Anda di halaman 1dari 12

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN WAWASAN KEBANGSAAN

Jenny Kharisa

NPP: 32.1021

Kelas: D-6 Administrasi Pemerintahan Daerah

Dosen Pengampu: Dr. Dra.Wiwit Yuhita Effendy, M.Si

SEKOLAH KEDINASAN INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur mari kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena rahmat-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah yang berisi “Pendidikan Kewarganegaraan Dan Wawasan Kebangsaan”.
Makalah ini diajukan untuk pemenuhan tugas yang telah diberikan. Saya mengucapkan banyak
terimakasih kepada pihak yang membantu mengerjakan makalah ini, sehingga makalah ini dapat
diselesaikan tepat waktu.

Makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu saya mohon maaf yang sebesar-besar nya
apabila ada kekurangan atau kesalahan penulisan pada makalah ini. Saya menyadari bahwa
keterbatasan pengetahuan dan pemahaman saya untuk sekedar membuka cakrawala berpikir kita
tentang kebebasan berpendapat yang masih dipertanyakan didalam negeri demokrasi ini. Akhir
kata saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah meluangkan waktu untuk
bersedia membaca karya saya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................ii

PENDAHULUAN.....................................................................................................iii

A. Latar Belakang..................................................................................................iii.1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................iii.2
C. Tujuan Penelitian..................................................................................................iii.3

BAB II.............................................................................................................................iv

PEMBAHASAN.................................................................................................................v

A. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan..............................................................v.1


B. Wawasan kebangsaan........................................ .........................................v.2

BAB III.............................................................................................................................vi

PENUTUP......................................................................................................................vii

Kesimpulan..................................................................................................vii.1

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................viii
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara yang multikulturalis. Berbagai macam suku, ras,
maupun agama berada dalam sebuah kesatuan bangsa dan negara Indonesia. Indonesia secara
geografis merupakan negara kepulauan dan diapit oleh dua samudera dan dua benua. Sejarah
keluar masuknya bangsa lain saat masa kolonialisme sebelum kemerdekaanpun menjadi
penyebab keberagaman masyarakat penduduk Indonesia. Tempat yang strategis dan merupakan
tempat strategis bagi sejarah perdagangan dunia membuat banyak bangsa menghampiri
Indonesia untuk melakukan aktifitas perdagangan.

Banyaknya bangsa yang lalu lalang melewati ataupun menetap di Indonesia membuat
pengaruh asing dapat dengan mudah masuk ke dalam aspek kehidupan kita. Untuk itu penting
bagi kita untuk mempelajari pengetahuan mengenai Kewarganegaraan agar kita mengenal dan
mengetahui mengenai jati diri bangsa Indonesia, bangsa yang berbudaya dan memegang teguh
nilai-nilai Pancasila.

Secara holistic pendidikan kewarganegaraan bertujuan agar setiap warga Negara muda
(young citizens) memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam konteks nilai dan moral
Pancasila, nilai dan norma Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, nilai
dan komitmen Bhinneka tunggal Ika, dan komitmen bernegara kesatuan Republik Indonesia.

dan konteks kehidupannya secara sistemik difasilitasi untuk belajar berkehidupan


demokrasi secara utuh, yakni belajar tentang demokrasi (learning about democracy), belajar
dalam iklim dan melalui proses demokrasi (learning through democracy), dan belajar untuk
membangun demokrasi (learning for democracy). Kondisi kehidupan berbangsa dan bernegara
Indonesia.

Perjalanan panjang sejarah Bangsa Indonesia sejak era sebelum dan selama penjajaha ,
dilanjutkan era merebut dan mempertahankan kemerdekaan sampai dengan mengisi
kemerdekaan,menimbulkan kondisi dan tuntutan yang berbedabeda sesuai dengan zamannya.
Kondisi dan tuntutan yang berbeda-beda diharap bangsa Indonesia berdasarkan kesamaan nilai-
nulai kejuangan bangsa yang dilandasi jiwa,tekad dan semangat kebangsaan. Semangat
perjuangan bangsa yang tidak mengenal menyerah harus dimiliki oleh setiap warga negara
Republik Indonesia.

Semangat perjuangan bangsa mengalami pasang surut sesuai dinamika perjalanan


kehidupan yang disebabkan antara lain pengaruh globalisasi yang ditandai dengan pesatnya
perkembangan IPTEK, khususnya dibidang informasi, Komunikasi dan Transportasi, sehingga
dunia menjadi transparan yang seolah-olah menjadi kampung sedunia tanpa mengenal batas
negara. Kondisi yang demikian menciptakan struktur kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara Indonesia serta mempengaruhi pola pikir, sikap dan tindakan masyarakat Indonesia. 3.
Semangat perjuangan bangsa indonesia dalam mengisi kemerdekaan dan menghadapi
globalisasi. Warga negara Indonesia perlu memiliki wawasan dan kesadaran bernegara,sikap dan
perilaku, cinta tanah air serta mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa dalam rangka bela
negara demi utuh dan tegaknya NKRI.

b. Rumusan Masalah

Apa hubungan pendidikan kewarganegaraan dengan wawasan kebangsaan?

c. Tujuan Penelitian

Mengetahui hubungan pendidikan kewarganegaraan dengan wawasan kebangsaan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan merupakan bagian yang utuh dari sistem pendidikan


nasional. Oleh karena itu, proses pendidikan kewarganegaraan diwujudkan dalam kurikulum dan
pembelajaran pada semua jalur dan jenjang pendidikan. Untuk menjamin fungsi dan perannya
dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional, pendidikan kewarganegaraan seyogyanya
dirancang, dikembangkan, dilaksanakan, dan dievaluasi dalam konteks pengejawantahan tujuan
pendidikan nasional. Ketiga hal tersebut merupakan landasan dan kerangka pikir untuk
memahami profil mata kuliah/mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan.

Menurut Budimansyah (dalam Komalasari, 2010: 264-265) bahwa dalam paradigma baru,
pendidikan kewarganegaraan (civic education) merupakan salah satu bidang kajian yang
mengemban misi nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia melalui koridor
“value based education” dengan kerangka sistematik sebagai berikut:

1. Secara kurikuler bertujuan untuk mengembangkan potensi individu agar menjadi warga negara
Indonesia yang berakhlak mulia, cerdas, partisipatif, dan bertanggung jawab.

2. Secara teoritik memuat dimensi-dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang bersifat
konfluen atau saling berpenetrasi dan terintegrasi dalam konteks substansi ide, nilai, konsep, dan
moral pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela negara.

3. Secara programatik menekankan pada isi yang mengusung nilai-nilai dan pengalaman belajar
dala bentuk berbagai perilaku yang perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dan
merupakan tuntunan hidup bagi warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara sebagai penjabaran lebih lanjut dari ide, nilai, konsep, dan moral pancasila,
kewarganegaraan yang demokratis dan bela negara.

Ketiga kerangka sistematik pendidikan kewarganegaraan tersebut menjelaskan bahwa


pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang mengemban misi pendidikan nilai.
Hal tersebut juga jelas tergambar pada tujuan dan fungsi dari Pendidikan Kewarganegaraa.
Secara umum Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan untuk mengembangkan potensi individu
warga negara Indonesia yang memiliki wawasan, disposisi, serta keterampilan intelektual dan
sosial kewarganegaraan yang memadai, yang memungkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas
dan bertanggung jawab dalam berbagai dimensi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara (Yusra, 2006). Selain itu, PKn juga memiliki fungsi sebagai wahana untuk membentuk
warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang setia kepada Bangsa dan Negara
Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan
amanat Pancasila dan UUD NRIT 1945 (Depdiknas, 2001: 5)Selanjutnya, (Budimansyah, 2010)
fungsi Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu: “Usaha sadar yang dilakukan secara ilmiah dan
psikologis untuk memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik agar terjadi internalisasi
moral Pancasila dan pengetahuan Kewarganegaraan untuk melandasi tujuan pendidikan nasional,
yang diwujudkan dalam integritas pribadi dan perilaku sehari-hari.”

Hakikat negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara kebangsaan modern. Negara
kebangsaan modern adalah negara yang pembentukannya didasarkan pada semangat kebangsaan
atau nasionalisme yaitu pada tekad suatu masyarakat untuk membangun masa depan bersama di
bawah suatu negara sama walaupun warga negara tersebut berbeda-beda agama, ras, etnik, atau
golongannya. (Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1998).

Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan Konstitusi
Negara Indonesia perlu ditularkan secara terus menerus utnuk memberikan pemahaman yang
mendalam tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Secara historis, negara Indonesia telah diciptakan sebagai Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang berkedaulatan rakyat
dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. (Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia 1945).
Dalam konteks pembangunan bangsa dan karakter (nation and character building),
pendidikan kewarganegaraan memiliki kedudukan fungsi dan peran yang sangat penting.
Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu pendidikan berkarakter yang dikembangkan
secara sistematik dan sistemik yang tidak dapat dipisahkan dari kerangka kebijakan
pembangunan nasional, pembangunan bangsa dan karakter

b. Pengertian Wawasan Kebangsaan

Wawasan kebangsaaan sebagai sudut pandang suatu bangsa dalam memahami keberadaan
jati diri dan lingkungannya pada dasarnya merupakan penjabaran dari falsafah bangsa itu sesuai
dengan keadaan wilayah suatu negara dan sejarah yang dialaminya. Wawasan ini menentukan
cara suatu bangsa memanfaatkan kondisi geografis, sejarah, sosial-budayanya dalam mencapai
cita-cita dan menjamin kepentingan nasionalnya serta bagaimana bangsa itu memandang diri dan
lingkungannya baik ke dalam maupun ke luar.
Setiap orang tentu memiliki rasa kebangsaan dan memiliki wawasan kebangsaan dalam
perasaan atau pikiran, paling tidak di dalam hati nuraninya. Dalam realitas, rasa kebangsaan itu
seperti sesuatu yang dapat dirasakan tetapi sulit dipahami. Namun ada getaran atau resonansi dan
pikiran ketika rasa kebangsaan tersentuh. Rasa kebangsaan bisa timbul dan terpendam secara
berbeda dari orang per orang dengan naluri kejuangannya masing-masing, tetapi bisa juga timbul
dalam kelompok yang berpotensi dasyat luar biasa kekuatannya (Winarno, 2006).

Rasa kebangsanaan adalah kesadaran berbangsa, yakni rasa yang lahir secara alamiah
karena adanya kebersamaan sosial yang tumbuh dari kebudayaan, sejarah, dan aspirasi
perjuangan masa lampau, serta kebersamaan dalam menghadapi tantangan sejarah masa kini.
Dinamisasi rasa kebangsaan ini dalam mencapai cita-cita bangsa berkembang menjadi wawasan
kebangsaan, yakni pikiran-pikiran yang bersifat nasional dimana suatu bangsa memiliki cita-cita
kehidupan dan tujuan nasional yang jelas. Berdasarkan rasa dan paham kebangsaan itu, timbul
semangat kebangsaan atau semangat patriotisme.

Wawasan kebangsaan mengandung pula tuntutan suatu bangsa untuk mewujudkan jati diri,
serta mengembangkan perilaku sebagai bangsa yang meyakini nilai-nilai budayanya, yang lahir
dan tumbuh sebagai penjelmaan kepribadiannya.

Rasa kebangsaan bukan monopoli suatu bangsa, tetapi ia merupakan perekat yang
mempersatukan dan memberi dasar keberadaan (raison dentre) bangsa-bangsa di dunia. Dengan
demikian rasa kebangsaan bukanlah sesuatu yang unik yang hanya ada dalam diri bangsa kita
karena hal yang sama juga dialami bangsa-bangsa lain.

Bagaimana pun konsep kebangsaan itu dinamis adanya. Dalam kedinamisannya, antar-
pandangan kebangsaan dari suatu bangsa dengan bangsa lainnya saling berinteraksi dan saling
mempengaruhi. Dengan benturan budaya dan kemudian bermetamorfosa dalam campuran
budaya dan sintesanya, maka derajat kebangsaan suatu bangsa menjadi dinamis dan tumbuh kuat
dan kemudian terkristalisasi dalam paham kebangsaan.

Paham kebangsaan berkembang dari waktu ke waktu, dan berbeda dalam satu lingkungan
masyarakat dengan lingkungan lainnya. Dalam sejarah bangsa-bangsa terlihat betapa banyak
paham yang melandaskan diri pada kebangsaan. Ada pendekatan ras atau etnik seperti Nasional-
sosialisme (Nazisme) di Jerman, atas dasar agama seperti dipecahnya India dengan Pakistan, atas
dasar ras dan agama seperti Israel-Yahudi, dan konsep Melayu-Islam di Malaysia, atas dasar
ideologi atau atas dasar geografi atau paham geopolitik, seperti yang dikemukakan Bung Karno
pada pidato 1 Juni 1945.

Terhadap pernyataan itu, Bung Hatta tidak sepenuhnya sependapat, terutama mengenai
pendekatan geopolitik itu :

Teori geopolitik sangat menarik, tetapi kebenarannya sangat terbatas. Kalau diterapkan
kepada Indonesia, maka Filipina harus dimasukkan ke daerah Indonesia dan Irian Barat
dilepaskan; demikian juga seluruh Kalimantan harus masuk Indonesia. Filipina tidak saja
serangkai dengan kepulauan kita.

Menurut Hatta memang sulit memperoleh kriteria yang tepat apa yang menentukan bangsa.
Bangsa bukanlah didasarkan pada kesamaan asal, persamaan bahasa, dan persamaan agama.
Menurut Hatta bangsa ditentukan oleh sebuah keinsyafan sebagai suatu persekutuan yang
tersusun jadi satu, yaitu keinsyafan yang terbit karena percaya atas persamaan nasib dan tujuan.
Keinsyafan yang bertambah besar oleh karena sama seperuntungan, malang yang sama diderita,
mujur yang sama didapat, oleh karena jasa bersama, kesengsaraan bersama, pendeknya oleh
karena peringatan kepada riwayat bersama yang tertanam dalam hati dan otak.

Pengertian tentang rasa dan wawasan kebangsaan tersebut di atas sebenarnya merupakan
pandangan generik yang menjelaskan bahwa rasa dan wawasan lahir dengan sendirinya di tengah
ruang dan waktu seseorang dilahirkan (Udin, 2008). Tidak salah bila pandangan generik itu
mengemukakan pentingnya menumbuhkan semangat kejuangan, rasa kebanggaan atas bumi dan
tanah air dimana seseorang dilahirkan dan sebagainya.

Wawasan kebangsaan merupakan jiwa, cita-cita, atau falsafah hidup yang tidak lahir
dengan sendirinya. Ia sesungguhnya merupakan hasil konstruksi dari realitas sosial dan politik
(sociallyand politicallyconstructed). Pidato Bung Karno atau perhatian Hatta mengenai wawasan
kebangsaan adalah bagian penting dari konstruksi elit politik terhadap bangunan citra (image)
bangsa Indonesia. Apa pun perbedaan pandangan elit tersebut, persepsi itu telah membentuk
kerangka berpikir masyarakat tentang wawasan kebangsaan.
Mengadopsi pemikiran Talcott Parsons mengenai teori sistem, wawasan kebangsaan dapat
dipandang sebagai suatu falsafah hidup yang berada pada tataran sub-sistem budaya Dalam
tataran ini wawasan kebangsaan dipandang sebagai way of life atau merupakan kerangka/peta
pengetahuan yang mendorong terwujudnya tingkah laku dan digunakan sebagai acuan bagi
seseorang untuk menghadapi dan menginterpretasi lingkungannya. Jelaslah, bahwa wawasan
kebangsaan tumbuh sesuai pengalaman yang dialami oleh seseorang, dan pengalaman
merupakan akumulasi dari proses tataran sistem lainnya, yakni sub-sistem sosial, sub-sistem
ekonomi, dan sub-sistem politik.

Pada tataran sub-sistem sosial berlangsung suatu proses interaksi sosial yang menghasilkan
kohesi sosial yang kuat, hubungan antar individu, antar kelompok dalam masyarakat yang
harmonis. Integrasi dalam sistem sosial yang terjadi akan sangat mewarnai dan mempengaruhi
bagaimana sistem budaya (ideologi/ falsafah/pandanngan hidup) dapat bekerja dengan
semestinya.

Sub-sistem ekonomi dan sub-sistem politik mempunyai kaitan yang sangat erat. Ada yang
mengatakan bahwa paham kebangsaan Indonesia tidak menempatkan bangsa kita di atas bangsa
lain, tetapi menghargai harkat dan martabat kemanusiaan serta hak dan kewajiban manusia.
Paham kebangsaan berakar pada asas kedaulatan yang berada di tangan rakyat. Oleh karena itu
paham kebangsaan sesungguhnya adalah paham demokrasi yang memiliki cita-cita keadilan
sosial, bersumber pada rasa keadilan dan menghendaki kesejahteraan bagi seluruh rakyat.

Namun demikian sangat dipahami bahwa pembangunan ekonomi bukan semata-mata


proses ekonomi, tetapi suatu penjelamaan dari proses perubahan politik dan sosial. Oleh karena
itu keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi tidak dapat lepas dari keberhasilan
pembangunan di bidang politik. Pada masa kini kita menyaksikan betapa pembangunan ekonomi
hanya dapat terjadi secara bekelanjutan di atas landasan demokrasi. Betapa bangsa yang
menganut sistem politik totaliter, dengan atau tanpa ideologi, atau dilandasi oleh ideologi
apapun, tidak bisa mewujudkan kesejahteraan dan tidak sanggup memelihara momentum
kemajuan yang telah dicapai. Sejarah membuktikan keikutsertaan rakyat dalam pengambilan
keputusan merupakan prasyarat bagi peningkatan kesejahteraan secara berkelanjutan.
Di sisi lain, ada pula yang mengatakan proses demokratisasi tidak akan berlangsung
dengan sendirinya tanpa faktor-faktor yang menkondisikannya. Dalam hal ini tingkat
kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh akan menentukan kualitas demokrasi. Masyarakat
yang belum terpenuhi kebutuhan hidupnya yang paling mendasar akan sulit dibayangkan dapat
ikut mempengaruhi secara aktif proses perumusan kebijaksanaan pada tingkat mana pun, faktor
ekonomi sangat menentukan. Dengan demikian, tingkat partisipasi politik rakyat sangat erat
kaitannya dengan tingkat kemajuan ekonominya. Jalan menuju demokrasi adalah pembangunan
ekonomi, seperti juga jalan menuju pembangunan ekonomi adalah demokrasi.

Ekonomi yang kuat yang antara lain tercermin pada tingkat pendapatan per kapita dan
tingkat pertumbuhan yang tinggi belum menjamin terwujudnya demokrasi yang sehat apabila
struktur ekonomi pincang dan sumber-sumber daya hanya terakumulasi pada sebagian sangat
kecil anggota masyarakat. Dengan demikian, upaya-upaya pemerataan pembangunan yang
sekarang diberikan perhatian khusus harus dipandang pula sebagai langkah strategis dalam
rangka pengejawantahan dari wawasan kebangsaan.

Dapat dipahami bila wawasan kebangsaan hanya tumbuh dan dapat diwujudkan dengan
energi yang diberikan oleh sub sistem lainnya. Sub-sistem politik akan memberikan energi
kepada bekerjanya sub-sistem ekonomi, untuk kemudian memberikan energi bagi sub-sistem
sosial dan pada akhirnya kepada sub-sistem budaya. Sebaliknya, apabila sub-sistem budaya telah
bekerja dengan baik karena energi yang diberikan oleh sub-sistem lainnya, maka sub-sistem
budaya ini akan berfungsi sebagai pengendali (control) atau yang mengatur dan memelihara
kestabilan bekerjanya sub-sistem sosial. Begitu seterusnya, sub-sistem sosial akan memberi
kontrol terhadap sub-sistem ekonomi, dan sub-sistem ekonomi akan bekerja sebagai pengatur
bekerjanya sub-sistem politik.

BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan
Wawasan kebangsaan dapat memberikan jaminan atas tercapainya kepentingan nasional
baik ke dalam maupun keluar. Hal ini berarti bahwa Wawasan Kebangsaan memberikan
gambaran dan arah yang jelas bagi kelangsungan hidup bangsa, sekaligus perkembangan
kehidupan bangsa dan Negara di masa depan. Sedangkan Pendidikan Kewarganegaraan adalah
membawa misi pendidikan moral bangsa, membentuk warga negara yang cerdas, demokratis,
dan berakhlak mulia, yang secara konsisten melestarikan dan mengembangkan cita-cita
demokrasi dan membangun karakter bangsa. Sedangkan visi pendidikan Kewarganegraan adalah
mewujudkan proses pendidikan yang terarah pada pengembangan kemaampuan individu,
sehingga menjadi warga Negara yang cerdas, partisipatif, dan bertanggung jawab. Dengan
demikian akan membentukwarga negara Indonesia yang didasarkan pada Pancasila dan karakter
positip masyarakat Indonesia. Dimensi manusia sebagai makhluk individual, makhluk sosial,
makhluk susila, dan makhluk religi dalam kedudukan kita sebagai warga Negara Indonesia,
hendaknya dikembangkan secara seimbang.

DAFTAR PUSTAKA

Komalasari, K. 2010. Pembelajaran kontekstual (konsep dan aplikasi). Bandung: PT Refika


Aditama.

Budimansyah, D. 2010. Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Membangun Karakter


Bangsa. Widya Aksara Press: Bandung.

Udin S. Winataputra . 2008. Multi Kulturalisme-Bhineka Tunggal Ika dalam Perspektif Pkn
Sebagai Wahana Pembangunan Karakter Bangsa Indonesia dalam “Acta Civicus”. Jurnal
Pendidikan Kewarganegaraan, Sekolah Pasca Sarjana UPI., Volume 2, No. 1 Oktober 2008

Winarno, Dwi. 2006. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan . Bumi Aksara, Jakarta

Yusra, Dhoni (ed). 2006. Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan
Kewarganegaraan. Graha Ilmu, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai