Anda di halaman 1dari 10

JURNAL

MASSIVE OPEN ONLINE COURSE

PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA

Nama : Subaiyatul Ulyah

Massive Open Online Course atau MOOC merupakan pembelajaran pertama di kegiatan
pelatihan dasar PPPK. Adapun tema yg di angkat pada pembelajaran MOOC ini yaitu Berakhlak
dan Smart ASN. Pengalaman yang saya dapat saat mengikuti pembelajaran MOOC ini sangat
mudah dimengerti dengan fitur yang lengkap dimana terdapat 3 Agenda pembelajaran yang setiap
agendanya di lengkapi dengan beberapa sub materi dan setiap sub materi terdapat modul yang bisa di
baca dengan tambahan beberapa video penerapan materi pembelajarannya. Pada akhir agenda terdapat
bagian evaluasi yang dikerjakan untuk menilai kepahaman materi yang telah dipelajari di setiap
agenda.

Pembelajaraan MOOC PPPK ini juga terdapat Thropy yang bisa dikumpulkan dengan melihat
video dan membaca setiap materi yang telah disediakan.

AGENDA 1

A. SIKAP DAN PERILAKU BELA NEGARA


1. Pengertian Wawasan Kebangsaan
Wawasan kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka mengelola kehidupan
berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa (nation Carachter) dan kesadaran terhadap
sistem nasional yang bersumber dari Pancasila, UUD Tahun 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika.
Guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi mencapai masyarakat
yang aman, adil makmur dan sejahtera.

Sejarah Penting Bangsa Indonesia:


- Pembentukan Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908 oleh Dr. Sutomo yang dikenal sebagai hari
Kebangkitan Nasional.
- Perhimpunan Indonesia (PI) pada 25 Oktober 1908 merupakan organisasi pergerakan Nasional pertama
yang menggunakan istilah Indonesia di kancah Internasional. PI diprakarsai oleh Sutan Kasayangan
dan R.N Noto suroto.
- Kongres Pemuda I pada tanggal 30 April 1926.
- Kongres Pemuda II pada tanggal 27-28 Oktober 1928.
- Terbentuknya BPUPKI pada 1 Maret 1945.
- PPKI terbentuk pada 07 Agustus 1945.
Empat Konsesus Dasar Berbangsa dan Bernegara;
- Pancasila
- UUD 1945
- Bhineka Tunggal Ika
- Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

2. Bendera, Bahasa, Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan.


2.1 Bendera
Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Bendera Sang Merah Putih.
Bendera Negara Sang Merah Putih berbentuk empat persegi Panjang dengan ukuran lebar 2/3 (dua-
pertiga) dari Panjang serta bagian atas berwarna merah dan bagian bawah berwarna putih yang kedua
bagiannya berukuran sama. Bendera Negara yang dikibarkan pada Proklamasi Kemerdekaan Bangsa
Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta disebut Bendera
Pusaka Sang Saka Merah Putih. Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih disimpan dan dipelihara di
Monumen Nasional Jakarta.
2.2 Bahasa
Bahasa Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Bahasa Indonesia adalah
Bahasa resmi nasional yang digunakan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2.3 Lambang Negara
Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Lambang Negara adalah
Garuda Indonesia Pancasila dengan semboyan Bhneka Tunggal Ika.
2.4 Lagu Kebangsaan
Lagu Kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Lagu Kebangsaan
adalah Indonesia Raya. Yang di ciptakan oleh Wage Rudolf supratman.

3. Nilai-nilai Bela Negara


Bela Negara adalah tekad, sikap dan perilaku serta tindakan warga negara, baik secara perseorangan
maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan
negara yang dijiwai oleh kecintaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 dalam
menjamin kelangsungan hidup Bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai Ancaman.
Berdasarkan Undang-Undangn No 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk
Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat (3), Nilai Dasar Bela Negara meliputi:
a. Cinta tanah air;
b. Sadar Berbangsa dan Bernegara;
c. Setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
d. Rela berkorban untuk Bangsa dan Negara; dan
e. Kemampuan awal Bela Negara
4. Sistem administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pancasila sebagaimana di muat dalam UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945,
merupakan dasar Negara Republik Indonesia, baik dalam arti sebagai dasar ideologi maupun filosofi
bangsa. Kedudukan Pancasila ini dipertegas dalam UU no 10 tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan sebagai sumber dari segala sumber hukum negara. Artinya, setiap
materi muatan kebijakan Negara termasuk UUD 1945, tidak boleh bertentangan dalam nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila. Dari sudut hukum, UUD 1945, merupakan tataran pertama dan utama
dalam penjabaran lima norma dasar negara (ground norms).

B. ANALISIS ISU KONTEMPORER


Saat ini konsep negara, bangsa dan nasionalisme dalam konteks Indonesia sedang berhadapan dengan
dilema antara globalisasi dan etnik nasionalisme yang harus di sadari sebagai perubahan lingkungan
strategis. Termasuk didalamnya terjadi pergeseran pengertian tentang nasionalisme yang berorientasi
kepada pasar atau ekonomi global. Dengan menggunakan logika sederhana, “pada tahun 2020
diperkirakan jumlah penduduk dunia akan mencapai 10 miliar dan akan terus bertambah, sementara
sumber daya alam dan tempat tinggal tetap, maka manusia di dunia akan semakin keras berebut untuk
hidup, agar mereka dapat terus melanjutkan hidup”. Pada perubahan ini perlu disadari bahwa
globalisasi dengan pasar bebasnya sebenarnya adalah sesuatu yang tidak terhindarkan dan bentuk dari
konsekuensi logis dari interaksi peradaban dan bangsa.
Isu lainnya yang juga menyita ruang publik adalah terkait terorisme dan radikalisasi yang terjadi dalam
sekelompok masyarakat, baik karena pengaruh ideologi laten tertentu, kesejahteraan, Pendidikan yang
buruk atau globalisasi secara umum. Bahaya narkoba merupakan salah satu isu lainnya yang
mengancam kehidupan bangsa. Bentuk kejahatan lain adalah kejahatan siber (cyber crime) dan tindak
pencucian uang (money laundering). Bentuk kejahatan saat ini melibatkan peran teknologi yang
memberi peluang kepada pelaku kejahatan untuk beraksi di dunia maya tanpa teridentifikasi
identitasnya dan penyebaran bersifat massif.
Berdasarkan penjelasan diatas, perlu disadari bahwa PNS sebagai aparatur negara di hadapkan pada
pengauh yang dating dari eksternal juga internal yang kian lama kian menggerus kehidupan berbangsa
dan bernegara: Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika sebagai consensus dasar
berbangsa dan bernegara. Fenomena tersebut menjadikan pentingnya setiap PNS mengenal dan
memahami secara kritis terkait isu-isu strategis kontemporer diantaranya; korupsi, narkoba, paham
radikalisme/terorisme, money loandry, proxy war, dan kejahatan komunikasi masal seperti syber
cryme, Hate speech, Hoax, dan lain sebagainya.

C. KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA


Kesiapsiagaan bela negara merupakan aktualisasi nilai bela negara dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara sesuai peran dan profesi warga negara, demi menjaga kedaulatan negara,
keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman yang pada hakikatnya
mendasari proses nation and character building. Proses nation and character building tersebut di dasari
oleh sejarah perjuangan bangsa, sadar akan ancaman bahaya nasional yang tinggi serta memiliki
semangat cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, yakni Pancasila sebagai ideologi negara,
kerelaan berkorban demi bangsa dan negara. Kesiap siagaan Bela negara merupakan kondisi warna
negara yang secara fisik memiliki kondisi kesehatan, keterampilan dan jasmani yang prima serta secara
kondisi psikis memiliki kecerdasan intelektual, dan spiritual yang baikt, senantiasa memelihara jiwa
dan raganya memiliki sifat-sifat disiplin dan ulet, kerja keras dan tahan uji merupakan sikap mental
calon pegawai negeri sipil sebagai aparatur pemerintah sudah seharusnya mengambil bagian dilini
terdepan dalam setiap upaya bela negara, sesuai bidang tugas dan tanggung jawab masing-masing.
Kesiapsiagaan bela negara bagi CPNS adalah kesiapan untuk mengabdikan diri secara total kepada
negara dan bangsa dan kesiagaan untuk menghadapi berbagai ancaman multidimensional yang bisa
saja terjadi dimasa yang akan dating.

AGENDA II

A. BERORIENTASI PELAYANAN
Pelayanan publik yang berkualitas harus berorientasi kepada pemenuhan kepuasan pengguna layanan.
Apabila dikaitkan dengan tugas ASN dalam melayani masyarakat, pelayanan yang berorientasi pada
customer satisfaction adalah wujud pelayanan yang terbaik kepada masyarakat atau dikenal dengan
sebutan pelayanan prima. Pelayanan prima didasarkan pada implementasi standar pelayanan yang
dimiliki oleh penyelenggara. Budaya pelayanan oleh ASN akan sangat menentukan kualitas
pemberian layanan kepada masyarakat. Menurut Djamaluddin Ancok dkk. (2014), budaya pelayanan
yang baik juga tentu akan berdampak positif terhadap kinerja organisasi dengan mekanisme sebagai
berikut:
1. Budaya pelayanan akan berjalan dengan baik apabila terbangun kerja tim di dalam internal
organisasi. Melalui kerja sama yang baik, pekerjaan dalam memberikan pelayanan dapat diselesaikan
dengan hasil terbaik bagi pengguna layanan. Fokus utama untuk memberikan kepuasan kepada
masyarakat harus menjadi prinsip utama ASN dalam bekerja.
2. Faktor lain adalah pemahaman tentang pelayanan prima. Budaya berorientasi pada pelayanan
prima harus menjadi dasar ASN dalam penyediaan pelayanan. Pelayanan Prima adalah memberikan
pelayanan sesuai atau melebihi harapan pengguna layanan. Berdasarkan pengertian tersebut, dalam
memberikan pelayanan prima terdapat beberapa tingkatan yaitu: (1) memenuhi kebutuhan dasar
pengguna, (2) memenuhi harapan pengguna, dan (3) melebihi harapan pengguna, mengerjakan apa
yang lebih dari yang diharapkan.
3. Pemberian pelayanan yang prima akan berimplikasi pada kemajuan organisasi, apabila pelayanan
yang diberikan prima (baik), maka organisasi akan menjadi semakin maju. Implikasi kemajuan
organisasi akan berdampak antara lain: (1) makin besar pajak yang dibayarkan pada negara, (2) makin
bagus kesejahteraan bagi pegawai, dan (3) makin besar fasilitas yang diberikan pada pegawai.
4. Dari penjelasan di atas, kita dapat mengetahui bahwa terdapat tiga unsur penting dalam pelayanan
publik khususnya dalam konteks ASN, yaitu 1) penyelenggara pelayanan publik yaitu ASN/Birokrasi,
2) penerima layanan yaitu masyarakat, stakeholders, atau sektor privat, dan 3) kepuasan yang diberikan
dan/atau diterima oleh penerima layanan

B. AKUNTABEL
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi
tanggung jawab dari amanah yang dipercayakan kepadanya. Amanah seorang ASN menurut SE
Meneteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah
menjamin terwujudnya perilaku yang sesuai dengan Core Values ASN BerAKHLAK. Dalam
konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah:
a. Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan
berintegritas tinggi
b. Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan
efisien.
c. Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas tinggi

Aspek-Aspek Akuntabilitas
a. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship) Hubungan yang
dimaksud adalah hubungan dua pihak antara individu/kelompok/institusi dengan negara dan
masyarakat. Pemberi kewenangan bertanggungjawab memberikan arahan yang memadai, bimbingan,
dan mengalokasikan sumber daya sesuai dengan tugas dan fungsinya. Dilain sisi,
individu/kelompok/institusi bertanggungjawab untuk memenuhi semua kewajibannya. Oleh sebab itu,
dalam akuntabilitas, hubungan yang terjadi adalah hubungan yang bertanggungjawab antara kedua
belah pihak.
b. Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-oriented) Hasil yang diharapkan
dari akuntabilitas adalah perilaku aparat pemerintah yang bertanggung jawab, adil dan inovatif. Dalam
konteks ini, setiap individu/kelompok/institusi dituntut untuk bertanggungjawab dalam menjalankan
tugas dan kewajibannya, serta selalu bertindak dan berupaya untuk memberikan kontribusi untuk
mencapai hasil yang maksimal.

C. KOMPETEN

Karakter lain yang diperlukan dari ASN untuk beradapatasi dengan dinamika lingkungan
strategis, yaitu: inovatif dan kreatif, agility dan flexibility, persistence dan perseverance serta
teamwork dan cooperation (Bima Haria Wibisana, Kepala BKN,

2020). ASN yang gesit (agile) diperlukan sesuai dinamika lingkungan strategis dan VUCA. Terdapat
kecenderungan organisasi pemerintahan mulai mengarah dari organisasi hirakhis, dengan pembagian
bidang-bidang yang rijit sektoral (silo). Kini keadaannya mulai berubah ke arah organisasi yang
lebih dinamis, dengan jenjang hirakhi pendek. Kebijakan ini ditandai dengan pengalihan dua
jenjang jabatan struktural, jabatan administrator dan pengawas menjadi jabatan fungsional
(PermenRB Nomor 28 Tahun 2019 Tentang Penyetaraan Jabatan Administrasi ke Jabatan
Fungsional).

Pemangkasan jenjang jabatan tersebut diatas, dianggap dapat lebih responsif, dengan
pendayagunaan pegawai lebih optimal dan efesien. Sistem ini menggambarkan perubahan dari cara
interaksi kerja yang berjenjang, ke suatu interaksi kerja tim, berlatar belakang keragaman
keahlian/profesi (cross functions), dengan koordinator tim yang dinamis, yang dapat berubah
menyesuaikan tuntutan sektor kerja dan kinerja tim.

Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi ASN,
kompetensi meliputi: 1) Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku
yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan;
2) Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati,
diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi; dan 3) Kompetensi Sosial
Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan
dikembangkan terkait dengan pengalaman berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam hal
agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan, etika, nilai- nilai, moral, emosi dan
prinsip, yang harus dipenuhi setiap pemegang Jabatan, untuk memperoleh hasil kerja sesuai dengan
peran, fungsi dan Jabatan.

D. HARMONIS

1. Keberagaman bangsa Indonesia selain memberikan banyak manfaat juga menjadi sebuah
tantangan bahkan ancaman, karena dengan kebhinekaan tersebut mudah menimbulkan perbedaan
pendapat dan lepas kendali, mudah tumbuhnya perasaan kedaerah yang amat sempit yang
sewaktu bisa menjadi ledakan yang akan mengancam integrasi nasional atau persatuan dan
kesatuan bangsa.
2. Terbentuknya NKRI merupakan penggabungan suku bangsa di nusantara disadari pendiri bangsa
dilandasi rasa persatuan Indonesia. Semboyan bangsa yang dicantumkan dalam Lambang Negara
yaitu Bhineka Tunggal Ika merupakan perwujudan kesadaran persatuan berbangsa tersebut.
3. Etika publik merupakan refleksi kritis yang mengarahkan

bagaimana nilai-nilai kejujuran, solidaritas, keadilan, kesetaraan, dan lain-lain dipraktikkan


dalam wujud keprihatinan dan kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat. Adapun Kode
Etik Profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku/etika suatu kelompok khusus dalam
masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan dapat dipegang teguh oleh
sekelompok profesional tertentu. Oleh karena itu, dengan diterapkannya kode etik Aparatur Sipil
Negara, perilaku pejabat publik harus berubah,
a. Pertama, berubah dari penguasa menjadi pelayan;

b. Kedua, berubah dari ’wewenang’ menjadi ’peranan’

c. Ketiga, menyadari bahwa jabatan publik adalah amanah

4. Membangun budaya harmonis tempat kerja yang harmonis sangat penting dalam suatu organisasi. Suasana
tempat kerja yang positif dan kondusif juga berdampak bagi berbagai bentuk organisasi.
5. Identifikasi potensi disharmonis dan analisis strategi dalam mewujudkan susasana harmonis harus dapat diterapkan
dalam kehidupan ASN di lingkungan bekerja dan bermasyarakat.

E. LOYAL

Sikap loyal seorang PNS dapat tercermin dari komitmennya dalam melaksanakan sumpah/janji yang
diucapkannya ketika diangkat menjadi PNS sebagaimana ketentuan perundang- undangangan yang berlaku.

Disiplin PNS adalah kesanggupan PNS untuk menaati

kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu
pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
Hanya PNS-PNS yang memiliki loyalitas yang tinggilah yang dapat menegakkan kentuan-ketentuan kedisiplinan ini
dengan baik.

Berdasarkan pasal 10 Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, seorang ASN memiliki 3
(tiga) fungsi yaitu sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik serta perekat dan pemersatu bangsa.
Kemampuan ASN dalam melaksanakan ketiga fungsi tersebut merupakan perwujudan dari implementai nilai-nilai
loyal dalam konteks individu maupun sebagai bagian dari Organisasi Pemerintah. Kemampuan ASN dalam
memahami dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila menunjukkan kemampuan ASN tersebut dalam wujudkan nilai
loyal dalam kehidupannya sebagai ASN yang merupakan bagian/komponen dari organisasi pemerintah maupun
sebagai bagian dari anggota masyarakat.

F. ADAPTIF

Sebagai pegawai publik yang terlibat dalam organisasi pemerintah harus memiiki nilai-nilai adaftif dalam
diri kita. Ada beberapa alasan kita harus memiliki nilai-nilai adaftif, yaitu diantaranya:

1) Adanya perubahan lingkungan strategis

2) Adanya kompetisi kinerja di sector publik

Adaftif (Adaptasi) adalah suatu proses yang menempatkan manusia yang berupaya mencapai tujuan-tujuan
atau kebutuhan untuk menghadapi lingkungan dan kondisi sosial yang berubah-ubah agar tetap bertahan
(Robbins, 2003) Kreativitas Dan Inovasi. Pada umumnya istilah kreativitas dan inovasi kerap diidentikkan
satu sama lain. Selain karena saling beririsan yang cukup besar, kedua istilah ini memang secara konteks
boleh jadi mempunyai hubungan kasual sebab-akibat.

Organisasi Adaftif

Dinamika dalam perubahan lingkungan strategis ini meliputi bagaimana memahami dunia yang kompleks,
memahami prinsip ketidakpastian, dan memahami lanskap bisnis

Adaftif Sebagai Nilai Dan Budaya Asn

Untuk mengatasi agar organisasi terus mampu memiliki pengetahuan yang mutakhir, maka organisasi
dituntut untuk melakukan lima disiplin, yaitu: Panduan Perilaku Adaftif

Seorang pemimpin adalah seseorang yang membawa perubahan adaptif, bukan teknis. Dia membuat perubahan
yang menantang dan mengacaukan status quo dan dia harus meyakinkan orang-orang yang marah bahwa
perubahan itu untuk kebaikan mereka sendiri dan kebaikan organisasi”

Perilaku Adaftif Lemabaga / Organisasional

Organisasi adaptif yaitu organisasi yang memiliki kemampuan untuk merespon perubahan lingkungan dan mengikuti
harapan stakeholder dengan cepat dan fleksibel (Siswanto, and Sucipto, Agus 2008 dalam Yuliani dkk, 2020).

Adaftif Dalam Konteks Organisasi Pemerintah

Tantangan utama saat ini bukanlah teknis, melainkan 'adaptif'. Masalah teknis mudah diidentifikasi, didefinisikan
dengan baik, dan dapat diselesaikan dengan menerapkan solusi terkenal atau pengetahuan para ahli. Sebaliknya,
tantangan adaptif sulit untuk didefinisikan, tidak memiliki solusi yang diketahui atau jelas, dan membutuhkan ide-
ide baru untuk membawa perubahan di banyak tempat.

Pemerintah Yang Adaftif

Pemerintahan adaptif bergantung pada jaringan yang menghubungkan individu, organisasi, dan lembaga di berbagai
tingkat organisasi (Folke et al, 2005). Bentuk pemerintahan ini juga menyediakan pendekatan kolaboratif fleksibel
berbasis pembelajaran untuk mengelola ekosistem yang disebut sebagai "pengelolaan bersama adaptif". Sistem
sosial-ekologis selama periode perubahan mendadak/krisis dan menyelidiki sumber sosial pembaruan reorganisasi.

AGENDA III

A. SMART ASN

Berdasarkan arahan Presiden pada poin pembangunan SDM dan persiapan kebutuhan SDM talenta digital,
literasi digital berperan penting untuk meningkatkan kemampuan kognitif sumber daya manusia di Indonesia
agar keterampilannya tidak sebatas mengoperasikan gawai. Kerangka kerja literasi digital terdiri dari
kurikulum digital skill, digital safety, digital culture, dan digital ethics. Kerangka kurikulum literasi digital ini
digunakan sebagai metode pengukuran tingkat kompetensi kognitif dan afektif masyarakat dalam menguasai
teknologi digital.

a. Guna mendukung percepatan transformasi digital, ada 5 langkah yang harus dijalankan, yaitu:

● Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital.

● Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektor- sektor strategis, baik di pemerintahan, layanan
publik, bantuan sosial, sektor pendidikan, sektor kesehatan, perdagangan, sektor industri, sektor penyiaran.

● Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah dibicarakan.

● Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital.

● Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan pembiayaan transformasi digital dilakukan
secepat-cepatnya

b. Literasi digital lebih dari sekadar masalah fungsional belajar bagaimana menggunakan komputer dan keyboard,
atau cara melakukan pencarian online. Literasi digital juga mengacu pada mengajukan pertanyaan tentang
sumber informasi itu, kepentingan produsennya, dan cara-cara di mana ia mewakili dunia; dan memahami
bagaimana perkembangan teknologi ini terkait dengan kekuatan sosial, politik dan ekonomi yang lebih luas.

c. Menurut UNESCO, literasi digital adalah kemampuan untuk

mengakses, mengelola, memahami, mengintegrasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi, dan menciptakan


informasi secara aman dan tepat melalui teknologi digital untuk pekerjaan, pekerjaan yang layak, dan
kewirausahaan. Ini mencakup kompetensi yang secara beragam disebut sebagai literasi komputer, literasi TIK,
literasi informasi dan literasi media.

d. Hasil survei Indeks Literasi Digital Kominfo 2020


menunjukkan bahwa rata-rata skor indeks Literasi Digital masyarakat Indonesia masih ada di kisaran 3,3.
Sehingga literasi digital terkait Indonesia dari kajian, laporan, dan survei harus diperkuat. Penguatan literasi
digital ini sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo.

e. Roadmap Literasi Digital 2021-2024 yang disusun oleh Kominfo, Siberkreasi, dan Deloitte pada tahun
2020 menjadi panduan fundamental untuk mengatasi persoalan terkait percepatan transformasi digital, dalam
konteks literasi digital. Sehingga perlu dirumuskan kurikulum literasi digital yang terbagi atas empat area
kompetensi yaitu kecakapan digital, budaya digital, etika digital dan keamanan digital.

B. MANAJEMEN ASN

Menurut UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN, disebutkan bahwa berdasarkan jenisnya, pegawai
ASN terdiri dari PNS (Pegawai Negeri Sipil) dan PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian
Kerja).

Kedudukan ASN

Pegawai ASN berkedudukan sebagai unsur Aparatur Negara yang menjalankan kebijakan
yang ditetapkan oleh pimpinan Instansi Pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan
intervensi semua golongan dan partai politik.

Contohnya sebagai ASN Guru dalam Undang – undang No. 14 Tahun 2005 dijelaskan bahwa
guru mempunyai kedudukan sebagai pendidik professional dengan tugas utama yaitu :
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik.

Peran dan Tugas ASN terdiri dari 3 peranan yaitu :

1. Pelaksana Kebijakan Publik yang tugasnya melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh pejabat
pembina kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Pelayan Publik yang tugasnya memberikan pelayanan public yang professional dan
berkualitas.

3. Perekat dan pemersatu bangsa yang tugasnya mempererat persatuan dan kesatuan Negara
Kesatuan Republik Indonsia.

Sebagai ASN guru, guru memiliki tugas untuk melaksanakan berbagai kebijakan yang dibuat
oleh pejabat pembina kepegawaian yang sesuai dengan perundang – undangan guru.

Hak dan Kewajiban ASN

Hak dan Kewajiban ASN antara PNS dan PPPK terdapat perbedaan diantaranya :

1. Hak Pegawai Negeri Sipil (PNS) diantaranya : Gaji, tunjangan dan fasilitas, cuti,jaminan
pension dan jaminan hari tua, perlindungan, dan pengembangan kompetensi

2. Hak Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) antara lain; Gaji, tunjangan dan
fasilitas, cuti, perlindungan dan pengembangan kompetensi.

Kewajiban Aparatur Sipil Negara

a. Setia dan taat pada Pancasila dan UUD tahun 1945, NKRI, dan pemerintah yang sah
b. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.c
c. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang.
d. Mentaati ketentuan peraturan perundang – undangan.
e. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan tanggung
jawab.
f. Menunjukan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan, dan

Tindakan kepada setiap orang baik didalam maupun diluar kedinasan.

g. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang – undangan.
h. Bersedia ditempatkan diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia Kode etik dan
kode perilaku ASN

Kode etik dan kode perilaku bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN. Adapun
fungsi dari kode etik ASN adalah sebagai berikut :

1. Sebagai pedoman, panduan birokrasi publik / Aparatur Sipil Negara dalam menjalankan
tugas dan kewenangan agar Tindakannya dinilai baik.

2. Sebagai standar penilaian sifat, perilaku, dan Tindakan birokrasi publik / Aparatur
Sipil Negara dalam menjalankan tugas dan kewenangannya.

3. Etika birokrasi penting sebagai panduan norma bagi aparat birokrasi dalam menjalankan
tugas pelayananan pada masyarakat dan menempatkan kepentingan public diatas
kepentingan pribadi kelompok ataupun organisasinya.

Demikian materi dari Agenda I, II, dan III yang dapat saya sampaikan, melalui
materi ini saya menjadi lebih paham tentang peranan dan nilai – nilai dasar yang harus
dimiliki oleh setiap ASN dan akan saya aplikasikan dalam kehidupan sehari – hari. Semoga
jurnal ini bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai