Anda di halaman 1dari 10

PENDIDIKAN KE WARGANEGARAAN (KEWIRAAN) BAB I PENDAHULUAN

A. Dasar Pemikiran Ke Warga-Negara an Rakyat Indonesia melalui Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) menyatakan bahwa : Pendidikan Nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa, mewujudkan manusia serta masyarakat indonesia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas mandiri, sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakat sekelilingnya serta dapat memenuhi kebutuhan Pembangunan Nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Selanjutnya dinyatakan bahwa : Pendidikan Nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudu luhur, berkepribadian, mandiri, tangguh, maju, cerdas, terampil, kreatif, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab dan produktif serta sehat jasmani dan rohani. Pendidikan Nasional harus menumbuhkan jiwa patriotik dan mempertebal rasa cinta akan tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan dan kesetiakawanan sosial serta kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai jasas para pahlawan, serat berorientasi ke masa depan. B. Kompetensi yang diharapkan Dalam penjelasan Undang-Undang No 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan erupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara warga negara dengan negara serta Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN) agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kompetensi diartikan sebagai seperangkat tindakan cerdas, penuh rasa tanggung jawab, yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dapat dianggap mampu melaksanakan tugastugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Adapun Pendidikan Kewarganegaraan yang berhasil, akan membuahkan sikap mental, bersifat cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik dengan perilaku yang : a. beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan menghayati nilai-nilai falsafah bangsa. b. berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. c. Bersikap rasional, dinamis dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga negara. d. Bersifat profesional yang dijiwai oleh kesadaran Bela Negara. e. Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa dan negara. Melalui Pendidikan Kewarganegaraan, warga negara, Negara Kesatuan Republik Indonesia diharapkan mampu : memahami, menganalisis dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat, bangsa dan negaranya secara berkesinambungan dan konsisten dengan cita-cita dan tujuan Nasional seperti yang digariskan dalam Pembukaan UUD 1945.

C. Pemahaman tentang Bangsa, Negara, Hak dan Kewajiban Warga Negara, Hubungan Warga Negara dengan Negara atas Dasar Demokrasi, Hak Asasi Manusia (HAM) dan Bela Negara. 1. Pengertian dan Pemahaman tentang Bangsa dan Negara. a. Pengertian Bangsa Adalah orang-orang yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa dan sejarahnya serta berpemerintahan sendiri. Bangsa adalah kumpulan manusia yang biasanya terikat karena kesatuan bahasa dan wilayah tertentu dimuka bumi. Maka pengertian dan pemahaman tentang Bangsa Indonesia adalah sekelompok manusia yang mempunyai kepentingan sama dan menyatakan dirinya sebagai suatu bangsa serta berproses di dalam suatu wilayah di Nusantara/ Indonesia.

b. Pengertian Negara. 1. adalah suatu organisasi diantara sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang bersama-sama mendiami suatu wilayah tertentu dengan mengakui adanya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok manusia. 2. Adalah suatu perserikatan yang melaksanakan suatu pemerintahan melalui hukum yang mengikat masyarakat dengan kekuasaan untuk memaksa, dan dalam suatu wilayah masyarakat tertentu yang membedakannya dengan kondisi masyarakat dunia luar untuk ketertiban sosial. 2. Teori terbentuknya Negara a. Teori hukum alam : Pemikiran pada masa Plato dan Aristoteles, bahwa kondisi alam >> tumbuhnya manusia >> berkembang negara. b. Teori Ke Tuhan an : (Islam + Kristen) >> Segala sesuatu adalah ciptaan Tuhan. c. Teory Perjanjian (Thomas Hobbes) : manusia menghadapi keadaan alam timbul kekerasan, manusia akan musnah bila tidak berubah cara-caranya, maka bersatulah manusia itu untuk melawan dan menggunakan persatuan dalam gerak tunggal untuk kebutuhan bersama. 3. Proses terbentuknya negara di jaman modern. Penaklukan, peleburan (fusi), pemisahan diri, dan penduduk atas negara atau wilayah yang belum ada pemerintahan sebelumnya. 4. Unsur Negara. a. Bersifat Konstitutif ~> adanya wilayah yang meliputi udara, darat dan perairan (khusus perairan tidak mutlak), rakyat atau masyarakat dan pemerintahan yang berdaulat. b. Bersifat Deklaratif ~> adanya tujuan negara, Udang-Undang Dasar, pengakuan diri. 5. Bentuk Negara Negara Kesatuan (unitary state) dan Negara Serikat (federation). Negara dan Warga Negara dalam Sistem Kenegaraan di Indonesia Kedudukan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Negara yang pada dasarnya mempunyai persyaratan adanya wilayah, adanya pemerintahan, adanya penduduk sebagai warga negara serta adanya pengakuan dari negara lain sudah terpenuhi oleh negera Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). NKRI adalah negara yang berdaulat mendapatkan pengakuan dari dunia Internasional sejak berdirinya berdasarkan UUD 1945, masuk sebagai anggota PBB, oleh karena itu NKRI mempunyai kedudukan dan kewajiban yang sama dengan negara-negara lain di dunia, untuk ikut serta dalam memelihara dan menjaga perdamaian dunia. Oleh karena kehidupan di NKRI tidak dapat terlepas dari pengaruh kehidupan dunia Internasional (global). NKRI didirikan berdasarkan UUD 1945 yang mengatur tentang kewajiban negara terhadap warganya, hak dan kewajiban warga negara terhadap negaranya dalam suatu sisten kenegaraan. Kewajiban negara terhadap warganya pada dasarnya memberikan kesejahteraan hidup dan keamanan lahir bathin sesuai dengan system demokrasi yang dianutnya serta turut melindungi hak asasinya sebagai manusia secara individual (HAM) berdasarkan ketentuan internasional yang dibatasi oleh ketentuan agama, etika moral dan budaya yang berlaku di negara Indonesia serta system kenegaraan yang digunakan. Proses Bangsa yang Menegara Proses bangsa yang menegara adalah suatu proses yang memberikan gambaran tentang bagaimana terbentuknya bangsa, dimana sekelompok manusia yang ada didalamnya merasakan sebagai bagaian dari bangsa serta dirasakan kepentingannya oleh bangsa itu., sehingga tumbuh kesadaran untuk mempertahankan tetap tegak dan utuhnya negara melalui Bela Negara. Dalam rangka upaya Bela Negara agar dapat terlaksana dengan baik apabila tercipta pola pikir, sikap dan tindak/perilaku bangsa yang berbudaya sebagai dorongan atau motivasi adanya keinginan untuk sadar akan Bela Negara. Bangsa yang berbudaya, artinya Bangsa yang mau melaksanakan hubungan dengan Penciptanya/Tuhan disebut dengan Agama ;Bangsa yang mau berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya disebut dengan Ekonomi ; Bangsa yang mau berhubungan dengan lingkungan, berhubungan dengan sesamanya dan alam sekitarnya disebut Sosial ; Bangsa yang

mau berhubungan dengan kekuasaan disebut dengan Politik ; Bangsa yang mau hidup aman tentram dan sejahtera, berhubungan dengan rasa kepedulian dan ketenangan serta kenyamanan hidup dalam negara disebut dengan Pertahanan dan Keamanan. 2. Hak dan Kewajiban Warga Negara : Sesuai dengan UUD 1945 Bab X tentang Warga Negara telah diamanatkan pada Pasal 26,28,dan 30 adalah sebagai berikut : a. Pasal 26 ayat (1) yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara. Pada ayat (2) syarat-syarat yang mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan undang-undang. b. Pasal 27 ayat (1) segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hokum dan pemerintahan dan wajib menjunjung tinggi hokum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya Pada ayat (2) tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. c. Pasal 28, kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang. d. Pasal 30 ayat (1) menyatakan hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam pembelaan negara. Pada ayat (2) menyatakan pengaturan lebih lanjut diatur dengan undang-undang. 3. Hubungan Warga Negara dan Negara. a. Siapa Warga Negara Pasal 26 ayat (1) mengatur siapa saja yang termasuk warga negara Republik Indonesia. Dengan tegas dinyatakan bahwa yang menjadi warga negara adalah orangorang bangsas Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain, misalnya peranakan Belanda, TiongHoa, Arab yang bertempat tinggal di Indonesia, mengakui Indonesia sebagai Tanah Airnya dan bersikap setia kepada NKRI. Adapun syarat-syarat menjadi warga negara ditetapkan dengan Undang-Undang (pasal 26 ayat (2). b. Kesamaan Kedudukan Dalam Hukum dan Pemerintahan. NKRI menganut asas bahwa setiap warga negara mempunyai kedudukan yang sama dihadapan hukum dan pemerintahan. Ini sebagai konsekuensi prinsip kedaulatan rakyat yang bersifat kerakyatan. Pasal 27 ayat (1) menyatakan kesamaan kedudukan warga negara di dalam hukum dan pemerintahan dan kewajiban menjunjung hukum dan pemerintahan dengan tidak ada kecualinya. c. Hak Atas Pekerjaan dan Penghidupan Yang Layak Bagi Kemanusiaan. Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 menyatakan, bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pasal ini memancarkan asas keadlilan social dan kerakyatan. d. Kemerdekaan Berserikan Dan Berkumpul. Pasal 28 UUD 1945 menetapkan hak warga negara dan penduduk untuk berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya, yang akan diatur dengan undang-undang. Pasal ini mencerminkan bahwa warga negara Indonesia bersifat Demokratis. Untuk melaksanakan Pasal 28 telah dikeluarkan undang-undang diantaranya : 1. Undang-undang No 1 Tahun 1985 tentang Pemilihan Umum anggota-anggota Badan Permusyawaratan/Perwakilan Rakyat. 2. Undang-undang No 2 Tahun 1985 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, dan DPRD. e. Kemerdekaan Memeluk Agama. Pasal 29 ayat (1) UUD 1945 menyatakan : Negara berdasar atas Ke Tuhanan Yang Maha Esa. Selanjutnya Penjelasan UUD 1945 menyebutkan bahwa ayat ini menyatakan kepercayaan bangsa Indonesia terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Ayat (2) menyatakan : Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaanya itu. f. Hak dan Kewajiban Pembelaan Negara. Pasal 30 ayat (1) UUD 1945 menyatakan : Hak dan Kewajiban setiap warga negara ikut serta dalam usaha pembelaan negara.

Ayat (2) menyatakan pengaturannya lebih lanjutdilakukan dengan undang-undang. Pada undang-undang No. 20 Tahun 1982 tentang Pokok pokok Pertahana Keamanan Negara, antara lain mengatur mengenai Sistem Pertahanan Keamanan rakyat Semesta. g. Hak Mendapat Pengajaran. Sesuai dengan tujuan NKRI pada alinea ke empat Pembukaan UUD 1945 bahwa Pemerintahan Negara Indonesia anatara lain berkewajiban mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pasal 31 ayat (1) UUD 1945 menetapkan bahwa tiap-tiao warga negara berhak mendapat pengajaran. Untuk itu Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pengajaran Nasional yang diatur dengan undangundang (pasal 31 ayat (2)) Sistem Pendidikan Nasional diatur dengan Undang-Undang No 2 Tahun 1989, yang kemudian dikeluarkan Undang-Undang No. 3 Tahun 2003. h. Kebudayaan Nasional Indonesia. Pasal 32 menetapkan agar Pemerintah memajukan kebudayaan Nasionakl Indonesia. Kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budi rakyat Indonesia seluruhnya. Termasuk kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia. Salah satu unsure penting adalah bahasa daerah, yang akan tetap dihormati dan dipelihara oleh negara (pasal 36) UUD 1945. i. Kesejahteraan Sosial. Pasal 33 dan 34 UUD 1945 mengatur kesejahteraan social. Pasal 33 yang terdiri atas tiga (3) ayat yang menyatakan : 1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. 2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. 3. Bumi dan Air dan Kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 4. Demokrasi di Indonesia. a. Difinisi demokrasi adalah sebuah bentuk kekuasaan. Menurut konsep demokrasi, kekuasaan menyiaratkan arti politik dan pemerintahan, sedangkan rakyat beserta warga masyarakat yang didifinisikan sebagai warga negara. Kenyataan tidak semua warga negara dapat langsung terlibat dalam perwakilan, dan hanya mereka yang karena sebab tertentu seperti mampu membangun pengaruh dan menguasai suara politik, terpilih sebagai wakil. Sementara sebagaian besar rakyat hanya dapat puas jika kepentingannya terwakili, tetapi tak memiliki kemampuan dan kesempatan yang sama untuk mengefektifkan hak-hak sebagai warga negara. b Bentuk Demokrasi Dalam Pengertian Sistem Pemerintahan Negara. 1. Bentuk Demokrasi, Setiap negara mempunyai cirri khas dalam pengertian pelaksana kedaulatan rakyat atau demokrasi. Hal ini ditentukan oleh sejarah negara yang bersangkutan, kebudayaan, pandangan hidup, serta tujuan yang ingin dicapainya. Ada berbagai bentuk demikrasi dalam pengertian system pemerintahan negara, antara lain : Pemerintahan Monarchi : monarchi mutlak (absolute), dan monarchi konstitusional serta monarchi perlementer. Pemerintahan Republik : berasal dari bahasa latin (yunani), Res berarti pemerintahan, Publika berarti rakyat. Dengan demikian Pemerintahan Republik dapat diartikan pemerintahan yang dijalankan oleh dan untuk kepentingan orang banyak (rakyat). 2. Kekuasaan Dalam Pemerintahan. Kekuasaan pemerintahan dalam negara dipisahkan menjadi tiga cabang kekuasaan yaitu : kekuasaan legislatif (kekuasaan untuk membuat undang-undang yang dijalankan oleh parlemen), kekuasaan eksekutif (kekuasaan untuk menjalankan undang-undang yang dijalankan oleh pemerih), dan kekuasaan federatif (kekuasaan untuk menyatakan perang dan damai, membuat perserikatan dan tindakan-tindakan lainnya dengan luar negeri), kekuasaan yudikatif (mengadili) merupakan bagian dari kekuasaan eksekutif. 3. Klasifikasi Sistem Pemerintahan. a. dalam system kepartaian dikenal adanya tiga macam system kepartaian yaitu system multi partai (poly partism system), system dua partai (biparty system) dan system satu partai (mono party system). b. Sistem pengisian jabatan pemegang kekuasaan negara.

c.

c. Hubungan antara pemegang kekuasaan negara, terutama antara eksekutif dan legislatif. Pemahaman Tentang Demokrasi Indonesia. Demokrasi dapat dipandang sebagai suatu mekanisme dan disamping itu dapat kita anggap sebagai cita-cita suatu hidup berkelompok yang menumbuhkan sifat demokratik yang didalam UUD 1945, disebut dengan kerakyatan. Sebagai suatu mekanisme atau system hidup berkelompok ; dapat dikatakan bahwa demikrasi adalah suatu pola hidup berkelompok di dalam organisasi negara, yang sesuai dengan keinginan orang-orang yang hidup berkelompok tersebut. Keinginan orangorang (demos) yang berkelompok tersebut ditentukan oleh pandangan hidup bangsa (weltanschauung), falsafah hidup bangsa (filosofiche grondslag) dan ideology bangsa yang bersangkutan. Paham yang dianut dalam sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia adalah negara Kesatuan/Uni, United States Republik of Indonesia, penyelenggara kekuasaan adalah rakyat/demokratis, dengan membagi kekuasaan pada enam kekuasaan yaitu : 1. kekuasaan tertinggi diberikan oleh rakyat kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang disebut lembaga Konstitutif. 2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai pembuat Undang-Undang yang disebut Lembaga Legislatif. 3. Presiden sebagai penyelenggara pemerintahan disebut lembaga Eksekutif. 4. Dewan Pertimbangan Agung (DPA) sebagai pemberi saran pada penyelenggara pemerintahan disebut lembaga Konsultatif. 5. Makhamah Agung (MA) sebagai lembaga Peradilan dan Penguji UndangUndang disebut Yudikatif. 6. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai lembaga yang mengatur Keuangan Negara disebut Lembag auditatif.

5. Hak Asasi Manusia (HAM). Didalam Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia (HAM) yang telah disetujui dan diumumkan oleh Resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa No 217 A (III) tanggal 20 Desember 1948, mengatakan di dalam Mukhadimah dengan pertimbangan pertimbangan sebagai berikut : 1. menimbang bahwa pengakuan atas martabat yang melekat dan hak-hak yang sama dan tidak terasingkan dari semua anggota keluarga manusia, keadilan dan perdamaian di dunia. 2. menimbang bahwa mengabaikan dan memandang rendah pada hak-hak asasi manusia telah mengakibatkan perbuatan-perbuatan bengis yang menimbulkan rasa kemarahan dalam hati nurani umat manusia, dan terbentuknya suatu dunia dimana manusia akan mengecap kenikmatan kebebasan berbicara dan agama serat kebebasan dri rasa takut dan kekurangan telah dinyatakan sebagai aspirasi tertinggi dari rakyat jelata. 3. menimbang bahwa hak-hak manusia perlu dilindungi oleh peraturan hokum supaya orang tidak akan terpaksa memilih pemberontakan sebagai usaha yang terakhir guna menentang kelaliman dan penjajahan. 4. Menimbang bahwa persahabatan antara negara-negara perlu dianjurkan. 5. menimbang bahwa bangsa-bangsa dari anggota Perserikatan Bangsa Bangsa dalam piagam telah dinyatakan sekali lagi kepercayaan mereka akan hak-hak dasar dari manusia, akan martabat dan penghargaan seseorang manusia dan hak-hak yang sama dari laki-laki maupun perempuan dan telah memutuskan akan mamajukan kemajuan social dan tingkat penghidupan yang lebih baik dalam kemerdekaan yang lebih luas. 6. Menimbang bahwa negara-negara anggota telah berjanji akan mencapai perbaikan penghargaan umum terhadap dan pelaksanaan hak-hak manusia dan kebebasankebebasan asas, dalam kerjasama dengan PBB. 7. menimbang bahwa pengertian umum terhadap hak-hak dan kebebasan-kebebasan ini adalah penting sekali untuk pelaksanaan yang benar dari janji ini.

Atas pertimbangan tersebut di atas majelis Umum PBB menyatakan : Deklarasi Universal tentang Hak-Hak Asasi Manusia ini sebagai suatu baku pelaksanaan umum bagi semua bangsa dan semua negara, dengan bahwa setiap orang dan setiap badan dalam masyrakat

dengan senantiasa mengingat pernyataan ini, akan berusaha, dengan cara mengajar dan mendidik untuk mempertinggi penghargaan terhadap hak-hak dan kebebasan-kebebasan ini dan dengan cara tindakan-tindakan progresif secara nasional dan Internasional, menjamin pengakuan dan pelaksanaan yang umum dan efektif, baik oleh bangsa-bangsa dari negaranegara anggota sendiri maupun dari daerah-daerah yang ada dibawah kekuasaan hukum mereka. Pasal 1, ekalian orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan budi dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam persaudaraan. Pasal 2, setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan yang tercantum dalam pernyataan ini dengan tidak ada pengecualian apapun, seperti misalnya bangsa, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pendapat lain, asal usul kebangsaan atau social, milik, kelahiran ataupun status lain. Selanjutnya tidak akan dilakukan atas dasar status politik, hokum ataupun status internasional dari negara atau wilayah dari mana seseorang berasal, baik dari negara yang tidak merdeka, yang berbentuk trust, tidak berpemerintahan sendiri atau dibawah pembatasan lain dari kedaulatan. Pasal 3, Setiap orang berhak atas penghidupan, kemerdekaan dan keselamatan seseorang. Pasal 4, Tidak seorangpun boleh diperbudak atau diperhambakan ; perhambaan dan perdagangan budak dalam bentuk apapun harus dilarang. Pasal 5, Tidak seorangpun boleh dianiaya atau diperlakukan secara kejam, dengan tak mengingat kemanusiaan ataupun cara perlakuan atau hukuman yang menghinakan. Pasal 6, Setiap orang berhak atas pengakuan sebagai manusia pribadi terhadap undangundang dimana saja ia berada. Pasal 7, Sekalian orang adalah sama terhadap undang-undang dan berhak atas perlindungan yang sama terhadap setiap perbedaan yang memperkosa pernyataan ini dan terhadap segala hasutan yang ditujukan kepada perbedaan semacam ini. Pasal 8, Setiap orang berhak atas pengadilan yang efektif oleh hakim-hakim nasional yang kuasa terhadap perkosaan hak-hak dasar, yang diberikan kepadanya oleh undang-undang dasar negara atau undang-undang. Pasal 9, Tidak seorangpun boleh ditangkap, ditahan, atau dibuang secara sewenang-wenang. Pasal 10, Setiap orang berhak dalam persamaan yang sepenuhnya di dengarkan suaranya di muka umum dan secara adil oleh pengadilan yang merdeka atau tidak memihak, dalam hal menetapkan hak-hak dan kewajibannya dalam setiap tuntutan pidana yang ditujukan kepadanya. Pasal 11, Ayat 1, setiap orang yang dituntut karena disangka melakukan suatu pelanggaran pidana dianggap tidak bersalah, sampai dibuktikan kesalahannya manurut undang-undang disuatu pengadilan terbuka, dan di dalam siding itu diberikan segala jaminan yang perlu untuk pembelaannya. Ayat 2, tidak seorangpun boleh dipersalahkan melakukan pelanggaran pidana karena perbuatan atau kelalaian yang tidak merupakan suatu pelanggaran pidana menurut undangundang nasional atau internasional, ketika perbuatan tersebut dilakukan. Juga tidak diperkenankan menjatuhkan hukuman lebih berat dari pada hukuman yang seharusnya dikenakan ketika pelanggaran pidana itu dilakukan. Pasal 12, tidak seorangpun dapat diganggu dengan sewenang-wenang dalam urusan perseorangannya, keluarganya, rumah tangganya atau hubungan surat-menyuratnya dan nama baiknya. Setiap orang berhak mendapat perlindungan undang-undang terhadap gangguangangguan atau pelanggaran=pelanggaran demikian. Pasal 13, Ayat 1, setiap orang berhak atas kebebasan bergerak dan berdiam di dalam lingkungan batasbatas tiap negara. Ayat 2, setiap orang berhak meninggalkan suatu negeri, termasuk negerinya sendiri, dan berhak kembali ke negerinya. Pasal 14, Ayat 1, setiap orang berhak mencari dan mendapat suaka di negeri-negeri lain untuk menjauhi pengejaran. Ayat 2, hak ini tidak dapat dipergunakan dalam pengejaran yang benar-benar timbul dari kejahatan-kejahatan yang tak berhubungan dengan politik atau dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan tujuan dan dasar-dasar PBB. Pasal 15, Ayat 1, setiap orang berhak atas suatu kewarganegaraan.

Ayat 2, tidak seorangpun dengan sewena-wena dapat dikeluarkan dari kewartganegaraannya atau ditolak haknya untuk mengganti kewarganegaraannya. Pasal 16, Ayat 1, Orang-orang dewasa laki-laki maupun perempuan dengan tidak dibatasi oleh kebangsaan, kewarganegaraan atau agama, berhak untuk mencari jodoh atau membentuk keluarga. Mereka mempunyai hak yang sama dalam hal perkawinan, di dalam perkawinan dan dikala perceraian. Ayat 2, perkawinan harus dilakukan hanya dengan cara suka sama suka dkedua mempelai. Ayat 3, keluarga adalah kesatuan yang sewajarnya serta bersifat pokok dari masyarakat dan berhak mendapat perlindungan dari masyarakat dan negara. Pasal 17, Ayat 1, setiap orang berhak mempunyai milik baik sendiri maupun sama-sama dengan orang lain. Ayat 2, tidak seorangpun boleh dirampas miliknya dengan semena-mena. Pasal 18, setiap orang berhak atas kebebasan pikiran, hati nurani dan agama, dalam hak ini termasuk kebebasan berganti agama atau kepercayaan, dan kebebasan untuk menyatakan agama atau kepercayaannya dengan cara sendiri ataupun bersama-sama dengan orang lain, dan baik yang di tempat umum maupun tersendiri. Pasal 19, setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat, dalam hal ini termasuk kebebasan mempunyai pendapat-pendapat dengan tidak mendapat gangguan, dan untuk mencari, menerima dan menyampaikan keterangan-keterangan dan pendapatpendapat dengan cara apapun dan dengan tidak memandang batas-batas. Pasal 20, Ayat 1, setiap orang mempunyai hak berkumpul dan berpendapat. Ayat 2, tidak seorangpun dapat dipaksa memasuki salah satu perkumpulan. Pasal 21, Ayat 1, setiap orang berhak turut serta dalam pemerintahan negerinya sendiri, baik dengan langsung maupun dengan perantaraan wakil-wakil yang dipilih dengan bebas. Ayat 2, setiap orang berhak atas kesempatan yang sama untuk diangkat dalam jabatan pemerintah negerinya. Ayat 3, kemauan rakyat harus menjadi dasar kekuasaan pemerintah, kemauan ini harus dinyatakan dalam pemilihan-pemilihan berkala yang jujur dan yang dilakukan menurut hak pilih yang bersifat umum dan berkesamaan, serta dengan pemungutan suara yang rahasia ataupun menurut cara-cara lain yang juga menjamin kebebasan mengeluarkan suara. Pasal 22, setiap orang sebagai anggota masyarakat berhak atas jaminan social dan berhak melakukan dengan perantaraan usaha-usaha nasional dan kerjasama internasional dan sesuai dengan sumber-sumber kekayaan setiap negara, hak-hak ekonomi, social dan budaya yang perlu untuk martabatnya dan untuk perkembangan bebas pribadinya. Pasal 23, Ayat 1, setiap orang berhak atas pekerjaan, berhak dengan bebas memilih pekerjaan, berhak atas syarat-syarat perburuhan yang adil dan baik atas perlindungan kepada pengangguran. Ayat 2, setiap orang dengan tidak ada perbedaan, berhak atas pengupahan yang sama untuk pekerjaan yang sama. Ayat 3, setiap orang yang melakukan pekerjaan berhak atas pengupahan yang adil dan baik yang menjamin penghidupannya bersama dengan keluarganya sepadan dengan martabat manusia dan apabila perlu ditambah dengan bantuan-bantuan social lainnya. Ayat 4, setiap orang berhak mendirikan dan memasuki serikat pekerja untuk melindungi kepentingan-kepentingannya. Pasal 24, setiap orang berhak atas istirahat dan liburan, termasuk juga pembatasanpenbatasan jam kerja yang layak dan hari-hari liburan berkala dengan menerima upah. Pasal 25, Ayat 1, setiap orang berhak atas tingkat hidup yang menjamin kesehatan dan keadaan baik untuk dirinya dan keluaganya, termasuk soal makanan, perumahan dan perawatan kesehatannya, serta usaha-usaha yang diperlukan, dan berhak atas jaminan diwaktu mengalami pengangguran, janda, lanjut usia, atau mengalami kekurangan nafkah ketiadaan mata pencaharian yang lain dalam keadaan di luar penguasaannya. Ayat 2, ibu dan anak-anak berhak mendapat perawatan dan bantuan khusus. Semua anak, baik yang dilahirkan di dalam maupun di luar perkawinan, harus mendapatperlindungan social yang sama. Pasal 26, Ayat 1, setiap orang berhak atas pengajaran. Pengajaran harus dengan percuma setidaktidaknya dalam tingkatan rendah dan tingkatan dasar. Pengajaran sekolah rendah harus

diwajibkan. Pengajaran teknik dan yang harus terbuka bagi semua orang dan pengajaran tinggi harus dapat di masuki dengan cara yang sama oleh semua orang berdasarkan kecerdasan. Ayat 2, pengajaran harus ditujukan kearah perkembangan pribadi yang seluas-luasnya serta untuk memperkokoh rasa penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia dann kebebasan dasar. Pengajaran harus mempertinggi salaing pengertian, rasa saling menerima serta persahabatan antara semua bangsa, golongan kebangsaan atau kelompok agama, serta memajukan kegiatan-kegiatan Perserikatan Bangsa Bangsa dalam memelihara perdamaian. Ayat 3, ibu bapak mempunyai hak utama mamilih macam pengajaran yang sama akan diberikan kepada anak-anak mereka. Pasal 27, Ayat 1, setiap orang berhak untuk turut serta dengan bebas dalam hidup kebudayaan masyarakat, untuk mengecap kenikmatan kesenian dan untuk turut serta dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan mendapat manfaatnya. Ayat 2, setiap orang berhak untuk dilindungi kepentingan-kepentingannya moril dan materiil yang didapatnya sebagai hasil dari sesuatu produksi dalam lapangan ilmu pengetahuan, kesusasteraan atau kesenian yang diciptakan sendiri. Pasal 28, setiap orang berhak atas susunan social internasional yang didalamnya hak-hak dan kebebasan-kebebasan yang termaktub di dalam pernyataan ini dapat dilaksanakan sepenuhnya. Pasal 29, Ayat 1, setiap or4ang mempunyai kewajiban terhadap suatu masyarakat dimana ia mendapat kemungkinan untuk mengembangkan pribadinya dengan penuh dan utuh. Ayat 2, dalam menjalankan hak-hak dan kebebasan-kebebasannya setiap orang tunduk hanya pada pembatas-pembatasannya yang ditetapkan oleh undang-undang dengan maksud sematamata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan yang layak bagi hak-hak dan kebebasan-kebebasan orang lain, dan untuk memenuhi syarat-syarat benar dari kesusilaan, tata tertib umum dalam suatu masyarakat demokrasi. Ayat 3, hak-hak dan kebebasan-kebebasan ini sekalipun tidak boleh dijalankan dengan cara yang bertentangan tujuan-tujuan dan dasar-dasar PBB. Pasal 30, tidak sesuatupun dalam pernyataan ini boleh diartikan memberikan salah satu negara, golongan maupun seseorang, sesuatu hak untuk melakukan sesuatu kegiatan atau sesuatu perbuatan yang bertujuan merusak salah satu hak dan kebebasan yang termaktub dalam pernyataan ini. Dari ke tiga puluh pasal dalam Deklarasi Universal tentang Hak-Hak Asasi Manusia (HAM), dapat dilihat bahwa manusia secara individu dan semua orang-orang yang beragama akan sependapat, namun manakala manusia telah memproklamasikan diri menjadi suatu kaum atau bangsa dalam suatu negara, maka status manusia individual akan menjadi status warga negara, pemberian hak sebagai warga negara. Ini diatur dalam mekanisme kenegaraan serta sebagai warga negara, bukan hanya memperoleh hak namun memperoleh pula kewajiban. 6. Perkembangan Pendidkan Pendahuluan Bela Negara. 1. Situasi NKRI Terbagi Dalam Peiode-Periode. Yang dimaksud dengan periode tersebut adalah yang berkaitan dengan kepentingan sejarah Perkembangan Pendidikan Pendahuluan Bela Negara. Pendidikan Pendahuluan Bela Negara berkembang berdasarkan situai yang dihadapi oleh penyelenggara kekuasaan. Periode-periode tersebut adalah sebagai berikut: a Tahun 1945 sejak NKRI diproklamasikan sampai dengan tahun 1965 disebut periode lama atau Orde Lama. b. Tahun 1965 sampai dengan tahun 1998 disebut periode baru atau Orde Baru. c. Tahun 1998 sampai dengan sekarang periode reformasi. Perbedaan periode tersebut terletak pada hakekat yang dihadapi, dimana pada periode lama bentuk yang dihadapi adalah Ancaman Fisik, yang pemberontakan dari dalam maupun Ancaman Fisik, dari luar oleh tentara :Sekutu dan tentara Kolonial Belanda dan tentara Dai Nipppon sedangkan pada periode baru dan Bentuk yang dihadapi adalah tantangan yang sering berubah sesuai dengan perkembangan kemajuan zaman yang membawa pengaruh terhadap perilaku bangsa dengan tuntutan hak yang lebih banyak. Pada situasi ini yang dihadadpi adalah Tantangan Non Fisik,

yaitu tantangan pengaruh global dan gejolak social. Berdasarkan situasi pada periode yang berbeda pada periode yang berbeda ini, maka landasan-landasan hukum yang digunakan untuk melaksanakan bela negarapun berbeda. 2. Pada Periode Lama, Bentuk Ancaman Yang Dihadapi Berupa Fisik, bentuk ancaman datangnya dari dalam maupun dari luar, langsung maupun tiak langsung. Menumbuhkan pemikiran bagaimana agar bangsa siap menghadapinya. Maka pada tahun 1954, terbitlah produk Undang-Undang tentang Pokok-pokok Perlawanan Rakyat (PPPR) dengan nomor : 29 Tahun 1954. Realisasi dari produk undang-undang ini maka diselenggarakan Pendidikan Pandahuluan Perlawanan Rakyat (PPPR) yang menghasilkan organisasi-organisasi Perlawanan Rakyat pada tingkat pemerintahan desa dibentuk OPR, yang selanjutnya berkembang menjadi organisasi keamanan desa dibentuk (OKD) di sekolah-sekolah terbentuk organisasi keamanan sekolah (OKS). Dilihat dari kepentingannya, tentunya pola pendidikan yang diselenggarakan akan terarah pada fisik,t eknik, taktik dan strategi kemiliteran, 3. Periode Orde Baru dan Periode Reformasi. Bentuk ancaman yang dihadapi berupa Tantangan Non Fisik dan Gejolak Sosial, sehingga bagaimana mewujudkan bela negara dalam berbagai aspek nasional di dalam bermayarakat, berbangsa dan bernegara yang tidak terlepas dari pengarugh lingkungan strategis baik dari dalam maupun dari luar, langsung maupun tidak langsung. Untuk mewujudkan pokok pikiran tersebut maka pertama yang dilakukan adalah membuat rumusan tujuan dari bela negara yaitu: menumbuhkan rasa cinta tanah air, bangsa dan negara. Untuk mencapai tujuan dari bela negara maka bangsa Indonesia perlu mendapat pengertian dan pemahaman tentang wilayah negara dalam persatuan dan kesatuan bangsa atau Ketahanan Nasional, agar supaya pemahaman tersebut dapat mengikat dan menjadi perekat bangsa dalam satu kesatuan yang utuh. Oleh karena itu pada tahan 1973 untuk pertama kali dalam periode baru dibuat ketetapan MPR dengan nomor : IV/ MPR/ 1973 tentang GBHN, dimana didalamya terdapat muatan penjelasan tentang Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional. Sesuai dengan perkembangan kemajuan dari periode ke periode dan adanya muatan tentang Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dalam GBHN, maka undangUndang No. 25 Tahun 19554 tentang Pokok-pokok Perlawanan Rakyat sudah tidak dapat menjawab kondisi yang diinginkan, oleh karena itu pada tahun 1982 ,UU No. 39/ 1054 dicabut dan diganti dengan UU No. 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negera Republik Indonesia. Realisasi dari UU No.20 TAhun 1982 tealh diselenggarakan Pendidika Pemdahuluan Bela Negara (PPBN), melalui obyek dan sasaran di lingkungan pekerjaan, lingkungan pemukiman dan lingkungan pendidikan. Penyelenggaraan Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN) di lingkungan pendiddikan agar dapat menjadi pedoman,sehingga bahan ajaran dibuat dalam tahapan, yaitu tahap awal PPBNndiberikan pada sekolah Taman Kanak-Kanak sampai dengan Sekolah Menengah Umum (SMU) dan tahap lanjutan PPBN diberikan pada Mahasiswa yang bertitik berat pada pemahaman bela negara secara filosofi, tahapan ini disebut Pendidikan Pendahuluan Bela Negara Tahap Lanjutan. Untuk mempertegas secara hukum tetnang PedidikanPendahuluan Bela Negara (PPBN) ini maka dibuatlah prioduk Undng-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional dengan no. 2 Tahun 1989 yang antara lain pada pasal 39 diatur tentang kurikulum pendidikan termasuk kurikulum pendidikan kewarganegaraan yang kemudian pasal ini dijelakan bahwa yang dimaksud dengan pedidikan kewarganegaraan adalah : a. Hubungan negara dengan warga negara, antara warga negara serta Pendidikan Pendahuluan Bela Negara. b. Untuk di Perguruan Tinggi melalui Pendidikan Kewiraan. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi, harus terus menerus ditingkatkan guna menjawab tantangan masa depan, sehingga keluaran peserta didik memiliki semangat juang yang tinggi dan kesadaran Bela Negara sesuai bidang profesi masing-masing demi tatap tegak dan utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perguruan Tnggi perlu mendapatkan Pendidikan Kewarganegaraan karena Perguruan Tinggi sebagai institusi ilmiah bertugas secara terus menerus mengembangkan

ilmu pengetahuan dan Perguruan Tinggi sebagai instrument nasional bertugas sebagai pencetak kader-kader pemimpin bangsa. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi diberikan pemahaman filosofi secara ilmiah meliputi pokok-pokok bahasa, yaitu: Wawasan Nusantara Ketahanan Nasional,Politik dan Strategi Nasional (Polstranas)

10

Anda mungkin juga menyukai