka kerukunan dan kedamaian yang diharapkan
akan dapat diwujudkan baik dilingkungan akademik maupun masyarakat.

7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pluralitas


Bangsa Indonesia tidak sekedar satu golongan. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang
majemuk karena terdiri atas beraneka ragam budaya. Oleh karena itu, bangsa Indonesia dikenal
sebagai bangsa yang pluralistik. Karakteristik pluralistik bangsa Indonesia disebabkan oleh
faktor-faktor sebagai berikut.1. Kondisi wilayah bangsa Indonesia yang berbentuk kepulauan
sehingga disebut negara kepulauan.Bangsa Indonesia terletak di antara dua benua (Asia dan
Australia) dan dua samudera (Indonesia dan Pasifik).Keadaan iklim dan cuaca yang
memengaruhi perbedaan kesuburan tanah.

X. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia


Pancasila adalah pandangan hidup (filsafah), dasar negara (ideologi), dan alat pemersatu bangsa
Indonesia. Begitu besar pengaruh Pancasila terhadap bangsa dan negara Indonesiaadalah karena
perjalanan sejarah dan kompleksitas keberadaan Indonesia, sepertikeberagaman suku, agama,
bahasa daerah, pulau, adat istiadat, kebiasaan budaya sertawarna kulit. Semuanya jauh berbeda
satu sama lain tetapi mutlak harus dipersatukan. ebih jauh, untuk menghadapi pengaruh yang
datang dari luar dan dalam negeri sebagaiekologi pemerintahan. Pancasila diharapkan mampu
menjadi tameng. Beberpa kali pemberontakan separatis yang bertujuan merongrong Pancasila
seperti P!!I, "P!",!#S, $I%&II, Permesta, P'I, P#, dan berbagai P' dapat digagalkan
sehingga pemerintah semakin yakin untuk melestarikannya.&etapi, apakah hanya sila ketiga
*Persatuan Indonesia+ yang cenderung sentralistis inisaja yang intensif. Sila kedua *'emanusian
ynag adil dan beradab+ telahmenyeimbangkan. Berbagai Pasukan aruda telah dikirim ke
manca negara yang berseteru, begitu juga bantuan bahan makanan, obat obatan dan uang bagi
negara yangmembutuhkan. #emang kemanusian mempunyai ruang lingkup mengglobal
sehinggadisebut juga sebagai internasionalisme.Secara lengkap, Pancasila diakui sebagai
pandangan hidup bangsa yang tercermin dalamsikap gotong royong, musyawarah, kekeluargaan,
kebersamaan, dan kebhinekaan.-adi, Pancasila diharapkan sebagai jalan hidup yang akan dapat
mengatasi masalah yang paling mendasar yang dihadapi bangsa Indonesia. Selain itu, Pancasila
juga digunakanuntuk menjawab persoalan persoalan pembangunan, ketertiban, dan keamanan.
$engan begitu, Pancasila akan dapat pula tetap menjadi dasar bagi masyarakat Indonesia
yangmodern.Secara kreatif dan dinamis, Pancasila mampu memadukan antara aspirasi masa
depan,menyelesaikan masa kini, dan memberi harga pada masa lalu yang memiliki kulturalmasa
lampau yang kaya.Bangsa Indonesia adalh satu satunya bangsa di dunia yang memiliki
keanekaragamansuku, agama besar, pulau yang terpisah, adat istiadat, bahasa kedaerahan,
budaya dankesenian yang kemudian dapat diseragamkan yang dikenal dengan
Bhineka TunggalIka.
Perjalan sejarah membuktikan Pancasila mampu membrikan dasar yang kokoh bagikesatuan dan
persatuan bangsa.Itulah sebabnya sebgai orang pertama yang beride untuk mencetuskan
Pancasila, Ir.Soekarno meletakkan wawasan kebangsaan sebagai urutan nomor satu.
Makna Pancasila sebagai Ideologi Bangsa
#akna Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia adalah bahwa nilai nilai yangterkandung
dalam ideologi Pancasila itu menjadi cita cita normatif bagi penyelenggaraan bernegara. $engan
kata lain, isi atau arah dari penyelenggaraan kehidupan berbangsadan bernegara Indonesia
adalah terwujudnya kehidupan yang ber 'etuhanan, yang ber 'emanusiaan, yang
ber Persatuan, yang ber 'erakyatan, dan yang ber 'eadilan.Pancasila sebagai ideologi nasional
selain berfungsi sebagai cita cita normatif

penyelenggaraan bernegara, nilai nilai yang terkandung dalam Pancasila merupakan nilaiyang
disepakati bersama, karena itu juga berfungsi sebagai sarana pemersatu masyarakatyang dapat
memparsatukan berbagai golongan masyarakat di Indonesia.
Fungsi Ideologi
/ungsi utama ideologi dalam masyarakat menurut !amlan Surbakti (0111) ada dua,yaitu2 sebagai
tujuan atau cita cita yang hendak dicapai secara bersama oleh suatumasyarakat, dan sebagai
pemersatu masyarakat dan karenanya sebagai prosedur penyelesaian konflik yang terjadi dalam
masyarakat.Pancasila sebagai ideologi mengandung nilai nilai yang berakar pada pandangan
hidup bangsa dan falsafat bangsa. $engan demikian memenuhi syarat sebagai suatu
ideologiterbuka.Sumber semangat yang menjadikan Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah
terdapatdalam penjelasan 33$ 01452 *terutama bagi negara baru dan negara muda, lebih
baikhukum dasar yang tertulis itu hanya memuat aturan aturan pokok, sedangkan
aturan aturan yang menyelenggarakan aturan pokok itu diserahkan kepada undang undang
yanglebih mudah caranya membuat, mengubah dan mencabutnya /aktor Pendorong'eterbukaan
Ideologi Pancasila 'enyataan dalam proses pembangunan nasional dandinamika masyarakat yang
berkembang secara cepat.'enyataan menujukkan bahwa bangkrutnya ideologi yang tertutup
danbeku cendnerungmeredupkan perkembangan dirinya.Pengalaman sejarah politik masa
lampau.&ekad untuk memperkokoh kesadaran akan nilai nilai dasar Pancasila yang bersifat
abadi dan hasratmengembangkan secara kreatif dan dinamis dalam rangka mencapai tujuan
nasional

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA


Pengertian Pancasila Sebagai Ideologi Negara adalah nilai-nilai yang terkandung di
dalam pancasila menjadi cita-cita normatif di dalam penyelenggaraan negara.
Secara luas Pengertian Pancasila Sebagai Ideologi Negara Indonesia adalah visi
atau arah dari penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia
ialah terwujudnya kehidupan yang menjunjung tinggi ketuhanan, nilai kemanusiaan,
kesadaran akan kesatuan, berkerakyatan serta menjunjung tinggi nilai keadilan.
Ketetapan bangsa Indonesia mengenai pancasila sebagai ideologi negara
tercantum dalam ketetapan MPR No. 18 Tahun 1998 tentang pencabutan dari
ketetapan MPR No. 2 tahun 1978 mengenai Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila dan Penetapan tentang Penegasan Pancasila sebagai
Dasar Negara. Pada pasal 1 ketetapan MPR tersebut menyatakan bahwa pancasila
sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan UUD 45 ialah dasar negara dari negara
NKRI yang harus dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara. Dari
ketetapan MPR tersebut dapat kita ketahui bahwa di Indonesia kedudukan
pancasila sebagai ideologi nasional, selain kedudukannya sebagai dasar negara.
Pancasila sebagai ideologi negara yang berarti sebagai cita-cita bernegara dan
sarana yang mempersatukan masyarakat perlu perwujudan yang konkret dan
operasional aplikatif, sehingga tidak hanya dijadikan slogan belaka. Dalam
ketetapan MPR No.18 dinyatakan bahwa pancasila perlu diamalkan dalam bentuk
pelaksanaan yang konsistem dalam kehidupan bernegara.
| Fungsi Pancasila Sebagai Ideologi Negara |
Fungsi Pancasila sebagai Ideologi Negara Indonesia adalah sebagai sarana
pemersatu masyarakat, sehingga dapat dijadikan prosedur penyelesaian konflik,
dapat kita telusuri dari gagasan para pendiri negara Indonesia tentang pentingnya
mencari nilai-nilai bersama yang dapat mempersatukan berbagai golongan
masyarakat di Indonesia.
Pada awal mulanya, konsep pancasila dapat dipahami sebagai common
platform atau platformbersama bagi berbagai ideologi politik yang berkembang saat
itu di Indonesia. Pancasila merupakan tawaran yang dapat menjembatani
perbedaan ideologis di kalangan anggota BPUPKI. Pancasila dimaksudkan oleh Ir.
Soekarno pada waktu itu yaitu sebagai asas bersama agar dengan asas itu seluruh
kelompok yang terdapat di negara Indonesia dapat bersatu dan menerima asas
tersebut.
Menurut Adnan Buyung Nasution, telah terjadi perubahan fungsi pancasila
sebagai ideologi negara. Pancasila yang sebenarnya dimaksudkan
sebagai platform demokratis bagi semua golongan Indonesia. Perkembangan
doktrinal pancasila telah mengubahnya dari fungsi awal pancasila
sebagai platform bersama bagi ideologi politik dan aliran pemikiran sesuai dengan
rumusan pertama yang disampaikan oleh Soekarno menjadi ideologi yang
komprehensif integral. Ideologi Pancasila menjadi ideologi yang khas, berbeda
dengan ideologi lain.
Pernyataan Soekarno ini menjadi jauh berkembang dan berbeda dengan
pernyataan yang disampaikan oleh Prof. Notonagoro. Beliau melalui interprestasi
filosofis memberi status ilmiah dan resmi tentang ideologi bagi masyarakat
Indonesia. Yang pada mulanya pancasila sebagai ideologi terbuka sebuah
konsensus politik, pancasila menjadi ideologi yang benar-benar komprehensif.
Interprestasi ini berkembang luas, masif bahkan monolitik pada masa pemerintahan
orde baru.
Pancasila dilihat dari sudut politik merupakan sebuah konsensus politik, yaitu
suatu persetujuan politik yang disepakati bersama oleh berbagai golongan
masyarakat di negara Indonesia. Dengan diterimanya pancasila oleh berbagai
golongan dan aliran pemikiran bersedia bersatu dalam negara kebangsaan
Indonesia. Dalam istilah politiknya, Pancasila merupakan common platform, atau
common denominator masyarakat Indonesia yang plural. Sudut pandang politik ini
teramat penting untuk bangsa Indonesia sekarang ini. Jadi, sebenarnya
perkembangan Pancasila sebagai doktrin dan pandangan dunia yang khas tidak
menguntungkan kalau dinilai dari tujuan mempersatukan bangsa.
Banyak para pihak sepakat bahwa pancasila sebagai ideologi negara atau bangsa
merupakan kesepakatan bersama, common platform dan nilai integratif bagi bangsa
Indonesia. Kesepakatan bersama bahwa pancasila sebagai ideologi negara inilah
yang harus kita pertahankan dan tumbuh kembangkan dalam kehidupan bangsa
yang plural ini.
Berdasarkan uraian di atas, maka makna pancasila sebagai ideologi negara
Indonesia sebagai berikut :

(1) Nilai-nilai dalam pancasila dijadikan sebagai cita-cita normatif dari


penyelenggaraan bernegara di Indonesia.
(2) Nilai-nilai dalam pancasila merupakan nilai yang telah disepakati bersama dan
oleh karenanya menjadi salah satu sarana untuk menyatukan masyarakat
Indonesia.
Implementasi pancasila sebagai ideologi negara atau nasional, sebagai
berikut :
1. Perwujudan Pancasila Sebagai Cita-cita Bernegara
Perwujudan pancasila sebagai ideologi negara yang berarti menjadi cita-cita
penyelenggaraan bernegara terwujud melalui ketetapan MPR No.7 tahun 2001
mengenai Visi Indonesia Masa Depan. Dalam ketetapan tersebut menyatakan
bahwa Visi Indonesia Masa Depan terdiri atas 3 visi, yaitu :
– Visi ideal ialah cita-cita luhur bangsa Indonesia sebagaimana dimaksudkan dalam
UUD 45 yaitu pada alinea kedua dan keempat.
– Visi antara, yaitu visi bangsa Indonesia pada tahun 2020 yang berlaku samapai
dengan tahun 2020.
– Visi lima tahunan, yaitu sebagaimana dimaksudkan dalam GBHN (Garis-Garis
Besar Haluan Negara).
Menurut Hamdan Mansoer, mewujudkan bangsa yang religius, manusiawi,
demokratis, bersatu, adil dan sejahtera pada dasarnya merupakan upaya
menjadikan nilai-nilai pancasila sebagai cita-cita bersama. Bangsa yang demikian
merupakan ciri dari masyarakat madani Indonesia. Sebagai suatu cita-cita, nilai-nilai
pancasila diambil dimensi idealismenya. Sebagai nilai-nilai ideal, penyelenggaraan
negara hendaknya berupaya bagaimana menjadikan kehodupan bernegara
Indonesia ini semakin dekat dengan nilai-nilai ideal tersebut.
2. Perwujudan Pancasila Sebagai Kesepakatan atau Nilai Integratif Bangsa
Nilai Integratif Perwujudan pancasila sebagai ideologi negara yang berarti bahwa
pancasila sebagai sarana pemersatu dan prosedur penyelesaian konflik perlu pula
dijabarkan dalam praktik kehidupan bernegara. Nilai integratif pancasila
mengandung makna bahwa pancasila dijadikan sebagai sarana pemersatu dalam
masyarakat dan prosedur penyelesaian konflik. Masyarakat Indonesia telah
menerima pancasila sebagai sarana pemersatu, yang artinya sebagai suatu
kesepakatan bersama bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalamnya disetujui
sebagai milik bersama. Pancasila dijadikan semacam social ethics dalam
masyarakat yang heterogen.
Pancasila sebagai kesepakatan diartikan sebagai konsensus bahwa dalam hal
konflik maka lembaga politik yang diwujudkan bersama akan memainkan peran
sebagai penengah.
Apakah pancasila dapat digunakan secara langsung mempersatukan
masyarakat dan mencegah konflik ?. Jawabannya tidak, tetapi prosedur
penyelesaian konflik yang dibuat bersama, baik yang meliputi lembaga maupun
aturan itulah yang diharapkan mampu menyelesaikan konflik yang terjadi di
masyarakat. Fungsi pancasila sebagai ideologi negara dalam hal ini yaitu sebagai
pembuatan prosedur penyelesaian konflik, nilai-nilai pancasila menjadi landasan
normatif bersama.
Nilai-nilai pancasila hendaknya mewarnai setiap prosedur penyelesaian konflik
yang ada di dalam masyarakat. Secara normatif dapat dinyatakan bahwa
penyelesaian suatu konflik hendaknya dilandasi oleh nilai-nilai religius, nilai
kemanusiaan, mengedepankan persatuan, menjunjung tinggi prosedur demokratis
dan berujung pada terciptanya keadilan.
Sekian pembahasan pengertian pancasila sebagai ideologi negara dan fungsi
pancasila sebagai ideologi negara, semoga tulisan saya mengenai pengertian
pancasila sebagai ideologi negara dan fungsi pancasila sebagai ideologi negara
dapat bermanfaat.
Jawaban 4:

Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Negara dan Warga Negara di


Negara Pancasila
NEGARA DAN WARGA NEGARA

Dalam pelaksaannya hak asasi manusia di Indonesia mengalami pasang surut. Wacana hak asasi manusia
terus berkembang seiring dengan berkembangnya pelanggaran-pelanggaran HAM yang semakin
meningkat intensitas maupun ragamnya. Pelanggaran itu dilakukan oleh negara maupun warga negara,
baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Suatu hal tidak dapat dilaksanakan sebelum mengetahui benar apa yang hendak dilaksanakan, untuk
melaksanakannya diperlukan pedoman, dan agar pelaksanaan bisa berjalan sesuai dengan harapan maka
perlu ada institusi yang mengawal pelaksanaan tersebut. Dengan demikian ada tiga hal penting dalam
pelaksanaan hak dan kewajiban ini.

Pertama, Pancasila perlu dimengerti secara tepat dan benar baik dari pengertian, sejarah, konsep, prinsip
dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Tanpa mengerti hal-hal yang mendasar ini amat sulit Pancasila
untuk diamalkan. Selain daripada itu, Pancasila akan cepat memudar dan dilupakan kembali. Kekuatan
akar pemahaman ini amat penting untuk menopang batang, ranting, daun dan buah yang akan tumbuh di
atasnya. Banyak hal yang terjadi ketika semangat untuk mengamalkan Pancasila sangat tinggi namun tidak
didasari oleh pemahaman konsep dasar yang kuat, bukan hanya mudah memudar, namun juga akan
kehilangan arah, seakanakan sudah melaksanakan Pancasila padahal yang dilaksanakan bukan
Pancasila, bahkan bertentangan dengan Pancasila. Hal ini amat mudah dilihat dalam praktek
perekonomian dan perpolitikan Indonesia saat ini yang tanpa sadar sudah mengekor pada sistem kapitalis-
neoliberalis dan perpolitikan yang bernapaskan individualis bukan kolektifis.

Kedua, pedoman pelaksanaan. Semestinya kita tidak perlu malu mencontoh apa yang sudah dilakukan
oleh pemerintah Orde Baru yang berusaha membuat Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila
(P4). Pedoman ini sangat diperlukan agar negara dan warganegara mengerti apa yang musti dilakukan,
apa tujuannya dan bagaimana strategi mencapai tujuan tersebut. Manakala tidak ada pedoman
pelaksanaan, maka setiap orang berusaha membuat pedoman sendiri-sendiri sehingga terjadi absurditas
(kebingungan).
Banyaknya kelemahan yang terjadi pada pelaksanaan P4 perlu dievaluasi untuk diperbaiki. Contoh
kelemahan utama dalam pelaksanaan P4 adalah bahwa pedoman tersebut bersifat kaku, tertutup dan
doktriner, hanya pemerintah yang berhak menerjemahkan dan menafsirkan Pancasila, sehingga tidak ada
ruang yang cukup untuk diskusi dan terbukanya konsep-konsep baru. Kelemahan tersebut harus diperbaiki
tidak kemudian dibuang sama sekali.

Ketiga, perlunya lembaga yang bertugas mengawal pelaksanaan Pancasila. Lembaga ini bertugas antara
lain memfasilitasi aktivitas-aktivitas yang bertujuan untuk mensosialisasikan Pancasila. Membuka ruang-
ruang dialog agar tumbuh kesadaran ber-Pancasila baik di kalangan elit politik, pers, anggota legislatif,
eksekutif, yudikatif, dan masyarakat luas. Yang tak kalah penting adalah ikut memberi masukan kepada
lembaga-lembaga negara dalam melaksanakan tugas dan membuat kebijakan serta ikut mengevaluasi
setiap kebijakan yang dilakukan agar terjamin tidak bertentangan dengan Pancasila.

Dalam konteks pelaksanaan hak dan kewajiban, maka tiga hal penting sebagaimana disebut di atas juga
perlu ada, yaitu perlu mengerti prinsip-prinsip dasar hak dan kewajiban negara dan warga negara, terdapat
pedoman pelaksanaannya dan ada lembaga yang mengawalnya. Tiga hal ini tentu tidak berdiri sendiri
khusus terkait dengan hak dan kewajiban negara dan warga negara, namun merupakan kesatuan gerak
besar revitalisasi Pancasila dalam semua bidang kehidupan.

Pelaksanaan hak dan kewajiban negara dan warga negara dalam negara Pancasila adalah sebagaimana
yang tercantum dalam UUD 1945 seperti tergambar dalam klasifikasi di atas. Namun demikian, selain
melihat klasifikasi tersebut perlu juga memahami konsep, prinsip dan nilai Pancasila dalam pelaksanaan
hak asasi manusia.

Jawaban 6:
NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

A. KONSEP DAN CIRI NEGARA HUKUM

1. Pengertian Negara Hukum

Negara Hukum adalah negara yang penyelenggaraan kekuasaan pemerintahannya didasarkan atas hukum. Di
dalamnya pemerintah dan lembaga-lembaga lain dalam melaksanakan tindakan apa pun harus dilandasi oleh hukum
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Dalam negara hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan
berdasarkan kedaulatan hukum (supremasi hukum) dan bertujuan untuk menyelenggarakan ketertiban hukum
(Mustafa Kamal Pasha, 2003)

Negara berdasar atas hukum menempatkan hukum sebagai hal yang tertinggi (supreme) sehingga ada istilah
supremasi hukum. Supremasi hukum harus tidak boleh mengabaikan tiga ide dasar hukum yaitu keadilan,
kemanfaatan dan kepastian (Achmad Ali,2002). Apabila Negara berdasar atas hukum, pemerintahan Negara itu juga
harus berdasar atas suatu konstitusi atau undang-undang dasar sebagai landasan penyelenggaraan pemerintahan.
Konstitusi dalam negara hukum adalah konstitusi yang bercirikan gagasan kostitusionalisme yaitu adanya
pembatasan atas kekuasaan dan jaminan hak dasar warga negara.

2. Negara Hukum Formil dan Negara Hukum Materiil

Negara hukum formil adalah Negara hukum dalam arti sempit yaitu negara yang warga negara. Urusan ekonomi
diserahkan pada warga dengan dalil laissez faire, laissez aller yang berarti bila warga dibiarkan mengurus
kepentingan ekonominya sendiri maka dengan sendirinya perekonomian negara akan sehat.

Materiil atau Negara hukum dalam arti luas. Dalam negara hukum materiil atau dapat disebut Negara hukum modern,
pemerintah diberi tugas membangun kesejahteraan umum di berbagai lapangan kehidupan. Untuk itu pemerintah
diberi kewenangan atau kemerdekaan untuk turut campur dalam urusan warga Negara. Pemerintah diberi Freies
Ermessen yaitu kemerdekaan yang dimiliki pemerintah untuk turut serta dalam kehidupan ekonomi social dan
keleluasaan untuk tidak terikat pada produk legislasi parlemen.

Negara hukum materiil atau dapat disebut Welfare State adalah Negara yang pemerintahannya memiliki keleluasaan
untuk turut campur tangan dalam urusan warga dengan dasar bahwa pemerintah ikut bertanggung jawab terhadap
kesejahteraan rakyat. Negara bersifat aktif dan mandiri dalam upaya membangun kesejahteraan rakyat.

3. Ciri-ciri Negara Hukum

Fredrich Julius stahl dari kalangan ahli hukum eropa continental memberikan cirri-ciri rechtsstaat sebagai berikut.
1. Hak asasi manusia
2. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak asai manusia yang biasa dikenal sebagai trias
politika.
3. Pemerintahan berdasarkan peraturan –peraturan.
4. Peradilan administrasi dalam perselisihan
Adapun AV Dicey dari kalangan ahli hukum Anglo Saxon member ciri-ciri Rule of law sebagai berikut :
1. Supremasi hukum ,dalam arti tidak boleh ada kesewenwng-wenangan,sehingga seseorang hanya boleh dihukum
jika melanggar hukum
2. Kedudukan yang sama di depan hukum,baik bagi rakyat biasa maupun bagi pejabat
3. Terjaminnya hak-hak manusia dalam undang-undang atau keputusan pengadilan.

Prof.Sudargo Gautama mengemukakan ada 3(tiga) ciri atau unsur dari negara hukum, yakni sebagai berikut :
a. Terdapat pembatasan kekuasaan Negara terhadap perorangan, maksudnya Negara tidak dapat bertindak
sewenang-wenang . Tindakan Negara dibatasi oleh hukum, individual mempunyai hak terhadap Negara atau rakyat
mempunyai hak terhadap penguasa.

b. Asas legalitas
Setiap tindakan Negara harus berdasarkan hukum yang telah diadakan terlebih dahulu yang harus ditaati juga oleh
pemerintah atau aparaturnya.

c. Pemisahan kekuasaan
Agar hak-hak asasi itu betul-betul terlindungi , diadakan pemisahan kekuasaan yaitu badan yang membuat peraturan
peundang-undangan, melaksanakan dan badan yang mengadili harus terpisah satu sama lain tidak berada dalam
satu Negara.

Franz Magins Suseno (1997) mengemukakan adanya 5 (lima) cirri negara hukum sebagai salah satu cirri hakiki
Negara demokrasi. Kelima cirri Negara hukum tersebut adalah sebagai berikut:
1. Fungsi kenegaraan dijalankan oleh lembaga yang bersangkutan sesuai dengan ketetapan sebuah undang-undang
dasar.

2. Undang-undang dasar menjamin hak asasi manusia yang paling penting.Karena tanpa jaminan tersebut , hukum
akan menjadi sarana penindasan. Jaminan hak asasi manusia memastikan bahwa pemerintah tidak dapat
menyalahgunakan hukum untuk tindakan yang tidak adil atau tercela.

3. Badan-badan Negara menjalankan kekuasaan masing-masing selalu dan hanya taat pada dasar hukum yang
berlaku.
4. Terhadap tindakan badan Negara, masyarakat dapat mengadu ke pengadilan dan putusan pengadilan
dilaksanakan oleh badan Negara.
5. Badan kehakiman bebas dan tidak memihak.

Mustafa Kamal Pasha (2003) menyatakan adanya tiga ciri khas Negara hukum, yaitu :
a. Pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia
b. Peradilan yang bebas dari pengaruh kekuasaan lain dan tidak memihak
c. Legalitas dalam arti hukum dalam segala betuknya

B. NEGARA HUKUM INDONESIA


1. Landasan Yuridis Negara Hukum Indonesia

Dasar pijakan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum sekarang ini tertuang dengan jelas pada pasal 1 ayat
3 UUD 1945 “Negara Indonesia adalah Negara hukum”.

Perumusan Negara hukum Indonesia adalah:


a. Negara berdasar atas hukum ,bukan berdasar atas kekuasaan belaka
b. Pemerintah Negara berdasar atas suattu konstitusi dangan kekuasaan pemerintahan terbatas ,tidak absolute.
Dasar lain yang dapat dijadikan landasan bahwa Indonesia adalah Negara hukum dalam arti materiil terdapat dalam
bagian pasal-pasal UUD 1945, sebagai berikut :
a. Pada Bab XIV tentang Perekonomian Negara dan Kesejahteraan Sosial Pasal 33 dan 34 UUD 1945, yang
menegaskan bahwa Negara turut aktif dan bertanggungjawab atas perekonomian Negara dan kesejahteraan rakyat.
b. Pada bagian penjelasan umum tentang pokok-pokok pikiran dalam pembukaan juga dinyatakan perlunya turut
serta dalam kesejahteraan rakyat.

2. Perwujudan Negara Hukum di Indonesia


Adapun tata urutan perundangan adalah sebagai berikut.
a. Undang-undang dasar 1945
b. Ketetepan majelis permusyawaratan rakyat republic Indonesia
c. Undang-uundang
d. Peraturan pemerintah pengganti undang-undang(perpu)
e. Peraturan pemerintah :
1) Keputusan presiden
2) Peraturan pemerintah .
Jenis hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia menurut undang-undang no.10 tahun 2004 adalah
sebagia berikut:
1) Undang-undang dasar 1945
2) Undang-undang (UU) atau peraturan pemerintah pengganti pengganti undang-undang (perpu)
3) Peraturan pemerintah(PP)
4) Peraturan presiden
5) Peraturan daerah
Negara hukum Indonesia menurut UUD 1945,mengandung prinsip-prinsip sbb:
1) Norma hukumnya bersumber pada Pancasila sebagi hukum dasar nasional dan adanya hierarki jenjang norma
hukum
2) Menggunakan system konstitusi
3) Kedaulatan rakyat atau prinsip democrat
4) Prinsip persamaan keduukan dalam hukum dan pemerintahan
5) Adanya organ pembentuk undang-undang(presiden dan DPR)
6) System pemerintahannya adalah presidensil
7) Kekuasaan kehakiman yang bebas dari kekuasaan lain(Eksekutif)
8) Hukum bertujuan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluru tumpah darah Indonesia,memajukan
kesejahteraan umum,mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan social.
9) Adanya jaminan akan hak asasi dan kewajiban dasar manusia

3. Hubungan Negara Hukum dengan Demokrasi


Hubungan antara Negara hukum dengan demokrasi dapat dinyatakan bahwa Negara demokrasi pada dasarnya
adalah negaraa hukum .kelima cirri Negara demokrasi tersebut adalah
1) Negara hukum
2) Pemerintahan dibawah control nyata masyarakat
3) Pemilihan umum yang bebas
4) Prinsip mayoritas
5) Adanya jaminan terhadap hak-hak demokratis

C. HAKIKAT HAK ASASI MANUSIA

1. Pengertian Hak Asasi Manusia

Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang melekat dan dimiliki setiap manusia sebagi anugerah tuhan yang
maha esa.kesadaran akan hak asasi manusia didasaarkan pada pengakuan bahwa semua manusia sebagai
makhluk tuhan memilki drajat dan martabat yang sama,maka setiap manusia memiliki hak dasar yang disebut hak
asai manusia.jadi kesadaran akan adanya hak asai manusia tumbuh dari pengakuan manusia sendiri bahwa mereka
adalah sama dan sederajat.

Pengakuan terhadap HAM memiliki dua landasan sebagai berikut .


1) Landasan yang langsung dan pertama yakni kodrat manusia
2) Landaskan kedua dan yang lebih dalam :tuhan menciptakan manusia

2. Macam Hak Asasi Manusia


Berdasarkan pengertian HAM,ciri pokok dari hakikat HAM adalah;
• HAM tidak perlu diberikan ,dibeli,ataupun diwarisi.
• HAM berlaku bagi semua orang
• HAM tidak boleh dilanggar

HAM meliputi berbagai bidang,sebagai berikut.


a) Hak asasi pribadi (personal rights)
b) Hak asasi politik (political rights)
c) Hak asasi ekonomi (property rights)
d) Hak asasi social dan kebudayaan (social and cultural rights)
e) Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan (rights of legal equality)
f) Hak untuk mendapat perlakuan yang sama dalam tatacara peradilan dan perlindungan ( procedural rights)

D. SEJARAH PERKEMBANGAN HAK ASASI MANUSIA


a. Perkembangan Hak Asasi Manusia pada Masa Sejarah
b. Perkembangan Hak Asasi Manusia di Inggris
c. Perkembangan Hak Asasi Manusia di Amerika Serikat
d. Perkembangan Hak Asasi Manusia di Prancis
e. Atlantic Charter Tahun 1941
f. Pengakuan Hak Asasi Manusia oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa
g. Hasil Sidang Majelis Umum PBB Tahun 1966

E. HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA


1. Pengakuan Bangsa Indonesia Akan Hak Asasi Manusia
a. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alinea Pertama
b. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alinea Keempat
c. Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945
d. Ketatapan MPR
e. Peraturan Perundang-undangan

2. Penegakan Hak Asasi Manusia

a. Kelembagaan yang menangani masalah yang berkaitan dengan penegakan hak asasi manusia, antara lain :
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), yang bertujuan :
1. Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia sesuai dengan Pancasila, Undang-
Undang Dasar 1945 dan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, serta Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia;
2. Meningkatkan Perlindungan dan Penegakan hak asasi manusia guna perkembangan pribadi manusia Indonesia
seutuhnya dan kemampuannya berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan.

b. Pengadilan Hak Asasi Manusia dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang pengadilan
hak asasi manusia. Pengadilan Hak Aasi Manusia merupakan pengadilan khusus yang berada di lingkungan
pengadilan umum dan berkedudukan di daerah kabupaten atau kota. Pengadilan HAM adalah pengadilan khusus
terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang berat.
c. Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad Hoc dibentuk atas usul DPR berdasarkan peristiwa tertentu dengan Keputusan
Presiden.
d. Komisi kebenaran dan Rekonsiliasi : memberikan alternative bahwa penyelesaian pelanggaran Hak Asasi Manusia
yang berat dapat dilakukan di luar Pengadilan Hak Asasi Manusia yaitu melalui Komisi Keberadaan dan Rekonsiilasi
yang dibentuk berdasarkan undang-undang.

Beberapa contoh lembaga swadaya masyarakat (LSM) :


1. KONTRAS ( Komisi untuk orang hilang dan tindak kekerasan)
2. YLBHI (Yayasan lembaga bantuan hukum Indonesia)
3. Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM) dan
4. Human Rights Watch (HRW)

3. Konvensi Internasional tentang Hak Asasi Manusia

Beberapa Konvensi yang berhasil diciptakan adalah sebagai berkut :


1. Universal Declaration of Human Rights (Pernyataan hak asasi manusia sedunia) dihasilkan dalam siding umum
PBB 10 Desember 1945.
2. International Covenant of Civil and Political Rights (Perjanjian Internasional tentang Hak Sipil dan Politik) dan
International Covenant of Economic, Social and Cultural Rights (Perjanjian Internasional tentang Hak Ekonomi,
Sosial dan Budaya) pada Tahun 1996.
3. Declaration on the Rights of peoples to Peace (Deklarasi Hak Bangsa atas Perdamaian) pada tahun 1984 dan
Declaration on the Rights to Development (Deklarasi Hak atas Pembangunan) pada tahun 1986.
4. African Charter on Human and Peoples Rights (Banjul Charter) oleh Negara Africa yang tergabung dalam
Persatuan Afrika (OAU) pada tahun 1981.

4. Keikutsertaan Indonesia dalam konvensi internasional

Beberapa macam konvensi internasional tentang hak asasi manusia yang sudah diratifikasi Indonesia adalah
sebagai beikut :
a. Konvensi Jenewa 12 Agustus 1949, (diratifikasi dengan Undang-Undang Nomor 59 Tahun 1958).
b. Konvensi tentang Hak Politik Kaum Perempuan –Convention on The Political Rights of Women (diratifikasi dengan
Undang-Undang Nomor 68 Tahun 1958).
c. Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan – Convention on The
Elimination of Descrimination Against Women (diratifikasi dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984).
d. Konvensi Hak Anak – Convention on The Rights of The Child (diratifikasi dengan Keppres No.36 Tahun 1990).
e. Konvensi Pelarangan, Pengembangan, Produksi dan Penyimpanan Senjata Biologis dan Beracun srta
Pemusnahannya –Convention on the Destruction (diratifikasi dengan Keppres No.58 Tahun 1991).
f. Konvensi Internasional terhadap Antipartheid dalam Olahraga – International Convention Against Apartheid in
Sprots (diratifikasi dengan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 1993).
g. Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau
Merendahkan Martabat Manusia – Torture Convention (diratifikasi dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1998).
h. Konvensi Organisasi Buruh Internasional Nomor 87 Tahun 19998 tentang Kebebasan Berserikat dan Perlindungan
Hak untuk Berorganisasi –ILO Convention No.87 Concerning Freedom of Association and Protection on the Rights to
Organise (diratifikasi dengan Undang-Undang Nomor 83 Tahun 1998).
i. Konvensi Internasional tentang Penghapusan Semua Bentuk Diskriminasi Rasial –Convention on the Elimination of
Racial Discrimination (diratifikasi dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1999).
j. Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (International Covenant on Economic, Social
and Culture Rights): Diratifikasi dengan Undang-Undang No.11 Tahun 2005.
k. Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik (International Covenant On Civil and Political Rights).
Diratifikasi dengan Undang-Undang No.12 Tahun 2005.

Anda mungkin juga menyukai