Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Warga negara memiliki peran yang vital bagi keberlangsungan
sebuah negara. Oleh karena itu, hubungan antara warga negara dan negara
sebagai institusi yang menaunginya memiliki aturan atau hubungan yang
diatur dengan peraturan yang berlaku di negara tersebut. Agar dapat memiliki
status yang jelas sebagai warga negara, pemahaman akan pengertian, sistem
kewarganegaraan serta hal-hal lain yang menyangkut warga negara
hendaknya menjadi penting untuk diketahui. Dengan memiliki status sebagai
warga negara, orang memiliki hubungan dengan negara. Hubungan ini
nantinya tercermin dalam peran, hak dan kewajiban secara timbal balik antara
warga negara dengan negaranya. Negara, setiap Individu mempunyai
kebebasan penuh untuk melaksanakan keinginannya. Dalam keadaan dimana
manusia di dunia masih sedikit hal ini bisa berlangsung tetapi dengan makin
banyaknya Manusia berarti akan semakin sering terjadi persinggungan dan
bentrokan antara Individu satu dengan lainnya.
Masalah Warga negara dan Negara perlu dikaji lebih jauh,
mengingat Demokrasi yang ingin ditegakkan adalah Demokrasi berdasarkan
Pancasila. Aspek yang terkandung dalam Demokrasi Pancasila antara lain
adalah adanya kaidah yang mengikat Negara dan Warga negara dalam
bertindak dan menyelenggarakan hak dan kewajiban serta wewenangnya.
Secara material adalah mengakui harkat dan martabat Manusia sebagai
makhluk Tuhan, yang menghendaki Pemerintahan untuk membahagiakannya,
dan memanusiakan Warga negara dalam Masyarakat Negara dan masyarakat
bangsa-bangsa.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Negara Dan Warga Negara
a. Negara
Negara adalah suatu daerah atau wilayah yang ada di permukaan
bumi yang didalamnya terdapat suatu pemerintahan yang mengatur
ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan keamanan, dan lain
sebagainya. Di dalam suatu negara minimal terdapat unsur-unsur negara
seperti rakyat, wilayah, pemerintah yang berdaulat serta pengakuan dari
negara lain. Ahmad Ubaidillah (2000: 76).
Selain pengertian tersebut. Adapun pengertian-pengertia negara
bedasarkan pendapat beberapa ahli, diantaranya adalah Ahmad Ubaidillah
(2000: 77) :
- Roger F. Soltau : Negara adalah alat atau wewenang yang mengatur
atau mengendalikan persoalan bersama atas nama masyarakat.
- Prof. R. Djokosoetono : Negara adalah suatu organisasi manusia atau
kumpulan manusia yang berada di bawah suatu pemerintahan yang
sama.
- Aristoteles : Negara adalah perpaduan beberapa keluarga mencakupi
beberapa desa, hingga pada akhirnya dapat berdiri sendiri sepenuhnya,
dengan tujuan kesenangan dan kehormatan bersama.
Persoalan yang paling mendasar antara hubungan negara dan
warga negara adalah masalah hak dan kewajiban. Negara dan warga
negara sama memiliki hak masing masing. Kesadaran akan hak dan
kewajiban angatlah penting, seseorang semestinya memiliki hak namun ia
tidak menyadarinya maka akan membuat peluang pihak lain untuk
menyimpangkannya. Pada bab ini akan membahas tentang pengertian hak
dan kewajiban, hak dan kewajiban negara dan warga negara menurut uud
1945, pelaksanaan hak dan kewajiban negara dan warga negara di negara
pancasila.
b. Warga Negara

2
Warga Negara adalah rakyat yang menetap di suatu wilayah dan rakyat
tertentu dalam hubungannya dengan Negara. Dalam hubungan antara
warga Negara dan Negara, warga negara mempunyai kewajiban-
kewajiban terhadap Negara dan sebaliknya warga Negara juga
mempunyai hak-hak yang harus diberikan dan dilindungi oleh Negara.
Endang Zaelani Sukaya dkk ( 2002: 23).
Dalam hubungan internasional di setiap wilayah Negara selalu
ada warga Negara dan orang asing yang semuanya disebut penduduk.
Setiap warga Negara adalah penduduk suatu Negara, sedangkan setiap
penduduk belum tentu warga Negara, karena mungkin seorang asing.
Sedangkan seorang asing hanya mempunyai hubungan selama dia
bertempat tinggal di wilayah Negara tersebut.

B. Hubungan Warga Negara dan Negara


Negara merupakan Organisasi sekelompok Orang yang bersama-
sama mendiami dan tinggal di satu wilayah dan mengakui suatu
pemerintahan. Unsur-unsur terbentuknya suatu negara secara konstitutif
adalah wilayah, rakyat, dan pemerintahan. Sesuai dengan UUD 1945 pasal 26
ayat 1, warga negara Indonesia adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan
orang-orang bangsa lain yang bertempat tinggal di Indonesia, dan mengakui
Indonesia sebagai tanah airnya dan bersikap setia kepada NKRI yang
disahkan dengan UU.
Indonesia menganut sistem Pemerintahan Demokrasi sesuai
dengan Pancasila. Dimana Warga Negaranya diberi kebebasan untuk
menyalurkan Aspirasinya tetapi tentunya dalam konteks yang positif. Sistem
demokrasi ini menandakan bahwa Indonesia sangat menghargai Warga
Negaranya sebagai mahluk ciptaan Allah SWT dan mengakui persamaan
derajat Manusia.
Sesuai dengan Pembukaan UUD 1945, Tujuan Negara Republik
Indonesia Dwi Winarno. ( 2006: 98):
1) Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia
2) Memajukan kesejahteraan umum

3
3) Mencerdaskan kehidupan bangsa
4) Ikut melaksanakan ketertiban dunia
Tidak akan ada Negara tanpa Warga Negara. Warga Negara
merupakan unsur terpenting dalam hal terbentuknya Negara. Warga Negara
dan Negara merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya
saling berkaitan dan memiliki hak dan kewajiban masing-masing yang berupa
hubungan timbal balik. Warga negara mempunyai kewajiban untuk menjaga
nama baik negara dan membelanya. Sedangkan negara mempunyai kewajiban
untuk memenuhi dan mensejahterakan kehidupan warga negaranya.
Sementara untuk hak, warga negara memiliki hak untuk
mendapatkan kesejahteraan dan penghidupan yang layak dari negara,
sedangkan negara memiliki hak untuk mendapatkan pembelaan dan
penjagaan nama baik dari Warga Negaranya.
Dapat disimpulkan bahwa hak negara merupakan kewajiban warga
negara dan sebaliknya kewajiban negara merupakan hak warga negara. Selain
itu, tentunya kita sebagai Warga Negara Indonesia yang baik, memiliki
banyak kewajiban yang harus kita laksanakan untuk Negara. Diantaranya
yang terpenting adalah mematuhi hukum-hukum yang berlaku. Negara
membuat suatu peraturan dan hukum, pasti bertujuan yang baik untuk
kelangsungan hidup dan tertatanya suatu Negara.
Hukum di Indonesia jika diklasifikasikan menurut wujudnya ada 2
Ahmad Ubaidillah, (2000: 19):
a. Hukum tertulis (UUD, UU, Perpu, PP)
b. Hukum tidak tertulis (Inpres, Kepres, Adat).
Dengan hak dan kewajiban yang sama setiap orang Indonesia tanpa
harus diperintah dapat berperan aktif dalam melaksanakan bela Negara.
Membela Negara tidak harus dalam wujud perang tetapi bisa diwujudkan
dengan cara yang mudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari seperti :
1) Ikut serta dalam mengamankan lingkungan sekitar (seperti Siskamling)
2) Ikut serta membantu korban bencana di dalam negeri
3) Belajar dengan tekun pelajaran atau mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan

4
4) Mengikuti kegiatan Ekstraklurikuler seperti Paskibra, PMR dan Pramuka.
Dan masih banyak lagi cara untuk membela negara. Selain itu
dengan melakukan kegiatan-kegiatan di atas, kita juga dapat menumbuhkan
rasa bangga dan cinta terhadap tanah air Indonesia.
Sikap saling menghargai antar warga negara dan negaranya
(pemerintah) sangat diperlukan untuk terciptanya dan terwujudnya tujuan
NKRI yang tercantum di UUD 1945. Apabila warga negara mematuhi hukum
dan peraturan negara, dan negara (pemerintah) menanggapi dan berusaha
untuk meningkatkan kesejahteraan negaranya, maka terwujudlah Indonesia
yang aman, tentram, damai, dan sejahtera. Marilah kita saling menghargai
satu sama lain demi Indonesia.

C. Kategori Hubungan Warga Negara Dengan Negara


Hubungan warga negara dengan negara dikategorikan sebagai
Azyumardi Azra, ( 2005: 54):
a. Hubungan yang bersift emosional.
Dalam wujud hubungan warga negara dengan negara yang
bersifat emosional , menumbuhkan nilai nilai pada setiap warga negara
dalam dirinya suatu sikap berupa kebanggaan terhadap bangsa dan
negara. Cinta akan negara dan bangsa dan rela berkorban untuk bangsa
dan negara.
b. Hubungan yang bersifat formal.
Dalam wujud hubungan warga negara dengan negara yang
bersifat formal, dibutuhkan seperangkat pengetahuan ilmu hukum,
ketatanegaraan, sejarah perjuangan bangsa, administrasi negara dan ilmu
politik yang membekali kesadaran hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
c. Hubungan yang bersifat fungsional.
Dalam wujud hubungan warga negara dengan negara yang
bersifat fungsional, lebih banyak menggambarkan peran, fungsi dan
pertisipasi warga negara dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

5
D. Teori Hubungan Warga Negara dan Negara
1. Pluralis
Kaum pluralis berpandangan bahwa negara itu bagaikan sebuah
arena tempat berbagai golongan dalam masyarakat berlaga. Masyarakat
berfungsi memberi arah pada kebijakan yang diambil negara. Pandangan
pluralis persis sebagaimana dikatakan Hobbes dan John Locke bahwa
masyarakat itu mendahului negara. Mayarakat yang menciptakan negara
dan bukan sebaliknya, sehingga secara normatif negara harus tunduk
kepada masyarakat Wibowo(2000: 13).
2. Marxis
Teori Marxis berpendapat bahwa negara adalah serangkaian
institusi yang dipakai kaum borjuis untuk menjalankan kekuasaannya.
Dari pandangan ini, sangat jelas perbedaannya dengan teori pluralis.
Kalau teori pluralis melihat dominasi kekuasan pada warga negara,
sedangkan teori Marxis pada negara. Seorang tokoh Marxis dari Italia,
Antonio Gramsci, yang memperkenalkan istilah hegemoni untuk
menjelaskan bagaimana negara menjalankan penindasan tetapi tanpa
menyebabkan perasaan tertindas, bahkan negara dapat melakukan kontrol
kepada masyarakat Wibowo(2000: 15).
3. Sintesis
Pandangan yang menyatukan dua pandangan tersebut adalah teori
strukturasi yang dikemukakan oleh Anthony Giddens. Ia melihat ada kata
kunci untuk dua teori di atas yaitu struktur untuk teori Marxis dan agensi
untuk Pluralis. Giddens berhasil mempertemukan dua kata kunci tersebut.
Ia berpandangan bahwa antara struktur dan agensi harus dipandang
sebagai dualitas (duality) yang selalu berdialektik, saling mempengaruhi
dan berlangsung terus menerus Wibowo(2000: 21).
Untuk menyederhanakan pandangan Giddens ini saya mencoba
mengganti istilah struktur sebagai negara dan agensi sebagai warga negara.
Negara mempengaruhi warga negara dalam dua arti, yaitu memampukan (
enabling ) dan menghambat (constraining ). Bahasa digunakan oleh
Giddens sebagai contoh. Bahasa harus dipelajari dengan susah payah dari

6
aspek kosakata maupun gramatikanya. Keduanya merupakan rules yang
benar-benar menghambat. Tetapi dengan menguasai bahasa ia dapat
berkomunikasi kepada lawan bicara tanpa batas apapun. Contoh yang
lebih konkrit adalah ketika kita mengurus KTP. Harus menyediakan waktu
khusus untuk menemui negara (RT, RW, Dukuh, Lurah dan Camat) ini
sangat menghambat, namun setelah mendapatkan KTP kita dapat melamar
pekerjaan, memiliki SIM bahkan Paspor untuk pergi ke luar negeri
Wibowo(2000: 22). Namun sebaliknya, agensi (warga negara) juga dapat
mempengaruhi struktur, misalnya melalui demonstrasi, boikot, atau
mengabaikan aturan. Istilah yang digunakan Giddens adalah dialectic
control.
Oleh karena itu dalam teori strukturasi yang menjadi pusat
perhatian bukan struktur, bukan pula agensi, melainkan social practice
(Wibowo, 2000: 22). Tiga teori ini kalau digunakan untuk melihat
hubungan negara dan warga negara dalam konteks hak dan kewajiban
sebagaimana yang tertuang dalam UUD 1945, maka lebih dekat dengan
teori strukturasi. Meskipun dalam UUD 1945 tidak secara eksplisit
menyebutkan hak negara, namun secara implisit terdapat dalam pasal-
pasal tentang kewajiban warga negara.
Negara memiliki hak untuk ditaati peraturannya dan hal itu terlihat
dalam social practice-nya. Negara dan warga negara masing-masing
memiliki hak dan kewajiban sesuai porsinya. Negara memiliki
kewenangan untuk mengatur warga negaranya, namun warga negara juga
memiliki fungsi kontrol terhadap negara. Contoh yang bisa
menggambarkan situasi tersebut adalah kebijakan pemerintah untuk
menaikkan Bahan Bakar Minyak (BBM). Beberapa kali pemerintah
menaikkan BBM karena alasan pertimbangan menyelamatkan APBN,
namun pada kesempatan lain atas desakan kuat dari masyarakat akhirnya
kenaikan BBM dibatalkan.

E. Asas, Sifat, Wujud Hubungan Negara dan Warga Negara


1) Asas Hubungan Warga Negara dengan Negara

7
Asas hubungan warga negara dengan negara ada 2 yaitu, asas
demokrasi dan asas kekeluargaan. Asas demokrasi meliputi Kaelan MS
dan Achmad Zubaidi (2007: 43):
- Pancasila
- Pembukaan UUD 1945 alinea III dan IV
- UUD 1945
- Pasal 33 UUD 1945
Asas Kekeluargaan mencakup isi Batang Tubuh UUD 1945 dan
Jiwa kekeluargaan dalam hukum adat dan pembangunan
2) Sifat Hubungan Warga Negara dengan Negara
a) Hubungan yang bersifat hukum
Hubungan hukum yang sederajat dan timbal balik, adalah sesuai
dengan elemen atau ciri-ciri negara hukum Pancasila , yang meliputi:
- Keserasian hubungan antara pemerintah dengan rakyat
berdasarkan asas kerukunan
- Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan
lembaga negara
- Prinsip fungsional yang proporsional antara kekuasaan
lembaga negara
- Prinisp penyelesaian snegketa secara musyawarah dan
peradilan merupakan sarana terakhir.
- Keseimbangan antara hak dan kewajiban Achmad Zubaidi
(2007: 90).
Di dalam pelaksanaan hubungan hukum tersebut harus di
sesuaikan juga dengan tujuan hukum di negara Pancasila yaitu ...
Memelihara dan mengembangkan budi pekerti kemanusiaan serta
cita-cita moral rakyat yang luhur berdasarkan ketuhanan yang maha
esa .
b) Hubungan yang bersifat politik
Kegiatan poliik (Peran politik) warga negara ldama bentuk
partisipasi (mempengaruhi pembuatan kebijaksanaan) dan dalam

8
bentuk subyek (terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan) misalnya :
Menerima perauran yang telah di tetapkan.
Sifat hubungan politik antara warganegara dengan
pemerintah di Indonesia yang berdasarkan kekeluargaan, akan dapat
menunjang terwujudnya pengambilan keputusan politik secara
musyawarah mufakat, sehingga kehidupan politik yang dinamis
dalam kestabilan juga masih terwujud.
3) Wujud Hubungan Warga Negara dengan Negara Achmad Zubaidi (2007:
91)
a) peran pasif, yakni merupakan kepatuhan terhadap peraturan
perudnang-undangan yang berlaku sebagai cermin dari seorang
warga negara yang taat dan patuh kepada negara. Contoh :
membayar pajak, menaati peraturan lalu lintas.
b) Peran aktif : yakni merupakan aktivitas warga negara untuk ikut
serta mengambil bagian dalam kehidupan bangsa dan negara Contoh
: memberikan Hak suara pada saat pemilu
c) Peran positif : yakni merupakan aktivitas warga negara untuk
meminta pelayanan dari negara / pemerintah sebagai konskeuensi
dari fungsi pemerintah sebagai pelayanan umum (public service.
Contoh : mendirikan lembaga sosial masyarakat LSM)
d) Peran Negatif, yakni merupakan aktivitas warga negara untuk
menolak campr tangan pemerintah dalma persoalan yang bersifat
pribadi.
Contoh : Kebebasan warga negara untuk memeluk ajaran agama
yang diyakininya.

F. Hubungan Peranan Warga Negara dengan Demokrasi Politik


Demokrasi merupakan sesuatu yang sangat penting, karena nilai
yang terkandung di dalamnya sangat diperlukan sebagai acuan untuk menata
kehidupan berbangsa dan bernegara yang baik. Demokrasi di pandang
penting karena merupakan alat yang dapat di gunakan untuk mewujudkan

9
kebaikan bersama atau masyarakat dan pemerintahannya yang baik ( good
society and good goverment ).
Nilai-nilai Demokrasi memang sangat menghargai martabat
manusia, namun pilihan apakah demokrasi liberal atau demokrasi yang lain
yang akan di terapkan hal ini tidak dapat lepas dari konteks masyarakat yang
bersangkutan. Nilai-nilai demokrasi menurut Sigmund Neuman adalah
Endang Zaelani Sukaya, (2010 : 43) :
Kebesaran domokrasi terletak dalam hal ia memberikan setiap
hari kepada manusia untuk mempergunakan kebebasannya serta dapat
memenuhi kewajiban sehingga menjadikan pribadi yang baik.
Henry B Mayo mengajukan beberapa nilai demokrasi antara lain :
Menyelesaikan pertikaian secara damai dan sukarela
Menjamin terjadinya perubahan secara damai
Pergantiaan penguasa dengan teratur
Penggunaan paksaan sedikit mungkin
Pengakuan terhadap nilai keanekaragaman
Menegakkan keadilan
Literatur ilmu politik pada umumnya memberikan konsep dasar
demokrasi. Apapun label yang di berikan kepadanya, Konsep demokrasi
selalu merujuk pada pemerintahan oleh rakyat. Menurut Henry B Mayo
Sistem politik yang demokratis ialah di mana kebijakan umum di tentukan
atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang di awasi oleh rakyat dalam
pemilihan-pemilihan berkala yang di dasarkan atas prinsip kesamaan politik
dan di selenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.
Dalam pandangan Lyman Tower Sargent Prinsip-prinsip demokrasi
meliputi Azyumardi Azra (2009 : 87) :
- Keterlibatan warga negara dalam perbuatan keputusan politik
- Tingkat persamaan tertentu di antara warga Negara
- Tingkat kebebasan atau kemerdekaan tertentu yang di akui dan di pakai
oleh warga Negara.
- Suatu sistem perwakilan.
- Suatu sistem pemilihan kekuasaan masyarakat.

10
- Dari berbagai pendapat di atas, tampak dua kata penting dalam prinsip
demokrasi tersebut, adalah persamaan dan kebebasan atau
kemerdekaan.
1. Persamaan
Mengandung 5 ( lima ) ide yang terpisah dalam kombinasi yang
berbeda yaitu persamaan politik di muka umum,
kesempatan,ekonomi, sosial atau hak.
2. Kebebasan atau Kemerdekaan
Mengacu pada kemampuan bertindak tanpa pembatasan-
pembatasan atau dengan pengengkangan yang terbatas pada
cara-cara khusus tertentu kemerdekaan biasanya mengacu
kepada kebebasan sosial dan politik. Sumber hak dapat
bersifat alamiah ( hak asas ) dan yang berasal dari pemerintah (
hak sipil ). Hak-hak sipil antara lain mencakup :
a) Hak untuk memilih/memberikan suara
b) Kebebasan berbicara
c) Kebebasan pers
d) Kebebasan beragama
e) Kebebasan bergerak
f) Kebebasan berkumpul
g) Kebebasan dari perlakuan sewenang-wenang oleh system
politik atau hukum

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam konteks Indonesia, istilah warga negara seperti yang tertulis
dalam UUD 1945 pasal 26 dimaksudkan: Warga negara adalah Bangsa
Indonesia asli dan bangsa lain yang disahkan undang-undang sebagai warga
negara.
Setiap negara berdaulat berwenang menentukan siapa-siapa yang
menjadi warga negara. Dalam menentukan kewarganegaraan seseorang,
dikenal dengan adanya asas kewarganegaraan berdasarkan kelahiran, asas
kewaraganegaraan berdasarkan perkawinan dan Asas kewarganegaraan
berdasarkan naturalisasi.
Sebagai warga negara yang baik kita wajib membina dan
melaksanakan hak dan kewajiban kita dengan tertib. Hak dan kewajiban
warga negara diatur dalam UUD 1945 yang meliputi.
a. Hak dan Kewajiban dalam Bidang Politik
b. Hak dan Kewajiban dalam Bidang Sosial Budaya
c. Hak dan Kewajiban dalam Bidang Hankam
d. Hak dan Kewajiban dalam Bidang Ekonomi
Sejumlah sifat dan karakter warga negara Indonesia adalah sebagai
berikut: Memiliki rasa hormat dan tanggung jawab, bersikap kritis,
melakukan diskusi dan dialog, bersikap terbuka, rasional, adil, jujur.

12
DAFTAR PUSTAKA
Azra, azyumardi. 2005. Pendidikan Kewargaan (Civic Education): Demokrasi,
HAM dan Masyarakat Madani. Jakarta: PRENADA MEDIA.
Winarno, dwi. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan: Paradigma Baru.Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Kaelan MS dan Achmad Zubaidi. 2007. Pendidikan
Kewarganegaraan.Yogyakartra: Paradigma.
Ubaidillah, Ahmad, (et al). 2000. Pendidikan Kewarganegaraan:Demokrasi,
HAM & Masyarakat Madani. Jakarta: IAIN Jakarta Press.
Sukaya, Endang Zaelani, dkk. 2002. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk
Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Paradigma.
Wibowo. 2000. Negara & Masyarakat, Jakarta :Gramedia

13

Anda mungkin juga menyukai