Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia dengan mayoritas penduduk muslim kini semakin mengenal

ekonomi syariah. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya pendirian

bank syariah baik dalam bentuk Bank Umum Syariah maupun dalam bentuk

BPRS atau Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Selain itu adanya landasan

yuridis dari pihak pemerintah Indonesia mengenai perbankan syariah juga

menjadi salah satu faktor yang menjadi penyebab pesatnya perkembangan

perbankan syariah di Indonesia.

Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berperan dalam

kegiatan perekonomian masyarakat yang berfungsi sebagai fasilitas penunjang

dalam melakukan transaksi keuangan. Menurut peraturan Bank Indonesia No.

9/7/PBI/2007 Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha

secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam

kegiatannya memberikan jasa lalu lintas pembayaran.

Dalam prinsip operasionalnya bank syariah menerapkan beberapa produk

yang sesuai dengan prinsip syariah. Beberapa produk yang popular dan sering

digunakan di perbankan syariah yaitu produk pembiayaan berdasarkan prinsip

jual beli barang dengan memperoleh keuntungan atau biasa disebut dengan al-

murābahah. Al-murābahah ini lebih popular dan sering digunakan karena

1
2

dirasa mudah diaplikasikan dan tidak terlalu rumit dibandingkan dengan

produk pembiayaan lain dalam perbankan syariah.1

Dalam hal ini bank bertindak sebagai penjual harus memberitahukan harga

asli dari produk yang akan diperjual-belikan kepada pembeli atau calon

nasabah dari bank syariah. Kemudian setelah bank memberitahu berapa harga

aslinya maka pihak bank syariah dan nasabah menentukan berapa besar tingkat

keuntungan yang akan diberikan kepada pihak bank syariah, dimana dalam

bank syariah hal keuntungan tersebut biasa disebut dengan margin murābahah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu karyawan PT. Bank

Syariah Mandiri, Tbk Padangsidimpuan, dimana sebagian besar menyalurkan

dananya melalui pembiayaan murābahah. Dimana kurang lebih 85 % PT. Bank

Syariah Mandiri, Tbk Padangsidimpuan menyalurkannya dalam akad

murābahah. Hal ini diakibatkan oleh beberapa faktor, yang paling utama

adalah kurangnya kemampuan masyarakat dalam mengelola atau

mengendalikan keuangannya sehingga masyarakat kurang berminat untuk

mengajukan pembiayaan lain seperti musyārakah. Selain itu faktor masyarakat

lebih banyak memilih pembiayaan murābahah karena masyarakat belum

terbiasa dengan bank syariah terutama dengan sistem bagi hasil.2

Namun, tingginya jumlah pembiayaan ini dan tidak ada bagi hasil secara

otomatis akan mengakibatkan tingginya risiko pada pembiayaan ini. Oleh

karena itu, PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk Padangsidimpuan tidak lepas dari

1
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani,
2001), hal. 101.
2
Aswin Siregar, Business Banking Relationship Manager, Wawancara di PT. Bank
Syariah Mandiri, Tbk Kantor Cabang Padangsidimpuan, tanggal 16 Maret 2018
3

fungsinya yaitu menyalurkan dananya kepada masyarakat dalam bentuk

pembiayaan. Dimana risiko tidak dapat dihindarkan, akan tetapi dapat

diantisipasi. Untuk mengantisipasi risiko tersebut tidak lepas dari penerapan

manajemen risiko yang baik dan penetapan mitigasi risiko yang sesuai dengan

karakteristik risiko tersebut.

Ketentuan manajemen risiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha

Syariah telah diatur dalam PBI No. 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan

Manajemen Risiko Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.3

Terdapat sepuluh jenis risiko yang dihadapi bank Islam yaitu risiko kredit,

risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko reputasi,

risiko strategis, risiko kepatuhan, risiko imbal hasil dan risiko investasi.4

Dimana tujuan dari manajemen risiko itu sendiri adalah sebagai berikut:

1. Menyediakan informasi tentang risiko kepada pihak regulator.

2. Memastikan bank tidak mengalami kerugian yang bersifat

unacceptable.

3. Meminimalisasi kerugian dari berbagai risiko yang bersifat

uncontrolled.

4. Mengukur eksposur dan pemusatan risiko.

5. Mengalokasikan modal dan membatasi risiko.5

3
A. Wangsawidjaja Z, Pembiayaan Bank Syariah (Jakarta:PT. Grarmedia PustakaUtama,
2012), hal. 86.
4
Imam Wahyudi dkk, Manajemen Risiko Bank Islam (Jakarta: Salemba Empat, 2013),
hal. 25.
5
Ibid, hal. 255.
4

Dengan manajemen risiko yang ada, adapun tujuan yang hendak dicapai

oleh PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk Padangsidimpuan adalah agar risiko-

risiko tersebut dapat diminimalkan, dan bila memungkinkan dihilangkan

sehingga tercipta efisiensi dan efektifitas yang akhirnya akan membantu dan

memudahkan dalam tercapainya tujuan perusahaan.

Adapun kualitas pembiayaan yang ada pada PT. Bank Syariah Mandiri,

Tbk Padangsidimpuan digolongkan ke dalam beberapa kategori (kolektibilitas

kredit). Kolektibilitas kredit adalah untuk mengetahui kualitas kredit sehingga

bank dapat mengantisipasi risiko kredit secara dini karena risiko kredit dapat

mempengaruhi kelangsungan usaha bank. Disamping itu penetapan

kolektibilitas kredit digunakan untuk meningkatkan cadangan potensi kerugian

akibat kredit bermasalah.

Kolektibilitas kredit merupakan kredit yang terdiri dari lancar, kurang

lancar, dalam perhatian khusus, diragukan, macet.6 Menurut Sutan Remy

Sjahdeni kredit bermasalah bisa disebabkan karena nasabah tidak dapat

memenuhi kewajibannya kepada bank sesuai dengan ketentuan yang telah

ditetapkan karena beberapa faktor, yaitu bisa berasal dari faktor-faktor intern

nasabah, faktor-faktor intern bank, dan atau karena faktor-faktor ekstern bank

dan nasabah”.7

Ferry N Idroes menyatakan risiko perlu dikelola karena hubungan antara

risiko dan hasil secara alami berkorelasi secara linier negatif. Dimana semakin

tinggi hasil yang diharapkan, dibutuhkan risiko yang semakin besar untuk

6
Ikatan Bangkir Indonesia, MemahamiBisnis Bank (Jakarta: Kompas Gramedia, 2013),
hal. 123.
7
A. Wangsawidjaja, Op.Cit, hal. 92.
5

dihadapi. Untuk itu, diperlukan upaya yang serius agar hubungan tersebut

menjadi kebalikannya, yaitu aktivitas yang meningkatkan hasil pada saat risiko

menurun”.8

Tabel I.1

Tingkat Pembiayaan dan NPF pada PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk

Cabang Padangsidimpuan

Tahun Total Pembiayaan NPF (%)


(Miliyaran Rupiah)
2013 153.000.000.000 3,33
2014 117.000.000.000 6,24
2015 105.000.000.000 6,47
2016 126.000.000.000 3,41
2017 141.000.000.000 1,48
Sumber : PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk Cabang Padangsidimpuan

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan pada tahun 2013 NPF sebesar

3.33%. kemudian pada tahun 2014 NPF mengalami peningkatan cukup besar

yaitu mencapai 6,24%, sampai tahun 2015 NPF masih mengalami peningkatan

sebesar 0.23%. Hingga pada tahun 2016 NPF mengalami penurunan sebesar

3.06%. Dan pada tahun 2017 NPF semakin membaik yaitu mengalami

penurunan sebesar 1.93% dengan besar NPF menjadi 1.48%.

Namun pada pembahasan ini peneliti melakukan fokus penelitian pada

mitigasi risiko yang dilakukan oleh PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk Cabang

Padangsidimpuan. Dimana apabila dana semakin banyak disalurkan maka akan

semakin tinggi risiko yang akan datang termasuk yang pada umumnya adalah

8
Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan : Pemahaman Pendekatan 3 Pilar
Kesepakatan Basel II (Jakarta: Rajawali Pers, 201), hal. 6.
6

risiko gagal bayar yang berpengaruh pada NPF bank tersebut. Namun

berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan pada saat total pembiayaan naik

akan tetapi NPF mengalami penurunan. Hal ini mungkin disebabkan oleh

mitigasi risiko diterapkan dengan baik yang otomatis akan berdampak pada

berkurangnya pembiayaan bermasalah. Jika pembiayaan bermasalah dapat

dikurangi maka kondisi bank akan lebih baik.

Risiko gagal bayar adalah risiko yang paling banyak terjadi setelah

pembiayaan diberikan kepada nasabah. Untuk itu respon yang dilakukan pihak

bank untuk menanggulangi risiko ini adalah dengan beberapa cara. Pertama,

melakukan komunikasi untuk memberitahukan nasabah atas tunggakan

kewajibannya. Kedua, bank akan melakukan penagihan kepada nasabah

apabila nasabah belum menanggapi pemberitahuan bank. Jika belum ada

tanggapan dari nasabah maka pihak bank dapat melakukan restrukturisasi yang

meliputi rescheduling dan restructuring. Rescheduling atau penjadwalan

kembali yaitu perubahan jadwal pembayaran kewajiban nasabah atau jangka

waktunya. Restructuring atau penataan kembali yaitu perubahan persyaratan

pembayaran dengan perubahan jadwal kembali, perubahan jumlah angsuran

dan perubahan jangka waktu. Apabila langkah ini juga tidak berhasil, langkah

terakhir yang diambil pihak bank adalah eksekusi jaminan untuk melunasi

kewajiban nasabah tersebut.9

Beberapa penelitian mengenai mitigasi risiko ini telah dilakukan oleh

beberapa peneliti diantaranya:

9
Aswin Siregar, Business Banking Relationship Manager, Wawancara di PT. Bank
Syariah Mandiri, Tbk Kantor Cabang Padangsidimpuan, tanggal 16 Maret 2018
7

Olga Chintya Octavia menyatakan bahwa:

Ada beberapa mitigasi risko pembiayaan yang dipersiapakan oleh PT.


Bank Muamalat Indonesia, Tbk Cabang Padangsidimpuan sebagai upaya
untuk meminimalisir risiko gagal bayar oleh debitur. Dan berdasarkan
hasil regresi, risiko pembiayaan (NPF) memberikan pengaruh positif
terhadap kualitas aktiva produktif (KAP). Berdasarkan perhitungan dengan
analisis korelasi diperoleh hasil bahwa NPF mempunyai hubungan yang
sangat kuat dengan KAP (pembiayaan) PT. Bank Muamalat Indonesia,Tbk
dari segi perhitungan uji signifikansi diperoleh hasil bahwa ada pengaruh
Non performing Financing terhadap Kualitas Aktiva Produktif.10

Mutia Sarayati menyatakan bahwa:

Strategi mitigasi risiko pembiayaan musyārakah Bank Muamalat,


diantaranya terdapat penetapan limit segmen pembiayaan terbatas pada
segmen retail, komersial dan korparat dan syarat-syarat tertentu dalam
pemberian pembiayaan; evaluasi mendalam pada usaha dan karakter
nasabah yang dibiayai; pengikatan jaminan utama berupa fixed asset dan
personal guarantee; menggunakan sistem bagi hasil reveneu sharing;
monitoring berkala; meningkatkan kompetensi karyawan; dan penggunaan
risk tool berupa Muamalat Early Warning System (MEWS) dan Internal
Customer Rating.11

Berdasarkan pemaparan di atas peneliti tertarik untuk mengangkat judul

penelitian yang berjudul “Analisis Mitigasi Risiko Pembiayaan Murābahah

Pada PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk Cabang Padangsidimpuan”.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka

penulis membatasi permasalahan ini pada proses pelaksanaan pemberiaan

produk pembiayaan murābahah di PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk

Padangsidimpuan, faktor-faktor yang menjadi penyebab timbulnya risiko pada

produk pembiayaan murābahah di PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk

10
Olga Chintya Octavia, Analisis Pengaruh Mitigasi Risiko Pembiayaan Terhadap
Kualitas Aktiva Produktif Pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk Cabang
Padangsidimpuan,(Skripsi, Institut Agama Islam Negeri Padangsidimpuan, 2014), hal. 85.
11
Mutia Sarayati, Strategi Mitigasi Risiko Pembiayaan Musyarakah Pada Bank Muamalat
Indonesia (Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015), hal. 105.
8

Padangsidimpuan dan mitigasi risiko yang terjadi pada pembiayaan murābahah

di PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk Padangsidimpuan.

C. Batasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap penelitian ini, peneliti

membatasi istilah yang sesuai dengan pokok pembahasan berupa:

1. Mitigasi (Mitigation) adalah pengurangan bahaya atau peringanan. Mitigasi

risiko artinya melakukan berbagai tindakan pencegahan agar tidak timbul

pembiayaan bermasalah. Dan seandainya permasalahan timbul pihak bank

akan lebih mudah dalam merespon permasalahan tersebut.

2. Risiko pembiayaan adalah ketidakmampuan seseorang atau badan usaha

dalam menyelesaikan kewajibannya yang mengakibatkan tidak kembalinya

pokok pembiayaan yang diberikan oleh kreditur. Hal ini akan berakibat

kepada kualitas kesehatan bank dan kelangsungan usaha tersebut. Risiko

bagi bank syariah dalam pemberian fasilitas pembiayaan adalah tidak

kembalinya pokok pembiayaan dan tidak mendapat imbalan, ujrah, atau

bagi hasil sebagaimana telah disepakati dalam akad pembiayaan antara

bank syariah dan nasabah penerima fasilitas.

3. Pembiayaan murābahah merupakan transaksi jual beli dimana bank

membiayai pembelian barang atau aset yang dibutuhkan oleh nasabahnya

dengan membeli terlebih dahulu barang itu dari pemasok barang.

Kemudian bank tersebut menjualnya kepada nasabah dengan

menambahkan suatu mark-up/margin atau keuntungan dimana nasabah

harus diberitahu oleh bank berapa harga beli bank dari pemasok dan
9

menyepakati berapa besar mark-up/margin yang ditambahkan ke atas

hargabeli bank tersebut. Kemudian nasabah memiliki kewajiban untuk

mengembalikan pokok tambah margin pembiayaan tersebut kepada bank

sesuai kesepakatan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pelaksanaan pemberian pembiayaan dengan akad

murābahah di PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk Cabang Padangsidimpuan?

2. Apa saja faktor-faktor yang menjadi penyebab timbulnya risiko pada

pembiayaan dengan akad murābahah PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk

Cabang Padangsidimpuan?

3. Bagaimana mitigasi risiko pada produk-produk pembiayaan dengan akad

murabāhah di PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk Cabang Padangsidimpuan?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk memperoleh gambaran empiris mengenai beberapa hal yaitu:

1. Untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan pemberian p embiayaan

dengan akad murābahah di PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk Cabang

Padangsidimpuan.

2. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang menjadi penyebab timbulnya

risiko pada pembiayaan yang menggunakan akad murābahah PT. Bank

Syariah Mandiri, Tbk Cabang Padangsidimpuan.


10

3. Untuk mengetahui bagaimana mitigasi risiko yang terjadi pada produk-

produk pembiayaan yang menggunakan akad murābahah di PT. Bank

Syariah Mandiri, Tbk Cabang Padangsidimpuan.

F. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan yang diharapkan dari peneliti adalah:

1. Bagi Peneliti

a. Sebagai sarana untuk memahami sistem keuangan dan perbankan

syariah, khusunya dalam penerapan mitigasi risiko pembiayaan

murābahah.

b. Sebagai alat dalam mengimplementasikan teori-teori yang diperoleh

selama kuliah.

2. Bagi IAIN Padangsidimpuan

a. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak IAIN pada umumnya

sebagai pengembangan keilmuan, khususnya di Fakultas Ekonomi Dan

Bisnis Islam.

b. Peneliti ini juga diharapkan menjadi referensi tambahan bagi peneliti

berikutnya, yang membahas hal sama dengan judul penelitian ini.

3. Bagi Bank Syariah Mandiri Cabang Padangsidimpuan

a. Sebagai bahan referensi dalam menganalisis ulang mengenai penerapan

mitigasi risiko pada PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk Cabang

Padangsidimpuan.

b. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang

berguna bagi manajemen bank.

Anda mungkin juga menyukai