Anda di halaman 1dari 38

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Tentang PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk Cabang

Padangsidimpuan

1. Sejarah PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk Cabang Padangsidimpuan

Nilai-nilai perusahaan yang menjunjung tinggi kemanusiaan dan

integritas telah tertanam kuat pada segenap insan PT. Bank Syariah

Mandiri (BSM) sejak awal pendiriannya. Kehadiran Bank Syariah Mandiri

sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan hikmah sekaligus berkah

pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998 telah menimbulkan beragam

dampak negatif terhadap seluruh kehidupan masyarakat, tidak terkecuali

dunia usaha.

Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional yang didominasi

oleh bank konvensional mengalami krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya

mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan merekapitalisasi

sebagian bank-bank di Indonesia. Salah satu bank konvensional PT. Bank

Susila Bakti (BSB) juga terkena dampak krisis. Bank Susila Bakti

berusaha keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya merger

dengan beberapa bank lain serta mengundang investor asing. Sebagai

tindak lanjut dari keputusan merger, PT. Bank Mandiri melakukan

konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah.1

1
http://www.syariahmandiri.co.id/category/info-perusahaan/. Diakses pada tanggal 10
Juli, puku 09:45.

44
45

PT. Bank Syariah Mandiri merupakan bank milik pemerintah yang

melandaskan operasionalnya pada Al-Quran dan hadis. PT. Bank Syariah

Mandiri berasal dari Bank Susila Bakti, sebagai salah satu anak

perusahaan di lingkup PT. Bank Mandiri, yang kemudian dikonversikan

menjadi bank syariah.2

Rencana perubahan PT. Bank Mandiri untuk mengubah Bank Susila

Bakti menjadi bank syariah sejalan dengan keinginan PT. Bank Mandiri

untuk membentuk unit syariah. Sehingga pada tanggal 25 Oktober 1999,

Bank Indonesia melalui Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No.

1/24/KEP.BI/1999 telah memberikan ijin perubahan kegiatan usaha

konvensional menjadi kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah kepada

Bank Susila Bakti. Selanjutnya dengan Keputusan Deputi Gubernur Senior

Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/1999 tanggal 25 Oktober 1999, Bank

Indonesia telah menyetujui perubahan nama Bank Susila Bakti menjadi

PT. Bank Syariah Mandiri. Sehingga pada hari Senin tanggal 25 Rajab

1420 H atau tanggal 1 November 1999 merupakan hari pertama

beroperasinya PT. Bank Syariah Mandiri.3

Setelah beberapa uraian mengenai PT. Bank Syariah Mandiri secara

umum. Maka PT. Bank Syariah Mandiri Padangsidimpuan berdiri dan

beroperasi pada bulan April 2004 dan diresmikan oleh wakil presiden pada

masa itu oleh Bapak Hamzah Haz. PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk Cabang

Padangsidimpuan tumbuh menjadi bank yang memadukan dua konsep

2
Muhammad Syafi’i Antonio, Loc. Cit, hal. 26.
3
http://danasyariah.wordpress.com/2009/07/17/sejarah-bank-syariah-mandiri/ di akses
pada tanggal 10 Juli, pukul 09:50.
46

perbankan, yaitu idealisme usaha dan nilai rohani dan perpaduan inilah

yang menjadi salah satu nilai lebih dari PT. Bank Syariah Mandiri. PT.

Bank Syariah Mandiri hadir untuk membangun Indonesia menjadi lebih

baik.

2. Visi dan Misi PT. Bank Syariah Mandiri

PT. Bank Syariah Mandiri membuat visi dan misi dalam perusahaan

untuk dapat melakukan kegiatan perbankan sesuai dengan target atau

tujuan yang akan dicapai. Adapun visi dan misi PT. Bank Syariah Mandiri

adalah sebagai berikut:

a. Visi Bank Syariah Mandiri

“Bank Syariah Terdepan dan Modren”

Bank Syariah Terdepan:Menjadi Bank Syariah yang selalu unggul

diantara pelaku industri Perbankan Syariah di Indonesia pada segmen

consumer, micro, SME, commercial dan corporate.

Bank Syariah Modren:Menjadi Bank Syariah dengan sistem

layanan dan teknologi mutakhir yang melampaui harapan nasabah.

b. Misi PT. Bank Syariah Mandiri

1) Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan di atas rata-rata industri

yang berkesinambungan.

2) Meningkatkan kualitas produk dan layanan berbasis teknologi yang

melampaui harapan nasabah.

3) Mengutamakan penghimpunan dana murah dan penyaluran

pembiayaan pada segmen ritel.


47

4) Mengembangkan bisnis atas dasar nilai-nilai syariah universal.

Mengembangkan manajemen talenta dan lingkungan kerja yang

sehat.

5) Meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan.

3. Produk-produk pada PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk Cabang

Padangsidimpuan

Adapun produk dan jasa keuangan yang ditawarkan oleh Bank

Syariah Mandiri Cabang Padangsidimpuan adalah sebagai berikut:

Tabel VI.1

Produk dan Jasa pada PT. Bank Syariah Mandiri

No. Jenis Produk Nama Akad


Mudhārabah
a. Tabungan BSM
Mutlhlaqah
b. BSM Tabungan Ijarāh
Mabrur
c. BSM Tabungan Mudhārabah
Investa Muthlaqah
Cendekia
Penghimpunan
1. d. BSM Tabungan Mudhārabah
Dana
Berencana Muthlaqah
e. BSM Tabungan Wadiah
Simpatik
f. TabunganKu Wadiahyad dhamanah
g. BSM Deposito Mudhārabah
Muthlaqah
h. BSM Giro Wadiah yad dhamanah
a. Pembiayaan Qard, rahn dan ijarāh
Rahn Emas
BSM
b. Pembiayaan Murābahah
Penyaluran Cicil Emas
2.
Dana c. Pembiayaan Murābahah
Usaha Mikro
Tunas (PUM
Tunas)
d. Pembiayaan Murābahah
48

Usaha Mikro
Madya (PUM-
Madya)
e. Pembiayaan Murābahah
Usaha Mikro
Utama (PUM-
Utama)
f. Pembiayaan Murābahah
BSM Alat
Kesehatan
g. Pembiayaan Murābahah atau Ijarāh
Kepada
Pensiunan
h. Pembiayaan Murābahah
Griya BSM
i. BSM Murābahah
Pembiayaan
Kendaraan
Bermotor
j. BSM Implan Untuk karyawan tetap
perusahaan
Jasa Layanan:
a. BSM Net Layananmelalui
Banking jaringan internet
b. BSM Mobile Layanan melalui mobile
Banking banking
c. BSM ATM Mesin ATM untuk
nasabah
d. BSM Sentra Untuk pembayaran
Bayar tagihan pelanggan
e. BSM SMS Layanan berbasis
Banking teknologi seluler
f. BSM Call Untuk mendapatkan
3. Jasa-jasa Lain
14040 informasi terkait
layanan perbankan
g. BSM Card Sebagai kartu ATM dan
kartu debit serta untuk
mendapatkan diskon di
ratusan merchant
h. BSM Notifikasi Untuk memberikan
informasi segera dari
setiap mutasi transaksi
nasabah melalui sms
atau email
i. BSM Jual Beli Pertukaran mata uang
49

Valas
j. BSM Electronic Untuk pembayaran gaji
Payroll
k. Transfer Uang Untuk pengiriman uang
Tunai tunai
l. BSM Transfer Untuk pengiriman lintas
Lintas Negara negara
Western Union
Jasa Operasional:
a. BSM Kliring Penagihan warkat
dalam satu wilayah
kliring
b. BSM Inkaso Penagihan warkat
dengan berbeda daerah
kliring
c. BSM Intercity Penagihan warkat di
Clearing luar wilayah kliring
dengan cepat
d. BSM RTGS Jasa transfer uang
(Real Time valuta rupiah antar bank
Gross baik dalam satu kota
Settlement) maupun dalam kota
yang berbeda secara
real time
e. Transfer dalam Jasa pemindahan dana
Kota (LLG) antar bank dalam satu
wilayah kliring lokal
f. BSM Transfer Transfer valas dari
Valas nasabah BSM ke
nasabah bank lain baik
dalam atau luar negeri
g. BSM Pajak Bayar pajak melalui
Online bank dan dapat dengan
mendebet rekening
h. BSM Referensi Surat keterangan yang
Bank diterbitkan oleh BSM
atas dasar permintaan
dari nasabah untuk
tujuan tertentu
i. BSM Standing Untuk memindahkan
Order dari suatu rekening ke
rekening lainnya secara
berulang-ulang
j. BSM Payment Layanan transaksi
Point payment point di BSM
dapat dilakukan oleh
50

nasabah di setiap outlet


atau di ATM
Sumber: www.syariahmandiri.co.id

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa PT. Bank

Syariah Mandiri telah menjalankan fungsinya sebagai sebuah bank, yang

terdiridari kegiatan penghimpun dana dari masyarakat yang surplus dan

menyalurkan dana melalui pembiayaan kepada masyarakat yang defisit

serta menyediakan jasa-jasa lain, sedangkan yang menjadi fokus masalah

dalam penelitian ini adalah semua pembiayaan yang menggunakan akad

murābahah.

4. Struktur Organisasi PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk Cabang

Padangsidimpuan

Seperti perusahaan lainnya, PT. Bank Syariah Mandiri Kantor

Cabang Padangsidimpuan juga memiliki struktur organisasi yang terarah

sehingga memudahkan dalam melaksanakan tugas serta taggungjawab.

Struktur organisasi merupakan gambaran suatu perusahaan secara

sederhana memperlihatkan wewenang dan tanggungjawab baik secara

vertical maupun horizontal serta memberikan gambaran tentang satuan-

satuan kerja dalam suatu organisasi dan menjelaskan hubungan-

hubungan yang ada untuk membentuk pemimpin atau ketua umum dalam

mengidentifikasi, mengkoordinir tingkatan dan seluruh fungsi yang ada

dalam suatu organisasi.

Sturuktur organisasi merupakan alat untuk mencapai tujuan suatu

perusahaan dalam memudahkan komunikasi serta kontrol atas semua


51

aktifitas yang bertanggung jawab dalam tugas wewenang dalam

perusahaan masing-masing bagian. Berikut ini merupakan gambaran

struktur organisasi pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang

Padangsidimpuan.

Gambar IV.1

BRANCH MANAGER
M. Husni Arif

BOSM MICRO BANKING BBRM CBRM


Ismardiana MANAGER Aswin Eka
Hutabarat Risna Handayani

TELLER
Kiki
Devi
Halimah MFA MFS
Anita Rahman Reza

CUSTOMER SERVIS
Dela
Fatma

BACK OFFICE
Made

DRIVER OB SECURITY

Sumber: PT.Bank Syariah Mandiri, tbk Cabang Padangsidimpuan


52

5. Pembiayaan Murābahah pada PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk

Cabang Padangsidimpuan

a. Pengertian Pembiayaan Murābahah

Berdasarkan wawancara dengan pihak pemasaran, pengertian

pembiayaan murābahah tidak berbeda dengan pengertian murābahah

secara umum. Pembiayaan murābahah merupakan fasilitas

pembiayaan dengan prinsip jual beli barang dengan harga beli

ditambah keuntungan (margin) yang disepakati oleh kedua pihak yaitu

penjual dan pembeli. Dimana Bank Syariah Mandiri sebagai penjual

dan nasabah sebagai pembeli yang pembayarannya dilakukan dengan

angsuran.

Tujuan dari pembiayan murābahah ini yaitu untuk memenuhi

kebutuhan nasabah dalam memperoleh barang untuk konsumsi

ataupun sarana produksi.

b. Produk Pembiayaan dengan Akad Murābahah

1) Produk Pembiayaan Cicil Emas

BSM Cicil Emas adalah fasilitas yang disediakan oleh BSM

untuk membantu nasabah untuk membiayai

pembelian/kepemilikan emas berupa lantakan (batangan) dengan

cara mudah punya emas dan menguntungkan. Pembiayaan cicil

emas menggunakan akad Murābahah (di bawah tangan).

Pengikatan agunan dengan menggunakan akad rahn (gadai).


53

2) Pembiayaan Usaha Mikro Tunas (PUM Tunas)

Produk pembiayaan usaha mikro tunas yang diluncurkan oleh

Bank Syariah Mandiri (BSM). Produk ini melimitkan pembiayaan

sampai 100 juta, dan semua orang bisa mengajukan asalkan

termasuk dalam golongan karyawan tetap (Golbertap) baik

Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun swasta. Tujuan pembiayaan

ini memudahkan nasabah mendapatkan pinjaman dana

pengembangan usaha secara syariah.

Dimana batas pembiayaan minimal Rp2.000.000 (dua juta

rupiah) sampai dengan Rp10.000.000 (sepuluh juta rupiah).Dengan

jangka waktu maksimal 36 bulan dan biaya administrasi sesuai

ketentuan BSM.

3) Pembiayaan Usaha Mikro Madya (PUM-Madya)

Pembiayaan usaha mikro madya ini memberikan kemudahan

bagi nasabah dalam mendapatkan pinjaman untuk pengembangan

usahanya. Dengan syarat termasuk dalam golongan karyawan tetap

(Golbertap) baik Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun swasta.BSM

menyediakan pinjaman bagi masyarakat pengelola usaha kecil dan

menengah untuk mengembangkan usaha produktif. Pihak BSM

sebagai penyedia modal akan melakukan survei dan penilaian

kepada calon peminjam terhadap prospek usaha yang dilakukan.

Limit pembiayaan ini di atas Rp10.000.000 (sepuluh juta

rupiah) sampai dengan Rp50.000.000 (lima puluh juta rupiah).


54

Dengan jangka waktu maksimal 36 bulan dan biaya administrasi

sesuai ketentuan BSM.

4) Pembiayaan Usaha Mikro Utama (PUM-Utama)

Pembiayaan usaha mikro utama ini lebih besar dibandingkan

pembiayaan usaha mikro tunas dan usaha mikro madya. Dimana

limit pembiayaan di atas Rp50.000.000 (lima puluh juta rupiah)

sampai dengan Rp100.000.000 (seratus juta rupiah). Dengan jangka

waktu: maksimal 48 bulan dan biaya administrasi sesuai ketentuan

BSM.

5) Pembiayaan BSM Alat Kesehatan

Pembiayaan BSM Alat kesehatan adalah pemberian fasilitas

pembiayaan kepada para profesional di bidang kesehatan yang

memenuhi persyaratan Bank untuk pembelian peralatan baru/bekas

penunjang kerja.4

6) Pembiayaan Kepada Pensiunan

Pembiayaan kepada Pensiunan merupakan penyaluran

fasilitas pembiayaan konsumer (termasuk untuk pembiayaan

multiguna) kepada para pensuinan, dengan pembayaran angsuran

dilakukan melalui pemotongan uang pensiun langsung yang

diterima oleh bank setiap bulan (pensiun bulanan). Akad yang

digunakan adalah akad murābahah atau ijarāh. Dengan jumlah

4
https://www.syariahmandiri.co.id/business-banking/small-banking/pembiayaan-
program-khusus/pembiayaan-alat-kesehatan. Diakses pada tanggal 19 Juli 2018 pukul 10:23.
55

pembiayaan maksimal Rp100.000.000 dan jangka waktu

pembiayaan 1 (satu) sampai dengan 3 (tiga) tahun.5

7) Pembiayaan Griya BSM

Pembiayaan Griya BSM adalah pembiayaan jangka pendek,

menengah, atau panjang untuk membiayai pembelian rumah tinggal

(konsumer), baik baru maupun bekas, di lingkungan developer

dengan sistem murābahah.6

8) BSM Pembiayaan Kendaraan Bermotor

BSM Pembiayaan Kendaraan Bermotor (PKB) merupakan

pembiayaan untuk pembelian kendaraan bermotor dengan sistem

murābahah. Pembiayaan yang dapat dikategorikan sebagai

Pembiayaan Kendaraan Bermotor adalah jenis kendaraan adalah

mobil dalam kondisi kendaraan baru. Dimana untuk kendaraan

baru, jangka waktu pembiayaan hingga 5 tahun.

B. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Prosedur Pemberian Pembiayaan Pada Akad Murābahah

Menurut wawancara yang dilakukan dengan seksi pemasaran,

sebelum pembiayaan diberikan kepada nasabah terlebih dahulu nasabah

tersebut mengajukan permohonan pembiayaan dengan memenuhi beberapa

persyaratan ataupun ketentuan yang telah ditetapkan. Adapun syarat-syarat

umum pembiayaan murābahah yaitu:

5
https://www.bsm.co.id/consumer-banking/pembiayaan-konsumen/pembiayaan-kepada-
pensiunan. Diakses pada tanggal 19 Juli 2018 pukul 10:26.
6
https://www.syariahmandiri.co.id/consumerbanking/pembiayaankonsumen/pembiayaan-
griya-bsm. Diakses pada tanggal 19 Juli 2018 pukul 10:29.
56

a. Perorangan

1) Fotokopi KTP pemohon dan istri/suami serta memiliki penghasilan

untuk membayar angsuran pengembalian pembiayaan.

2) Apabila pembiayaan untuk tujuan investasi maka harus

melampirkan fotokopi domisili usaha dari kepala kelurahan atau

desa.

3) Jangka waktu pengembalian maksimal 5 tahun.

4) Menyetorkan uang muka sebesar 20% dari harga perolehan.

5) Fotokopi surat agunan.

6) Memenuhi kriteria persyaratan prosedur pembiayaan murābahah

yang telah ditetapkan bank.

b. Perusahaan

1) Memiliki izin usaha beserta fotokopi yang diperlukan untuk

menguatkan keberadaan usaha tersebut.

2) Menyetorkan uang muka 20%.

3) Fotokopi NPWP untuk pembiayaan di atas Rp. 10.000.000

4) Fotokopi surat agunan.

5) Analisis pembiayaan difokuskan pada kemampuan usaha.

Adapun prosedur pemberian pembiayaan murābahah pada Bank

Syariah Mandiri Cabang Padangsidimpuan merupakan langkah pertama

dalam hal mendapatkan informasi keperluan calon nasabah hingga

pembiayaan calon nasabah tersebut dapat disetujui, adapun prosedurnya

yaitu sebagai berikut:


57

a. Seksi pemasaran melakukan wawancara awal dengan calon nasabah

yang mengajukan pembiayaan untuk mengetahui keperluan nasabah

serta memperoleh kondisi kemampuan keuangan calon nasabah serta

memvalidkan apakah data pemohon sesuai dengan standar operasional

yang ditetapkan.

b. Calon nasabah memberikan dokumen-dokumen yang diperlukan dalam

persyaratan permohonan pembiayaan murābahah kepada seksi

pemasaran. Dokumen yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1) Data keuangan

2) Fotokopi KTP

3) Fotokopi NPWP, SIUP dan lain lain

4) Fotokopi dokumen jaminan

5) Dan dokumen lain yang diperlukan

c. Seksi pemasaran memeriksa kelengkapan berkas-berkas permohonan

calon nasabah. Bila kurang lengkap, maka dikembalikan kepada calon

nasabah untuk dilengkapi.

d. Seksi pemasaran melakukan BI Cheking untuk mengetahui apakah

pemohon telah memiliki fasilitas pembiayaan pada bank lain dan

kualitasnya.

e. Bank melakukan konfirmasi dan survei ditempat usaha dan atau lokasi

investasi untuk memastikan kebenaran dan keakuratan data dari

informasi wawancara.
58

f. Setelah data diperoleh proses selanjutnya bank melakukan analisis

pembiayaan yang mencakup:

a. Data nasabah

b. Data tempat bekerja

c. Data pembiayaan

d. Data pendapatan penghasilan

Dalam menerapkan analisis pembiayaan bank mengenali

usaha/bisnis nasabah melalui seksi administrasi dan penyelamatan

pembiayaan. Pihak bank menganalisa mengenai sifat dan karakteristik

bisnis nasabah, fase pertumbuhan dan perkembangan bisnis nasabah.

Pihak administarsi dan penyelamatan pembiayaan harus melakukan BI

Cheking untuk mengetahui kondisi nasabah. Apabila tergolong

bermasalah maka harus segera direkomendasikan penolakannya kepada

pihak seksi pemasaran.

g. Pembiayaan dikatakan layak jika semua penilaian analisis data bank

telah terpenuhi dan yakin bahwa nasabah dapat membayar angsuran

pembiayaan dnegan sumber dana yang dimiliki sampai dinyatakan

lunas oleh bank.

h. Jika berdasarkan analisis pemohon layak menerima fasilitas

pembiayaan murābahah maka bank menghubungi kembali nasabah

untuk melengkapi persetujuan pembiayaan murābahah dengan

menandatangani di atas materai.


59

i. Jika berdasarkan analisis bank nasabah tidak layak menerima fasilitas

pembiayaan murābahah, maka pihak bank menghubungi kembali

nasabah dengan bahasa santun tanpa memberikan alasan penolakan

pembiayaan.

Adapun tahap selanjutnya adalah proses pencairan dana pembiayaan.

a. Bank memastikan bahwa nasabah telah menerima dan menandatangani

formulir pencairan fasilitas pembiayaan murābahah, kemudian

meminta dokumen asli jaminan serta menghadirkan pemilik jaminan

yang diserahkan kepada seksi administrasi dan penyelamatan

pembiayaan untuk dilakukan pengecekan atas kebenaran dokumen

jaminan tersebut.

b. Akad pembiayaan murābahah dan jadwal angsuran ditandatangani oleh

nasabah dan pimpinan cabang yang disaksikan oleh pihak Notaris.

c. Melengkapi asuransi pembiayaan pada objek perjanjian dan asuransi

jiwa bagi nasabah.

d. Untuk pengadaan barang melalui nasabah maka dana pencairan tersebut

disetorkan ke rekening nasabah. Bank mengarahkan kepada nasabah

yang akan melakukan pencairan pembiayaan untuk membuka rekening

di Bank Syariah Mandiri, apabila nasabah tersebut belum memiliki

rekening di Bank Syariah Mandiri Cabang Padangsidimpuan.


60

2. Faktor-Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah pada Pembiayaan

Murābahah di PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk Cabang

Padangsidimpuan

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah satu karyawan

Bank Syariah Mandiri yang merupakan faktor-faktor penyebab terjadinya

pembiayaan bermasalah pada PT. Bank Syariah Mandiri disebabkan oleh

dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari Bank Syariah

Mandiri sendiri yang dipicu oleh:

a. Kelemahan Dalam Analisis

Pihak Bank Syariah Mandiri kurang teliti atau salah dalam

menganalisis dan melakukan penilaian kelayakan pembiayaan

sehingga tidak sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Ataupun

karena memang adanya iktikad tidak baik dari calon nasabah dimana

nasabah memanipulasi laporan keuangannya atau kondisi usahanya.

b. Jumlah Pembiayaan Yang Direalisasikan

Tidak seimbangnya antara jumlah realisasi pembiayaan dengan

kebutuhan riel nasabah. Secara umum, kondisi ini disebut sebagai

under-financing (pembiayaan di bawah kebutuhan nasabah dan over-

financing (pembiayaan melebihi dari keperluan nasabah). Dalam

kondisi under-financing, nasabah kesulitan dalam mengembangkan

usahanya sehingga mencari tambahan modal dari pihak lain sebagai

solusinya. Konsekuensinya, nasabah harus membayar dua buah


61

angsuran dalam waktu bersamaan. Ketika pengembangan usahanya

tidak berjalan baik, nasabah mengalami kesulitan untuk melunasi

angsuran pembiayaannya.

Sedangkan jika terjadi over-financing, nasabah menggunakannya

untuk keperluan di luar usaha sehingga nasabah kesulitan untuk

mengembalikannya karena besarnya modal tidak seimbang dengan

keuntungan yang diperoleh.

Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang terdapat dari

luar perusahaan atau dari nasabah itu sendiri yang dipicu oleh:

c. Adanya Iktikad yang Tidak Baik dari Nasabah

Tidak semua debitur mempuyai iktikad baik pada saat mengajukan

pembiayaan ataupun pada saat pembiayaan yang diberikan sedang

berjalan. Iktikad tidak baik inilah memang sulit untuk diketahui dan

dianalisis oleh pihak bank, karena hal ini menyangkut soal moral

ataupun akhlak dari debitur. Fakta lapangan menunjukkan sebagian

nasabah terjun ke usaha tertentu bukan didasarkan pada keahlian

profesionalnya, tetapi hanya ikut-ikutan ketika melihat keberhasilan

orang lain. Dan debitur saat mengajukan pembiayaan menutup-nutupi

keburukan keuangan perusahaannya dan hanya mengharapkan dana

segar dari bank, atau debitur memberikan data keuangan palsu atau

berbagai tindakan-tindakan lainnya.


62

d. Pendapatan Nasabah yang Menurun

Dimana nasabah mengalami kekurangan dana yang disebabkan

pendapatan nasabah yang semakin menurun, penghasilan pendapatan

menurun sehingga terjadi pembiayaan macet ataupun penunggakan

dalam pembayaran pembiayaan.

e. Musibah yang dialami oleh nasabah yang tidak dapat diperkirakan

atau perubahan iklim yang tidak dapat diperhitungkan.

C. Mitigasi Risiko Pembiayaan Murābahah di PT. Bank Syariah Mandiri,

Tbk Cabang Padangsidimpuan

Mitigasi yang dilakukan pihak Bank Syariah Mandiri ada beberapa

cara, secara umum adalah sebagai berikut:

a. Memfokuskan Penerapan Analisis 5C

PT. Bank Syariah Mandiri dalam menyalurkan pembiayaan dengan

menerapkan prinsip kehati-hatian. Hal ini dilihat dari penerapan analisis 5C

sebelum pemberian pembiayaan. Berikut ini penerapan analisis 5C pada

Bank Syariah Mandiri Padangsidimpuan:

1) Character

Analisa ini tidak dapat dideteksi secara numerik, analisa ini

merupakan pintu utama dalam pemberian pembiayaan.Watak, sikap, dan

kepribadian merupakan hal yang dinilai dalam aspek ini. Salah dalam

penilaian ini akan berakibat fatal pada kualitas pembayaran calon

nasabah nanti setelah pencairan apabila nasabah memiliki iktikad tidak

baik sejak awal.


63

Penilaian ini dilakukan mulai dari proses wawancara awal dengan

calon nasabah. Selain itu, pihak bank akan mendatangi lokasi calon

nasabah dan mencari informasi mendalam mengenai calon nasabah

melalui tetangga ataupun orang-orang di sekitar calon nasabah tersebut.

2) Capital

Modal merupakan hal penting dalam pemberian pembiayaan.

Kecukupan modal dari calon nasabah menentukan kesanggupan nasabah

nanti dalam membayar angsurannya sampai lunas. Kecukupan modal ini

dilihat dari laporan keuangan yang akan diminta oleh pihak bank pada

saat wawancara atau pada saat pengajuan permohonan pembiayaan.

3) Capacity

Penilaian kapasitas ini dilihat dari kemampuan si calon nasabah

dalam mengelola usahanya dan memperoleh laba yang merupakan faktor

penting juga terhadap kemampuannya membayar angsuran nanti.

4) Condition

Dengan menilai kondisi ekonomi saat ini dengan usaha calon

nasabah. Apabila kondisi ekonomi cenderung meningkat maka peluang

permohonan pembiayaan diterima lebih besar.

5) Collateral

Analisa terhadap jaminan dilakukan dengan menilai kepemilikan,

kelegalan, dan memperkirakan stabilitas harga jaminan tersebut.


64

b. Membuat Asuransi Pembiayaan

Asuransi pembiayaan terdiri dari asuransi jiwa bagi nasabah dan

asuransi agunan untuk barang yang dijadikan jaminan dalam pembiayaan.

c. Melakukan Pengawasan

Setelah pembiayaan disalurkan maka tugas bank semakin berat. Pihak

bank harus terus memantau atau mengawasi usaha nasabah secara

berkala.Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kelalaian nasabah agar tidak

terjadi pembiayaan bermasalah.

d. Mengingatkan Nasabah

Untuk meminimalkan risiko atau menghindari risiko gagal bayar atau

keterlambatan nasabah dalam membayar pihak bank selalu mengingatkan

kepada nasabah apabila telah jatuh tempo tetapi nasabah belum membayar

angsurannya.

e. Memastikan dana yang diberikan benar-benar disalurkan dengan tepat. Hal

ini dilakukan dengan cara meminta kwutansi atau bukti-bukti lain mengenai

penggunaan dana yang diberikan kepada nasabah.

Selanjutnya untuk mitigasi terhadap risiko untuk produk-produk

pembiayaan dengan akad murābahah adalah sebagai berikut:

1. Produk Pembiayaan Cicil Emas

Risiko yang melekat pada pembiayaan ini bukan risiko besar yaitu

hanya apabila harga emas di pasar turun setelah bank membelinya. Namun

hal ini diantisipasi dengan mitigasi melihat harga emas minimal 5 tahun

terakhir. Dimana jika pada 5 tahun terakhir harga emas tidak mengalami
65

fluktuasi yang cukup besar maka kemungkinan pembiayaan akan terwujud.

Selain itu, untuk menghindari risiko pihak bank juga meminta pembayaran

didahulukan sebesar 20% dari total pembiayaan sebagi jaminan bahwa

nasabah akan melanjutkan pembiayaannnya.

2. Pembiayaan Usaha Mikro Tunas (PUM Tunas)

Ada beberapa risiko yang melekat pada pembiayan Usaha Mikro

Tunas, yaitu sebagai berikut:

a. Penyalahgunaan dana (side streaming). Risiko ini terjadi karena sikap

buruk dari nasabah. Dimana pada saat dan telah diterima nasabah, tetapi

tidak dipergunakan sesuai dengan kontra perjanjian dengan pihak bank.

Risiko ini dimitigasi dengan cara nasabah diminta untuk membuka

rekening di Bank Syariah Mandiri dan pihak bank akan meminta bukti

pembelian atau penggunaan dana tersebut. Selain itu pihak bank juga

rutin melakukan kunjungan untuk memantau usaha dari nasabah. Dan

bila perlu pihak bank ikut serta mengawasi nasabah dalam melakukan

pembelian objek perjanjian.

b. Risiko keterlambatan nasabah membayar angsuran. Hal ini dimitigasi

oleh pihak bank dengan melakukan pengawasan secara berkala dan

mengingatkan nasabah agar tidak lalai dalam pembayarannya.

c. Meninggal dunia atau terjadi musibah yang tidak dapat diperkirakan. Hal

ini dapat dilakukan mitigasi dengan mengasuransikan jiwa nasabah.


66

2. Pembiayaan Usaha Mikro Madya (PUM-Madya)

Tidak berbeda dengan risiko yang ada pada pebiayaan Usaha Mikro

Tunas, pada pembiayan Usaha Mikro Madya risiko yang ada adalah

sebagai berikut:

a. Penyalahgunaan dana (side streaming). Risiko ini dapat dimitigasi

dengan cara nasabah diminta untuk membuka rekening di Bank

Syariah Mandiri dan pihak bank akan meminta bukti pembelian atau

penggunaan dana tersebut. Selain itu pihak bank juga rutin melakukan

kunjungan untuk memantau usaha dari nasabah.

b. Risiko keterlambatan nasabah membayar angsuran. Hal ini dimitigasi

oleh pihak bank dengan melakukan pengawasan secara berkala dan

melakukan hubungan baik dengan nasabah untuk menghindari

nasabah terlambat dalam membayar angsurannya.

c. Meninggal dunia atau terjadi musibah yang tidak di duga. Risiko ini

dapat dilakukan mitigasi dengan mengasuransikan jiwa nasabah.

3. Pembiayaan Usaha Mikro Utama (PUM-Utama)

Pada pembiayan Usaha Mikro Utama risiko yang melekat terdiri dari

beberapa risiko, yaitu:

a. Penyalahgunaan dana (side streaming). Risiko ini dimitigasi dengan

cara nasabah diminta untuk membuka rekening di Bank Syariah

Mandiri dan pihak bank akan meminta bukti pembelian atau

penggunaan dana tersebut. Pemberian dana kepada nasabah dilakukan

berangsur-angsur agar tidak terjadi kelalaian nasabah dalam


67

menggunakan dana tersebut. Selain itu pihak bank juga melakukan

kunjungan secara berkala untuk memantau usaha dari nasabah.

b. Risiko keterlambatan nasabah membayar angsuran. Risiko ini

dimitigasi oleh pihak bank dengan melakukan pengawasan secara

berkala dan mengingatkan nasabah agar tidak lalai dalam

pembayarannya.

c. Meninggal dunia atau terjadi musibah yang tidak di duga. Risiko ini

dapat dilakukan mitigasi dengan mengasuransikan jiwa nasabah.

4. Pembiayaan BSM Alat Kesehatan

Ada beberapa risiko pembiayaan BSM Alat Kesehatan diantaranya:

a. Risiko keterlambatan nasabah membayar angsuran. Risiko ini

dimitigasi dengan melakukan hubungan baik dengan nasabah dan

sering menanyakan keadaan usaha nasabah tersebut. Selain itu, pihak

bankmeminta nasabah untuk melakukan pembayaran didahulukan

sebesar 20% sebagai jaminan atas pembiayaannya.

b. Penyalahgunaan dana pembiayaan. Pihak bank mengantisipasi risiko

ini dengan terus melakukan pengawasan dan meminta bukti pembelian

barang. Dan pihak bank akan menyesuaikan bukti tersebut dengan

dana yang telah diberikan oleh pihak bank kepada nasabah.

c. Risiko objek pembiayaan mengalami kerusakan. Mitgasi yang

dilakukan adalah dengan mengasuransikan objek pembiayaan

tersebut.
68

5. Pembiayaan Kepada Pensiunan

Risiko pada pembiayaan ini adalah apabila nasabah meninggal dunia.

Mitigasi yang dilakukan adalah dengan mengasuransikan jiwa nasabah.

6. Pembiayaan Griya BSM

Ada beberapa risiko pembiayaan Griya BSM diantaranya:

a. Risiko keterlambatan nasabah membayar angsuran. Risiko ini

dimitigasi dengan meminta nasabah untuk melakukan pembayaran

didahulukan sebesar 20% sebagai jaminan atas pembiayaan tersebut.

Selain itu pihak bank juga rutin melakukan pengawasan atau kunjungan

ke tempat nasabah tersebut.

b. Penyalahgunaan dana pembiayaan. Pihak bank mengantisipasi risiko ini

dengan terus melakukan pengawasan dan meminta bukti pembelian

barang. Kemudian pihak bank akan menyesuaikan bukti tersebut

dengan dana yang telah diberikan oleh pihak bank kepada nasabah.

Serta melakukan pencairan secara bertahap.

c. Risiko objek pembiayaan mengalami kerusakan serta risiko nasabah

meninggal dunia. Mitigasi yang dilakukan adalah dengan

mengasuransikan objek pembiayaan dan juga mengasuransikan jiwa

nasabah tersebut.

7. BSM Pembiayaan Kendaraan Bermotor

Beberapa risiko BSM Pembiayaan Kendaraan Bermotor diantaranya:


69

a. Risiko keterlambatan nasabah membayar angsuran. Risiko ini

dimitigasi dengan meminta nasabah untuk melakukan pembayaran

didahulukan sebesar 20% sebagai jaminan pembiayaan.

b. Penyalahgunaan dana (side streaming). Pihak bank mengantisipasi

risiko ini dengan terus melakukan pengawasan dan meminta bukti

pembelian barang. Dan pihak bank akan menyesuaikan bukti tersebut

dengan dana yang telah diberikan oleh pihak bank kepada nasabah.

Bank juga dapat melakukan pembelian langsung ke supplier untuk

menghindari penyalahgunaan dana tersebut.

c. Risiko objek pembiayaan mengalami kerusakan serta risikokecelakaan

nasabah. Mitigasi yang dilakukan adalah dengan mengasuransikan

objek pembiayaan dan juga mengasuransikan jiwa nasabah.

D. Cara-cara Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah

Dalam rangka meminimalisir pembiayaan bermasalah, perlu diambil

langkah-langkah untuk penyelesaian pembiayaan bermasalah berdasarkan pada

kelancaran pembayarannya. Cara penyelesaian pembiayaan bermasalah yang

terjadi pada PT. Bank Syariah Mandiri dapat dilakukan dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

1. Penyelesaian Melalui Penagihan

Penagihan pembiayaan merupakan kegiatan pertama yang dilakukan

oleh Bank Syariah Mandiri untuk memperoleh kembali dana yang telah

dipinjamkan kepada nasabah sebagai pokok dari pembayaran yang telah

jatuh tempo. Tujuannya adalah untuk menjaga dan memelihara kedisiplinan


70

dan ketertiban pelaksanaan pembayaran kewajiban nasabah sesuai dengan

jadwal pembayaran cicilan yang tertuang dalam akad.

Penagihan dilakukan dengan beberapa cara: Pertama, menghubungi

nasabah melalui telepon untuk mengingatkan nasabah atas keterlambatan

pembayaran angsuran pembiayaannya yang telah jatuh tempo. Kedua,

mendatangi nasabah, cara ini dilakukan apabila cara pertama tidak berhasil

dan nasabah belum membayar angsurannya. Ketiga, mengundang nasabah

untuk datang ke kantor dengan mengirim surat dengan tujuan untuk

merundingkan masalah pembayaran nasabah.

2. Penyelesaian Melalui Surat Teguran

Apabila cara di atas tidak berhasil, maka pihak Bank Syariah Mandiri

memberikan peringatan melalui surat tertulis. Dalam surat tersebut pihak

bank menetapkan batas waktu pelunasan sesuai dengan kebijakan yang telah

ditentukan.

3. Penyelesaian Melalui Restrukturisasai

Restrukturisasi pembiayaan merupakan upaya lain yang dilakukan

oleh Bank Syariah Mandiri dalam rangka membantu nasabah agar dapat

menyelesaikan kewajibannya yang dipayungi oleh PBI No. 10/18/PBI/2008.

Dalam PBI kebijakan tersebut dilakukan bank dalam rangka membantu

nasabah agar dapat menyelesaikan pembiayaan bermasalah. Proses

restrukturisasi dilakukan apabila nasabah masih ada iktikad baik untuk

melunasi sisa pembayaran angsuran pembiayaannya.


71

Adapun kebijakan restrukturisasi yang dilakukan oleh Bank Syariah

Mandiri:

a. Penjadwalan kembali (rescheduling), yaitu tindakan yang diambil oleh

Bank Syariah Mandiri terhadap nasabah dengan cara perubahan jadwal

pembayaran angsuran atau perpanjangan waktu jatuh tempo

pembayaran tanpa mengubah sisa angsuran.

b. Persyaratan kembali (reconditioning) yaitu perubahan sebagian atau

seluruh persyaratan pembiayaan yang meliputi perubahan jadwal

pembayaran, jumlah angsuran (bisa saja serendah-rendahnya dengan

melihat keadaan ekonomi nasabah setelah dilakukan On The Spot,

jangka waktu dan pemberian potongan angsuran.

c. Penataan kembali (restructuring) yaitu perubahan persyaratan pada

pembiayaan yang tidak tercantum pada rescheduling dan reconditioning

antara lain meliputi penambahan dana dan konversi akad.

4. Penyelesaian Melalui Jaminan

Penyelesaian melalui jaminan adalah langkah terakhir dalam

menyelesaikan pembiayaan bermasalah ini. Eksekusi jaminan dilakukan

apabila nasabah sudah tidak lagi memiliki kemampuan membayar ataupun

tidak ada niat nasabah untuk melanjutkan melunasi hutangnya.

Jaminan di interpretasikan sebagai pemberi kepastian hukum

kepada bank atas pengembalian modal yang telah diberikan kepada

nasabah, dalam arti bahwa barang jaminan setiap waktu tersedia untuk

dieksekusi, bila perlu dapat mudah diuangkan untuk melunasi hutang


72

nasabah. Kondisi ini diperkuat dengan fatwa DSN No. 47/DSN-

MUI/II/2005 yang menerangkan bahwa lembaga keuangan syariah boleh

melakukan eksekusi jaminan. Tujuan dari penjualan terhadap barang

jaminan pada PT. Bank Syariah Mandiri adalah untuk menutupi sisa

kewajiban nasabah. Apabila harga agunan melebihi jumlah sisa angsuran

nasabah maka selisih sisa tersebut dikembalikan kepada nasabah setelah

dikurangi dengan biaya lelang dan biaya lain yang terkait dengan proses

penjualan agunan. Peraturan ini sebagaimana diatur dalam pasal 40 ayat

(1), (2), dan (3) UU No. 21 tahun 2008.

5. Penyelesaian Melalui Write Off

Write off didefenisikan sebagai penghapusbukuan untuk

mengeluarkan rekening aset yang tidak produktif dari pembukuan. Selain

itu juga dilakukan terhadap pembiayaan bermasalah yang diperkirakan

tidak dapat ditagih lagi, walaupun pihak bank tetap dapat melakukan

penagihan atas pembiayaan macet tersebut. Tujuan utama

penghapusbukuan adalah untuk memperbaiki kondisi rasio Non

Performing Financing (NPF) agar kondisi kesehatan bank tetap dalam

kondisi sehat.

E. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Analisis Faktor-faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah

Pembiayaan bermasalah disebabkan oleh banyak faktor. Pada

kenyataannya kebanyakan pembiayaan bermasalah diakibatkan tidak

tepatnya nasabah dalam melunasi hutangnya pada waktu yang ditentukan


73

sesuai dengan kesepakatan. Namun untuk mengantisipasi terjadinya

pembiayaan bermasalah yang semakin tinggi, pihak bank melakukan

beberapa mitigasi guna meminimalkan risiko tersebut.

Berikut ini data perkembangan pembiayaan murābahah di PT.

Bank Syariah Mandiri Cabang Padangsidimpuan.

Tahun Total Pembiayaan NPF (%)


(Miliyaran Rupiah)
2013 153.000.000.000 3,33
2014 117.000.000.000 6,24
2015 105.000.000.000 6,47
2016 126.000.000.000 3,41
2017 141.000.000.000 1,48

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat pada tahun 2013 persentase

pembiayaan bermasalah sebesar 3,33%, keadaan ini masih digolongkan

sehat. Pada tahun berikutnya yaitu tahun 2014 dan 2015 mengalami

peningkatan dua kali lipat sebesar 6,24% dan 6,47%. Berdasarkan

wawancara peneliti hal ini disebabkan oleh keadaan ekonomi yang tidak

baik yaitu merosotnya harga karet. Dimana sebagian besar nasabah

pembiayaan adalah petani karet. Namun pada dua tahun terakhir yaitu

2016 dan 2017 keadaan bank mulai membaik dilihat dari NPF yang

semakin kecil yaitu sebesar 3,41% dan 1,48%.

Berdasarkan data di atas faktor-faktor yang menjadi penyebab

pembiayaan bermasalah adalah sebagian besar karena nasabah tidak tepat

waktu dalam membayar angsuran pinjamannya. Hal ini disebabkan oleh

beberapa faktor yang meliputi faktor eksternal dan internal.Faktor


74

eksternal terdiri dari yang pertama, kelemahan dalam analisis.Risiko ini

terjadi karena Pihak Bank Syariah Mandiri kurang teliti atau salah dalam

menganalisis dan melakukan penilaian kelayakan pembiayaan. Untuk itu

diperlukan analis yang ahli dalam mencari informasi sedetail mungkin

mengenai nasabah. Salah satu aspek yang paling sering menjadi penyebab

pembiayaan bermasalah adalah karakter. Karakter adalah sesuatu yang

tidak dapat dihitung secara angka. Namun pihak bank harus sangat teliti

dalam menilai watak, sikap dan kepribadian calon nasabah .Jika salah

dalam menilai maka risiko nasabah yang memiliki niat tidak baik akan

menyebabkan pembiayaan bermasalah.

Kedua, jumlah pembiayaan yang direalisasikan. Tidak

seimbangnya antara jumlah realisasi pembiayaan dengan kebutuhan riel

nasabah. Risiko ini terjadi disebabkan oleh analisis yang kurang teliti.

Pihak bank kurang informasi atau kurang memperhatikan kondisi calon

nasabah secara mendalam. Secara umum, kondisi ini disebut sebagai

under-financing (pembiayaan di bawah kebutuhan nasabah dan over-

financing (pembiayaan melebihi dari keperluan nasabah). Akibat dari

keadaan ini adalah nasabah akan sama-sama kesulitan dalam melunasi

hutangnya.

Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang terdapat dari

luar perusahaan atau dari nasabah itu sendiri yang disebabkan beberapa

hal. Pertama, adanya iktikad yang tidak baik dari nasabah. Iktikad tidak

baik ini merupakan aspek karakter. Seperti disinggung sebelumnya bahwa


75

karakter tidak dapat dihitung secara angka. Seteliti apapun pihak bank

dalam menganalisis calon nasabah, tetapi jika memang ada iktikad tidak

baik dari nasabah, hal ini bisa menjadi faktor nasabah tidak membayar

angsurannya tepat waktu yang mengakibatkan pembiayaan bermasalah.

Kedua, pendapatan nasabah yang menurun. Nasabah mengalami

kekurangan dana yang disebabkan pendapatan nasabah yang semakin

menurun, jika pendapatan nasabah menurun maka akan terjadi pembiayaan

macet ataupun penunggakan dalam pembayaran pembiayaan. Pendapatan

nasabah menurun disebabkan karena nasabah kurang mendapatkan laba

dari usahanya. Ketiga, musibah yang dialami oleh nasabah yang tidak

dapat diperkirakan atau perubahan iklim yang tidak dapat diperhitungkan.

Ini bisa terjadi karena peristiwa bencana alam yang mengakibatkan usaha

nasabah hancur, sehingga nasabah tidak dapat melanjutkan usahanya dan

tertundanya pembayaran angsurannya.

2. Analisis Mitigasi Risiko Pembiayaan Menggunakan Akad Murābahah

pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Padangsidimpuan

Adapun berbagai risiko dan mitigasi yang dilakukan oleh pihak

Bank Syariah Mandiri untuk meminimalkan risiko yang mengakibatkan

pembiayaan bermasalah pada pembiayaan yang menggunakan akad

murābahah adalah sebagai berikut:

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari Bank Syariah

Mandiri sendiri yang dipicu oleh:


76

a. Kelemahan Dalam Analisis

Pihak Bank Syariah Mandiri kurang teliti atau salah dalam

menganalisis dan melakukan penilaian kelayakan pembiayaan sehingga

tidak sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.Ataupun karena

memang adanya iktikad tidak baik dari calon nasabah dimana nasabah

memanipulasi laporan keuangannya atau kondisi usahanya.

Mitigasi yang dilakukan adalah memfokuskan penerapan analisis

5C.dmana berikut ini penerapan analisis 5C pada Bank Syariah Mandiri

Padangsidimpuan:

a. Character

Penilaian ini dilakukan mulai dari proses wawancara awal

dengan calon nasabah. Watak, sikap dan kepribadian adalah poin

paling penting yang dinilai pada tahap ini. Selain itu, pihak bank

akan mendatangi lokasi calon nasabah dan mencari informasi

mendalam mengenai calon nasabah melalui tetangga ataupun

orang-orang di sekitar calon nasabah tersebut.

b. Capital

Modal merupakan hal penting dalam pemberian pembiayaan.

Kecukupan modal dari calon nasabah menentukan kesanggupan

nasabah nanti dalam membayar angsurannya sampai lunas.

Kecukupan modal ini dilihat dari laporan keuangan yang akan

diminta oleh pihak bank pada saat wawancara atau pada saat

pengajuan permohonan pembiayaan.


77

c. Capacity

Penilaian kapasitas ini dilihat dari kemampuan si calon

nasabah dalam mengelola usahanya dan memperoleh laba yang

merupakan faktor penting juga terhadap kemampuannya membayar

angsuran nanti.

d. Condition

Dengan menilai kondisi ekonomi saat ini dengan usaha calon

nasabah.Apabila kondisi ekonomi cenderung meningkat maka

peluang permohonan pembiayaan diterima lebih besar.

e. Collateral

Analisa terhadap jaminan dilakukan dengan menilai

kepemilikan, kelegalan, dan memperkirakan stabilitas harga

jaminan tersebut.

b. Jumlah Pembiayaan Yang Direalisasikan

Tidak seimbangnya antara jumlah realisasi pembiayaan dengan

kebutuhan riel nasabah. Secara umum, kondisi ini disebut sebagai

under-financing (pembiayaan di bawah kebutuhan nasabah). Mitigasi

yang diterapkan adalah dengan melakukan analisa mendalam

mengenai kebutuhan nasabah yang seharusnya diberikan dan

mengenai kesanggupan nasabah dalam melunasi hutangnya. Selain itu

pihak bank melakukan pengawasan rutin tetang penggunaan dana

yang telah diberikan kepada nasabah.


78

Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang terdapat dari

luar perusahaan atau dari nasabah itu sendiri pada dasarnya adalah risiko

gagal bayaryang dipicu oleh:

a. Adanya Iktikad Yang Tidak Baik Dari Nasabah

Tidak semua debitur mempunyai iktikad baik pada saat

mengajukan pembiayaan ataupun pada saat pembiayaan yang diberikan

sedang berjalan. Iktikad tidak baik inilah memang sulit untuk diketahui

dan dianalisis oleh pihak bank, karena hal ini menyangkut soal moral

ataupun akhlak dari debitur. Untuk itu diperlukan analisa yang begitu

mendalam tentang nasabah, serta menjalin hubungan baik dengan

nasabah agar apablia ada iktikad tidak baik dari nasabah dapat berubah.

b. Pendapatan Nasabah Yang Menurun

Nasabah mengalami kekurangan dana yang disebabkan pendapatan

nasabah yang semakin menurun, penghasilan pendapatan menurun

sehingga terjadi pembiayaan macet ataupun penunggakan dalam

pembayaran pembiayaan. Mitigasi yang dilakukan pihak bank adalah

dengan melakukan perundingan dengan nasabah apabila nasabah masih

ingin melanjutkan pembiayaan. Biasanya bank akan memberikan

keringanan dengan proses restrukturisasi.

c. Musibah yang dialami oleh nasabah yang tidak dapat diperkirakan atau

perubahan iklim yang tidak dapat diperhitungkan. Pihak bank

memitigasi risiko ini dengan mengarahkan nasabah di awal perjanjian


79

untuk membuat asuransi jiwa ataupun asuransi terhadap objek

perjanjian.

Sedangkan mitigasi untuk produk-produk pembiayaan yang

menggunakan akad murābahah tidak jauh berbeda dengan mitigasi risiko

secara umum seperti dipaparkan di atas pada PT. Bank Syariah Mandiri,

Tbk Cabang Padangsidimpuan sebagai berikut:

a. Produk Pembiayaan Cicil Emas

Risiko pembiayaan ini apabila harga emas di pasar turun setelah

bank membelinya. Mitigasi yang dilakukan adalah pihak bank meminta

pembayaran didahulukan sebesar 20% dari total pembiayaan sebagai

jaminan bahwa nasabah akan melanjutkan pembiayaannnya.

b. Pembiayaan Usaha Mikro Tunas (PUM Tunas), Pembiayaan Usaha

Mikro Madya (PUM Madya), dan Pembiayaan Usaha Mikro Utama

(PUM Utama)

Risiko yang melekat pada ketiga pembiayaan ini tidak jauh berbeda

yaitu yang pertama, penyalahgunaan dana (side streaming). Mitigasi

yang dilakukan dengan cara nasabah diminta untuk membuka rekening

di Bank Syariah Mandiri dan pihak bank akan meminta bukti pembelian

atau penggunaan dana tersebut. Kedua, meninggal dunia atau terjadi

musibah yang tidak dapat diperkirakan serta kerusakan objek

perjanjian. Hal ini dapat dilakukan mitigasi dengan mengasuransikan

jiwa nasabah dan asuransi terhadap objek perjanjian.


80

c. Pembiayaan Kepada Pensiunan

Risiko pada pembiayaan ini adalah apabila nasabah meninggal

dunia. Mitigasi yang dilakukan adalah dengan mengasuransikan jiwa

nasabah.

d. Pembiayaan Griya BSM

Ada beberapa risiko pada pembiayaan ini meliputi yang pertama,

keterlambatan nasabah membayar angsuran. Risiko ini dimitigasi

dengan meminta nasabah untuk melakukan pembayaran didahulukan

sebesar 20% sebagai jaminan atas pembiayaan tersebut. Kedua,

penyalahgunaan dana pembiayaan. Mitigasi yang dilakukan dengan

melakukan pencairan secara bertahap. Ketiga, risiko objek pembiayaan

mengalami kerusakan serta risikonasabah meninggal dunia. Mitigasi

yang dilakukan adalah dengan mengasuransikan objek pembiayaan dan

juga mengasuransikan jiwa nasabah tersebut.

e. BSM Pembiayaan Kendaraan Bermotor

Beberapa risiko pada pembiayaan ini meliputi risiko keterlambatan

nasabah membayar angsuran. Risiko ini dimitigasi dengan meminta

nasabah untuk melakukan pembayaran didahulukan sebesar 20%

sebagai jaminan pembiayaan. Dan penyalahgunaan dana (side

streaming). Pihak bank mengantisipasi risiko ini dengan terus

melakukan pengawasan dan meminta bukti pembelian barang. Bank

juga dapat melakukan pembelian langsung ke supplier untuk

menghindari penyalahgunaan dana tersebut. Serta risiko objek


81

pembiayaan mengalami kerusakan serta risiko kecelakaan nasabah.

Mitigasi yang dilakukan adalah dengan mengasuransikan objek

pembiayaan dan juga mengasuransikan jiwa nasabah.

Menurut peneliti, mitigasi risiko pada PT. Bank Syariah Mandiri,

Tbk Cabang Padangsidimpuan telah dilakukan dengan sebaik mungkin.

Hal ini dilihat dari kemampuan Bank Syariah Mandiri dalam menekan

angka NPF dari sebelumnya NPF tinggi hingga mengalami penurunan

sehingga dikatakan bank tersebut dalam kondisi yang sehat.

Anda mungkin juga menyukai