Anda di halaman 1dari 22

MOOC PPPK

Massive Open Online


Course
PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN
PERJANJIANKERJA (PPPK)

JURNAL
Oleh:

Nama Guru : Eka Agus Styawati, S. Pd


NIP : 198608152022212014
Tempat, tanggal lahir : Wonogiri, 15 Agustus 1986
Golongan : IX (Sembilan)
Jabatan : Ahli Pertama- Guru Matematika
Instansi : SMA N 1 Sidoharjo

LEMBAGA ADMINISTRASI
NEGARA (LAN)TAHUN 2022
AGENDA 1

1. Materi Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara


Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka
mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa
(nation character) dan kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang
bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal
Ika, guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi
mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.
Empat konsensus dasar berbangsa dan bernegara adalah :
1. Pancasila
2. Undang-Undang Dasara 1945
3. Bhinneka Tunggal Ika
4. Negara Kesatuan Republik Indonesia
Bendera Negara Sang Merah Putih, Bahasa Indonesia, Lambang Negara
Garuda Pancasila, dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya merupakan jati diri bangsa
dan identitas Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keempat simbol tersebut
menjadi cerminan kedaulatan negara di dalam tata pergaulan dengan negara-negara
lain dan menjadi cerminan kemandirian dan eksistensi negara Indonesia yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Dengan demikian, bendera, bahasa,
dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia bukan hanya sekadar
merupakan pengakuan atas Indonesia sebagai bangsa dan negara, melainkan
menjadi simbol atau lambang negara yang dihormati dan dibanggakan warga negara
Indonesia. Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia
menjadi kekuatan yang sanggup menghimpun serpihan sejarah Nusantara yang
beragam sebagai bangsa besar dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahasa
Indonesia bahkan cenderung berkembang menjadi bahasa perhubungan luas.
Penggunaannya oleh bangsa lain yang cenderung meningkat dari waktu ke waktu
menjadi kebanggaan bangsa Indonesia.
Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara,
baik secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara,
keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai
Ancaman. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019 tentang
Pengelolaan SumberDaya Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat (3), nilai
dasar Bela Negara meliputi :
a. cinta tanah air;
b. sadar berbangsa dan bernegara;
c. setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
d. rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
e. kemampuan awal Bela Negara.
Indonesia adalah konstruksi masyarakat modern yang tersusun dari
kekayaan sejarah, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan ideologi yang tersebar di
bumi nusantara. kesatuan psikologis, politis, dan geografis diatas, penyelenggaraan
pembangunan nasional juga harus didukung oleh kesatuan visi. Artinya, ada
koherensi antara tujuan dan cita-cita nasional yang termaktub dalam Pembukaan
UUD 1945 dengan visi, misi, dan sasaran strategis yang dirumuskan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional, Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) Nasional, Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah, hingga
Rencana Strategis Kementerian/Lembaga dan Satuan Kerja Pemerintah Daerah
(SKPD) baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Untuk mewujudkan tujuan
dan cita-cita nasional.
Nasionalisme dalam arti sempit, yaitu sikap mencintai bangsa sendiri secara
berlebihan sehingga menggap bangsa lain rendah kedudukannya, kemudian
Nasionalisme dalam arti luas, yaitu sikap mencintai bangsa dan negara sendiri dan
menganggap semua bangsa sama derajatnya. Sikap patriotisme adalah sikap sudi
berkorban segala-galanya termasuk nyawa sekalipun untuk mempertahankan dan
kejayaan Negara
Dengan ditetapkannya Pancasila yang termuat dalam Pembukaan UUD
1945 sebagai dasar negara sebagaimana diuraikan terdahulu, dengan demikian
Pancasila menjadi idiologi negara. Artinya, Pancasila merupakan etika sosial, yaitu
seperangkat nilai yang secara terpadu harus diwujudkan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.

2. Analisis Isu Kontemporer


Perubahan adalah sesuatu keniscayaan yang tidak bisa dihindari, menjadi
bagian yang selalu menyertai perjalanan peradaban manusia. Cara kita menyikapi
terhadap perubahan adalah hal yang menjadi faktor pembeda yang akan
menentukan seberapa dekat kita dengan perubahan tersebut, baik pada perubahan
lingkungan individu, keluarga (family), Masyarakat pada level lokal dan regional
(Community/ Culture), Nasional (Society), dan Dunia (Global). Perubahan adalah
sesuatu keniscayaan yang tidak bisa dihindari, menjadi bagian yang selalu
menyertai perjalanan peradaban manusia.
Cara kita menyikapi terhadap perubahan adalah hal yang menjadi faktor
pembeda yang akan menentukan seberapa dekat kita dengan perubahan tersebut,
baik pada perubahan lingkungan individu, keluarga (family), Masyarakat pada level
lokal dan regional (Community/ Culture), Nasional (Society), dan Dunia (Global).
Dengan memahami penjelasan tersebut, maka yang perlu menjadi fokus perhatian
adalah mulai membenahi diri dengan segala kemampuan, kemudian
mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki dengan memperhatikan modal
insani (manusia) yang merupakan suatu bentuk modal (modal intelektual,
emosional, sosial, ketabahan, etika/moral, dan modal kesehatan (kekuatan)
fisik/jasmani) yang tercermin dalam bentuk pengetahuan, gagasan, kreativitas,
keterampilan, dan produktivitas kerja.
Terdapat beberapa isu-isu strategis kontemporer yang telah menyita ruang
publik harus dipahami dan diwaspadai serta menunjukan sikap perlawanan terhadap
isu-isu tersebut. Isu-isu kontemporer yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Korupsi
Undang- undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi beserta revisinya melalui Undang-Undang Nomor 20 tahun
2001. Secara substansi Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 telah
mengatur berbagai modus operandi tindak pidana korupsi sebagai tindak
pidana formil, memperluas pengertian pegawai negeri sehingga pelaku
korupsi tidak hanya didefenisikan kepada orang perorang, tetapi juga pada
korporasi, dan jenis penjatuhan pidana yang dapat dilakukan hakim
terhadap terdakwa tindak pidana korupsi adalah Pidana Mati, Pidana
Penjara, dan Pidana Tambahan.
b. Narkoba
Menurut Online Etymology Dictionary, perkataan narkotika berasal dari
bahasa Yunani yaitu ”Narke” yang berarti terbius sehingga tidak merasakan
apa-apa. Sebagian orang berpendapat bahwa narkotika berasal dari kata
”Narcissus” yang berarti jenis tumbuh-tumbuhan yang mempunyai bunga
yang membuat orang tidak sadarkan diri.
Narkotika dan Obat Berbahaya, sertanapza (istilah yang biasa digunakan
oleh Kemenkes) yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika
dan Zat Adiktif (Kemenkes, 2010). Kedua istilah tersebut dapat
menimbulkan kebingungan. Dunia internasional (UNODC) menyebutnya
dengan istilah narkotika yang mengandung arti obat-obatan jenis narkotika,
psikotropika dan zat adiktif lainnya. Sehingga dengan menggunakan istilah
narkotika berarti telah meliputi narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif
lainny.
c. Terorisme dan Radikalisme
Terorisme adalah perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman
kekerasan yang menimbulkan suasana terror atau rasa takut secara meluas,
yang dapat menimbulkan korban yang bersifat massal, dan/atau
menimbulkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek vital yang
strategis, Iingkungan hidup, fasilitas publik, atau fasilitas internasional
dengan motifideologi, politik, atau gangguan keamanan.
4 Tipe kelompok teroris yang beroprasi di dunia:
1. Left wing terrorist
2. Right wing terrorist
3. Etnonasionalis
4. Religious or scared terrorist
d. Money Laundring
“Money laundering” dalam terjemahan bahasa Indonesia adalah aktivitas
pencucian uang. Terjemahan tersebut tidak bisa dipahami secara sederhana
(arti perkata) karena akan menimbulkan perbedaan cara pandang dengan arti
yang populer, bukan berarti uang tersebut dicuci karena kotor seperti
sebagaimana layaknya mencuci pakaian kotor. Oleh karena itu, perlu
dijelaskan terlebih dahulu sejarah munculnya money laundering dalam
perspektif sebagai salah satu tindak kejahatan.
e. Proxy War
Sejarahnya Perang proksi telah terjadi sejak zaman dahulu sampai dengan
saat ini yang dilakukan oleh negara-negara besar menggunakan actor
Negara maupun actor non negara. Kepentingan nasional Negara Negara
besar dalam rangka struggle for power dan power of influence
mempengaruhi hubungan internasional. Proxy war memiliki motif dan
menggunakan pendekatan hard power dan soft power dalam mencapai
tujuannya.
f. Proxy War Modern
Menurut pengamat militer dari Universitas Pertahanan, Yono Rekso diprojo
menyebutkan Proxy War adalah istilah yang merujuk pada konflik diantara
dua negara, dimana Negara tersebut tidak serta-merta terlibat langsung
dalam peperangan karena melibatkan ‘proxy’ atau kaki tangan. Perang
Proksi merupakan bagian dari modus perang asimetrik, sehingga berbeda
jenis dengan perang konvensional. Perang asimetrik bersifat irregular dan
tak dibatasi oleh besaran kekuatan tempur atau luasan daerah pertempuran.
Perang proksi memanfaatkan perselisihan eksternal atau pihak ketiga untuk
menyerang kepentingan atau kepemilikan territorial lawannya.
g. Kejahatan Mass Communication (Cyber Crime, Hate Speech, dan
Hoax)

h. Media Massa vs Media Sosial


Media massa pada berbicara atas nama lembaga tempat dimana mereka
berkomunikasi sehingga pada tingkat tertentu, kelembagaan tersebut dapat
berfungsi sebagai fasilitas sosial yang dapat ikut mendorong komunikator
dalam menyampaikan pesan-pesannya.
Sedangkan media sosial, baik pemberi informasi maupun penerimanya
seperti bisa memiliki media sendiri. Media social merupakan situs dimana
setiap orang bisa membuat web page pribadi, kemudian terhubung dengan
kolega atau publik untuk berbagi informasi dan berkomunikasi.

3. Kesiapsiagaan Bela Negara


Kesiapsiagaan bela negara merupakan aktualisasi nilai nilai bela negara
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai peran dan profesi
warga negara, demi menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan
segenap bangsa dari segala bentuk ancaman yang pada hakikatnya mendasari proses
nation and character building. Proses nation and character building tersebut didasari
oleh sejarah perjuangan bangsa, sadar akan ancaman bahaya nasional yang tinggi
serta memiliki semangat cinta tanah air,kesadaran berbangsa dan bernegara, yakin
Pancasila sebagai idiologi negara, kerelaan berkorban demi bangsa dan Negara.
Sikap dan perilaku yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan prasyarat utama dalam menjamin
kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara. Hal penting pada
pengembangan kesadaran bela Negara berikutnya adalah kesetiaan pada Pancasila
sebagai ideologi Negara, sebagai dasar Negara yang mempersatukan bangsa yang
majemuk dengan kebhinekaanya. Pancasila telah terbukti mampu menjaga integrasi
dan integritas bangsa. Sebagai ideologi, Pancasila telah menjadi landasan idiil
dalam penyelenggaraan Negara, yang berarti menjadikan dasar berpkir, dasar
bersikap dan dasar bertindak semua warga Negara terutama para penyelenggara
Negara. Memisahkan Pancasila dari kehidupan berbangsa dan bernegara akan
menjadikan bangsa dan Negara melemah dan mengarah pada kehancuran.
Berikutnya adalah kerelaan berkorban untuk bangsa dan Negara, yang
dikembangkan dengan aksi nyata, tanpa pamrih dan didasari pada keyakinan bahwa
pengorbanan tersebut tidak akan sia-sia.
Tanpa keinginanan untuk berkorban pada bangsa dan Negara dari seluruh
warga negaranya, negeri ini akan mengalami stagnasi, tidak mampu bersaing
dengan bangsa-bangsa dan Negara-negara lainnya di dunia atau bahkan mengalami
kemuduran dikarenakan warga negaranya enggan berkontribusi demi bangsa dan
negaranya.
Terakhir, kesadaran bela Negara perlu diaktualisasikan dengan aksi dan
tindakan nyata berupa kemampuan awal bela Negara. Kemampuan awal bela
Negara tidak dapat diartikan secara sempit, namun harus diartikan secara luas. Di
lapangan pengabdian sesuai profesi masing, kompetensi menjadi awal dari
terbentuknya kemampuan untuk membela Negara menghadapi berbagai bentuk
ancaman, bahkan sejak ancaman tersebut masih berupa potensi ancaman. Dengan
kompetensi masingmasing dan sesuai dengan profesi seluruh warga Negara berhak
dan wajib untuk menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan
bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa
Indonesia dan Negara dari berbagai Ancaman.
Sejarah perjuangan Bangsa Indonesia untuk merebut dan mempertahankan
kemerdekaan Indonesia merupakan hasil perjuangan segenap komponen bangsa
yang dilandasi oleh semangat untuk membela Negara dari penjajahan. Perjuangan
tersebut tidak selalu dengan mengangkat senjata, tetapi dengan kemampuan yang
dimiliki sesuai dengan kemampuan masing-masing. Nilai dasar Bela Negara
kemudian diwariskan kepada para generasi penerus guna menjaga eksistensi RI.
Sebagai aparatur Negara, ASN memiliki kewajiban untuk mengimplementasikan
dalam pengabdian sehari hari. Bela Negara dilaksanakan atas dasar kesadaran
warga Negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri yang ditumbuhkembangkan
melalui 33 usaha Bela Negara. Usaha Bela Negara diselenggarakan melalui
pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, pengabdian
sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela atau secara wajib, dan
pengabdian sesuai dengan profesi. Usaha BelaNegara bertujuan untuk memelihara
jiwa nasionalisme Warga Negara dalam upaya pemenuhan hak dan kewajibannya
terhadap Bela Negara yang diwujudkan dengan Pembinaan Kesadaran Bela Negara
demi tercapainya tujuan dan kepentingan nasional.
AGENDA 2

1. Berorientasi Pelayanan
Definisi pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan
Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap
warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif
yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Terdapat tiga unsur
penting dalam pelayanan publik khususnya dalam konteks ASN, yaitu
a. penyelenggara pelayanan publik yaitu ASN/Birokrasi,
b. penerima layanan yaitu masyarakat, stakeholders, atau sektor privat, dan
c. kepuasan yang diberikan dan/atau diterima oleh penerima layanan.
Pelayanan publik yang baik didasarkan pada prinsip- prinsip yang digunakan untuk
merespons berbagai kebutuhan dalam penyelenggaraan pelayanan publik di lingkungan
birokrasi. Prinsip pelayanan publik yang baik adalah:
a. Partisipatif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dibutuhkan masyarakat,
pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya.
b. Transparan
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah sebagai
penyelenggara pelayanan publik harus menyediakan akses bagi warga negara
untuk mengetahui segala hal yang terkait dengan pelayanan publik yang
diselenggarakan tersebut, seperti persyaratan, prosedur, biaya, dan
sejenisnya. Masyarakat juga harus diberi akses yang sebesar-besarnya untuk
mempertanyakan dan menyampaikan pengaduan apabila mereka merasa
tidak puas dengan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah.
c. Responsif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah wajib mendengar dan
memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya. Tidak hanya terkait dengan
bentuk dan jenis pelayanan publik yang mereka butuhkan, akan tetapi juga
terkait dengan mekanisme penyelenggaraan layanan, jam pelayanan,
prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan. Birokrasi wajib
mendengarkan aspirasi dan keinginan masyarakat yang menduduki posisi
sebagai klien.
d. Tidak diskriminatif.
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak boleh
dibedakan antara satu warga negara dengan warga negara yang lain atas dasar
perbedaan identitas warga negara, seperti status sosial, pandangan politik,
agama, profesi, jenis kelamin atau orientasi seksual, difabel, dan sejenisnya.
e. Mudah dan Murah
Penyelenggaraan pelayanan publik di mana masyarakat harus memenuhi
berbagai persyaratan dan membayar biaya untuk memperoleh layanan yang
mereka butuhkan, harus diterapkan prinsip mudah, artinya berbagai
persyaratan yang dibutuhkan tersebut masuk akal dan mudah untuk dipenuhi.
Murah dalam arti biaya yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk mendapatkan
layanan tersebut terjangkau oleh seluruh warga negara. Hal ini perlu
ditekankan karena pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah
tidak dimaksudkan untuk mencari keuntungan melainkan untuk memenuhi
mandat konstitusi.
f. Efektif dan Efisien
Penyelenggaraan pelayanan publik harus mampu mewujudkan tujuan-tujuan
yang hendak dicapainya (untuk melaksanakan mandat konstitusi dan
mencapai tujuan-tujuan strategis negara dalam jangka panjang) dan cara
mewujudkan tujuan tersebut dilakukan dengan prosedur yang sederhana,
tenaga kerja yang sedikit, dan biaya yang murah.
g. Aksesibel
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah harus dapat
dijangkau oleh warga negara yang membutuhkan dalam arti fisik (dekat,
terjangkau dengan kendaraan publik, mudah dilihat, gampang ditemukan, dan
lain-lain) dan dapat dijangkau dalam arti non-fisik yang terkait dengan biaya
dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh masyarakat untuk mendapatkannya.
2. Akuntabel
Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi tidak mudah
untuk dipahami. Ketika seseorang mendengar kata akuntabilitas, yang terlintas
adalah sesuatu yang sangat penting, tetapi tidak mengetahui bagaimana cara
mencapainya. Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan
responsibilitas atau tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut
memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung
jawab yang berangkat dari moral individu, sedangkan akuntabilitas adalah
kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang
memberikan amanat.
Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan
responsibilitas atau tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut
memiliki arti yang berbeda.
Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab, sedangkan
akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai.
Aspek - Aspek akuntabilitas mencakup beberapa hal berikut yaitu
akuntabilitas adalah sebuah hubungan, akuntabilitas berorientasi pada hasil,
akuntabilitas membutuhkan adanya laporan, akuntabilitas memerlukan
konsekuensi, serta akuntabilitas memperbaiki kinerja.
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu
pertama, untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi); kedua, untuk
mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional); ketiga,
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: akuntabilitas vertical
(vertical accountability), dan akuntabilitas horizontal (horizontal accountability).
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas personal,
akuntabilitas individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan
akuntabilitas stakeholder.
Akuntabilitas dan Integritas banyak dinyatakan oleh banyak ahli
administrasi negara sebagai dua aspek yang sangat mendasar harus dimiliki dari
seorang pelayan publik. Namun, integritas memiliki keutamaan sebagai dasar
seorang pelayan publik untuk dapat berpikir secara akuntabel. Kejujuran adalah
nilai paling dasar dalam membangun kepercayaan publik terhadap amanah yang
diembankan kepada setiap pegawai atau pejabat negara.
Setiap organisasi memiliki mekanisme akuntabilitas tersendiri. Mekanisme
ini dapat diartikan secara berbedabeda dari setiap anggota organisasi hingga
membentuk perilaku yang berbeda-beda pula. Contoh mekanisme akuntabilitas
organisasi, antara lain sistem penilaian kinerja, sistem akuntansi, sistem akreditasi,
dan sistem pengawasan (CCTV, finger prints, ataupun software untuk memonitor
pegawai menggunakan komputer atau website yang dikunjungi).
Hal-hal yang penting diperhatikan dalam membangun lingkungan kerja
yang akuntabel adalah: 1) kepemimpinan, 2) transparansi, 3) integritas, 4) tanggung
jawab (responsibilitas), 5) keadilan, 6) kepercayaan, 7) keseimbangan, 8) kejelasan,
dan 9) konsistensi. Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang
akuntabel, maka mekanisme akuntabilitas harus mengandung 3 dimensi yaitu
Akuntabilitas kejujuran dan hukum, Akuntabilitas proses, Akuntabilitas program,
dan Akuntabilitas kebijakan.
Pengelolaan konflik kepentingan dan kebijakan gratifikasi dapat membantu
pembangunan budaya akuntabel dan integritas di lingkungan kerja. Akuntabilias
dan integritas dapat menjadi faktor yang kuat dalam membangun pola pikir dan
budaya antikorupsi

3. Kompeten
Pengembangan kompetensi dan karakter ASN penting diselaraskan sesuai
visi, misi, dan misi, termasuk nilai-nilai birokrasi pemerintah. Dalam kaitan visi,
sesuai Peraturan Presiden No. 18 Tahun 2020 tentang RPJM Nasional 2020-2024,
telah ditetapkan bahwa visi pembangunan nasional untuk tahun 2020-2024 di
bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden K.H. Ma’ruf
Amin adalah: Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan
Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong. Upaya untuk mewujudkan visi
tersebut dilakukan melalui 9 (sembilan) Misi Pembangunan yang dikenal sebagai
Nawacita Kedua, yaitu:
1) Peningkatan kualitas manusia Indonesia;
2) Struktur ekonomi yang produktif, mandiri, dan berdaya saing;
3) Pembangunan yang merata dan berkeadilan;
4) Mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan;
5) Kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa;
6) Penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya;
7) Perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada setiap
warga;
8) Pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya; dan
9) Sinergi pemerintah daerah dalam kerangka negara kesatuan.
Tentu saja untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, antara lain, perlu
didukung profesionalisme ASN, dengan tatanan nilai yang mendukungnya. Sesuai
dengan Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur dan Reformasi Birokrasi
Nomor 20 Tahun 2021 tanggal 26 Agustus 2021 telah ditetapkan ASN branding,
yakni: Bangga Melayani Bangsa, dengan nilai-nilai dasar operasional BerAkhlak
meliputi :
1) Berorietnasi Pelayanan, yaitu komitmen memberikan pelaynan prima demi
kepuasaan masyarakat;
2) Akuntabel, yaitu bertanggungjawab atas kepercayaan yang diberikan;
3) Kompeten, yaitu terus belajar dan mengembangkan kapabilitas;
4) Harmonis, yaitu saling peduli dan mengharagai perbedaan;
5) Loyal, yaitu berdedikasi dan mengutamakan kepentingan Bangsa dan Negara;
6) Adapt i f , yaitu terus berinovasi dan antuasias dalam menggerakkan serta
menghadapi perubahan; dan
7) Kol aborat if , yaitu membangun kerja sama yang sinergis

4. Harmonis
Republik Indonesia adalah negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis
khatulistiwa dan berada di antara daratan benua Asia dan Australia, serta antara
Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia adalah negara kepulauan
terbesar di dunia yang terdiri dari 17.504 pulau. Nama alternatif yang biasa
dipakai adalah Nusantara. Dengan populasi mencapai 270.203.917 jiwa pada
tahun 2020, Indonesia menjadi negara berpenduduk terbesar keempat di dunia.
Dari Sabang di ujung Aceh sampai Merauke di tanah Papua, Indonesia
terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa, dan agama. Berdasarkan rumpun
bangsa (ras), Indonesia terdiri atas bangsa asli pribumi yakni Mongoloid
Selatan/Austronesia dan Melanesia di mana bangsa Austronesia yang terbesar
jumlahnya dan lebih banyak mendiami Indonesia bagian barat. Secara lebih
spesifik, suku bangsa Jawa adalah suku bangsa terbesar dengan populasi
mencapai 42% dari seluruh penduduk Indonesia. Semboyan nasional Indonesia,
"Bhinneka tunggal ika" ("Berbeda-beda namun tetap satu"), bermakna
keberagaman sosial-budaya yang membentuk satu kesatuan/negara.
Keanekaragaman suku bangsa itu dapat dipahami disebabkan karena
kondisi letak geografis Indonesia yang berada di persimpangan dua benua dan
samudra. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya percampuran ras, suku bangsa,
agama, etnis dan budaya yang membuat beragamnya suku bangsa dan budaya
diseluruh indonesia. Keanekaragaman suku bangsa dan budaya membawa
dampak terhadap kehidupan yang meliputi aspek aspek sebagai berikut:
1) Kesenian
2) Religi
3) Sistem Pengetahuan
4) Organisasi sosial
5) Sistem ekonomi
6) Sistem teknologi
7) Bahasa.
Kebhinekaan dan Keberagaman suku bangsa dan budaya memberikan
tantangan yang besar bagi negara Indonesia. Wujud tantangan ada yang berupa
keuntungan dan manfaat yang antara lain berupa:
1) Dapat mempererat tali persaudaraan
2) Menjadi aset wisata yang dapat menghasilkan pendapatan negara
3) Memperkaya kebudayaan nasional
4) Sebagai identitas negara indonesia di mata seluruh negara di dunia
5) Dapat dijadikan sebagai ikon pariwisata sehingga para wisatawan dapat
tertaarik dan berkunjung di Indonesia
6) Dengan banyaknya wisatawan maka dapat menciptakan lapangan
pekerjaan
7) Sebagai pengetahuan bagi seluruh warga di dunia
8) Sebagai media hiburan yang mendidik
9) Timbulnya rasa nasionalisme warga negara terhadap negara Indonesia
10) Membuat Indonesia terkenal dimata dunia berkat keberagaan budaya yang
kita miliki.
Selain memberikan manfaat tersebut keanekaragaman juga memberikan
tantangan kepada negara kita. Tantangan dalam masyarakat dapat
dikelompokkan menjadi beberapa kondisi sebagai berikut.
1) Disharmonis antarsuku yaitu pertentangan antara suku yang satu dengan
suku yang lain. Perbedaan suku seringkali juga memiliki perbedaan adat
istiadat, budaya, sistem kekerabatan, norma sosial dalam masyarakat.
Pemahaman yang keliru terhadap perbedaan ini dapat menimbulkan
disharmonis dalam masyarakat.
2) Disharmonis antaragama yaitu pertentangan antarkelompok yang memiliki
keyakinan atau agama berbeda. Disharmonis ini bisa terjadi antara agama
yang satu dengan agama yang lain, atau antara kelompok dalam agama
tertentu.
3) Disharmonis antarras yaitu pertentangan antara ras yang satu dengan ras
yang lain. Pertentangan ini dapat disebabkan sikap rasialis yaitu
memperlakukan orang berbeda-beda berdasarkan ras.
4) Disharmonis antargolongan yaitu pertentangan antar kelompok dalam
masyarakat atau golongan dalam masyarakat. Golongan atau kelompok
dalam masyarakat dapat dibedakan atas dasar pekerjaan, partai politik, asal
daerah, dan sebagainya.
Berdasarkan pandangan dan pengetahuan mengenai kenekaragaman
bangsa dan budaya, sejarah pergerakan bangsa dan negara, konsep dan teori
nasionalisme berbangsa, serta potensi dan tantangannya maka sebagai ASN
harus memiliki sikap dalam menjalankan peran dan fungsi pelayanan masyarakat.
Sebagai pelayan publik, setiap pegawai ASN senantiasa bersikap adil
dan tidak diskriminasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Mereka harus bersikap profesional dan berintegritas dalam memberikan
pelayanan. Tidak boleh mengejar keuntungan pribadi atau instansinya belaka,
tetapi pelayanan harus diberikan dengan maksud memperdayakan masyarakat,
menciptakan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Untuk itu integritas
menjadi penting bagi setiap pegawai ASN. Senantiasa menjunjung tinggi nilai-
nilai kejujuran, keadilan, tidak korupsi,transparan, akuntabel, dan memuaskan
publik.

5. Loyal
Sikap loyal seorang ASN dapat tercermin dari komitmennya dalam
melaksanakan sumpah/janji yang diucapkannya ketika diangkat menjadi ASN
sebagaimana ketentuan perundang undangangan yang berlaku. Disiplin ASN
adalah kesanggupan ASN untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang
ditentukan dalam peraturan perundang- undangan. Oleh karena itu pemerintah
mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin ASN.
Loyal merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN
BerAKHLAK yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan
mengutamakan kepentingan bangsa dan negara. Materi modul ini diharapkan dapat
memberikan gambaran bagaimana panduan
perilaku loyal yang semestinya dipahami dan dimplementasikan oleh setiap ASN
di instansi tempatnya bertugas, yang terdiri dari:
a. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah;
b. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
c. Menjaga rahasia jabatan dan negara.
Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan,
paling tidak terhadap cita-cita organisasi, dan lebih- lebih kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).
Loyalitas merupakan suatu hal yang bersifat emosional. Untuk bisa mendapatkan
sikap loyal seseorang, terdapat banyak faktor yang akan memengaruhinya. Terdapat
beberapa ciri/karakteristik yang dapatdigunakan oleh organisasi untuk mengukur loyalitas
pegawainya, antara lain:
a. Taat pada Peraturan
b. Bekerja dengan Integritas
c. Tanggung Jawab pada Organisasi
d. Kemauan untuk Bekerja Sama
e. Rasa Memiliki yang Tinggi
f. Hubungan Antar Pribadi
g. Kesukaan Terhadap Pekerjaan
h. Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan
i. Menjadi Teladan bagi Pegawai Lain

6. Adapatif
Di sektor publik, budaya adaptif dalam pemerintahan ini dapat diaplikasikan dengan
tujuan untuk memastikan serta meningkatkan kinerja pelayanan publik. Adapun ciri-ciri
penerapan budaya adaptif dalam lembaga pemerintahan antara lain sebagai berikut:
a. Dapat mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan;
b. Mendorong jiwa kewirausahaan;
c. Memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah
Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam mencapai
tujuan – baik individu maupun organisasi – dalam situasi apa pun. Salah satu
tantangan membangun atau mewujudkan individua dan organisasi adaptif tersebut
adalah situasi VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity). Hadapi
Volatility dengan Vision, hadapi uncertainty dengan understanding, hadapi
complexity dengan clarity, dan hadapi ambiguity dengan agility.
Organisasi adaptif yaitu organisasi yang memiliki kemampuan untuk
merespon perubahan lingkungan dan mengikuti harapan stakeholder dengan cepat
dan fleksibel. Budaya organisasi merupakan faktor yang sangat penting di dalam
organisasi sehingga efektivitas organisasi dapat ditingkatkan dengan menciptakan
budaya yang tepat dan dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi. Bila budaya
organisasi telah disepakati sebagai sebuah strategi perusahaan maka budaya
organisasi dapat dijadikan alat untuk meningkatkan kinerja.
Dengan adanya pemberdayaan budaya organisasi selain akan menghasilkan sumber
daya manusia yang berkualitas.

7. Kolaboratif
Kolaborasi menjadi hal sangat penting di tengah tantangan global yang
dihadapi saat ini. Banyak ahli merumuskan terkait tantangan-tantangan tersebut.
Prasojo (2020) mengungkapkan beberapa tantangan yang dihadapi saat ini yaitu
disrupsi di semua kehidupan, perkembangan teknologi informasi, tenaga kerja
milenal Gen Y dan Z, serta mobilitas dan fleksibilitas.
Menurut Pérez López et al (2004 dalam Nugroho, 2018), organisasi yang
memiliki collaborative culture indikatornya sebagai berikut:
a. Organisasi menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami dan perlu terjadi;
b. Organisasi menganggap individu (staf) sebagai aset berharga dan membutuhkan
upaya yang diperlukan untuk terus menghormati pekerjaan mereka;
c. Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf yang mau mencoba dan
mengambil risiko yang wajar dalam menyelesaikan tugas mereka (bahkan ketika
terjadi kesalahan);
d. Pendapat yang berbeda didorong dan didukung dalam organisasi (universitas)
Setiap kontribusi dan pendapat sangat dihargai;
e. Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk menghindari
konflik;Kolaboratif
f. Kolaborasi dan kerja tim antar divisi adalah didorong; dan
g. Secara keseluruhan, setiap divisi memiliki kesadaran terhadap kualitas layanan
yang diberikan.
AGENDA 3

1. Smart ASN
Berdasarkan arahan bapak presiden pada poin pembangunan SDM dan
persiapan kebutuhan SDM talenta digital, literasi digital berfungsi untuk
meningkatkan kemampuan kognitif sumber daya manusia di Indonesia agar
keterampilannya tidak sebatas mengoperasikan gawai. Kerangka kerja literasi
digital untuk kurikulum terdiri dari digital skill, digital culture, digital ethics, dan
digital safety. Kerangka kurikulum literasi digital digunakan sebagai metode
pengukuran tingkat kompetensi kognitif dan afektif masyarakat dalam menguasai
teknologi digital (Amelia, 2021:260).
a. Digital skill merupakan Kemampuan individu dalam mengetahui, memahami,
dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi
digital dalam kehidupan sehari-hari.
b. Digital culture merupakan Kemampuan individu dalam membaca, menguraikan,
membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai
Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari dan
digitalisasi kebudayaan melalui pemanfaatan TIK.
c. Digital ethics merupakan Kemampuan individu dalam menyadari,
mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan,
dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan
sehari-hari.
d. Digital safety merupakan Kemampuan User dalam mengenali, mempolakan,
menerapkan, menganalisis, menimbang dan meningkatkan kesadaran
pelindungan data pribadi dan keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari.

2. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai
ASN yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi
politik, bersih dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme. Manajemen ASN lebih
menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu
tersedia sumber daya aparatur sipil negara yang unggul dan selaras dengan
perkembangan jaman. Berdasarkan jenisnya, pegawai ASN terdiri atas Pegawai
Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Kedudukan ASN sebagai aparatur negara yang menjalankan kebijakan yang
ditetapkan oleh atasan langsung instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh
dan intervensi semua golongan dan partai politik. Untuk menjalankan
kedudukannya tersebut, maka ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk:
a. Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Untuk itu ASN harus
mengutamakan kepentingan publik dan masyarakat luas dalam menjalankan
fungsi dan tugasnya tersebut.
b. Memberikan pelayanan publik yang professional dan berkualitas. Pelayanan
publik merupakan kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan
sesuai peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk
atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administrative yang diselenggarakan oleh
penyelenggara pelayanan publik dengan tujuan kepuasan pelanggan.
c. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. ASN
senantiasa dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan
Pemerintah. ASN senantiasa menjunjung tinggi martabat ASN dan
mengutamakan kepentingan Negara daripada kepentingan diri sendiri,
seseorang dan golongan.
Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik, dapat
meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka
setiap ASN diberikan hak. Setelah mendapatkan haknya maka ASN berkewajiban
bekerja sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Hak ASN dan PPPK yang
diatur di Undang-Undang nomor 5 tahun 2014 tentang ASN sebagai berikut.
1. PNS
a. Gaji, tunjangan dan fasilitas
b. Cuti
c. Jaminan pensiun dan jaminan hari tua
d. Perlindungan
e. Pengembangan kompetensi
2. PPPK
a. Gaji, tunjangan dan fasilitas
b. Cuti
c. Perlindungan
d. Pengembangan kompetensi
Selain hak sebagaimana disebutkan di atas, pemerintah juga wajib
memberikan perlindungan berupa:
1. Jaminan kesehatan
2. Jaminan kecelakaan kerja
3. Jaminan kematian
4. Bantuan hukum
Kewajiban ASN adalah suatu beban atau tanggungan yang bersifat
kontraktual. Dengan kata lain kewajiban adalah suatu yang sepatutnya diberikan.
Pegawai ASN berdasarkan Undang-Undang nomor 05 Tahun 2014 tentang ASN
wajib:
1. Setia dan taat kepada pancasila, dan UUD 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan pemerintah yang sah
2. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
3. Melaksanakan kebijakan yang dirumusan pejabat pemerintah yangberwewenang
4. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan
5. Melaksanakan tugas dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran dan penuh
tanggung jawab
6. Menunjukan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan
tindakan kepada setiap orang, baik di luar maupun di dalam kedinasan
7. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukan rahasia jabatan sesuai
dengan ketentuan perundang-undang
8. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode etik dan kode perilaku yang
bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode etik dan kode
perilaku ASN diatur dalam undang-undang dan menjadi acuan bagi para ASN
dalam penyelenggaraan birokrasi pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai