Anda di halaman 1dari 6

TATAP MUKA 1

Pendahuluan
Negara Indonesia diproklamasikan kemerdekaannya dari penjajahan pada tanggal 17
Agustus 1945. Kemerdekaan yang diproklamasikan itu berangkat dari perjalanan sejarah
peperangan yang panjang, berabad-abad lamanya melawan penjajah dalam suasana
perpecahan tidak adanya semangat persatuan dan kesatuan menyebabkan lamanya
penjajahan di bumi Nusantara. Merupakan hal yang sukar mempersatukan Negara seluas
Nusantara yang terdiri dari 17.508 pulau, dihuni oleh penduduk berasal dari d u a r a s
b e s a r (Melayu dan Melanesia), lebih dari 350 suku bangsa yang berbicara dalam 583
dialek bahasa, memeluk lima agama besar di dunia.
Dalam perjalanan sejarah “Nusantara”, selama kurun waktu 2000 tahun tercatat hanya
tiga negara kesatuan yang dapat tegak berdiri di bumi Nusantara ialah Sriwijaya, Majapahit dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kebinnekaan budaya dan kondisi geografisnya tersebut,
membuat bangsa Indonesia mudah di pecah belah. Dengan kata lain, secara fisik
geografis dan sosial budaya Negara Indonesia “Nusantara” rawan perpecahan.
Penjajahan itu mengakibatkan kebodohan dan penderitaan yang pada awal abad XX
mendorong tumbuhnya semangat kebangsaan. Kebangkitan Nasional ini ditandai dengan
lahirnya gerakan Budi Utomo pada tahun 1908. Peristiwa Sumpah Pemuda yang diikrarkan
pada tanggal 28 Oktober 1928 merupakan tonggak sejarah yang sangat penting. Sumpah
tersebut merupakan perwujudan sikap dan tekad bangsa Indonesia untuk bersatu dalam
wadah negara, bangsa dan bahasa Indonesia. “Satu tanah air menunjukkan satu kesatuan
geografis, satu bangsa menunjukkan satu kesatuan politik, dan satu bahasa menunjukkan satu
kesatuan sosial budaya”. Tekad ini mewujudkan perjuangan yang akhirnya melahirkan
Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Kendatipun kita
sudah merdeka, pengalaman membuktikan bahwa kemerdekaan tidak membebaskan bangsa
Indonesia dan berbagai Ancaman, Tantangan, Hambatan dan Gangguan (ATHG). Dari sejarah
perjuangan bangsa, siswa yang mengambil mata kuliah Pendidikan Kewarganegaran
mengetahui adanya invasi Belanda, berbagai pemberontakan, pengkhianatan, serta
penyelewengan terhadap negara kesatuan Republik Indonesia. Sejarah memberikan pelajaran
berharga kepada kita sebagai bangsa bahwa ATHG tidak hanya datang dari luar melainkan
juga dari dalam tubuh bangsa Indonesia sendiri.
Untuk menghadapi ATHG yang membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia, perlu dikerahkan segenap kemampuan, kekuatan, serta
potensi yang ada pada bangsa Indonesia yang terwujud sebagai kesadaran berkemampuan
bela negara. Karena itu seluruh warga negara sejak dini perlu dibekali dengan kemampuan
tersebut melalui Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN). PPBN ini bertujuan untuk:
1. Meningkatkan kecintaan pada tanah air;
2. Meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara;
3. Meningkatkan keyakinan Pancasila sebagai ideologi bangsa;
4. Meningkatkan kesadaran bela negara;
5. Mengembangkan kemampuan awal bela negara.
Maksud dari bela negara adalah tekad, sikap, semangat, serta tindakan warga negara
dalam upaya menjaga, memelihara, serta mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan
negara. Tekad upaya ini tidak hanya terbatas dalam wujud perjuangan mengangkat senjata,
melainkan mencakup semua wujud gagasan, sikap, serta perbuatan pengabdian melalui
bidang masing-masing dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam mencapai tujuan
Nasional. PPBN dilaksanakan melalui dua tahapan, yaitu melalui pendidikan di sekolah dasar
dan menengah misalnya melalui pendidikan kepramukaan dan melalui pendidikan tinggi dalam
bentuk pendidikan kewarganegaraan.
Secara yuridis pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta
didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Secara
etimologis, pendidikan kewarganegaraan berasal dari kata “pedidikan” dan kata
“kewarganegaraan”. Pendidikan berarti usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya, sedangkan kewarganegaraan adalah segala hal ihwal yang berhubungan
dengan warga negara. Secara terminologis, pendidikan kewarganegaraan adalah program
pendidikan yang berintikan demokrasi politik, diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan
lainnya: pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, dan orang tua.
Kesemuanya itu diproses guna melatih para siswa untuk berpikir kritis, analitis, bersikap
dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945.
Pendidikan Kewarganegaraan sebenarnya dilakukan dan dikembangkan di seluruh
dunia, meskipun dengan berbagai macam istilah atau nama. Mata kuliah tersebut sering disebut
dengan civic education, citizenship education. Mata kuliah ini memiliki peran yang sangat
strategis dalam mempersiapkan warganegara yang cerdas, bertanggung jawab dan
berkeadaban. Berdasarkan rumusan “Civic International” (1995) disepakati bahwa pendidikan
demokrasi penting untuk pertumbuhan civic culture, untuk keberhasilan pengembangan dan
pemeliharaan pemerintahan demokrasi.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, serta surat keputusan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional Nomor 43/DIKTI/Kep/2006, tentang Rambu-rambu
Pelaksanaan Kelomok mata kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi terdiri atas
mata kuliah Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, dan Bahasa Indonesia. Berdasarkan
ketentuan tersebt maka kelompok mata kuliah penembangan kepribadian tersebut wajib
diberikan di semua fakultas dan jurusan di seluruh perguruan tinggi di Indonesia.
Dengan adanya penyempurnaan kurikulum mata kuliah pengembangan kepribadian
tersebut maka pendidikan kewarganegaraan memiliki paradigm baru, yaitu Pendidikan
Kewarganegaraan berbasis Pancasila. Kiranya akan menjadi sangat relevan jikalau pendidikan
kewarganegaraan di pergutuan tinggi dewasa ini sebagai sintesis antara “civic education” yang
berlandaskan Filsafat Pancasila, serta mengandung muatan identitas nasional Indonesia, serta
muatan makna pendidikan pendahuluan bela negara. Hal ini berdasarkan kenyataan diseluruh
negara di dunia, bahwa kesadaran demokrasi serta implementasinya harus senantiasa
dikembangkan dengan berbasis filsafat bangsa, identitas nasional, kenyataan dan pengalaman
sejarah bangsa tersebut, serta dasar-dasar kemanusiaan dan keadaban. Oleh karena itu
dengan pendidikan kewarga negaraan diharapkan intelektual Indonesia memiliki dasar
kepribadian sebagai warga negara yang demokratis, religious, berkemanusiaan dan
berkeadaban.

MEDIA PEMBELAJARAN
Untuk mendukung proses pembelajaran pada mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan maka diperlukan media pembelajaran yang interaktif. Adapun media
pembelajaran yang digunakan pada tatap muka 1 (satu) berkaitan dengan materi “Pengantar
Pendidikan Kewarganegaraan” adalah buku ajar mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
untuk Perguruan Tinggi, modul Pendidikan Kewarganegaraan, dan power point.

JUDUL
Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan

TUJUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN


Tujuan kegiatan pembelajaran Pendidikan Kewargengaraan adalah untuk memupuk
kesadaran bela negara dan berpikir komprehensif, dalam rangka ketahanan nasional, sebagai
geostrategi, dengan didasari atas; kecintaan terhadap tanah air, kesadaran berbangsa dan
bernegara, memupuk kesatuan dan persatuan, kekayinan akan ketangguhan pancasila, dan
rela dan berkorban demi bangsa dan negara.
Pe nguasaan kompetensi yang diharapkan bagi mahasiswa setelah
mempelajari modul Pendidikan Kewarganegaraan ini adalah mempunyai:
1. Kemampuan berpikir, bersikap rasional dan dinamis, berpandangan luas sebagai
intelektual;
2. Wawasan kesadaran berbangsa dan bernegara untuk membela negara yang
dilandasi oleh rasa cinta tanah air;
3. Wawasan kebangsaan, kesadaran berbangsa dan bernegara demi Tannas (national
resellience) untuk kelangsungan hidup bangsa dan negara (national survival);
4. Pola pikir dan pola sikap yang komprehensif integral dalam memecahkan masalah dan
implementasi pembangunan nasional pada seluruh aspek kehidupan nasional.

URAIAN MATERI
Berdasarkan Keputusan DIRJEN DIKTI No.43/DIKTI/Kep-/2006, tujuan pendidikan
kewarganegaraan adalah dirumuskan dalam visi, misi dan kompetensi sebagai berikut;
Visi Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi, yakni menjadi
sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan program studi, dalam
mengantarkan mahasiswa mengembangkan kepribadian menjadi warga negara
Indonesia yang baik dan memiliki kepribadian sebagai manusia seutuhnya. Hal ini berdasarkan
pada suatu realitas yang dihadapi, bahwa mahasiswa adalah sebagai generasi bangsa yang
harus memiliki visi intelektual, religius, berkeadaban, berkemanusiaan dan cinta tanah air dan
bangsanya.
Misi Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi adalah untuk membantu
mahasiswa memantapkan kepribadiannya, agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai-
nilai Pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam menguasai, menerapkan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dengan rasa tanggungjawab dan
bermoral.
Oleh karena itu kompetensi yang diharapkan terhadap mahasiswa adalah agar
mahasiswa menjadi ilmuan dan professional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah
air, demokratis dan berkeadaban. Selain itu, kompetensi yang diharapkan agar mahasiswa
menjadi warganegara yang memiliki daya saing, berdisiplin, berpartisipasi aktif dalam
membangun kehidupan yang damai berdasarkan sisten nilai Pancasila. Berdasarkan
pengertian tersebut maka kompetensi mahasiswa dalam pendidikan tinggi tidak dapat
dipisahkan dengan filsafat bangsa..
Landasan ilmiah dan Landasan Hukum
1. Landasan Ilmiah
a. Dasar Pemikiran Pendidikan Kewarganegaraan
Setiap warga negara dituntut untuk dapat hidup berguna dan bermakna
bagi negara dan bangsanya. Serta mampu mengantisipasi perkembangan dan
perubahan masa depannya. Untuk itu diperlukan penguasaan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni (Ipteks) yang berlandaskan nilai-nilai
keagamaan, nilai-nilai moral, nilai kemanusiaan dan nilai-nilai budaya bangsa.
Nilai-nilai dasar tersebut berperan sebagai panduan dan pegangan hidup setiap
warganegara dan negara, serta pendidikan pendahuluan bela negara yang
semua ini berpijak pada nilai-nilai budaya serta dasar filosofi bangsa. Tujuan
utama Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan
dan kesadaran bernegara, serta membentuk sikap dan perilaku cinta tanah air
yang bersendikan kebudayakan dan filsafat bangsa Pancasila.
Sebagai suatu perbandingan, di berbagai negara juga dikembangkan
materi Pendidikan Umum (General Education/Humanities) sebagai pembekalan
nilai-nilai yang mendasari sikap dan perilaku warganegaranya:
1. Amerika Serikat: History, Humanity, dan Philosophy;
2. Jepang: Japanese History, Ethics, dan Philosophy;
3. Filipina: Philipino, Family Planning, Taxation and Land Reform, The
Philiphine New Constitution dan Study of Human Rights.
Di beberaa negara dikembangkan pula bidang studi yang sejenis dengan
Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu yang dikenal dengan Civics
Education.
b. Objek Pembahasan Pendidikan Kewarganegaraan
Setiap ilmu harus memenuhi syarat-syarat ilmiah, yaitu mempunyai
objek, metode, sistem dan bersifat universal. Objek pembahasan setiap ilmu
harus jelas, baik objek material maupun objek formalnya. Objek material adalah
bidang sasaran yang dibahas dan dikaji oleh suatu bidang cabang ilmu.
Sedangkan objek formal adalah sudut pandang tertentu yang dipilih untuk
membahas objek material tersebut. Adapun objek material dari Pendidikan
Kewarganegaraan adalah segala hal yang berkaitan dengan warganegara baik
yang empirik maupun yang non empirik, yang meliputi wawasan, sikap dan
prilaku warga negara dalam kesatuan bangsa dan negara. Sebagai objek
formalnya mencakup dua segi, yaitu segi hubungan antara warganegara dan
negara (termasuk hubungan antar warganegara) dan segi pembelaan negara.
Dalam hal ini pembahasan Pendidikan Kewarganegaraan terarah pada warga
negara Indonesia dan pada upaya pembelaan negara Indonesia.
Objek pembahasan Pendidikan Kewarganegaraan menurut Keputusan
Dirjen Pendidikan Tinggi No. 43/DIKTI/KEP/2006 dijabarkan lebih rinci yang
meliputi pokok-pokok bahasan sebagai berikut:

Substansi kajian Pendidikan Kewarganegaraan mencakup:


1. Filsafat Pancasila;
2. Identitas Nasional;
3. Negara dan Konstitusi;
4. Demokrasi Indonesia;
5. Rule of Law dan Hak Asasi Manusia;
6. Hak dan Kewajiban Warganegara serta Negara;
7. Geopolitik Indonesia;
8. Geostrategi Indonesia.
c. Rumpun Keilmuan
Pendidikan Kewarganegaraan dapat disejajarkan dengan Civics
Education yang dikenal diberbagai negara. Sebagai studi ilmiah, Pendidikan
kewarganegaraan bersifat antar disipliner (antar bidang) bukan monodisipliner,
karena kumpulan pengetahuan yang membangun ilmu kewarganegaraan
inidiambil dari berbagai disiplin ilmu. Oleh karena itu upaya pembahasan dan
pengembangannya memerlukan sumbangan dari berbagai disiplin ilmu yang
meliputi ilmu olitik, ilmu filsafat, ilmu sosiologi, ilmu administrasi negara, ilmu
ekonomi pembangunan, sejarah perjuangan bangsa dan ilmu budaya.
2. Landasan Hukum
a. UUD 1945
1. Pembukaan UUD 1945, khusus pada alinea kedua dan keempat, yang
memuat cita-cita tujuan dan aspirasi bangsa Indonesia tentang
kemerdekaannya.
2. Pasal 27 (1) menyatakan bahwa ”Segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan serta wajib menjunjung
hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.”
3. Pasal 30 (1) menyatakan bahwa “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib
ikut serta dalam usaha dan pembelaan negara.”
4. Pasal 31 (1) menyatakan bahwa “tiap-tiap warga negara berhak
mendapatkan pengajaran.”
b. Ketetapan MPR No. II/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara;
c. Undang-undang No. 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Pertahanan dan Keamanan Negara Republik Indonesia (Jo. UU No. 1 Tahun
1988);
1. Dalam Pasal 18 (a) disebutkan bahwa hak kewajiban warga negara yang
diwujudkan dengan keikutsertaan dalam upaya bela negara diselenggarakan
melalui pendidikan Pendahuluan Bela Negara sebagai bagian tak
terpisahkan dalam sistem pendidikan nasional;
2. Dalam Pasal 19 (2) disebutkan bahwa Pendidikan Pendahuluan Bela
Negara wajib diikuti oleh setiap warga negara dan dilaksanakan secara
bertahap. Tahap awal pada tingkat pendidikan dasar hingga menengah ada
pada gerakan Pramuka. Tahap lanjutan pada tingkat pendidikan tinggi ada
dalam bentuk pendidikan kewiraan.
d. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000
tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil
Belajar Mahasiswa dan Nomor 45/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan
Tinggi telah ditetapkan bahwa Pendidikan Agama, Pendidikan Bahasa
Indonesia dan Pendidikan Kewarganegaraan merupakan kelomok Matakuliah
Pengembangan Kepribadian, yang wajib diberikan dalam kurikulum setiap
program studi /kelompok program studi.
e. Adapun pelaksanaannya berdasarkan surat Keputusan Direktur Jendral
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Nomor
43/DIKTI/Kep/2006, yang menuntut rambu-rambu pelaksanaan kelompok
Matakuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.

RANGKUMAN
Rangkuman materi tatap muka 1 (satu):
1. Secara yuridis pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk
peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah
air;
2. Secara etimologis, pendidikan kewarganegaraan berasal dari kata “pedidikan”
dan kata “kewarganegaraan”. Pendidikan berarti usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya, sedangkan kewarganegaraan
adalah segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara;
3. Secara terminologis pendidikan kewarganegaraan adalah program pendidikan
yang berintikan demokrasi politik, diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan
lainnya: pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, dan
orang tua. Kesemuanya itu diproses guna melatih para siswa untuk berpikir
kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup
demokratis berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
LATIHAN/TUGAS/LUARAN
1 . Jelaskan pentingnya mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan bagi generasi muda
khususnya terhadap mahasiswa di perguruan tinggi dan apa landasan mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan diberikan terhadap mahasiswa di perguruan tinggi?;
2 . Identifikasi sebuah permasalahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat dan
buatlah antisipasinya melalui Pendidikan Kewarganegaraan. Adapun masalah yang
diidenttifikasi tersebut bisa berasal dari keanekaragaman tuntutan kebutuhan masyarakat,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, atau tantangan global yang dihadapi
bangsa Indonesia saat ini;
3. Jelaskan program Pendidikan kewarganegaraan seperti apa yang dapat mengantisipasi
masalah tersebut dan susunlah bentuk program tersebut secara tertulis;
4. Jelaskan permasalahan yang berkaitan dengan bela negara yang dihadapi oleh bangsa
Indonesia hari ini;
5. Bagaiamanakah antisipasi yang dapat dilakukan dengan Pendidikan Kewarganegaraan
untuk menghadapi permasalahan bela negara tersebut;

DAFTAR PUSTAKA
Mansoer, H. Hamdan, (2006). Acuan Pembelajaran Mata Kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan, Makalah pada Pelatihan Dosen Kewarganegaraan, Jakarta: Dirjen
Dikti

Kaelan, H, Zubaidi H. Achmad. (2010). Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi


Berdasarkan SK Dirjen Dikti No. 43/DIKTI/KEP/2006. Yogyakarta: Paradigma

Anda mungkin juga menyukai